• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

0

LAPORAN

NERACA PEMBAYARAN

INDONESIA

Realisasi Triwulan III-2014

(2)

Alamat Redaksi:

Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik

Bank Indonesia

Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon : (021) 29818328 Faksimili : (021) 3501935 E-mail : BNP@bi.go.id Website : www.bi.go.id

(3)

LAPORAN

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Realisasi Triwulan III-2014

(4)

RINGKASAN

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA TRIWULAN III-2014

1 3

TRANSAKSI BERJALAN 4

Neraca Perdagangan Barang 4

Neraca Perdagangan Nonmigas 4

Neraca Perdagangan Migas 10

Neraca Perdagangan Jasa 11

Neraca Pendapatan Primer 13

Neraca Pendapatan Sekunder 13

TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL 14

Investasi Langsung 14

Investasi Portofolio 16

Investasi Lainnya 18

INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL 21

PROSPEK NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

TRIWULAN IV-2014 23

Boks 1: Perubahan Angka Statistik NPI

Dibandingkan Publikasi Triwulan II-2014 25

LAMPIRAN 27

DAFTAR ISI

(5)

DAFTAR TABEL

Hal Hal

Tabel 1 Ekspor Nonmigas menurut Kelompok Barang (Berdasarkan SITC)

5 Tabel 6 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Negara Asal Utama 10

Tabel 2 Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama 6 Tabel 7 Perkembangan Ekspor Minyak 10 Tabel 3 Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama

(Berdasarkan HS)

8 Tabel 8 Perkembangan Impor Minyak (f.o.b) 11

Tabel 4 Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Kelompok Barang 9 Tabel 9 Perkembangan Ekspor Gas 11 Tabel 5 Impor (c.i.f) Komoditas Nonmigas Utama 9 Tabel 10 Indikator Sustainabilitas Eksternal 21

DAFTAR GRAFIK

Hal Hal

Grafik 1 Neraca Pembayaran Indonesia 3 Grafik 13 Perkembangan Investasi Langsung 15

Grafik 2 Transaksi Berjalan 4 Grafik 14 Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi 15

Grafik 3 Neraca Perdagangan Nonmigas 5 Grafik 15 Perkembangan PMA menurut Negara Asal 15

Grafik 4 Neraca Perdagangan Migas 10 Grafik 16 Perkembangan Investasi Portofolio 16

Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Dunia 11 Grafik 17 Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN oleh Asing

17

Grafik 6 Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa 12 Grafik 18 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG 17 Grafik 7 Pembayaran Jasa Freight 12 Grafik 19 Perkembangan Indeks Bursa

di Beberapa Negara ASEAN 17

Grafik 8 Neraca Jasa Travel 12 Grafik 20 Investasi Portofolio menurut Sektor Institusi 18 Grafik 9 Perkembangan Neraca Pendapatan Primer 13 Grafik 21 Perkembangan Investasi Lainnya 18 Grafik 10 Perkembangan Transfer Personal 13 Grafik 22 Transaksi Aset Investasi Lainnya Sektor Swasta 18 Grafik 11 Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. II-2014 13 Grafik 23 Transaksi Kewajiban Investasi Lainnya Sektor Swasta 18 Grafik 12 Transaksi Modal dan Finansial 14 Grafik 24 Perkembangan Pinjaman LN Sektor Publik 19

(6)

(7)

Defisit transaksi berjalan menurun ditopang oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2014 tercatat sebesar US$6,8 miliar (3,07% PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit US$8,7 miliar (4,06% PDB) pada triwulan II-2014 dan defisit pada periode yang sama tahun 2013 sebesar US$8,6 miliar (3,89% PDB). Perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut terutama didukung oleh neraca perdagangan barang yang kembali surplus seiring dengan meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas, di tengah defisit neraca perdagangan migas yang tetap besar. Meningkatnya surplus neraca nonmigas dibandingkan triwulan sebelumnya terutama didorong oleh menurunnya impor nonmigas, khususnya impor bahan baku, sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Secara tahunan, impor nonmigas pada triwulan III-2014 masih terkontraksi 2,7%. Ekspor produk primer yang meningkat, antara lain karena mulai pulihnya ekspor mineral pascakeluarnya izin ekspor mineral mentah, juga memberikan kontribusi terhadap perbaikan surplus nonmigas, meskipun ekspor nonmigas secara keseluruhan masih mencatat penurunan. Meskipun secara triwulanan menurun, namun secara tahunan ekspor nonmigas pada triwulan III-2014 kembali tumbuh positif 3,1% setelah dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan. Pertumbuhan ekspor nonmigas tersebut ditopang oleh kenaikan harga ekspor dan perbaikan permintaan ekspor, terutama minyak nabati dan produk manufaktur. Seiring dengan berlanjutnya pemulihan AS, beberapa produk ekspor manufaktur mengalami peningkatan seperti TPT, barang dari logam, makanan olahan, dan kendaraan & bagiannya. Di sisi migas, besarnya defisit neraca perdagangan migas pada triwulan III-2014 dipengaruhi oleh masih tingginya impor migas, di tengah ekspor minyak yang menurun seiring dengan turunnya harga minyak dunia. Selain itu, berkurangnya tekanan defisit transaksi berjalan dipengaruhi oleh pola musiman defisit neraca jasa dan pendapatan primer yang lebih rendah.

Sementara itu, kepercayaan investor yang masih positif terhadap prospek ekonomi Indonesia mendorong aliran masuk modal asing yang tetap kuat. Pada triwulan III-2014, surplus transaksi modal dan finansial mencapai US$13,7 miliar, terutama didukung aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung dan penarikan pinjaman luar negeri korporasi. Di sisi lain, aliran masuk investasi portofolio tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh faktor sentimen, baik yang bersumber dari eksternal maupun domestik. Selain itu, penempatan simpanan swasta domestik di luar negeri juga meningkat. Secara keseluruhan, surplus transaksi modal dan finansial triwulan III-2014 tercatat masih cukup besar dan dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan II-2014 sebesar US$14,3 miliar.

Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menunjukkan kinerja yang semakin baik sejalan dengan proses penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih seimbang dan berkesinambungan. Secara keseluruhan, NPI pada triwulan III-2014 mengalami surplus US$6,5 miliar, meningkat dari US$4,3 miliar pada triwulan sebelumnya. Peningkatan surplus NPI tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari US$107,7 miliar pada akhir triwulan II-2014 menjadi US$111,2 miliar pada akhir triwulan III-II-2014. Jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 6,3 bulan dan

RINGKASAN

T

r

a

n

s

a

k

si

B

e

rj

al

a

n

(8)

berada di atas standar kecukupan internasional. Pada Oktober 2014, posisi cadangan devisa kembali meningkat menjadi US$112,0 miliar.

Proses pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia, yang tercermin pada defisit transaksi berjalan yang membaik, diperkirakan berlanjut pada triwulan IV-2014. Pemulihan ekonomi global diprakirakan akan berdampak positif pada ekspor di tengah harga komoditas dunia yang masih menurun. Sementara itu, impor diprakirakan masih tertahan seiring dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang mengalami moderasi. Surplus neraca perdagangan barang diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2014 dan menopang perbaikan kinerja transaksi berjalan. Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran masuk modal asing diperkirakan masih berlanjut meskipun dengan intensitas yang menurun dipengaruhi sejumlah sentimen negatif global maupun domestik. Pada Oktober 2014, perilaku investor yang menunggu rencana kerja pemerintahan baru dan faktor

eksternal terkait normalisasi kebijakan

the Fed

telah mendorong investor asing untuk membukukan

(9)

Pada triwulan III-2014, pertumbuhan volume perdagangan dunia yang meningkat di tengah moderasi pertumbuhan ekonomi domestik telah

mendorong berlanjutnya proses pemulihan

keseimbangan eksternal Indonesia. Meningkatnya pertumbuhan volume perdagangan dunia telah menahan laju penurunan permintaan terhadap ekspor Indonesia. Kinerja ekspor semakin meningkat karena pada saat yang sama harga komoditas ekspor Indonesia meningkat. Sementara itu, impor masih terkontraksi sejalan dengan melambatnya konsumsi dan aktivitas produksi domestik. Defisit jasa dan pendapatan primer juga menurun sesuai pola musiman. Secara keseluruhan kondisi ini kemudian menekan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat, yaitu dari USD8,7 miliar atau 4,06% dari PDB pada triwulan II-2014 menjadi USD6,9 miliar atau 3,07% dari PDB pada triwulan III-2014.

Di sisi lain, perekonomian Eropa dan Jepang yang menunjukkan arah perlambatan mendorong kebijakan moneter akomodatif di saat otoritas moneter AS melakukan pengurangan stimulus moneter (tapering off). Respons tersebut membuat pasokan likuiditas ke negara-negara emerging market, termasuk Indonesia, masih cukup besar. Kondisi ini pada saat bersamaan didukung oleh kepercayaan investor yang masih positif terhadap prospek ekonomi Indonesia sehingga mendorong meningkatnya aliran masuk dana asing pada triwulan III-2014, terutama dalam bentuk investasi langsung dan penarikan pinjaman luar negeri korporasi. Namun demikian, meningkatnya faktor ketidakpastian di pasar keuangan global terkait normalisasi kebijakan moneter the Fed dan sikap wait and see investor terhadap kabinet pemerintahan yang baru telah

mendorong keluarnya dana asing dari saham dan surat utang sektor publik berjangka pendek, terutama

pada Agustus-September 2014. Selain itu,

penempatan simpanan swasta domestik di luar negeri juga meningkat. Secara keseluruhan, surplus transaksi modal dan finansial triwulan III-2014 tercatat sebesar USD13,7 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus sebesar USD14,3 miliar pada triwulan II-2014. Meskipun demikian, surplus transaksi modal dan finansial tersebut dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan.

Dengan defisit transaksi berjalan yang menyempit di saat surplus transaksi modal dan finansial masih besar, NPI triwulan III-2014 mencatat surplus USD6,5 miliar, lebih besar dibandingkan surplus triwulan II-2014 sebesar USD4,3 miliar. Implikasi dari perbaikan kinerja NPI triwulan III-2014 menghasilkan peningkatan posisi cadangan devisa dari sebelumnya sebesar USD107,7 miliar pada akhir triwulan II-2014 menjadi USD111,2 miliar dolar AS pada akhir September 2014. Membaiknya kinerja NPI tersebut tercermin pada beberapa indikator yang menunjukkan tetap terjaganya ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

Grafik 1

Neraca Pembayaran Indonesia

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

TRIWULAN III-2014

(10)

TRANSAKSI BERJALAN

Transaksi berjalan pada triwulan III-2014 mencatat defisit USD6,8 miliar (3,07% dari PDB), lebih rendah dari defisit triwulan II-2014 sebesar USD8,7 miliar (4,06% dari PDB). Membaiknya kinerja transaksi berjalan didukung oleh kembali surplusnya neraca perdagangan barang seiring meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas meski defisit neraca perdagangan migas tetap besar. Selain itu, berkurangnya tekanan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh defisit neraca jasa dan pendapatan primer yang menurun mengikuti pola musimannya (Grafik 2).

Surplus neraca perdagangan nonmigas triwulan III-2014 meningkat karena perbaikan ekspor nonmigas yang mencatat pertumbuhan 3,1% (yoy) ditopang oleh kenaikan harga dan membaiknya permintaan ekspor meski masih tumbuh negatif. Perbaikan ekspor riil ditopang oleh kinerja ekspor produk manufaktur yang masih meningkat dan ekspor produk primer yang kembali tumbuh positif, terutama karena akselerasi ekspor minyak nabati dan tembaga. Di sisi lain, impor nonmigas masih menurun (-2,7% yoy) sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Penurunan volume impor terbesar terjadi pada barang modal sejalan dengan terkontraksinya investasi nonbangunan.

Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas triwulan III-2014 tidak banyak berkurang dari level defisit triwulan II-2014. Kondisi tersebut dipengaruhi ekspor migas yang turun 14,9% (yoy) terutama karena berkurangnya ekspor minyak seiring turunnya harga minyak, meskipun impor migas terkontraksi 6,8% (yoy) terutama karena turunnya impor minyak mentah sejalan meningkatnya pasokan minyak mentah dalam negeri mengikuti kenaikan lifting minyak pada triwulan III-2014.

Kinerja transaksi berjalan triwulan III-2014 juga membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang mencatat defisit sebesar USD8,6 miliar (3,89% PDB). Perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut terutama ditopang oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring penurunan impor nonmigas mengikuti pelemahan permintaan domestik.

Grafik 2 Transaksi Berjalan

Neraca Perdagangan Barang

Neraca perdagangan barang triwulan III-2014 mengalami surplus sebesar USD1,6 miliar, berbalik dari triwulan sebelumnya yang mencatat defisit USD0,1 miliar. Neraca perdagangan barang yang

kembali surplus tersebut dipengaruhi oleh

peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah defisit neraca perdagangan migas yang masih besar.

Neraca Perdagangan Nonmigas

Neraca perdagangan nonmigas pada triwulan III-2014 mencatat surplus sebesar USD4,7 miliar, meningkat dari surplus triwulan sebelumnya sebesar USD3,1 miliar (Grafik 3). Peningkatan surplus tersebut dijelaskan oleh penurunan impor nonmigas (-6,6% qtq) yang lebih dalam dibandingkan dengan penurunan ekspor nonmigas (-1,7% qtq).

(11)

Grafik 3

Neraca Perdagangan Nonmigas

Ekspor nonmigas triwulan III-2014 tercatat sebesar USD36,4 miliar, lebih rendah 1,7% dibandingkan dengan ekspor nonmigas pada triwulan II-2014 sebesar USD37,0 miliar. Namun demikian, ekspor

nonmigas secara tahunan kembali tumbuh positif (3,1% yoy) setelah sejak triwulan II-2012, dengan pengecualian triwulan IV-2013, secara persisten mengalami penurunan.

Kinerja ekspor nonmigas yang positif

dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas di saat penurunan volume ekspor nonmigas lebih terbatas. Perbaikan permintaan ekspor nonmigas didorong oleh peningkatan ekspor riil produk primer, terutama bahan pangan. Selain itu, peningkatan ekspor riil produk primer juga ditopang oleh kembali dilakukannya ekspor bijih & konsentrat tembaga oleh PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara. Di sisi lain, volume ekspor produk manufaktur juga masih meningkat meskipun dengan laju pertumbuhan yang lebih moderat (Tabel 1). Tabel 1

Ekspor Nonmigas menurut Kelompok Barang (Berdasarkan SITC) A. Produk Primer Nominal 53.8 50.1 -5.5 -2.8 -7.8 0.9 -3.8 -9.0 -9.4 0.9 Riil 47.6 44.2 4.2 11.4 7.7 6.9 7.5 -3.4 -10.6 1.0 Indeks Harga - - -9.3 -12.7 -14.5 -5.8 -10.6 -5.8 1.4 0.1 Produk Pertanian Nominal 28.7 29.9 -7.2 -0.7 -15.1 4.8 -4.8 5.0 2.2 11.2 Riil 25.8 26.7 0.6 9.6 -3.4 7.5 3.5 4.5 2.0 14.3 Indeks Harga - - -7.8 -9.3 -12.1 -2.6 -8.0 0.3 0.2 -2.6 Makanan Nominal 20.9 23.0 -8.3 5.9 -19.5 4.1 -5.0 10.9 9.1 21.2 Riil 18.2 19.2 -1.6 15.6 -8.9 5.0 1.9 6.3 4.1 19.8 Indeks Harga - - -6.9 -8.3 -11.5 -0.9 -7.0 4.1 4.9 1.2 Bahan Baku Nominal 7.8 6.9 -4.2 -14.5 -1.5 6.7 -4.0 -10.0 -15.8 -14.4 Riil 5.6 5.4 0.6 -7.1 10.0 13.7 3.7 -2.1 -5.2 -3.5 Indeks Harga - - -4.8 -8.0 -10.4 -6.2 -7.4 -8.1 -11.2 -11.3

Produk Bahan Bakar & Pertambangan

Nominal 25.1 20.2 -3.7 -5.0 2.4 -3.3 -2.6 -24.3 -22.4 -11.2 Riil 11.0 8.9 7.6 9.6 18.6 5.5 10.0 -16.4 -22.0 -11.2 Indeks Harga - - -10.4 -13.3 -13.7 -8.5 -11.5 -9.6 -0.4 0.3 B. Produk Manufaktur Nominal 44.5 48.3 -2.9 -0.4 -1.2 4.9 0.1 9.2 8.6 6.9 Riil 51.6 55.0 0.2 5.0 0.7 4.7 2.7 10.3 8.2 5.7 Indeks Harga - - -3.1 -5.1 -1.7 0.1 -2.5 -1.0 0.4 1.1 C. Lainnya Nominal 1.6 1.7 -24.5 -27.4 -10.1 39.1 -7.8 41.3 20.8 -24.3 Riil 0.8 0.8 -19.2 -27.4 -1.1 65.5 1.1 61.7 27.2 -23.4 Indeks Harga - - -6.0 -0.3 -8.2 -16.0 -7.8 -12.0 -4.9 -0.8 Total Nominal 100.0 100.0 -4.7 -2.1 -5.0 3.1 -2.2 -0.3 -0.9 3.1 Riil 100.0 100.0 1.8 5.7 3.7 7.5 4.7 2.8 -2.6 -0.3 Indeks Harga - - -6.4 -7.5 -8.4 -4.1 -6.6 -3.0 1.8 3.4 *) data sementara **) data sangat sementara

Rincian

Pangsa (%) Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

2013* 2014**

2013* 2014**

(12)

Peningkatan kinerja ekspor nonmigas triwulan III-2014 tercermin dari pertumbuhan ekspor ke negara mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat, India, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Australia & Oceania, dan Taiwan. Sementara itu, ekspor ke Tiongkok, Jepang, dan Malaysia tumbuh negatif (Tabel 2).

Tabel 2

Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama

Pertumbuhan ekspor tujuan Amerika Serikat terutama ditopang oleh kenaikan ekspor alat listrik, makanan olahan, udang segar/beku, alas kaki, dan minyak nabati yang memiliki total pangsa 32,5% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Peningkatan ekspor ke India terutama ditopang oleh kenaikan ekspor batubara, minyak nabati, dan bijih tembaga dengan total pangsa 80,0% dari keseluruhan ekspor ke India. Kenaikan ekspor barang dari logam tidak mulia (timah) dan suku cadang mesin (total pangsa 21,6%) mendorong pertumbuhan ekspor ke Singapura. Kenaikan ekspor minyak nabati, bahan kimia, dan barang dari logam tidak mulia (total pangsa 14,5%) mendorong peningkatan ekspor ke Korea Selatan. Pertumbuhan ekspor ke Thailand terutama didorong oleh kenaikan ekspor batubara, barang dari logam tidak mulia, dan bahan kimia dengan total pangsa 37,7% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Kenaikan ekspor ke Australia & Oceania didorong oleh pertumbuhan ekspor barang dari logam tidak mulia (besi/baja), mesin/pesawat mekanik, dan makanan olahan dengan total pangsa 45,0% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut.

Sedangkan ekspor ke Taiwan ditopang oleh pertumbuhan ekspor batubara, barang dari logam tidak mulia (besi/baja dan tembaga), kayu olahan, dan bahan kimia dengan total pangsa 62,5% dari total ekspor ke Taiwan.

Di sisi lain, penurunan ekspor ke Tiongkok terutama disebabkan oleh turunnya ekspor batubara, minyak nabati, dan bahan kimia yang memiliki total pangsa 49,2% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Penurunan ekspor ke Jepang terutama disebabkan oleh turunnya ekspor batubara, barang dari logam tidak mulia, dan alat listrik dengan total pangsa 39,3% dari total ekspor ke negara tersebut. Sedangkan penurunan ekspor batubara, alat listrik, dan kertas & barang dari kertas (total pangsa 20,8%) menjadi penyebab utama turunnya ekspor ke Malaysia.

Pada triwulan III-2014, peningkatan kinerja ekspor nonmigas tercermin dari nilai ekspor 10 komoditas utama yang tumbuh 4,0% (yoy) akibat peningkatan permintaan ekspor (2,8% yoy) dan harga komoditas (1,1% yoy). Kenaikan permintaan ekspor terjadi pada komoditas minyak nabati, tekstil dan produk tekstil, barang dari logam tidak mulia, makanan olahan, kendaraan & bagiannya, dan bahan kimia. Sebaliknya volume ekspor batubara, alat listrik, karet olahan, dan mesin/pesawat mekanik mengalami penurunan (Tabel 3).

Ekspor minyak nabati, yang 86,4% berupa minyak kelapa sawit (CPO), pada triwulan III-2014 tumbuh 25,7% (yoy) karena naiknya volume ekspor sebesar 30,4% (yoy). Kenaikan ekspor minyak nabati terjadi pada negara tujuan India dan Pakistan yang masing-masing tumbuh 8,7% (yoy) dan 210,2% (yoy). Peningkatan ekspor ke India antara lain bertujuan untuk menjaga kecukupan stok menjelang perayaan Festival Diwali yang akan jatuh pada bulan Oktober 2014. Ekspor CPO ke Pakistan terus

menunjukkan peningkatan terutama setelah

berlakunya perjanjian perdagangan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia Pakistan pada

1 China 14.2 11.5 3.0 -9.8 6.0 8.4 1.8 -2.7 -17.8 -24.8 2 Amerika Serikat 10.1 10.8 1.8 1.3 3.3 8.2 3.6 2.6 7.6 6.5 3 Jepang 10.8 9.8 -8.1 -3.9 -9.3 -5.2 -6.6 -12.6 -11.4 -5.5 4 India 8.7 8.2 4.4 18.9 -13.7 7.6 4.0 -13.9 -16.9 19.9 5 Singapura 5.9 6.6 -3.3 -6.6 -4.7 -7.9 -5.7 2.3 23.4 8.7 6 Malaysia 4.8 4.4 -21.5 -10.9 -15.4 -11.8 -15.2 -19.9 -6.8 -8.0 7 Korea Selatan 4.0 3.9 -12.5 -12.5 -6.7 -7.1 -9.9 -11.0 -6.5 2.9 8 Thailand 3.5 3.5 -1.7 7.2 -9.0 -14.6 -4.8 -5.7 -10.4 2.9 9 Australia dan Oceania 2.6 3.2 -2.9 -13.0 -9.9 14.3 -2.6 36.5 39.3 14.1 10 Taiwan 2.5 2.8 -11.1 -15.0 -17.9 8.3 -9.1 4.6 23.3 16.8 Total 10 Negara 67.3 64.7 -3.9 -3.4 -5.5 1.1 -2.9 -4.9 -3.8 -0.9 *) data sementara

**) data sangat sementara

Rincian

Pangsa (%) Pertumbuhan Tahunan (%, yoy) 2013* 2014**

2013* 2014**

(13)

tanggal 1 September 2013. Pada sisi harga, harga CPO Indonesia turun 3,7% (yoy). Hal ini sejalan dengan pergerakan harga CPO dunia yang menurun dari USD887/mt pada triwulan II-2014 menjadi USD772/mt pada triwulan laporan.

Permintaan ekspor TPT pada triwulan III-2014 tumbuh 1,1% (yoy). Namun demikian, faktor harga yang masih menurun menyebabkan nilai ekspor TPT terkoreksi -0,3% (yoy). Penurunan ekspor terjadi pada ekspor tujuan Amerika Serikat (-4,0% yoy), Jerman (-3,6% yoy), dan Tiongkok (-3,5% yoy) dengan pangsa total 41,1% dari keseluruhan total ekspor TPT.

Ekspor barang dari logam tidak mulia pada triwulan III-2014 tumbuh 27,7% (yoy) ditopang oleh kenaikan permintaan ekspor dan harga. Kenaikan ekspor barang dari logam tidak mulia didorong oleh kenaikan ekspor produk besi/baja (28,1% yoy), tembaga (41,5% yoy), nikel (32,6% yoy), dan timah (40,5% yoy). Kenaikan permintaan ekspor barang dari logam tidak mulia terjadi pada mitra dagang Singapura (34,2% yoy), Australia & Oceania (47,1% yoy), dan Malaysia (30,8% yoy) dengan total pangsa 38,8% dari total ekspor barang dari logam tidak mulia. Pada triwulan III-2014, harga tembaga dan nikel di pasar internasional naik dari masing-masing USD6.795/mt dan USD18.468/mt di triwulan II-2014 menjadi USD6.996/mt dan USD18.584/mt di triwulan III-2014. Kenaikan harga tersebut dipicu oleh berkurangnya persediaan tembaga dan nikel di pasar dunia. Di sisi lain, harga bijih besi dan timah di pasar internasional mengalami penurunan dari masing-masing USD103/mt dan USD23.146/mt di triwulan II-2014 menjadi USD90/mt dan USD21.915/mt di triwulan III-2014. Penurunan harga bijih besi akibat turunnya permintaan dari Tiongkok, sedangkan penurunan harga timah selain karena pelemahan permintaan Tiongkok juga dipicu oleh kenaikan suplai dari Myanmar yang menutupi berkurangnya suplai timah dari Indonesia di pasar internasional.

Ekspor makanan olahan triwulan III-2014 meningkat 22,4% (yoy) didorong oleh naiknya permintaan ekspor sebesar 13,7% (yoy) dan akselerasi harga sebesar 7,5% (yoy). Peningkatan ekspor makanan olahan terjadi pada tujuan Amerika Serikat (27,8% yoy), Malaysia (10,4% yoy), dan Philipina (28,9% yoy).

Nilai ekspor kendaraan & bagiannya tumbuh 25,7% (yoy) di triwulan III-2014, disebabkan baik oleh kenaikan permintaan ekspor maupun harga. Kenaikan ekspor terjadi untuk negara tujuan Philipina (66,2% yoy), Arab Saudi (39,0% yoy), dan Jepang (11,6% yoy) dengan total pangsa 37,4% dari total ekspor kendaraan & bagiannya. Sementara itu, ekspor ke Thailand sebagai negara tujuan utama ekspor kendaraan & bagiannya dengan pangsa 15,5% turun 24,8% (yoy).

Naiknya permintaan ekspor di tengah harga yang terkoreksi ke bawah menjadi penyebab ekspor bahan kimia tumbuh 16,4% (yoy) di triwulan III-2014.

Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh

pertumbuhan ekspor ke Thailand (7,2% yoy) dan Singapura (0,2% yoy).

Ekspor batubara (pangsa 14,6% dari total ekspor nonmigas) melanjutkan tren penurunan sepanjang tahun 2014 dengan mencatat pertumbuhan sebesar -10,3% (yoy). Turunnya ekspor batubara dipengaruhi penurunan ekspor tujuan Tiongkok (-37,1% yoy), Jepang (-9,3% yoy), dan Korea Selatan (-17,3% yoy). Penurunan ekspor batubara ke Tiongkok disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat dan sulitnya pengusaha mencari pinjaman bank akibat meningkatnya kredit bermasalah di negara tersebut. Dari sisi harga, harga batubara Indonesia tumbuh positif meskipun harga batubara dunia masih menurun. Harga batubara di pasar internasional pada triwulan III-2014 tertekan menjadi USD67,9/mt dari triwulan sebelumnya USD72,7/mt akibat lesunya permintaan dunia.

(14)

Nilai ekspor alat listrik turun 5,9% (yoy) disebabkan oleh turunnya ekspor riil maupun koreksi harga. Penurunan ekspor alat listrik terutama terjadi untuk ekspor ke mitra dagang utama seperti Singapura (-6,3% yoy), Jepang (-2,4% yoy), dan Hongkong (-19,3% yoy).

Penurunan ekspor karet olahan pada triwulan III-2014 disebabkan oleh turunnya permintaan ekspor maupun karena koreksi harga. Pada triwulan III-2014, harga karet di pasar internasional terus melanjutkan tren penurunan hingga berada pada level USD1,84/kg, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD2,12/kg. Penurunan

harga tersebut disebabkan oleh pelemahan

permintaan karet alam dari sektor otomotif,

khususnya industri ban. Ekspor karet olahan ke Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan India mengalami penurunan masing-masing sebesar 23,2% (yoy), 26,8% (yoy), 44,7% (yoy), dan 17,7% (yoy).

Volume ekspor mesin/pesawat mekanik triwulan III-2014 turun 1,7% (yoy), namun kenaikan harga mampu meningkatkan nilai ekspor mesin/pesawat mekanik sebesar 3,0% (yoy). Kenaikan ekspor mesin/pesawat mekanik tercatat untuk negara tujuan Australia & Oceania (28,8% yoy), Jepang (8,0% yoy), dan Amerika Serikat (7,7% yoy) dengan total pangsa 35,0% dari total ekspor mesin/pesawat mekanik. Sementara itu, ekspor ke Singapura dengan pangsa terbesar (18,3%) mengalami koreksi ke bawah sebesar 9,2% (yoy).

Tabel 3

Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama (Berdasarkan HS)

1. Batubara 16.4 14.6 -7.3 -8.7 -2.5 -9.6 -7.2 -11.8 -15.1 -10.3 12.5 14.8 20.8 -0.3 11.6 -6.2 -18.2 -15.6 -17.5 -20.4 -19.3 -9.4 -16.9 -6.0 3.9 6.3 2. Minyak Nabati 12.4 13.5 -14.2 8.3 -29.0 5.5 -8.7 8.0 3.0 25.7 -1.3 27.2 -13.2 1.3 2.8 3.9 0.2 30.4 -13.1 -14.8 -18.0 3.4 -11.2 3.7 3.0 -3.7 3. Tekstil dan Produk Tekstil 8.6 8.8 -0.3 2.8 3.5 2.4 2.1 1.0 1.1 -0.3 2.1 4.7 4.7 4.3 3.9 2.5 2.9 1.1 -2.3 -1.8 -1.0 -1.8 -1.7 -1.5 -1.7 -1.5 4. Alat Listrik, Ukur, Fotografi, dll 7.2 6.9 -3.8 -3.9 -5.8 -2.3 -4.0 -5.7 -6.1 -5.9 6.3 13.0 12.0 18.7 12.1 9.9 -1.0 -5.9 -9.4 -15.0 -15.6 -17.6 -14.3 -14.4 -5.2 -0.2 5. Barang dari Logam tdk Mulia 5.8 6.2 -9.5 2.6 -13.6 -8.9 -7.4 -13.4 16.3 27.7 -4.9 7.0 -12.9 -10.9 -5.5 -9.2 13.0 17.4 -4.7 -4.5 -0.5 2.1 -2.0 -4.7 2.9 8.5 6. Karet Olahan 6.3 5.0 -6.1 -22.0 -8.7 -0.4 -10.2 -16.0 -24.1 -25.2 0.9 -15.1 -0.5 7.7 -2.7 -5.6 -14.6 -19.3 -7.0 -8.2 -8.2 -7.5 -7.7 -11.0 -11.0 -7.3 7. Makanan Olahan 3.6 4.2 -4.2 9.3 9.6 7.5 5.5 18.4 18.7 22.4 -1.8 7.7 4.0 -1.0 2.3 11.3 14.5 13.7 -2.5 1.5 5.2 8.6 3.2 6.4 3.7 7.5 8. Mesin-mesin/pesawat mekanik 3.9 4.1 -10.3 -6.4 -6.7 5.6 -4.7 10.9 0.5 3.0 -10.5 -5.1 -5.8 8.5 -3.6 13.0 0.6 -1.7 0.2 -1.3 -0.9 -2.7 -1.2 -1.9 -0.1 5.0 9. Kendaraan dan Bagiannya 3.1 3.5 -2.5 -9.0 -8.5 -0.7 -5.1 11.6 7.6 25.7 -2.9 -8.5 -7.3 -0.1 -4.7 13.3 6.2 26.7 0.4 -0.6 -1.2 -0.6 -0.5 -1.4 1.5 0.3 10. Bahan Kimia 2.4 2.8 -1.6 -7.5 -10.2 4.7 -3.7 21.0 23.0 16.4 -0.4 -6.3 -11.8 1.3 -4.3 20.1 24.4 17.6 -1.2 -1.3 1.8 3.3 0.6 0.7 -1.1 -1.0

Total 10 Komoditas 69.6 69.6 -7.2 -3.9 -9.4 -1.4 -5.5 -1.9 -2.4 4.0 0.1 5.0 -1.7 0.9 1.1 1.2 -2.1 2.8 -7.3 -8.4 -7.7 -2.3 -6.5 -3.0 -0.3 1.1

*) data sementara **) data sangat sementara

Tw. II* Tw. III** Tw. I* Tw. IV TOTAL Tw. II Tw. III Tw. I Tw. III** Tw. I* Tw. II* Tw. IV TOTAL Tw. III Tw. I Tw. II Tw. III** Tw. II* TOTAL Tw. I Tw. III Tw. IV Tw. II Tw. I 2014 2013* 2014 2013* Description

Share (%) Growth (%,yoy)

Nominal Riil Indeks Harga

2013* 2014**

(15)

Impor nonmigas (cif) triwulan III-2014 mengalami kontraksi sebesar 2,8% (yoy) sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Penurunan impor nonmigas disebabkan oleh turunnya impor riil nonmigas pada kelompok barang konsumsi dan kelompok barang modal, sementara volume impor bahan baku tercatat meningkat.

Tabel 4

Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Kelompok Barang

Impor barang konsumsi turun 7,6% (yoy) akibat

kontraksi permintaan impor riil mengikuti

perlambatan konsumsi swasta. Beberapa komoditas

impor barang konsumsi yang mengalami

pertumbuhan negatif yaitu impor sayur-sayuran segar (-28,3% yoy), hasil olahan yang dapat dimakan (-5,6% yoy), dan barang-barang plastik buatan (-11,0% yoy). Di sisi lain, impor beberapa komoditas

seperti buah-buahan segar atau dikeringkan dan senjata & amunisi masih tercatat meningkat (Tabel 5).

Impor bahan baku triwulan III-2014 masih mengalami penurunan (-0,6% yoy) dipengaruhi oleh faktor harga yang menurun. Sementara itu, volume

impor kembali meningkat sejalan dengan

perkembangan industri pengolahan yang masih tumbuh cukup tinggi. Penurunan impor bahan baku terutama disebabkan oleh turunnya impor bagian & perlengkapan kendaraan bermotor (-11,2% yoy) dan alat penyambung atau pemutus arus listrik (-3,7% yoy). Sementara itu, kenaikan impor makanan ternak (29,8% yoy), hidrokarbon, halogenasi, dan sulfonasi (5,1% yoy), dan bahan plastik lainnya dalam bentuk awal (0,7% yoy) menahan laju penurunan impor bahan baku lebih lanjut (Tabel 5).

Impor barang modal turun 7,1% (yoy) karena

berkurangnya permintaan impor seiring

terkontraksinya investasi nonbangunan. Penurunan impor barang modal terutama dipengaruhi turunnya impor pesawat telekomunikasi dan bagian-bagiannya (-20,7% yoy), mesin otomatis pengolah data & satuannya (-10,5% yoy), dan kendaraan bermotor untuk barang (-25,4% yoy). Namun demikian, impor mesin lainnya untuk industri tertentu dan mesin

bongkar muat barang masih menunjukkan

peningkatan, masing-masing sebesasr 25,5% (yoy) dan 4,2%(yoy) (Tabel 5).

Tabel 5

Impor (c.i.f) Komoditas Nonmigas Utama

Barang Konsumsi Nominal 8.6 8.4 -15.5 11.4 7.7 7.8 2.8 4.8 -8.8 -7.6 Riil 8.1 7.3 -15.3 13.2 6.2 3.7 2.0 -2.6 -17.6 -14.5 Indeks Harga - - -0.3 -1.6 1.4 3.9 0.8 7.6 10.7 8.1 Bahan Baku Nominal 69.0 69.5 0.8 2.6 -1.3 -5.0 -0.7 -6.2 -4.8 -0.6 Riil 75.6 78.2 5.4 7.1 3.8 0.8 4.2 -1.7 -2.2 0.4 Indeks Harga - - -4.4 -4.2 -4.9 -5.7 -4.7 -4.7 -2.6 -1.1 Barang Modal Nominal 22.0 21.7 -14.9 -16.6 -8.4 -17.1 -14.3 -7.1 -4.1 -7.1 Riil 16.3 14.4 -20.2 -23.0 -17.6 -24.7 -21.4 -17.7 -14.0 -19.7 Indeks Harga - - 6.7 8.3 11.2 10.1 9.0 12.8 11.6 15.7 Total Nominal 100.0 100.0 -4.6 -1.6 -2.3 -6.9 -3.8 -5.6 -4.8 -2.8 Riil 100.0 100.0 -4.0 0.0 -1.8 -5.5 -2.8 -6.1 -7.6 -7.4 Indeks Harga - - -0.6 -1.6 -0.5 -1.5 -1.0 0.6 3.0 5.0 *) data sementara

**) data sangat sementara

Tw. III** Tw. I* Tw. II* Tw. III Tw. IV Total Tw. II Tw. I 2013* Rincian

Pangsa Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

2013* 2014**

2014

TOTAL IMPOR 100.0 100.0 -4.6 -1.6 -2.3 -6.9 -3.8 -5.6 -4.8 -2.8 -4.0 0.0 -1.8 -5.5 -2.8 -6.1 -7.6 -7.4 -0.6 -1.6 -0.5 -1.5 -1.0 0.6 3.0 5.0 I. Barang Konsumsi, a.l: 8.6 8.4 -15.5 11.4 7.7 7.8 2.8 4.8 -8.8 -7.6 -15.3 13.2 6.2 3.7 2.0 -2.6 -17.6 -14.5 -0.3 -1.6 1.4 3.9 0.8 7.6 10.7 8.1

Buah-buahan, Segar, atau Dikeringkan 0.5 0.6 -53.8 14.0 -46.6 15.5 -21.3 86.9 -15.0 32.1 -61.0 -4.6 -56.6 0.3 -34.1 74.2 -26.9 -8.1 20.0 19.6 22.7 15.3 19.4 6.1 17.0 42.1 Sayur-sayuran Segar, Dingin 0.4 0.5 -32.9 42.0 56.7 49.9 27.7 78.9 -0.9 -28.3 -38.5 30.6 45.6 37.1 17.8 56.4 -13.7 -39.2 9.3 8.5 7.4 8.2 8.3 13.4 14.5 18.8 Hasil Olahan yang Dapat Dimakan 0.5 0.4 11.7 45.4 -9.9 3.2 11.5 -13.5 -17.0 -5.6 0.3 32.1 -18.8 -2.5 1.9 -11.0 -11.2 5.3 11.4 10.1 10.9 5.8 9.5 -2.9 -6.6 -10.4 Senjata dan Amunisi 0.3 0.4 838.8 1881.9 126.4 369.5 409.5 122.4 -73.5 402.1 842.5 1847.8 126.0 353.1 403.4 112.6 -74.1 381.1 -0.3 1.5 0.0 3.6 1.2 4.5 2.5 4.2 Barang-barang Plastik Buatan 0.4 0.4 39.8 34.4 34.1 20.2 32.0 -17.6 -1.8 -11.0 31.5 26.4 24.9 11.0 23.2 -24.5 -9.8 -16.4 6.4 6.4 7.4 8.3 7.1 9.0 8.9 6.5

II. Bahan Baku / Penolong, a.l: 69.0 69.5 0.8 2.6 -1.3 -5.0 -0.7 -6.2 -4.8 -0.6 5.4 7.1 3.8 0.8 4.2 -1.7 -2.2 0.4 -4.4 -4.2 -4.9 -5.7 -4.7 -4.7 -2.6 -1.1

Makanan Ternak 2.1 2.5 74.5 6.9 -11.1 -0.4 9.1 -25.3 47.6 29.8 77.7 6.7 -8.8 -9.6 8.1 -29.6 34.2 16.8 -2.2 0.1 -2.7 9.2 1.0 6.6 10.0 11.1 Hidrokarbon, Halogenasi, Sulfonasi 2.2 2.4 0.7 -3.4 4.5 2.3 1.0 4.2 3.6 5.1 -1.4 -20.4 -14.5 -6.3 -10.5 -0.7 -0.4 7.3 2.0 21.4 21.0 9.0 12.8 5.0 4.2 -1.9 Bagian Dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor 2.4 2.2 23.1 2.0 5.7 -2.2 6.4 -13.5 -9.9 -11.2 17.4 -1.5 2.7 -4.9 2.8 -17.4 -15.2 -16.1 4.8 3.5 3.0 2.9 3.6 4.8 6.3 5.8 Bahan Plastik Lainnya, Dalam Bentuk Awal 1.9 2.0 18.6 6.8 10.4 -3.4 7.8 -7.6 -1.3 0.7 11.0 -0.2 5.4 -6.7 2.1 -12.3 -7.8 -7.9 6.8 7.1 4.7 3.6 5.5 5.4 6.9 9.4 Alat Penyambung atau Pemutus arus Listrik 1.9 1.8 19.9 5.7 0.1 -15.8 1.6 -15.2 -16.1 -3.7 18.0 3.4 0.5 -13.8 1.3 -12.5 -10.9 2.0 1.6 2.1 -0.4 -2.3 0.3 -3.1 -5.8 -5.5

III. Barang Modal, a.l: 22.0 21.7 -14.9 -16.6 -8.4 -17.1 -14.3 -7.1 -4.1 -7.1 -20.2 -23.0 -17.6 -24.7 -21.4 -17.7 -14.0 -19.7 6.7 8.3 11.2 10.1 9.0 12.8 11.6 15.7

Pesawat Telekomunikasi dan Bagian-bagiannya 2.9 3.3 -8.1 -20.8 23.2 17.7 1.4 13.3 46.0 -20.7 -4.3 -17.6 30.1 24.4 6.3 19.7 53.9 -14.1 -3.9 -4.0 -5.1 -5.5 -4.6 -5.4 -5.1 -7.7 Mesin Otomatis Pengolah Data dan Satuannya 2.0 1.8 27.1 -2.2 5.3 -3.6 5.6 -16.1 -10.9 -10.5 27.7 -0.8 5.7 -4.1 6.0 -15.0 -10.6 -9.2 -0.4 -1.5 -0.2 0.4 -0.4 -1.2 -0.4 -1.5 Mesin Lainnya Untuk Industri Tertentu 1.3 1.7 8.6 -1.0 -6.4 -9.8 -2.3 10.0 15.0 25.5 10.5 1.2 -3.8 -8.0 -0.1 11.4 16.0 28.0 -1.7 -2.2 -2.6 -2.0 -2.1 -1.1 -0.9 -1.9 Kendaraan Bermotor untuk Barang 1.5 1.3 -56.3 -52.6 -51.2 -46.5 -52.1 -21.1 -22.7 -25.4 -54.5 -46.2 -44.9 -39.6 -47.1 -13.9 -24.9 -21.1 -3.5 -11.9 -11.2 -11.4 -9.5 -8.5 3.0 -6.2 Mesin Bongkar Muat Barang 1.0 1.0 11.1 9.5 23.3 3.6 11.8 -12.7 2.8 4.2 8.9 7.5 22.1 3.7 10.5 -12.3 2.4 4.6 2.0 1.9 1.1 -0.1 1.2 -0.4 0.4 -0.4 * angka sementara

** angka sangat sementara

Riil 2013* Tw. II* Tw. IV TOTAL Tw. I* Tw. III Tw. I Tw. II* Tw. III** Tw. I* Tw. II Kelompok Impor Pangsa (%) 2013* 2014** Tw. I 2013* 2014

Tw. II* Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV TOTAL Tw. III**

Pertumbuhan (y.o.y, %) Harga 2014 Tw. II 2013* Tw. I* Tw. III** Tw. IV TOTAL Tw. III 2014 Nominal

(16)

Berdasarkan negara asal, penurunan impor pada triwulan III-2014 terutama dipengaruhi oleh turunnya impor asal Tiongkok, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Malaysia. Di sisi lain, impor dari Singapura, Australia & Oceania, Jerman, dan India masih meningkat (Tabel 6).

Tabel 6

Impor Nonmigas (c.i.f) menurut Negara Asal Utama

Neraca Perdagangan Migas

Neraca perdagangan migas triwulan III-2014 mencatat defisit USD3,1 miliar, hanya sedikit menurun dibandingkan dengan defisit USD3,2 miliar di triwulan II-2014. Kondisi ini dipengaruhi oleh menyusutnya defisit neraca perdagangan minyak meskipun di saat yang sama surplus neraca perdagangan gas juga menurun (Grafik 4).

Grafik 4

Neraca Perdagangan Migas

Pada triwulan III-2014, ekspor minyak tercatat sebesar USD3,6 miliar, turun 7,6% (qtq) dari triwulan sebelumnya sebesar USD3,9 miliar (Tabel 7). Lebih rendahnya kinerja pada triwulan laporan tersebut

disebabkan oleh turunnya volume ekspor produk kilang dan harga minyak. Sementara itu, volume ekspor minyak mentah masih menunjukkan peningkatan sejalan dengan kenaikan lifting minyak sebesar 1,3% (qtq) dari 0,790 juta barel/hari di triwulan II-2014 menjadi 0,800 juta barel/hari di triwulan III-2014.

Pemerintah bersama SKK Migas berusaha untuk mengoptimalkan produksi minyak dengan cara melakukan pengembangan lapangan, menekan unplanned shutdown, dan mendorong pelaksanaan program kerja yang sudah direncanakan dalam rencana kerja dan anggaran 2014, seperti kegiatan pengeboran pengembangan, kerja ulang, dan perawatan sumur1.

Tabel 7

Perkembangan Ekspor Minyak

Harga minyak dunia pada periode laporan mengalami penurunan. Rata-rata harga minyak jenis WTI, Brent, OPEC, dan SLC turun masing-masing dari USD102,1/barel, USD109,8/barel, USD105,9/barel, dan USD110,3/barel di triwulan II-2014 menjadi USD97,6/barel, USD102,1/barel, USD100,8/barel, dan USD100,2/barel pada triwulan III-2014. Rata-rata harga ekspor minyak Indonesia bergerak turun ke level USD98,9/barel pada triwulan III-2014 dari USD106,1/barel di triwulan II-2014 (Grafik 5).

Pergerakan harga minyak di bulan September 2014 tertekan oleh rendahnya permintaan dunia yang tercermin dari lemahnya data perekonomian Tiongkok dan Eropa, suplai minyak dunia yang mencukupi, dan apresiasi dolar AS. Tercukupinya suplai minyak dari negara-negara penghasil minyak di

1Berdasarkan Buletin SKK Migas September 2014 1 China 21.0 22.2 -7.8 1.9 13.2 -0.6 1.6 9.5 2.0 -6.4 2 Jepang 13.5 12.8 -17.1 -18.6 -15.8 -13.4 -16.3 -9.7 -11.7 -5.1 3 Singapura 6.7 7.4 -5.1 -13.6 -0.6 -5.9 -6.6 -0.7 7.6 7.6 4 Thailand 7.6 7.3 0.0 0.5 -7.2 -15.4 -5.3 -14.6 -14.0 -6.2 5 Amerika Serikat 6.2 6.2 -23.0 5.9 -3.1 -12.4 -8.3 4.5 -9.7 -9.1 6 Korea Selatan 6.3 5.8 15.8 5.2 4.4 -0.4 6.2 -19.3 -10.0 -7.8 7 Australia dan Oceania 4.1 4.5 -12.4 13.7 -9.1 7.0 -0.1 15.7 4.8 7.7 8 Malaysia 4.2 4.3 -6.9 -6.0 -4.9 -9.0 -6.7 -4.0 -1.2 -7.3 9 Jerman 3.1 3.0 51.4 26.1 -16.8 -12.6 8.4 -22.0 -2.7 3.2 10 India 2.7 2.8 -3.3 -2.7 -11.1 -7.2 -5.9 -13.4 -2.1 0.3 Total 10 Negara 75.4 76.3 -6.5 -2.7 -2.4 -6.8 -4.6 -3.6 -4.0 -4.0 *) data sementara

**) data sangat sementara

Rincian

Pangsa (%) Pertumbuhan Tahunan (%, yoy) 2013* 2014**

2013* 2014**

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV TOTAL Tw. I* Tw. II* Tw. III**

-4 -2 0 2 4 6 8 10 12 -15 -10 -5 0 5 10 15 T w .I T w .II T w .II I T w .IV Tw.I T w .II T w .II I T w .IV Tw.I T w .II T w .II I T w .IV Tw.I T w .II T w .II I T w .IV T w .I* T w .II * T w .II I* * 2010 2011 2012 2013* 2014 Th o u san d s

Impor Gas Ekspor Gas Impor Minyak Ekspor Minyak Neraca Perdag. Migas (RHS)

miliar USD

* angka sementara ** angka sangat sementara

miliar USD

Ekspor 3,885 36.5 3,590 35.7

Minyak Mentah 2,486 23.4 106 2,406 24.5 98 Produk Kilang 1,400 13.1 107 1,184 11.2 106

¹⁾ nilai ekspor dibagi dengan volume ekspor Sumber: SKK Migas dan Pertamina (diolah) * angka sementara ** angka sangat sementara

Nilai (juta USD) Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) Tw. III** 2014 Tw. II* Nilai (juta USD) Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) Rincian

(17)

Timur Tengah mengindikasikan bahwa dampak dari ketegangan politik di kawasan tersebut relatif minim.

Permintaan minyak dari wilayah Eropa masih stabil. Hal tersebut terefleksi dari data perekonomian negara-negara zona Eropa yang belum menunjukkan perbaikan berarti. Italia masih dilingkupi masa resesi, sementara pertumbuhan ekonomi Perancis masih sangat rendah. Ekonomi Jerman juga belum kembali normal seperti tercermin pada data output produksi yang lemah dan inflasi yang rendah di bulan September 2014. Tercatat inflasi negara zona Eropa di bulan September 2014 sebesar 0,3% (yoy), lebih rendah dari inflasi di bulan Juli dan Agustus 2014 sebesar 0,4% (yoy).

Sama halnya dengan Eropa, data perekonomian

Tiongkok juga menunjukkan perlambatan

pertumbuhan. Hal ini tercermin dari turunnya impor Tiongkok Agustus 2014 sebesar 2% (yoy), pertumbuhan output industri yang menurun dari 9,1% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 6,9% (yoy) di bulan Agustus 2014.

Ketidakseimbangan pemulihan ekonomi dunia terlihat pada perekonomian Amerika Serikat yang diperkirakan akan melanjutkan tren pertumbuhan di triwulan III-2014. Data pengangguran bulan September 2014 tercatat turun 5,9% dari bulan sebelumnya, non-farm payrolls di September naik dibanding bulan Agustus 2014, dan data pasar properti terus menunjukkan perbaikan.

Grafik 5

Perkembangan Harga Minyak Dunia

Impor minyak triwulan III-2014 turun 3,9% (qtq) menjadi USD9,6 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar USD10,0 miliar. Penurunan impor minyak dipengaruhi oleh dampak penurunan impor minyak mentah yang lebih besar dibandingkan efek dari kenaikan impor produk minyak (Tabel 8).

Tabel 8

Perkembangan Impor Minyak (f.o.b)

Ekspor gas pada triwulan III-2014 naik 1,2% (qtq) menjadi USD3,7 miliar yang dipengaruhi oleh faktor harga. Volume ekspor gas selama triwulan laporan turun 1,2% (qtq) (Tabel 9). Volume ekspor gas alam September 2014 merupakan yang terendah sepanjang tahun 2014. Rata-rata volume ekspor gas (LNG dan gas alam) setiap bulannya mencapai 100 juta MMBTU, sedangkan pada September 2014 volume ekspor hanya mencapai 76 juta MMBTU.

Tabel 9

Perkembangan Ekspor Gas

Neraca Perdagangan Jasa

Pada triwulan III-2014, defisit neraca perdagangan jasa tercatat sebesar USD2,5 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD2,9 miliar. Menyempitnya defisit neraca jasa tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya pembayaran jasa freight seiring dengan aktivitas impor yang menurun dan peningkatan net

30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140

J FMAMJ J ASOND J FMAMJ J ASOND J FMAMJ J ASOND J FMAMJ J ASOND J FMAMJ J AS 2010 2011 2012 2013 2014 USD/barel SLC Unit Price WTI OPEC

Sumber: Ditjen Migas, NPI, Bloomberg

Impor -10,022 88.6 -9,633 87.9

Minyak Mentah -3,636 34.1 -107 -3,031 29.0 -104

Produk Kilang -6,386 54.5 -117 -6,603 58.9 -112

¹⁾ nilai impor dibagi dengan volume impor Sumber: SKK Migas dan Pertamina (diolah) * angka sementara ** angka sangat sementara

Rincian 2014 Tw. II** Nilai (juta USD) Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) Tw. II* Nilai (juta USD) Volume (mbbl) Harga¹ (USD/barel) Ekspor 3,629 287.6 3,672 284.1 LNG 2,413 201.3 12 2,552 202.8 13 Gas Alam 1,215 86.3 14 1,118 81.1 14 LPG 1 0.9 1 2 2.0 1

¹⁾ volume LNG & gas alam dalam juta mmbtu, volume LPG dalam ribu m/t, total volume dalam juta mmbtu ²⁾ harga LNG dan gas alam dalam USD/juta mmbtu, harga LPG dalam USD/ribu metric ton

Sumber: SKK Migas

* angka sementara ** angka sangat sementara Rincian

2014

Tw. III** Nilai

(juta USD) Volume¹ Harga² Tw. II*

Nilai

(18)

penerimaan jasa perjalanan mengikuti peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia dengan pola spending yang

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (Grafik 6).

Grafik 6

Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa

Pembayaran jasa freight pada triwulan III-2014 tercatat sebesar USD2,1 miliar, sedikit lebih rendah

dibandingkan USD2,2 miliar pada triwulan

sebelumnya mengikuti penurunan impor nonmigas (6,6% qtq) (Grafik 7).

Grafik 7

Pembayaran Jasa Freight

Pada triwulan laporan, surplus neraca jasa perjalanan naik menjadi USD0,6 miliar dari USD0,3 miliar pada triwulan sebelumnya. Peningkatan surplus neraca jasa perjalanan tersebut dipengaruhi oleh naiknya penerimaan jasa perjalanan (16,4% qtq) yang melebihi peningkatan pembayaran jasa perjalanan (4,0% qtq) (Grafik 8).

Grafik 8 Neraca Jasa Travel

Peningkatan penerimaan jasa perjalanan

didorong oleh meningkatnya jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia. Selama triwulan III-2014 jumlah wisman tercatat sebanyak 2,40 juta orang,

meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar 2,34 juta orang. Selain jumlah wisman yang meningkat, pengeluaran wisman pada triwulan III-2014 juga tercatat lebih tinggi sehingga menyebabkan penerimaan jasa perjalanan dari wisman meningkat menjadi USD2,5 miliar dari sebelumnya sebesar USD2,1 miliar pada triwulan II-2014.

Wisatawan asal Australia, Singapura, dan Malaysia merupakan kelompok wisman terbesar yang berkunjung ke Indonesia selama triwulan III-2014. Adapun tujuan favorit wisman ke Indonesia masih terkonsentrasi pada tiga daerah, yaitu Bali, Jakarta, dan Batam.

Di sisi lain, jumlah wisatawan nasional (wisnas) yang bepergian ke luar negeri tercatat sebanyak 2,13 juta orang, meningkat dibandingkan dengan jumlah wisnas pada triwulan sebelumnya sebesar 2,02 juta orang. Sebagaimana halnya wisman, pengeluaran wisnas triwulan III-2014 juga tercatat lebih besar sehingga pembayaran jasa perjalanan meningkat menjadi USD1,9 miliar dari USD1,8 miliar pada triwulan sebelumnya.

(19)

Neraca Pendapatan Primer

Defisit neraca pendapatan primer pada triwulan III-2014 tercatat sebesar USD7,1 miliar, lebih rendah dari USD7,2 miliar pada triwulan sebelumnya (Grafik 9). Berkurangnya defisit neraca pendapatan tersebut terutama karena turunnya pembayaran dividen dan

bunga pinjaman luar negeri, baik Pemerintah maupun sektor swasta, sesuai dengan jadwalnya yang

melebihi peningkatan pembayaran bunga atas kepemilikan surat-surat utang domestik oleh nonresiden, khususnya surat utang Pemerintah.

Grafik 9

Perkembangan Neraca Pendapatan Primer

Neraca Pendapatan Sekunder

Neraca pendapatan sekunder pada triwulan III-2014 mencatat surplus sebesar USD1,2 miliar, terutama disumbang oleh neto penerimaan transfer personal. Pada triwulan laporan, penerimaan transfer personal mencapai USD2,1 miliar, melebihi jumlah pembayaran transfer personal sebesar USD0,7 miliar. Namun demikian, neto penerimaan transfer personal pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya akibat adanya penambahan moratorium TKI informal ke negara-negara Timur Tengah dan Roadmap Zero Domestic Worker 2017 (Grafik 10).

Grafik 10

Perkembangan Transfer Personal

Ditinjau dari negara asal transfer, sebagian besar transfer personal berasal dari remitansi TKI yang bekerja di kawasan Asia Pasifik, yaitu mencapai USD1,1 miliar, diikuti kawasan Timur Tengah dan Afrika sebesar USD0,7 miliar, dan kawasan lain yang mencapai USD0,2 miliar.

Sampai akhir triwulan III-2014 tercatat 4,0 juta penduduk Indonesia bekerja menjadi TKI di luar negeri. Data BNP2TKI mengindikasikan bahwa 65,3% dari jumlah TKI tersebut bekerja di wilayah Asia Pasifik dengan porsi terbesar Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan Singapura. Sementara itu, 32,5% dari seluruh TKI bekerja di regional Timur Tengah dan Afrika, terbesar berada pada Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania (Grafik 11).

Grafik 11

Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. III-2014

Timteng & Afrika 32.5% Amerika 1.7% Eropa 0.6% Malaysia 48.9% Singapura 3.4% Brunei 0.9% Hongkong 4.6% Taiwan 4.8% Korsel 1.0% Lainnya 1.6% Asia Pasifik 65.3% Sumber: BNP2TKI

(20)

TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL

Pada triwulan III-2014, aliran masuk modal asing pada instrumen finansial domestik masih tercatat meningkat didukung oleh persepsi positif terhadap prospek perekonomian Indonesia. Total aliran masuk dana asing mencapai USD17,1 miliar, meningkat dibandingkan dengan USD17,0 miliar pada triwulan II-2014, terutama dalam bentuk investasi langsung dan penarikan pinjaman luar negeri korporasi. Sementara itu, aliran masuk modal investasi portofolio tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2014 seiring keluarnya dana asing dari saham dan surat utang sektor publik berjangka pendek, terutama pada Agustus-September 2014, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global dan faktor domestik. Di sisi lain, penempatan simpanan swasta domestik di luar negeri meningkat sehingga surplus transaksi modal dan finansial triwulan III-2014 tercatat sebesar USD13,7 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD14,3 miliar (Grafik 12).

Grafik 12

Transaksi Modal dan Finansial

Investasi Langsung

Aliran masuk investasi langsung (sisi kewajiban) pada triwulan III-2014 tercatat sebesar USD7,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar USD5,9 miliar (30,3% qtq). Peningkatan arus masuk investasi langsung

tersebut mencerminkan kepercayaan investor

terhadap kondisi fundamental ekonomi dan politik Indonesia serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan yang terjaga dengan baik. Besarnya arus masuk investasi langsung tersebut antara lain didukung oleh transaksi akuisisi perusahaan di sektor pertambangan dalam rangka debt to equity swap dan meningkatnya pinjaman antar-afiliasi yang berasal dari penerbitan global bonds melalui special purpose vehicle (SPV) di luar negeri. Di sisi lain, pada triwulan laporan juga tercatat adanya transaksi divestasi berupa pengalihan kepemilikan saham salah satu bank swasta nasional dari investor asing kepada perusahaan domestik.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013, arus masuk investasi langsung pada triwulan III-2014 juga meningkat sebesar 5,4%, meski lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2014 yang mencapai 6,1% (yoy) mengikuti pelemahan pertumbuhan investasi domestik dari 5,21% (yoy) pada triwulan II-2014 menjadi 4,02%

(yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan

pertumbuhan arus masuk investasi langsung pada triwulan laporan tersebut juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang mengindikasikan melambatnya kegiatan usaha pada triwulan III-2014 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di sisi aset, arus keluar investasi langsung Indonesia pada triwulan III-2014 mencapai USD2,2 miliar, relatif sama dengan yang tercatat pada triwulan sebelumnya. Transaksi investasi langsung yang tercatat pada triwulan laporan antara lain berupa akuisisi lapangan minyak dan gas di luar negeri yang dilakukan oleh perusahaan BUMN. Dengan memperhitungkan aliran aset investasi langsung tersebut, investasi langsung neto pada triwulan laporan mencatat surplus sebesar USD5,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus USD3,7 miliar pada triwulan sebelumnya (Grafik 13).

(21)

Grafik 13

Perkembangan Investasi Langsung

Ditinjau dari arah investasi, arus masuk modal investasi langsung di Indonesia (PMA) selama triwulan III-2014 mencapai USD7,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD4,9 miliar. Secara tahunan, net aliran masuk PMA triwulan III-2014 tumbuh 24,2%, lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,4%.

Secara sektoral, sektor manufaktur,

pertambangan, dan pertanian, perikanan & kehutanan merupakan sektor utama yang menarik aliran masuk modal PMA selama triwulan laporan (Grafik 14). Ketiga sektor tersebut memberikan sumber pertumbuhan 1,68% pada perekonomian Indonesia triwulan III-2014 yang tumbuh sebesar 5,01% (yoy).

Grafik 14

Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi

Berdasarkan negara asal, investasi langsung asing yang masuk ke Indonesia didominasi oleh

negara di kawasan ASEAN, disusul Jepang dan negara-negara emerging Asia lainnya (Grafik 15). Investasi dari negara di kawasan ASEAN tercatat mencapai USD3,8 miliar atau 51,4% dari total investasi langsung asing

Grafik 15

Perkembangan PMA menurut Negara Asal

Perkembangan PMA yang positif tersebut sejalan dengan data realisasi PMA yang dipublikasikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)2. Data

BKPM mencatat realisasi PMA pada triwulan III-2014 sebesar Rp78,3 triliun (ekuivalen dengan USD7,5 miliar), meningkat 0,3% dibandingkan dengan triwulan II-2014 atau 16,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013.

Secara sektoral, BPKM mencatat bahwa realisasi PMA triwulan III-2014 terkonsentrasi pada sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi (14,2%);

industri kimia dan farmasi (13,4%); dan

pertambangan (10,9%). Tetap tingginya minat investor asing berinvestasi di tiga sektor utama tersebut tidak terlepas dari masih tingginya konsumsi domestik dan kegiatan ekspor beberapa komoditas terkait pada periode laporan. Ditinjau dari negara asal, nilai realisasi investasi terbesar berasal dari Singapura (USD1,5 miliar), Belanda (USD0,9 miliar), dan Inggris (USD0,8 miliar).

2Data realisasi PMA BKPM mencatat keseluruhan nilai proyek yang

direalisasikan pada suatu periode dan tidak mencakup investasi di sektor migas, perbankan dan lembaga keuangan lainnya, serta industri rumah tangga. Sementara, data PMA yang tercatat di NPI mencakup hanya data aliran modal yang diterima perusahaan PMA dari investor langsungnya dan perusahaan dalam satu grup di luar negeri selama suatu periode dan meliputi investasi langsung di seluruh sektor ekonomi.

-0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan Pertambangan Manufaktur Keuangan (termasukasuransi) Perdagangan Penyimpanan &Transportasi, Komunikasi

Lain-lain Tw. III-2013* Tw.IV-2013* Tw.I-2014* Tw.II-2014* Tw.III-2014**

Miliar USD

* angka sementara ** angka sangat sementara

(22)

Persepsi positif investor terhadap prospek investasi di Indonesia terkonfirmasi dalam publikasi World Economic Forum (WEF) The Global Competitiveness Report for 2014-2015 yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-34 dalam hal ranking daya saing global, membaik empat peringkat dibandingkan tahun sebelumnya di peringkat ke-38.

Investasi Portofolio

Arus masuk modal asing pada instrumen portofolio domestik (sisi kewajiban investasi portofolio) pada triwulan III-2014 tetap positif namun dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global maupun faktor sentimen domestik. Faktor global terkait dengan

dinamika geopolitik, perkembangan ekonomi

Tiongkok, dan kemungkinan normalisasi kebijakan the Fed yang lebih cepat dari perkiraan semula. Sementara itu, faktor sentimen domestik terkait

dengan perilaku investor yang menunggu

pembentukan kabinet pemerintahan baru dan program kerja pemerintah ke depan, termasuk kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Arus masuk investasi portofolio asing selama triwulan III-2014 tercatat sebesar USD5,8 miliar, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai USD9,3 miliar. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh aksi investor asing yang mengurangi kepemilikannya atas saham dan surat utang sektor publik berjangka pendek, terutama pada Agustus dan September 2014. Di sisi lain, investor asing tercatat masih terus meningkatkan kepemilikannya atas surat utang Pemerintah berjangka panjang, termasuk yang berasal dari penerbitan obligasi dan sukuk global.

Di sisi aset, transaksi investasi portofolio pada triwulan III-2014 tercatat surplus USD1,3 miliar,

berkebalikan dengan defisit USD1,0 miliar pada triwulan sebelumnya, terutama terkait dengan pelunasan aset berbentuk surat utang. Dengan memperhitungkan aliran aset investasi portofolio tersebut, investasi portofolio neto pada triwulan laporan mencatat surplus sebesar USD7,1 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus USD8,3 miliar pada triwulan sebelumnya (Grafik 16).

Grafik 16

Perkembangan Investasi Portofolio

Selama kurun laporan, neto aliran masuk dana asing pada instrumen Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi rupiah mengalami peningkatan dari USD3,3 miliar menjadi USD4,3 miliar. Seiring dengan hal tersebut, kepemilikan asing pada SUN berdenominasi rupiah pada akhir triwulan laporan kembali naik menjadi sekitar USD35,2 miliar (40,7% dari total posisi SUN rupiah) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya USD31,7 miliar (38,4% dari total

posisi SUN rupiah). Berkebalikan dengan

perkembangan SUN, investor asing pada triwulan III-2014 melakukan net jual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar USD1,1 miliar setelah pada triwulan sebelumnya mencatat net beli sebesar USD0,7 miliar. Kondisi ini menyebabkan posisi SBI oleh asing menurun tajam menjadi USD0,1 miliar (1,5% dari total posisi SBI) dari sebelumnya USD1,2 miliar (13,1% dari total posisi SBI) (Grafik 17).

(23)

Grafik 17

Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN oleh Asing

Neto arus keluar dana asing dari instrumen utang sektor publik selama triwulan III-2014 juga terjadi pada instrumen surat utang berjangka pendek

berupa Surat Perbendaharaan Negara, baik

konvensional maupun syariah (SPN dan SPNS), dengan total nilai sebesar USD0,5 miliar. Di sisi lain, pada triwulan laporan tercatat aliran masuk dana asing dari penerbitan obligasi dan sukuk global Pemerintah sekitar USD2,7 miliar. Secara keseluruhan, neto aliran masuk modal asing pada instrumen surat utang sektor publik tercatat sebesar USD5,3 miliar, meningkat dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar USD2,9 miliar.

Sementara itu, di pasar saham, faktor sentimen yang berasal baik dari global maupun domestik turut mewarnai perkembangan di lantai bursa sepanjang triwulan III-2014. Investor nonresiden tercatat membukukan net beli tipis USD0,4 miliar, dibandingkan dengan net beli pada triwulan sebelumnya yang mencapai USD1,7 miliar. Penurunan tersebut dipengaruhi aksi jual pada Agustus dan September, masing-masing sebesar USD0,1 miliar dan USD0,6 miliar.

Meskipun diwarnai oleh aksi net jual asing selama dua bulan terakhir, pasar saham pada triwulan III-2014 menunjukkan kinerja yang cenderung positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara point-to-point mengalami peningkatan dan ditutup pada level 5.137,58 dari posisi akhir triwulan II-2014 sebesar 4.878,58. Bahkan, pada 8 September 2014,

IHSG sempat membuat rekor tertinggi pada level 5.246,48 (Grafik 18).

Grafik 18

Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG

Pada triwulan III-2014, IHSG bergerak searah dengan pergerakan indeks harga saham di bursa regional Asia Tenggara yang berada dalam tren peningkatan. Hampir seluruh harga saham di bursa regional ditutup menguat dibandingkan dengan harga penutupan akhir triwulan II-2014 (Grafik 19).

Grafik 19

Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara ASEAN

Aktivitas pasar saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada triwulan III-2014 ditopang oleh tambahan 5 emiten baru yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) dengan total emisi senilai USD81,5 juta. Jumlah tersebut lebih sedikit dari 7 perusahaan yang melakukan IPO pada triwulan II-2014 senilai USD276,0 juta.

Dilihat dari sektor institusi, surplus investasi portofolio pada triwulan III-2014 sebagian besar disumbang oleh sektor publik yang mencatat arus masuk investasi portofolio neto sebesar USD6,0 miliar,

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 0 5 10 15 20 25 30 35 40 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S 2012 2013 2014 Miliar USD SUN SBI (rhs) Miliar USD 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500 6,000 (25,000) (20,000) (15,000) (10,000) (5,000) 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 J MM J S N J MM J S N J MM J S N J M M J S N J MM J S 2010 2011 2012 2013 2014

Net Beli/Jual Asing IHSG (RHS)

juta USD IHSG

Sumber: CEIC 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S 2012 2013 2014 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand

Sumber: CEIC (diolah) 2010 = 100

(24)

jauh lebih besar dari surplus USD2,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Peningkatan surplus investasi portofolio sektor publik tersebut terutama disumbang oleh penerbitan obligasi dan sukuk global Pemerintah. Sementara itu, investasi portofolio sektor swasta secara neto mencatat arus masuk bersih sebesar USD1,1 miliar, turun tajam dibandingkan dengan surplus USD6,2 miliar pada triwulan sebelumnya (Grafik 20).

Grafik 20

Investasi Portofolio menurut Sektor Institusi

Investasi Lainnya

Para triwulan III-2014, surplus transaksi investasi lainnya tercatat sebesar USD1,2 miliar, lebih rendah dari surplus USD2,3 miliar pada triwulan sebelumnya. Penurunan surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh neto penempatan simpanan sektor swasta domestik di luar negeri yang menutupi sebagian dampak kenaikan arus masuk pinjaman luar negeri korporasi dan penempatan simpanan nonresiden di bank domestik (Grafik 21).

Grafik 21

Perkembangan Investasi Lainnya

Pada sisi aset, transaksi investasi lainya sektor swasta pada kuartal laporan mencatat defisit (arus keluar bersih) sebesar USD2,4 miliar, berkebalikan dengan pencapaian kuartal sebelumnya yang mencatat surplus (arus masuk bersih) sebesar USD0,4 miliar. Defisit tersebut terutama bersumber dari transaksi penempatan simpanan sektor swasta di luar negeri dan meningkatnya pemberian piutang dagang (Grafik 22).

Grafik 22

Transaksi Aset Investasi Lainnya Sektor Swasta

Berkebalikan dengan sisi aset, sisi kewajiban transaksi investasi lainnya di sektor swasta justru mencatat peningkatan surplus dari USD2,1 miliar menjadi USD4,5 miliar. Kenaikan surplus transaksi lainnya sektor swasta dipengaruhi oleh peningkatan

net penarikan pinjaman luar negeri korporasi, baik bank maupun nonbank, dan penempatan

simpanan nonresiden di perbankan domestik (Grafik 23).

Grafik 23

(25)

Sementara itu, transaksi investasi lainnya di sisi kewajiban untuk sektor publik mencatat defisit sebesar USD0,9 miliar, meningkat dibandingkan dengan defisit USD0,3 miliar pada triwulan sebelumnya terutama akibat pembayaran kewajiban lainnya. Di sisi lain, net pembayaran pinjaman luar negeri sektor publik mengalami penurunan dari USD1,0 miliar menjadi USD0,2 miliar. Hal ini sesuai dengan pola historis pembayaran pinjaman luar negeri selama ini yang mencapai puncaknya pada triwulan II dan IV setiap tahunnya. Pada triwulan III-2014, Pemerintah tercatat melakukan penarikan pinjaman luar negeri sejumlah USD0,6 miliar, sebagian besar dalam bentuk pinjaman proyek

dengan tujuan utama untuk pendanaan pembelian alutsista. Adapun pinjaman program seluruhnya berasal dari World Bank (Grafik 24).

Grafik 24

(26)
(27)

Proses pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia yang terus berlangsung pada triwulan III-2014 tercermin pada perkembangan beberapa indikator sustainabilitas eksternal. Rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB mengecil menjadi 3,07% dari 4,06% pada triwulan II-2014 sejalan dengan defisit transaksi berjalan yang menyempit. Rasio tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan rasio pada triwulan yang sama pada tahun 2013 sejalan dengan langkah kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, terutama untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan.

Penurunan impor barang dan jasa yang melampaui penurunan ekspor barang dan jasa

menyebabkan kontribusi sektor eksternal terhadap perekonomian domestik (rasio net ekspor barang dan jasa terhadap PDB) bergerak membaik, meskipun derajat keterbukaan ekonomi Indonesia (rasio akumulasi ekspor dan impor barang serta jasa terhadap PDB) relatif lebih rendah dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya.

Sementara itu, bertambahnya posisi cadangan

devisa pada triwulan III-2014 menyebabkan

kecukupan cadangan devisa dalam memenuhi kewajiban luar negeri total dan jangka pendek meningkat, sebagaimana ditunjukkan oleh rasio posisi utang luar negeri (ULN) terhadap cadangan devisa yang lebih kecil. Selain itu, peningkatan posisi ULN di tengah bertambah besarnya perekonomian Indonesia menurunkan kembali rasio ULN/PDB.

Tabel 10

Indikator Sustainabilitas Eksternal

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Tw. I* Tw. II* Tw.III**

Transaksi Berjalan/PDB (%) 1) -1.46 -3.69 -2.36 -3.59 -2.78 -2.71 -4.47 -3.89 -2.13 -3.33 -2.05 -4.06 -3.07

Ekspor - Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 1) 0.8 -0.9 0.4 -1.1 -0.2 -0.5 -1.8 -1.2 0.8 -0.7 0.6 -1.4 -0.4

Ekspor + Impor Barang dan Jasa / PDB (%)1) 48.8 49.1 45.2 49.8 48.2 46.1 46.6 45.8 52.5 47.7 48.5 48.3 44.7

Posisi ULN Total/PDB2) (%) 26.2 27.2 27.8 28.7 28.7 28.8 29.1 29.6 30.5 30.5 32.3 34.0 34.7

Posisi ULN Jangka Pendek3)/PDB2) (%) 5.2 5.5 5.5 6.2 6.2 6.2 6.3 6.6 6.4 6.4 6.5 7.0 6.8

Posisi ULN Total/Cadangan Devisa (%) 207.0 224.3 221.2 223.8 223.8 243.2 263.9 274.7 267.6 267.6 268.9 265.8 262.9

Posisi ULN Jangka Pendek3)/Cadangan Devisa (%) 41.4 45.4 44.2 48.5 48.5 52.3 57.5 61.0 56.6 56.6 54.3 54.6 51.6

Memorandum:

PDB Harga Berlaku (kuartalan, juta USD) 217,859 220,587 223,393 217,586 879,426 221,806 226,463 221,746 203,225 873,240 202,935 213,791 222,737 PDB Harga Berlaku (annualized , juta USD) 872,745 879,499 877,013 879,426 879,426 883,372 889,248 887,601 873,240 873,240 854,369 841,697 842,688 Ekspor Barang & Jasa (juta USD) 54,037 53,147 50,861 52,962 211,007 50,647 50,756 49,468 54,162 205,033 49,726 50,136 49,286 Impor Barang & Jasa (juta USD) -52,243 -55,172 -50,069 -55,408 -212,891 -51,678 -54,864 -52,165 -52,565 -211,271 -48,606 -53,171 -50,262 Posisi ULN Total (juta USD) 228,761 238,917 243,649 252,364 252,364 254,822 258,867 262,863 265,912 265,912 275,910 286,169 292,286 Posisi ULN Jangka Pendek (juta USD) 45,726 48,394 48,666 54,649 54,649 54,820 56,368 58,393 56,288 56,288 55,658 58,820 57,336 Posisi Cadangan Devisa (juta USD) 110,493 106,502 110,172 112,781 112,781 104,800 98,095 95,675 99,387 99,387 102,592 107,678 111,164

Keterangan:

1)

Menggunakan PDB harga berlaku kuartalan 2)

Menggunakan PDB harga berlaku annualized (penjumlahan PDB empat triwulan ke belakang)

3)

menurut jangka waktu sisa * Angka sementara ** Angka sangat sementara

INDIKATOR 2012 2013* 2014

(28)
(29)

Pada triwulan IV-2014, proses pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia diperkirakan terus berlanjut didukung oleh perbaikan kondisi ekonomi global di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang masih melambat. Defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2014 diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2014 didukung berbagai faktor positif, baik yang bersumber dari eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal, pertumbuhan volume perdagangan dunia yang diperkirakan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi global akan berdampak positif pada ekspor di tengah harga komoditas dunia yang masih menurun dan tren penurunan harga minyak. Di sisi

lain, pertumbuhan ekonomi domestik yang

diperkirakan masih mengalami perlambatan dan pergerakan nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya masih akan menahan impor.

Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran masuk modal asing diperkirakan masih berlanjut meskipun

dengan intensitas yang menurun dipengaruhi sejumlah sentimen negatif global maupun domestik. Pada Oktober 2014, perilaku investor yang menunggu pembentukan kabinet pemerintahan baru dan faktor eksternal terkait normalisasi kebijakan the Fed telah mendorong investor asing untuk membukukan net jual pada instrumen saham, namun masih menambah kepemilikannya atas intrumen SUN dan SBI

Bank Indonesia akan terus memonitor berbagai perkembangan, baik domestik maupun eksternal yang dapat mengganggu tercapainya perbaikan kinerja transaksi berjalan dan memastikan agar dinamika perekonomian nasional berjalan dengan sehat dan berkelanjutan. Kebijakan Bank Indonesia tetap konsisten difokuskan pada upaya mencapai sasaran inflasi dan menurunkan defisit transaksi berjalan pada level yang sehat. Kebijakan tersebut dilakukan melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta didukung oleh langkah reformasi struktural Pemerintah, baik di sektor riil maupun migas .

PROSPEK NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

TRIWULAN IV-2014

(30)

Gambar

Grafik 2  Transaksi Berjalan
Grafik 8  Neraca Jasa Travel

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun demikian nilai tersebut masih memiliki kecenderungan yang sama dimana dilihat dari hasil perhitungan dan hasil simulasi nilai tertinggi terdapat pada

bahwa dengan hasil Pengambilan Keputusan sebagaimana huruf c, sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor P.8/VI-BPPHH/2011 tanggal 30

Sepanjang sudah menjadi kelaziman di Pihak pada Persetujuan untuk menetapkan besarnya laba yang dapat dianggap berasal dari bentuk usaha tetap dengan cara menentukan bagian

Dibutuhkan pengembangan motor BLDC yang sangat efisien dan spesifik aplikasi membantu meningkatkan motor BLDC dalam industri untuk memperoleh hasil yang optimal,

Aspek reproduksi yang menjadi acuan untuk pengelolaan sumberdaya perikanan adalah nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, faktor kondisi,

Kedua, penggunaan bahan fasilitasi pemberdayaan KKG SD pada mata pelajaran matematika berbasis open- ended dalam kegiatan KKG SD Gugus III Kecamatan Indralaya

Rumahtangga petani di kedua wilayah tersebut dapat dikatakan rentan secara ekologi (bencana kekeringan di Desa Penyabungan dan bencana kebanjiran di Desa Dusun Mudo/Desa

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis, peningkatan aktivitas siswa, dan peningkatan keterampilan mengajar