• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suherman SMA Negeri 1 Stabat PENERAPAN M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Suherman SMA Negeri 1 Stabat PENERAPAN M"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 TANJUNGPURA PADA PELAJARAN KIMIA

Haroan Siregar

Guru Kimia SMA Negeri 1 Tanjungpura Kabupaten Langkat

ABSTRAK

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui (1) Bagaimana cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, (2) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa, serta (3) Bagaimana peningkatan hasil belajar kimia siswa pada proses pembelajaran mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan senyawa organik sederhana serta persamaan reaksinya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilakukan terhadap 40 siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Tahun Pelajaran 2012/2013 dari bulan September sampai Nopember 2012. Data Penelitian berupa data aktivitas belajar siswa yang diperoleh melalui observasi dan data hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus I dalam penilaian rendah mencapai 34,00%; sedang mencapai 37,77% dan tinggi mencapai 39,67%, dan pada siklus II aktivitas siswa dalam penilaian rendah mencapai 16,31%, sedang mencapai 36,84% dan tinggi mencapai 46,84% demikian juga dengan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 71,75 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 orang (50,00%). Pada siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 79,22 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 32 orang (80,00%). Hal ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan senyawa organik sederhana serta persamaan reaksinya di kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Tahun Pelajaran 2012/2013.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, aktivitas belajar, hasil belajar, model STAD

PENDAHULUAN

Dalam suatu proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Peran guru sebagai motivator artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengem-bangan kegiatan belejar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamiskan

potensi siswa, aktivitas dan kreativitas sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Peran sebagai fasilitator artinya guru dalam hal ini memberikan fasilitas atau memudahkan dalam proses belajar mengajar.

(2)

Suherman SMA Negeri 1 Stabat

memiliki peran penting.Pengajarsebagai subjek pembelajaran memiliki tugas dan tanggung jawab atas inisiatif dan pengarah pembelajaran. Siswa dituntut kesediaan dan kesiapannya untuk terlibat langsung secara aktif. Pembela-jaran akan berlangsung dinamis jika terjadi keterpaduan harmonis dan bersifat komple-menter antara aktivitas pengajar dan siswa. Keberhasilan tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan pada diri siswa sesuai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, akan membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan siswa. Dikatakan demikian, karena (1) adanya

keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya, (2) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru. Siswa kelas X-1 yang berjumlah 40 orang siswa terdiri dari perempuan 28 orang dan laki-laki 22 orang, terasal dari beberapa siswa kelas X-1 yang berbeda-beda tingkat kemampuannya. Dari hasil observasi yang dilakukan guru di kelas X-1 pada saat siswa mengikuti proses belajar mengajar di kelas menunjukan aktivitas belajar siswa masih rendah, hal ini dibuktikan saat siswa mengikuti proses diskusi kelas berdasarkan pengamatan guru terdapat 20 (52,63%) siswa pasif tidak menunjukkan aktivitas yang baik, siswa yang berkemampuan tinggi masih sangat mendo-minasi sedangkan siswa yang berkemampuan sedang dan rendah hanya duduk diam dan dari hasil ulangan harian diperoleh nilai rata-rata sebesar 66,68 dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 75 dan hanya 13 (34,21%) siswa yang tuntas belajarnya, selainnya harus mengalami remedial.

Agar pembelajaran kimia menjadi pembe-lajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menye-nangkan, dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satu cara yang cukup efektif adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dipilihnya model pembela-jaran kooperatif tipe STAD karena dengan

model ini proses belajar mengajar meng-aktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan secara bersama baik melalui diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan kelas untuk mengatasi kurang aktifnya siswa dalam belajar, guru akan mempelajari bagaimana mengimple-mentasikan pembelajaran kooperatif tipe STAD secara efisien dan efektif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia.

Ada beberapa masalah yangteridentifikasi, diantaranya: (1) Pembelajaran kimia di kelas X-1 berjalan monoton dan berpusat pada keaktifan guru, siswa merasa kurang diaktifkan. (2) Rendahnya aktivitas siswa pada proses pembelajaran kimia pada tahun sebelumnya disebabkan pembelajaran yang seharusnya fokus pada learning, berangkat dari masalah nyata, dan menumbuhkembangkan kemampuan menggunakan keterampilan proses, sementara yang dilaksanakan berfokus pada teaching. (3) Siswa kelas X-1 memiliki kemampuan berbeda-beda, ada yang tinggi, sedang, dan rendah. Namun pada saat diskusi kelas terjadi kesenjangan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuanrendah dimana siswa yang berkemampuan tinggi lebih aktif sedangkan siswa yang berkemampuan rendah lebih banyak diam dan mendengarkan saja. (4) Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada pelajaran kimia disebabkan guru dalam proses belajar mengajar meng-gunakan model pembelajaran tipe STAD dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Berdasarkan latar belakang dan identi-fikasi masalah, dapat dirumuskan masalahnya adalah (1) Bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) agar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada proses pembelajaran kimia di kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura? (2) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa pada pelajaran kimia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD? (3) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

(3)

pada proses pembelajaran kimia setelah diterapkan model pembelajaran tipe STAD?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) agar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada proses pembelajaran kimia di kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura. (2) Aktivitas belajar siswa pada pelajaran kimia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (3) Peningkatan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran kimia setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku. Perubahan kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain baik dalam bidang keterampilan, kebiasaan, sikap, dan lain sebagainya. Belajar juga merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang serta berlangsung

seumur hidup. Satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyakut baik perubahan yang bersifat kognitif dan psikomotor maupun yang menyakut afektif. Biggs dalam Syah (2003) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif, rumusan institusional, rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seprti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yangdiketahuisemua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai oleh siswa. Secara institu-sional (ditinjau dari sudut kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi (pengab-sahan) terhadap penguasaan siswa atau materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional

yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses mengajar, ukuranya ialah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Secara Kualitatif (ditinjau dari sudut mutu), belajar ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada terca-painya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku akibat belajar adalah (a) Perubahan yang disadari, (b) Perubahan yang bersifat kontinyu dan fungsional, (c) Perubahan yang bersifat positif dan aktif, (d) Perubahan tujuan dan terarah. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilanproses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, mening-katnya jumlah siswa yang menyelesaikan tugas, dan meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode pembelajaran yang bersifat partisi-patoris yang dilakukan akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.

(4)

Suherman SMA Negeri 1 Stabat

dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembela-jaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampumengerjakantugas yang diberikan guru melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) yang diterapkan oleh guru di kelas. Hasil Belajar

Tingkat kemampuan pada proses belajar mengajar dapat diketahui dari hasil belajarnya. Hasil belajar dipengaruhi olehpenguasaansiswa tentang materi pelajaran yang dipelajari dan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan belajar yang diberikan kepada siswa. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan memuaskan tergantung pada diri siswa itu sendiri. Jika menginginkan hasil belajar yang baik dan memuaskan maka siswa tersebut harus belajar dan dibarengi sikap ketekunan dan keuletan serta keinginan yang kuat untuk belajar.

Akan tetapi perlu diingat bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa tidak semuanya sama, hal ini ditunjukkan oloeh adanya siswa yang memperoleh hasil yang baik dan ada juga siswa yang memperoleh hasil yang kurang baik. Untuk memperoleh hasil yang baik, tidak terlepas dari cara atau metode yang digunakan guru dalam menyajikan pelajaran.

Pada umumnya hasil belajar pada diri individu yang belajar dapat diamati. Seorang guru hendaknyasenantiasa secara terus menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Menurut Sudjana (2000) pengertian pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dan

kegiatan mengajar guru dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.

Ada empat persoalan yang menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam pembelajaran. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Keempat komponen tersebut yaitu tujuan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran, tujuan tersebut berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Komponen yang kedua yaitu metode dan alat. Metode dan alat digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Komponen yang lain adalah penilaian, penilaian

dilakukan untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan pembelajaran, yaitu menghasilkan peru-bahan seperti dalam pengertian belajar. Peranan guru dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah membentuk siswa mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Untuk tujuan tersebut siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara dan kemampuan masing-masing. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Menurut Suprijono (2010) pengertian pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemam-puannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus salingbekerjasama dan salingmembantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menem-patkan siswa sebagai subjek pembelajaran Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

(5)

(student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Model pembelajaran kooperatif akan dapat memberikan nuansa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran kooperatif dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.

Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator, moderator,

organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan

semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

Berikut ini akandikemukakanbeberapa keuntungan yang diperoleh baik oleh guru maupun siswa di dalam pelaksanaan pembela-jaran menggunakan model pembelapembela-jaran kooperatif.

Pertama, melalui pembelajaran kooperatif menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan model pembelajaran secara konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab. Metode tersebut ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan digunakannya model pembela-jaran kooperatif, maka tampak suasana kelas menjadi lebih hidup dan lebih bermakna.

Kedua, membantu guna dalam meng-identifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mencarikan alternatif pemecahannya. Dari hasil penelitian tindakan pelaksanaan pembela-jaran kooperatif dengan diskusi kelompok ternyata mampu membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar.

Ketiga, pembelajaran kooperatif meru-pakan suatu model yang efektif untuk mengembangkan program pembelajaran terpadu. Dengan pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan aspek kognitif saja melainkan mampu mengembangkan aspek afektif dan psikomotor.

Keempat, dengan melalui pembelajaran koopratif, dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran ini lebih banyak berpusat pada siswa, sehingga siswa diberi kesempatan untuk turut serta dalam diskusi kelompok. Pemberian motivasi dari teman sebaya ternyata mampu mendorong semangat siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Terlebih lagi bila pembahasan materi yang sifatnya problematik atau yang bersifat kontroversial, mampu merangsang siswa mengembangkan kemam-puan berpikirnya.

Kelima, pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu

mengembangkan sosial skill siswa. Disamping itu pula dapat melatih siswa dalam mengem-bangkan perasaan empati maupun simpati pada diri siswa.

Keenam, pembelajaran kooperatif mampu melatih siswa dalam berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat, berani dikritik, maupun menghargai pendapat orang lain. Komunikasi interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa menimbulkan dialog yang akrab dan kreatif.

(6)

Suherman SMA Negeri 1 Stabat

pembelajaran yang digunakannya. Salah satu model yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan siswa adalah melalui model pembelajaran koperatif.

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:

a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.

b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

c. Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.

b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pema-haman yang lebih dalamterhadapbahan-bahan

yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.

d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemaha-man konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

Selanjutnya, Ibrahim (2003) menguraikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Siswa dalam kelompoknya harusberanggapan

bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikena evaluasi atau hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab individu.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam model pembelajaran koope-ratif, yakni salah satunya adalah tipe STAD. STAD dikembangkan oleh Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk meng-ajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: 1. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi

beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang hete-Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

(7)

rogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya). 2. Guru menyampaikan materi pelajaran. 3. Guru memberikan tugas kepada kelompok

denganmenggunakanlembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

4. Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru, siswa tidak boleh saling membantu.

5. Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

6. Tiap siswa dan kelompok diberikan skor ataspenguasaannyaterhadap materipelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

7. Kesimpulan.

Pelaksanaan pembelajaran koperatif tipe STAD melalui tahapan: (1) penjelasan materi pelajaran, (2) diskusi atau kerja kelompok belajar, (3) validasi oleh guru, (4) evaluasi(tes), (5) menentukan nilai individu dan kelompok, (6) penghargaan indivudu atau kelompok. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas X-1 SMA Negeri 1 TanjungpuraKabupaten Langkat Tahun Pelajaran 2012/2013. Waktu pelaksa-naan penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu dari bulan September sampai Nopember 2012. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura yang berjumlah 40 siswa dengan komposisi perempuan 28 orang dan laki-laki 22 orang. Prosedur Penelitian

Siklus I

Siklus pertama dalam penelitian tidakan kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai berikut:

Perencanaan

a. Guru dan pengamat melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Membuat lembar kerja siswa. d. Membuat instrumen observasi.

e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

Pelaksanaan

a. Membagi siswa dalam delapan kelompok b. Meyajikan materi pelajaran

c. Memberikan materi diskusi

d. Dalam diskusi kelompok, guru membimbing

dan mengarahkan kelompok.

e. Salah satu dari kelompok diskusi, mempre-sentasikan hasil kerja kelompoknya.

f. Guru memberikan kuis/pertanyaan

g. Siswa diberikan kesempatan untuk membe-rikan tanggapan.

h. Penguatan dan kesimpulan secara bersama. i. Peneliti dan pengamat melakukan

peng-amatan atau observasi.

Pengamatan

a. Situasi kegiatan belajar mengajar

b. Keaktifan siswa mengikuti proses belajar mengajar

c. Kemampuan siswa dalam berdiskusi kelompok.

Refleksi

Guru dan pengamat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan kemudian menyusun rencana perbaikan pada siklus II. Siklus II

Siklus II merupakan putaran kedua dari Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan tahapan yang sama seperti pada siklus I.

Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

Pelaksanaan

(8)

Suherman SMA Negeri 1 Stabat

Pengamatan

Peneliti dan pengamat melakukan pengamatan terhadap aktivitas Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

Refleksi

Peneliti dan pengamat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II dan menganalisis pelaksanaan tindakan serta membuatkesimpulan

atas pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Sebelum Tindakan

Penilaian pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru sebelum tindakan, diketahui bahwa pada kegiatan pembukaan yang meliputi mempersiapkansiswa untuk belajar, menyampaikan tujuan pembela-jaran, dan melakukan kegiatan apersepsi masih dalam kategori cukup. Kegiatan inti yang

meliputi penguasaan materi pelajaran, pendekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan alat, media dan sumber belajar, pembelajaran yang mendorong dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar, serta penggunaan bahasa dalam kategori cukup. Sedangkan untuk kegiatan penutup yang meliputi melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dan melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan masih pada kategori kurang. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada kategori cukup yaitu pada skor 64,80.

Data Pengamatan Aktivitas Siswa

Kegiatan pembelajaran sebelum tindakan ini dilakukan pembelajaranmenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Persentase Aktivitas Siswa Sebelum Tindakan

No Aspek Penilaian

Pengelompokkan Aktivitas

Siswa Jumlah

siswa Rendah Cukup Tinggi

1 Partisipasi dalam tugas kelompok 21 16 3 40

2 Mendengarkan dengan aktif 8 12 20 40

3 Aktivitas (bertanya, menjawab, memberi tanggapan)

saat diskusi kelompok 31 5 4 40

4 Kerjasama dalam kelompok 17 11 12 40

5 Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok/presentasi

di depan kelas 20 13 7 40

Jumlah 97 57 46 200

Persentase 48,50% 28,50% 23,00%

Kegiatan pembelajaran sebelum tindakan ini dilakukan menggunakan model pembela-jaran kooperatif tipe STAD dengan metode diskusi, dalam bekerja kelompok siswa yang pandai lebih mendominasi mengerjakan perma-salahan yang diberikan guru dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai. Kurang adanya kerjasama dalam penyelesaian masalah, dinamika kelompok bekerja masih pasif. Aktivitas siswa mendengar dengan aktif berada pada kategori tinggi. Secara keseluruhan

aktivitas siswa pada kategori rendah yaitu sebesar 48,50%.

Data Hasil Belajar Siswa

Dari data hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal tes hasilnya didapat 26 orang siswa atau 65,00% tidak mencapai ketuntasan belajar artinya 35,00% tuntas. Dengan rata-rata nilai di kelas mencapai 66,68 dengan standar deviasi 8,68.Ketuntasan klasikal yang ditentukan kurikulum harus mencapai Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

(9)

75% tuntas, namun di kelas ini hanyamencapai

35,00% tuntas.

Tabel 2. Pengelompokkan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 50–54 3 7,50%

2 55–59 4 10,00%

3 60–64 10 25,00%

4 65–69 4 10,00%

5 70–74 5 12,50%

6 75–79 11 27,50%

7 80–84 2 5,00%

8 85–89 1 2,50%

Jumlah 40 100%

Refleksi

Adapun keberhasilan dan kekurangan yang terjadi sebelum pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:

• Guru mendominasi pembelajaran di kelas, lebih banyak menyajikan informasi dan banyak menggunakan metode cermah. • Dalam penyelesaian tugas yang diberikan

guru, siswa kurang memahaminya dan kurang serius mengerjakannya.

• Materi pembelajaran yang diberikan guru kurang dipahami siswa sehingga hasil belajar fisika rendah.

• Dalam bekerja kelompok, hanya siswa yang pintar saja yang mendominasi kelompok. • Sebagian siswa malas, menganggap bahwa

kerja kelompok yang dilakukan adalah tidak berarti apa-apa,hanya seperti kerjakelompok

biasa, yaitu aktivitas siswa tidak dinilai guru, sehingga mereka hanya duduk menunggu jawaban dari teman satu kelompoknya apabila ditanya oleh guru atau saat melakukan presentasi.

• Belum terciptanya suasana yang meng-aktifkan siswa untuk membangun penge-tahuan dan keterampilan secara bersama baik melalui diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

• Dalammempresentasikanhasil diskusi, siswa terlihat malu membacakannya didepan kelas atau mendiskusikannya ke kelompok lain.

Rencana Perbaikan untuk Siklus I

• Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan menggunakan Model Pembe-lajaran Kooperatif tipe STAD.

• Siswa lebih diaktifkan dalam pembelajaran dengan melaksanakan diskusi kelompok. • Guru mengarahkan dan membimbing siswa

agar lebih memahami materi pelajaran. • Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk

membimbing aktivitas siswa danpemahaman

konsep pelajaran yang didapat siswa.

• Pembagian tugas kelompok secara merata dilakukan guru dan anggota kelompok. Siklus I

Perencanaan

• Merencanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koope-ratif tipe STAD.

• Merencanakan melakukan bimbingan ke siswa atau ke kelompok untuk melatih keterampilan bekerjasama dalam kelompok, berbagi tugas dalam setiap kegiatan dan melakukan aktivitas yang berarti dalam melakukan diskusi kelompok.

• Melakukan rencana mengarahkan dan membimbing siswa agar lebih memahami materi pelajaran.

• Guru memahami kembali langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan pada Pembelajaran Kooperatif tipe STAD agar tujuan pembelajaran tercapai. Misalnya keliling ke masing-masing kelompok untuk mengamati aktivitas siswa dan pemahaman konsep pelajaran yang didapat siswa.

• Pembagian tugas kelompok secara merata dilakukan guru dan anggota kelompok, agar semua siswa bekerja secara kooperatif. Tindakan

Melaksanakan pembelajaran menggunakan

(10)

Suherman SMA Negeri 1 Stabat

Pengamatan

Data Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran

Pada pelaksanaan pembelajaran, kegiatan pembukaan yang meliputi mempersiapkan siswa untuk belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan melakukan kegiatan apersepsi masih dalam kategori baik. Kegiatan inti yang meliputi penguasaan materi pelajaran, pendekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan alat, media dan sumber belajar, pembelajaran yang mendorong dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar, serta penggunaan bahasa dalam kategori baik. Sedangkan untuk kegiatan penutup yang meliputi melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dan melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan atau tugas sebagai bagian pengayaan pada kategori cukup. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru pada kategori baik yaitu pada skor 71,12 namun pada kegiatan penutup pembelajaran perlu ditingkatkan.

Data Pengamatan Aktivitas Siswa

Penggunaan model pembelajaran koope-ratif tipe STAD dilakukan guru pada materi pelajaran kimia yang dipelajari. Ternyata siswa mulai tertarik dan aktif dalam proses pembe-lajaran, siswa berusaha bekerjasama dalam

menyelesaikan masalah, dalam pembagian tugas kelompokpun mulai dilakukan oleh siswa. Dari kondisi kelas yang diamati, siswa senang melakukan diskusi kelompok. Namun demikian, masih ada beberapa siswa yang pasif dan engan berperan aktif dalam melakukan diskusi, hal ini disebabkan siswa belum terbiasa melakukan diskusi dalam pembelajaran, dalam melakukan diskusi dan presentasi suasana kelas masih belum teratur dan hasilnya belum maksimal. Tabel 3. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek Penilaian

Pengelompokkan Aktivitas

Siswa Jumlah

siswa Rendah Cukup Tinggi

1 Partisipasi dalam tugas kelompok 14 16 10 40

2 Mendengarkan dengan aktif 9 15 16 40

3

Aktivitas (bertanya, menjawab, memberi tanggapan)

saat diskusi kelompok 15 11 14 40

4 Kerja sama dalam kelompok 10 10 20 40

5 Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok/

presentasi di depan kelas 10 16 14 40

Jumlah 58 68 74 200

Persentase 29,00% 34,00% 37,00% 100,00%

Data Hasil Belajar Siswa

Rata-rata hasil belajar siswa meningkat, dibandingkan rata-rata hasil belajar sebelum tindakan dengan menggunakan model pembela-jaran kooperatif tipe STAD yang dalam pelak-sanaannya belum mengikuti langkah-langkah

pembelajarankooperatif dengan baik, ketuntasan belajar mencapai 55,26% tuntas, terdapat 17 orang atau 44,74% tidak tuntas belajarnya dari 38 siswa. Rata-rata nilai secara keseluruhan mencapai 72,95 dengan standar deviasi 5,84.

Tabel 4. Pengelompokkan Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nilai Jumlah

Siswa

Persentase

1 55 - 59 1 2,50%

2 60 - 64 1 2,50%

3 65 - 69 8 20,00%

4 70 - 74 7 17,50%

5 75 - 79 18 45,00%

6 80 - 84 2 5,00%

7 85 - 89 3 7,50%

Jumlah 40 100,00%

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

(11)

Refleksi

Adapun keberhasilan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut:

• Guru dalam membimbing dan memotivasi siswa masih kurang.

• Melatih siswa dalam bekerjasama dan menyelesaikan masalah masih perlu ditingkatkan.

• Siswa belum terbiasa mengalami model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan guru, sehingga suasana kelas kurang tertib, yang mengakibatkan siswa melakukan diskusi kelompok kurang maksimal.

• Masih ada kelompok yang pasif karena ego masing-masing, dan pembagian tugas tidak dilakukan sehingga hasil diskusi tidak dipresentasikan ke kelompok lain, cukup hanya kelompok itu saja yang tahu.

• Waktu yang tersedia dalam melakukan diskusi dan presentasi sangat terbatas. Perbaikan untuk siklus II

• Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan media power point dan siswa melakukan percobaan sederhana.

• Dalam Pembelajaran guru harus lebih banyak memotivasi dan membimbing siswa untuk saling ketergantungan dalam belajar. • Melatih siswa dalam bekerjasama dan

menyelesaikan masalah lebih ditingkatkan. • Perlu penambahan waktu dalam melakukan

diskusi, agar siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok lain.

• Bagi kelompok yang kurang aktif, mendapat perhatian guru yang lebih, misalnya melakukan pendekatan ke kelompok itu agar mau bekerja sama dan melakukan kegiatan bersama-sama.

Siklus II Perencanaan

• Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan media power point dan siswa melakukan percobaan sederhana.

• Dalam pembelajaran guru lebih banyak memotivasi dan membimbing siswa meng-gunakan alat peraga sederhana.

• Merencanakan bimbingan ke siswa atau ke kelompok untuk lebih intensif untuk melatih keterampilan bekerjasama dalam kelompok, berbagi tugas dalam setiap kegiatan dan melakukan aktivitas yang berarti dalam melakukan praktek.

• Melakukan rencana mengarahkan dan membimbing siswa melakukan percobaan sederhana agar lebih memahami materi pelajaran.

• Merencanakan menambah waktu agar siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatannya pada kelompok lain.

Tindakan

Pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode diskusi kelompok dan melatih siswa bekerjasama secara kooperatif dalam pembela-jaran menggunakan media power point dan melakukan percobaan sederhana. Hal ini dilakukan agar siswa lebih memahami materi pelajaran dan menambah waktu agar siswa dapat mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusinya pada kelompok lain.

Pengamatan

Data Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran

Data yang diperoleh, pelaksanaan guru melakukan pembelajaran mengalami pening-katan. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah mulai terbiasa menggunakan model pembela-jaran kooperatif tipe STAD di kelas. Kegiatan pembukaan yang meliputi mempersiapkan siswa untuk belajar, menyampaikan tujuan

pembelajaran, dan melakukan kegiatan apersepsi

(12)

Suherman SMA Negeri 1 Stabat

Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada kategori amat baik yaitu pada skor 86,40.

Data Pengamatan Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa menggunakan alat peraga dalam pembelajaran semakin maksimal dilaku-kan siswa. Dalam aspek penilaian, frekuensi melakukan kerja sama dalam kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan aspek penilaian yang lain. Siswa juga sudah lebih terbiasa

berbicara pada kelompok lain untuk mempre-sentasikan hasil diskusinya. Secara umum aktivitas siswa meningkat, dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode diskusi, presentasi dan dikombinasikan dengan menggunakan media power point serta melakukan percobaan sederhana yaitu kategori nilai tinggi lebih mendominasi 49,50% dibandingkan nilai rendah dan sedang.

Tabel 5. Persentase Aktivitas Siswa Siklus II

No Aspek Penilaian

Pengelompokkan Aktivitas

Siswa Jumlah

siswa Rendah Cukup Tinggi

1 Partisipasi dalam tugas kelompok 8 15 17 40

2 Mendengar dengan aktif 7 15 18 40

3 Aktivitas (bertanya, menjawab, memberi

tanggapan) saat diskusi kelompok 4 14 22 40

4 Kerja sama dalam kelompok 4 10 26 40

5 Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok/

presentasi 8 16 16 40

Jumlah 31 70 99 200

Persentase 15,50 35,00 49,50 100

Data Hasil Belajar Siswa

Dilihat dari data di Tabel 6, ternyata rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II yaitu rata-rata hasil belajar 77,13 dengan Standar deviasi 4,69. Keseluruhan siswa tuntas belajarnya mencapai 89,47%. Artinya dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, maka meningkat pula hasil belajar siswa.

Tabel 6. Pengelompokkan Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 65 - 69 2 5,00%

2 70 - 74 2 5,00%

3 75 - 79 25 62,50%

4 80 - 84 6 15,00%

5 85 - 89 2 5,00%

6 90 - 94 3 7,50%

Jumlah 40 100%

Refleksi

Kegiatan refleksi pada akhir siklus II adalah untuk mendapatkan kesimpulan dari

pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan. Adapun hasil refleksi adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Pembahasan

Secara ringkas, pembahasan dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan bahwa hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkat setiap siklusnya. Siklus I ketuntatasan belajar mencapai 55,26% tuntas dengan rata-rata nilai hasil belajar 72,95 dengan standar deviasi 5,84. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 89,47% tuntas dengan rata-rata nilai hasil belajar 77,13 dengan standar deviasi 4,69.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut : Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

(13)

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran kimia di kelas perlu memperhatikan langkah-langkah: (1) Para siswa di dalam kelas dibagimenjadi

beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya). (2) Guru menyampaikan materi pelajaran. (3) Guru memberikan tugas kepada kelompok denganmenggunakanlembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. (4) Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab perta-nyaan atau kuis dari guru, siswa tidak boleh saling membantu. (5) Setiap akhir pembe-lajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. (6) Tiap siswa dan kelompok diberikan skor ataspenguasaannyaterhadap materipelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau

memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam pembela-jaran kimia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

3. Hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapatmeningkatsetiap siklusnya. Siklus I ketuntatasan belajar mencapai 55,26% tuntas dengan rata-rata nilai hasil belajar 72,95 dengan standar deviasi 5,84. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 89,47% tuntas dengan rata-rata nilai hasil belajar 77,13 dengan standar deviasi 4,69.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Koperatif. Surabaya: Unversity Press. Sudjana. 2000. Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Tarsito.

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 1. Persentase Aktivitas Siswa Sebelum TindakanPengelompokkan Aktivitas
Tabel 4. Pengelompokkan Hasil Belajar  SiswaSiklus I
Tabel 5. Persentase Aktivitas Siswa Siklus IIPengelompokkan  AktivitasSiswa

Referensi

Dokumen terkait

15.. keramik pada satu tempat pada masa kemudian, maka hal ini menunjukkan bahwa sudah ada permukiman orang Cina yang disebut K o t a Cina atau pecinaan. Masalah

16: Perbandingan Pernyataan Pengertian Ecotourism Menurut Responden 3 (Wisatawan Lokal) dengan Konsep Baku Internasional .... 17: Pemahaman Pengertian Ecotourism pada

[r]

Penulis akan mengambil penelitian dengan judul pengaruh tummy time exercise terhadap kemampuan motorik kasar bayi usia 12 – 24 minggu..

Sintesis surfaktan nonionik melalui esterifikasi asam oleat dengan poliol pada suhu 140 °C selama 4 jam berkataliskan asam sulfat menunjukkan nisbah optimum asam

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sediaan gel penyembuh luka dengan ekstrak daun mengkudu dan gelling agent karbopol 940 yang dapat memiliki sifat fisik dan

elemen menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kartu yang terurut berada di tangan pemain, dan kelompok kartu sumber yang akan6. diambil untuk disisipkan secara urut ke dalam kelompok

Penelitian ini dilakukan di LAZ PT Semen Padang dnagan tujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui pelaksanaan dari pengelolaan serta pengunaan dana yang