• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMBUTAN REKTOR. Kediri, Februari 2017 Rektor, Drg. R.P. Bambang Noerjanto, MS.,Sp.RKG (K)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAMBUTAN REKTOR. Kediri, Februari 2017 Rektor, Drg. R.P. Bambang Noerjanto, MS.,Sp.RKG (K)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

SAMBUTAN REKTOR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat pertolongan dan ijinNya, tim penyusun buku Pedoman Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Kuliah Kerja Nyata Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri merupakan intra kurikuler wajib yang merupakan pencerminan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu pelaksanaannya disesuaikan dengan kurikulum, lewat suatu petunjuk sebagai pedoman kerja. Petunjuk tersebut dimaksudkan untuk tidak terjadinya kekeliruan/penyimpangan dari tujuan kurikulum dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai.

Buku Panduan ini juga perlu dimiliki dan dibaca oleh para mahasiswa, dosen pembimbing, staf Pengelola KKN, pemimpin setempat dan tokoh-tokoh masyarakat sebagai media komunikasi, pengenalan falsafah, arti dan tujuan KKN dengan memahami berbagai permasalahannya, sehingga dapat memberikan input sebagai masukan yang berguna bagi suksesnya pembangunan pedesaan melalui pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata. Buku ini telah banyak mengalami perbaikan di sana sini terutama menyangkut teknis pelaksanaan di lapangan dan perencanaan program serta pelaporan.

Kami menyambut gembira dengan terbitnya buku Pedoman KKN-PPM yang digagas oleh tim LP2M IIK, sebagai upaya/ ikhtiar untuk perbaikan program KKN yang berlangsung dalam 3 (tiga) periode terakhir ini. Buku yang berisi tentang kebijakan pengelolaan dan tata laksana KNN-PPM IIK, menjadi syarat penting untuk menjadi pedoman bagi mahasiswa IIK maupun kepanitiaan yang mengikuti program KKN-PPM dan juga menjadi bukti eksistensi LP2M IIK untuk selalu memperbaiki kualitas dan kuantitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Untuk itu selaku Rektor IIK, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada seluruh tim penyusun yang telah terlibat dalam penyelesaian penyusunan buku ini dalam waktu yang relatif singkat. Semoga buku pedoman KKN-PPM bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi mahasiswa dan panitia yang akan melaksanakan program KKN-PPM IIK.

Kediri, Februari 2017 Rektor,

(3)

3 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita sampaikan kepada Tuhan YME, atas ijinNya Tim telah dapat menyusun Buku Panduan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Potensi desa yang besar dan belum digarap, mendorong banyak pengamat pembangunan yang memberikan pernyataan bahwa betapa pentingnya identifikasi, mapping serta penyelesaian persoalan dan sekaligus pembangunan desa menjadi isu strategis dan prioritas yang harus dilaksanakan oleh pemangku kepentingan termasuk Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

Kawasan desa dan masyarakatnya merupakan basis dari pembangunan suatu daerah. Salah satu ciri dari keberhasilan pembangunan akan dicerminkan oleh kemajuan desa. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pembangunan suatu daerah, kemajuan kawasan desa harus diwujudkan. Keterbatasan kemampuan ekonomi dan pengelolaan potensi sumber daya, kebutuhan terhadap teknologi tepat guna untuk berproduksi, kurangnya tenaga yang terdidik, rendahnya jiwa kewirausahaan merupakan contoh keterbatasan masyarakat desa pada umumnya.

Menelaah segala fenomena ini, maka sudah selayaknya usaha-usaha penciptaan lapangan kerja dan usaha terwujudnya suasana desa yang lebih menarik, perlu dirumuskan secara bijaksana. Usaha-usaha dimaksud merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari sistem Pendidikan Tinggi pada umumnya dan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri khususnya yang dapat ditempuh melalui berbagai jalur dan pola yang tersedia.

Untuk merealisasikan fenomena diatas, Kuliah Kerja Nyata, dinyatakan sebagai salah satu jalur yang dapat diimplementasikan, disamping jalur lainnya. Pelaksanaan Pembangunan Desa melalui KKN, diarahkan, dikelola serta disesuaikan dengan kebutuhan dasar pengembangan pedesaan, sekaligus menciptakan kepentingan timbal balik antara mahasiswa, masyarakat dan pembangunan tersebut.

Akhirnya, semoga kehadiran buku pedoman ini, akan melahirkan semangat baru untuk melaksanakan pengabdian khususnya berbasis pemberdayaan masyarakat dengan sentuhan nilai-nilai etika by research Insitut Ilmu Kesehtaan Bhakti Wiyata Kediri.

Kediri, Februari 2017 Ketua LP2M IIK,

(4)

4 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ... 1 SAMBUTAN REKTOR ... 2 KATA PENGANTAR ... 3 DAFTAR ISI ... 4 BAB I PENDAHULUAN ... 7

1.1 DASAR PENGEMBANGAN UNIT KERJA ... 7

1.2 DASAR PEMIKIRAN ... 7

1.3 DASAR HUKUM ... 9

1.4 PENGERTIAN ... 9

1.5 TUJUAN ... 10

1.6 SASARAN DAN MANFAAT ... 10

a. Mahasiswa ... 10

b. Masyarakat (dan Pemerintah) ... 10

c. Perguruan tinggi ... 11

1.7 PRINSIP DASAR DAN PELAKSANAAN ... 11

a. Prinsip Dasar ... 11

b. Prinsip Pelaksanaan ... 12

BAB II KEBIJAKAN PENGELOLAAN ... 13

2.1 STATUS DAN BEBAN AKADEMIK ... 13

2.2 PERSYARATAN PESERTA ... 13

2.3 WAKTU DAN TAHAPAN ... 13

2.4 KELEMBAGAAN ... 14

2.5 PENDANAAN ... 14

BAB III INDIKATOR OPERASIONAL ... 15

PEMETAAN SASARAN DAN DIMENSI WAKTU PELAKSANAAN ... 15

BAB IV ALUR PROSES PELAKSANAAN KKN ... 17

BAB V PERSIAPAN KKN-PPM ... 18 5.1 PENDAFTARAN PESERTA ... 18 5.2 KOORDINASI PELAKSANAAN ... 18 5.3 PEMBEKALAN ... 18 1) Program KKN-PPM ... 18 2) Materi Pembentukan PPM ... 18 3) Pendanaan PPM ... 20 BAB VI PELAKSANAAN KKN-PPM ... 21

6.1 PEMBENTUKAN KELOMPOK ATAU TIM MAHASISWA DAN PEMBINA ... 21

6.2 OBSERVASI LAPANGAN ... 21

6.3 PENYUSUNAN PROGRAM KERJA ... 22

6.4 PENYELENGGARAAN LOKAKARYA MINI ... 22

6.5 PELAKSANAAN PROGRAM KERJA ... 23

a. Pelatihan Pengurus/Kader ... 23

b. Musyawarah di Desa atau Kelurahan ... 24

c. Pelaksanaan Kegiatan Ppm ... 24

d. Pengembangan Jaringan Dan Konsultasi Dengan Berbagai Pihak ... 25

e. Penyelenggara Program Secara Berharap ... 25

6.6 BIMBINGAN DAN MONITORING ... 25

(5)

5

6.8 PENILAIAN ATAU EVALUASI MAHASISWA... 26

6.9 TINDAK LANJUT ... 27

6.10 TATA TERTIB, DESKRIPSI TUGAS DAN STRUKTUR ORGANISASI ... 27

BAB VII PENUTUP... 28

LAMPIRAN PANDUAN ... 29

Lampiran 1 Instrumen, Data-Data dan Tata Cara Pendataan dan Pemetaan Keluarga ... 30

Lampiran 2 Format dan Contoh Identifikasi Masalah, Potensi Lembaga & Program ... 35

Lampiran 3 Contoh Matrik Program Kerja dan Tahap-Tahap Kegiatan ... 36

Lampiran 4 Ringkasan Data ... 37

Lampiran 5 Format Cara Penyelenggaraan Lokakarya Mini ... 38

Lampiran 6 Tata Tertib dan Deskripsi Tugas Mahasiswa KKN-PPM ... 39

Lampiran 7 Tata Cara Pengajuan Dukungan KKN-PPM ... 43

Lampiran 8 Daftar Hadir Sosialisasi ... 44

Lampiran 9 Daftar Nama Kelompok ... 45

Lampiran 10 Matriks Proposal Program Kerja ... 46

Lampiran 11 Format Sistematika Proposal KKN ... 47

Lampiran 12 Format Sampul Depan Proposal KKN ... 48

Lampiran 13 Format Halaman Pengesahan Proposal ... 49

Lampiran 14 Format Sistematika Laporan Akhir KKN... 50

Lampiran 15 Format Sampul Depan Laporan Akhir KKN... 51

Lampiran 16 Halaman Pengesahan Lsporan Akhir KKN ... 52

Lampiran 17 Persetujuan Dosen Pembimbing Lapangan ... 53

Lampiran 18 Berita Acara Penyerahan Laporan ... 54

Lampiran 19 Evaluasi dan Penilaian Kerja Mahasiswa ... 55

Lampiran 20 Surat Izin Meninggalkan Lokasi ... 57

Lampiran 21 Presensi Kehadiran DPL... 58

Lampiran 22 Konsultasi Mahasiswa dengan DPL ... 59

Lampiran 23 Format Logbook Individu... 60

Lampiran 24 Format Logbook Kelompok ... 61

Lampiran 25 Jadwal Pelaksanaan KKN-PPM ... 62

(6)

6

BUKU PANDUAN KKN

(7)

7 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. LANDASAN PENGEMBANGAN UNIT KERJA

Visi dan Misi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri Visi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri :

Menjadi Perguruan Tinggi unggulan dan global di bidang IPTEK, berwawasan kebangsaan, kompetitif, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, berperan utama dalam penyelenggaraan pembangunan berkelanjutan yang memberi manfaat kepada manusia serta menghasilkan tenaga professional di bidangnya.

Misi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri :

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat bermutu unggul secara profesional, kreatif dan inovatif, kompeten dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menghasilkan tenaga profesional kesehatan.

2. Menciptakan kehidupan kampus menjadi wahana pendidikan tinggi untuk membentuk masyarakat ilmiah yang santun dan berbudi luhur.

3. Mendayagunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi (IPTEK), humaniora yang dimiliki melalui penelitian dan pengabdian masyarakat guna kesejahteraan dan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat.

4. Mempunyai wawasan global dalam pelaksanaan Tridharma dan pengembangan.

5. Mengembangkan sistem dan metode belajar/kuliah sesuai perkembangan IPTEK di bidang pendidikan tanpa melupakan kemampuan individu mahasiswa sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia belajar.

Visi dan Misi LP2M Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri Visi LP2M Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Terwujudnya lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dinamis dan berorientasi pada pengembangan teknologi sebagai upaya peningkatan mutu pembangunan kesehatan.

Misi LP2M Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

1. Membangun budaya penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu, terstruktur, dan berkelanjutan.

2. Melakukan tata kelola dan pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis pada: (1) inkubasi herbal dan terapi komplementer; (2) kesehatan ibu dan anak; (3) penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan lingkungan; dan (4) manajemen pelayanan kesehatan.

3. Mamfasilitasi publikasi luaran penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bereputasi.

4. Mengembangkan jalinan kerjasama kelembagaan, baik lokal, nasional, maupun internasional.

(8)

8

1.2. DASAR PEMIKIRAN

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1971 melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dalam rupa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan pendekatan multidisipliner yang didasarkan atas partisipasi mahasiswa. Kegiatan ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, SH, pakar hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada saat itu, pengabdian masih bersifat sukarela atau tidak ada kewajiban mahasiswa untuk melakukan pengabdian di masyarakat.

Atas dasar pertimbangan historis lahirnya KKN pertama kali dikoordinasi oleh UGM ini, maka demi menjaga mutu dan kewajiban moral maka KKN Tematik muncul pada tahun 1998 - 1999 sebagai respons dari kondisi krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997. Dan dalam perkembangan selanjutnya untuk memberikan respons atas kuatnya tekanan globalisasi (pada milenium kedua) terhadap lapisan masyarakat ekonomi lemah di Indonesia, KKN Tematik mengubah paradigma dari pembangunan (development) menjadi paradigma pemberdayaan (empowerment) di dalam pelaksanaan kegiatannya, sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih kontekstual. Diharapkan rekontekstualisasi kegiatan KKN ini mampu menghasilkan pemimpin sejati, yaitu lulusan sarjana yang mempunyai empati dan peduli terhadap permasalahan masyarakat ekonomi lemah dan mampu memberdayakan mereka untuk menolong diri mereka sendiri. Berdasarkan paradigma pemberdayaan tersebut maka kegiatan KKN diubah namanya menjadi KKN-PPM (Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat).

Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) merupakan kesadaran mahasiswa sebagai calon sarjana untuk memanfaatkan sebagian waktu belajarnya bekerja menyumbangkan pengetahuan dan ilmu yang telah dimilikinya secara langsung dalam memecahkan masalah dalam melaksanakan pembangunan. Kuliah kerja nyata sebagai bagian integral proses pendidikan memiliki ciri-ciri khusus. Aspek fundamental yang terkandung dalam KKN-PPM antara lain pendekatan interdisipliner, lintas sektoral, dimensi yang luas dan kepragmatisan dan keterlibatan secara aktif.

KKN-PPM merupakan suatu bentuk kegiatan yang memadukan dharma pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam suatu kegiatan. Sebagai kegiatan pendidikan dan pengajaran, KKN-PPM merupakan kegiatan integral dari kurikulum pendidikan strata 1 (S1) dan Doploma 4 hal ini berarti bahwa: KKN-PPM merupakan program tidak berdiri sendiri dan tidak terpisahkan dari tujuan dan isi pendidikan lainnya, berfungsi sebagai pengikat dan perangkum semua isi kurikulum dan dapat menambah atau pelengkap kurikulum, juga merupakan pengalaman belajar yang menghubungkan konsep-konsep akademis didasarkan pada realita kehidupan masyarakat. Kegiatan penelitian KKN-PPM mengajak mahasiswa untuk ikut serta mengamati, menganalisis, menarik kesimpulan dari data dan situasi wilayah kerja KKN-PPM.

(9)

9 1.3. DASAR HUKUM

Dasar pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) IIK adalah:

1) Pancasila dan UUD 1945,

2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional, 3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 20 ayat 2 dinyatakan:

Sedangkan pada pasal 24 ayat 2 juga disebutkan:

Ketiga aspek dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut dilaksanakan dengan proporsi yang seimbang, harmonis, dan terpadu dengan harapan agar kelak para lulusan Perguruan Tinggi dapat menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, memadai dalam bidang masing-masing, mampu melakukan penelitian, dan bersedia mengabdikan diri demi kemaslahatan umat manusia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Untuk mempraktekkan ilmu dan menerapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika, maka perlu suatu media yang mendukung.

Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang memadukan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan metode pemberian pengalaman belajar dan bekerja kepada mahasiswa, dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. KKN juga merupakan wahana penerapan serta pengembangan ilmu dan teknologi, dilaksanakan di luar kampus dalam waktu, mekanisme kerja, dan persyaratan tertentu. Oleh karena itu, KKN-PPM diarahkan untuk menjamin keterkaitan antara dunia akademik-teoritik dan dunia empirik-praktis. Dengan demikian akan terjadi interaksi sinergis, saling menerima dan memberi, saling asah, asih, dan asuh antara mahasiswa dan masyarakat.

1.4. PENGERTIAN

Kuliah kerja nyata (KKN) merupakan kegiatan kurikuler yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa program strata satu yang ada di lingkungan Institut Ilmu Kesehatan. KKN dilaksanakan dalam masyarakat di luar kampus dengan meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (IPTEKS) dalam pembangunan.

Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian masyarakat.

Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) adalah suatu kegiatan intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) dengan cara memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar dan bekerja dalam kegiatan pembangunan masyarakat sebagai wahana penerapan dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar kampus dalam waktu, mekanisme dan persyaratan tertentu.

(10)

10

1.5. TUJUAN

1) Memberi pengalaman belajar yang berharga kepada mahasiswa melalui keterlibatan secara langsung di masyarakat untuk menemukan, merumuskan, mempelajari, mengenal potensi masyarakat sasaran, mengorganisasi masyarakat, memecahkan,dan menanggulangi permasalahan pembangunan masyarakat secara rasional dengan menumbuhkan motivasi untuk memanfaatkan kekuatan sendiri.

2) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran berdasarkan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Ipteks) secara kolaboratif dan multidisiplin dalam upaya menumbuhkan, mempercepat gerak serta mempersiapkan kader-kader pembangunan kesehatan.

3) Meningkatkan empati dan kepedulian mahasiswa kepada permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dalam kesehatan.

4) Meningkatkan kedewasaan dan kepribadian, yakni (a) nasionalisme dan jiwa Pancasila, (b) keuletan, etos kerja, dan tanggung jawab, dan (c) kemandirian, kepemimpinan, dan kewirausahaan serta memperluas wawasan mahasiswa.

5) Meningkatkan daya saing nasional.

6) Meningkatkan jiwa peneliti, terutama dalam hal (a) eksplorasi data dan analisis, (b) mendorong learning community dan learning society.

7) Memelihara dan meningkatkan hubungan dan kerja sama antara IIK dengan Pemerintah Kabupaten/Daerah setempat, instansi terkait, dan masyarakat secara multidisipliner sehingga IIK dapat lebih berperan serta menyesuaikan dengan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdiannya dengan tuntutan nyata masyarakat yang sedang membangun.

1.6. SASARAN DAN MANFAAT

Pada dasarnya kegiatan KKN- PPM diarahkan kepada 3 (tiga) sasaran berikut manfaat yang diharapkan, yaitu :

a. Mahasiswa

1. Memperdalam pengertian, penghayatan, dan pengalaman mahasiswa tentang a) Cara berpikir dan bekerja interdisipliner dan lintas sektoral.

b) Kegunaan hasil pendidikan dan penelitian bagi pembangunan pada umumnya dan pembangunan daerah pedesaan pada khususnya.

c) Kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam pembangunan serta keseluruhan konteks masalah pembangunan pengembangan daerah.

2. Mendewasakan alam pikiran mahasiswa dalam setiap penelaahan dan pemecahan masalah yang ada di masyarakat secara pragmatis ilmiah.

3. Membentuk sikap dan rasa cinta, kepedulian sosial, dan tanggung jawab mahasiswa terhadap kemajuan masyarakat.

4. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk melaksanakan program-program pengembangan dan pembangunan.

5. Membina mahasiswa agar menjadi seorang innovator, motivator, dan problem solver. 6. Memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa sebagai kader

pembangunan.

b. Masyarakat (dan Pemerintah)

1. Menambah wawasan dan cara berpikir ilmiah yang diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah di masyarakat.

2. Memberikan bantuan pikiran (ide-ide) dan tenaga segar dari mahasiswa dalam memecahkan masalah kesehatan di masyarakat.

3. Merasakan manfaat secara langsung hasil-hasil kegiatan bimbingan pemberdayaan masyarakat oleh mahasiswa KKN.

4. Masyarakat menjadi lebih produktif dan mandiri dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam yang ada.

(11)

11 c. Perguruan tinggi

1. Perguruan tinggi lebih terarah dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan kepada mahasiswa, dengan adanya umpan balik sebagai hasil integrasi mahasiswa dengan masyarakat. Dengan demikian, kurikulum perguruan tinggi akan dapat disesuaikan dengan tuntutan pembangunan. Tenaga pengajar memperoleh berbagai kasus yang dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan.

2. Perguruan tinggi dapat menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah atau departemen lainnya dalam melaksanakan pembangunan dan pengembangan IPTEKS.

3. Perguruan tinggi dapat mengembangkan IPTEKS yang lebih bermanfaat dalam pengelolaan dan penyelesaian berbagai masalah pembangunan.

1.7. PRINSIP DASAR DAN PELAKSANAAN a. Prinsip Dasar

Sejalan dengan perubahan paradigma tersebut, maka KKN-PPM dilaksanakan dengan berpijak pada prinsip-prinsip :

1) Keterpaduan aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi; aspek pendidikan dan pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis penelitian menjadi landasan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan tolok ukur evaluasi KKN-PPM.

2) Pelestarian Tri D h a r ma KKN-PPM ; KKN-PPM dilaksanakan untuk mencapai pengembangan kepribadian mahasiswa (personality development), pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan pengembangan institusi (institutional development).

3) Empati-Partisipatif; KKN-PPM dilaksanakan untuk menggerakkan masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai kegiatan yang dapat melibatkan, mengikutsertakan, dan menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap pembangunan. KKN-PPM dilaksanakan secara interaktif dan sinergis antara mahasiswa dan masyarakat. Konsekuensinya, keterlibatan kedua belah pihak dalam setiap kegiatan mutlak diperlukan. Keterlibatan itu dimulai sejak perencanaan program kegiatan lapangan, pelaksanaan, dan pengusahaan pendanaan. Untuk itu para mahasiswa dan pengelola KKN-PPM harus mampu mengadakan pendekatan sosiokultural terhadap masyarakat sehingga lebih kooperatif dan partisipatif.

4) Interdisipliner; KKN- PPM dilaksanakan oleh mahasiswa yang berasal dari berbagai disiplin ilmu di lingkungan universitas dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh LP2M. Dalam operasionalnya mahasiswa mengembangkan mekanisme pola pikir dan pola kerja interdisipliner untuk memecahkan permasalahan yang ada di lokasi KKN-PPM.

5) Komplementatif dan berdimensi luas; KKN-PPM berfungsi sebagai pengikat, perangkum, penambah dan pelengkap kurikulum yang ada. Dengan demikian diharapkan mahasiswa peserta KKN-PPM mampu mengaktualisasikan diri secara profesional dan proporsional. 6) Realistis-Pragmatis; program-program kegiatan yang direncanakan pada dasarnya

bertumpu pada permasalahan dan kebutuhan nyata di lapangan, dapat dilaksanakan sesuai dengan daya dukung sumber daya yang tersedia di lapangan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 7) Environmental development; KKN-PPM dilaksanakan untuk melestarikan dan

mengembangkan lingkungan fisik dan sosial untuk kepentingan bersama.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut diharapkan mahasiswa KKN-PPM mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada di masyarakat dan mencari penyelesaiannya sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Dengan harapan, masyarakat mampu berswadaya, berswakelola, dan berswadana dalam pembangunan.

(12)

12

b. Prinsip Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan KKN-PPM dilakukan dengan karakteristik sebagai berikut :

1) Co-creation (gagasan bersama): KKN-PPM dilaksanakan berdasar pada suatu tema dan program yang merupakan gagasan bersama antara universitas (dosen, mahasiswa, Pusat Studi) dengan pihak Pemerintah Daerah, mitra kerja dan masyarakat setempat.

2) Co-financing/co-funding (dana bersama): KKN-PPM dilaksanakan dengan pendanaan bersama antara mahasiswa pelaksana, universitas dengan pihak Pemerintah Daerah, mitra kerja dan masyarakat setempat, disesuaikan dengan tema dan program yang telah disepakati.

3) Flexibility (keluwesan): KKN-PPM dilaksanakan berdasarkan pada suatu tema dan program yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan Pemerintah Daerah, mitra kerja dan masyarakat dalam proses pembangunan di daerah. Mahasiswa dapat memilih tema dan waktu pelaksanaan KKN-PPM yang ditawarkan universitas sesuai dengan keinginannya.

4) Sustainability (berkesinambungan): KKN-PPM dilaksanakan secara berkesinambungan berdasarkan suatu tema dan program yang sesuai dengan tempat dan target tertentu.

(13)

13 BAB II

KEBIJAKAN PENGELOLAAN 2.1 STATUS DAN BEBAN AKADEMIK

Kedudukan KKN-PPM sama dengan mata kuliah umum, bersifat wajib untuk tingkat Institusi. Dengan demikian berarti mahasiswa yang belum mengikuti program KKN belum dapat dinyatakan lulus dari Institut Ilmu Kesehatan. KKN-PPM mempunyai parameter tertentu yang ditentukan dalam struktur KKN, yang antara lain meliputi :

a. Dalam setiap kelompoknya dilakukan oleh mahasiswa berjumlah antara 25-38 mahasiswa dengan konfigurasi anggota dari beberapa disiplin ilmu (interdisipliner).

b. Mahasiswa dapat mengikuti program KKN-PPM apabila telah memenuhi persyaratan tertentu.

c. Mahasiswa peserta KKN harus mengikuti sejumlah tahap kegiatan, yaitu tahap persiapan, tahap survei, tahap pembekalan, tahap pelaksanaan, tahap pelaporan kegiatan, dan tahap evaluasi akhir.

d. Mahasiswa harus mengerjakan tugas-tugas yang diwajibkan untuk setiap tahapan pelaksanaan KKN-PPM tersebut.

e. Mahasiswa harus melakukan pendekatan sosial kepada civitas akademika, pemerintah/ instansi terkait maupun masyarakat terkait.

Adapun beban akademik atau bobot akademik KKN di Institut Ilmu Kesehatan memiliki bobot setara dengan 3 SKS.

2.2 PERSYARATAN PESERTA

Syarat-syarat untuk mengikuti KKN-PPM sepenuhnya diatur oleh IIK dan LP2M. Secara umum calon setiap peserta KKN diharapkan memenuhi syarat-syarat umum sebagai berikut:

1. Telah mengambil minimal 100 SKS dengan IPK ≥2,00. 2. Sehat jasmani dan rohani.

3. Membayar biaya KKN yang ditetapkan.

4. Mengikuti pembekalan serat mengikuti ujian untuk peserta.

5. Selama KKN mahasiswa tidak mengikuti kegiatan intra maupun ekstra kurikuler di kampus. 6. KKN boleh diikuti oleh semua program studi atau bidang keahlian (multidisiplin) Srata S1 dan

D4.

7. Mendapatkan persetujuan dari Dekan masing-masing fakultas 2.3 WAKTU DAN TAHAPAN

Kegiatan program KKN-PPM Institut Ilmu Kesehatan dalam setiap periodenya dalam tahun, dilakukan sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan atau Pra KKN

Tahap kegiatan ini dilakukan oleh LP2M IIK dan meliputi kegiatan observasi, pendekatan sosial maupun kelembagaan, penentuan wilayah, pembukaan pendaftaran mahasiswa KKN, dan penentuan DPL KKN.

b. Tahap Pembekalan KKN-PPM

Tahap ini diperuntukkan bagi mahasiswa, yang meliputi survei awal, tatap muka untuk teoritik, serta tatap muka untuk persiapan pelaksanaan KKN dengan 4 materi utama yaitu: 1) Program Pemerintahan dan Dagusibu

2) PKMD

3) Analisis situasi dan penyebab pemecahan masalah

(14)

14

c. Tahap pelaksanaan KKN-PPM yang membutuhkan waktu 3 Minggu hari pelaksanaan dan terdiri atas:

1. Kegiatan mahasiswa untuk pendekatan sosial maupun kelembagaan

2. Kegiata mahasiswa untuk operasional atau realisasi program kerja di lokasi KKN 2.4 KELEMBAGAAN

KKN-PPM IIK diatur dan diselenggarakan oleh LP2M IIK dan dilaksanakan oleh Panitia KKN Periode tahun ajaran berjalan dibantu oleh sejumlah staf yang terdiri atas dosen dan karyawan yang dikelompokkan dalam bidang-bidang tugas tertentu. Adapun struktur organisasi penyelenggara dan pelaksana Panitia KKN-PPM IIK, terdiri atas:

a. Pelindung (Ketua Yayasan dan Rektorat) b. Penasihat (Yayasan)

c. Ketua Pelaksana d. Wakil Ketua Pelaksana e. Sekretaris f. Bendahara g. Koordinator Pelaksana h. Divisi Diklat i. Divisi Monitoring j. Divisi Evaluasi

k. Divisi Umum untuk Acara, Perlengkapan, Konsumsi dan Humas l. Koordinator Dosen Pembimbing Lapangan

2.5 PENDANAAN

Dana yang dipergunakan untuk biaya persiapan, pembekalan, operasional dan pelaporan pelaksanaan KKN-PPM IIK diperoleh dari:

a. Alokasi anggaran belanja Institut Ilmu Kesehatan, di antaranya didapat dari pembayaran biaya KKN yang ditetapkan oleh Institut Ilmu Kesehatan.

b. RAPB KKN yang disusun oleh pimpinan LP2M dengan dasar dana alokasi umum LP2M. c. Bantuan pemerintah, lembaga-lembaga lain, maupun perseorangan dengan catatan bantuan

(15)

15 BAB III

INDIKATOR OPERASIONAL

Operasionalisasi program kegiatan KKN-PPM perlu dimulai dengan pemetaan yang dikerjakan secara serentak atau bertahap sesuai dengan kematangan atau kesiapan Pengurus. Pemetaan sasaran yang merupakan langkah operasional awal dan sebagai strategi utama pembentukan PPM dikerjakan oleh mahasiswa bersama anggota pengurus yang akan ditugasi untuk mengelola program atau kegiatan pembangunan berwawasan kemasyarakatan.

PEMETAAN SASARAN DAN DIMENSI WAKTU PELAKSANAAN

Sebagai basis pemetaan perlu ditentukan wilayah cakupan PPM yang bersangkutan. Wilayah ini bisa sempit, misalnya satu RT, dan bisa luas atau diperluas di kemudian hari. Untuk melakukan pemetaan perlu dilakukan pendataan seluruh keluarga yang berada dalam cakupan PPM yang bertanggung jawab di wilayah yang bersangkutan.

Indikator untuk menempatkan keluarga dalam kategori keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, dan keluarga sejahtera III Plus adalah sebagai berikut: 1. Keluarga Pra Sejahtera adalah sebuah keluarga yang salah satu dari kondisi dibawah ini

tidak terpenuhi :

a. Keluarga itu makan dua kali sehari

b. Mempunyai pakaian layak untuk keperluan yang berbeda

c. Bila ada anak atau anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana atau petugas kesehatan d. Bila pasangan usia subur ingin ber-KB pergi ke sarana pelayanan KB

e. Semua anak berusia 7-15 tahun yang ada dalam keluarga bersekolah

2. Keluarga Sejahtera I adalah sebuah keluarga yang seluruh kondisi pada keluarga pra sejahtera diatas telah dapat dipenuhi.

3. Keluarga Sejahtera II adalah sebuah keluarga yang selain memenuhi kondisi keluarga sejahtera II juga memenuhi kondisi lain sebagai berikut :

a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agamanya masing- masing b. Anggota keluarga makan daging/telor/ikan paling kurang sekali dalam satu minggu c. Anggota keluarga memperoleh satu setel pakaian baru dalam satu tahun d. Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk setiap penghuni rumah e. Dalam tiga bulan terakhir seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat f. Terdapat seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja

g. Seluruh anggota keluarga berumur 10-60 tahun bisa baca tulis tulisan latin h. Pasangan usia subur dengan dua anak atau lebih mempergunakan kontrasepsi 4. Keluarga Sejahtera III adalah sebuah keluarga yang selain memenuhi kondisi keluarga

sejahtera II juga memenuhi kondisi lain sebagai berikut : a. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agamanya b. Sebagian penghasilan keluarga bisa ditabung

c. Keluarga makan bersama paling kurang sekali dalam satu minggu d. Keluarga ikut kegiatan masyarakat di lingkungannya

e. Keluarga memperoleh informasi dari media massa

Karena keluarga muda, yaitu keluarga yang mempunyai anak balita atau anak usia sekolah, menjadi sasaran utama, maka dalam pemetaan keadaan keluarga muda tersebut menjadi bagian yang terpenting. Oleh karena itu keluarga tersebut harus selalu mendapat perhatian dan berada dalam peta serta diperbaharui keadaannya setiap kali Pengurus PPM mengadakan pertemuan dan pembaharuan peta keluarga. Peta itu adalah peta keluarga, bukan peta pasar, atau peta sekolah, atau peta Puskesmas atau fasilitas lainnya. Peta itu menghubungkan keluarga dengan akses fasilitas untuk membangun keluarga sejahtera berdasarkan MDGs atau penguatan fungsi-fungsi keluarga.

(16)

16

5. Keluarga Sejahtera III Plus adalah sebuah keluarga yang selain memenuhi kondisi keluarga sejahtera III juga memenuhi kondisi lain sebagai berikut :

a. Keluarga secara teratur memberikan sumbangan materiel untuk kegiatan social b. Ada anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan

Format Register Pendataan Keluarga dapat diunduh pada website KKN

Apabila seluruh keluarga telah terdaftar dan klasifikasinya sudah dapat ditentukan secara lengkap, maka dilakukan pemetaan menurut lokasi persebaran serta kategorinya dan tanda-tanda yang mudah dilihat tentang kekurangan keluarga yang bersangkutan dalam mencapai kondisi diatasnya. Bahan-bahan hasil pemetaan itu dibicarakan bersama untuk bahan pemberdayaan yang akan diberikan dengan dukungan seluruh anggota PPM. Instrumen yang dipakai, data-data yang diperoleh serta tata cara pendataan dan pemetaan keluarga diuraikan lebih lanjut di lampiran 1.

(17)

17 BAB IV

ALUR PROSES PELAKSANAAN KKN-PPM

(18)

18

BAB V PERSIAPAN KKN-PPM

Untuk menyelenggarakan KKN-PPM dapat ditempuh melalui langkah-langkah persiapan mencakup kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:

5.1 PENDAFTARAN PESERTA

Peserta yang memenuhi persyaratan jumlah SKS yang telah ditempuh dan memiliki IP sesuai syarat minimal, sesuai ketentuan di Institut diberikan kesempatan untuk mendaftar di LP2M, dengan cara mengisi formulir pendaftaran KKN yang dapat didownlaod di web http://www.iik.ac.id/lppm/home/index.php, dan menyerahkan bukti pembayaran biaya KKN serta persyaratan lain.

5.2 KOORDINASI PELAKSANAAN

Lembaga Penyelenggara dalam menyiapkan rencana KKN perlu melakukan koordinasi internal maupun eksternal.

a. Koordinasi Internal

Penyelenggaraan koordinasi internal Lembaga adalah koordinasi dengan Fakultas melalui Dekanat dengan tujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang penyelenggaraan KKN, penyamaan persepsi tentang pelaksanaan dan penjadwalan kegiatan.

b. Koordinasi Eksternal

Koordinasi eksternal adalah koordinasi yang dilakukan pihak LP2M dengan Pemkab/Pemkot dan Instansi terkait lainnya. Dalam koordinasi eksternal dilakukan beberapa tahapan kegiatan, meliputi:

1) Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota yang akan dijadikan lokasi KKN, terutama unsur-unsur Bappeda, Bapermas, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan KB. Tujuan utama adalah untuk memberikan informasi, penyamaan persepsi, penggalangan komitmen dan sinergitas dukungan, pelaksanaan maupun kelanjutan pembinaan PPM. 2) Sesuai dengan komitmen dan kesepakatan yang diperoleh dari Pemkab/ Pemkot selanjutnya

dilaksanakan sosialisasi KKN-PPM di kecamatan- kecamatan oleh LP2M bersama unsur Bappeda, Bappermas dan Instansi terkait lainnya.

5.3 PEMBEKALAN

Pembekalan diberikan kepada Mahasiswa yang materinya meliputi atas: 1) Program KKN-PPM

a) Falsafah (arti, tujuan, sasaran dan manfaat dari KKN, PPM, serta KKN-PPM). b) Rencana program dan pengorganisasian KKN.

c) Diskripsi tugas dan tata tertib mahasiswa peserta KKN d) Pelaporan yang dibuat dan evaluasi/penilaian peserta KKN, e) Achievement motivation training.

Materi pembekalan program KKN ini pada umumnya dituangkan dalam Rancangan program LP2M, Kerangka Acuan KKN-PPM serta Juknis yang telah disusun. Pemberi materi adalah para pengelola KKN, khususnya personnel telah yang berpengalaman.

2) Materi Pembentukan PPM

Materi ini merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk membentuk, membina, mengisi dan mengembangkan PPM, yang mencakup :

a) Penjajagan, Pendekatan, Advokasi, Sosialisasi, Pemberdayaan Masyarakat. Kegiatan ini merupakan awal kegiatan yang dilakukan oleh Tim Persiapan pada suatu desa/dukuh atau kelurahan/RW untuk menjajagi tanggapan masyarakat, terutama para pemukanya melalui rapat atau pertemuan terbatas. Jika respon positif, maka proses pembentukan dilanjutkan, tetapi jika

(19)

19 negatif, maka dianjurkan pindah ke desa/dukuh atau kelurahan/RW lainnya dan memulai proses serupa.

b) Observasi dengan Pendataan dan Identifikasi Potensi Wilayah. Pendataan keluarga adalah upaya untuk melihat jumlah, persebaran dan klasifikasi keluarga sesuai tahap kesejahteraan yang dibedakan atas keluarga pra sejahtera, sejahtera I, II, III dan III plus. Dari hasil Pendataan Keluarga ini seperti telah diuraikan dalam Bab III selanjutnya dilakukan Pemetaan Sasaran untuk kegiatan PPM.

Selain pendataan dan pemetaan keluarga yang menjadi sasaran prioritas, maka observasi lapangan juga dilakukan untuk mengidentifikasi masalah berdasarkan hasil pendataan dan menginventarisasi kelembagaan dengan melihat status atau kondisinya serta kegiatan yang dilaksanakan, termasuk dukungan serta sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan.

Secara lebih teknis identifikasi masalah dan inventarisasi potensi kelembagaan ini menyangkut di bidang kesehatan melihat cakupan pelayanan kesehatan dan aktivitas Posyandunya. Uraian lebih lanjut tentang identifikasi masalah dan potensi lembaga pada bab pelaksanaan KKN-PPM.

c) Lokakarya Mini

Kegiatan ini merupakan sarasehan antara mahasiswa dibawah bimbingan Dosen Pembimbing dengan masyarakat bersama para pemukanya untuk membuat perencanaan program kedepan serta menyepakati kegiatan dan sasaran, termasuk kepengurusan yang dibentuk. Uraian lebih lanjut dapat dibaca pada bagian tentang pelaksanaan KKN-PPM atau di Buku Pedoman Pembentukan dan Pengembangan PPM.

d) Pelaksanaan dan Pengembangan PPM.

Untuk pelaksanaan dan pengembangan PPM perlu dijelaskan serangkaian tahap-tahap kegiatan yang perlu diketahui oleh mahasiswa sebagai berikut:

1. Pelatihan Pengurus/Kader.

Pelatihan ini adalah suatu langkah awal untuk mempersiapkan Pengurus dan Kader melaksanakan kegiatan/program yang telah dirancang. Latihan dapat dimulai secara bertahap sesuai prioritas program, dukungan tenaga dan sumber-sumber yang tersedia. Pelatihan pengurus dan kader tidak selamanya dilakukan di kelas, tetapi bisa melalui sarasehan, kunjungan ke PPM yang maju dan sebagainya.

2. Musyawarah di desa atau kelurahan atau wilayah PPM.

Dalam rangka mengecek kesiapan untuk memulai kegiatan perlu dilakukan musyawarah di tingkat Kelurahan/Desa atau wilayah administratif PPM. Musyawarah ini dilakukan dengan mengundang pengelola/pengurus dan kader PPM, anggota masyarakat yang akan menjadi sasaran program serta golongan masyarakat yang dapat memberikan fasilitas atau dukungan pelaksanaan program PPM.

3. Pendampingan dan pembinaan.

Pembekalan dalam tahap pelaksanaan termasuk dalam pelaksanaan pendampingan, pemantauan dan pembinaan yang dilakukan oleh mahasiswa secara berlanjut, sehingga kinerja lembaga fungsional dapat berjalan sesuai dengan ketentuan dan mencapai tujuan yang ditetapkan.

4. Konsultasi dengan Berbagai Pihak.

Salah satu tugas pembinaan dan pendampingan yang perlu dipelihara oleh mahasiswa adalah melaksanakan konsultasi dengan berbagai pihak untuk terus dapat memperbaiki pelaksanaan kegiatan lembaga fungsional yang sudah terbentuk. Konsultasi ini mutlak dilakukan apabila ada masalah yang menyebabkan gagal atau tidak dapat berlangsungnya kegiatan lembaga secara fungsional.

5. Membangun Jejaring Program.

Agar kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga fungsional dapat berjalan lancar dan terus berkembang, maka maahasiswa perlu memperoleh dukungan dari berbagai pihak serta mengembangkan jejaring program dengan instansi terkait.

(20)

20

6. Mengembangkan program secara bertahap.

Untuk memperkuat fungsi-fungsi keluarga secara paripurna, maka dalam melaksanakan program dengan memperkuat lembaga yang yang ada, maka Tim Mahasiswa bersama masyarakat tidak perlu sekaligus membentuk dan membina semua lembaga, tetapi dapat dimulai yang paling mudah dan memilih yang paling diperlukan masyarakat, selanjutnya PPM dikembangkan secara bertahap. Untuk memahami pelaksanaan dan pengembangan PPM secara lebih jelas akan diuraikan pada Bab V. Narasumber untuk materi ini dapat berasal dari pakar PTN/PTS yang ada atau Dinas/Intansi terkait.

3) Pendanaan PPM

Sejak awal dijelaskan kepada masyarakat bahwa PPM ini adalah lembaga mereka dan karena itu kegiatannya tidak dibiayai oleh mahasiswa, perguruan tinggi atau pemerintah daerah. Masyarakat diajak dengan baik-baik untuk menganggap bahwa PPM adalah kegiatan yang pembiayaannya ditanggung oleh masyarakat secara gotong royong.

Untuk memperingan dukungan dana dari masyarakat diharapkan sejak awal dikembangkan usaha bersama untuk mengembangkan jaringan pendukung atau sponsor yang sanggup menyumbang untuk kegiatan bersama. Apabila PPM dibentuk berbasis Masjid, maka harus ada kesediaan dari Pengurus Masjid untuk menggerakkan masyarakat memberi sumbungan untuk kegiatan-kegitan yang diselenggarakan oleh Pengurus PPM.

Apabila berbasis Posyandu, maka Pengurus Posyandu harus bersedia membantu pendanaan untuk menyelenggarakan kegiatan PPM yang beraneka ragam serta berkelanjutan.

Namun mahasiswa pendamping atau Pengurus PPM sejak awal bisa mengarahkan pengembangan PPM untuk bisa dikaitkan dengan kegiatan Pemerintah seperti PNPM Mandiri, Koperasi, Keluarga Harapan, atau kegiatan lainnya. Di banyak Kabupaten/Kota dikembangkan upaya untuk mengundang keluarga yang mampu memberi sumbangan secara teratur kepada PPM. Untuk perlu dibuat catatan penerimaan dan pengeluaran sumbangan dengan baik dan dilaporkan secara terbuka. Laporan yang cermat dan baik serta teratur akan memberikan kepercayaan kepada penyumbang untuk melanjutkan sumbangan pada program dan kegiatan PPM yang sangat mulia tersebut.

PPM adalah upaya luhur yang mandiri untuk menolong keluarga kurang mampu melalui pemberdayaan yang dibiayai secara gotong royong oleh masyarakat secara mandiri. Pemerintah daerah, pengusaha dan mereka yang peduli sesama anak bangsa diharapkan memberi dukungan sebagai sponsor untuk kelangsungan dan memperlancar kegiatan PPM tersebut.

(21)

21 BAB VI

PELAKSANAAN KKN-PPM

6.1 PEMBENTUKAN KELOMPOK ATAU TIM MAHASISWA DAN PEMBINA Untuk melaksanakan KKN-PPM pertama-tama dibentuk kelompok atau Tim terdiri dari para mahasiswa yang akan ditunjuk sebagai pendamping yang didasari hal-hal sebagai berikut: a. Komposisi Tim sesuai garapan program PPM yang meliputi 4 bidang, yaitu pendidikan,

kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan, maka anggota-anggotanya diupayakan memiliki latar belakang ilmu yang relevan terkait ranah kesehatan.

b. Suatu Tim terdiri antara 20-25 mahasiswa dengan jenis kelamin yang seimbang antara pria dan wanita. Jumlah mahasiswa yang ditugasi dalam suatu lokasi perlu dipertimbangkan dengan jumlah penduduk, luas wilayah dan kelancaran transportasi.

c. Setiap Tim yang akan membentuk sejumlah PPM di satu atau beberapa desa/kelurahan mempertimbangkan unit administrasi yang tepat untuk pembentukan setiap PPM. Atas dasar besarnya jumlah penduduk dan luas wilayah, maka sebuah PPM paling tepat jika dibentuk untuk satu wilayah Dusun/Dukuh/Lingkungan/RW/RK. d. Dalam proses penjajagan, Tim tersebut dapat membagi diri dalam sub Tim atau tetap

bersama-sama dalam Tim yang diawali dengan advokasi dan sosialisasi guna pendekatan kepada masyarakat Dusun/Dukuh/Lingkungan/ RW dan wilayahnya yang akan dibentuk dan dikembangkan PPM.

6.2 OBSERVASI LAPANGAN

Apabila penjajagan selesai dilakukan dan dari sosialisasi juga diperoleh tanggapan yang positif, selanjutnya perlu diambil langkah untuk memulai kegiatan pendataan dan pemetaan wilayah guna menetapkan sasaran serta mengidentifikasi potensi kelembagaan di lokasi wilayah tersebut. Dari identifikasi potensi di wilayah perlu dilihat adanya lembaga yang akan menjadi wadah atau sarana untuk dikembangkan sebagai inti kegiatan PPM. Lembaga tersebut dianggap mampu menjalankan program andalan sebagai kegiatan awal PPM.

Pelaksanaan observasi ini dapat ditugaskan kepada 1 atau 2 orang mahasiswa yang selanjutnya bersama kader atau penduduk setempat menghimpun data dengan menggunakan instrumen, data-data yang akan diperoleh serta tata cara pendataan dan pemetaan seperti lampiran 1. Untuk Contoh Format Identifikasi Masalah dan Potensi Lembaga yang menjadi dasar penyusunan Rancangan Lembaga serta Pokok-Pokok Kegiatan sampai dengan Hasil dan Manfaat yang dapat diperoleh diberikan dalam lampiran 2. Dalam identifikasi potensi ini termasuk mengidentifikasi calon Ketua PPM atau Kader yang tepat yang selanjutnya menjadi Pengurus PPM.

Pelaporan observasi di lingkungan PPM harus dibuat secara jujur dan akurat. Laporan itu bersifat motivatip untuk mengajak masyarakat, utamanya para sesepuh dan para pemimpin setempat, agar tertarik dan peduli serta sanggup bekerja keras bersama para mahasiswa untuk secara gotong royong menyelesaikan masalah melalui pemberdayaan keluarga. Bupati, Camat, Kepala Desa atau sesepuh lainnya diundang untuk mengetahui keadaan masyarakatnya dan diyakinkan bahwa, dengan bimbingan para sesepuh dan aparat desa, secara gotong royong bisa dikembangkan program pemberdayaan untuk menyelesaikan masalah yang ada secara mandiri.

(22)

22

6.3 PENYUSUNAN PROGRAM KERJA Penyusunan program kerja setiap PPM :

a. Disusun berdasarkan hasil observasi, pendataan dan pemetaan sasaran. Substansinya adalah pokok-pokok kegiatan sesuai arahan unsur-unsur dalam HDI atau IPM, yang secara praktis dapat dilakukan oleh masyarakat setempat secara bertahap. Dalam penyusunan program ini direncanakan pula jadwal waktu, bentuk kegiatan, anggota mahasiswa yang ditugasi sebagai pendamping, serta masyarakat sebagai pelaksana. Mahasiswa pendamping diatur dengan baik. Dalam penyusunan kegiatan pengurus atau calon pengurus bersama kader dilibatkan secara aktif. Mahasiswa bertindak sebagai fasilitator yang dinamis.

b. Program kerja yang disusun tersebut bersifat sementara karena masih perlu dikonfirmasikan kepada seluruh anggota masyarakat melalui sarasehan atau lokakarya mini. Contoh Matrik Rencana Program Kerja per Desa/Kelurahan yang dibuat oleh Tim Mahasiswa seperti lampiran 3. Untuk kolom realisasi pelaksanaan diisi setelah kegiatan selesai dilaksanakan. Dalam program kerja ini dibuat Ringkasan Data (I) Penduduk dan Keluarga, jumlah Segmentasi Sasaran per dukuh/dusun/ lingkungan/ RW serta Kelompok Usaha yang akan diikuti oleh keluarga muda. Selain itu juga Ringkasan Data Potensi Lembaga (II) yang dapat dikembangkan sebagai inti kegiatan PPM per dukuh/dusun/RW/ Lingkungan termasuk jumlah kader yang sudah dilatih. Format Ringkasan Data I dan II seperti lampiran 4.

c. Lembaga masyarakat yang dijadikan pintu masuk atau akan ditingkatkan peranannya sebagai PPM adalah lembaga yang bergerak dibidang ekonomi, seperti UPPKS, KUBE, Pra Koperasi atau Koperasi. Kalau tidak terdapat lembaga seperti itu, dipilih kelompok yang bisa dikembangkan menjadi sarana pemberdayaan ekonomi, seperti Pengajian Ibu-Ibu, Pokja II PKK, kelompok arisan ibu-ibu dan sebagainya. Selanjutnya kelompok tersebut dikembangkan menjadi lembaga pemberdayaan ekonomi seperti kelompok Ekonomi, Pokja Ekonomi, atau pra koperasi berbasis kesehatan seperti kompos, jamu, makanan kesehatan.

d. Jika sulit membentuk PPM dari lembaga ekonomi atau yang memiliki potensi menjadi lembaga ekonomi, maka dapat dikembangkan lembaga lain yang telah terbentuk dan cukup baik untuk dikembangkan menjadi penggerak PPM seperti misalnya Posyandu (KB dan Kesehatan), BKB atau BKR (KB dan Pendidikan) atau kelompok fungsional seperti kelompok Remaja (Karang Teruna) atau kelompok Lansia (Karang Wreda) atau kelompok lain yang ada di desa tersebut. 6.4 PENYELENGGARAAN LOKAKARYA MINI

Program kerja sementara yang sudah disusun dibahas bersama dengan anggota keluarga lain dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di sekitar PPM. Pembahasan itu dilakukan melalui sarasehan/lokakarya mini di desa/ kelurahan atau di dukuh/dusun/lingkungan/RW di lingkungan PPM. Apabila dalam suatu kelurahan atau desa dibentuk beberapa PPM, ada baiknya lokakarya mini dilakukan pada setiap wilayah PPM agar seluruh anggota PPM ikut dalam lokakarya yang diselenggarakan oleh PPM dimana mereka menjadi anggota. Partisipasi setiap keluarga dalam Lokakarya Mini PPM merupakan awal dari dorongan partisipasi yang dinamis.

Sarasehan dilakukan dengan mengundang kepala keluarga, penduduk dan tokoh masyarakat setempat untuk mendengarkan program kerja yang sudah disusun. Rencana kerja ini disajikan oleh calon Ketua PPM di desa/pedukuhan dengan melibatkan pengurus/kader PPM lainnya, Bidan Desa dan aparat Desa serta keluarga yang menjadi sasaran prioritas. Dari hasil Lokakarya Mini dilakukan penyempurnaan kegiatan menjadi Program Kerja PPM Difinitif. Format Acara Lokakarya Mini seperti lampiran 5.

(23)

23 6.5 PELAKSANAAN PROGRAM KERJA

Pelaksanaan Program kerja biasanya mencakup beberapa kegiatan pokok sebagai berikut : a) Pelatihan Pengurus/Kader.

Pelatihan Pengurus menyangkut pemberian materi organisasi dan manajemen PPM, ruang lingkup tugas pengelolaan, utamanya pengertian bahwa program-program PPM diutamakan pada program yang bisa diikuti oleh partisipasi sebanyak mungkin anggota. Dalam Pelatihan ditegaskan pula sumber pendanaan untuk kegiatan pembangunan yang prinsipnya diusahakan secara mandiri dan dalam hal-hal tertentu dibantu oleh anggota PPM yang lebih mampu, atau sumbangan lain. Pelatihan kader ditujukan untuk menyiapkan tenaga yang akan melaksanakan penguatan fungsi-fungsi keluarga dengan membentuk atau memperkuat lembaga atau kelompok fungsi-fungsional dengan tujuan memperkuat fungsi-sungsi keluarga seperti:

1) Fungsi Pendidikan dengan mengembangkan Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bina Keluarga Remaja (BKR), Kegiatan Belajar Masyarakat (KBM), Pemberantasan Buta Aksara, pelatihan ketrampilan usaha, atau kegiatan ekonomi sosial lainnya yang berbasis kesehatan.

2) Fungsi kesehatan dengan mengembangkan Posyandu, PHBS, Karang Werda, Bina Keluarga Lansia (BKL) dan lainnya.

3) Fungsi Lingkungan dengan mengembangkan Balai Latihan Kerja (BLK) dengan program dan kegiatan mengembangkan Kebun Bergizi, yaitu menanami halaman dengan tanaman sayur, peternakan atau kolam ikan yang mudah dimasak untuk meningkatkan gizi keluarga serta pengolahan sampah menjadi pupuk organik/kompos.

Untuk melengkapi materi pembekalan kepada para anggota diatas dapat dipergunakan buku pedoman/juknis yang dikeluarkan instansi teknis dengan catatan bahwa keberhasilannya diukur dari partisipasi anggota PPM sebanyak-banyaknya, bukan semata-mata pada nilai produksi atau kinerja yang dihasilkan oleh proyek yang biasanya dituntut buku pedoman tersebut.

Penyelenggaraan Lokakarya tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan basa basi, dengan tujuan luhur untuk membentuk PPM secara gotong royong. Dengan tujuan yang jelas itu semua pihak diundang untuk berpartisipasi secara aktif. Keluarga yang mampu diajak mengulurkan tangannya membantu dan keluarga kurang mampu diajak bekerja keras dan berusaha tanpa mengenal putus asa

Keberadaan mahasiswa dalam KKN-PPM bukan menggantikan keluarga atau penduduk setempat tetapi mendampingi mereka agar mampu dan bersedia bekerja keras menyelesaikan masalah mereka secara mandiri dengan penuh kebanggaan. Keberhasilan KKN adalah bahwa partisipasi keluarga setempat maksimal sangat tinggi dan penduduk berterima kasih karena telah dirangsang dan diberdayakan oleh mahasiswa dengan penuh kasih sayang dan diperkenalkan kepada tehnologi yang mudah dicerna serta menghasilkan kemampuan baru untuk menyelesaikan masalah secara mandiri.

(24)

24

b) Musyawarah Di Desa Atau Kelurahan

Musyawarah di desa/kelurahan biasanya dilakukan apabila diperlukan suatu upacara peresmian PPM dan Pelantikan Pengurus yang perlu dilakukan oleh Kepala Desa atau Camat, yaitu melalui forum rapat koordinasi yang ada di tingkat desa/kelurahan. Rapat koordinasi ini biasanya diikuti oleh seluruh aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lembaga yang ada di desa seperti PKK, Karang Teruna, Polindes dan Bidan Desa. Selain itu Rapat Koodinasi bisa juga diikuti oleh Dinas Instansi terkait tingkat kecamatan seperti Puskemas, PPLKB, Petugas Bapermas Kecamatan, dsb.

Melalui Rapat Koordinasi tersebut diharapkan diperoleh komitmen, dukungan serta diterimanya PPM sebagai lembaga desa yang didukung aparat pemerintah. Selanjutnya program PPM diarahkan untuk memperoleh dukungan program-program yang telah atau diselenggarakan oleh pemerintah. Peresmian dan pelantikan Pengurus PPM merupakan pengakuan adanya forum rakyat yang akan dibina dan dikembangkan dengan fasilitas pemerintah secara penuh.

c) PELAKSANAAN KEGIATAN PPM

Dalam tahap pelaksanaan kegiatan, mahasiswa mendorong pengurus PPM untuk melaksanakan rencana kegiatan/program PPM yang mencakup 4 bidang dan dimulai sesuai prioritas dengan melibatkan sebanyak mungkin partisipasi masyarakat dan menjangkau sasaran prioritas untuk memberdayakan keluarga.

Untuk memulai kegiatan PPM para anggota bisa diajak melakukan kerja bakti membersihkan halaman rumah masing-masing, merapikan pagar halaman, membersihkan Masjid, Sekolah, atau fasilitas pelayanan umum lainnya. Upaya ini semata-mata untuk menggugah kebersamaan dan mengajak mereka untuk bergotong royong dengan program dan kegiatan yang terarah. Kegiatan ini bisa dilanjutkan dengan membantu plesterisasi rumah penduduk kurang mampu, atau gotong royong memperbaiki rumah penduduk kurang mampu tersebut.

Jika PPM dibentuk dengan mengembangkan Posyandu, maka kegiatan Posyandu tersebut harus lebih ditingkatkan dan pengurusnya kalau perlu ditambah dengan tenaga muda yang ada di sekitarnya. Kegiatan awal otomatis kegiatan PPM yang dikembangkan adalah memperluas kegiatan Posyandu dengan pengembangan kegiatan bidang wirausaha agar kelangsungan dan kemandirian Posyandu dapat dijamin. Apabila keluarga bisa membantu secara mandiri kegiatan Posyandu yang ada, maka kegiatan bisa dilanjutkan ke bidang kesehatan lainnya, atau ke bidang pendidikan seperti pembentukan PAUD.

Kegiatan PAUD diarahkan agar bisa menampung seluruh anak batita dan balita sehingga orang tuanya, utamanya ibu anak-anak itu segera bisa dipisahkan untuk mengikuti pelatihan ketrampilan, pelatihan wirausaha, dan dititipkan magang kerja pada usaha ekonomi yang ada di dukuh atau di desanya. Dengan demikian orang tua batita dan balita itu bekerja. Apabila orang tua itu bekerja, maka contoh makanan tambahan yang diperoleh dari kegiatan Posyandu dapat dipraktekkan setiap hari di rumah masing-masing. PAUD yang menjadikan orang tua menunggu anaknya sampai acara selesai tidak boleh dilanjutkan, karena orang tua harus bekerja agar anaknya mendapat makanan bergizi.

(25)

25 d) Pengembangan Jaringan dan Konsultasi dengan berbagai pihak

Dalam pelaksanaan kegiatan ini mahasiswa peserta KKN melibatkan berbagai pihak, dengan membangun jaringan dengan dinas terkait di tingkat Kecamatan atau Kabupaten/Kota antara lain Puskesmas, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, dan dinas atau lembaga lain yang diajak memadukan dukungan program, atau membantu pembinaan, memberikan fasilitasi dengan apabila dimungkinkan bisa ikut membantu menyediakan sumber daya dan dana yang dapat dipergunakan untuk memperlancar kegiatan operasional PPM.

e) Penyelenggaraan Program Secara Bertahap.

Setiap periode pelaksanaan KKN-PPM Tim Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan program yang disusun secara efektif. Pelaksanaan pengembangan PPM yang telah dimulai setelah Lokakarya Mini berakhir dan program disepakati melalui musyawarah PPM, atau musyawarah tingkat desa/kelurahan, paling lambat pada minggu ke 5 mahasiswa hingga akhir periode KKN (waktu lamanya KKN tergantung beban kredit tiap PT).

Karena program pemberdayaan melalui PPM tidak sederhana dan tidak mudah, maka peserta KKN tidak boleh berburu-buru. Pemberdayaan keluarga perlu dilakukan secara bertahap. Apabila sampai akhir periode KKN rancangan program belum seluruhnya dapat dilaksanakan, Tim KKN perlu mencantumkan langkah-langkah yang telah dapat dilaksanakan serta catatan tentang tindak lanjut atau langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh Tim mahasiswa KKN periode berikutnya

6.6 BIMBINGAN DAN MONITORING

Agar pelaksanaan KKN berjalan dengan baik dan optimal, selama bertugas di lapangan, DPL membimbing dan memonitor tahap-tahap program kerja Tim mahasiswa. Oleh karena itu DPL yang merupakan tenaga lebih berpengalaman memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan bimbingan dan pendampingan kepada mahasiswa untuk keberhasilan KKN-PPM. Bimbingan dan pendampingan yang perlu diberikan oleh DPL antara lain pada tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penjajagan atau pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat melalui kegiatan advokasi dan sosialisasi yang kontinue. Termasuk mencari dukungan dari Pemkab/Pemkot, Dinas/instansi terkait, utamanya dari tokoh masyarakat pada tingkat pedukuhan.

Berbeda dengan kegiatan PAUD di masa lalu, kegiatan yang dikaitkan dengan pemberdayaan keluarga dipadukan dengan upaya pemberdayaan. Setelah anak- anak balita di serahkan kepada guru dari PAUD maka orang tuanya dipisahkan. Orang tua anak balita tersebut dilatih pemberantasan buta aksara, kalau belum bisa membaca dan menulis, dan kemudian dilatih ketrampilan. Setelah dilatih ketrampilan, dititipkan magang pada pengusaha setempat atau keluarga lain yang telah mempunyai usaha. Kalau perlu pengusaha yang baik hati tersebut diberikan kemudahan kredit dari lembaga keuangan setempat

Biarpun masyarakat diajak untuk bekerja secara mandiri tidak berarti bahwa mereka bersaing serta tidak mengenal masyarakat dari desa lain atau memisahkan diri dengan lingkungan sekitarnya. Masyarakat diajak membangun kerjasama yang sangat erat dan saling menolong dengan masyarakat sekitarnya untuk mendapat manfaat dan kemudahan yang bisa saling membangu membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera.

(26)

26

b. Tahap observasi lapangan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah serta penyusunan langkah-langkah pemecahan yang akan menjadi program kerja yang dijadikan petunjuk dan arahan untuk KKN.

c. Penyelenggaraan Lokakarya Mini untuk membahas program kerja yang disusun oleh Tim KKN bersama Pengurus PPM. DPL membantu pengarahan teknis agar dapat diperoleh hasil yang optimal. Demikian pula DPL berperan dalam penyelenggaraan Rapat Koordinasi yang sekaligus menjadi forum untuk peresmian PPM, pelantikan dan pemberian masukan bagi Pengurus PPM. Untuk berbagai pertemuan tersebut diperlukan persiapan yang matang dan pemberian masukan yang tepat melalui bimbingan dan pengarahan yang secara berlanjut.

6.7 PEMBUATAN LAPORAN MAHASISWA

Sebagai pertanggungan jawab pelaksanaan KKN-PPM, maka setiap Tim mahasiswa membuat pelaporan. Pelaporan Tim dibuat secara sistematik yang secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Pendahuluan, yang berisi latar belakang, keadaan dan masalah serta tujuan pembentukan

dan pengembangan PPM.

2) Proses penyusunan Program kerja awal setelah observasi lapangan melalui pendataan dan pemetaan, identifikasi masalah, lembaga yang potensial, penyusunan Rancangan Program Kerja serta pelaksanaan Lokakarya Mini. Sebagai kelengkapan dilampirkan program kerja yang disusun, termasuk susunan Pengurus PPM dan sasaran prioritas yang menjadi garapan.

3) Langkah-langkah kegiatan untuk mengisi dan mengembangkan PPM dimulai dengan pelatihan kader, pendampingan dan penyelengggaraan kegiatan pelayanan serta hasil yang telah dicapai dari Program Kerja.

4) Dukungan yang diperoleh dan Masalah-masalah yang masih dijumpai. 5) Kesimpulan dan Saran serta Rekomendasi Tindak Lanjut.

6) Lampiran yang berisi Foto-foto kegiatan KKN-PPM. 6.8 PENILAIAN ATAU EVALUASI MAHASISWA

Apabila KKN-PPM merupakan program intra-kurikuler (wajib) Perguruan Tinggi, maka setelah pelaksanaan KKN harus dilakukan penilaian yang hasilnya mempengaruhi indek prestasi (IP). Sebagai evaluator adalah DPL dan Tim Pelaksana KKN-PPM PT.

Unsur yang dinilai meliputi: a. Pembekalan kepada mahasiswa. b. Penyusunan program kerja. c. Pelaksanaan program kerja.

d. Kinerja mahasiswa KKN (kehadiran, aktivitas, perilaku). e. Laporan KKN-PPM.

Bimbingan kepada masyarakat bukan untuk mencari kesalahan atau menyalahkan masyarakat dalam proses pemberdayaan, tetapi mencari dengan seksama langkah-langkah yang belum dapat dikerjakan agar mahasiswa sebagai pendamping, dalam rangka KKK-PPM, bisa membantu mencarikan solusi terhadap hambatan yang mungkin ada dalam proses pemberdayaan itu

(27)

27 6.9 TINDAK LANJUT

Untuk menjamin agar ada keberlanjutan pengembangan PPM, maka perlu dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Melakukan monitoring dan evaluasi pasca KKN-PPM. Untuk pelaksanaan monitoring ini secara sampling atau uji petik dipilih sekitar 10-20 % PPM yang telah dibentuk untuk dilihat kegiatan konkrit yang dilakukan untuk pemberdayaan keluarga.

b. Berdasarkan hasil uji petik perlu dilakukan koordinasi Dinas/Instansi di Pemda Kab/Kota dengan melibatkan seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dengan koordinator Bappeda, melalui Rakor dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan komitmen dalam pembinaan PPM selanjutnya.

c. Khusus PPM yang masih lemah atau tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka ditetapkan menjadi sasaran untuk pelaksanaan KKN-PPM berikutnya. Agar pembinaan dan pengembangan dapat berjalan secara optimal minimal PPM yang masih belum berjalan lancar atau kurang berhasil dapat ditetapkan 3 kali secara berturut-turut sebagai sasaran binaan KKN-PPM dan dikoordinasikan oleh DPL yang sama.

d. Selain itu pihak LPPM/LPM PTn/PTS dapat mengarahkan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh dosen dan Timnya ke lokasi KKN-PPM untuk mempercepat pencapaian tujuan PPM termasuk didalamnya melakukan pengkajian faktor pendorong dan penghambat kinerja PPM dalam rangka mempercepat pengembangan PPM. 6.10 TATA TERTIB, DESKRIPSI TUGAS DAN STRUKTUR ORGANISASI

Untuk menjamin agar pelaksanaan KKN-PPM dapat berjalan dengan baik, perlu dibuat tata tertib dan deskripsi tugas mahasiswa. Pelanggaran terhadap tata tertib perlu diberikan sangsi. Contoh tata tertib dan Deskripsi Tugas Mahasiswa dapat dilihat di lampiran 6

(28)

28

BAB VII PENUTUP

Buku pedoman ini sudah disiapkan dan disusun dengan cermat dan sedetail mungkin. Namun demikian sejalan dengan kondisi perkembangan, pemenuhan keperluan yang berkaitan dengan pelaksana, pelaku, maupun manfaat KKN-PPM IIK, dan bahkan juga perubahan-perubahan di era global yang begitu cepat, hal-hal yang sudah dituangkan dalam buku ini tidak mungkin mampu selalu memenuhi kebutuhan atau berfungsi dengan baik sebagai sebuah panduan.

Oleh karena itu, kelemahan-kelemahan yang ada akan dievaluasi dan diperbaiki melalui mekanisme yang ada. Adapun kekurangan mengenai buku panduan ini akan diatur dan diumumkan melalui produk yang lazim sesuai ketentuan, misalnya melalui Keputusan Rektor dan Pengumuman LPPM atau Panitia KKN-PPM IIK.

Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur kemudian oleh Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhaki Wiyata Kediri.

(29)

29

(30)

30

Lampiran 1

INSTRUMEN, DATA-DATA DAN TATA CARA PENDATAAN DAN PEMETAAN KELUARGA (Format Register Pendataan Keluarga dapat diunduh pada website KKN)

A. Instrumen yang Digunakan Pendataan dan Pemetaan serta Fungsinya.

Dalam pelaksanaan pendataan dan pemetaan untuk membentuk PPM digunakan berbagai register, daftar, formulir, dan peta antara lain sebagai berikut.

1. Register Pendataan Keluarga, digunakan untuk mencatat keadaan semua keluarga yang ada di wilayah cakupan PPM sebagai hasil kegiatan pendataan oleh kader pendata yang dilakukan dari rumah ke rumah.

2. Daftar Induk Keluarga Cakupan PPM, disediakan untuk mencatat semua keluarga yang menjadi sasaran kegiatan PPM. Data ini dikutip secara selektif dari Formulir Pendataan Keluarga.

3. Daftar Keluarga Balita Anggota PPM, disediakan untuk mencatat semua keluarga yang mempunyai balita yang ada di wilayah kerja PPM. Data ini juga berasal dari Daftar Induk Keluarga Cakupan PPM.

4. Daftar Ibu Hamil Anggota PPM, disediakan untuk mencatat semua ibu hamil sasaran PPM. Data ini juga dikutip dari Daftar Induk Keluarga Cakupan PPM.

5. Daftar Anak Usia Sekolah yang Tidak Bersekolah Anggota PPM, digunakan untuk mencatat semua anak usia sekolah yang tidak bersekolah yang menjadi ada di wilayah kerja PPM. Data ini juga diambilkan dari Daftar Induk Keluarga Cakupan PPM.

6. Daftar Keluarga Remaja Anggota PPM, digunakan untuk mencatat semua keluarga anggota PPM yang mempunyai anak remaja.

7. Daftar Keluarga Lansia Peserta PPM, disediakan untuk mencatat semua keluarga yang mempunyai Lansia yang ada di wilayah kerja PPM. Data ini dikutip dari Daftar Induk Keluarga Cakupan PPM.

8. Daftar Keluarga Anggota PPM yang Mengikuti Kegiatan Ekonomis Produktif, disediakan untuk mencatat semua keluarga anggota PPM yang mengikuti semua bentuk kegiatan ekonomis produktif; baik dalam bentuk usaha bersama/ pra koperasi, maupun koperasi.

9. Peta Keluarga, dipergunakan sebagai sarana untuk menyajikan hasil Pendataan Keluarga yang ada di wilayah cakupan PPM. Peta ini juga menjadi alat bantu dalam rangka analisis kondisi serta perkembangan keluarga yang menjadi peserta dan sasaran PPM.

B. Data-Data yang Diperoleh.

1. Nama KK, jumlah dan alamat seluruh keluarga yang ada di wilayah cakupan PPM 2. Jumlah anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin dan statusnya di dalam keluarga. 3. Jumlah anggota keluarga berdasarkan umur

4. Jumlah anak balita ( 0 - 1 th; 1 - 5 th )

5. Jumlah anak balita yang ikut atau tidak ikut Posyandu 6. Jumlah anak balita yang ikut atau tidak ikut BKB/PAUD 7. Jumlah anak usia sekolah ( 6 - 12 th; 13 - 15 th; 15 - 19 th);

8. Jumlah anak usia sekolah yang bersekolah atau tidak bersekolah menurut kelompok umur;

9. Jumlah anggota keluarga dewasa menurut pekerjaan (bekerja/tidak bekerja)

10. Jumlah keluarga yang menjadi anggota koperasi atau kelompok usaha bersama dan yang mendapat bantuan permodalan (dari berbagai sumber bantuan)

11. Jumlah ibu-ibu rumahtangga yang berusaha 12. Jumlah ibu hamil

13. Jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke fasilitas/tenaga kesehatan 14. Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS ) yang ikut KB

Referensi

Dokumen terkait

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat

Dalam hal ini maka yang menghubungkan antara pengawasan internal terhadap kinerja pemerintah daerah, Revrisond Baswir (2004:138) menyatakan bahwa Pelaksanaan

1) Piranti lunak pembuat laporan(report – writing software) yang menghasilkan laporan berkala maupun laporan khusus. Laporan berkala dikodekan dalam suatu bahasa

Konformitas teman sebaya yang berada pada tataran remaja karang taruna di Dusun Gamping Desa Jambean, Sragen Jawa Tengah memiliki hubungan yang sigknifikan dengan perilaku

Dengan menekan tombol tersebut, maka node akan mengirimkan data alamat bed pasien ke server web perawat melalui router yang sudah terhubung ke jaringan

Ketika Islam dilihat dari sudur normatif, Islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan dengan urusan akidah dan muamalah sedangkan ketika Islam dilihat

Langkah selanjutnya yaitu memasukkan titik titik GCP yang sudah ada ke dalam citra satelit dengan cara pilih Collect GCP’s Manually pada jendela OrthoEngine

Penelitian ini mengangkat fenomena yang terjadi dalam masyarakat karena diberlakukannya pemekaran wilayah kelurahan Kutowinangun Salatiga sesuai dengan Peraturan Daerah Kota