BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjaminan simpanan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merupakan lembaga
yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya berupa menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif
dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Di dalam Undang-undang ini ditetapkan penjaminan simpanan nasabah
bank yang diharapkan dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap
industri perbankan dan dpat meminimumkan risiko yang membebani anggaran
negara atau resiko yang menimbulkan moral hazard. Penjamin simpanan nasabah
bank tersebut berdasarkan UU diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). LPS pada dasarnya memiliki dua fungsi, yaitu menjamin
simpanan nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan bank gagal
sebagai bagian dari pemeliharaan stabilitas sistem perbankan. (Siamat, 2005)
Penjaminan Simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat
terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank yang
menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta dan
membayar premi penjaminan. Dalam hal bank tidak dapat melanjutkan usahanya
bank tersebut sampai jumlah tertentu. Adapun simpanan yang tidak dijamin akan
diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Likuidasi ini merupakan tindak lanjut
penyelesaian bank yang mengalami kesulitan keuangan. LPS melakukan tindakan
penyelesaian atau penanganan bank yang mengalami kesulitan keuangan dalam
kerangka mekanisme kerja yang terpadu, efisien, dan efektif untuk menciptakan
ketahanan sektor keuangan Indonesia atau disebut Indonesia Financial Safety Net
(IFSN). (Siamat, 2005)
2.1.1.1 Fungsi, Tugas dan Wewenang
Lembaga Penjamin Simpanan mempunyai fungsi, tugas dan
wewenangnya sebagaimana di atur dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2004.
Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):
1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannnya.
Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.
2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank
Gagal yang tidak berdampak sistemik.
Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):
1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi
peserta.
3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan
bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar
kerahasiaan bank.
5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut
pada angka 4.
6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak
bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas
tertentu.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan
simpanan.
9. Menjatuhkan sanksi administratif.
2.1.1.2 Skema Penjaminan Simpanan (Deposit Insurance scheme)
Menurut Siamat, 2005, dalam hal pelaksanaan penjaminan simpanan
terdapat skema penjaminan simpanan sebagai berikut:
1. Kepesertaan
Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah negara Indonesia
mengikuti skema penjaminan berlaku pula bagi kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan dalam wilayah
Republik Indonesia. Sedangkan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
Indonesia yang melakukan kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia
tidak termasuk dalam skema penjaminan.
2. Jenis dan Jumlah Simpanan yang dijamin
Jenis simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan adalah
sebagai berikut:
a. Giro
b. Deposito
c. Sertifikat Deposito
d. Tabungan, dan/atau yang dipersamakan dengan itu
Nilai simpanan yang dijamin LPS menurut ketentuan dalam skema
penjaminan ini adalah sebagai berikut:
a. Nilai simpanan yang dijamin setiap nasabah pada satu bank maksimal
Rp.2.000.000.000
b. Nilai simpanan yang dijamin dapat diubah apabila dipenuhi salah satu
atau lebih kriteria sebagai berikut:
1. terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar-besaran
2. terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun
3. jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang
3. Premi Penjaminan dan Pembayaran Klaim
Bank-bank yang menjamin peserta skema penjaminan diwajibkan
membeyar premi penjaminan untuk setiap periode tertentu sebesar 0,1% (satu
basis point) dari rata-rata saldo bulanan total simpanan dalam setiap periode.
Perhitungan jumlah premi dilakukan sendiri oleh bank. Namun dapat diverifikasi
oleh LPS melalui pemerikasaan dokumen, pemanggilan pejabat bank yang
bersangkutan, dan atau pemeriksaan langsung pada bank. Pemeriksaan langsung
tersebut dilakukan oleh otoritas Lembaga Pengawas Perbankan (LPP) atas
permintaan LPS.
2.1.1.3 Ketentuan Tingkat Bunga Penjaminan
Penetapan maksimum tingkat bunga penjaminan oleh LPS mempunyai
beberapa latar belakang antara lain:
1. Membatasi exposure yang menjadi beban LPS mengingat penjaminan
meliputi pokok dan bunga.
2. Mencegah moral hazard pengelola bank untuk menggunakan bunga yang
tinggi sebagai insentif pengerahan dana masyarakat
3. Mendorong masyarakat bersikap hati-hati dalam penempatan dananya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 19 huruf b UU LPS, klaim penjaminan
nasabah penyimpan dinyatakan tidak layak bayar apabila nasabah tersebut
merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar. Nasabah penyimpan
dinyatakan sebagai pihak yang diuntungkan secara tidak wajar apabila nasabah
tersebut memperoleh tingkat bunga melebihi maksimum tingkat bunga
penjaminan tersebut hanya diberlakukan untuk simpanan yang mempunyai
komponen bunga, dan tidak diberlakukan untuk simpanan di bank syariah yang
tidak mempunyai komponen bunga.
LPS tidak menetapkan maksimum bagi hasil yang diterima nasabah
penyimpan di bank syariah, mengingat besarnya bagi hasil tidak tentu, bersifat
fluktuatif dan tidak diperjanjikan di muka. Oleh karena itu, meskipun realisasi
bagi hasil simpanan di bank syariah apabila diekuivalenkan dengan tingkat bunga
(equivalent return) melebihi maksimum tingkat bunga penjaminan, simpanan di
bank syariah tersebut tetap dijamin oleh LPS.
2.1.1.4Pedoman Dari International Association of Deposit Insurers (IADI)
IADI merupakan sebuah organisasi lembaga penjamin dunia dengan tujuan
meningkatkan efektivitas dari sistem penjamin simpanan dengan terus
mengembangkan pedoman sistem penjamin simpanan antar institusi lembaga
penjamin simpanan dari berbagai negara.
Ada beberapa hal yang bisa dipedomani dari IADI yaitu:
1. Kepesertaan
Secara teoritis, kepesertaan dalam program penjaminan dapat bersifat
wajib (mandatory) atau sukarela (voluntary). Dari 60 lembaga penjamin simpanan
yang ada di dunia, mayoritasnya mempunyai keanggotaan yang bersifat wajib.
Meski bersifat wajib, di beberapa negara seperti Filipina, Kanada, dan Amerika
Serikat, penjamin simpanan mendapat wewenang untuk menghentikan
program penjaminan. Penjamin simpanan akan mengambil langkah itu, apabila
bank peserta tidak memenuhi syarat dan kondisi tertentu.
2. Pendanaan
Ada dua model kontribusi yang diterapkan. Pertama, kontribusi dari bank
peserta dilakukan sebelum muncul bank yang dicabut izin usahanya (ex ante)
dengan melalui premi dan penerimaan lainnya yang diakumulasikan sebagai
cadangan penjaminan. Kedua, kontribusi dari bank peserta penjaminan dilakukan
setelah adanya bank yang dicabut izin usahanya (ex post) dengan cara meminta
semua bank memberi kontribusi atas biaya kegagalan suatu bank dengan proporsi
tertentu.
3. Premi
Dalam prakteknya, ada dua metode dominan yang digunakan untuk
menghitung premi. Pertama, premi ditetapkan dengan persentase yang sama untuk
semua bank (flat rate premium). Kedua, premi ditetapkan dengan persentase yang
berbeda sesuai dengan tingkat risiko kegagalan masing-masing bank (risk
based/differentiated premium).
4. Kepedulian Masyarakat
Pencegahan kepanikan itu menjadi bagian dari sejumlah tugas yang
diemban penjamin simpanan dengan cara mengedukasi masyarakat. Tujuannya,
agar masyarakat mendapat pemahaman dan informasi mengenai jenis dan jumlah
simpanan yang dijamin. Selain itu masyarakat juga berhak mengetahui syarat dan
2.1.2 Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dijelaskan dalam UU Nomor 10 tahun
1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dalam dana dalam bentuk giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
Menurut Kasmir, 2008, Dana Pihak ketiga (DPK) adalah dana yang
berasal dari masyarakat luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif
paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari
sumber dana ini paling dominan, asal dapat memberikan bunga dan fasilitas
menarik lainnya. Menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit, akan tetapi,
pencarian sumber dana dari sumber ini relatif mahal jika dibandingkan dari dana
sendiri.
Adapun sumber Dana Pihak Ketiga atau sumber dana yang berasal dari
masyarakat luas dapat dilakukan dalam:
1. Simpanan giro (demand deposit)
2. Simpanan tabungan (saving deposit)
3. Simpanan deposito (time deposit)
2.1.2.2 Simpanan Giro (Demand Deposit)
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Menurut Latumaerissa, 2011, giro adalah bentuk simpanan nasabah baik
perorangan ataupun perusahaan, lembaga, atau institusi pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat oleh giran atau pemilik dengan
menggunakan cek dan giro bilyet atau surat perintah pemindahbukuan lainnya.
Rekening giro ini memiliki beberapa manfaat bagi nasabah antara lain sebagai
salah satu bentuk penempatan dana (placement fund) dan sekaligus alat
pembayaran secara giral dan sangat praktis dalam penarikannya karena
menggunakan cek atau bilyet giro. Selain itu lebih aman jika dibandingkan
dengan membawa tunai dimana pembayaran degan cek atau bilyet giro, dapat
meminimalkan kelebihan pembayaran yang mungkin terjadi seperti tidak ada uang
kembalian. Pemegang rekening dapat mengetahui saldo uangnya setiap saat
dengan menghubungi bank yang bersangkutan dan mempunyai peluang untuk
menggunakan jasa-jasa yang dikaitkan dengan rekening giro pada umumnya,
seperti pembayaran listrik, telepon, pajak, dan air minum.
Menurut Kasmir, 2008, jenis-jenis sarana penarikan untuk menarik dana
yang tertanam di rekening giro adalah sebagai berikut:
1. Cek (Cheque)
Cek merupakan surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank
yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak yang disebutkan di dalamnya atau kepada pemegang cek tersebut.
yang memelihara rekening nasabah untuk diuangkan sesuai dengan persyaratan
yang telah ditetapkan baik secara tunai atau secara pemindahbukuan. Selain itu
ada beberapa jenis cek yang umum dikenal dalam praktik perbankan:
2. Bilyet Giro (BG)
Bilyet Giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang
memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk memindahbukuan sejumlah
uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan
namanya pada bank yang sama atau bank lainnya.
3. Alat Pembayaran Lainnya
Yaitu surat perintah kepada bank yang dibuat secara tertulis pada kertas
yang ditandatangani oleh pemegang rekening atau kuasanya untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada pihak lain pada bank yang sama atau bank lain.
Setiap penyimpan yang menyimpan dananya di rekening giro akan
memperoleh balas jasa berupa bunga. Bunga atau jasa giro ini dihitung dengan
berbagai metode sebagai berikut.
1. Penghitungan bunga dengan menggunakan saldo terendah
%
12
2. Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo rata-rata
%
12
1. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Pengertian tabungan menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan
perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Sebagai contoh
dalam hal frekuensi penarikan, apakah dua kali seminggu atau setiap hari atau
mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya.
Kemudian dalam hal sarana atau hal penarikan juga tergantung dengan perjanjian
antara keduanya yaitu bank dengan penabung.
Mengenai penghitungan bunga tabungan dapat pula dihitung dengan
beberapa meode tergantung dari beberapa bank yang bersangkutan.Berikut rumus
perhitungan bunga tabungan:
1. Perhitungan tabungan dengan saldo terendah
%
12
2. Perhitungan tabungan dengan saldo harian
Bunga % jumlah hari
2. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan
Artinya jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu
tiga bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut
berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo.
Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini:
1. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga di bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara pihak ketiga dengan bank teknis yang bersangkutan
(Latumaerissa, 2011). Rumus yang digunakan untuk menghitung bunga deposito
berjangka adalah
Bunga = × Pajak deposito
2. Sertifikat Deposito
Secara sederhana sertifikat deposito dapat didefenisikan sebagai suatu
bentuk simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank yang dapat
diperjualbelikan atau dapat dipindah tangankan kepada pihak tertentu dimana
sertifikat deposito sendiri diterbitkan atas unjuk dalam bentuk
sertifikat.( Latumaerissa, 2011). Rumus yang digunakan untuk menghitung bunga
sertifikat deposito:
Bunga = pajak
3. Deposito on Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal tujuh hari dan paling
yang besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang bersangkutan).
Pencarian bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call. Sebelum
deposito on call dicairkan terlebih dahulu tiga hari sebelumnya nasabah sudah
memberitahukan bank penertbit. Rumus yang digunakan untuk menghitung
deposito on call adalah sebagai berikut:
Bunga = % × pajak
2.1.3 Defenisi Bank
Bank didefenisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyatakan
bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Menurut Subagio, dkk, (dalam Julius R. Latumaerissa), bank adalah
suatu badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat
dan/atau pihak lainnya, kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh
keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kasmir, 2008, mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian
bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat
yang membutuhkannya. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk
pembayaran dan setoran seperti listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan
pembayaran lainnya.
1. Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarkat untuk berbagai tujuan
atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik, menurut Sigit Triandaru
dan Totok Budisantoso, 2008, bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agen of
development, dan agent of services.
a. Agen of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam
hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang
telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank
sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau
masyarakat apabila dilandasi adanya unsure kepercayaan. Pihak bank percaya
bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola
dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk
membayar pada saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk
b. Agent of development.
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil
tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor
moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan
penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di
sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan
kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,
mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan
dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi
ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
c. Agent of services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman,
uang,penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian
tagihan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian Melisa F.M (2013) berjudul “Analisis Perbedaan Jumlah Dana
Pihak Ketiga Pada Bank Umum di Indonesia Sebelum dan Sesudah Adanya
Lembaga Penjaminan Simpanan “. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tedapat
di Indonesia sebelum dan sesudah adanya LPS. Jumlah tabungan, deposito, dan
giro memiliki tanda positif lebih banyak pada data sesudah adanya LPS
dibandingkan sebelum adanya LPS. Ini menunjukkan bahwa LPS berpengaruh
positif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga pada bank Umum di Indonesia.
Penelitian Latifatul Khoiriyah (2009) berjudul “ Analisis tingkat likuiditas
sebelum, saat dan setelah adanya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) periode
2002-2008 (Studi pada PT.Bank Muamalat Indonesia (BMI),Tbk)”.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada CR
baik sebelum maupun setelah adanya LPS. Begitu juga dengan variabel LDR dan
NCM to CA.
Penelitian Kresna Dhuta Wijaya (2012) berjudul “ Analisis Pengaruh Nilai
Maksimum Penjaminan Simpanan di LPS Terhadap Risiko Morald Hazard Kredit
BPR”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa besarnya nilai simpanan yang
dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dinilai sudah tidak tepat lagi
untuk diterapkan. Penentuan besar nilai simpanan yang dijamin sebesar Rp.2
Miliar sebaiknya dapat disesuaikan dengan cakupan yang disyaratkan oleh IADI
untuk menjadi lebih rendah yaitu sebesar Rp.500 juta.
2.3 Kerangka Konseptual
Penelitian ini terbagi menjadi dua persamaan, yaitu peranan sebelum dan
sesudah adanya LPS terhadap DPK, dan Pengaruh Tingkat suku bunga
penjaminan LPS terhadap DPK. Berikut kerangka konseptual pada penelitian ini
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan
masalah yang ada, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
1. Pendirian LPS berpengaruh positif terhadap Perkembangan Dana Pihak
Ketiga (DPK) Bank BUMN.
2. Tingkat Bunga Penjaminan LPS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Dana Pihak Ketiga (DPK)