• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEMOKRASI SEBAGAI PENDIDIKAN SOSIAL BUDAYA DALAM KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEMOKRASI SEBAGAI PENDIDIKAN SOSIAL BUDAYA DALAM KELUARGA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

223

DEMOKRASI SEBAGAI PENDIDIKAN SOSIAL BUDAYA

DALAM KELUARGA

Oleh : Asni Dewi Syahriani Bishry

bishryasni@yahoo.com Dosen FISIPOL UNES

Abtraksi

Perubahan sosial terjadi karena adanya kehendak dan kesediaan anggota masyarakat untuk mengubah unsur budaya dan sistem sosial yang lama beralih menyesuaikan unsur –unsur budaya dan sosial yang baru. Maka dari itu guna mendukung kestabillan keluarga dalam menghadapi era baru yang sudah dapat kita rasakan perubahannya dan dengan meningkatnya pola dasar pendidikan dan teknologi maka dibutuhkan adanya pola baru dalam penggajaran pada tingkat keluarga. Dengan ini dibutuhkan demokrasi dalam keluarga sebagai pola mendidik baru dalam mendukung sistem pendidikan dalam keluarga . Demokrasi bukan hanya sebagai unsur politik yang ditandai oleh partai- partai politik yang menjamur dalam suatu Negara tetapi demokrasi adalah menjadi hak dan milik setiap orang yang hidup dalam suatu negara yang berdemokrasi, termasuk demokrasi dalam keluarga. Dalam Pembangunan bangsa saat ini seharusnya berawal dan dimulai dari keluarga. Oleh karena di keluarga itu sendiri tumbuh kepedulian, kesadaran dan pengertian dasar tentang totalitas lingkungan secara timbal balik. Hal ini membuktikan Demokrasi sebagai suatu proses pendidikan social budaya dalam keluarga .

Kata kunci : keluarga, social budaya dan demokrasi

Bab I

Pendahuluan

Dalam menghadapi perubahan sosial saat ini yang merupakan proses yang dialami oleh anggota masyarakat serta unsur budaya dan sistem sosial, yaitu suatu tingkat kehidupan masyarakat yang meninggalkan pola kehidupan lama dan berubah pada pola kehidupan baru. perubahan sosial terjadi karena adanya kehendak dan kesediaan anggota masyarakat untuk mengubah unsur budaya dan sistem sosial yang lama beralih menyesuaikan unsur –unsur budaya dan sosial yang baru. Hal ini dilaksanakan guna mendukung kestabillan keluarga dalam menghadapi era baru yang sudah dapat kita rasakan perubahannya. Dengan meningkatnya pola dasar pendidikan dan teknologi maka dibutuhkan adanya pola baru dalam penggajaran pada tingkat keluarga. maka dari itu dibutuhkan pentingnya demokrasi dalam keluarga sebagai pola mendidik baru pada keluarga dalam mendukung sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Yaitu masuknya demokrasi sebagai pola pemikiran baru dalam perubahan pola kependidikan di dalam keluarga di Indonesia . Demokrasi dapat melahirkan suasana keluarga yang sehat.

(2)

224

Mendengar istilah demokrasi, pikiran dan asosiasi kita mungkin tertuju pada persoalan politik dan kekuasaan. Padahal sesungguhnya demokrasi tidak selalu berurusan dengan politik dan bukan semata-mata urusannya orang partai. Akan tetapi demokrasi adalah menjadi hak dan milik setiap orang yang hidup dalam suatu negara demokrasi, termasuk demokrasi dalam keluarga. Keluarga terdiri dari ayah dan ibu sebagai orang tua dan anak – anaknya. Di dalam penulisan ini di harapkan dapat terlihat bagaimana demokrasi dapat menimbulkan perubahan kearah yang lebih baik bagi anggota keluarga dan masyarakat di Indonesia. Sehingga dapat terhindar dari berbagai permasalahan yang terjadi dewasa ini pada anak –anak remaja di Indonesia baik dalam lingkungan keluarga maupun di masyarkat luas seperti tauran antar sekolah serta sikap anarkis lainnya yang kiranya sudah meresahkan masyarakat.

Bab II

Sistem Sosial Budaya

Orang tua adalah manusia sebagai mahluk hidup yang bersosialisasi dengan berhubungan antara sesama manusia lainnya yang menjadikan mereka sebagai mahluk social. Hubungan yang bersifat timbal balik ini disebut sebagai interaksi social. Agar interaksi social dapat berjalan dengan lancar maka dibutuhkan adanya kontak social dan komunikasi, sedangkan isi utama dari kontak social adalah tindakan social.

Berdasarkan kajian ilmu social tindakan social dapat terbagi tiga: Tingkat Mikro: mengkaji sistem kepribadian individu

Tingkat Messo: mengkaji sistem sosial yaitu proses sosial di berbagai tempat misalnya di keluarga, dilingkungan tetangga, lingkungan teman sepermainan, group atau kelompok sosial, kelembagaan baik lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah, organisasi sosial, komunitas, masyarakat, bangsa dan organisasi internasional;

Tingkat Makro: mengkaji struktur sosial atau sistem budaya.

Setiap tindakan sosial, selalu bermuatan unsur-unsur ketiga sistem tersebut (sistem kepribadian, sistem sosial, dan sistem budaya). Karena sistem sosia l tidak akan ada apabila tidak ada sistem kepribadian, sistem budaya tidak akan ada, apabila tidak adanya sistem sosial, demikian juga sistem kepribadian tidak akan ada, apabila tanpa sistem sosial dan sistem budaya. (syamsuddin, 2010; 2)

Maka berdasarkan kajian diatas untuk menghadapi pendidikan social budaya dalam keluarga dapat melalui tindakan social tingkat messo yaitu proses social di berbagai tempat khususnya di dalam keluarga. Interaksi social yang dilakukan melalui tindakan sosial orang tua kepada anak – anak mereka di rumah. Tindakan sosial adalah bagian dalam suatu perilaku sosial, yaitu perilaku yang dilakukan di dalam keadaan social yang berhubungan dengan cara orang tua berpikir, merasa dan bagaimana bertindak dalam menghadapi kehadiran anak –anak mereka. Oleh sebab itu maka tindakan sosial berhubungan dengan pikiran dan perasaan( emosi) mahluk sosial yaitu orang tua kepada anak –anak mereka yang menjadikan pendidikan social budaya dalam keluarga.Keluarga merupakan kelembagaan yang terkecil dalam suatu Negara, Dalam suatu kelembagaan selalu terdapat empat unsur yaitu : nilai, peralatan (sarana), personal dan satuan peraturan dari ketiga bagian unsur diatas

(3)

225 yang disebut dengan pranata, dan merupakan lokasi dari adanya keluarga (orang tua dengan anak- anak mereka ) yang berinteraksi sosialdalam tingkat individu atau pun tingkat kelompok.

Adapun beberapa pendekatan-pendekatan yang dipakai dalam menentukan pemahaman terhadap sistem sosial budaya dalam menentukan demokrasi sebagai pendidikan social budaya di dalam keluarga diantaranya yang sesuai (Syamsuddin, 2009):

1. Pendekatan Fungsional: Teori ini berlangsung di berbagai tingkat dengan titik berat terletak pada struktur interaksi sosial dan pada pola-pola tindakan, serta pada hubungan-hubungan sosialnya di dalam sebuah sistem sosial yang stabil.

2. Pendekatan Teori konflik: Apabila pendekatan fungsional memusatkan perhatiannya pada situasi kerjasama yakni pelembagaan harapan-harapan akan peranan, maka pendekatan konplik lebih memusatkan perhatiannya pada kompetisi dan pertikaian.

Keluarga adalah merupakan suatu struktur dan proses sosial yang mendasar namun terdapat unsur yang dapat dikatakan kompleks dan rumit. Dalam keluarga akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan berjalannya waktu. Dan perubahan yang terjadi tersebut beranekaragam, ada yang dalam jangka waktu cepat dan ada perubahan yang melalui proses atau tahapan – tahapan (lambat), misalnya keretakan keluarga, ada yang dilakukan dengan cepat ; perceraian secara cepat dimana sang bpk atau sang ibu pergi dari rumah secara langsung, atau adanya dilakukan secara bertahap melalui proses; dimulai melalui ketidak akurnya kedua orang tua yang ditunjukkan di depan anak –anak sehingga anak merasakan adanya kejanggalan di dalam rumah mereka sehingga pada tahap perceraian ,pihak anak tidak lagi heran. Atau dengan perubahan positif, misalnya bertambahnya umur sang anak dan orang tua sehingga dibutuhkan perubahan cara mendidik anak yang dilakukan secara bertahap dalam rumah mereka. Melalui perubahan cara mendidik inilah maka keluarga di Indonesia membutuhkan pendidikan social budaya di dalam keluarga, khusunya demokrasi sebagai salah satu unsur tersebut. Bila mana kita mendengar kata demokrasi, kita akan terpikirkan yang berhubungan dengan politik dan kekuasaan dalam suatu negara. Padahal sebenarnya demokrasi senantiasa tidak selalu berhubungan dengan politik dan tidak hanya berhubungan dengan orang- orang partai pula. Namun demokrasi adalah menjadi hak dan milik setiap orang yang hidup dalam suatu negara yang demokrasi,dan ini termasuk demokrasi yang ada dalam keluarga. Demokrasi adalah suatu pemikiran manusia yang mempunyai kebebasan berbicara, mengeluarkan pendapat.

Demokrasi sebagai sebuah proses yang terus-menerus merupakan gagasan dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Jika suatu Negara mampu menerapkan kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan dengan sempurna, maka Negara tersebut adalah Negara yang sukses menjalankan sistem demokrasi sebaliknya jika suatu Negara itu gagal menggunakan sistem pemerintahan demokrasi maka Negara itu tidak layak disebut sebagai Negara demokrasi. Oleh karena itu kita sebagai warga Negara Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang demokrasi kita sudah sepatutnya untuk terus menjaga dan memperbaiki, melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada.

(4)

226

Negara Indonesia menunjukan sebuah Negara yang sukses menuju demokrasi sebagai bukti yang nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan wakil presiden. Namun disini demokrasi terlihat dari tingkat negara, pada tingkat individunya demokrasi dapat di bawakan kedalam keluarga dimana demokrasi diajarkan melalui keterbukaan keluarga dan tata cara keluarga mengambil keputusan demi kepentingan bersama sehingga kebijakan yang diambil adalah kebijakan keluarga bukan merupakan kebijakan orang tua terhadap anak semata. Tetapi disini demokrasi masuk dalam peran sang anak turut andil dalam kebijakan akan pelaksanaan kehidupan di dalam keluarga . Berarti disini anak turut ikut bertanggung jawab atau mulai melatih diri cara bertanggungjawab untuk kelak masuk ke dunia orang dewasa. Demokrasi di bawa ke dalam keluarga terlebih lagi melatih sang anak untuk menjadi pemimpin yang baik, dengan harapan pada nantinya pemimpin yang tidak korupsi dan juga tidak mementingkan kepentingan dirinya sendiri tetapi lebih mementingkan Negara sebagai unsur penting dalam pemikirannya. Namun dalam unsure kecil pada saat ini adalah di dalam keluarga itu sendiri terdahulu. Bila mana unsure demokrasi di dalam keluarga sudah dapat tersusun rapih dari masa anak – anak maka kelak di harapkan dapat terlihat potensi kepemimpinan yang seperti dikatakan diatas.

Bab III

Demokrasi Dalam Keluarga

Bila mana keluarga menjalankan demokrasi maka orang tua akan memandang anak –anak mereka sebagai mahluk individu yang sedang berkembang. Maka dari itu pula akan ada kewibaan dalam yang memimpinnya atau dalam pendidikannya dari orang tua . Akan tetapi bukan berdasarkan kekuasaan yang otoriter. Kepemimpinan orang tua yang seperti ini disesuaikan dengan tahapan - tahapan perkembangan anak yang mempunyai cita-cita, bakat dan minat mereka, serta kreatifitas dalam mendapatkan pengalaman mereka.Orang tua yang menjalankan demokrasi di dalam keluarga mereka dengan orang tua yang hanya bertindak otoriter akan berdampak berbeda pada anak –anak mereka, pada anak mereka perbedaan akan timbul dalam menjalankan imajinasi kreativitas isi kepala sang anak. Anak yang dikembangkan dalam pertumbuhan dari keluarga yang menjalankan demokrasi akan lebih berinisiatif dan aktif dalam menjalankan kehidupannya sebagai mahluk individu yang dapat bersosialisasi. Dan orang tua dapat memberikan saran yang dapat dicerna oleh sang anak, tidak hanya dituruti saja tetapi dipertimbangkan pendapat orang tua. Serta sang anak menpunyai sifat terbuka akan pendapat – pendapat baru dan dapat bersedia untuk mendengarkan pendapat orang lain baik didalam dan dari luar keluarga. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sang anak dapat dipimpin oleh keluarga mereka dan dapat memimpin di luar kelembagaan (keluarga) dengan tingkat kreatifitas yang tinggi aktif tidak pasif dalam menghadapi permasalahan yang timbul dalam kehidupan. Semua ini akan menimbulkan suasana saling menghargai di antara sesama yang dikarenakan anak sudah terbiasa di dalam keluarga mereka untuk saling menghargai hak setiap anggota keluarga mereka.dan dalam perkembangannya dapat diharapkan menuju suatu tahap yang menjadikan mereka seorang pemimpin yang dapat dibanggakan di kemudian hari saat mereka dewasa.

(5)

227 Di dalam keluarga yang menjalankan demokrasi akan tampak akan sifat dan kepribadian yang diantaranya: anak akan aktif dalam menjalankan kehidupanya sehari –hari, akan selalu penuh inisiatif kehidupannya, percaya akan diri mereka dengan tingkat perperdulian social yan tinggi, ada rasa tanggungjawab terhadap permasalahan yang dihadapi dalam keseharian mereka dengan menerima kritik dan saran dengan secara terbukadan mengalami tingkat emosional yang stabil serta mudah menyesuaikan diri di dalam keadaan apapun. Semua ini dikarenakan peran orang tua dalam memperkenalkan demokrasi kedalam keluarga sebagai pendidikan social buadaya kepada anak – anak. Hal ini juga menimbulkan dapatnya anak berkerjasama dengan orang tua mereka dalam memecahkan suatu permasalahan. Arah dan pengertian yang baik dan democrat kepada anak akan membuat anak bias memilih jalan sendiri pada nantinya demi masa depan mereka.

Demokrasi sebagai suatu proses, pertumbuhannya dimulai dari keluarga yang dapat mendukung berkembangnya demokrasi, keluarga yang mendukung demokrasi hanya terdapat pada keluarga yang harmonis atau dengan perubahan positif. Sementara keluarga yang tidak atau kurang harmonis dan dengan perubahan negatif akan mengalami kendala-kendala dalam memulai demokrasi dalam keluarganya.

Cara memperkenalkan demokrasi dalam keluarga diantaranya:

Tidak adanya diskriminasi dalam keluarga yang merupakan tabungan untuk keluarga yang demokratis. Hal ini berarti dalam keluarga tidak akan ada perbedaan di antara anak yang satu dengan yang lain. Semua anggota di dalam keluarga diperlakukan sama ( tidak ada anak emas atau anak kesayangan). Walaupun terkadang orang tua merasa tahu untuk membedakan diantara anak – anak mereka karena unsur kebutuhan tiap anggota keluarga berbeda, tetapi orang tua di harapkan dapat bertindak sama untuk seluruh anggota keluarga apapun alas an dan permasalahan serta kendala yang dihapkan kepada orang tua.

Semua anggota keluarga diberikan kebebasan dalam menentukan keinginan. keluarga yang demokratis dapat memberikan kebebasan untuk seluruh anggota keluarganya dalam menentukan sikap. Misalnya seorang ayah yang demokrat tidak akan memaksakan pendapat bagi sang anak untuk menentukan pilihan, maka yang akan terjadi adalah komunikasi baik yang bersifat sehat bagi anak dan orangtua untuk menentukan pilihan.

Tidak ada unsur kekerasan di dalam keluarga. Ciri – ciri keluarga yang demokrasi yaitu tidak memperlakukan unsur tindakan kekerasan untuk proses mendidik serta membina anggota keluarga. Karena kewibawaan orang tua tidak bermulai dari sikap kekerasan. Keluarga yang demokrat akan mampu memberikan cara lain atau alternatif terbaik untuk permasalahan yang sedang dihadapi anak-anaknya, dan tidak akan bertindak dengan kekerasan.

Keluarga yang menerapkan Demokrasi tidaklah berarti adanya kebebasandalam semua hal baik untuk sang anak dan untuk orang tuanya. Bila mana demokrasi dapat disamakan dengan ssuatu kebebasan, demokrasi akan berubah menjadi tindakan yang anarkis. Tindakan yang anarkis, akan selalu bertentangan dengan unsur – unsur yang ada pada demokrasi. Unsur demokrasi pada hakekatnya merupakan diantaranya saling menghargai hak dan kewajiban pada orang lain diantara semuanya. Maka dari itu, biar demokrasi tidak berubah anarkis, akan membutuhkan kesatuan peraturan dan penegakannya di dalam keluarga. Penegakan peraturan tersebut harus dapat bersifat adil dan harus jujur,di dalam demokrasi hal ini amat penting serta sangat diutamakan. Oleh karena itu timbulnya peraturan

(6)

228

dalam keluarga yang adil dan jujur akan menimbulkan suatu mahluk social yang taat dan berdisiplin pada aturan yang ada pada Negara nantinya. Hal ini memuat intisari dari nilai-nilai demokrasi yang dapat di muat dan diambil dalam keluarga. Menjadikan keluarga berdisiplin pada intinya adalah untuk menimbulkan perilaku yang demokrasi di negara. Perilaku yang demokratis akan pula menimbulkan perilaku yang berbudaya. Dan kemudian perilaku sebaliknya yaitu , seseorang yang tidak dapat menghargai hak serta kewajiban orang lain, menganggap rendah diri orang lain juga berlaku seenaknya pada orang lain, dapat ditentukan bahwa orang tersebut tidak berbudaya. Berbudaya dalam hal ini berarti berkarakteristik dan tidak akan menentukan sikap demi kebaikan dan kepentingan bersama. Semua ini diharapkan akan dapat menjawab semua permasalahan yang ada pada remaja dewasa ini seperti perkelahian antar geng yang kerap timbul dengan emosi yang meledak – ledak.

Demokrasi dalam keluarga dapat diupayakan dalam keluarga untuk lebih mengedepankan nilai-nilai demokrasi bagi sang anak, seperti melakukan dan memberikan suatu pengertian dan perhatian yang lebih kepada anak –anak misalkan sikap, tindakan serta mengukapkan permasalahan secara sehat dan baik. Hal ini akan Selalu dapat membantu anak – anak dalam menentukan rasa aman dari hal – hal yang dapat mencemaskan serta membingungkan, dan akan dapat memberikan harapan baru dalam hari – hari mereka. Dalam menumbuhan perasaan sayang, walaupun tindakan atau tingkah laku serta perbuatan anak –anak kurang menyenangkan dapat juga dikatakan menimbulkan demokrasi dalam keluarga karena anak – anak akan merasa aman dan tidak cemas untuk menentukan sikap selanjutnya dalam kehidupan. Berikutnya sebisa mungkin untuk tidak mengkritik serta mencela anak -anak, berikan kebebasan di dalam batasan tertentu, melalui cara mendengar dan mengutamakan pendapat mereka dalam perhatian orang tua,dan selanjutnya dapat memberikan gambaran bahwa keutamaan agama adalah hal yang menjadi kebutuhan utama untuk hidup mereka saat ini dan pada nantinya.

Dalam pengembangan demokrasi di dalam keluarga, sang anak diharapkan pada nantinya dapat terlihat lebih terarah dalam menentukan cara bersikap dalam menentukan adanya perubahan pola pikir masyarakat di luar dari keluarganya sehingga tidak lagi kaget dan lebih bijak dalam melihat suasana dan dalam pengambilan keputusann yang harus diambil di luar lingkungan keluarga terhadap masyarakat yang ada . Hal ini dikarenakan sudah terbiasa dengan berbagai contoh pola pikir yang sudah sang anak cerna yang di bawa kedalam keluarga oleh semua anggota keluarga yang sudah mereka rasakan keragamannya. Semua ini nantinya diharapkan kan mengarah kepada perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dan pada akhirnya dapat bisa kearah perubahan aturan hukum masyarakat bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Tetapi dalam menjalankan demokrasi sebagai pendidikan sosial budaya dalam keluarga terdapat unsur penting yang sudah dapat di pertimbangkan yaitu :

• Tahap – tahap perkembangan anak agar dapat sesuai dengan cita – cita mereka.

• Harus dapat dipertimbangkan arah Bakat minat mereka yang diharap orang tua sudah dapat melihat dari semenjak anak dini agar sang anak dapat menarahkan keinginan potensi yang sudah ada pada diri mereka.

• Hal diatas tentunya disesuaikan melaui keterampilan dan karakteristik serta pengalaman yang didapatkan dari orang tua mereka, misalnya sang anak

(7)

229 diberi fasilitas les dalam berbagai bidang tetapi hal ini tidak boleh bersifat memaksa hanya bila sang anak menghendaki atau dapat pula ditawarkan oleh orang tua.

• Tetapi walaupun demokrasi dijalankan dalam keluarga orang tua harus tegas dalam menentukan sikap yaitu Anak ditempatkan pada posisi sang anak. Tidak ada kekeliruan terhadap posisi orang tua dan anak.

Diharapkan terdapat ciri- ciri berikut ini pada anak dalam keluarga yang menjalankan demokrasi:

• Anak aktif didalam hidupnya, • Penuh inisiatif,

• Percaya kepada diri sendiri, • Memiliki perasaan sosial, • Penuh tanggung jawab,

• Menerima kritik dengan terbuka, • Emosi lebih stabil

• Mudah menyesuaikan diri.

Bab IV

Penutup

Dampak yang diharapkan ada pada keluarga yang menjalankan demokrasi di dalam keluarga adalah : Anak dapat dipimpin dan dapat memimpin, Dapat menghargai orang lain karena anak sudah bisa menghargai hak dari anggota keluarga dirumah dengan berkerjasama dengan sesama anggota keluarga, adanya peran orang tua dalam pendidikan anak. Serta pendidikan yang di berikan oleh orang tua berupa memberi arahan atau pengertian yang baik kepada anak didik, yaitu anak didik dipersilahkan untuk memilih jalan sendiri.

Sehinga akan dapat menimbulkan Orang tua yang dapat menanamkan akan kecintaan sesama Mahluk Tuhan pada anggota keluarga, Orang tua yang dapat menciptakan suasana yang tentram bagi anggota keluarga, Membiarkan anggota keluarga berkembang sesuai dengan keinginan mereka, Orang tua yang sedapat mungkin untuk tidak membungkam suara anak – anak mereka, Orang tua yang sedapat mungkin untuk tidak membuat anak menjadi boneka hanya dapat disetir (perintah baku), Orang tua yang mendidik anak agar tidak menjadi premam kecil, Adanya keseimbangan dalam hidup keluarga, Orang tua yang bukan raja tetapi pemimpin yang bijaksana, serta sedapat mungkin untuk orang tua agar tidak membiarkan anak merasa terpojokkan.

(8)

230

Daftar Bacaan

Adiwikarta, Sudardja. t.t. Sistem Sosial, Landasan Konseptual untuk Menganalisis Masyarakat, Bandung : Rimdi Press.

Borgatta, Edgar F, & Marie L. 1992. Encyclopedia of Sociology, New York. Macmillan Publishing Company.

Covey. S.T. 1994. Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif. Pelajaran Berharga Untuk Perubahan Pribadi, Jakarta : Binarupa Aksara.

Galbraith, B. J. l977. The Affluent Society. New York : Boston South End Press.

Garna, Judistira K. 1999, Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Konsep-Posisi, Bandung : Primaco Akademika. C.V.

Syamsuddin, Ali M. 2009. Sistem Sosial Budaya Indonesia. CV. Karya Baru, Bandung.

Syamsuddin, Ali M. 2010. Bahan Ajar Sistem Sosial Budaya Indonesia. Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian analisa profil protein selama proses fermentasi tepung singkong dengan biakan angkak dari berbagai lama fermentasi (hari) dapat dilihat

Pengaruh temperatur terhadap konversi gliserol produk samping biodiesel menjadi solketal dipelajari pada perbandingan mol gliserol-aseton sebesar 1:4 dan jumlah katalis

This systematic review was conducted using Scirus search engine to list articles relevant with keywords such as CO 2 , carbonated beverage, carbonation, sparkling

 Dengan proses cuklim yaitu batuan yang mengandung perak yang sudah diambil akan terlarut dalam larutan asam nitrat dan meninggalkan endapan

Atas perhatian dan tindak lanjutnya saya sampaikan

pengiriman bahan dan perubahan desain oleh owner pada saat proses.. konstruksi,

Penelitian etnomatematika pada tari tradisional sebelumnya telah dilakukan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Chandra Florentina, dkk dalam penelitian Matematika

Sistem Pengendalian Intem Persediaan adalah suatu kebijakan dan semua prosedur dari kegiatan yang telah dilakukan organisasi dalam perusahaan untuk menjaga keamanan