• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Media Plastisin dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Penguasaan Konsep Pewarisan Sifat pada Kelas IX/A SMP Negeri 3 Buko Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penggunaan Media Plastisin dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Penguasaan Konsep Pewarisan Sifat pada Kelas IX/A SMP Negeri 3 Buko Selatan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

Peningkatan Kemampuan Menulis Pidato dengan Metode Latihan

Terbimbing Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Inpres 2 Toribulu

Hasnah, Ali Karim, Yunidar Nur dan Muh. Tahir

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Permasalahan peneleitian ini adalah apakah penggunaan metode latihan terbimbing dapat menentukan kemampuan menulis pidato siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu dapat ditingkatkan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis pidato siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu melalui metode latihan terbimbing. Jenis penelitian yang digunakan dalam PTK ini adalah metode latihan terbimbing yang dilaksanakan dalam dua siklus, di mana pada setiap siklus dilakukan langkah-langkah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang, yang terdiri atas siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan siswa perempuan sebanyak 10 orang. Hasil observasi dan evaluasi penelitian tindakan kelas melalui metode latihan terbimbing dengan dua siklus menunjukkan nilai rata-rata atau persentase yang berbeda terhadap kemampuan menulis pidato siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu. Pada pelaksanaan tindakan Siklus I ketuntasan klasikal siswa adalah 44% (11 orang siswa yang tuntas hasil belajarnya), tetapi hal tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan,

yaitu tuntas secara klasikal bila mencapai ≥ 75% atau memperoleh skor ≥ 65. Pada

tindakan Siklus II, diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 100% dengan perolehan nilai semua siwa (25 orang siswa) sudah mencapai skor ≥ 65. Dengan demikian, kemampuan menulis pidato siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu dapat ditingkatkan melalui metode latihan terbimbing.

Kata Kunci : Menulis Pidato, Metode Latihan Terbimbing

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan observasi awal ditemukan bahwa siswa kelas VI SD Inpres 2 Toribulu rata-rata mengalami kesulitan dalam mengekspresikan kemampuan mereka dalam menulis pidato. Hal ini disebabkan masih minimnya perbendaharaan kata, lemahnya penguasaan materi, serta kondisi internal/fisikal yang ada pada diri siswa, sehingga mengakibatkan sulitnya menciptakan pembelajaran yang produktif dan dinamis, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada rendahnya hasil belajar dan tentunya berpengaruh pula pada rendahnya output pendidikan.

(2)

2 yang diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menulis pidato tersebut adalah dengan menerapkan metode latihan terbimbing.

Penerapan metode latihan terbimbing pada dasarnya bertujuan untuk melatih siswa dalam mengerjakan tugasmenulis pidato yang diberikan oleh guru agar siswa tersebut dapat menguasai materi pembelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar di kelas. Pada sisi lain, penerapan metode latihan terbimbing tersebut adalah sebagai bahan evaluasi bagi guru bidang studi untuk menilai dan menentukan tingkat kemampuan dan prestasi belajar siswa dalam menerima dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Sehingga proses belajar mengajar tidak hanya sekadar sarana untuk menyampaikan materi bidang studi oleh guru kepada peserta didik (siswa) yang sifatnya monoton, tetapi lebih pada proses untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa secara fleksibel, baik di lingkungan sekolah khususnya, dan di lingkungan keluarga dan masyarakat umumnya. Sehingga jika mereka melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi mereka tidaklagi kaku dan bingung bagaimana menyelesaikan tugas-tugas dengan baik dan benar yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan kenyataan di atas, dengan demikian penerapan metode latihan terbimbing sesungguhnya mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan siswa kelas VI SD Inpres 2 Toribulu dalam menulis pidato.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan metode latihan terbimbing dalam proses belajar mengajar di sekolah guna meningkatkan kemampuan menulis pidato bagi siswa kelas VI SD Inpres 2 Toribulu tidak selamanya berdampak postif, akan tetapi dapat pula berdampak negatif, meskipun dampak negatif yang ditimbulkan tidak signifikan. Dampak negatif tersebut misalnya menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi pembelajaran sehingga memicu kemalasan siswa untuk mengikuti pelajaran yang bersangkutan atau bahkan siswa tersebut sama sekali tidak masuk sekolah karena takut tidak dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru bidang studi. Olehnya itu, penerapan metode latihan terbimbing harus terukur dan disesuaikan dengan aspek psikologi siswa. Dengan kata lain penerapan metode latihan terbimbing tidak bersifat full time dan harus memaksakan kehendak guru untuk memberi tugas kepada siswa secara terus menerus tanpa batas waktu (limitasi).

Mengacu pada uraian latar belakang di atas, maka penulis berminat untuk

(3)

3 DenganMetode Latihan Terbimbing Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Inpres 2 Toribulu”.

Penerapan metode latihan terbimbing oleh guru dalam proses belajar mengajar merupakan suatu opsi atau pilihan metode yang relevan dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis pidato.

Belajar merupakan suatu proses dari ‘tidak tahu’ menjadi ‘tahu’ akan sesuatu

hal baik yang bersifat materil maupun immateril. Dalam hal ini siswa dituntut untuk selalu belajar dan belajar dengan dibantu oleh guru dalam aktivitas pembelajaran di sekolah agar siswa mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga dapat berprestasi secara baik.Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar.Dalam hal ini hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan kooperatif dalam suatu aktivitas pembelajaran.

1.1Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakangrumusan masalah penelitian ini adalahApakah penerapan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SD Inpres 2 Toribulu menulis pidato ?.

1.2Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitianini bertujuanmendeskripsikanpenerapan metode latihan terbimbinguntuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SD Inpres 2 Toribulu menulis pidato.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian tindakan kelas ini adalah : a. Bagi peneliti (guru)

(4)

4 b. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi siswa untuk mengetahui tingkat kemampuannyadalam menulis pidato melalui metode latihan terbimbing.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran konseptual untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta pengembangan sekolah di pentas lokal, regional dan nasional.

d. Bagi Universitas Tadulako

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan dan pemajuan pembangunan dalam bidang pendidikan, dan dapat dijadikan sebagai tambahan literatur bagi calon peneliti-peneliti selanjutnya yang berminat dengan kajian dan telaah yang identik.

S. Nasution (1995 : 34), mendefinisikan belajar sebagai berikut :

Belajar adalah penambahan pengetahuan.Definisi ini dalam praktek sangat banyak dianut di sekolah dimana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid bergiat untuk mengumpulkannya.Sering belajar itu disamakan dengan menghafal.Bukti bahwa seorang anak belajar ternyata dari hasil ujian yang diadakan.

Sementara Hilgard (dalam S. Nasution, 1995 : 35), mengemukakan bahwa:

Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum minuman keras termasuk hasil belajar.

Mengacu pada teori belajar di atas, maka belajar mempunyai suatu ciri-ciri tertentu berupa : proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

Proses : mengandung maksud bahwa belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.

Perubahan perilaku : mengandung maksud bahwa seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan penguasaan nilai-nilai (sikap).

(5)

5 telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini terus berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecapakan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.

3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.Misalnya perubahan tingkah laku karena usaha orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. 4. Perubahan belajar bukan bersifat sementara

(6)

6 kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelum sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

6. Perubahan mencakup seluruh tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

Pengalaman : mengandung maksud bahwa belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi antara individu dengan lingkungan.

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar berkaitan erat dengan adanya perbubahan sebagai hasil belajar itu sendiri.Namun perubahan di sini harus dibedakan dengan perubahan yang dialami oleh seseorang karena akibat mabuk.Artinya perubahan orang yang mabuk bukan termasuk kegiatan belajar, meskipun orang itu mengalami perubahan fisik dari sadar menjadi tidak sadar.

(7)

7 Dengan demikian, orang yang berilmu akan berbeda dengan orang yang tidak berilmu baik dalam sikap, tutur kata, pengalaman, pemahaman, keterampilan, dan sebagainya.

Menulis pidato dapat diartikan sebagai proses kreatif seseorang berdasarkan potensi yang dimilikinya untuk menuangkan berbagai gagasan dalam bentuk tulisan tertentu, dalam hal ini pidato.

Semi (2007 : 14) mengemukakan bahwa :

“Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan dalam lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini menulis mempunyai tiga aspek utama, yaitu (1) adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai; (2) adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan; dan (3) sistem pemindahan gagasan itu, yaitu berupa sistem bahasa atau penyajian.”

Tujuan menulis meliputi menceritakan sesuatu, memberikan petunjuk dan pengarahan, untuk menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan orang lain akan pendapatnya, untuk merangkum tulisan sehingga memudahkan perangkum untuk menguasai tulisan.

Isi atau gagasan tulisan dapat meliputi pengalaman yang merupakan sumber topik tulisan yang paling penting, pengamatan mengenai apa yang tidak kita alami, khayalan atau imajinasi yang merupakan kemampuan berkhayal yang dapat melahirkan cita-cita dan harapan manusia, pendapat dan keyakinan yang melahirkan tanggapan atas sesuatu hal dan keyakinan akan sesuatu pilihan.

(8)

8 Mariana (2004 : 1) mengemukakan bahwa :

“Keberhasilan siswa dalam mencapai suatu kompetensi dengan mempelajari suatu materi pelajaran (subject matter) terletak pada kemampuan mereka mengelola belajar (management of learning), kondisi belajar (condition of learning), dan membangun struktur kognitifnya pada bangunan pengetahuan awal (prior knowledge), serta mempresentasikannya kembali secara benar.”

Sehubungan dengan kemampuan untuk mempresentasikan kembali secara benar dalam kaitannya dengan keberhasilan siswa mencapai suatu kompetensi dengan mempelajari suatu materi pelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Mariana di atas, dapat ditempuh melalui langkah penerapan metode latihan terbimbing terhadap materi pembelajaran yang telah diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Artinya penerapan metode latihan terbimbing dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengetahui dan menentukan kemampuan siswa dalam merealisasikan materi pembelajaran yang telah diperolehnya, yang merupakan integrasi dari hasil kegiatan evaluasi hasil belajar siswa.

Namun demikian, penerapan metode latihan terbimbing oleh guru mutlak memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi belajar siswa, sebagai salah satu faktor penunjang bagi peningkatan kemampuan belajar siswa khususnya dalam menulis pidato. Karena faktor ini mempengaruhi proses membangun paradigma berpikir siswa di dalam struktur kognitifnya. Artinya jika kondisi belajar siswa tidak didukung dengan keaadan tubuh dan jiwa yang sehat dan tempat belajar yang kurang memadai, maka dapat berakibat minimnya kemampuan siswa dalam pengelolaan belajar guna membangun struktur kognitifnya dalam kegiatan pembelajaran.

Pidato itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, misalnya pidato menyambut hari besar nasional, pidato pelepasan siswa, dan lain sebagainya.

(9)

9

I. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Inpres 2 Toribulu pada siswa kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang, yang terdiri atas siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan siswa perempuan sebanyak 10 orang. Penulis memilih lokasi ini dengan pertimbangan bahwa sebagian besar subyek penelitian (siswa) mengalami penurunan kemampuan belajarnya pada pembelajaran bahasa Indonesia, karena belum menggunakan metode latihan terbimbing, selain itu sekolah ini merupakan tempat penulis mengajar, sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelitian

1.1.Jenis Data dan Tata Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualiitatif adalah data aktifitas guru dan siswa yang ekspresikan secara alami, sedangkan data perolehan siswa dalam mengerjakan tes disebut data kuantitatif.

2. Teknik Cara Pengumpulan Data

a. Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan menulis pidato dengan metode latihan terbimbing diambil dengan menggunakan lembar observasi.

b. Hasil tes/evaluasi siswa pada pembelajaran menulis pidato.

1.2.Prosedur Pelaksanaan Rencana Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan melalui dua siklus, di mana setiap siklus dilakukan dengan tahapan: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi

1.3.Analisis Data

Salah satu faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan siswa. Untuk itu perlu adanya alat pengukur keberhasilan siswa melalui pencapaian daya serap dengan formulasi sebagai berikut :

1. Daya serap perorangan Skor yang dicapai

DS = x 100%

Skor maksimal soal 2. Daya serap klasikal

Skor total persentase

DS = x 100%

(10)

10 Keterangan :

Daya serap perorangan

Seorang siswa telah tuntas belajar bila ia telah mencapai skor :≥65% atau 6,5. Daya serap klasikal

Suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila di kelas tersebut :

≥85% dari jumlah siswa yang telah mencapai daya serap ≥65% atau 6,5. (Depdikbud, 1995 : 34)

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan komponen-komponen yang diamati pada kegiatan guru, akan menjadi patokan bagi guru (peneliti) dalam melaksanakan pembelajaran dengan diobservasi langsung oleh teman sejawat, yaitu guru yang mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas dapat dilihat melalui Siklus I dan Siklus II, sebagai berikut :

Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Pada Siklus I

No. Komponen yang diobservasi Penilaian (%)

1 2 3 4 5

1.

2.

3.

Kegiatan awal : a. Mengabsen siswa

b. Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis c. Menyampaikan kompetensi dasar

d. Menyampaikan tujuan pembelajaran e. Menyampaikan indikator pembelajaran f. Menggali pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran Kegiatan inti :

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran.

a. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang kerangka, maksud dan tujuan serta makna isi dari suatu pidato.

b. Siswa menulis pokok-pokok materi pelajaran.

c. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan/rangkuman pembelajaran.

d. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk diberi penilaian.

Kegiatan akhir :

√ √ √ √ √ √

(11)

11 4.

5.

a. Memberikan saran dan masukan b. Memberikan evaluasi

c. Mengumpulkan hasil evaluasi Pengelolaan waktu

Antusias guru menggunakan metode latihan terbimbing

√ √

Nilai Rata-rata (NR) 0 18,75 37,5 43,75 0

Gambaran pada tabel di atas, menunujukkan bahwa kemampuan guru (peneliti) dalam pelaksanaan proses pembelajaran Siklus I pada siswa Kelas VI SD Inpres Toribulu memberi indikasi bahwa aktivitas guru dikategorikan baik dengan jumlah komponen yang mendapat skor 4 sebanyak 7 komponen atau 43,75%, sedangkan 6 komponen atau 37,5% mendapat skor 3 atau kategori cukup, sementara 3 komponen lainnya atau 18,75% mendapat skor 2 atau kategori kurang.

Selanjutnya peneliti menguraikan observasi aktivitas siswa pada Siklus I, sebagai berikut :

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses pembelajaran siklus I

No. Komponen yang diobservasi Penilaian (%)

1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4. 5.

Kegiatan awal

a. Mengikuti dan mendengarkan penjelasan guru

b. Menjawab dan mengajukan pertanyaan Kegiatan inti

a. Memahami materi yang diajarkan

b. Mengetahui kerangka, maksud dan tujuan serta makna pidato

c. Memperhatikan bimbingan guru

d. Mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pidato

e. Menentukan isi atau pokok pikiran pidato Kegiatan akhir

a. Membuat rangkuman atau kesimpulan b. Menerima saran dan masukan dari guru Pengelolaan waktu

Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran

√ √

Nilai Rata-rata (NR) 9,09 63,63 27,27

(12)

12 mendapat nilai baik dengan skor 4, dan 1 komponen atau 9,09% mendapat nilai kurang dengan skor 2. Hal ini menunjukkan perlu dilakukan perbaikan pada Siklus II melalui metode latihan terbimbing.

Setelah diberikan materi dengan metode latihan terbimbing pada Siklus I dengan materi menulis pidato diperoleh hasil pekerjaan siswa sebagai berikut :

Hasil Evaluasi Belajar Siswa Menulis Pidato Pada Akhir Tindakan Siklus I

No. Nama Siswa

Skor yang dicapai

Skor Instrumen Penilaian / Bobot

Nilai Tuntas

(13)

13 yang tuntas secara individu mencapai 75% atau lebih. Hal ini memberikan arah bagi peneliti untuk tetap melakukan tindakan pada siklus berikutnya, yakni Siklus II.

Selanjutnya untuk mengetahui analisis data secara distribusi frekuensi, dapat dilihat pada tabel berikut :

Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu Menulis Pidato Melalui Metode Latihan Terbimbing Pada Siklus I

No. Interval

Penilaian Kategori Frekuensi

Persentase

(%) Ketuntasan

1 2 3 4

≤ 65

66-80 81-90 91-100

Kurang Cukup

Baik Amat Baik

14 11 0 0

56 44 0 0

TT T T T

Jumlah 25 100

Ketuntasan Klasikal (%) 44

Hasil persentase keberhasilan siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu menulis pidato melalui metode latihan terbimbing pada tabel 4.4, yaitu perolehan nilai dengan

interval ≤ 65 (kurang) frekuensinya 14 atau 56%, interval 66-80 (cukup) frekuensinya 11 atau 44%, interval 81-90 (baik) frekuensinya 0 atau 0%, dan interval 91-100 (amat baik) frekuensinya 0 atau 0%.

Melihat tingginya persentase perolehan nilai dengan interval ≤ 65 (56%) di atas, maka tindakan pada Siklus I dinyatakan belum berhasil, karena ketuntasan masih mencapai 44%, sehingga penelitian dinyatakan belum tuntas dan harus dilanjutkan pada siklus berikutnya, yakni Siklus II.

Adapun hasil observasi kegiatan guru (peneliti) Siklus II adalah sebagai berikut :

Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Siklus II

No. Komponen yang diobservasi Penilaian (%)

1 2 3 4 5

1.

2.

Kegiatan awal : a. Mengabsen siswa

b. Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis c. Menyampaikan kompetensi dasar

d. Menyampaikan tujuan pembelajaran e. Menyampaikan indikator pembelajaran f. Menggali pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran

Kegiatan inti :

√ √

√ √ √ √

(14)

14 3.

4. 5.

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran. b. Siswa memperhatikan penjelasan guru

tentang kerangka, maksud dan tujuan serta makna isi dari suatu pidato.

c. Siswa menulis pokok-pokok materi pelajaran.

d. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan/rangkuman pembelajaran.

e. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk diberi penilaian.

Kegiatan akhir :

a. Memberikan saran dan masukan b. Memberikan evaluasi

c. Mengumpulkan hasil evaluasi Pengelolaan waktu

Antusias guru menggunakan metode latihan terbimbing

√ √ √

Nilai Rata-rata (NR) 0 0 0 25 75

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa kemampuan guru (peneliti) dalam pelaksanaan proses pembelajaran Siklus II pada siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu memberi indikasi bahwa aktivitas guru dikategorikan sangat baik dengan jumlah komponen yang mendapat skor 5 sebanyak 12 komponen atau 75%, sedangkan 4 komponen lainnya atau 25% mendapat skor 4 atau kategori baik. Melihat perolehan nilai tiap komponen pada SiklusII, maka terjadi penurunan persentase pada kategori baik menjadi 25%, hal ini dikarenakan terjadi peningkatan pada kategori sangat baik sebesar 75%.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil observasi aktivitas siswa pada Siklus II, dapat dilihat pada tabel berikut :

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Siklus II

No. Komponen yang diobservasi Penilaian (%)

1 2 3 4 5

1.

2.

Kegiatan awal

a. Mengikuti dan mendengarkan penjelasan guru

b. Menjawab dan mengajukan pertanyaan Kegiatan inti

a. Memahami materi yang diajarkan

b. Mengetahui kerangka, maksud dan tujuan

(15)

15 3.

4. 5.

serta makna pidato

c. Memperhatikan bimbingan guru

d. Mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pidato

e. Menentukan isi atau pokok pikiran pidato Kegiatan akhir

a. Membuat rangkuman atau kesimpulan b. Menerima saran dan masukan dari guru Pengelolaan waktu

Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa dalam proses pembelajaran Siklus II VI SD Inpres 2 Toribulu memberi indikasi bahwa aktivitas siswa dikategorikan sangat baik dengan jumlah komponen yangmendapat skor 5 sebanyak 9 komponen atau 81,82%, sedangkan 2 komponen lainnya atau 18,18% mendapat skor 4 atau kategori baik.

Hasil Evaluasi Belajar Siswa Membaca Pemahaman Pada Akhir Tindakan Siklus II

No. Nama Siswa

Skor yang dicapai

Skor Instrumen Penilaian / Bobot

(16)

16

Ketuntasan Klasikal (%) 100

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran penilaian bahwa hasil persentase ketuntasan siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu pada Siklus II dalam menulis pidato mencapai 100% atau seluruh siswa sudah memperoleh nilai ≥ 65 dengan persentase ketuntasan 100%. Adapun hasil persentase keberhasilan siswa bila dianalisis melalui tabel distribusi frekuensi, dapat dilihat pada tabel berikut :

Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu Menulis Pidato Melalui Metode Latihan Terbimbing Pada Siklus II

No. Interval

Penilaian Kategori Frekuensi

Persentase

Ketuntasan Klasikal (%) 100

4.2.Pembahasan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal bahasa Indonesia pada materi menulis pidato pada siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu untuk Siklus I belum memenuhi indikator yang ditetapkan, dengan ketuntasan klasikal hanya mencapai 44% dari 25 orang siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan metode latihan terbimbing belum diterapkan secara optimal oleh guru. Meskipun demikian, setelah dilakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan Siklus II, terjadi peningkatan ketuntasan klasikal siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu dengan perolehan persentase 100%. Peningkatan ini sangat baik karena telah mencapai melampaui ketuntasan klasikal ≥75%, dengan interval penilaian

(17)

17 Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi aktivitas guru dan siswa, kesulitan-kesulitan yang dimiliki siswa tersebut dipengaruhi oleh kemampuan siswa yang berbeda dalam menerima setiap materi pembelajaran dan masih kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran serta membangun pengetahuannya terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Adapun kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru lebih dipengaruhi oleh kurangnya kreatifitas guru dalam melakukan variasi penggunaan metode latihan terbimbing dan model pembelajaran.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi guru dan siswa yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan kelas, dengan menggunakan metode latihan terbimbing dapat disimpulkan :

1. Siswa Kelas VI SD Inpres 2 Toribulu termotivasi dan antusias mengikuti proses belajar dalam menulis pidato dengan menggunakan metode latihan terbimbing karena menciptakan hubungan interkatif dan emosional antara guru dan siswa maupun antara sesama siswa.Dengan hasil penelitian tindakan kelas melalui metode latihan terbimbing dengan dua siklus menunjukan nilai rata-rata atau presentase yang berbeda. Pada pelaksanaan tindakan siklus I ketuntasan klasikal siswa adalah 44%, tetapi belum mencapai kriteria

ketuntasan yang diharapkan, yaitu tuntas secara klasikal bila mencapai ≥ 75%.

Pada tindakan siklus II, diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 100% dengan perolehan nilai semua siswa. Keadaan demikian menjadikan Guru tidak lagi merupakan sumber otoritas, tetapi dapat terintegrasi kepada siswa atau sebagai mitra belajar siswa sehingga kemampuan siswa menulis pidato dapat ditingkatkan.

(18)

18

B. Saran

Bertolak dari kesimpulan di atas, dalam rangka perbaikan tindakan kelas serta peningkatan kualitas pelajaran bahasa Indonesia di sekolah, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Khusus untuk guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran di kelas diupayakan penggunaan metode latihan terbimbing diterapkan secara optimal sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

2. Pemahaman guru tentang penggunaan metode latihan terbimbing dapat diaplikasikan secara nyata dalam pembelajaran selanjutnya. Guru diharapkan melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan selama bertindak sebagai praktisi di lapangan dalammengikuti KBM.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Somad, Adi, 2007. Belajar itu Ibadah. Bandung, Pustaka Madani

Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta

Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelasi. Bandung, Yrama Widya

Dimyati dan Mudjiono, (1999).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Rineka Cipta

Irawan, Ade, dkk, 2006. Buruk Wajah Pendidikan Dasar. Jakarta, Indonesia Corruption Watch

Mariana, Made Alit, 2004. Pembelajaran Remedial. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Pendidikan

Rooijakkers, Ad., 2005. Mengajar Dengan Sukses; Petunjuk Untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia Safari, 2004.EvaluasiPembelajaran. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Pendidikan

S. Nasution, 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ranikmae (dala m Rakhmawan,A., dkk., 2015, hlm. 145) “Pembelajaran akan memperoleh hasil yang baik, jika pembelajaran tersebut

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan BahasadanSeni.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan, fasilitas, dan lokasi usaha terhadap peningkatan hunian hotel Garuda Plaza

TUGAS : Membantu Bupati dalam melaksanakan kebijakan teknis urusan pemerintahan di bidang Penanaman Modal dan PTSP.

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan, fasilitas dan lokasi

Pengaruh Tipe Kepribadian Konvensional Dan Enterprising Terhadap Minat Kerja Karyawan Bank Rakyat Indonesia (Bri) Cabang Majalaya.. Universitas Pendidikan Indonesia |

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar