• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

32

Correlation between Basic House Sanitation and Diarrhea on Children Under Five Years Old at Ngunut Village, Tulungagung

Sintari Lindayani dan R. Azizah

Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga azizahunair@yahoo.co.id

Abstract: Diarrhea is a serious problem especially for children under five years old. Basic house sanitation is important in diarrhea case. In Ngunut Public Health Center, the diarrhea case was improved from 687 cases in 2007 to 699 cases in 2008. This research’s objective was to analyze the correlation between basic house sanitation and diarrhea on children at Ngunut Village. This research used analytical research and cross-sectional study. Questionnaire and observational sheets were used to collect data. Chi-square statistic test was used to analyze the data. Children under five years old were taken as respondent using random sampling and 95 children was got as sample. It showed that diarrhea occurrences on children in this last three months was still high (46.3%). Basic house sanitation needed to be improved again because lot of things weren’t eligible (65.3%) such as clean water (48.4%), human excreta (62.1%), household waste water (69.5%) and household solid waste (84.2%). The chi-square test result showed that there was a correlation between basic house sanitation with diarrhea on children (value of p = 0.003 (p < α)). It is suggested that community empowerment about house basic sanitation should be raised to lower the diarrhea occurrences on children.

Keywords: house basic sanitation, diarrhea

Abstrak: Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup berat. Balita merupakan anggota masyarakat

yang rentan terkena diare. Sarana sanitasi dasar rumah merupakan hal penting terkait dengan diare. Kejadian diare di Puskesmas Ngunut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 sebesar 687 kasus dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 699 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini bersifat cross-sectional dan merupakan penelitian analitik. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan lembar observasi. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah di lokasi penelitian yang mempunyai balita. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 ibu yang memiliki balita yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare pada balita di Desa Ngunut dalam 3 bulan terakhir masih tinggi yaitu sebesar 46,3%. Sarana sanitasi dasar rumah di Desa Ngunut harus terus ditingkatkan karena masih banyak yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 65,3%, yang meliputi sarana penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat sebesar 48,4%, sarana pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat sebesar 62,1%, sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat sebesar 69,5% dan sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat sebesar 84,2%. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare pada balita (nilai p = 0,003 (p<α)).

Kata kunci: sanitasi dasar rumah, diare PENDAHULUAN

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Di Indonesia diare merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003,

penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di rumah sakit (Adisasmito, 2007).

Penyakit diare bila tidak segera mendapatkan penanganan akan menyebabkan dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian. Diare menjadi penyakit kedua penyebab kesakitan dan kematian terutama pada anak balita di negara berkembang setelah penyakit infeksi saluran pernapasan.

(2)

Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia dan merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak balita. Penyebab diare yang menjadi masalah adalah masih buruknya kondisi sanitasi dasar (Sulistyowati, 2004), seperti sanitasi jamban, sarana air bersih (SAB), saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bak teriologis air, dan kondisi rumah. Sanitasi dasar rumah merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang memengaruhi atau mungkin memengaruhi derajat kesehatan manusia.

Sanitasi dasar rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan penyakit menular, terutama diare. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya diare. Hal ini didasarkan pada prevalensi penyakit diare yang tinggi disebabkan oleh adanya sanitasi yang buruk, kontrol kondisi lingkungan yang buruk, kepadatan yang tinggi dan penyediaan air bersih yang tidak memadai.

Berdasarkan data tahun 2008 di Puskesmas Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Puskesmas Ngunut memiliki angka kesakitan diare cukup tinggi, di mana penyakit diare berada di urutan ke empat dari sepuluh besar penyakit di Puskesmas Ngunut. Sedangkan kepemilikan sarana sanitasi dasar di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung pada tahun 2008 yaitu yang tidak memiliki sarana penyediaan air bersih sebesar 11,15%, yang tidak memiliki sarana pembuangan kotoran manusia sebesar 19,18%, tidak memiliki sarana pembuangan air limbah sebesar 55%, dan untuk sarana pembuangan sampah yang permanen hampir seluruh rumah tidak memiliki, kebiasaan masyarakat masih membuang sampah di kebun. Sedangkan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung penderita diare balita di Puskesmas Ngunut berada di urutan ke dua yaitu sebesar 54,18%, sedangkan data di Puskesmas Ngunut, kejadian diare mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 sebesar 687 kasus dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 699 kasus (Puskesmas Ngunut, 2008).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten

Tulungagung. Dengan diketahuinya kejelasan hubungan antara sarana sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare diharapkan masyarakat sadar akan kondisi sarana sanitasi dasar rumah sehingga dengan meningkatkan sarana sanitasi dasar yang ada akan menjadikan rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan studi cross sectional. Dilakukan pengamatan terhadap sarana sanitasi dasar rumah yang memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung dengan menggunakan form penilaian dan lembar kuesioner. Populasi penelitian ini adalah semua balita yang ada di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung dengan besar sampel sebesar 95 balita yang diambil dengan cara simple

random sampling. Responden penelitian adalah

ibu atau pengasuh balita. Teknik analisis data menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan variabel yang diteliti dengan timbulnya kejadian diare pada balita jika p < α (p = 0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung

Daerah di Desa Ngunut merupakan daerah dataran rendah (bukan pantai) dengan luas wilayah sekitar 373,300 Ha. Untuk menuju Desa Ngunut ini dapat ditempuh dengan mudah karena sudah ditunjang dengan jalan beraspal dan dapat dilalui oleh angkutan perkotaan. Sarana komunikasi juga sudah lancar karena wilayah di Desa Ngunut sudah terdapat jaringan telepon. Terdapat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan beberapa dokter praktek yang dipergunakan untuk membantu masyarakat Desa Ngunut dan sekitarnya.

Penduduk di Desa Ngunut berjumlah 19.350 jiwa dengan jumlah balita yang ada sebanyak 1.862 jiwa. Sedangkan ditinjau dari segi pekerjaan, mata pencaharian penduduk di Desa Ngunut lebih banyak bekerja di sektor industri karena di Desa Ngunut banyak terdapat industri kecil yang membuat kerajinan rumah tangga.

(3)

Karakteristik Responden

Umur responden yang paling banyak adalah 26–30 tahun (29,5%), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTP yaitu sebesar 32,6%. Kejadian Diare Balita

Dari Tabel 1 diperoleh data bahwa jumlah balita yang mengalami diare sebesar 46,3%. Secara umum kejadian diare pada balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung tergolong masih tinggi, karena hampir 50% balita responden pernah mengalami diare.

Diare adalah penyakit yang paling sering dijumpai di sekitar kita dengan gejala buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari (Kolopaking, 2003).

Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah dengan Kejadian Diare Balita

Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare Balita

Sarana penyediaan air bersih di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 yang tidak memenuhi syarat sebesar 48,4% dan yang memenuhi syarat sebesar 51,6%. Responden sudah menggunakan

PDAM, sumur gali dan sumur pompa tangan sebagai sumber air bersih dan sumber air minum. Dari hasil observasi kebanyakan responden di Desa Ngunut menggunakan sarana sumur gali. Responden menggunakan air sumur gali untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Untuk kualitas air sumur secara fisik di Desa Ngunut sudah memenuhi syarat karena tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Sedangkan untuk konstruksi sumur gali juga banyak yang sudah memenuhi syarat, tetapi untuk jarak sumur gali dengan sumber pencemar masih banyak yang kurang dari 10 meter. Selain sumur gali responden juga ada yang menggunakan PDAM dan sumur pompa tangan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci peralatan makan dan masak. Aliran air PDAM hanya lancar 18 jam saja karena pada siang hari aliran air sering tidak menyala. Untuk sebagian sumur pompa tangan, konstruksi lantainya masih ada yang tidak memenuhi syarat, karena masih ada lantai sumur pompa tangan yang licin dan berlumut, selain itu juga jarak sumur pompa tangan dengan sumber pencemar masih ada yang kurang dari 10 meter.

Dari hasil statistik dengan uji chi-square diketahui bahwa p = 0,053 (p > α) yang dapat disimpulkan sarana penyediaan air bersih tidak berpengaruh nyata terhadap kejadian diare pada balita. Diare sering menyebabkan wabah yang dapat membahayakan bagi penderita maupun orang di sekitarnya yang ber tempat tinggal di daerah dengan sarana air bersih kurang memenuhi syarat kesehatan. Sebagai penyakit menular, penyakit diare ini penularannya dapat berupa infeksi seperti virus, bak teri dan lain sebagainya. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam penyakit yang sumber penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut sebagai water borne diseases. Agen penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber Tabel 1.

Kejadian Diare Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009

Kejadian Diare n %

Diare 44 46,3

Tidak Diare 51 53,7

Jumlah 95 100,0

Tabel 2.

Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009

Sarana Penyediaan Air Bersih

Kejadian Diare Balita

Jumlah

Diare Tidak Diare

N % n % n %

Memenuhi syarat 18 40,9 31 60,8 49 51,6

Tidak memenuhi syarat 26 59,1 20 39,2 46 48,4

(4)

air yang sudah terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit, air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa membuat orang tersebut terpapar dengan agen penyebab penyakit diare (Binder, 2004).

Hubungan Sarana Pembuangan Kotoran Manusia dengan Kejadian Diare Balita

Sarana pembuangan kotoran manusia di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung yang tidak memenuhi syarat sebesar 62,1%. Dari hasil observasi, responden di Desa Ngunut sudah banyak yang memiliki sarana pembuangan kotoran manusia/jamban sendiri, tetapi keadaannya masih banyak yang tidak memenuhi syarat. Dari segi jarak masih banyak yang kurang dari 10 meter dari sumber air, sedangkan untuk sistem pembuangan kotoran manusia/jamban sudah banyak yang menggunakan leher angsa tetapi konstruksinya tidak memenuhi syarat, masih banyak yang tidak ada atapnya dan keadaannya pun tidak bersih dan banyak serangga.

Dari hasil statistik uji chi-square diketahui bahwa p = 0,047 (p < α) dapat disimpulkan sarana pembuangan kotoran manusia berpengaruh nyata terhadap kejadian diare pada balita. Sarana pembuangan kotoran manusia

yang kurang terpelihara atau tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan timbulnya diare. Selain itu kebiasaan hidup yang tidak sehat dan keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik dapat pula memengaruhi kejadian diare. Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal

oral antara lain melalui makanan/minuman yang

tercemar tinja dan/atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Hubungan Sarana Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare Balita

Sarana pembuangan air limbah di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung yang tidak memenuhi syarat sebesar 69,5%. Secara umum sarana pembuangan air limbah responden di Desa Ngunut termasuk dalam kriteria yang tidak memenuhi syarat. Dari hasil observasi terhadap saluran pembuangan air limbah responden didapatkan banyak responden yang masih menggunakan galian tanah untuk pembuangan air limbah mereka dan saluran pembuangan air limbah mereka juga banyak yang tidak lancar, terbuka, dan menimbulkan bau.

Dari hasil statistik uji chi-square diketahui bahwa p = 0,048 (p < α) yang dapat disimpulkan sarana pembuangan air limbah berpengaruh

Tabel 3.

Hubungan Sarana Pembuangan Kotoran Manusia dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 Sarana Pembuangan Kotoran

Manusia

Kejadian Diare Balita

Jumlah

Diare Tidak Diare

N % n % n %

Memenuhi syarat 12 27,3 24 40,1 36 37,9

Tidak memenuhi syarat 32 63,6 27 52,9 59 62,1

Jumlah 44 100,0 51 100,0 95 100,0

Tabel 4.

Hubungan Sarana Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 Sarana Pembuangan Air Limbah

Kejadian Diare Balita

Jumlah

Diare Tidak Diare

N % n % n %

Memenuhi syarat 9 20,5 20 39,2 29 30,5

(5)

nyata terhadap kejadian diare pada balita. Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat lingkungan hidup antara lain menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, menjadi te mpat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap, dan menjadi sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya (Notoatmodjo, 2003). Hubungan Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Balita

Sarana pembuangan sampah di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung yang tidak memenuhi syarat sebesar 84,2%. Dari hasil observasi terhadap sarana pembuangan sampah responden di Desa Ngunut sebagian besar responden membuang sampah dengan cara dipendam dalam lubang dan dibakar. Sedangkan untuk konstruksi tempat sampah, hampir semua responden tidak memiliki tempat sampah yang permanen karena kebanyakan mereka menggunakan tas plastik (tas kresek) untuk tempat sampah dan langsung dibuang. Selain kebiasaan masyarakat membuang sampah di kebun (lahan kosong) dan dibakar sebagai cara pembuangan akhir, juga masih ditemukan sampah yang dibiarkan begitu saja di belakang rumah mereka.

Dari hasil statistik uji chi-square diketahui bahwa p = 0,004 (p < α) berarti ada hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita. Hubungan ini di tunjukkan dengan angka kejadian diare pada balita lebih besar pada responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat

dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat. Pemukiman penduduk merupakan salah satu penghasil sampah terbesar yang berasal dari hasil kegiatan rumah tangga. Sampah padat yang tidak dikelola dengan baik dan asal buang saja, akan menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena sampah tersebut akan dapat menjadi sarang vektor penyakit (Machfoedz, 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN

Disimpulkan kondisi sarana sanitasi dasar rumah yang meliputi sarana penyediaan air bersih, sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan air limbah, serta sarana pembuangan sampah di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung sebagian besar belum memenuhi syarat kesehatan. Kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung pada 3 bulan terakhir ini masih tinggi yaitu sebesar 46,3%. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square, didapatkan hasil yang bermakna (p < α) antara sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare, kecuali sarana penyediaan air bersih dengan kejadian diare tidak terdapat hubungan yang bermakna (p > α).

Disarankan bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk melakukan pemberdayaan mengenai pentingnya sarana sanitasi dasar rumah ke pada masyarakat dalam rangka menurunkan kejadian diare pada balita. Bagi masyarakat setempat, hal yang dapat dilakukan adalah memperbaiki sarana sanitasi dasar rumah sesuai dengan persyaratan kesehatan yang dianjurkan dan kemampuan ekonomi keluarga. Menutup tempat penampungan air bersih agar tidak tercemar kuman dari luar. Memperbaiki Tabel 5.

Hubungan Sarana Pembuangan Sampah Dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009

Sarana Pembuangan Sampah

Kejadian Diare Balita

Jumlah

Diare Tidak Diare

N % n % n %

Memenuhi syarat 12 27,3 3 5,9 15 15,8

Tidak memenuhi syarat 32 72,7 48 76,5 80 84,2

(6)

sarana pembuangan kotoran manusia baik dari segi konstruksi rumah jamban maupun jarak dari sumber air bersih. Membangun sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat dengan swadaya masyarakat, membuat saluran air limbah yang permanen, kedap air, tertutup, dan tidak lembab. Membangun tempat pembuangan sampah sementara di tiap RT sebelum diangkut ke TPA desa.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia. Makara Kesehatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2007: 1–10. Diakses dari http://www.diseases. journals.go.id/go.php. (Sitasi 3 Maret 2008). Binder, H.J. 2004. Disorders of absorption. In: Harrisons

Principles Internal Medicine. Ed: Wilson, Braunwald,

Isselbacher, Petersdorf, Martin, Fauci, Root. 15th Ed. McGraw-Hill, New York, pp. 286-300. Diakses dari http://www.diseases.journals.go.id/go.php. (Sitasi 2 Juni 2009).

Departemen Kesehatan RI. 2007. P edoman Pemberantasan Penyakit Diare. Dirjen PP dan PL. Jakarta.

Kolopaking, M.S. 2003. Pendekatan Diagnosis Diare Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed: Suyono S. 2nd. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Machfoedz, I. 2004. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Fitramaya. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rinekia Cipta.

Puskesmas Ngunut. 2008. Data Kesehatan Tahunan Puskesmas Kabupaten Tulungagung.

Sulistyowati, A. 2004. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di RSS Griya Bukateja Baru Kabupaten Purbalingga Tahun 2004. Skripsi. Diakses dari http://www. diseases.journals. go.id/go.php. (Sitasi 5 Juni 2009).

Referensi

Dokumen terkait

Untuk moment ulang tahun, kado yang cocok dibeli adalah tas, dompet, sepatu, baju dan celana.. Khusus untuk sepatu, baju, dan celana, kamu harus tau dulu ukuran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan perputaran piutang, perputaran modal kerja dan rasio utang berpengaruh terhadap likuiditas pada perusahaan

d. Provinsi Kalimantan Barat - Post Perbatasan Entikong”. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat dan stakeholder berpendapat serta

Dalam sistem kromatografi anular, umpan dan elusi menetes bersama-sama sehingga dengan elusi 3-4M H 2 SO 4 maka anion Zr(SO 4 ) 3 -2 yang sudah teradsorpsi di resin akan

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika tidak menggunakan teori passive time reversal mirror maka hasil komunikasi akustik bawah air akan mengalami

 Situasi pendidikan , dengan demikian, menjadi keunikan wilayah kajian pendidikan yang akan membedakan pendidikan dari ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu bantu pendidikan di

Output dari pengabdian ini berupa sejumlah karya guru menerjemahkan al-Qur’an dengan memanfaatkan aplikasi Microsoft Office, font, dan aksara Lontara dalam

Uang disebut sebagai unsur yang sebagian besar esensinya adalah negatif karena memiliki sifat yang dapat membeli segala sesuatu, meng-hak-miliki semua objek, dengan demikian uang