• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Asam Retinoat Pada Sediaan Kosmetik Secara Kromatografi Lapis Tipis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Asam Retinoat Pada Sediaan Kosmetik Secara Kromatografi Lapis Tipis"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik 2.1.1 Pengertian

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan tahun 1976 yang merujuk pada

aturan Federal Food and Cosmetic Act tahun 1958, kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan dan disemprotkan pada tubuh untuk memelihara kebersihan, memelihara, menambah

daya tarik, dan mengubah rupa, tetapi tidak termasuk golongan obat juga tidak mengganggu kesehatan kulit dan kesehatan tubuh (Jaelani, 2009).

Sedangkan menurut Jaelani, kosmetik adalah bahan sediaan yang diaplikasikan secara topikal dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan. Prinsip dasar manfaat kosmetik adalah untuk menghilangkan kotoran kulit,

mempercantik dengan pewarnaan kulit sesuai dengan yang diinginkan, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi dari paparan sinar

ultraviolet, dan memperlambat timbulnya kerutan. Setiap komponen yang ada di dalam kosmetik akan mengadakan ikatan kimiawi terhadap sesama bahan kandungannya. Adanya ikatan molekul kimia dapat berupa ikatan ion (ikatan

antara dua muatan yang berbeda) atau ikatan kovalen (ikatan dengan muatan yang sama). Penggunaan suatu jenis produk kosmetik, jika tidak hati-hati, kekuatan

(2)

2.1.2 Penggolongan Kosmetik

Penggolongan kosmetik antara lain menurut Peraturan Menteri Kesehatan

RI, menurut sifat modern atau tradisionalnya, dan menurut kegunaannya bagi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

A.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 kelompok:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll. 3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dll.

4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll. 5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll. 6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll.

7. Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dll.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll. 10.Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dll.

11.Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll.

12.Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll.

13.Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll

(Tranggono dan Latifah, 2007).

B.Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.

(3)

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dab cara yang turun-temurun.

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional (Tranggono dan Latifah, 2007).

C.Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit. 1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics).

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream,

cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizing cream, night cream, anti wringkle cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengampelas (abrasiver) (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

(4)

psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Tranggono dan

Latifah, 2007).

2.1.3 Bahan yang Menimbulkan Efek Negatif A. Minyak Mineral dan Turunannya

Minyak mineral (mineral oil), dan produk hasil pengolahan minyak bumi lainnya seperti vaselin (petrolatum) dan minyak parafin yang sering digunakan

sebagai bahan dasar formulasi kosmetik. Karena ukuran molekunya lebih besar dari ukuran pori kulit, maka minyak mineral tidak dapat menyerap ke dalam

menyerap ke dalam kulit dan dapat menyumbat pori-pori kulit. Selain itu, minyak mineral juga bersifat komedogenik (menimbulkan komedo). Sebagai pengganti, gunakan kosmetik yang mengandung minyak nabati atau minyak dari tumbuhan

(vegetable oil) yang ringan atau mengandung asam lemak esensial seperti minyak kedelai atau minyak zaitun. Minyak nabati jenis ini memiliki daya serap yang

bagus, molekulnya kecil sehingga cepat menembus pori-pori kulit. Minyak tumbuhan juga mengandung bahan-bahan nutrisi kulit (Jaelani, 2009).

B. Lanolin

Senyawa ini merupakan jenis pelumas yang berasal dari lemak (sebum) pada kulit domba. Di bidang industri kosmetik, bahan ini sering digunakan sebagai bahan untuk melembutkan (emollient) pada formulasi kosmetik. Padahal

bahan tersebut dapat menyebabkan reaksi alergi dan bersifat komedogenik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan FDA (Food and Drug Administration) AS

(5)

yang menyebutkan bahwa bahan lanolin sering kali terkontaminasi oleh pestisida yang berbahaya. Oleh karena itu, gunakan bahan yang mengandung silk amino

acid, atau squalene dari tumbuhan sebagai bahan pelembut alternatif (Jaelani,

2009).

C. Alkohol

Bahan kimia ini sudah umum digunakan pada produk kosmetik untuk kulit berminyak dan berjerawat atau sebagai pelarut. Alkohol dimanfaatkan oleh

produsen kosmetik untuk mengeringkan kulit, melarutkan minyak, dan bahan pelembab kulit pada permukaan kulit. Agar lebih aman bagi kesehatan, terjamin keamanan, sebaiknya memakai astringent alami dari ekstrak tumbuhan dan

mineral penyerap minyak (oil absorbing clays) untuk mengobati problem pada jenis kulit berminyak. Bisa juga mempergunakan witch hazel (alkohol yang

berasal dari ekstrak tumbuhan Hamamelis, yang dapat melembutkan kulit yang teriritasi, dan tidak mengeringkan kulit). Di samping sebagai penyegar, witch hazel juga sebagai astringent untuk kulit berminyak (Jaelani, 2009).

D. Pewangi Buatan

Dalam pewangi buatan biasanya terkandung bahan-bahan yang bisa

menyebabkan reaksi iritasi dan alergi pada kurang lebih 1% populasi umum dan paling sedikit 35% dari seluruh reaksi alergi karena kosmetik. Pewangi juga

(6)

E. Pewarna Buatan

Sering kali produk kosmetik menggunakan zat-zat pewarna yang disebut

coal tar dan D&C pigmen (coal tar derivative) yang digunakan sebagai dasar

pewarna pada kosmetik. Bahan pewarna buatan ini bersifat komedogenik, dan

justru menyebabkan kulit jenis tertentu menjadi sensitif dan berjerawat. Sebagai gantinya, gunakan jenis pewarna alami yang diperoleh dari ekstrak tanaman kesumba keling (merah), pacar cina atau pacar jawa (merah muda), kunyit

(kuning), daun suji (hijau), ataupun ubi jalar (violet) (Jaelani, 2009). F. Formaldehid

Pengawet adalah salah satu bahan kimia biosidal yang ditambahkan dalam produk kosmetik, obat topikal, makanan dan produk industri lainnya supaya terjaga dari kemungkinan kontaminasi mikroorganisme, anatar lain bakteri, jamur,

kapang, dan alga yang berimplikasi pada percepatan proses pembusukan. Bahan pengawet merupakan penyebab terbanyak dermatitis kontak alergi (DKA) karena

kosmetik setelah pewangi. Salah satu bahan pengawet sintetik yang cukup membahayakan adalah formaldehid (Jaelani, 2009).

Formaldehid merupakan bahan kimia yang ada dimana-mana di dalam

ruangan. Sumber utamanya adalah bahan bakar dari gas alam, minyak tanah, asap rokok, dan produk-produk peralatan kantor atau rumah tangga yang menggunakan

bahan kayu lapis. Bahaya yang ditimbulkan formaldehid adalah iritasi mukosa mata, hidung, tenggorokan dan asma. Karena formaldehid termasuk bahan kimia yang mudah bereaksi, bila dikombinasikan dengan protein bisa menimbulkan

(7)

G. Bahan Komedogenik

Ada beberapa bahan baku sintetik yang sering dipakai pada produk

kosmetik tertentu bersifat komedogenik dan bisa menyebabkan kelainan kulit. Diantaranya seperti isopropyl myristate dan analognya seperti senyawa isopropyl isostearate, butyl stearate, dan sebagainya (Jaelani, 2009).

H. Bahan Tambahan Lainnya

Bahan tambahan yang berfungsi sebagai preservatif yang biasa digunakan

dalam formula kosmetik, antara lain dari golongan paraben (propil paraben dan metil paraben), asam benzoat, imidazolydinil urea, isothiazolones,

benzalkoniumchloride, 2-bromo-2-nitropopanel, dan 3-diol dimethyl-hydantoin (Jaelani, 2009).

2.1.4 Gangguan pada Kulit A. Flek Hitam

Flek hitam atau melasma merupakan hiperpigmentasi kecoklatan yang

terjadi di wajah, leher, dan lengan, dengan warna yang simetris sama pada sisi kiri dan sisi kanan. Adanya peningkatan melanin atau tidak meratanya distribusi melanin dapat menyebabkan perubahan pigmentasi lokal atau flek. Penyebab

melasma sendiri bisa dikarenakan faktor internal (seperti ketidakseimbangan

hormon) maupun faktor eksternal (karena paparan sinar matahari, kontak dengan

zat kimia, polusi, dan infeksi lokal). Untuk mengatasi masalah flek ini bisa dilakukan dengan proteksi dini terhadap paparan sinar matahari terhadap kulit dengan sunblock. Solusi herbal dengan kosmetik nabati juga bisa digunakan untuk

(8)

B. Iritasi Kulit

Pemakaian kosmetik bukan saja dapat mempercantik dan memperindah

penampilan. Tetapi apabila kurang hati-hati dalam memilih produk yang sesuai. Apalagi saat ini banyak produk kosmetik yang menggunakan bahan kimia

berbahaya sebagai komponen bahan bakunya. Bila hal ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin terjadi iritasi pada kulit atau luka terutama karena kosmetik yang tidak cocok sehingga bukannya bertambah cantik tetapi malah sebaliknya

(Jaelani, 2009). C. Jerawat

Gangguan dermatologis karena jerawat merupakan permasalahan umum yang dialami setiap orang, terutama anak remaja. Meskipun begitu, justru karena hal inilah rasa percaya diri menjadi berkurang padahal ada bermacam cara untuk

mencegah dan mengatasinya sedini mungkin (Jaelani, 2009).

Jerawat bisa disebabkan oleh meningkatnya produksi kelenjar minyak (sebacus gland) sehingga menyumbat saluran folikel rambut maupun pori-pori

kulit. Selain wajah, jerawat juga bisa terjadi pada bagian tubuh yang lain seperti di bagian punggung, leher, dada, hingga lengan bagian atas. Bahkan kulit kepala,

hidung, dan telinga juga bisa menjadi daerah serangan jerawat (Jaelani, 2009). Berdasarkan tipe serangannya, jerawat bisa dibedakan dalam tiga kategori

(9)

sedangkan komedo tertutup atau whitehead berupa kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang tersumbat sehingga tampak seperti benjolan kecil putih (Jaelani, 2009).

Adapun jerawat biasa, dapat terjadi berupa tonjolan kecil berwarna kemerahan yang diakibatkan oleh infeksi bakteri pada pori-pori yang tersumbat.

Gangguan psikologis, hormonal, dan lingkungan juga dapat memperbesar terjadinya jerawat. Sementara jerawat batu (cystic acne) merupakan jerawat besar dengan peradangan hebat dan berkumpul pada seluruh wajah. Secara genetis,

jerawat jenis ini diakibatkan oleh kelenjar minyak yang berlebihan, pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak normal, dan respons berlebihan terhadap radang sehingga

meninggalkan bekas pada kulit (Jaelani, 2009).

Untuk mengatasi gangguan kulit seperti jerawat ini bisa dilakukan dari dalam dan dari luar. Menjaga kondisi psikis agar tetap stabil dan tenang

berpengaruh pada respons hormonal yang menjadi pemicu munculnya jerawat. Demikian juga dengan konsumsi makanan berkadar lemak tinggi perlu dikurangi.

Sebagai kompensasi, perbanyak mengkonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan. Sementara itu perawatan kulit secara intensif dan alami bisa segera dicoba dengan mempergunakan bahan-bahan herbal untuk pencegahan

dan penyembuhan jerawat (Jaelani, 2009).

Sedangkan untuk mengatasi jerawat dari luar dapat menggunakan

(10)

pengelupasan kulit dapat timbul setelah aplikasi untuk beberapa hari tetapi berkurang dengan waktu (BPOM RI, 2008).

D. Kanker Kulit

Secara patologis, kanker kulit dapat diartikan sebagai bentuk abnormalitas

pertumbuhan dan perkembangan sel-sel gerak yang bisa terjadi pada kulit. Paparan cahaya matahari yang berlebihan bisa menjadi penyebab kanker kulit. Hal ini mengingat perkembangan kanker kulit itu tergantung pada jumlah sinar

ultraviolet yang terserap kulit, daya tahan tubuh serta jumlah melanin (pigmen kulit) dari seseorang (Jaelani, 2009).

Bagi mereka yang kebanyakan bekerja di luar rumah (misalnya petani dan nelayan) mempunyai risiko tinggi terkena kanker kulit. Apalagi dengan adanya perubahan suhu pada lingkungan global di atmosfer bumi, terutama dengan

semakin menipisnya lapisan ozon (O3) akibat efek rumah kaca. Padahal ozon merupakan penyerap yang sangat efektif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang

dipancarkan oleh matahari. Ozon ini membentuk lapisan pelindung di sekeliling bumi sehingga dapat menjaga bumi dari bencana radiasi yang disebabkan oleh sinar ultraviolet (Jaelani, 2009).

Penyebab kanker kulit bisa terjadi karena paparan terhadap iritan kimia misalnya penggunaan kosmetik sintetik, bahan-bahan polutan akibat buangan

limbah pabrik atau industri, dan sebagainya. Bisa juga karena luka (pukulan, tekanan, gosokan atau lecet) dan goresan fisik. Sementara itu, penyebab bahan biologis bisa berupa infeksi virus atau oleh kondisi patologis di dalam saat kondisi

(11)

Deteksi terhadap kanker kulit dapat diketahui dari beberapa gejala yang menyertainya seperti adanya bintik lebar berwarna keputihan pada daerah yang

terkena, adanya lesi yang menonjol pada permukaan kulit dengan lingkaran yang tidak teratur, perubahan nyata dari tahi lalat (mole), serta pemborokan kulit pada

luka yang lama (Tucker, 1998). 2.2 Asam Retinoat

Asam retinoat disebut juga tretinoin adalah bentuk asam dan bentuk aktif

dari vitamin A (retinol). Asam retinoat ini sering dipakai sebagai bentuk sediaan vitamin A topikal, yang dapat diperoleh secara bebas maupun dengan resep

dokter. Bahan ini sering dipakai pada preparat untuk kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih (Ikawati,

2010).

Asam retinoat (C20H28O2) BM 300,44

Tretionin topikal sebaiknya dihindari pada jerawat berat yang meliputi pada area yang luas. Hindari kontak dengan mata, lubang hidung, mulut, membran mukosa, kulit bereksim, kulit terbakar matahari atau kulit luka. Obat ini

sebaiknya digunakan hati-hati pada area yang sensitif seperti leher dan penumpukan pada sudut hidung juga sebaiknya dihindari (BPOM RI, 2008)

(12)

hablur, kuning sampai jingga muda. Kelarutan tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform (Ditjen POM, 1995).

Menurut edaran BPOM bahwa asam retinoat/tretinoin/retinoic acid dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar teratogenik (cacat pada janin).Padahal

asam retinoat banyak dijumpai pada produk pemutih kulit, salah satunya adalah produk yang cukup popular di Yogyakarta yaitu Natasha Medicated Skin Care.Merek terkenal yang telah ditarik dari peredaran adalah OLAY Total White

produk Malaysia dan PONDS Age Miracle produk Thailand/Singapore (Ikawati, 2010).

2.2.1 Mekanisme Kerja Asam retinoat

Kulit memiliki reseptor untuk asam retinoat yang disebut retinoic acid receptor (RAR) yang berlokasi di dalam sel (intraseluler). Jika asam retinoat

mengikat reseptornya, maka akan mengaktifkan transkripsi gen yang akan menstimulasi replikasi dan diferensiasi sel, terutama adalah sel-sel keratin (sel-sel

tanduk) penyusun kulit dari luar (epidermis). Hal ini akan menyebabkan efek berkurangnya keriput dan memperbaiki sel-sel kulit yang rusak, misalnya karena paparan sinar matahari (Ikawati, 2010).

Mekanisme asam retinoat sebagai obat jerawat belum banyak diketahui sepenuhnya. Sebuah penelitian oleh Diane Thiboutot dan Pennsylvania State University Collage of Medicine mengungkapkan bahwa asam retinoat ini meng-up

regulasi gen untuk pembentukan protein NGAL. Dimana protein NGAL akan berperan dalam proses kematian (apoptosis) kelenjar sebasea, yaitu kelenjar

(13)

Dengan kematian sel kelenjar sebasea ini, maka produksi minyak kulit berkurang dan akan mengurangi jerawat (Ikawati, 2010).

Asam retinoat juga sering dimasukkan dalam komposisi krim pemutih karena dipercaya memiliki efek pemutih. Efek asam retinoat ini tidak langsung

melalui penghambatan pigmen melanin seperti beberapa senyawa pemutih lainnya, tetapi diduga karena terjadinya peningkatan poliferasi sel-sel keratin dan percepatan pergantian epidermis (lapisan kulit paling luar), sehingga memberikan

efek mencerahkan kulit (Ikawati, 2010).

2.2.2 Efek Samping Asam Retinoat

Pada penggunaan topikal, asam retinoat dapat, menyebabkan iritasi kulit, kulit seperti terbakar, terutama buat yang berkulit sensitif. Sedangkan pada penggunaan sistemik (misalnya peroral/diminum) asam retinoat memiliki efek

teratogenik, yaitu menyebabkan abnormalitas perkembangan janin dalam kandungan. Paparan yang paling kritis selama 3-5 minggu kehamilan, bahkan

sebelum sang ibu ketahuan hamil. Penggunaan asam retinoat ini dapat menyebabkan berbagai bentuk malformasi/kecacatan pada janin. Fakta ini diperoleh beberapa saat setelah Accutane, suatu obat jerawat berbentuk kapsul

berisi isotretinoin (13-cis-retinoic acid), diperkenalkan pada bulan September tahun 1982. Diperkirakan 160 ribu wanita hamil pada saat itu menggunakannya.

Antara tahun 1982-1987, kurang lebih dijumpai 900-1300 bayi yang lahir cacat, 700-1000 terjadi aborsi spontan, dan 5000-7000 janin digugurkan secara medis karena paparan Accutane. Anak-anak yang sempat dilahirkan memiliki gangguan

(14)

jantung, dan penurunan intelegensia. Sejak itu Accutane digolongkan sebagai obat dengan kategori X untuk kehamilan, yaitu tidak boleh sama sekali dipakai pada

wanita hamil atau yang merencanakan hamil. Accutane sendiri masih beredar di Amerika dan merupakan obat dengan resep dokter (Ikawati, 2010).

Walaupun efek yang paling nyata adalah pada penggunaan sistemik, tetapi pada penggunaan topikal (dioleskan di kulit) jika dilakukan dalam jangka waktu lama juga dikuatirkan akan menyebabkan terserapnya asam retinoat ke dalam

tubuh dan akan mempengaruhi janin apabila digunakan oleh wanita hamil (Ikawati, 2010).

2.3 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia.Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada

penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah

pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus

ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).

Kromatografi lapis tipis (KLT) bersama-sama dengan kromatografi kertas

(KKr) dengan berbagai macam variasinya pada umumnya dirujuk sebagai kromatografi planar.Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya

(15)

didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari

kromatografi kolom (Rohman, 2009).

Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak

sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending) (Gandjar dan Rohman, 2007).

Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat penjerap) dan sistem larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerja

sama untuk mencapai pemisahan. Selain itu, hal yang juga penting adalah memilih kondisi kerja yang optimum yang meliputi sifat pengembangan, atmosfer bejana, dan lain-lain (Stahl, 1985).

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom.Demikian juga peralatan yang

digunakan.Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3.1 Fase Diam (Lapisan Penjerap)

Lapisan dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk KLT

yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Bila data KLT dikemukakan, bukan hanya spesifikasi umum penjerap yang harus disebutkan, tetapi juga jenis dan perusahaan pembuatnya. Bila dilihat dalam sinar jatuh dan sinar lewat, lapisan

(16)

dengan penyangga. Panjang lapisan tersebut 200 mm dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis, tebalnya 0,1 - 0,3 mm, biasanya 0,2 mm. Sebelum digunakan,

lapisan disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab dan bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985).

Penjerap untuk KLT ialah (diurut mulai dari yang paling penting) silika gel, alumina, kiselgur, dan selulosa. Semuanya lebih halus (melewati ayakan 200 mesh) daripada penjerap yang dipakai pada kromatografi kolom klasik dan

kehalusannya sama seperti kehalusan penjerap untuk KCKT. Pada kenyataannya memang penjerap KLT dapat dipakai langsung pada beberapa sistem KCKT.

Penjerap biasanya mengandung pengikat dan banyak juga yang sekaligus mengandung zat tambahan lain (Gritter, 1991).

Terdapat perbedaan yang sangat berarti anatar penjerap (dan lapisan siap

pakai) yang berasal dari sumber niaga yang berlainan. Terutama silika gel mempunyai bermacam-macam sifat, bahkan kadang-kadang batch yang satu berbeda dengan batch yang lain meskipun pabriknya sama. Dianjurkan agar

sedapat mungkin bekerja dengan memakai pelat yang berasal dari satu pabrik. Walaupun ada petunjuk pembuatan berbagai penjerap dalam pustaka, dianjurkan

untuk membeli dari sumber niaga (Gritter, 1991).

2.3.2 Fase Gerak (Pelarut Pengembang)

Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila

(17)

sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume

total 100, misalnya benzena-kloroform-asam asetat 96% (50:40:10). Pada kromatografi penjerap, pelarut pengembang dapat dikelompokkan ke dalam deret

eluotropik berdasarkan efek elusinya. Efek elusi naik dengan kenaikan kepolaran pelarut. Misalnya heksana nonpolar mempunyai efek elusi lemah, kloroform cukup kuat, dan metanol yang polar efek elusinya kuat (Stahl, 1985).

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling

sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam mamilih dan

mengoptimasi fase gerak:

• Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT

merupakan teknik yang sensitif

• Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak

antara 0,2 – 0,8 untuk memaksimalkan pemisahan

• Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel,

polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar

(18)

campuran air dan campuran metanol dengan perbandingan tertentu (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.3.3 Aplikasi (Penotolan) Sampel

Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh

hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak makan akan menurunkan resolusi (Rohman, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan

ditotolkan lebih dari 15 µl (Gandjar dan Rohman, 2007).

Campuran yang akan dikromatografi harus dilarutkan di dalam pelarut yang agak nonpolar untuk ditotolkan pada lapisan. Pada umumnya, dipakai

larutan 0,1-1%. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tetapi yang terbaik yang bertitik didih antara 50o dan 100oC.Pelarut yang demikian mudah ditangani

dan mudah menguap dari lapisan.Air hanya dipakai jika tidak ada pilihan (Gritter, 1991).

Bercak atau pita ditotolkan pada jarak 15 mm dari tepi bawah lapisan.

Jarak suatu bercak awal, yang berukuran 3 – 5 mm, ke bercak awal lainnya dan jarak antara bercak paling pinggir dengan tepi samping sekurang-kurangnya 10

mm. Lapisan tidak boleh rusak selama penotolan cuplikan itu. Biasanya ditotolkan 1 – 10 µl larutan cuplikan 0,1 – 1%. Untuk menotolkan disarankan agar menggunakan mikropipet berujung runcing, khusus berskala 1 µl dan bervolume

(19)

ditotolkan sebagian-sebagian; dalam hal ini pelarut dibiarkan menguap dahulu sebelum penotolan berikutnya dilakukan (Stahl, 1985).

2.3.4 Pengembangan

Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut

pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan, ialah 100 mm. Di samping pengembangan sederhana, yaitu perambatan satu kali sepanjang 10 cm ke atas, pengembangan

ganda dapat juga digunakan untuk memperbaiki efek pemisahan yaitu dua kali merambat 10 cm ke atas berturut-turut pada pengembangan dua kali. Lapisan

KLT harus dalam keadaan kering diantara kedua pengembangan tersebut, ini dilakukan dengan membiarkan pelat di udara selam 5-10 menit (Stahl, 1985).

Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah

mengembangkan sampel tersebut dalam suatu bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap fase gerak. Tepi bagian bawah lempeng

lapis tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan ke dalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak dalam bejana harus di bawah lempeng yang telah berisi totolan sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).

Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak sedapat mungkin (akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai

ketinggian lempeng yang telah ditentukan). Untuk melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring. Jika fase gerak telah mencapai ujung atas kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah

(20)

Ada beberapa teknik untuk melakukan pengembangan dalam kromatografi lapis tipis, yaitu pengembangan menaik (ascending). Selain dengan cara menaik,

dikenal pula pengembangan dengan cara menurun (descending), melingkar dan mendatar. Meskipun demikian, cara pengembangan menaik merupakan cara yang

paling populer dibandingkan dengan cara menurun (Gandjar dan Rohman, 2007). 2.3.5 Deteksi

Setelah plat mengembang, bercak-bercak yang terbentuk segera dilihat

(dengan menggunakan lampu ultraviolet jika memiliki gugus kromofor, atau dengan uap iodin jika tidak memiliki gugus kromofor) dan Rf masing-masing

bercak ditentukan. Rf dalah hasil pembagian antara jarak perpindahan bercak dengan jarak pengembangan pelarut, dan dituliskan dalam bentuk nilai desimal (Cairns, 2008).

Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika, maupun

biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan

pencacahan radioaktif dan dengan fluoresensi dibawah sinar ultraviolet (Rohman, 2009).

2.3.5.1Lampu UV untuk Eksitasi Fluoresensi

(21)

ini menghasilkan kekuatan radiasi yang jauh lebih besar ketimbang lampu pijar berkaca hitam (Stahl, 1985).

Lampu raksa bertekanan rendah dari kaca khusus dengan pelat filter kaca hitam, misalnya UG 5 Schott&Gen biasanya digunakan untuk eksitasi fluoresensi

di daerah UV gelombang pendek. Lampu pembunuh hama yang kecil, dengan menggunakan filter yang disebutkan tadi, sangat bermanfaat. Suatu sudut kecil yang gelap atau suatu ruang kecil yang ditutup dengan tirai hitam merupakan

tempat yang baik untuk melakukan pemeriksaan (Stahl, 1985). 2.3.5.2Deteksi dengan Pereaksi Semprot

Penting diingat bahwa pereaksi warna harus mencapai pelat KLT dalam bentuk tetesan yang sangat halus sebagai aerosol, dan bukan sebagai semprotan kasar. Biasanya hal ini tidak dapat dicapai bila digunakan penyemprot pompa

bola. Penyemprot serba kaca digunakan dengan udara tekan (saluran udara tekan, kompresor kecil atau botol N2 dengan katup pengecil) (Stahl, 1985).

Jenis penyemprot tiga bagian yang mudah digunakan lebih menguntungkan dan lebih murah, karena itu disarankan untuk digunakan. Kaleng propelan dan wadah peraksi kacanya mudah diganti-ganti. Sebuah tabung reaksi

dapat digunakan sebagai pengganti wadah pereaksi kaca, tabung ini berisi 10 ml pereaksi yang dapat digunakan untuk menyemprot langsung dengan cara

mencelupkan pipa dan menekan tombol. Semprotan pertama harus diarahkan ke samping pelat KLT untuk mengecek semburan jet aerosol yang halus. Setelah itu barulah semprotan diarahkan ke pelat sambil menggerakkannya hati-hati ke

Referensi

Dokumen terkait

Tidak boleh menjadikan penyediaan konten/informasi yang berisi tentang hoax, aib, ujaran kebencian, gosip, dan hal-hal lain sejenis terkait pribadi atau kelompok sebagai profesi

‘caring’ untuk keluarga pasien, membuat rumah sakit ini menjadi salah satu alternative pilihan untuk medical tourism dari negara lain. Pasien yang dirawat di

Repeated glyphosat application and unwise used this herbicide may give an impact in soil microoganism population and create a shifts in community structure in soil microcosm..

Dalam mini seri ikian yang pertama ( Iihat  gambar 1.), seorang perempuan memakai pakaian  kasual  sedang  menghadapi  skenario  bencana  alam  di  mana 

[r]

diperoleh oleh orang yang sama ketika diberikan tes yang sama namun pada waktu yang berbeda.. • Konsep yg mendasari

Provinsi

Deteksi piksel kedua akan menerima data berupa posisi yang merupakan hasil akhir dari deteksi gerak.. Data posisi disediakan setiap frame terus-menerus selama objek