• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. PENDAHULUAN - Nilai Estetika Tata Busana Tari Tradisi Olang-Olang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "A. PENDAHULUAN - Nilai Estetika Tata Busana Tari Tradisi Olang-Olang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI ESTETIKA

TATA BUSANA TARI TRADISI OLANG-OLANG

Oleh : Evadilla

Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sendratasik

ABSTRAC

Fashion aesthetic value in olang-olang dance traditional is still maintained. Clothing worn by the male dancers by pot tight clothes farrets, colours black pants suit, black dance pose, red shawl and cloth side golden brown for female dancers dressed by pot by wearing green pants, wear dasto golden yellow, green scraf and wearing next to golden yellow cloth. Clothing olang-olang-olag dance tradition is to own aesthetics ranging from shape and color of the clothing worn by the dancers are still in accordance whit the existing rules in terms of both religious and customary terms.

Kata kunci : nilai estetika, tradisi, busana

A. PENDAHULUAN

Kesenian yang terdapat disetiap

daerah memiliki berbagai macam, terutama

di daerah Dayun. Di Dayun ada 11 Desa

salah satunya yaitu Desa Dayun. Nama

Desa Dayun diambil dari nama seseorang

yang bernama “Dayun” yang merupakan

Dubalang Majapahit pada waktu itu, dan

Dayun sendiri dapat diartikan sebagai

orang-orang yang sedang berayun.

Masyarakat Dayun memiliki kesenian yang

beragam salah satunya yakni tari tradisi.

Olang-olang Tari tradisi Olang-olang ini

berasal dari sebuah cerita yakni seoranng

bujang (anak laki-laki) yang bernama

Sijibun, Sijibun ini seorang yang

mempunyai hutang kepada seorang

saudagar.

Tari tradisi Olang-olang di Desa

Dayun Kecamatan Dayun, ia mengatakan

bahwa tari tradisi Olang-olang di Desa

Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak

Provinsi Riau ini wanita, serta busana pada

tari tradisi Olan-olang di Desa Dayun

Kecamatan Dayun Kabupaten Siak

Provinsi Riau memiliki bentuk busana

khusus yang berbeda antara laki-laki

(2)

dikenakan aleh penari laki-laki yaitu : Baju

teluk belanga cekak musang dengan celana

panjang, kain samping, dan tanjak.

Sedangkan bentuk busana yang dipakai

oleh penari wanita yaitu : Baju teluk

belanga dengan celana panjang, kain

samping, selendang, dan penutup kepala

atau dasto (wawancara 10 Desember 2012).

Warna busana dari tari tradisi

Olang-olang ini yaitu penari laki-laki

memakai baju teluk belanga cekak musang

dengan stelan celana panjang yang

berwarna hitam. Kain samping berwarna

kuning keemasan, selendang berwarna

merah dan tanjak (penutup kepala)

berwarna hitam. Sedangkan warna busana

yang dikenakan oleh penari wanita dengan

baju teluk belanga dengan stelan celana

panjang berwarna hijau, kain samping

berwarna kuning keemasan dan dasto

(penutup kepala) yang berwarna kuning

keemasan.

Warna busana memiliki makna dan

khusus dikenakan, menurut M.A Effendi

BA dkk ada enam warna Melayu yang

terkenal yang mempunyai arti sebagai

berikut : 1) warna putih melambangkan

kesucian 2) warna hitam berarti

melambangkan keberanian dan

keperkasaan hulubalang 3) warna merah

berarti melambangkan persaudaraan dan

keberanian 4) warna biru berarti

melambangkan kebahagiaan 5) warna hijau

melambangkan kesuburan 6) warna kuning

melambangkan warna keemasan atau

kekuasaan kerajaan, berarti kebesaran dan

kewibawaan seseorang. Dari itu warna

kuning melambangkan kebesaran kerajaan,

lambang untuk sultan, raja dan tengku

(2000: 53).

Dari penjelasan di atas warna-warna

busana yang dipakai pada tari tradisi

Olang-olang juga memiliki makna dan peran

karakter bagi pemakainya. Menurut Doha

salah satu pemain musik tari tradisi

Olang-olang beliau mengatakan bahwa busana

memiliki makna tersendiri dan suatu

perencanaan desain busana itu sendiri.

Busana pada tari tradisi Olang-olang di

Desa Kabupaten Siak Provinsi Riau

memiliki makna warna tersendiri yaitu

warna hitam melambangkan kewibawaan

panglima atau hulubalangpada saat itu,

warna kuning melambangkan

kebangsawanan, warna merah

melambangkan keperkasaan dan

keberanian, warna hijau melambangkan

kemakmuran atau keasuburan. Dari bentuk

desainnya memiliki peran yakni pada

pakaian penari laki-laki menggambarkan

seekor burung elang sedangkan pada

pakaian perempuan menggambarkan

burung srindit seperti burung elang

(wawancara 10 Desember 2012).

B. METODE PENULISAN

Menurut iskandar penelitian

(3)

berpegangan kepada paradigma naturalistik

atau fenomenologi. Ini karena penelitian

kualitatif senantiasa dilakukan dalam

settinng alamiah terhadap fenomena. Selain

itu, penelitian kualitatif juga sebenarnya

juga menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data untuk menggambarkan

fenomena. Oleh sebab itu, penelitian

kualitatif juga berpedoman kepada

paradigma. Maknanya lebih banyak

menggunakan pada teknik pengumpulan

data yang digunakan, lebih baik hasil

penelitian, karena dapat memberi rangkaian

bukti yang diperlukan (2008: 187-188).

C. PEMBAHASAN PENELITIAN

Nilai estetika merupakan sesuatu

yang bisa dilihat oleh indra penglihatan,

berupa benda yang mana orang akan

menganalisis benda tersebut dan

mempunyai suatu bentuk keindahan yang

terdapat didalamnya sesuai dengan

analisa-analisa Olang-olang ini merupakan suatu

nilai keindahan yang terdapat pada busana,

yang mana pada busana tari ini dapat dilihat

bentuk dan warna yang ada pada busana

tersebut yang memiliki keindahan dan

makna tersendiri dari warnanya.

Sesuai dengan pendapat The Liang

Gie Keindahan dalam arti estetis murnu

menyangkut pengalaman estetis dari

seseorang dalam hubungannya dengan

segala sesuatu yang diserapnya dengan

penglihatan, yakni berupa keindahan dari

bentuk dan warna (1975: 36).

Di dalam busana terdapat nilali

estetika atau nilai kendahan, pada busana

tari tradisional Olang-olang di Desa Dayun

Kecamatan Dayun Kabupaten Siak

Provinsi Riau baik dari bentuk warna

busana dari wawancara penulis dengan

Zulkifli selaku Dewan Kesenian Siak

Kecamatan Dayun beliau mengatakan

bahwa busana tari tradisi Olang-olang ini

memiliki nilai-nilai busana yang

terkandung didalamnya yakni: 1) Nilai

Bangsawan: pada busana laki-laki ini

menggambarkan seorang raja atau

panglima yang gagah berani sedangkan

pada busana perempuannya

menggambarkan permaisuri yang cantik

jelita. 2) Nilai religius: pada busana

laki-laki dan busana perempuan ini menutup

aurat sesuai dengan kaidah melayu yang

telah ada. 3) Nilai Kebudayaan: dari bentuk

dan warna busana tari tradisi Olang-olang

baik bagi penari laki-laki maupun penari

perempuan terdapat unsur-unsur

kebudayaan melayu yang memiliki nilai

estetis atau keindahan. 4) Nilai Kesopanan:

pada busana tari tradisi Olang-olang dari

bentuk dan fungsi busana baikbagi penari

laki-laki dan penari perempuan memiliki

nilai kesopanan dalam berpakaian sesuai

dengan kaidah melayu (wawancara 10

(4)

Zulkifli juga mengatakan bahwa

Busana pada Tari Tradisi Olang-olang di

Desa Dayun Kecamatan Kabupaten Siak

Provinsi Riau ini juga memiliki fungsi dan

tujuan, fungsi dan tujuannya yakni selain

menutup aurat yang sesuai dengan kaidah

melayu, juga menutupi tubuh, pendukung

untuk memperindah suatu tari, serta

menampakkan perwatakan nilao

kebangsawanan pemimpin atau penguasa

pada tempo Dayun dahuluanya (wawancara

10 Desember 2012).

Busana tari tradisi Olang-olang ini

memiliki nilai keindahan, yang mana dalam

busana tari tradiai Olang-olang dilihat dari

bentuk busana serta warnannya yang khas

menurut adat tempatan (busana Melayu),

sehingga penulis tertarik untuk mengetahui

lebih mendalam tentang busana tari tradisi

Olang-olang ini. Adapun hal-hal keindahan

yang dapat dilihat dari busana tari tradisi

Olang-olang di Desa Dayun Kecamatan

Dayun Kabupaten Siak adalah sebagai

berikut :

1. Busana Tari Tradisi Olang-olang Bentuk busan amerupakan suatu

benda yang penting ayang dapat menunjang

penampilan, meningkatkan atau

manyamarkan keserasian badan serta

memberikan tekanan dan kontras pada

komponen-komponen gerak. Penggunaan

busana yang tepat dan serasi dapat

menunjukkan dan membedakan antara

peran yang satu dengan yang lainnya.

Pada bentuk busana tari tradisi

Olang-olang ini tidak jauh berbeda dengan

busana adat setempat, busana tari tradisi

Olang-olang memakai busana Melayu.

Dengan demikian tetaplah terdapat

kesamaan yang mendasar, yang

menjadikan acuan tatanan adat tradisi

Melayu (busana Melayu). Kesamaan ini

dapat dilihat dari bentuk dasar busana.

Bentuk busana yang dikenakan oleh penari

laki-laki dan wanita pada tari tradisi

Olang-olang di Desa Dayun Kecamatan Dayun

Kabupaten Siak yaitu :

1) Penari laki-laki

a) Mengenakan baju teluk belanga

cekak musang, bentuk dari baju

yang di pakai oleh penari laki-laki

yakni dengan baju lengan panjang

sepanjang pergelangan tangan,

berkancing lima buah, dengan

bentuk krah baju bulat melingkar

pada leher, panjang kaki baju

(dalam bentuk baju) sebatas bawah

perut, dan bahan kain ini berbahan

belacu (pakaian orang melayu

dahulu yang digunakan untuk

sehari-hari).

b) Dengan setelan celana panjang,

celana panjang yang dipakai

sepanjang mata kaki dengan bentuk

lingkkaran pada kaki celana lebar,

sehingga mudah untuk melangkah

atau bergerak dan bahan kainnya

(5)

Melayu dahulu yang digunakan

untuk sehari-hari atau basahan).

2) Penari wanita

a) Memakai baju teluk belanga,

bentuk baju ini dengan kancing

bulat sejajar kebawah sebanyak

lima buah, dengan bentuk lengan

panjang, panjang baju sepanjang

bawah perut apabila dipakai, dan

bahan darii baju ini yakni bahan

belacu (pakaian orang Melayu

dahulu yang digunakan

sehari-hari).

b) Stelan celana panjang yang

panjangnya sampai kemata kaki,

dengan bahan kain celana belacu.

c) Didalam bentuk busana tari tradisi

Olang-olang di Desa Dayun

Kecamatan Dayun Kabupaten Siak

sapat juga dilihat perlengkapan dari

busana tari tradisi Olang-olang

yang dikenakan penari laki-laki

maupun penari wanita, yang

gunanya sebagai perlengkapan dari

busana tari tradisi Olang-olang.

Perlengkapan dari busana tari

tradisi Olang-olang tersebut yakni :

1) Penari laki-laki :

a) Memakai kain samping

dengan tenunan asli Siak

(sebagai perlengkapan

busana) dengan bentuk kain

dasar tenunan dengan motif

pujuk rebung yang dijahit

dengan tengan tidak

menggunakan mesin,

berbentuk lingkaran kain

sarung dengan buka kain

selebar kurang lebih 1

meter.

b) Selendang (sebagai

pelengkap busana),

selendang dengan persegi

panjang dengan panjangnya

kurang lebih 1,5 meter dan

lebar kainnya sejengkal,

dengan sisi ujungnya

selendang kanan dan kiri

ada jumbai-jumbai benang,

bahan dari selendang ini

dengan bahan kaiin satin.

c) Tanjak (sebagai penutup

kepala), bentuk dati tanjak

sebelum dikenakan

dikepala yakni segitiga,

apabila sudah dipakai

dikepala bentuk tanjak

hulubalang dengan bahan

kain satin.

2) Penari wanita

a) Memakai kain samping

dengan tenunan asli Siak

yang sama dengan bentuk

penari laki-laki, dengan

bentuk kain dasar tenunan

dengan motif pujuk rebung

yang dijahit dengan tangan

(6)

berbentuk lingkaran kain

sarung dengan buka kain

selebar kurang lebih 1

meter.

b) Memakai selendang,

selendangnya sama dengan

bentuk penari laki-laki

hanya warna yang berbeda,

selendang dengan persegi

panjang dengan panjangnya

kurang lebih 1,5 meter dan

lebar kainnya sejengkal

dengan sisi ujung

selendang ada

jumbai-jumbai benang, bahan dari

selendang ini dengan bahan

kain satin.

c) Dan penutup kepala

(dasto), bentuk dasto ini

dengan kerucut kiri dan

kana sehingga kepala atau

rambut tertutup dan masuk

dengan sisi kanan dankiri

ada yang berjuntai dengan

panjang kurang lebih

setengah meter dan

lebarnya satu jari teluntuk

dengan hiasan jurai-jurai

dari benang emas.

2. Warna Busana Tari Tradisi Olang-olang

Warna merupakan bagian dari

tekstur-tekstur yang ada unsur-unsur yang

menjadi kesan pada garis-garis pada suatu

benda. Dalam pembuatan busana tari warna

dan motif kain menjadi perhatian dan

pertimbangan, karena di dalam warna

busana memiliki peran penting di dalam

pertunjukan.

Busana tari tradisi Olang-olang ini

memiliki warna khusus yang sesuai dengan

adat tempatan (Melayu), busana tari tradisi

ini ada yang perlu dipertahankan dan di jaga

warna-warna desainnya, karena didalam

busana ada ketentuan khusus yang sesuai

dengan karakter si pemakainya.

Uang mana sesuai dengan pendapat

Soedarsono mengatakan “pada kostum

tari-tarian tradisional yang harus dipertahankan

adalah desainnya dan warna simbolnya”

(1977: 56).

Dari busana tari tradisi Olang-olang

ini, warnanya sangat siperhatikan dan

dipertahankan agar terlihat ciri khas dari

tari penarinya. Adapun warna-warna

busana yang ada pada busana tari tradisi

Olang-olang ini yakni :

a) Busana penari laki-laki, memakai baju

berwarna hitam dengan stelan celana

panjang berwarna hitam.

b) Busana penari wanita, memakai baju

berwarna hijau dengan stelan berwarna

hijau dengan stelan celana panjang

berwarna hijau.

Seperti yang dijelaskan oleh Doha

selaku pemain musik tari tradisi

(7)

Baju yang kenakan padi tari iko, pado penaii jantan memakai baju touluk belango cekakmusang, dengan pakai celano panjang. Sodangkan pado penaii betino memakai baju samo dengan jantan toluuk belango, warno yang dipakai oleh penaii jantan warno itam-itam, pado penaibetino pakai ijau-ijau (wawancara April 2013).

Arti dari penjelasan Dohar yakni :

Baju penari laki-lakinya memakai baju teluk belanga cekak musang, dengan memakai celana panjang. Sedangkan pada penari wanita memakai baju teluk belanga, warna baju yang dipakai oleh penari llaki-laki berwarna hitam dengan memakai celana panjang berwarna hitam, pada penari wanita memakai baju teluk belanga berwarna hijau dengan memakai celana panjang berwarna hijau.

Selain itu juga pada perlengkapan

busana pada perlengkapan busana pada

penari laki-laki dan wanita juga memiliki

warna yang sesuai dengan warna tempatan

(busana Melayu), perlengkapan busana

penari laki-laki terdiri dari kain samping

berwarna kuning keemasan, selendang

berwarna berah dan penutup kepala

(Tanjak) berwarna hitam. Sedangkan pada

penari wanita memakai kain samping

berwarna kuning keemasan, selendang

berwarna hijau dan penutup kepala (dasto)

berwarnna keemasan.

Yang mana wawancara penulis

terhadap Doha mengatakan :

Polongkap busano iko dai jantan dan betino samo pakao kain sampin warno kuning omeh, sodang selendang dipakai penaii jantan warno meah, betino warno ijau, tanjak warno itam dan betino warno kuning omeh (wawancara April2013).

Arti dari wawancra penulis kepada Doha:

Perlengkapan busana ini dari penari laki-laki dan penari wanita sama memakai kain samping berwarna kuning keemasan, selendang yang dipakai penari laki-laki berwarna merah, penari wanita memakai selendang warna hijau, penutup kepala (Tanjak) penari laki-laki berwarna hitam dan penari wanitanya memakai penutup kepala berwarna kuning keemasan.

3. Makna Warna Busana

makna merupakan hal yang

disampaikan melalui simbol dan tanda

untuk menyampaikan sesuatu, warna

busana adalah bagian tekstur-tekstur yang

mana didalamnya ada unsur-unsur yang

menjadi kesan pada garis-garis terkandung

suatu makna atau simbol. Didalam warna

busana tari ini ada terdapat makna yang

sesuai dengan karakter bagi si pemakai,

yang mana dalam pemilihan warna ada

hal-hal yang perlu diperhatikan baik dari adat

maupun dari latar belakang tarian tersebut

berasal.

Dapat diketahui bahwa tata busana

dalam tari tradisi Olang-olang ini

(8)

mendapatkan nilai-nilai penataan busana

(busana Melayu), yang memiliki makna

dari warna motif kainnya. Warna-warna

yang terdapat dalam busana tari tradisi

Olang-olang di Desa Dayun Kecamatan

Dayun Kabupaten Siak adalah warna hitam,

merah, hijau, dan kuning keemasan. Di

dalamm warna-warna yang terdapat dalam

busana tari tradisi yang memiliki makna

dan arti adalah sebagai berikut :

4. Makna Warna Hitam

Warna hitam yang terdapat pada

busana tari tradisi Olang-olang ini yakni

pada baju, celana serta penutup kepala

(tanjak) pada penari laki-laki. Di dalam

pemilihan warna busana tari tradisi

Olang-olang, warna hitam ini memiliki makna dan

digunakan bagi hulubalang atau panglima

pada dahulunya sebagai lambang

kebangsawaan. Dalam hal ini Budin selaku

pemain musik tari tradisi Olang-olang

mengatakan :

Di dalam busano tari tradisi Olang-olang iko ado warno yang memiliki arti, warno itam maknonyo digunokanbagi hulubalang atau panglimo pado jaman dulu, lambangnyo untuk kaum bangsawan (wawancara April 2013).

(terjemahan)

Di dalam busana tari tradisi Olang-olang adawarna yang memiliki arti. Warna hitam maknanya digunakan bagi hulubalang dang panglima,

pada zaman dahulunya untuk kaum Bangsawa.

Arti dari penjelasanbudin selaku

pemain musik tari tradisi Olang-olang

mengatakan : Di dalam busana tari tradisi

Olang-olang ini ada warna yan memiliki

arti, warna hitam maknanya digunakan bagi

hulubalang atau panglima zaman dulu,

lambang dari warna hitam ini untuk

kalangan bangsawan.

Pada penari tari tradisi Olang-olang

ini memiliki peran dan karakter, peran dan

karakter tersebut terdapat pada busana yang

dikenakan oleh penari laki-laki dengan

menggunakan baju teluk belanga cekak

musang dengan stelan celana panjang dan

penutup kepala (Tanjak) berwarna hitam.

Di dalam warna hitam memiliki peran dan

karakter yang ada pada busana tari tradisi

Olang-olang ini yang mana Budin selaku

pemain musik tari tradisi Olang-olang

mengatakan :

Pado warno busana iko memiliki nilai suatu peran yakni nilai bangsawan yang mencominkan suatu kepribadian pado tari tradisi Olang-olang ini, peran yang terkandung disiko terlihat dai itam yang memiliki simbol melambangkan kewibawaan sang panglimo atau hulubalang pado saat itu. Yang mano pado busana iko penari laki-lakinyo terlihat seperti seorang pemimpin yang penuh kewibawaanyo (wawancara April 2013).

(9)

Pada warna busana ini memiliki nilai suatu peran yakni nilai Bangsawan yang mencerminkan suatu kepribadian pada tradisi Olang-olang ini,peran yang terkadang disiniterlihat dari bentuk busana warna hitam yang melambangkan kewibawaan Sang Panglima atau Hulubalang. Yang mana pada busana ini penari laki-lakinya terlihat seperti seot=rang pemimpin.

Pada tari tradisi Olang-olang ini,

peran yang terdapat dalam busana terlihat

dari bentuk baju teluk belanga cekak

musang dengan warna hitam yang memiliki

simbol melambangkan kewibawaan sang

panglima atau hulubalang pada saat itu.

Yang mana pada busana ini penari

laki-lakinya terlihat seperti seorang pemimpin

yang penuh kewajibannya.

5. Makna Warna Merah

Busana tari tradisi Olang-olang

memiliki warna-warna busana yang dipilih

untuk menyesuaikan dari peran penarinya.

Warna merah pada busana tari tradisi

Olang-olang ini dipakai untuk

perlengkapan busana penari laki-laki.

Warna merah yang ada pada busana tari

tradisi Olang-olang ini terdapat pada

selendang yang dipakai oleh penari

laki-laki, warna mengandung makna

keberanian, yang mana Atim selaku tokoh

masyarakat (budayawan) mengatakan :

Di dalam pemilihan warna merah pada

selendang yang dipakai oleh penari

laki-laki itu sesuai dengan karakter dan peran

dari tari tradisi ini, yang mana busana yang

dikenakan oleh penari laki-laki dengan baju

teluk belanga dan celanna panjang warna

hitam, ditambah lagi dengan selendangnya

berwarna merah. Warna merah

mengandung makna keberanian atau

keperkasaan, terdapat perlengkapan

busanna laki-laki yakni selendang ini

dikenakan oleh penari laki-laki (wawancara

April 2013).

Dengan demikian bisa melihat

bagaimana bentuk warna selendang yang

dugunakan penari laki-laki memiliki makna

keberanian atau keperkasaan, dengan

bbentuk selendang berukuran panjang

dengan sisi ujung selendang ada

jumbai-jumbai benang merah, dengan bahan

selendang satin.

6. Makna Warna Hijau

Warna-warna yang ada di busana

tari tradisi Olang-olang memiliki makna

dan arti. Di dalam busanan tari terdapat

pada baju teluk belanga dengan stelan

celana panjang dan selendang pada

penariwanita, yang memiliki makna. Di

dalam pemilihan warna hijau yang ada pada

busana tari Olang-olang memiliki makna

kesuburan atau kemaakmuran.

(10)

Pada busana tari tradisi Olang-olang

warna kuning keemasan terdapat pada

penutup kepala (Dasto) penari wanita dann

kain samping untuk penari laki-laki dan

penari wanita. Di dalam pemilihan warna

kuning keemasan ini, warna kuning

keemasan melambangkan kekuasaan

bangsawan yang dipakai oleh kalangan

istana atau raja-raja, untuk itu dalam

pemilihan warna busana taro Olang-olang

seperti kain samping dan penutup kepala

(Dasto) berwarna kuning keemasan, warna

kuning keemasan yang terdapat pada

busana tari tradisi Olang-olang

mengandung makna kekuasaan, menurut

Budin selaku pemain musik tari tradisi

Olang-olang mengatakan :

Warno kuning omeh pado kain samping motif pujik obung dan penutup kepalo (Dasto) ado maknonyo yakni kekuasaan pada kerajaan, warno kuning iko biasonyo dipakai oleh rajo-rajo dulunya. (wawancara April 2013).

(terjemahan)

Warna kuning emas pada kain samping motif pucuk rebung dan penutup kepala (destar) ada maknanya, yakni kekuasaan pada kerajaan, warna kuning biasanya dipakai oleh raja-raja.

D. KESIMPULAN

Nilai estetika dalam busana tari

tradisi Olang-olang ini masih terjaga

dengan baik hingga saat sekarang ini.

Tarian tradisi Olang-olang ini ditarikan

oleh penari perempuan. Busana yang

dipakai oleh penari laki-laki yakni : baju

teluk belanga cekak musang berwarna

hitam dengan stelan celananya, tanya

berwarna hitam, selendang berwarna

merah, dan kain samping berwarna kuning

keemasan. Untuk penari wanitanya

memakai baju teluk belanga dengan

memakai baju teluk belanga dengan

memakai dasto (penutup kepala) berwarna

hijau dan memakai kain samping berwarna

kuning keemasan.

Busana tari tradisi Olang-olang ini

memiliki nilai estetika mulai dari bentuk

dan warnanya. Dari bentuk dan warna

busana yang dipakai oleh penari ini masih

sesuai dengan aturan yang ada baik dari

segi agama maupun dari segi adat tempatan

yang berlaku. Bentuk dan desain baju itu

sesuai, tidak tipis, tidak sempit, dan tidak

berlebih-lebihan dalam pemakaiannya.

Dari warna hitam bagi penari laki-laki

melambangkan kewibawaan panglima atau

hulubalang pada saat itu, baju penari wanita

berwarna hijau-hijau melambangkan

kemakmuran, memakai kain samping

berwarna kuning melambangkan

kebangsawaan, selendang yang berwarna

merah bagi penari laki-laki melambangkan

keberanian atau keperkasaan. Busana tari

ini terinspirasi dari tariannya yakni tari

(11)

burung elang yang terbang diangkasa, jadi

dengan bentuknya yang berwarna hitam

para desainer pakaian membuat warna

busana pada penari laki-laki tersebut

berwarna hitam yang tidak lepas pula

dengan pemikiran-pemikiran dengan adat

tempatan juga yang mana busana tersebut

menurut dengan adat yang ada yakni adat.

Maka dari sinilah busana tari

tersebut masih bertahan seperti dulu sampai

sekarang ini, baik dari bentuk dan warna

yang masih memegang aturan agama dan

adat yang berlaku ditempat yakni adat

melayu.

Perlengkapan busana yang tidak

berlebih-lebihan dengan kesederhana yang

telah ada baik dari bentuk krah baju, dada,

lengan tangan, dan pergelangan kaki yang

tidak bermotif hanya dengan menggunakan

bahan serat yang polos, tetapi bentuk kain

samping yang berwarna kuning keemasan

dengan motif pujuk rebung yakni

melambangkan dari kebangsawaan.

Makna-makna yang terdapat pada busana

tari tradisi Olang-olang ini yakni warna

hitam melambangkan keberanian atau

keperkasaan, warna kuning keemasan

melambangkan kebangsawanan seseorang,

warna hijau melambangkan kemakmuran.

Di dalam berbusana pun kita harus tau

makna dan tujuan, untuk dibawa kemana

pakaian yang kita kenakan, agar tidak salah

pada tempatnya.

E. DAFTAR PUSTAKA

Effendi, BA dkk, 1989. Pakaian Adat Tradisional Daerah Riau. Pekanbaru: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Proyek

Inventarisasi dan Pembinaan

Nilai-nilai Budaya.Pekanbaru

Gie Liang The, 1975. Garis Besar Estetik (Filsafat keindahan). Yogyakarta: Karya Yogyakarta.

Mutia Rizal, 1996. Pakaian Penghulu

Minangkabau. Sumatra Barat: Bagian Proyek Pembinaan

Permeseuman.

Sedyawati, Edi. (1980). Pertumbuhan Seni

Pertunjukan, Jakarta Sinar, Harapan

Sudarsono, 1977. Tari-Tarian Indonesia I. Proyek Pengembangan Media

Kebudayaan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta. Jakarta.

Soedarsono. RM. (1977). Tarian-tarian Indonesia I, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

---. (2002). Seni Pertunjukkan Indonesia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Perss.

(12)

Sumardjo. Jakob(2000). Filasafat Seni, Bandung, ITB.

Referensi

Dokumen terkait

Erişim şebekesinde kullanılacak çubuk topraklayıcıların boyutları Ek:TK-1’de gösterilmektedir. Topraklama çubuğu ile topraklama iletkeninin irtibatı klemens

Uji geser langsung merupakan pengujian yang sederhana dan langsung. Pengujian dilakukan dengan menempatkan contoh tanah ke dalam kotak geser. Kotak

Penelitian ini menggunakan CDA untuk menguliti bias-bias maskulinitas media terhadap perempuan dalam pemberitaan. Model analisis wacana kritis yang dipakai ialah model analisis

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan pembatasan masalah pada jasa cleaning service dengan judul “ Pengaruh Pelatihan Dan Gaya Kepemimpinan Situasional

kepada perawi-perawi hadits. Dengan kerjasama tersebut akhirnya lahirlah karya- karya jurnalistik islam yang terkenal, langgeng hingga akhir zaman. Dan dakwah lewat

Salah satu proyek yang tengah digarap oleh perseroan antara lain proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek Elevated II dengan total kredit yang disalurkan BCA sebesar

Kesalahan peresepan dalam hal penulisan resep meliputi resep yang tidak dapat dibaca, penulisan singkatan yang ambigu atau memiliki dwi makna, kurangnya penulisan

kekayaan benda tidak bergerak berupa tanah dan bangunan, hak kekayaan intelektual, kendaraan bermotor dan penyertaan saham pada perusahaan lain atau anak perusahaan.