• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Antara Kemampuan Siswa Dalam Menjelaskan Soal Cerita dangan Kemampuan Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Materi Lingkaran pada Siswa Kelas VIII di MTsN Pulosari Ngunut Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Antara Kemampuan Siswa Dalam Menjelaskan Soal Cerita dangan Kemampuan Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Materi Lingkaran pada Siswa Kelas VIII di MTsN Pulosari Ngunut Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

“intelegensi”.1 Definisi matematika yang dikutip oleh Herman S. dkk:

Abraham S. Lunchins dan Edith N. Lunchins (1973): “In short, the question what is mathematicts, may be answered difficulty depending on when the question is answered, where it is answered, who answered it, and what is regarded as being included in mathematics”.

Pendeknya: “Apakah matematika itu?” dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawab, siapa yang yang menjawab, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika”.2

Dengan demikian banyak perbedaan definisi yang dikemukakan oleh

para ahli sesuai dengan pandangan, pengetahuan dan pengalaman yang telah

mereka miliki, sehingga tidak ada definisi tunggal yang telah disepakati oleh

semua tokoh atau pakar matematika.

Berikut disajikan beberapa definisi dari matematika:3

1 Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intellegence, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2007), hal. 42

2 Erman S.dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI Bandung,

2003), hal. 15

(2)

a. Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak

didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang

dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif.

(Ruseffendi, 1989: 23).

b. Matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan

pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat:

sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsure yang

tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya. (Johnson dan Rissing, 1972 dalam Rusefendi, 1988: 2).

c. Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan

atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. (Reys, 1984,

dalam Rusefendi, 1988: 2).

d. Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena

dirinya sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu manusia dalam

memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

(Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988: 2).

Soejadi juga mengemukakan beberapa definisi atau pengertian

matematika dari beberapa ahli:

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

(3)

c. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.4

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan

ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola

hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika

hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan

antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif

aksiomatis ini harus diketahui. Semua definisi ini dapat kita terima, karena

memang matematika dapat ditinjau dari segala sudut, dan matematika itu

sendiri bisa memasuki seluruh segi kehidupan manusia, dan yang paling

sederhana sampai kepada yang paling kompleks.

2. Karakteristik Matematika

Tidak tedapat definisi tunggal tentang matematika yang telah

disepakati. Namun, setelah sedikit mendalami masing-masimg definisi yang

saling berbeda itu, terlihat adanya ciri khusus yang terdapat dalam definisi

tersebut. Beberapa karakteristik itu adalah:

4 Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan

(4)

1. Memiliki objek abstrak.

2. Berpola pikir deduktif.

3. Bertumpu pada kesepakatan.

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti.

5. Memperhatikan semesta pembicaraan.

6. Konsisten dalam sistemnya.5

Karakteristik di atas akan dijabarkan satu per satu sebagai berikut:

1. Memiliki objek abstrak

Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak.

Adapun objek dasar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Fakta (abstrak) beropa konvensi-konvensi yang diungkap dengan

simbol tertentu.

b. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek.

c. Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan

pengerjaan matematika yang lain.

d. Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang kompleks.

2. Berpola pikir deduktif

(5)

Dalam matematika sebagai ilmu hanya diterima pola pikir

deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan

pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan

atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Pola pikir deduktif ini

dapat berwujud dalam bentuk yang amat sederhana dan ada juga yang

tidak sederhana.

3. Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan yang amat mendasar adalah

aksioma dan konsep primitife. Aksioma (postulat) diperlukan untuk

menghindari berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep

primitife (undefined) diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar

dalam pendefinisian.

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti

Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang

digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol

dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika.

Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model matematika itu

justru memungkinkan “intervensi” matematika ke dalam berbagai

pengetahuan. Kosongnya arti itu memungkinkan matematika

memasuki medan garapan dari ilmu bahasa.

(6)

Sehubungan dengan peran tentang kosongnya arti dari

simbol-simbol dan tanda-tanda dalam matematika di atas menunjukkan

dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan

kejelasan di dalam lingkup apa model itu dipakai. Apabila lingkup

pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol diartikan bilangan.

Bila lingkup pambicaraannya transformasi, maka simbol-simbol

diartikan sebagai transformasi.

6. Konsisten dalam sistemnya

Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang

mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat

dipandang terlepas satu sama lain.

B. Proses Belajar Mengajar Matematika

1. Pengertian Belajar dan Mengajar Matematika

Belajar dapat didefinisikan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup perubahan

tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan

sebagainya.6 Witting dalam bukunya “Psychology of Learning”

mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an

organism’s behavioral repertoire that occours as a result of experience

(belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala

(7)

macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil

pengalaman).7

Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya,

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

Sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.8

Pendapat serupa dikemukakan Dengeng bahwa belajar adalah

pengantar pengetahuan baru pada struktur kognitif yang dimiliki oleh

siswa.9

Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman

atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.10

Sedangkan yang dimaksud pengalaman dalam proses belajar tidak lain

adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.11

Setelah diketahui tentang definisi belajar selanjutnya mengenai

pengertian mengajar. Pengertian mengajar bermacam ragam tergantung pada

landasan teori belajar yang mendasarinya, tujuan dan arah serta kegiatan

yang dilakukan. Mengajar merupakan proses konservasi budaya,

7 Muhiddin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 65 8 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Pt Rienika Cipta, 2002), hal. 13 9 Anisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 13 10 Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1979), hal. 92

(8)

penyampaian pengetahuan dan kecakapan, pengorganisasian lingkungan

belajar dan keaktifan siswa.12

Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik

atau murid di sekolah. Kriteria ini sejalan dengan pendapat dari teori

pendidikan yang bersikap pada mata pelajaran yang disebut formal atau

tradisional.13

Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar

kepada murid, pemberian bimbingan menjadi kegiatan mengajar yang

utama. Siswa sendiri yang melakukan kegiatan belajar seperti

mendengarkan ceramah, membaca buku, melihat demontrasi, menyaksikan

pertandingan dan sebagainya. Peran guru mengarahkan, mempersiapkan,

mengontrol dan memimpin sang anak agar kegiatan belajarnya berhasil.14

Sehingga mengajar menuntut ketrampilan tingkat tinggi yang

mencakup pengambilan keputusan, karena harus dapat mengatur berbagai

komponen dan menyelaraskan untuk terjadinya proses belajar mengajar

yang efektif. Walaupun belajar dan mengajar itu dari dua hal yang berbeda,

keduanya saling berkaitan. Mengajar akan efektif bila kemampuan berpikir

anak diperhatikan dan karena itu perhatian ditujukan kepada kesiapan

struktur kognitif siswa. Adapun struktur kognitif ini mengacu kepada

organisasi pengetahuan atau pengalaman yang telah dikuasai seorang siswa

12 Oemar Hamalik, Prikologi Belajar dan Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru Algesimdo,

2007), hal. 67

(9)

yang memungkinkan siswa itu dapat menangkap ide-ide atau konsep-konsep

baru. Salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya pengajaran matematika

adalah menguasai teori belajar mengajar matematika.15 Dengan menguasai

teori belajar mengajar peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik

bahkan dapat memotivasi anak didik untuk berminat belajar matematika.

Matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi

simbol-simbol, tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif, sehingga belajar

akan lebih mudah. Mempelajari sesuatu di dasari kepada apa yang telah

diketahui seseorang. Karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika

yang baru, pengalaman belajar dari orang tersebut akan mempengaruhi

terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.

2. Prinsip-prinsip Belajar

a. Kematangan Jasmani dan Rohani

Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur

serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan

belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara

psikologis untuk melakukan kegiatan belajar (kemampuan berpikir,

ingatan, fantasi dan lain-lain).

b. Memiliki Kesiapan

15 Lisnawati Simanjuntak, dkk., Metode Mengajar Matematika, (Jakarta: PT Rieneka Cipta,

(10)

Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus

memiliki kesiapan belajar khusus yakni dengan kemampuan yang cukup

baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.

c. Memahami Tujuan

Orang yang mempelajari sesuatu harus memahami apa tujuan dan

apa gunanya dia mempelajari. Belajar tanpa memahami tujuan dapat

menimbulkan kebingungan, hilang kegairahan, tidak sistematis dan asal

ada saja.

d. Memiliki Kesanggupan

Prinsip kesanggupan sangat penting. Artinya, biarpun orang itu

sudah memiliki kematangan, kesiapan serta tujuan yang kongkret dalam

melakukan kegiatan belajarnya, kalau tidak sungguh-sungguh akibatnya

tidak memperoleh hasil yang memuaskan.

e. Ulangan dan Latihan

Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan.

Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap ke dalam otak,

sehingga dapat dikuasai sepenuhnya dan sukar untuk dilupakan.16

Selain itu ada beberapa prinsip belajar yang harus ditemukenali oleh

setiap siswa atau mahasiswa, yaitu:

a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita

b. Kenalilah kepribadian diri sendiri

(11)

c. Rekam semua informasi dalam kata

d. Belajar bersama orang lain

e. Hargai diri sendiri17

Dari beberapa prinsip tersebut terdapat sebagaian prinsip yang relatif

berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya

pembelajarannya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas

pengajarannya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang menpengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi

dua golongan, yaitu faktor interen dan faktor eksteren.

a. Faktor Interen

1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja,

belajar, istirahat, tidur, olahraga, rekreasi dan ibadah.

b) Cacat Tubuh

17 M. Djoko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta: PINUS, 2006), hal.

(12)

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang

baik atau sempurna mengenai tubuh. Jika hal ini terjadi

hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau

diusahakan alat bantu agar dapat menghindarkan atau

mengurangi kecacatannya.

2) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam

faktor psikologis, diantaranya;

a) Intelegensi

b) Minat

c) Bakat

d) Motif

e) Kematangan

f) Kesiapan

g) Perhatian

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani yang terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat

terlihat dengan adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat

dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang, seolah-olah otak

(13)

b. Faktor Eksteren

1) Faktor Keluarga

a) Cara orang tua mendidik

b) Relasi antara anggota keluarga

c) Suasana rumah

d) Keadaan ekonomi keluarga

e) Pengertian orang tua

f) Latar belakang kebudayaan

2) Faktor Sekolah

a) Metode mengajar

b) Kurikulum

c) Relasi guru dengan siswa

d) Relasi siswa dengan guru

e) Disiplin sekolah

f) Alat pengajaran

g) Waktu sekolah

h) Standar pelajaran diatas ukuran

i) Keadaan gedung

j) Metode belajar

k) Tugas rumah

(14)

Faktor ini mempengaruhi belajar, karena keberadaan siswa

dalam masyarakat, diantaranya:

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

b) Mass media

c) Teman bergaul

d) Bentuk kehidupan belajar

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam

berkonsentrasi belajar. Diantaranya:

1. Suara

2. Pencahayaan

3. Temperatur udara

4. Desain belajar18

C. Soal Cerita

Menurut Endang Retno Winarti, soal cerita adalah soal-soal yang

brbentuk penyajian suatu masalah yang dikemas dalam bentik cerita.19 Menurut

Herman Hudoyo ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan

ketrampilan menyelesaikan soal cerita kepada siswa. Yaitu; (1) memberikan

soal cerita setiap jam pelajaran matematika dengan bentuk yang berbeda-beda;

18Ibid., hal.91

19 http:// digilib.unnes.ac.id/gsdl/collet/skripsi/archives/HASH 3562.dir/doc.pdf..jam 12.02,

(15)

(2) menarik perhatian siswa agar menikmati dalam aktivitas menyelesaikan soal

cerita.20

Langkah-langkah yang diperhatikan dalam memberikan soal cerita

kepada siswa setiap pelajaran adalah sebagai berikut:

1. Sedapat mungkin siswa membaca soal cerita itu

sendiri

2. Guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk

mengecek apakah soal cerita itu benar-benar dimengerti oleh siswa (contoh:

apakah yang kau ketahui dari soal itu, apakah yang ditanyakan pada soal itu)

3. Merencanakan metode penyelesaian

4. Menyelasaikan soal cerita

5. Menginterpretasikan hasil penyelesaian dalam

kontek soal cerita.

Langkah-langkah untuk menarik perhatian siswa dalam aktivitas

penyajian soal cerita adalah sebagai berikut:

1. Membaca soal secara individu dan

mendiskusikan arti soal atau cerita itu. Aktivitas ini dimaksudkan agar

siswa mengerti maksud dari soal.

2. Memberikan soal tanpa bilangan, agar

siswa terbiasa merencanakan penyelesaian sebelum bekerja.

20 Herman Hudoyo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990),

(16)

3. Memberikan soal cerita tetapi pertanyaan yang dimaksud dalam soal cerita tersebut jangan diberikan, dimaksudkan

agar siswa terangsang untuk berpikir.

4. Memberikan soal cerita dengan data yang

lebih untuk menyelesaikan suatu soal cerita, dimaksudkan agar siswa

terbiasa menganalisa data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan soal

cerita.

Soal cerita matematika merupakan soal matematika yang berbentuk

cerita, sehingga pemahaman seorang siswa terhadap soal cerita tidak hanya

faktor komputasi (perhitungan) saja tetapi lebih dari itu siswa terlebih dahulu

harus memahami makna kalimat demi kalimat dari soal, yang kemudian

membuat model matematika, melakukan komputasi dan selanjutnya

menginterpretasikan hasil yang diperoleh ke dalam soal semula.

Soedjadi memberikan langkah-langkah penting dalam menyelesaikan

soal cerita.21 Yaitu:

1. Membaca soal dengan cermat

untuk menangkap makna tiap kalimat.

2. Memisahkan dan

mengungkapkan.

a. Apa yang diketahui

21 http:// digilib.unnes.ac.id/gsdl/collet/skripsi/archives/HASH 3562.dir/doc.pdf..jam 12.02,

(17)

b. Apa yang ditanyakan

c. Operasi apa yang diperlukan

3. Membuat model matematika.

4. Menyelesaikan model menurut

aturan-aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari model

matematika tersebut.

5. Mengembalikan jawaban model

matematika kepada jawaban soal semula.

Sedangkan menurut Polya solusi pemecahan masalah memuat empat

langkah fase penyelesaian, yaitu: memahami masalah, merencanakan

penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana, dan melakukan

pengecekan kembali (looking back) semua langkah yang telah dikerjakan.22

Langkah di atas akan dijelaskan satu per satu sebagai berikut:

1. Memahami masalah

Pada langkah ini kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk

membantu siswa menetapkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

2. Membuat rencana

untuk menyelesaikan masalah

Siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi

pemecahan masalah yang sesuai untuk memecahkan masalah. Hal yang

(18)

perlu diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan masalah

yang akan dipecahkan.

3. Menyelesaikan

masalah sesuai dengan rencana.

Penyelesaian soal crita sesuai dengan langkah yang telah

direncanakan. Pada langkah ini kemampuan siswa dalam memahami

substansi dan ketrampilan siswa dalam melakukan perhitungan matematika

akan sangat membantu siswa.

4. Melakukan

pengecekan kembali (looking back).

Langkah ini penting untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh

sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang

ditanyakan.

Empat tahap pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu

kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan. Melalui

langkah-langkah pembelajaran menurut Polya disini mempunyai kelebihan, yaitu

cepat dengan mudah dipahami, mendorong kreativitas peserta didik, dapat

menghemat waktu bagi guru dan peserta didik, sehingga dapat

membangkitkan rasa senang terhadap pelajaran matematika terutama dalam

menyelesaikan soal cerita.

(19)

1. Pengertian Prestasi Belajar

Pada umumnya tingkat keberhasilan dari perbuatan yang dilakukan

oleh siswa direalisasikan dengan istilah “prestasi belajar”. Hal ini brarti

semakain tinggi prestasi belajar maka semakin berhasil pula proses

belajarnya atau semakin sempurna perubahan-perubahan yang terjadi pada

dirinya dan sebaliknya, semakin rendah prestasi belajar maka

mengakibatkan kegagalan dalam proses belajarnya.

Prestasi belajar terdiri atas dua kata yang saling berkaitan yaitu

prestasi dan belajar. Dalam hal ini penulis akan menguraikan satu per satu.

Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya menyatakan bahwa prestasi

adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secar

individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama

seorang tersebut tidak melakukan suatu kegiatan.23

Menurut Syaifudin Azwar, pengertian prestasi atau keberhasilan

belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai

rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, prdikat keberhasilan dan

semacamnya.24

23 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi…, hal. 19-20

24 Syaifudn Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal.

(20)

Sumadi Suryabrata mengemukakan bahwa belajar itu membawa

perubahan (tingkah laku, aktual maupun potensial) sehingga didapatkan

kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha.25

Dari uraian di atas maka dapat dipahami mengenai makna kata

“prestasi” dan “belajar”. Prestasi merupakan hasil yang dicapai dari suatu

aktivitas tertentu. Sedangkan belajar adalah proses yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan

demikian dapat diambil kesimpulan yang cukup sederhana. Prestasi belajar

adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,

diantaranya:

a. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan alami

Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak

didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan

hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup di

dalamnya. Kesejukan udara dan ketenangan suasana kelas diakui

25 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal.

(21)

sebagai kondisi lingkungan kelas yang kondusif untuk terlaksananya

kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.

2) Lingkungan Sosial Budaya

Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa

melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk

mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma

sosial, susila dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian

juga halnya disekolah. Ketika anak didik berada di sekolah,

peraturan dan tata tertib sekolah anak didik taati. Lahirnya peraturan

sekolah bertujuan untuk mngatur dan membentuk perilaku anak

didik yang menunjang keberhasilan di sekolah.

b. Faktor Instrumental

1) Kurikulum

Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan

frekuensi belajar anak didik. Seorang guru yang menjejalkan

sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik dalam waktu yang

masih sedikit karena ingin mencapai target kurikulum, akan

memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah.

Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja hasil

belajar yang demikian kurang memuaskan dan cenderung

mengecewakan. Jadi kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses

(22)

2) Program

Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik

tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan

disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga,

finanasial dan sarana prasarana. Program pengajaran yang dibuat

tidak hanya berguna bagi guru, tetapi juga bagi anak didik. Bagi

guru dapat menyeleksi perbuatan sendiri atau kalimat yang dapat

menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Bagi anak didik dapat

memilih bahan pelajaran atau kegiatan yang menunjang ke arah

penguasaan materi seefektif dan seefisien mungkin.

3) Sarana dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas yang baik adalah segala sesuatu yang

dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik di sekolah.

Diantaranya adalah gedung sekolah beserta

komponen-komponennya.

4) Guru

Guru merupakan unsur manusia dalam pendidikan. Kehadiran

guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya anak didik, tetapi

guru tiba ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di

sekolah.

(23)

Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas.

Pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya

postur tubuh anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya

ditempatkan di belakang anak didik yang bertubuh pendek. Hal ini

dimaksudkan agar pandangan anak didik ke papan tulis tidak terhalang.

d. Kondisi Psikologis

Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

anak didik, yaitu:

1) Minat

Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan

prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat

untuk mempelajari sesuatu. Memahami kebutuhan anak didik dan

melayani kebutuhan anak didik adalah salah satu upaya

membangkitkan minat anak didik.

2) Kecerdasan

Kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam ikut

menentukan berhasil dan tidaknya seorang mempelajari sesuatu atau

mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang

yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari

pada orang yang kurang cerdas.

(24)

Disamping kecerdasan, bakat merupakan faktor yang besar

pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir

tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang

sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha

itu. Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang

merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau

latihan-latihan. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa bakat

bukanlah persoalan yang berdiri sendiri. Paling tidak ada dua faktor

yang ikut mempengaruhi perkembangannya. Yaitu faktor anak itu

sendiri dan faktor lingkungan.

4) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar

adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

Hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajr

bertambah.

Menurut Pasaribu dalam Simanjuntak, berdasarkan filsafat

pendidikan bahwa anak didik adalah manusia yang membutuhkan

(25)

secara harmonis.26 Anak didik membutuhkan bantuan untuk

mengetahui dan menyelidiki, memperbaiki prestasi dan

mendapatkan kepuasan atas hasil pekerjaannya.

5) Kemampuan kognitif

Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang

sangat dikenal dan diakui oleh para ahli, yaitu ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang

selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan

kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu

pengetahuan.

E. Lingkaran (Keliling dan Luas)

Menghitung keliling lingkaran dan luas lingkaran.

1. Keliling Lingkaran

Keliling lingkaran adalah panjang busur atau lengkung pembentuk

lingkaran.

Rumus: K = 2

r atau K =

d

Keterangan : K = keliling

= 3,14 atau

7 22

r = jari-jari lingkaran

(26)

d = diameter lingkaran

Contoh : seorang anak bermain sepeda mengelilingi sebuah taman yang

berbentuk lingkaran yang berdiameter 21m. berapa jarak yang

ditempuh anak tersebut?

Jawaban sesuai dengan langkah pembelajaran Polya :

a) Memahami masalah

Diketahui : d = 21 m

Ditanyakan : jarak yang ditempuh anak?

b) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah

Jawab : K =

d

c) Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana

K = 21 7 22

K = 223

K = 99 m

d) Melekukan pengecekan kembali (looking back)

Jadi jarak yang ditempuh anak tersebut adalah 99 m.

(27)

Luas lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh lengkung

Contoh : Di dalam ruang tamu terdapat sebuah jam dinding, berapa luas jam

dinding jika jari-jarinya 7 cm?

Jawaban sesuai dengan langkah pembelajaran Polya:

a) Memahami masalah

Diketahui : r = 7 cm

Ditanyakan : luas jam dinding ? b) Membuat rencana penyelesaian

Jawab :

L =

r 2

c) Menyelesaikan penyelesaian sesuai dengan rencana

L = 72

(28)

Jadi luas jam dinding adalah 154 cm2

F. Kerangka Berpikir dan Paradigma

1. Kerangka Berpikir

Objek kajian matematika adalah abstrak. Maka diperlukan cara khusus

yang dilakukan oleh guru maupun siswa dalam mempelajari dan memahami

matematika. Berdasarkan fitrahnya manusia diberi kemampuan yang berbeda

oleh Allah SWT. Ada yang berkemampuan tinggi juga ada yang berkemampuan

rendah. Hal ini adalah salah satu yang mambedakan diantara manusia.

Untuk itu guru harus bisa memilah-milah strategi pembelajaran apa

yang akan digunakan agar materi ajar dapat terserap dengan baik oleh siswa. Di

sini guru menggunakan metode mengajar menurut Polya. Karena metode ini

mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya cepat dengan mudah dipahami,

mendorong kreatifitas peserta didik, dapat menghemat waktu bagi guru dan Matematika

Abstrak KemampuanSiswa

Tinggi

Strategi Pembelajaran

Polya

Rendah

Kemampuan Menjelaskan

(29)

peserta didik, dapat membangkitkan rasa senang terhadap pembelajaran

matematika terutama dalam menyelesaikan soal cerita.

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjelaskan soal cerita

dan prestasi siswa dalam mengerjakan soal cerita, guru memberikan lima soal

post-tes. Satu soal untuk mengungkap kemampuan siswa dalam menjelaskan

soal cerita dan empat soal mengungkap prestasi siswa dalam mengerjakan soal

cerita. Dari hasil tes tersebut kemudian akan dicari korelasi antara keduanya.

(30)

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan siswa dalam

menjelaskan soal cerita terhadap prestasi siswa dalam mengerjakan soal

cerita materi lingkaran.

H1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan siswa dalam

menjelaskan soal cerita terhadap prestasi siswa dalam mengerjakan soal

cerita materi lingkaran.

Referensi

Dokumen terkait

Deteksi dini atas kredit bermasalah dapat dilakukan secara sistematis dengan mengembangkan sistem “pengenalan dini” yang berupa suatu daftar. kejadian atau gejala ynag

Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada SKPD19 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Sederhana untuk

Saat ini Sistem informasi yang ada sudah dapat memberikan layanan kepada mahasiswa untuk layanan akademik dan keuangan akademik menggunakan aplikasi dan infrastruktur

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Clean Process Technology for Separation & Recycle Systems Waste from the separation and recycle system can be minimized in five ways:.. Recycling waste

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta evaluasi formulir isian kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan

Enzim ini berbentuk larutan dan air berfungsi sebagai medium untuk substrat berdifusi ke dalam sisi aktif enzim dan produk berdifusi dari sisi aktif

 Bila dalam pemeriksaan kepolisian terdapat bukti bukti otentik yang mengarah bahwa bondet sebagai pengguna maka akan Merujuk pada Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang