• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN DAUN MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH Growth and anthocyanin content of GreenMeniran (Phyllanthus niruri L.) and Red Meniran (Phyllanthus u

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN DAUN MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH Growth and anthocyanin content of GreenMeniran (Phyllanthus niruri L.) and Red Meniran (Phyllanthus u"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BERBAGAI KADAR AIR TANAH

Growth and anthocyanin content of GreenMeniran

(

Phyllanthus niruri

L.)

and

Red Meniran

(

Phyllanthus urinaria

L.)

on different soil water content

Eva Oktavidiati*, M. Ahmad Chozin**, Munif Ghulamahdi**, Nurheni Wijayanto**, Latifah K.

Darusman**, Sunaryadi**

*Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Jl. Raya Kampung Bali Bengkulu (38119)

**Departemen Agronomi dan Hortikultura, Silvikultur Kehutanan, dan Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB)

Jl. Raya Darmaga Bogor Jawa Barat, Indonesia (16680) e-mail: evaoktavidiati05@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai kadar air tanah terhadap pertumbu-han dan kandungan antosianin daun dua jenis meniran (Phyllanthus niruri L. dan Phyllanthus urinaria L.). Percobaan disusun berdasarkan percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang ter-diri atas dua faktor. Faktor pertama adalah tingkat ketersediaan air tanah (K) terter-diri dari 100% air terse-dia (K0), 75% air terseterse-dia (K1), 50% air terseterse-dia (K2), dan 25% air terseterse-dia (K3). Faktor kedua adalah dua jenis meniran (M) terdiri dari M1 yaitu meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) asal Bangkalan (A6), M2 yaitu meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) asal Gresik (A7), dan M3 yaitu meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) asal Bangkalan (A13). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan pertum-buhan dan produksi biomassa yang tinggi, meniran merah (A13) membutuhkan kadar air tanah 100% tersedia bagi tanaman. Meniran merah (A13) membutuhkan kadar air tanah 100% tersedia bagi tana-man untuk menghasilkan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil yang tinggi. Meniran merah (A13) mem -butuhkan kadar air tanah 50% tersedia bagi tanaman untuk menghasilkan antosianin yang tinggi.

(2)

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of various soil moisture on growth and anthocyanin content of two types of meniran (Phyllanthus niruri L. and Phyllanthus urinaria L.) leaves Experiments were arranged in

a factorial experiment on randomized block design (RBD) consisting of two factors. The first factor was the availability of ground water level (K) consists of 100 % of water availability (K0), 75 % of water availabili

-ty (K1) , 50 % of water availabili-ty(K2), and 25 % of water availabili-ty (K3). The second factor was the two types of meniran (M) consists of M1 green meniran (Phyllanthus niruri L.) from Bangkalan(A6), M2 green

meniran (Phyllanthus niruri L.) from Gresik (A7), and M3 red meniran (Phyllanthus urinaria L.) from Bang

-kalan (A13). The results showed that red meniran (A13) and green meniran (A6 and A7) required 100 %

soil moisture togenerate high growth and biomass production. Red meniran (A13) required 100 % soil mois

-ture to produce high chlorophyll a , chlorophyll b, and total chlorophyll. Red meniran (A13) required 50 % soil moisture to produce high anthocyanin whereas green meniran (A7) required 75% soil moisture content

Keywords: green meniran, red meniran, anthocyanin, chlorophyll, soil water content.

PENDAHULUAN

Air merupakan komponen utama pada tanaman. Air sangat dibutuhkan tanaman karena dapat berperan sebagai zat pelarut, transportasi hara, penjaga turgiditas sel dan sebagai bahan fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 2002). Menurut Filter dan Hay (1994) kandungan air pada tanaman dapat mencapai 70-90% dari bobot segar jaringan dan organ tanaman dan sebagian besar dikandung dalam sel.

Jumlah air yang dapat diserap dan tersedia bagi tanaman adalah perbedaan antara batas jumlah air tanah di dalam tanah pada kapasitas lapang sampai jumlah air pada persentase kelayuan permanen (Darmawan dan Baharsjah, 2010). Kandungan air tanah sangat dipengaruhi oleh luas permukaan partikel tanah (Gardner et al., 2008). Taiz dan Zeiger (2002) menyatakan bahwa selama masa hidupnya tanaman umumnya memerlukan air untuk melakukan transpirasi dari daunnya mencapai 100 kali berat tubuhnya.

Kemampuan tanah untuk menyimpan air

disebut kapasitas lapang. Kapasitas lapang yaitu kemampuan tanah untukdapat menahan air setelah dilakukan pemberian air sampai jenuh. Nilai kapasitas lapang sangat beragam tergantung jenis tanah. Tanah liat atau tanah dengan kandungan humus tinggi mampu menahan air sampai 40% dari volume kapasitas lapang setelah beberapa hari. Sangat berbeda dengan tanah berpasir yang hanya dapat menahan 3% air dari volume kapasitas lapang (Taiz dan Zeiger 2002). Ketersediaan air dalam tanah bagi tanaman umumnya pada kapasitas lapang dengan potensial air tanah -0.03 MPa dan layu permanen -1.5MPa. Ketersediaan air tanah yang dapat diserap tanaman adalah pada potensial air -0.03 sampai -0.5 MPa dan pada kondisi tersebut tanaman mengabsorbsi air sekitar 55-65% dari yang tersedia. Pada kondisi potensial air sekitar -0.5 sampai -1.5 MPa tanaman menunjukkan gejala kelayuan walaupun tanaman dapat mengabsorbsi air.

(3)

tanaman selalu meningkat bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air juga dipengaruhi oleh faktor genetis dari tiap varietas.

Menurut Sinclair dan Ludlow (1986), respons tanaman terhadap kekeringan dibagi dalam tiga level. Kekeringan level pertama ialah air masih cukup banyak, tanaman dapat mengambil air untuk transpirasi dan stomata terbuka penuh. Kekeringan level kedua, akar tanaman tidak mampu lagi menunjang suplai air yang cukup ke bagian atas tanaman (daun) dan stomata secara bertahap menutup menyesuaikan dengan kehilangan air agar turgor daun dapat dipertahankan. Kekeringan level ketiga, ketika akar tanaman sudah tidak bisa lagi mencukupi air untuk transpirasi, stomata menutup dan semua proses fisiologi yang terlibat dalam pertumbuhan termasuk fotosintesis terhambat.

Darmawan dan Baharsjah (2010) menyatakan bahwa tersedianya air tanah secara tidak langsung mempengaruhi kadar air sel daun yang seterusnya mempengaruhi terbukanya stomata sehingga mempengaruhi fotosintesis. Salisbury dan Ross (1995), Cseke et al., (2006) menyebutkan senyawa-senyawa golongan flavonoid dapat mengalami peningkatan karena pengaruh cahaya. Cahaya dalam proses fotosintesis akan menghasilkan glukosa-6-fosfat sebagai prekusor pembentukan asetil CoA yang selanjutnya menghasilkan senyawa flavonoid termasuk antosianin. Pada tanaman, antosianin berfungsi dalam hal resistensi terhadap penyakit.

Menurut Jones et al., (1992) mekanisme ketahanan tanaman terhadap kekeringan adalah (1) penghindaran terhadap defisit air

yang meliputi: a) melepaskan diri dari cekaman misalnya dengan memperpendek siklus pertumbuhan dan memperpanjang periode dorman, b) konservasi air pada tanaman yang diwujudkan dalam bentuk ukuran daun yang kecil, penutupan stomata, kultivar tanaman yang resisten dan penyerapan radiasi matahari yang terbatas, c) penyerapan air yang efektif, diwujudkan dalam bentuk morfologi akar yang memanjang, dalam, dan tebal; (2) toleran terhadap defisit air yaitu dengan cara, a) memelihara tekanan turgor, b) mengaktifkan larutan pelindung untuk aktifitas enzim yang toleran kekeringan dan c) mekanisme efisiensi melalui pengggunaan air yang tersedia secara efisien dan memaksimalkan indeks panen.

Untuk mengatasi terjadinya cekaman oksidatif karena kekeringan, tanaman memiliki mekanisme untuk meningkatkan ketahanannya, diantaranya dengan meningkatkan pembentukan dan aktivitas enzim antioksidan seperti glutation peroksidase (GPX), glutation reduktase (GR), superoxida dismutase (SOD) dan senyawa antioksidan lainnya yang dapat menyelamatkan tanaman dari ROS (Rhodes dan Samaras 1994). Kerusakan cekaman oksidatif terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara kemampuan enzim antioksidan dan toksifikasi ROS (Rodriguez et al., 2002).

(4)

terjadinya penurunan mencapai 50% berat kering tanaman setelah mengalami cekaman kekeringan (Colom dan Vazzana, 2000).

Pada tanaman meniran, belum diketahui berapa besar kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman. Demikian juga dengan informasi hubungan antara kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhadap pembentukan senyawa bioaktifnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kadar air tanah tersedia terhadap pertumbuhan, produksi biomassa, dan kandungan antosianin meniran.

METODE PENELITIAN Bahan

Bahan yang digunakan antara lain adalah bahan tanam berupa biji meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik serta meniran merah asal Bangkalan, tanah, pupuk kandang kotoran ayam pupuk NPK, polibag ukuran 25 x 30 cm, air, dan bahan untuk analisis klorofil dan antosianin.

Alat

Alat yang digunakan antara lain alat untuk penanaman, alat untuk pengamatan, alat analisis penentuan kadar air, alat analisis klorofil dan antosianin, dan oven.

Desain penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah tingkat ketersediaan air tanah (K) terdiri dari 100% air tersedia (K0), 75% air tersedia (K1), 50% air tersedia (K2), 25% air tersedia (K3). Faktor kedua adalah dua jenis meniran (M) yang terdiri

dari M1 = meniran hijau asal Bangkalan (A6), M2 = meniran hijau asal Gresik (A7), dan M3 = meniran merah asal Bangkalan (A13). Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan tiga kali ulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

Data pengamatan diuji keragamannya. Analisis sidik ragam menggunakan software SAS versi 9.1, jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1993; Mattjik dan Sumertajaya, 2002).

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan pemberian air untuk setiap perlakuan dilakukan berdasarkan air tersedia. Air tersedia dalam tanah ditentukan dengan mencari selisih antara kadar air kapasitas lapang dan titik layu permanen. Penetapan kadar air kapasitas lapang menggunakan alat pressure plate apparatus dan penetapan kadar air titik layu permanen menggunakan alat pressure membrane apparatus. Penetapan kadar air kapasitas lapang menggunakan contoh tanah utuh sedangkan untuk titik layu permanen digunakan contoh tanah kering udara berdiameter ≤ 2 mm. Contoh tanah utuh diambil dengan menggunakan tabung tembaga (copper ring) pada kedalaman 0-20 cm. Selanjutnya contoh tanah tersebut dijenuhi dengan air sampai berlebihan dan dibiarkan selama 48 jam. Alat ditutup rapat, kemudian diberi tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki. Jika telah tercapai keseimbangan contoh tanah dikeluarkan dan ditetapkan kadar airnya dengan metode gravimetri.

(5)

tanah kering udara (BKU). Kemudian contoh tanah tersebut dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C selama 24 jam (BK). Selanjutnya kadar air tanah pada keadaan kering udara dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:

BKU - BK

KA = x 100% BK

Dimana:

KA = Kadar air tanah kering udara BKU = Bobot tanah kering udara

BK =Bobot tanah kering mutlak (oven)

Untuk menentukan tingkat kadar air tersedia dari masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut:

• 100% air tersedia, maka kadar air tanahnya adalah = (100/100 x % kadar air tersedia) + % kadar air titik layu permanen

• 75% air tersedia, maka kadar air tanahnya adalah = (75/100 x % kadar air tersedia) + % kadar air titik layu permanen.

• 50% air tersedia, maka kadar air tanahnya adalah = (50/100 x % kadar air tersedia) + % kadar air titik layu permanen.

• 25% air tersedia, kadar air tanahnya adalah = (25/100 x % kadar air tersedia) + % kadar air titik layu permanen.

Penyesuaian kadar air tanah untuk masing-masing perlakuan dilakukan setiap hari dengan menimbang bobot tanah dan tanaman yang ada dalam polibag. Koreksi terhadap pertambahan bobot tanaman dilakukan dengan mencabut tanaman dan menimbang bobot tanaman sesuai kombinasi perlakuan setiap 2 minggu dengan

menggunakan contoh tidak tetap yang disediakan khusus untuk koreksi bobot basah tanaman.

Penanaman

Biji meniran yang didapat dari eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Gresik dikeringanginkan selama 24 jam, kemudian disemai. Media semai berupa campuran antara tanah, sekam dan kompos dengan perbandingan 1:1:1. Biji yang disemai ditutup dengan kompos agar tidak mudah diterbangkan angin. Selanjutnya media disiram air. Untuk menjaga kelembaban, persemaian ditutup dengan plastik bening tembus cahaya. Wadah diletakkan ditempat yang ternaungi. Setelah tumbuh kecambah, tutup plastik dibuka. Dilakukan pemeliharaan sampai bibit siap untuk dipindahkan ke polibag. Bibit yang dipindah telah mempunyai minimal empat daun majemuk.

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma, serta pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi sesuai dengan perlakuan. Pengendalian hama dan penyakit dengan insektisida organik. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan.

Pengamatan

• Pengamatan dilakukan terhadap beberapa karakter morfologi, klorofil, dan antosianin daun sebagai berikut:

• Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai ujung pucuk tanaman, diamati setiap 2 minggu.

• Jumlah daun majemuk, dihitung bila daun telah membuka sempurna, diamati setiap 2 minggu.

(6)

• Diameter batang (mm), diamati pada tanaman yang sudah dipanen dengan cara mengukur panjang diameter pada sisi tengah batang dengan menggunakan jangka sorong digital.

• Produksi biomassa basah (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara menimbang dengan timbangan neraca analitik bobot basah akar, daun, dan batang.

• Produksi biomassa kering (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara menimbang dengan timbangan neraca analitik bagian akar, daun, dan batang yang telah dioven pada suhu 105°C selama 24 jam.

Analisis klorofil dan antosianin daun. Analisis klorofil dilakukan untuk mendapatkan kandungan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil tanaman. Semua analisis dilakukan pada akhir penelitian, menggunakan metode Yosida et al., (1976) yang telah dimodifikasi (Sims dan Gamon, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman

Perlakuan kadar air tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang dua jenis meniran. Perlakuan kadar air tanah tersedia berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Sedangkan jenis meniran pengaruhnya tidak berbeda nyata.

Tabel 1. Pengaruh kadar air tanah tersedia terhadap tinggi tanaman (TT), jumlah daun (JD), jumlah cabang (JC), dan diameter batang (DB) dua jenis meniran

Perlakuan

Peubah pengamatan

TT (cm)

JD JC DB

(mm)

Jenis Meniran

Hijau asal Bangkalan (A6) 72,58 a 267,53 b 38,00 b 3,99 Hijau asal Gresik (A7) 72,08 a 216,23 b 34,58 b 4,06

Merah asal Bangkalan (A13) 36,33 b 301,32 a 58,08 a 4,01

Kadar air tanah

100% 67,56 a 342,78 a 53,56 a 4,54 a

75% 63,78 a 314,20 a 53,67 a 4,02 ab

50% 59,00 ab 269,78 ab 37,24 b 3,96 b

25% 53,67 b 200,02 b 29,56 b 3,56 b

Keterangan: Angka rata-rata padasatu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά=0,05.

Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai tinggi tanaman (72,58 cm) maksimal diikuti oleh meniran hijau asal Gresik (72,08 cm). Meniran merah asal Bangkalan mempunyai tinggi tanaman (36,33cm) terendah. Namunpertambahan tinggi

(7)

dengan penambahan diameter batang terdapat kecenderungan meniran merah mempunyai diameter batang lebih besar dibandingkan dengan kedua meniran hijau lainnya.

Adanya perbedaan pertumbuhan antara meniran hijau dan meniran merah diduga erat kaitannya dengan faktor genetik yang mengontrol ketahanan tanaman terhadap kadar air tanah yang berbeda. Adanya perbedaan toleransi antar tanaman terhadap kadar air yang berbeda juga dilaporkan Winarbawa (2000) pada dua tipe kapolaga Sabrang. Sukarman et al.(2000) mendapatkan pada kondisi cekaman air yang sama, tapak dara bunga merah lebih baik pertumbuhannya dibandingkan tapak dara bunga putih.

Perlakuan kadar air tanah tersedia secara nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan diameter batang. Kadar air tanah tersedia 100% mempunyai tinggi tanaman (67,56 cm), jumlah daun (342,78), jumlah cabang (53,56) dan diameter batang (4,54 mm) maksimal, diikuti oleh kadar air tanah 75% (63,78 cm; 314,20; 53,67; 4,02 mm) dan kadar air tanah tersedia 50% (59,00 cm; 269,78; 37,24; 3,96 mm) yang tidak berbeda nyata. Pada kadar air 25% didapatkan tanaman dengan tinggi tanaman (53,67 cm), jumlah daun (200,02), jumlah cabang (29,56) dan diameter batang (3,56 mm) terendah, diikuti kadar air tanah 50% dengan tinggi tanaman 59,00 cm, jumlah daun, 267,78, jumlah cabang 37,24, dan diameter batang 3,96 mm. Hal ini erat kaitannya dengan menurunnya aktivitas fotosintesis dan translokasi hara di dalam tanaman (Darmawan dan Baharsjah, 2010).

Bobot Basah dan Bobot kering tanaman

(8)

Tabel 2. Pengaruh kadar air tanah terhadap bobot basah akar (BBA), bobot basah batang (BBB), bobot basah daun (BBD) dan bobot basah total (BBT) dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam

Perlakuan

Peubah pengamatan

BBA (g tan-1)

BBB (g tan-1)

BBD (g tan-1)

BBT (g tan-1)

Jenis Meniran

Hijau asal Bangkalan (A6) 2,94 7,49 b 15,66 26,10 ab

Hijau asal Gresik (A7) 2,47 7,66 b 14,19 24,32 b

Merah asal Bangkalan (A13) 3,26 10,41 a 16,24 29,91 a

Kadar air tanah

100% 3,79 a 11,21 a 20,83 a 35,84 a

75% 2,89 ab 8,99 a 16,88 ab 28,76 b

50% 2,88 ab 8,09 ab 13,93 bc 24,89 b

25% 2,01 b 5,78 b 9,81 c 17,60 c

Keterangan:Angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά=0,05.

Pemberian air pada tanaman meniran, pada kadar air 100% tersedia menunjukkan bobot basah akar (3,79 g tanaman-1), bobot basah batang (11,21 g tanaman-1), bobot basah daun (20,83 g tanaman-1) dan bobot basah total (35,84 g tanaman-1) maksimal. Terjadi penurunan yang nyata pada bobot basah total (17,60 g tanaman-1) pada kadar air 25%. Penurunan ini diduga erat kaitannya dengan menurunnya translokasi hara dan aktivitas fotosintesis pada tanaman.

Tabel 3 menunjukkan meniran merah asal Bangkalan mempunyai bobot kering daun

(6,27 g tanaman-1) dan bobot kering total (10,20 g tanaman-1) tertinggi diikuti meniran hijau asal Bangkalan dengan bobot kering daun sebesar 5,61 g tanaman-1 dan bobot kering total sebesar 9.67 g tanaman-1. Meniran hijau asal Gresik mempunyai bobot kering daun (4,46 g tanaman-1) dan bobot kering total (8,42 g tanaman-1) terendah dan tidak berbeda nyata dengan meniran hijau asal Bangkalan. Kemampuan meniran merah untuk tumbuh dengan baik menyebabkan meniran merah asal Bangkalan mempunyai bobot kering daun dan bobot kering total yang tinggi.

Tabel 3. Pengaruh kadar air tanah tersedia terhadap bobot kering akar, berat kering batang, berat kering

daun dan berat kering total dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam

Perlakuan

Peubah pengamatan BKA

(g tan-1)

BKB (g tan-1)

BKD (g tan-1)

BKT (g tan-1)

Jenis Meniran

Hijau asal Bangkalan (A6) 1,70 2,36 5,61 ab 9,67 ab

(9)

Merah asal Bangkalan (A13) 1,55 2,39 6,27 a 10,20 a

Kadar air tanah

100% 3,79 a 3,18 a 6,39 a 11,78 a

75% 2,89 ab 2,50 a 5,91 a 10,03 b

50% 2,88 ab 2,37 ab 5,35 ab 9,09 b

25% 2,01 b 1,73 b 4,14 b 6,82 c

Keterangan: Angkarata-rata pada satukolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά=0,05.

Tanaman meniran dengan kadar air 100% tersedia mempunyai bobot kering akar (3,79 g tanaman-1), bobot kering batang (3,18 g tanaman-1), bobot kering daun (6,39 g tanaman-1) dan bobot kering total (11,78 g tanaman-1). Terjadi penurunan nyata pada bobot kering total tanaman (6,82 g tanaman-1) pada kadar air 25%. Tanaman dengan kadar air 50%-75% mempunyai bobot kering total yang tidak berbeda nyata.

Hasil penelitian Winarbawa (2000) menunjukkan perbedaan kadar air tanah berpengaruh terhadap jumlah daun, panjang, dan lebar daun, serta diduga juga mempengaruhi laju fotosintesis di dalam daun yang akan mempengaruhi juga terhadap bobot kering batang, rimpang dan daun kapolaga sabrang. Penelitian Rahardjo et al., (1999) menunjukkan bahwa pemberian cekaman air dapat menurunkan akumulasi biomassa (bobot kering daun, tangkai daun, dan batang) dan peningkatan cekaman air sebesar 1% kapasitas lapang dapat

menurunkan bobot biomassa sebesar 191 mg.

Klorofil dan antosianin daun

Meniran merah asal Bangkalan (A13) dengan kadar air tanah tersedia 100% mempunyai kandungan klorofil a (6,98 mg g-1), kandungan klorofil b (2,79 mg g-1), dan total klorofil (9,77 mg g-1) terbesar. Kandungan antosianin terbesar (1,02 mg g-1) ditemukan pada meniran merah asal Bangkalan dengan kadar air tanah tersedia 50%, diikuti meniran hijau asal Bangkalan (0,99 mg g-1) dengan kadar air tanah 100% (0,99 mg g-1) dan meniran hijau asal Gresik dengan kadar air tanah tersedia 75% . Keberadaan air dalam tanah yang berada dalam keadaan tersedia untuk tanaman akanmempermudah tanaman dapat menyerap air. Selanjutnya tersedianya air tanah secara tidak langsung akan mempengaruhi kadar air dalam sel daun. Hal ini akan mempengaruhi proses membukanya stomata sehingga mempengaruhi proses fotosintesis (Darmawan dan Baharsjah, 2010).

Tabel 4. Interaksi kadar air tanah terhadap kandungan klorofil a, klorofil b, total klorofil dan antosianin daun dua jenis meniran umur 10 MST

Kadar air tanah

Jenis Meniran

Hijau asal Bangkalan (A6)

Hijau asal Gresik (A7)

Merah asal Bangkalan (A13)

Klorofil a (mg g-1)

(10)

75% 1,63 de 1,43 e 4,32 b

50% 2,86 c 1,25 e 5,37 b

25% 3,22 c 1,61 de 4,63 b

Klorofil b (mg g-1)

100% 0,93 efg 1,08 efg 2,79 a

75% 0,70 g 0,73 fg 1,68 cd

50% 1,21 ef 0,64 g 2,17 b

25% 1,33 de 0,76 fg 1,87 bc

Total klorofil (mg g-1)

100% 3,08 efg 3,66 ef 9,77 a

75% 2,34 fg 2,16 fg 5,99 cd

50% 4,06 e 1,99 g 7,54 b

25% 4,55 de 2,37 fg 6,49 bc

Antosianin (mg g-1)

100% 0,99 a 0,25 c 0,56 bc

75% 0,29 c 0,91 ab 0,29 c

50% 0,27 c 0,55 bc 1,02 a

25% 0,43 c 0,30 c 0,91 ab

Keterangan:Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά: 0.05.

Pada tanaman, dalam kloroplas terdapat dua macam klorofil (klorofil a dan klorofil b) yang merupakan pigmen penyerap energi yang utama. Energi cahaya digunakan untuk mengoksidasi H20 membentuk ATP dan NADPH yang kaya energi yang diperlukan untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat. Prekusor utama dalam pembentukan klorofil adalah glutamat yang merupakan senyawa organik intermediet. Pada pembentukan senyawa metabolit sekunder dalam tanaman, intensitas cahaya juga berperan penting. Awad et al., (2001) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berbeda dapat menghasilkan kandungan golongan flavonoid yang berbeda pada kulit buah apel kultivar Jonagold. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan peningkatan antosianin karena pengaruh cahaya.

(11)

membukanya stomata sehingga mempengaruhi proses fotosintesis (Darmawan dan Baharsjah, 2010).

KESIMPULAN

1. Meniran merah membutuhkan kadar air tanah 100% tersedia bagi tanaman untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi biomassa yang tinggi.

2. Meniran merah membutuhkan kadar air tanah 100% tersedia bagi tanaman untuk menghasilkan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil yang tinggi.

3. Meniran merah membutuhkan kadar air tanah 50% tersedia bagi tanaman untuk menghasilkan kandungan antosianin daun yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Awad, MA. 2001. The Apple Skin: Colourful

Healthiness. Developmental and

environmental regulation of flavonoid and chlorogenic acid in apples.Mansoura University. Egypt. 142p.

Colom MR. and Vazzana C. 2000. Water stress effects on three cultivars of Eragrotis curvula. Ital J Agron., 6:127-132.

Cseke LJ., Lu Casey R., Kornfeld A., Kaufman PB., Kirakosyan A. 2006. How and Why these compounds are synthesized by plants. Di dalam: Cseke LJ., Kirakosyan A., Kaufman PB., Warber SL., Duke JA., Brielmann HL., editors. Natural Products from Plants. Boca Raton, London,Taylor and Francis Group LCC CRC Pres. New York.P 51-100.

Darmawan J. and Baharsjah J. 2010. Dasar-dasar

Ilmu Fisiologi Tumbuhan. SITC. Jakarta. Hal 86.

Fitter AH.and Hay RKM. 2002. Environmental Physiology of Plants. Ed ke-3.Academic Press. San Diego. Hal 79-130.

Gardner FP., Pearce RB., and Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo.Universitas Indonesia. Jakarta.Hal 428

Jones, HG. 1992. Plant and Microclimate. A Quantitive to Environment. Plant Physiology (Second Edition). Cambridge University Press. Hal 265-269.

Mattjik AA. and Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan: Dengan Aplikasi SAS dan Minitab.Jilid I ed. ke-2. IPB Press. Bogor

Rahardjo, Rosita M., Fathan R., Sudiarto. 1999. Pengaruh cekaman air terhadap mutu simplisia pegagan. J. Littri, 5(3):92-97. Rhodes D. and Samaras Y. 1994. Genetic control

of osmoregulation in plants. Di dalam: Strange K., editor. Cellular and Molecular Physiology of Cell Volume Regulation. Boca Raton, London, New York and Francis Group LCC CRC Press. P 347-361.

Rodriguez AA., Grunberg KA., Taleisnik EL. 2002. Reactive oxygen species in the elongation zone of maize leaves are necessary for leaf extension. Plant Physiol., 129:1627-1632. Salisbury, Ross C. 1995. Fisiology Tumbuhan Jilid

1,2,3. Penerbit ITB Bandung. Bandung. Sims DA. and Gamon JA.2002. Relationships

(12)

Rem Sen Environ., 81:337-354.

Sinclair TR., Ludlow MM. 1986. Influence of soil water supply on the plant water balance of four tropical grain legumes. Aus J. Plant Physiol., 13:329-341.

Steel RGD. and Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Sukarman, Darwati I., Rusmin D. 2000. Karakter

morfologi dan fisiologi tapak dara (Vinca rosea L.) pada beberapa cekaman air. J Littri, 6(2):50-54.

Taiz L., and Zeiger E. 2002. Plant Physiology. The Benyamin/Cummings Pub. Co.Inc. California. P 559.

Winarbawa, S. 2000. Pengaruh kadar air tanah terhadap pertumbuhan danproduksi dua tipe kapolaga sabrang. Bul Agron.,28(1):1-8. Yosida S., Farno DA., Cook JH., Games KA. 1976.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh kadar air tanah tersedia terhadap tinggi tanaman (TT), jumlah daun (JD), jumlah cabang (JC), dan diameter batang (DB) dua jenis meniran
Tabel 2. Pengaruh kadar air tanah terhadap bobot basah akar (BBA), bobot basah batang (BBB), bobot basah daun (BBD) dan bobot basah total (BBT) dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain selain variabel dalam penelitian saat ini yang mungkin berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing seperti

Cormick (1994; Trihandini, 2005) dalam penelitiannya tentang faktor manusia dalam engineering dan desain membedakan kecerdasan spiritual dengan religiusitas di dalam

[r]

Materi yang digunakan dalam penyusunan aplikasi ini tentunya terkait dengan kalender tanam, yaitu standing crop yang diekstrak dari citra satelit MODIS, data

[r]

Infeksi yang berulang dan sumbatan pada kripta tonsil mengakibatkan peningkatan stasis debris maupun antigen di dalam kripta, juga ter jadi penurunan integr itas epitel kr ipta

[r]

Pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran telah menciptakan dominasi dan membentuk opini publik yang tidak sehat kepada masyarakat dimana masyarakat sipil menjadi