14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Human Imunodefesiensi Virus (HIV) merupakan penyakit pandemik yang
mengkhawatirkan masyarakat di dunia. HIV adalah suatu penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh dan mudahnya terjangkit penyakit infeksi lain. Pengobatan untuk penyembuhan dan vaksinasi pencegahan untuk penyakit ini masih belum ditemukan, ditambah lagi Human Imunodefesiensi Virus (HIV) memiliki fase-fase asimptomatik yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Oleh sebab itulah banyak ditemukan penderita Human Imunodefesiensi Virus (HIV) jatuh dalam keadaan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yang pada keadaan ini akan membuat seseorang mudah diserang oleh beberapa jenis penyakit yang tidak mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat (Sudoyo A.W. et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).
Setiap tahunnya jumlah kasus HIV/AIDS diseluruh dunia terus meningkat. Sekitar 6300 kasus baru infeksi HIV perhari pada tahun 2012. Tercatat 35,3 juta orang yang hidup dengan HIV, 2,3 juta orang dengan infeksi baru dan 1,6 juta orang mati pada tahun 2012. Sub-Saharan Afrika adalah negara yang menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah penderita HIV/AIDS tertinggi. Sub-Saharan Afrika tercatat memiliki 25 juta orang hidup dengan HIV/AIDS pada tahun 2012. Tingginya prevalensi HIV/AIDS di dunia yang telah dikemukakan oleh WHO/UNAIDS sangat mengkhawatirkan, walaupun telah dilakukan upaya pencegahan namun penyebarannya masih tetap terjadi dan bertambah setiap tahunnya (WHO/UNAIDS, 2012).
Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) sudah ada di Indonesia sejak kasus
pertama ditemukan tahun 1987. Sampai saat ini kasus HIV/AIDS telah dilaporkan oleh 341 dari 497 kabupaten/kota di 33 provinsi di Indonesia. Indonesia
15
merupakan salah satu Negara Asia dengan penyebaran HIV/AIDS yang berkembang paling cepat (UNAIDS, 2012), dan merupakan negara dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi, karena terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada subpopulasi tertentu, dan prevalensi HIV tinggi pada populasi umum 15-49 tahun terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat (2,4%).
Sumatera Utara memang belum memasuki provinsi yang penyebarannya tinggi. Pada tahun 2010 jumlah kasus baru untuk HIV (+) yaitu 171 kasus dan AIDS sebanyak 468 kasus (Dinkes Provsu). Penambahan kasus baru pada tahun 2011 menyebabkan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS secara keseluruhan menjadi 3.237 kasus. Pada tahun 2012, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat tajam menjadi 6.430 kasus dengan rincian, 2.189 kasus HIV dan 4.241 kasus AIDS (Dinkes Provsu). Penderita baru HIV/AIDS 3 tertinggi tahun 2012 secara berturut-turut adalah kota Medan yaitu 506 kasus atau sekitar 34,56%, Kabupaten Karo 347 kasus (23,70%), dan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 172 kasus (11,75%) dari total seluruh penderita baru (Dinkes Provsu, 2012).
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan faktor risiko penyebaran HIV/AIDS diduga sebagai penyebab masih tingginya penyebaran HIV/AIDS. Faktor risiko HIV/AIDS saat ini sudah banyak didapati yaitu seperti sex bebas (Heterosex), pengguna narkoba suntik (Penasun), homosexual, melalui ibu kepada anaknya, transfusi darah, dan banyak lagi. Faktor risiko sex bebas (Heterosex) merupakan faktor yang paling tinggi menyebabkan HIV/AIDS. Menurut laporan Kemenkes RI tahun 1987- Maret 2013 sex bebas menempati urutan pertama (59,8%), diikuti oleh pengguna narkoba suntik (Penasun) (18%), perinatal (2,7%), dan homosexual (2,4%). Hal ini berlawanan dengan laporan sebelumnya, dimana faktor yang tertinggi menyebabkan HIV/AIDS adalah pengguna narkoba suntik (Penasun) (50,3%), diikuti oleh sex bebas (40,3%), homosex (4,2%), dan perinatal (1,5%) (Depkes, 2006).
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat terjadinya pergeseran faktor resiko penyebab HIV/AIDS. Pergeseran ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurunnya penggunaan narkoba suntik yang disebabkan karena beralihnya pengguna narkoba suntik kepada penggunaan narkoba secara inhalasi, oral
16
maupun yang lainnya. Meningkatnya perilaku sex yang tidak aman seperti sex bebas juga dapat menyebabkan pergeseran faktor risiko penyebaran HIV/AIDS. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran prevalensi faktor risiko penyebaran HIV/AIDS di RSUP H Adam Malik Medan pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran prevalensi faktor risiko penyebaran HIV/AIDS di RSUP H Adam Malik Medan dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran prevalensi faktor risiko penyebaran HIV/AIDS di RSUP H Adam Malik Medan dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013.
1.3.2 Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui seberapa besar prevalensi masing-masing faktor risiko penyebaran HIV/AIDS pada pasien-pasien HIV/AIDS di RSUP H Adam Malik Medan dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013.
b. Untuk mengetahui prevalensi HIV/AIDS di RSUP H Adam Malik Medan dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013.
1.4. Manfaat penelitian
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat : a. Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai informasi dan masukan bagi instansi kesehatan yang terkait dalam pengambil keputusan, penetapan kebijakan, dan perencanaan program kesehatan dalam upaya penanggulangan IMS khususnya HIV/AIDS.
b. Bagi Pihak RSUP H Adam Malik
Sebagai informasi dan masukan bagi para petugas kesehatan terkait agar lebih mendukung pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dalam upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS.
17
c. Bagi Masyarakat Umum
Sebagai informasi dan masukan faktor risiko penyebaran HIV/AIDS dalam upaya pencegahan sehingga dapat terhindar dari penyakit tersebut.
d. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan peneliti dibidang kesehatan khususnya mengenai fakor risiko penyebaran HIV/AIDS.