• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE RELATIONSHIP BETWEEN SLEEP QUALITY WITH BLOOD SUGAR LEVELS OF PATIENTS OF DIABETES MELLITUS TYPE 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE RELATIONSHIP BETWEEN SLEEP QUALITY WITH BLOOD SUGAR LEVELS OF PATIENTS OF DIABETES MELLITUS TYPE 2"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BLOOD SUGAR LEVELS OF PATIENTS OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 Agustina Tarihoran1, Arif Muttaqin2, Yeni Mulyani3

ABSTRACT

Background: Rest and sleep is one of the important factors of Diabetes Mellitus management. Lack of sleep will increase the production of the hormone cortisol, lower glucose tolerance and reduced thyroid hormone, and lead to increased insulin resistance and metabolic worsen.

Objective: This research is conducted to find out the relationship sleep quality with blood sugar levels of patients of diabetes mellitus type 2 in Outpatient Installation Palangka Raya Hospital.

Methods: This research used correlational method with design cross sectional. Population and sample for this research were 30 patients of diabetes mellitus type 2 with accidental sampling technique. Data were analyzed using Spearman Rank with reliability degree 95%.

Results: Spearman Rank analysis showed that there was a relationship between sleep quality with blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus in Installation Outpatient Palangka Raya Hospital (p = 0.036 <0.05). Suggested that health education for patients with diabetes mellitus type 2 through counseling with brochures about the pattern of sleep, the need for further research on the effectiveness of the regulation of sleep patterns to decrease blood sugar levels.

Key Words: Sleep Quality, Blood Sugar Levels.

1

RS Bhayangkara Palangka Raya

2

RSUD Ulin Banjarmasin

3

(2)

PENDAHULUAN

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Agustina Tarihoran1, Arif Muttaqin2, Yeni Mulyani3

INTISARI

Latar Belakang: Istirahat dan tidur merupakan salah satu faktor penting pengelolaan Diabetes Mellitus. Tidur yang tidak cukup akan memicu produksi hormon kortisol, menurunkan toleransi glukosa dan mengurangi hormon tiroid, dan mengakibatkan meningkatnya resistensi insulin dan memperburuk metabolisme.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel adalah 30 pasien diabetes mellitus tipe 2. Analisis data dilakukan melalui uji Spearman Rank dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar gula dalam darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya (p=0,036<0,05). Disarankan perlunya pemberian penyuluhan kepada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan media brosur tentang pengaturan pola tidur, perlunya penelitian lebih lanjut tentang efektifitas pengaturan pola tidur terhadap penurunan kadar gula dalam darah.

Kata Kunci: Kualitas Tidur, Kadar Gula Darah

1

RS Bhayangkara Palangka Raya

2

RSUD Ulin Banjarmasin

3

(3)

PENDAHULUAN

Angka penderita Diabetes Meliitus (DM) terus meningkat dari tahun ke tahun. Komplikasi DM dapat mengenai berbagai organ, maka penting sekali untuk melakukan pencegahan dan pengelolaan yang tepat. Menurut Perkumpulan Dokter Ahli Endokrin Indonesia (PERKENI) ada empat dalam pengelolaan DM. Keempat pilar tersebut adalah perencanaan makan atau disebut pula terapi gizi medik; keseimbangan kerja, olahraga dan istirahat; manajemen stres yang baik dan benar, penggunaan obat kalau perlu insulin (Puspitaningtias, 2012: 3).

Menurut Irawan (2010) dalam Paulus (2012: 16) banyak faktor yang merupakan faktor risiko diabetes mellitus dan faktor itu dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu sosiodemografi, faktor perilaku dan gaya hidup, keadaan klinis atau status mental. Sosiodemografi terdiri dari umur dan jenis kelamin. Faktor perilaku dan gaya hidup terdiri dari kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, pola makan, aktifitas fisik, konsumsi serat, pola tidur, konsumsi soft drink dan fast food sedangkan keadaan klinis atau status mental seperti obesitas, genetika dan stres. Berdasarkan faktor resiko diabetes mellitus tersebut hal yang paling mendasar dan tidak dapat dihindari adalah tidur, hal ini dikarenakan tidur merupakan salah satu aktifitas pasti dalam keseharian kita. Selama ini banyak orang menganggap remeh kesehatan tidur. Banyak orang yang tidak peduli terhadap tidurnya.

Salah satu dari empat pilar pengelolaan DM adalah istirahat dan tidur. Tidur merupakan faktor penting dalam mekanisme kerja tubuh. Selama tidur semua fungsi tubuh diperbaharui lagi. Manusia membutuhkan tidur untuk membantu mengistirahatkan anggota tubuhnya setelah banyak melakukan aktifitas dan mencharge tubuh untuk bisa fit beraktifitas lagi. Menurut Vitahealth

(2000) dalam (Puspitaningtias, 2012: 3) riset yang dilakukan terhadap 8274 anak Jepang menunjukkan bahwa mereka yang tidak tidur kurang dari 8 jam setiap malam, mempunyai resiko peningkatan berat badan tiga kali lipat dibandingkan mereka yang tidur 10 jam setiap malam. Kurang tidur bisa memicu produksi hormon kartisol, menurunkan toleransi glukosa dan mengurangi hormon tiroid. Semua itu menyebabkan meningkatnya resistensi insulin dan memperburuk metabolisme. Kurang tidur membuat tubuh menimbun lemak karena kalori pembakarnya berkurang.

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis atau kebutuhan paling dasar atau paling bawah dari piramida kebutuhan dasar. Kesempatan untuk istrirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya (Nurmansyah, 2009: 1).

Penelitian yang dilakukan pada 1.709 laki-laki selama kurang lebih 15 tahun di Massachusets menuliskan bahwa yang melaporkan durasi tidur pendek ≤ 5 jam permalam dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes, sedangkan yang melaporkan durasi tidur panjang >8 jam permalam lebih dari 3 kali kemungkinan

untuk mengembangkan diabetes

(Puspitaningtias, 2012: 3).

Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya adalah rumah sakit milik Polri yang karakteristik pasien yang berobat adalah polisi beserta keluarganya. Polisi harus beroperasi pada siang dan malam hari untuk melindungi dan melayani masyarakat. Untuk terus dapat beroperasi, petugas kepolisian menggunakan sistim piket bergantian antara shift siang dan shift malam. Pergantian shift seperti ini memiliki tantangan karena sulit untuk beradaptasi dengan setiap jadwal yang

(4)

berbeda-beda. Biasanya perpindahan shift dari siang ke malam lebih susah dari siang ke sore. Hal inilah yang menyebabkan seringkali kualitas tidur para polisi menjadi buruk.

Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya selain melayani Polri, keluarganya dan masyarakat umum yang sebagian besar penduduknya adalah suku Dayak. Masyarakat Suku Dayak memiliki banyak adat istiadat dan ritual yang banyak yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya ritual tersebut memiliki berbagai macam dampak terutama pelaksanaan ritual tersebut dilakukan di malam hari, kondisi ini membuat kualitas memberikan dampak terhadap istirahat dan tidur terutama pada malam hari pada masyarakat suku dayak yang sebagian besar bertempat tinggal di Palangka Raya. Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya (2012) sekitar 70,3% penduduk Suku Dayak bertempat tinggal di Palangka Raya.

Fenomena kurangnya istirahat dan tidur oleh masyarakat Palangka Raya oleh suku dayak menarik untuk ditelitti yang dihubungkan dengan fenomena penyakit diabetes mellitus yang dari tahun ke tahun

jumlahnya semakin meningkat.

Berdasarkan data di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya pada tahun 2011 sebanyak 138 orang, tahun 2012 sebanyak 174 orang sedangkan pada bulan Januari - Oktober 2013 didapatkan prevalensi pasien diabetes mellitus sebanyak 243 orang.

Hasil studi pendahuluan kepada 10 orang pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya pada bulan November 2013 didapatkan sebanyak 4 orang (40%) memiliki kadar gula dalam darah dengan kategori normal dan 6 orang (60%) memiliki kadar gula dalam darah tidak normal. Dari 4 orang yang memiliki kadar gula normal seluruhnya mengatakan

rata-rata lama tidur mereka 7-8 jam sedangkan dari 6 orang yang memiliki kadar gula dengan kategori diabetes sebanyak 4 orang mengatakan tertidur rata-rata 5-6 jam setiap harinya dan 2 orang dengan lama tidur rata-rata < 5 jam.

Menurut uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya”

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 yang kadar gula dalam darahnya diukur setelah 2 jam makan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya pada 1 s.d 26 Februari 2014 yang berjumlah 30 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan tingkat kepercayaan 95%.

HASIL

a. Karakteristik Umur Responden

Tabel 1. Umur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya Tahun

2014

No Umur Jumlah Persen

(%) 1 Dewasa awal (18-30 tahun) 2 6,7 2 Dewasa tengah (>30 tahun) 28 93,3 Total 30 100,00

Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar memiliki umur deawasa tengah (>30

(5)

tahun) yaitu berjumlah 28 orang (93,3%).

b. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

di Instalasi Rawat Jalan RS Bhayangkara Palangka Raya

No Tingkat pendidikan Jumlah Persen (%) 1 Dasar (SD– SMP 17 56,70 2 Menengah (SMA) 8 26,60 3 Tinggi (Perguruan Tinggi) 5 16,70 Total 30 100,00

Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar memiliki tingkat pendidikan dasar (SD-SMP) yaitu berjumlah 17 orang (56,7%).

c. Karakteristik Pekerjaan Responden Tabel 3. Pekerjaan Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RS Bhayangkara Palangka Raya

No Pekerjaan Jumlah Persen

(%) 1 Tidak bekerja/IRT 18 60,00 2 Karyawan Swasta 4 13,40 3 Pedagang 3 10,00 4 PNS 4 13,30 5 Pensiunan 1 3,30 Total 30 100,00

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar tidak memiliki pekerjaan (IRT) yaitu berjumlah 18 orang (60%).

d. Kualitas Tidur Responden

Tabel 4. Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

di Instalasi Rawat Jalan RS Bhayangkara Palangka Raya

No Kualitas Tidur Jumlah Persen

(%)

1 Baik 12 40,00

2 Buruk 18 60,00

Total 30 100,00

Tabel 4. menunjukkan bahwa pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu berjumlah 18 orang (60%).

e. Kadar Gula Darah Responden

Tabel 5. Kadar Gula Dalam Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

di Instalasi Rawat Jalan RS Bhayangkara Palangka Raya

No Kadar Gula Darah Jumlah Persen (%) 1 Normal 13 43,30 2 Tidak normal 17 56,70 Total 30 100,00

Tabel 5 menunjukkan bahwa bahwa responden sebagian besar memiliki kadar gula yang tidak normal yaitu 17 orang (56,7%).

f. Hubungan Kadar Gula dengan Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Tabel 6. Kadar Gula Dalam Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

di Instalasi Rawat Jalan RS Bhayangkara Palangka Raya

No Kualitas Tidur

Kadar Gula Darah

Normal Tidak Total

f % f % F %

1. Baik 8 66,70 4 33,30 12 100,00

2. Buruk 5 27,80 13 72,20 18 100,00

(6)

Tabel 6 menunjukkan bahwa pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kualitas tidur baik cenderung memiliki kadar gula dalam darah normal yaitu berjumlah 8 orang (66,7%) sedangkan pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kualitas tidur buruk cenderung memiliki kadar gula dalam darah tidak normal yaitu berjumlah 13 orang (72,2%).

Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank menunjukkan p value sebesar 0,036, nilai tersebut secara statistik bermakna (p < 0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar gula dalam darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya .

PEMBAHASAN

a. Kualitas tidur pada pasien diabetes mellitus tipe 2

Berdasarkan hasil penelitian pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu berjumlah 18 orang (60%). Kualitas tidur yang buruk dalam penelitian ini adalah suatu keadaan tidur yang dijalani pasien diabetes mellitus tipe 2, dimana tidak menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun dengan kata lain pasien mengalami berbagai macam gangguan tidur.

Menurut komponen kualitas tidur yang mendapatkan skor tertinggi adalah komponen 2 yaitu waktu yang dibutuhkan pasien diabetes mellitus untuk dapat tertidur. Pasien diabetes mellitus sebanyak 22 orang (73,3%) menjawab waktu yang mereka butuhkan untuk dapat tertidur adalah 16-30 menit. Semakin lama waktu dibutuhkan untuk dapat tertidur maka akan mengurangi

kesempatan untuk tidur lebih lama. Menurut asumsi peneliti lama waktu yang dibutuhkankan pasien diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh adanya ketegangan otot pada saat memulai tidur, ketika seseorang mengalami stres maka beberapa otot akan mengalami ketegangan. Aktifnya saraf simpatis tersebut membuat orang tidak dapat santai atau rileks sehingga tidak dapat memunculkan rasa kantuk sedangkan komponen kualitas tidur yang mendapatkan skor terendah adalah komponen nomor 6, ini artinya hanya 4 orang (13,3%) yang mengkonsumsi obat tidur agar mereka dapat tertidur. Obat tidur yaitu obat yang diikonsumsi dengan tujuan dapat mempermudah tidur atau menyebabkan tidur.

Kualitas tidur yang buruk ini dipengaruhi oleh karakteristik responden seperti umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki umur >30 tahun. Semakin tua maka semakin mengalami penurunan fungsi sistem tubuh akibat proses penuaan sehingga dapat mempengaruhi siklus kehidupannya secara umum salah satunya perubahan pola tidur.

Kualitas tidur pasien menurut faktor pendidikan didapatkan bahwa responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan dasar (SD-SMP). Menurut asumsi peneliti rendahnya tingkat pendidikan pada lansia tersebut sangat mempengaruhi pengetahuan lansia tentang gangguan tidur yang umumnya dianggap biasa oleh masyarakat dan bagaimana cara mengatasinya. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah pula seseorang menerima informasi yang didapatnya. Hal ini sesuai teori

(7)

yang dikemukakan oleh Ihsan (2008: 3) pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang, jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.

Kualitas tidur yang buruk juga dipengaruhi oleh pekerjaan responden yang sebagian besar tidak memiliki pekerjaan dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga memiliki berbagai macam pekerjaan dan tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangganya. Ibu rumah tangga yang setiap harinya mengurus rumah tangga dari pagi hingga malam, dituntut untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Banyaknya tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan oleh ibu rumah tangga dalam setiap harinya sebagai tanggung jawab atas tuntutan peran yang dimilikinya, dapat memicu munculnya stres, yang kemudian berdampak pada kualitas tidur ibu tersebut. Menurut Addi (2008: 9) Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari., dimana seluruh bidang pekerjaan umumnya di perlukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang baik, setiap orang harus dapat bergaul dengan orang lain, Pekerjaan dapat menggambarkan tingkat kehidupan seseorang karena dapat mempengaruhi sebagian aspek kehidupan seseorang termasuk pemeliharaan kesehatan. Jenis pekerjaan dapat berperan dalam pengetahuan. b. Kadar gula dalam darah pada pasien

diabetes mellitus tipe 2

Berdasarkan hasil penelitian sebagain besar memiliki kadar gula yang tidak normal yaitu 17 orang (56,7%). Salah

satu parameter yang mengetahui status metabolik adalah kadar gula dalam darah. Pengendalian kadar gula dalam darah tidak hanya berdasarkan gejala yang dirasakan namun penekanannya pada pemantauan kadar gula dalam darah baik melalui pemeriksaan laboraturium maupun melakukan pemeriksaan secara mandiri. Pengendalian kadar gula dalam darah dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi.

Kadar gula dalam darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam penelitian ini didapatkan kadar gula yang tertinggi adalah 364 mg/dl. Kadar gula meningkat dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan pasien diabetes mellitus. Peningkatan prevalensi diabetes mellitus menurut usia yang dalam penelitian ini didominasi oleh lansia. Umur juga merupakan faktor resiko seseorang mempunyai kecenderungan menderita diabetes. Meningkatnya resiko ini kemungkinan ada kaitannya dengan semakin gemuknya seseorang seiring bertambahnya usia, aktifitas menurun dan berkurangnya massa otot. Menurut Irawan (2010: 53) dalam Paulus (2012: 16) risiko terkena diabetes mellitus akan meningkat dengan bertambahnya usia. Pengaruh penuaan terhadap kejadian diabetes mellitus terjadi karena perubahan pada sel beta pankreas yang menyebabkan perubahan sekresi insulin karena berhubungan dengan perubahan metabolisme glukosa pada usia tua. Jenis kelamin merupakan faktor resiko diabetes mellitus, dimana dalam penelitian ini sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang tentunya adalah wanita yang secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan berat badan lebih besar, sindroma siklus bulanan ataupun setelah menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehIngga

(8)

wanita berisiko mengalami diabetes mellitus. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Irawan (2010: 54) dalam Paulus (2012: 16) Penyakit diabetes mellitus dapat menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun wanita, mempunyai kesempatan yang sama. Namun, wanita lebih berisiko untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena secara fisik wanita lebih peluang peningkatan indeks massa tubuh (IMT). c. Hubungan kualitas tidur dengan kadar

gula dalam darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya

Berdasarkan hasil penelitian pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kualitas tidur baik cenderung memiliki kadar gula dalam darah normal yaitu berjumlah 8 orang (66,7%) sedangkan pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kualitas tidur buruk cenderung memiliki kadar gula dalam darah tidak normal yaitu berjumlah 13 orang (72,2%). Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik menunjukkan ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar gula dalam darah. Kurang tidur diketahui mempunyai efek yang cukup mengganggu bagi kesehatan tubuh manusia. Hal itu karena saat seseorang tidur, tubuh akan melakukan detoksifikasi alami untuk mengusir racun dalam badan, terlebih bagi pasien diabetes mellitus.

Menurut asumsi peneliti adanya hubungan ini disebabkan tidur merupakan satu-satunya cara untuk mengistirahatkan tubuh, sehingga setiap orang pasti membutuhkannya. Bila seseorang kurang tidur maka akan sangat mudah terserang stres. Kondisi ini terkait dengan peningkatan risiko diabetes karena membuat kerja insulin, yang kadarnya sudah berkurang menjadi tidak maksimal. Kurang tidurpun

menyebabkan peningkatan hormon ghrelin, yang otomatis meningkatkan nafsu makan, dan menurunkan kadar leptin yaitu hormon pengirim sinyal kenyang. Dalam kondisi kerja insulin yang tidak maksimal tersebut, peningkatan nafsu makan tentunya juga berperan meningkatkan risiko diabetes. Menurut penelitian dari University of

Chicago mengungkapkan penderita

diabetes yang memiliki pola tidur yang buruk memiliki kadar glukosa lebih tinggi dan lebih sulit mengendalikan penyakitnya. Para peneliti membandingkan 40 penderita diabetes mellitus dengan 531 orang sehat. Para peneliti ingin mengetahui kaitan potensial antara kualitas tidur yang buruk dengan kadar gula darah yang tinggi. Tim peneliti menemukan orang yang diabetes yang mengalami gangguan tidur memiliki kadar gula darah puasa 23 persen lebih tinggi (HD Indonesia, 2013: 2).

Kurang tidur dapat meningkatkan peradangan dalam darah dan meningkatkan rasa lapar. Studi menunjukkan bahwa peradangan diprovokasi oleh sel-sel kekebalan tertentu dan diabetes tipe 2. Diabates tipe 2 berhubungan langsung dengan obesitas dan merupakan epidemil di seluruh dunia. Ada semakin banyak bukti bahwa orang yang tidur kurang dari 7 jam setiap malam memiliki risiko diabetes yang lebih tinggi. Para peneliti di Universitas Chicago menemukan bahwa kehilangan 3 sampai 4 jam tidur normal selama beberapa hari sudah cukup untuk memicu perubahan metabolik yang konsisten dengan keadaan prediabetic. Mereka menyatakan bahwa kettika tidur dibatasi hanya 4 jam setiap malam selama 6 malam berturut-turut, kemampuan tubuh untuk menjaga kadar gula darah pada tingkat yang konsisten akan menurun secara signifikan, yang

(9)

meningkatkan risiko diabetes tipe 2 (Fible, 2012: 1)

Dalam sebuah studi menunjukkan pekerja dengan sistem shift yang tidur tidak teratur memiliki gangguan metabolisme yang terkait dengan perlawanan insulin. Insulin, homon yang dilepaskan oleh pankreas, mengatur metabolisme karbohidrat dan mengatur kadar gula dalam darah. Sindrom metabolik, merupakan bentuk perlawanan terhadap insulin, terjadi saat tubuh menjadi kurang responsive terhadap aksi insulin, dengan adanya gangguan metabolisme ini tingkat darah akan meningkat meskipun tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2 dapat terjadi (Fible, 2012: 1).

Menurut Spiegel, dkk (2008: 115) dalam Puspitaningtias (2012: 3) gangguan tidur dapat mempengaruhi terjadinya resistensi insulin dan penyakit DM tipe 2 baik secara langsung mapun tidak langsung. Secara langsung gangguan tidur mempengaruhi terjadinya resistensi insulin terkait dengan adanya gangguan pada komponen pengaturan glukosa sedangkan secara tidak langsung berhubungan dengan perubahan nafsu

makan yang pada akhirnya

menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas dimana obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya resistensi insulin dan DM. Menurut Soegondo, dkk (2009: 134) dalam Puspitaningtias (2012: 4) gangguan tidur pada pasien DM tipe 2 tentunya juga akan mempengaruhi pasien dalam pengelolaan penyakitnya. Salah satu komponen dalam manajemen DM tipe 2 adalah monitoring glukosa darah yang memerlukan peran aktif, kemauan dan kemampuan pasien secara mandiri. Upaya mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal pada pasien

DM tipe 2 dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitaningtias (2012: 3) yang mendapatkan bahwa ada hubungan lama istirahat tidur dengan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di Ruang Cardiac Center RSUP Dr. Kariadi Semarang ( p = 0,002 < 0,05).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar memiliki kualitas tidur yang buruk.

b. Pasien diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar memiliki kadar gula yang tidak normal

c. Ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar gula dalam darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya .

DAFTAR RUJUKAN

Addi. (2008). Gambaran Pengetahuan Ibu

Hamil Tentang Gizi Selama

Kehamilan di Kelurahan Aek Muara Pinang Sibolga Selatan Tahun 2008 (Internet), terdapat

dalam

(http://addy1571.files.wordpress.co m, diakses 27 Februari 2014) Fible. (2012). Lima Alasan Anda Harus

Cukup Tidur & Tidak Kurang

Tidur, terdapat dalam

(http://artikelkesehatan99.com, diakses tanggal 10 Desember 2013) High-Desert Indonesia. (2013). Kurang

(10)

terdapat dalam (http://www.hd.co.id, 10 Desember 2013) .

Ihsan, F. (2008). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurmansyah, T. (2009). Hubungan

Informasi tentang Tindakan

Keperawatan dengan Pola Tidur Pasien Dewasa di Ruang Rawat

Inap Kelas III RSUD Kota

Semarang, terdapat dalam

(http://digilib.unimus.ac.id, diakses tanggal 18 Desember 2013).

Paulus. (2012). Gambaran Tingkat

Pengetahuan Faktor Risiko

Diabetes Mellitus pada Mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, terdapat dalam

(http://lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 26 Januari 2014).

Puspitaningtias, D. (2012). Hubungan

Lama Istirahat Tidur dengan

Kadar Gula Darah pada Pasien Dabetes Mellitus Tipe II di Ruang Cardicc Center , RSUP Dr. Kariadi

Semarang. terdapat dalam

(http://digilib.unimus.ac.id, diakses tanggal 18 Desember 2013).

Gambar

Tabel 1. Umur Pasien Diabetes Mellitus  Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah  Sakit Bhayangkara Palangka Raya Tahun

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Data hasil penelitian lapangan yang telah dikumpulkan dengan metode observasi atau pengamatan langsung pada sejumlah sarana kesehatan di lingkungan kota Denpasar

Menurut penulis relevansi adab peserta didik dalam menuntut ilmu dalam kitab Athlab , pada era modern saat itu yaitu di mana era yang penuh dengan android dan media digital

Results showed that the T3 diet has higher (P&lt;0.05) digestibility of dry matter and organic matter, concentration of NH3 and VFA, and rumen bacterial population than those of T0

Payback period yang diperoleh pada usahatani pepaya california di Desa Cidolog Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis adalah 1 tahun 5 bulan 4 hari, kendala yang dihadapi

Situs web yang dibuat penulis sangatlah sederhana dan diberikan penjelasan singkat tentang tata cara pembuatannya sehingga dapat diikuti oleh pemula yang baru menggunakan

geometric flow pada lintasan cahaya di alam semeseta menunjukkan bahwa pada alam semesta datar alam semesta akan mengembang tanpa batas yang sebanding dengan nilai

Beberapa rumus di dalam matematika dapat dibuat menjadi lagu yang menarik, sehingga siswa akan dapat dengan mudah menghafalkan rumus- rumus yang dipelajari. Oleh karena itu, rumusan