• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sistem Pemeliharaan Ternak Intensif dan Semi Intensif Terhadap Prevalensi Nematoda Gastrointestinal Pada Kambing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sistem Pemeliharaan Ternak Intensif dan Semi Intensif Terhadap Prevalensi Nematoda Gastrointestinal Pada Kambing"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki nilai sosial ekonomi yang tinggi bagi peternak (Beriajaya, 2005). Pemeliharaannya harus sesuai dengan sistem pemeliharaan untuk peningkatan populasi dan produksi. Peningkatan populasi dan produksi harus diimbangi dengan upaya penanganan daerah peternakan yang ada, agar mendapatkan hasil produksi sesuai harapan (Zulfikar dkk. 2012).

Beternak kambing dapat dilakukan secara ekstensif, semi intensif (kombinasi), dan intensif. Kambing di Desa Amplas dipelihara secara intensif/dikandangkan dan dipelihara secara semi intensif/digembalakan. Kahar (2014), menjelaskan kambing yang dipelihara secara intensif, diberikan pakan di dalam kandang seperti rumput, konsentrat, dedak, dan ransum, sedangkan kotorannya dimanfaatkan untuk dijual sebagai pupuk. Menurut Aswar (2014), kambing yang dipelihara secara semi intensif, mendapatkan makanan dengan cara digembalakan pada siang hari di padang rumput sehingga makanan tidak terpilah dengan baik, dan diberikan pakan tambahan atau konsentrat yaitu daun ubi, kemudian dikandangkan kembali pada malam hari. Menurut Sadi (2014), dari setiap cara tersebut, semuanya baik untuk dilakukan, tergantung kondisi lahan, tujuan usaha, ketersediaan dana, dan keterampilan dalam mengelola ternak. Ternak kambing dapat memberikan hasil sesuai harapan, jika peternak memperhatikan bibit, pakan, kandang, perkembangbiakan dan kesehatan.

(2)

2

menyerang ternak ruminansia yaitu Haemonchus contortus, Trichostrongylus spp. dan Oesophagostomum spp. Menurut Beriajaya dan Suhardono (1997), infeksi cacing nematoda dapat menyebabkan penurunan produksi ternak berupa turunnya bobot badan, terhambatnya pertumbuhan dan turunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit terutama pada ternak-ternak muda.

Ternak kambing yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Amplas yang dipelihara dengan cara semi intensif setiap tahunnya terserang penyakit diare dibandingkan dengan kambing yang dipelihara dengan cara intensif. Hal ini diduga karena keberadaan parasit gastrointestinal yang menyerang ternak yang disebabkan karena cara pemeliharaannya. Menurut Beriajaya (2005), ternak yang dipelihara dengan cara digembalakan umumnya terserang parasit cacing nematoda dan infeksi ini terjadi secara terus-menerus sepanjang tahun. Ternak yang dipelihara dengan cara dikandangkan/intensif, dapat mengurangi terjadinya infeksi. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan, ketersediaan pakan, penanganan yang tidak tepat dan pola pemeliharaan yang tidak sesuai (Zulfikar dkk. 2012). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang pengaruh sistem pemeliharaan ternak semi intensif dan intensif terhadap prevalensi nematoda gastrointestinal pada kambing.

1.2. Rumusan Permasalahan

(3)

3

1.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah jenis dan tingkat prevalensi nematoda gastrointestinal lebih tinggi pada kambing yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan semi intensif dibandingkan dengan yang intensif.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yaitu:

a. Untuk mengetahui jenis parasit nematoda gastrointestinal yang terdapat pada kambing yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif.

b. Untuk mengetahui prevalensi dan intensitas parasit nematoda gastrointestinal pada kambing yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan semi intensif dan intensif.

c. Untuk membandingkan kategori tingkat infeksi parasit nematoda gastrointestinal pada kambing yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan semi intensif dan intensif.

1.5. Manfaat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Katı atık yönetiminin en önemli unsurlarından birisi de geri kazanılması mümkün olmayan katı atıkların insan ve çevre sağlığına zarar vermeden bertaraf

75 tahun 2014, pada lampiran romawi V tentang Standar Ketenagaan Puskesmas disebutkan bahwa kondisi minimal yang diharapkan agar kegiatan Puskesmas dapat diselenggarakan dengan

membuat dua fase tidak dapat bercampur. Oleh karena itu, diperlukan emulsifier itu, diperlukan emulsifier untuk menstabilkan emulsi yang akan terbentuk. Cara emulsifier

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa seluruh urusan umat Islam wajib berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan demikian dasar dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an

LETAK ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS WILAYAH INDONESIA. DISUSUN OLEH:

Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan memberikan penghargaan dan apresiasi kepada

Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Tingkat kefavoritan sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan TPACK (2) Lama mengajar guru tersarang pada

Proceedings of the 5 th International Seminar on Quality and A ordable Education | ISQAE 2016 Enriching Quality and Providing A ordable Education through New Academia | 227 Results