i
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
Disusun Oleh:
MUTIA DESI PRIHANDINI
NIM : B.241.13.0062
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
vii
“Sesungguhnya Allah
tidakakanmengubahnasibsuatukaumhinggamerekamengubahdirimerekasendiri,”
(QS. Ar-Ra’d:11).
“Dan bolehjadikamumembencisesuatutetapiiabaikbagimu,
danbolehjadikamumenyukaisesuatutetapiiaburukbagimu, dan Allah
mengetahuidankamutidakmengetahui,“ (QS. Al-Baqarah: 216).
“Allah tidakmembebaniseseorangitumelainkansesuaidengankesanggupannya,”
(QS. Al-Baqarah: 286).
viii
dan ilmu. Sesungguhnya terlalu banyak yang telah Engkau berikan kepadaku, tetapi terlalu sedikit pengabdianku terhadapMu.
Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan sepanjang masa.
Bapak Sugeng dan Ibu Isminah yang merawatku dengan kasih sayang,
cinta, perhatian dan bimbingan agar aku bisa menjadi pribadi yang membanggakan.
Adikdansaudara – saudarakutercinta
Sahabat dan teman-temanku yang tak lelah mendukungku dan
mendoakanku.
Keluarga besarAlumni MT 3 dan PKPU
ix
dan ROE.Dengan menggunakan model Pulic yang dikembangkan oleh Ulum
Islamic Banking Value Added Intellectual Coefficient (IBVAIC), penelitian ini
menguji hubungan antara, penelitian ini menguji hubungan antara efisiensi value
added (VAIC) dari tiga sumber daya utama perusahaan (physical capital, human capital dan structural capital)dan profitabilitas ROA, ROE.
Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode puposive sampling. Data
yang digunakanadalah data dari 44 Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank
Indonesia pada tahun 2012 – 2015.Analisis data menggunakan regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IBVAIC) secara
keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas ROA dan ROE,
sedangkan secara terpisah hanya physical capital (IBVACA) dan human capital
(IBVAHU) yang berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan yang
berpengaruh terhadap ROE hanya variabel physical capital (IBVACA) dan
structural capital(IBSTVA).
Kata Kunci : Intellectual Capital, physical capital, human capital, structural
x
Intellectual Capital of the Islamic Banks profitability as measured by ROA and ROE. Using the model Pulic developed by Ulum Islamic Banking Value Added Intellectual Coefficient (IBVAIC), this study examined the relationship between the efficiency value added (VAIC) of the three major resource companies (physical capital, human capital and structural capital ) and profitability ROA, ROE.
The research sample was determined by purposive sampling method . The data used is data from 44 Islamic Banks registered in Bank Indonesia in 2012 - 2015. Data were analyzed using multiple regression
The results showed that the Intellectual Capital (IBVAIC) overall a significant effect on profitability ROA and ROE, while separately only physical capital (IBVACA) and human capital (IBVAHU) are having an effect significantly to ROA. While the effect on ROE only physical variable capital (IBVACA) and structural capital (IBSTVA).
xi
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karuniaNya kepada
kita bersama dan khususnya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi ini diberi judul “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Periode 2012-2015” .
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam mencapai
derajat sarjana pada Universitas Semarang. Penulis menyadari bahwa
terselesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
dukungan, petunjuk dan saran dari semua pihak. Untuk itu, penulis dengan segala
kerendahan hati ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini khususnya kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, taufik, hidayah
serta inayah-Nya
2. Prof. Dr. H. Pahlawansyah Harahap, SE., ME.,. Selaku Rektor
Universitas Semarang.
3. Hj. Dr. Ir. Kesi Widjajanti, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Semarang.
4. Dian Indudewi,SE.,Msi.,Akt selaku Dosen Pembimbing atas waktu
yang telah diluangkan untuk arahan, bimbingan, petunjuk, dan nasehat
xii
6. Seluruh staf pengajar, TU, Karyawan Perpus Universitas Semarang
yang telah sabar dalam membimbing, dan membantu setiap aktivitas
mahasiswa
7. Bapak, Ibu dan Adik tersayang atas doa, cinta dan ketulusan dalam
pengorbanan, tanpamu saya akan sulit menjalani hari – hari ini.
8. Teman – teman Kantor PKPU dan USM yang mendukung dalam
pembuatan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
memberikan balasan atas semua kebaikan dengan yang lebih baik.
Demikian penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan saya,. Harapannya
semoga skripsi ini bisa berguna dan lebih dikembangkan oleh penyusun
selanjutnya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan guna perbaikan
selanjutnya.
Semarang, Agustus 2016
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI ... iv
HALAMAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI ... v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
xiv
2.1.3. Definisi Intellectual Capital ... 14
2.1.4. Komponen Intellectual Capital ... 16
2.1.5 Value AddedIntellectual Capital(VAIC) ... 19
2.1.6 Islamic Banking VAIC ... 21
2.1.7 Bank Syariah ... 25
2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 28
2.2.1 Intellectual Capital dan ROA………. 28
2.2.2 Intellectual Capital dan ROE………...29
2.2.3 IBVACA,IBVAHU, dan IBSTVA dan ROA...30
2.2.4 IBVACA,IBVAHU,dan IBSTVA dan ROE... 31
2.3 Penelitian Terdahulu ... 32
2.4 Kerangka Pemikiran... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39
3.1.1.Variabel Dependen ... 39
3.1.2.Variabel Independen ... 40
3.1.2.1.Intellectual Capital (IC) ... 41
3.2. Objek Penelitian,Unit Sampel.Populasi dan Sampel ... 44
3.2.1.Objek Penelitian ... 44
xv
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 48
3.6 Koefisien Determinasi ... 48
3.6.1 Uji F ... 49
3.6.2 Uji t ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum dan Objek Penelitian ... 50
4.2. Hasil Analisis ... 53
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 53
4.3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 54
4.3.1 Uji Normalitas ... 55
4.3.2 Uji Multikolininearitas ... 56
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas... ... 58
4.4 Hasil Uji Regresi... ... ... 59
4.5 Adjusted R. ... 65
4.6 Uji Statistik F... ... 66
4.7 Uji Statistik t... ... 67
4.8 Pembahasan... ... 68
4.8.1 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap ROA ... 68
4.8.2 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap ROE ... 70
4.8.3 Pengaruh IBVACA,IBVAHU dan IBSTVA Terhadap ROA .... 71
4.8.4 Pengaruh IBVACA,IBVAHU dan IBSTVA Terhadap ROE .... 73
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 75
xvi
DAFTAR PUSTAKA ... 78
xvii
Tabel 2.1 : Klasifikasi Komponen Intellectual Capital ... 18
Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu ... 34
Tabel 4.1 : Proses Pemilihan Objek Observsasi ... 50
Tabel 4.2 : Daftar Sampel Penelitian... 52
Tabel 4.3 : Statistik Deskriptif Perbankan Syariah 2012-2015 ... 53
Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Normalitas ... 54
Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 56
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 58
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Regresi Model 1 ... 60
Tabel 4.8 : Hasil Pengujian R Square ... 60
Tabel 4.9 : Hasil Pengujian Regresi Model 2 ... 61
Tabel 4.10 : Hasil Pengujian R Square ... 61
Tabel 4.11 : Hasil Pengujian Regresi Model 3 ... 62
Tabel 4.12 : Hasil Pengujian R Square ... 63
Tabel 4.13 : Hasil Pengujian Regresi Model 4 ... 64
Tabel 4.14 : Hasil Pengujian R Square ... 64
Tabel 4.15 : Koefisien Determinasi R ... 65
Tabel 4.16 : Hasil Uji F ... 66
xviii
xix
Lampiran 1 : Objek Penelitian Perbankan Syariah
Tahun 2012-2015 ... 81
Lampiran 2 : Data Penelitian Perbankan Syariah
Tahun 2012-2015 (Hasil Tabulasi Data Mentah) ... 82
Lampiran 3 : Data Penelitian Perbankan Syariah
Tahun 2012-2015 (Hasil Tabulasi Data) ... 88
Lampiran 4 : Hasil Olah Data ... 91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, persaingan ketat tidak saja terjadi ketika brand berupaya
mendapatkan pelanggan baru, melainkan juga dalam memiliki tenaga kerja
berkualitas guna membesarkan brand itu sendiri. Perusahaan dituntut untuk terus
meningkatkan kapabilitas serta loyalitas karyawannya, karena hal tersebut pada
akhirnya akan sangat menentukan kinerja perusahaan.
Berdasarkan teori berbasis sumber daya (resource based theory ) apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dan daya saing terhadap kompetitornya (Prasetya dan Mutmainah ;dalam Wahyuni 2015). Atas dasar tesebut, maka perusahaan perlu menyampaikan informasi kepada kepada pengguna laporan keuangan mengenai adanya nilai tambah (value added) yang dimilikinya. Nilai tambah tersebut meliputi inovasi, penemuan-penemuan, ketrampilan (skill) karyawan, dan hubungan baik dengan para konsumen yang sering disebut sebagai
digunakan untuk menciptakan kekayaan perusahaan (meningkatnya profitabilitas perusahaan).
Hadirnya World Trade Organization (WTO) pada tingkat global dan
ASEAN For Trade Area (AFTA) di tingkat regional merupakan indikasi signifikan
globalisasi perdagangan dunia. Kesadaran perusahaan terhadap pentingnya
Intellectual Capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk lebih unggul dan
kompetitif (Simarmata, 2016). Keunggulan perusahaan tersebut dengan sendirinya
akan memberikan value added
bagi perusahaan (Solikhah, Rohman, dan Meiranto, 2010; dalam Simarmata,2016)
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pengungkapan Intellectual
Capital sebagai penggerak nilai perusahaan namun hal ini tidak diikuti dengan
kemudahan dalam mengukur IC secara langsung. Sehingga
Pulic,1998memperkenalkan pengukuran IC secara tidak langsung dengan
menggunakan Value Added Intellectual Coefficients (VAICTM), yaitu suatu ukuran
untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual
perusahaan. Sumber daya perusahaan yang juga merupakan komponen utama dari
(VAICTM) adalah physical capital (VACA-Value Added Capital Employed), human
capital (VAHU-Value Added Human Capital), struktural capital (STVA-structural
capital value added) (Hadiwijaya dan Rohman, 2013)
hanya terkait dengan materi Intellectual yang terdapat dalam diri karyawan perusahaan seperti pendidikan dan pengalaman. Intellectual capital juga terkait dengan materi atau aset perusahaan yang berbasis pengetahuan, atau hasil dari proses pentransformasian pengetahuan yang dapat berwujud aset intelektual perusahaan. Aset intelektual tersebut dapat berupa informasi, intellectual property, loyalitas pelanggan, paten, trademark, brand equity, database telah memainkan peranan yang penting dalam menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan. Hal ini dapat menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk dapat mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan (Sangkala ;dalam Yanuar dan Iswajuni, 2014),
Di Indonesia, fenomena Intellectual Capital mulai berkembang terutama
setelah munculnya PSAK No 19 (Revisi 2000) tentang aktiva tak berwujud.
Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai Intellectual Capital, namun lebih
kurang Intellectual Capital telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No 19, Aktiva
tidak berwujud adalah aktiva non – moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan
administratif (IAI, 2002) dalam (Ihyaul Ulum, 2008).
menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki perusahaan. Nilai lebih ini sendiri dapat berasal dari kemampuan berproduksi suatu perusahaan sampai pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih ini dihasilkan oleh modal intelektual yang dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat (Tjiptohadi dan Agustine,2003)
Terkait dengan implementasiintellectual capital (Firer dan Wiliam; dalam Rachmawati,2012)menyatakan bahwa sektor perbankan menjadi objek ideal untuk dilakukan penelitian, ini dikarenakan (1) tersaji data laporan keuangan (neraca, laba rugi) publikasi yang dapat diakses setiap saat; (2) bisnis sektor perbankan adalah “intelectually” intensif dalam pengelolaan intelektual capital dan secara intelektual
karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka, 2002; dalam Rachmawati,2012)
Tahun 1998 tentang Perubahan Undang – Undang No 7 Tahun 1992, yang mengatur tentang peraturan yang memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem pelayanan syariah di cabangnya (dual banking system), dan terbitnya Undang – Undang No 23 Tahun 1999.
Perkembangan selanjutnya adalah keluarnya fatwa tentang haramnya bunga bank yang dikeluarkan oleh MUI 2003, keluarnya fatwa ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah. Setelah itu dilanjutkan dengan terbitnya peraturan perundang – undangan, yaitu Undang – Undang No 21 Tahun 2008 yang mengatur tentang operasional perbankan syariah di Indonesia dan diperbaharui dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 11/3/PBI/2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor cabang, membuat perkembangan jumlah kantor layanan bank syariah bertambah dengan pesat. Sampai akhir Desember 2015, asset perbankan syariah mencapai 296 triliun sedangkan pada tahun 2014 hanya mencapai 272 triliun.Berdasarkan data statistik perbankan syariah Indonesia yang disajikan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) per Bulan Desember 2015, terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Bank
Syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 BPRS, dengan jaringan
kantor sebesar 2747. Jumlah tenaga kerja juga meningkat yang pada akhir Desember
2014 memiliki 49 ribu karyawan sedangkan pada akhir Desember mencapai 60 ribu
karyawan.
Selanjutnya, Ulum (2013) mengajukan suatu ukuran Intellectual Capital
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Ukuran IC yang
diajukan oleh Ulum (2013) tersebut disebut dengan IB-VAIC (Islamic
Banking-Value Added Intellectual Coefficient)
Berdasarkan model IB-VAIC yang dikembangkan oleh Ulum (2013)
penelitian ini akan menguji lebih lanjut, bagaimanakah kinerja Intellectual Capital
perbankan syariah periode 2012-2015 dan apakah kinerja yang diukur dengan
IB-VAIC dapat mempengaruhi profitabilitas yang diukur dengan variabel ROA dan
ROE.
Banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai hubungan antara
Intellectual Capital dengan profitabilitas (ROA) return on assets. Karam dan Sushila (2013) membuktikan bahwa IC memiliki hubungan positif dengan profitabilitas, namun tidak berpengaruh terhadap produktivitas dan nilai pasar. Sedangkan penelitian yang dilakukan Damar (2012) juga membuktikan bahwa IC berpengaruh positif terhadap ROA.
Penelitian yang dilakukan Faza dan Hidayah (2014) membuktikan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan IC terhadap ROA dan ROE, namun tidak berpengaruh terhadap ATO dan nilai perusahaan perbankan.
Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Gunawan dan Tan (2012) dimana secara parsial menunjukkan variabel physical capital (VACA) dan
structural capital (STVA) berpengaruh signifikan terhadap ROE. Penelitian yang dilakukan Firmansyah dan Iswajuni (2014) secara parsial hanya physical capital
Penelitian yang dilakukan Simarmata dan Subowo (2016) physical capital
(VACA) dan human capital (VAHU) yang berpengaruh positif terhadap profitabilitas ROA.
Penelitian ini dimotivasi oleh beberapa faktor, pertama, selama ini masih
banyak perusahaan khususnya perbankan yang melakukan pengukuran kinerja
dengan pendekatan tradisional. Penelitian ini menawarkan pengukuran kinerja
Intellectual Capital perbankan syariah dengan model IBVAIC , model ini dapat
mengukur kinerja Intellectual Capital sesuai dengan karakteristik bank syariah.
Kedua, berpijak pada penelitian yang dilakukan oleh Kamilia (2015) dan Faza
Hidayah (2014) yang hanya menggunakan salah satu variabel dependen ROA
atau ROE, maka dalam penelitian ini akan dikembangkan dengan menggunakan
dua variabel dependen yaitu ROA dan ROE. Ketiga, penelitian ini akan akan
menguji pengaruh faktor – faktor dari IBVAIC yang meliputi Value Added
Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU) dan
Structural Capital Value Added (STVA) terhadap profitabilitas sehingga dapat
diketahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum
1.2. Rumusan Masalah
Perbankan syariah mempunyai jenis transaksi yang relatif berbeda dengan
bank konvensional. Oleh karena itu, IC dalam penelitian ini menggunakan model
iB-VAIC (Islamic Banking-Value Added Intellectual Capital), dimana iB-VAIC
dihitung berdasarkan aktivitas yang lazim berdasarkan syariah. Hal ini yang
menyebabkan Ulum pada tahun 2013 mengeluarkan jurnal Inferensiasi mengenai
Metode Pengukuran Kinerja Bank Syariah menggunakan IB-VAIC.
Penelitianiniakan mengujipengaruhfaktor-faktordari iB- VAIC meliputi
Value Added Capital Employed (VACA); Value Added Human Capital (VAHU)
danStructural Capital Value Added (SCVA) terhadap profitabilitas sehingga dapat
diketahui faktor manakah yang paling mempengaruhiprofitabilitas ROA dan ROE.
Berdasarkan uraian diatas maka dengan ini maka dapat dirumuskan beberapa
pokok permsalahan yaitu
1.Apakah Intellectual Capital (IBVAIC)berpengaruh terhadap Profitabilitas ROA
Bank Syariah?
2. Apakah Intellectual Capital(IBVAIC)berpengaruh terhadap Profitabilitas ROE
Bank Syariah?
4. Apakah physical capital (IBVACA), human capital (IBVAHU) dan structural capital terhadap Profitabilitas ROE Bank Syariah?
1.3 Tujuan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh Intellectual Capital (IBVAIC)
terhadap Profitabilitas ROA Bank Syariah
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh Intellectual
Capital(IBVAIC)terhadap Profitabilitas ROE Bank Syariah
3. Untuk menguji secara empiris pengaruh Apakah physical capital (IBVACA), human capital (IBVAHU) dan structural capital terhadap Profitabilitas ROA
Bank Syariah.
4. Untuk menguji secara empiris pengaruh Apakah physical capital (IBVACA), human capital (IBVAHU) dan structural capital terhadap Profitabilitas ROE
Bank Syariah.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Mahasiwa
- Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan pada mata kuliah Akuntansi Keperilakuan
Bagi Perusahaan
- Sebagai dasar pertimbangan bagi perusahaan dalam mengembangkan
-Bagi Investor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1Resource Based Theory
Resource Based Theory RBT menganalisis dan menginterpretasikan sumber
daya organisasi untuk memahami bagaimana organisasi mencapai keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. RBT berfokus pada konsep atribut perusahaan yang
difficult to imitate sebagai sumber kinerja yang unggul dan keunggulan kompetitif
(Barney,1986; Hamel dan Prahalad, dalam Murti,2010). Dalam kaitannya dengan
penelitian ini, resources based theory menjelaskan perusahaan akan mendapatkan
keunggulan kompetitif dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya, dan
sumber daya intelektual termasuk di dalamnya, baik ini karyawan human capital,
aset fisik physical capital maupun structural capital.
RBT menyatakan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang dapat
menjadikan perusahaan memiliki keunggulan bersaing dan mampu mengerahkan
perusahaan untuk memiliki kinerja jangka panjang yang baik.Resources yang
berharga dan langka dapat diarahkan untuk menciptakan keunggulan bersaing,
sehingga resources yang dimiliki mampu bertahan lama dan tidak mudah ditiru,
Ada dua asumsi yang melekat pada RBT (Nothnagel,2008; dalam Ulum
2013) yaitu resource heterogeneity dan resorce immobility.Resource heterogeneity
(juga disebutresourcedivercity) menyinggung apakah sebuah perusahaan memiliki
sumber daya atau kapabilitas yang juga dimiliki oleh perusahaan lain yang menjadi
kompetitornya, sehingga sumberdaya tersebut dianggap tidak dapatmenjadi suatu
keunggulan bersaing. Sedangkan resource immobilitymenunjuk pada suatu sumber
daya yang sulit didapat oleh kompetitor karena sulit untuk mendapatkan atau jika
menggunakan sumber daya tersebut biayanya sangat mahal.
(Barney,1991; dalam Ulum 2013) menyatakan bahwa dalam perspektif RBT,
firm resources meliputi seluruh aset, kapabilitas, proses organisasional,
atribut-atribut perusahaan, informasi, knowledge, dan lain – lain yang dikendalikan oleh
perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk memahami dan
mengimplementasikan strategi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perusahaan. Lebih lanjut Barney (1991) menyarankan bahwa untuk memahami
sumber dari keunggulan kompetitif berkelanjutan (sustained competitive
advantages), perlu dibangun suatu model teoritis yang bermula dari sebuah bahwa
sumberdaya perusahaan adalah heterogen dan immobile. Agar menjadi sumberdaya
potensial dalam sustained competitive advantages, maka sumberdaya perusahaan
harus memiliki empat atribut, yaitu: (a) valuable, (b) langka (rareness), (c) tidak
dapat ditiru (inimitability), dan (d) tidak ada sumberdaya pengganti
Peningkatan Produktivitas dari setiap pegawai atau human
capitalmemerlukan biaya investasi pada human capitalyang berkaitan dengan
pemotivasian, pengawasan, dan mempertahankan pegawai dalam mengantisipasi
return di masa mendatang (Flamholz &Lacey,1981;dalam Suhendah, 2012) terdapat
faktor- faktor penting seperti kondisi pasir, serikat kerja, strategi – strategi bisnis dan
teknologi yang dapat mempengaruhi baiaya berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya manusia.
2.1.2Stakeholder Theory
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk
melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan
kembali aktivitas – aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa
seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana
aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (Sebagai contoh melalui polusi,
sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain – lain, bahkan ketika mereka memilih
untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat
secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup
organisasi (Deegan, 2004;dalam Ulum 2009)
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer
korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan
perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder
adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai daripada
aktifitas – aktifitas mereka,dan meminimalkan kerugian – kerugian bagi stakeholder.
Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan
terjadi ketika korporasi dari stakeholder menjalankan hubungan mereka
(Ulum,2009:5)
2.1.3 Definisi Intellectual Capital (IC)
Berikut beberapa pengertian IC yang penulis dapat kumpulkan:
a) Intellectual Capital dalam pengertian yang lebih komprehensif dengan
menyatakan bahwa istilah Intellectual Capital diberikan untuk kombinasi
intangible assets yang dapat membuat perusahaan untuk berfungsi (Ulum
2009,hal 20)
b) Intellectual Capital menjelaskan IC sebagai nilai ekonomis dari dua kategori
aset tak berwujud; (1) organisational (structural) capital; dan (2) human capital
(Ulum 2009, hal 21)
c) Intellectual Capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai
pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan
tersebut atau dari financial capitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi
bahwa sejak akhir 1980-an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara
nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang
dilakukan oleh akuntan. (Ulum 2009,hal 21)
d) Intellectual Capital tidak hanya terkait dengan materi intelektual yang terdapat
dalam diri karyawan perusahaan seperti pendidikan dan pengalaman.
Intellectual Capital juga terkait dengan materi atau aset perusahaan yang
berbasis pengetahuan,atau hasil dari proses pentransformasian pengetahuan
yang dapat berwujud aset intelektual perusahaan (Sangkala, 2006; dalam
Firmansyah dan Iswajuni, 2014)
e) Intellectual Capital telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam bisnis
modern.Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk
mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan
(Sawarjuwono,2003; dalam Firmansyah dan Iswajuni,2014).
f) Intellectual Capital sebagai proses penciptaan nilai melalui pengetahuan dan
informasi yang diaplikasikan pada pekerjaan.
Intellectual capital (IC) di Indonesia secara tersirat disebutkan dalam
PSAK No 19 tentang aset takberwujud. Pengertian aset takberwujud dalam
PSAK No. 19 adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk
tujuan administratif (IAI, 2007).
Beberapa contoh dari aset takberwujud telah dijelaskan dalam PSAK No.
lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek
dagang. Selain itu juga di dalam PSAK No. 19 menyebutkan piranti lunak
komputer, hak paten, hak cipta, film gambar hidup, daftar pelanggan, hak
penguasaan hutan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau
pelanggan, kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar (IAI, 2007).
Pulic (2000) mengusulkan pengukuran secara tidak langsung terhadap IC
dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah yang dihasilkan oleh kemampuan
intelektual perusahaan yaitu value added intellectual coefficient-VAICTM (Pulic,
1998). Ulum (2013) mendesain ulang pengukuran IC menggunakan VAICTM.
Desain yang dibuat Ulum (2012) disebut iB-VAIC (Islamic Banking-Value
Added Intellectual Capital) yang sudah menggunakan akun-akun syariah dalam
perhitungan setiap komponen IC untuk mengukur nilai tambah yang dihasilkan
oleh kemampuan perusahaan.
2.1.4 Komponen Intellectual Capital
Definisi – definisi tentang intelectual capital tersebut di atas kemudian telah
mengarahkan beberapa peneliti untuk mengembangkan komponen spesifik atas
IC. Leif Edvinson misalnya menyatakan, menyatakan bahwa nilai intellectual
capital suatu perusahaan adalah jumlah dari human capital dan structural capital
perusahaan tersebut.(Ulum,2009 hal 25). Banyak para praktisi yang menyatakan
bahwa intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby
1. Human Capital (Modal Manusia)
Human Capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah
sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk
diukur. Human Capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang
sangat berguna, keterampilan dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Human Capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan
solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang – orang yang ada di
dalam perusahaan tersebut. Human Capital akan meningkat jika perusahaan mampu
menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.(Brinker 2000; dalam
Suwarjuwono dan Kadir, 2003) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat
diukur dari modal ini , yaitu training programs, credential, experience, competence,
recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality.
2. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi)
Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis
secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing,
budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang
dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang
tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka
intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada
3.Relational Capital atau Costumer Capital (Modal Pelanggan)
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai
secara nyata. Relational Capital merupakan hubungan yang harmonis/association
network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari
para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan
merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan
perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational Capital
dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat
menambah nilai bagi perusahaan tersebut.
Tabel 2.1 Klasifikasi Komponen Intellectual Capital
HumanCapital StructuralCapital RelationalCapital
IntellectualProperty:
2.1.5Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)
Konsep Modal Intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai
kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari
informasi yang lebih rinci mengenai hal – hal yang berkaitan dengan pengelolaan
modal intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran, sampai dengan
pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan (Suwarjuwono dan Kadir,
2003).
Suwarjuwono dan Kadir (2003), menyatakan bahwa metode pengukuran IC
dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu : non monetary dan pengukuran
monetary. Pengukuran intellectul capital secara non moneter salah satunya dengan
menggunakan balanced Scorecard oleh Kaplan dan Norton, sedangkan pengukuran
intellectual capital secara moneter yaitu dengan VAICTM dikembangkan oleh Pulic.
Metode Value Added Intellectual Coefficients (VAIC TM) dikembangkan oleh Pulic
pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation
efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible
asset) yang dimiliki perusahaan. (VAIC TM) merupakan instrumen untuk mengukur
kinerja intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat
mungkin untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun – akun dalam laporan
keuangan perusahaan (neraca, laba rugi).
Perhitungan VAICTMPerhitungan VAICTM dimulai dari kemampuan
paling obyektif unttuk menilai kaberhasilan bisnis dan menunjukan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan nilai. Value Added diukur dari selisih antara output
dan input. Nilai output (OUT) adalah revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa
yang dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh
beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam
rangka menghasilkan revenue. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa beban
karyawan tidak termasuk dalam IN. Beban karyawan tidak termasuk dalam IN
karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai.
Proses value creation dipengaruhi oleh human capital (HC), Capital Employe (CE),
dan Structural capital (SC), diantaranya sebagai berikut:
1, Value Added Capital Employed (VACA)
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit physical
capital. Pulic (2000) mengansumsikan bahwa jika 1 unit dari CE akan menghasilkan
return yang lebih besar daripada yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih
baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih
baik merupakan bagian dari IC perusahaan.
2. Value Added Human Capital (VAHU)
VAHU menjelaskan adanya hubungan value Added (VA) dan human capital
(HC). VAHU menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang
kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten
dengan pandangan penulis IC lainnya, Pulic beragumen bahwa total salary and wage
cost adalah indikator dari HC Perusahaan.
3. Structural Capital Value Added (STVA)
STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah
dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai
(Ulum, 2013). SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen
terhadap value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut.
Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang ini telah
diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional
(Pulic,2000;dalam Ulum, 2013)
2.1.6Islamic Banking-Value Added Intelectual Capital (iB-VAIC)
Metode IB-VAIC merupakan desain ulang Pulic (2000) yang dilakukan oleh
Ulum (2012) yang dalam menghitung komponen IC di perbankan syariah telah
menggunakan akun-akun yang berbasis syariah untuk menyajikan informasi tentang
value creation efficiency dari aset berwujud dan aset tak berwujud yang dimiliki
perusahaan.VAICTMmerupakan alat untuk mengukur kinerja IC.Pendekatan ini relatif
mudah karena dihitung dari akun-akun dalam laporan keuangan dan akun yang lazim
digunakan pada peusahaan konvensional.
Perkembangan yang pesat dalam perbankan syariah belum diiringi dengan
memformulasikan model penilaian kinerja IC untuk perbankan syariah yang kenal
dengan iB-VAIC (IKESslamic Banking-Value Added Intellectual Capital) yang
dimodifikasi darii model Pulic (2000) yaitu VAIC.
Keistimewaan pengukuran ini adalah memperhatikan akun-akun sumber
danaatau pendapatan halal dan pendapatan non halal dalam perbankan syariah. VAIC
didesain untuk mengukur kinerja IC perusahaan dengan jenis transaksi yang umum,
sedangkan iB-VAIC didesain untuk mengukur akun-akun perbankan syariah yang
memiliki jenis transaksi sendiri dan relatif berbeda dari perbankan
umum/konvensional (Ulum, 2013). Berikut tiga rumus yang digunakan dalam
iB-VAIC, diantaranya:
Tahap pertama dengan menghitung iB-Value added (iB-VA). IB-VA dihitung
dengan menggunakan cara sebagai berikut:
OUT (output) : Total pendapatan, diperoleh dari:
1. Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi utama kegiatan syariah +
pendapatan operasi lainnya - hak pihak ketiga atas bagi hasil dan syirkah temporer.
I. Pendapatan operasi utama kegiatan syariah terdiri dari:
A. Pendapatan penyaluran dana
Pendapatan dari jual beli (pendapatan marjin murabahah); Pendapatan bersih
Pendapatan pendapatan bagi hasil musyarakah; Pendapatan bagi hasil mudharabah;
Pendapatan dari penyertaan; lainnya
2. Dari Bank Indonesia; Bonus SBIS; Lainnya.
3. Dari bank-bank lain di Indonesia; Bonus dari bank syariah lain; Pendapatan bagi
hasil mudharabah (Tabungan mudharabah, Deposito mudharabah, Sertifikat investasi
mudharabah antar bank); Lainnya.
B. Pendapatan operasi lainnya: Jasa investasi terikat (mudharabah muqayyadah);
Jasalayanan; Pendapatan dari transaksi valuta asing; Koreksi PPAP; Koreksi
penyisihan penghapusan transaksi rek. Administrasi; Lainnya.
1. Hak pihak ketiga atas bagi hasil syirkah temporer
Pihak ketiga bukan bank: Tabungan mudharabah; Deposito
mudharabah; Lainnya.
Bank Indonesia; FPJP syariah; Lainnya.
Bank-bank lain di Indonesia dan di luar Indonesia; Tabungan
mudharabah; deposito mudharabah; Sertifikat investasi mudharabah
antar bank; Lainnya.
Pendapatan non operasional
II. IN (input) :Beban usaha/operasional dan beban non operasional kecuali beban
Beban usaha/operasional kecuali beban kepegawaian
Beban penyisihan kerugian asset produktif-bersih
Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi
Beban operasi lainnya; Beban bonus titipan wadiah; Beban
administrasi dan umum; Beban penurunan nilai surat nerharga; Beban
transaksi valuta asing; Beban promosi dan Beban Lainnya.
Value added (iB-VA) juga dapat dihitung dari akun-akun berikut:
Keterangan :
OP : operating profit (laba operasi/laba usaha);
EC : employee costs (beban karyawan)
D : depreciation (depresiasi)
A : amortization (amortisasi)
Tahap kedua dengan menghitung Value Added Capital Employee
(iB-VACA).
iB-Value Added Capital Employed (iB-VACA) adalah indikator untuk iB-VA
yang diciptakan oleh satu unit dari human capital. Rasio ini menunjukkan kontibusi
yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added perusahaan.
Tahap ketiga dengan menghitung Value Added Human Capital (iB-VAHU).
iB-VAHU menunjukkan berapa banyak iB-VA dapat dihasilkan dengan dana
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. iB-VA menunjukkan kontribusi yang dibuat
oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.
Tahap keempat dengan menghitung Structural Capital Value Added
(iB-STVA). iB-Structural Capital Value Added (STVA) mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari iB-VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang
independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai. Artinya, semakin besar
kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam
hal tersebut.
Tahap kelima menghitung iB-VAIC. iB-VAIC mengindikasikan kemampuan
intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai indicator kinerja organisasi.
iB-VAIC merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya.
2.1.7 Bank Syariah
Bank Syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan
imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil (Budisantoso dan
Nuritomo;207;2015)
Secara umum dengan diundangkannya Undang – Undang Nomor 10 Tahun
1998 tersebut, posisi bank bagi hasil ataupun bank atas dasar prinsip syariah
Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional
memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan kontribusi yang
maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional. Salah satu sarana pendukung
vital adalah adanya pengaturan yang memadai dan sesuai dengan
karakteristiknya. Pengakuan atas keberadaan bank syariah semakin ditegaskan
dengan dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah pada Juli 2008. Dengan telah disahkannya undang – undang
tersebut, maka keberadaan perbankan syariah di Indonesia sebagai alternatif jasa
perbankan bagi masyarakat Indonesia menjadi semakin diterima dan diakui oleh
masyarakat sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal
dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi nasional.
Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat
juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah melalui:
a. Pendirian kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang baru;atau
b. Pengubahan kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor cabang yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang melakukan
kegiatan berdasarkan pada prinsip syariah. Dalam rangka persiapan perubahan
kantor bank tersebut, kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang
sebelumnya melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat terlebih dahulu
membentuk unit tersendiri yang melaksanakan kegiatan berdasarkan pada prinsip
Regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah, membagi bank syariah menurut jenisnya yang terdiri atas
a. Bank Umum Syariah (BUS)
Bank Umum Syariah merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank
devisa dan bank non devisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso keluar negeri, pembukaan LC, dan
sebagainya.
b. Unit Usaha Syariah (UUS)
Unit Usaha Syariah merupakan unit kerja dari kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di
kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk cabang
pembantu syariah dan atau unit syariah. UUS berada satu tingkat dibawah direksi
bank umum konvensional bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa
ataupun bank non devisa.
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan bank syariah yang dalam
BPRS adalah perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI atau badan
hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum
Indonesia dengan pemerintah daerah.
Secara ringkas (Budisantoso dan Nuritomo;2015;212) beberapa karakteristik
Bank Syariah diantaranya adalah (1) Berinvestasi pada usaha yang halal, (2) Atas
dasar bagi hasil, margin keuntungan dan fee, (3) Besaran bagi hasil berubah – ubah
bergantung kinerja usaha, (4) Profit dan falah oriented, (5) Pola hubungan kemitraan,
(6) Ada dewan Pengawas Syariah
2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
2.2.1 Intellectual Capital dan ROA
Sesuai dengan Resources Based Theory dimana perusahaan yang mamp
mengelola Intellectual Capital dengan baik maka perusahaan tersebut akan memiliki
keunggulan kompetitif serta diyakini mampu menciptakan nilai tambah yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Intellectual Capital
diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif
dan kinerja keuangan yang superior (Barney 1991;dalam Faza dan Hidayah,2014)
Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen Intellectual
Capital, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Jika
perusahaan – perusahaan dapat memproduksi barang sesuai dengan kebutuhan
konsumen, memberikan servis yang memuaskan dan menjaga hubungan baik dengan
bertahan di lingkungan bisnis yang berkembang pesat. Pengelolaan aset yang baik
dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur
dengan Return on Asset (ROA). Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut dapat
menghasilkan uang earnings yang lebih banyak dengan aset yang sedikit (Faza dan
Hidayah, 2014).
Penelitian Rachmawati (2012) yang membahas tentang pengaruh Intellectual
Capital terhadap ROA menunjukkan bahwa Intellectual Capitalmemiliki pengaruh
positif terhadap Return On Asset. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Karam Pal
dan Soriya (2013) yang menunjukkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif
terhadap ROA pada perusahaan di sektor IT India 1998-2008
Berdasarkan teori di atas dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis
pertama penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Intellectual Capital (IBVAIC) berpengaruh signifikan positif terhadap
profitabilitas ROA.
2.2.2 Intellectual Capital dan ROE
Berdasarkan resource based theory, intellectual capital yang dimiliki
perusahaan mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik, salah satunya yaitu
meningkatkan laba perusahaan. Dengan adanya penggunaan intellectual capital
tersebut, diharapkan akan meningkatkan penjualan serta menggunakan sumber daya
laba perusahaan (Faza dan Hidayah, 2014)
Penelitian yang dilakukan Faza dan Hidayah (2014) yang berjudul pengaruh
IC terhadap profitabilitas, produktivitas dan nilai perusahaan pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) membuktikan bahwa IC
berpengaruh positif terhadap ROE. Penelitian lain yang dilakukan juga oleh
Gunawan dan Tan (2013) menunjukkan bahwa secara agregat VAIC TM berpengaruh
signifikan terhadap ROE. Penelitian lain juga dilakukan oleh Salehi, Seraj dan
Mohammadi (2014) menunjukkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh kuat
terhadap ROE. Dengan demikian menunjukkan bahwa dengan semakin baiknya
perusahaan dalam memanfaatkan Intellectual Capital yang dimiliki maka perusahaan
dapat meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan dan tingkat kepercayaan
investor.
Berdasarkan penjelasan di atas hipotesis kedua yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2: Intellectual Capital(IBVAIC) berpengaruh signifikan positif terhadap Return on
Equity
2.2.3 Physical capital (IBVACA), Human Capital (IBVAHU, dan Structural
Capital dan ROA
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen perusahaan diharapkan mampu
melakukan aktivitas yang diharapkan oleh stakeholder mereka dan para stakeholder
perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan yang baik atas seluruh potensi yang
dimiliki perusahaan akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian
dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan demi kepentingan stakeholder
(Pramelasari, 2010)
Penelitian yang dilakukan Simarmata dan Wibowo (2016) yang meneliti
mengenai pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja
KeuanganROAmenunjukkan hasil bahwa komponen Intellectual Capital yang diukur
dengan variabel VACA dan VAHU menunjukkan bahwa keduanya berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan Suhendah (2012) yang meneliti
mengenai pengaruh IC terhadap Profitabilitas, produktivitas dan penilaian pasar pada
perusahaan Go Public di mana variabel profitabilitas diwakili oleh variabel ROA
menunjukkan hasil bahwa Structural Capital yang diukur dengan (STVA)
berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan penjelasan di atas hipotesis ketiga yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3-a: Physical capital (IBVACA) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA
H3-b: Human capital (IBVAHU) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA
H3-c: Structural Capital(IBSTVA) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA
2.2.4 Physical capital (IBVACA), Human Capital (IBVAHU, dan Structural
Capital dan ROE
melakukan aktivitas yang diharapkan oleh stakeholder mereka dan para stakeholder
dapat mengendalikan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan yang baik atas seluruh potensi yang
dimiliki perusahaan akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian
dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan demi kepentingan stakeholder
(Pramelasari, 2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Tan (2012) mengenai pengaruh
IC terhadap Kinerja Perusahaan Badan Usaha Manufaktur menunjukkan hasil bahwa
secara parsial variabel physical capital (VACA) dan structural capital (STVA)
berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Berdasarkan penjelasan di atas hipotesis ketiga yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4-a: Physical capital (IBVACA) berpengaruh signifikan positif terhadap ROE
H4-b: Human capital (IBVAHU) berpengaruh signifikan positif terhadap ROE
H4-c: Structural Capital (IBSTVA) berpengaruh signifikan positif terhadap ROE
2.3.PenelitianTerdahulu
Penelitian terdahulu Karam Pal (2011), Rachmawati (2012), Suhendah (2012)
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Intellectual Capital
(IC) terhadap profitabilitas ROA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
profitabilitas yang diukur dengan variabel ROA, membuktikan bahwa Intellectual
terhadap ROA diantaranya adalah physical capital (VACA) dan human capital (VAHU). Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Simarmata dan Wibowo (2016) yang menemukan hasil yang berbeda dalam meneliti pengaruh
Intellectual Capitalterhadap ROA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwaphysical capital (VACA) dan Human Capital (VAHU) berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan (ROA) sedangkan untuk structural capital berpengaruh
negatif.
Penelitian yang dilakukan Salehi,Seraj dan Mohammadi (2014), dan
Gunawan Tan (2012) yang meneliti mengenai Pengaruh Intellectual Capital Pada
Rasio Profitabilitas ROE, menunjukkan bahwa secara keseluruhan VAIC berpengaruh terhadap ROE. Secara spesifik Gunawan dan Tan (2012) menjelaskan bahwa secara parsial human capital (VAHU) tidak berpengaruh terhadap ROE,
sedangkan variabel physical capital (VACA) dan structural capital (STVA)
berpengaruh terhadap ROE
Berdasarkan penelitian - penelitian terdahulu tersebut diatas, secara ringkas
Tabel 2.2
Ulum (2008) Intellectual Capital
2.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian mengenai pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah menggunakan 2 kerangka pemikiran yang masing – masing memiliki 2
model penelitian.. Model penelitian pertama adalah menguji hubungan Intellectual Capital
(IBVAIC) secara agregat terhadap ROA. Model yang kedua adalah menguji hubungan
Intellectual Capital (IBVAIC) secara agregat terhadap ROE. Pada komponen yang ketiga
menggunakan ketiga komponen yaitu IB VACA, IBVAHU dan IBSTVA untuk menguji
hubungan IC dengan ROA, dan menguji hubungan IBVACA, IBVAHU dan IBSTVA
untuk menguji hubungan IC dengan ROE.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran 1
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran II
IBVAIC ROA
IB VACA IB VAHU IB STVA
ROA
ROE
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Unit Analisis dalam penelitian ini adalah 11 Bank Umum Syariah dari
tahun 2012-2015. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
Variabel dependen dan Variabel independen.Variabel Dependen dalam
penelitian ini terdiri dari tiga variabel diantaranya adalah Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Variabel Independen dalam penelitian
ini adalah Intellectual Capital.
3.1.1.Variabel Dependen
Variabeldependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2009).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai
profitabilitas yang diukur dengan variabel Return on Asset (ROA), Return
on Equity (ROE).
Definisi Operasional dari Variabel Dependen
3.1.1.1.Return On Asset (ROA)
Return On Assetdigunakan untuk mengukur keseluruhan efektifitas manajemen dalam menghasilkan laba dengan asset yang tersedia.
3.1.1.2. Return On Equity (ROE)
Return On Equity, mengukur tingkat pengembalian atas investasi
dari pemegang saham. ROE merupakan kemampuan bank dalam mengelola
modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Rasio ini merupakan
indikator yang cukup penting bagi pemegang saham karena rasio ini
menggambarkan seberaba besar bank telah mampu menghasilkan laba dari
jumlah dana yang telah mereka investasikan kepada suatu bank. Return On
Equity dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
ROE= Earning After Tax /Total Equity
3.1.2. Variabel Independen
Variabel independen yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya
atau terpengaruhinya variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel
independen yang digunakan adalah intellectual capital yang diukur
dengan VAIC, dengan ketiga komponennya yang diukur berdasarkan
value added yang diciptakan oleh ketiga komponennya yaitu value added
of capital employee (VACA), value added of human capital (VAHU) dan
structural capital value added (STVA).
Definisi Operasional dari Variabel Dependen
3.1.2.1Intellectual Capital (IC)
Berikut tiga rumus yang digunakan dalam iB-VAIC, diantaranya:
Tahap pertama dengan menghitung iB-Value added (iB-VA).
OUT (output) : Total pendapatan, diperoleh dari:
a. Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi utama
kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya - hak pihak ketiga atas bagi hasil dan syirkah temporer.
Pendapatan operasi utama kegiatan syariah terdiri dari:
1. Pendapatan penyaluran dana
Pendapatan dari jual beli (pendapatan marjin murabahah); Pendapatan bersih salam parallel; Pendapatan bersih istishna parallel; Pendapatan sewa ijarah; Pendapatan pendapatan bagi
hasil musyarakah; Pendapatan bagi hasil mudharabah;
Pendapatan dari penyertaan; lainnya
2. Dari Bank Indonesia; Bonus SBIS; Lainnya.
3. Dari bank-bank lain di Indonesia; Bonus dari bank syariah lain; Pendapatan bagi hasil mudharabah (Tabungan mudharabah, Deposito mudharabah, Sertifikat investasi mudharabah antar bank); Lainnya.
b. Pendapatan operasi lainnya: Jasa investasi terikat (mudharabah
muqayyadah); Jasa layanan; Pendapatan dari transaksi valuta asing; Koreksi PPAP; Koreksi penyisihan penghapusan transaksi rek. Administrasi; Lainnya.
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil syirkah temporer
1. Pihak ketiga bukan bank: Tabungan mudharabah; Deposito
mudharabah; Lainnya.
2. Bank Indonesia; FPJP syariah; Lainnya.
3. Bank-bank lain di Indonesia dan di luar Indonesia; Tabungan
mudharabah; deposito mudharabah; Sertifikat investasi mudharabah antar bank; Lainnya.
IN (input) :Beban usaha/operasional dan beban non operasional kecuali beban kepegawaian/karyawan
Beban usaha/operasional kecuali beban kepegawaian
Beban penyisihan kerugian asset produktif-bersih
Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi
Beban operasi lainnya; Beban bonus titipan wadiah; Beban
administrasi dan umum; Beban penurunan nilai surat nerharga; Beban transaksi valuta asing; Beban promosi dan Beban Lainnya.
Value added (iB-VA) juga dapat dihitung dari akun-akun berikut:
Keterangan :
OP : operating profit (laba operasi/laba usaha);
EC : employee costs (beban karyawan)
D : depreciation (depresiasi) A : amortization (amortisasi)
Tahap kedua dengan menghitung Value Added Capital Employee
(iB-VACA).
iB-Value Added Capital Employed (iB-VACA) adalah indikator
untuk iB-VA yang diciptakan oleh satu unit dari human capital. Rasio ini
menunjukkan kontibusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap
value added perusahaan.
[3.2]
Keterangan:
iB-VACA : Value Added Capital Employed :rasio dari iB-VA terhadap CE
iB-VA : value added
CE : Capital Employed : dana yang tersedia (total ekuitas)
iB-VA= OP + EC + D + A
Tahap ketiga dengan menghitung Value Added Human Capital (iB-VAHU).
iB-VAHU menunjukkan berapa banyak iB-VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. iB-VA menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC
terhadap value added organisasi.
[3.3]
Keterangan :
iB-VAHU : Value added Human Capital : rasio dari iB-VA terhadap HC
iB-VA : Value added
HC : Human capital : beban karyawan
Tahap keempat dengan menghitung Structural Capital Value Added
(iB-STVA).
iB-Structural Capital Value Added (STVA) mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari iB-VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC dalam proses
penciptaan nilai. Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value
creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. [3.4] Keterangan:
STVA : Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap IB-VA
SC : Structural capital : IB-VA – HC
iB-VA :Value Added
Tahap kelima menghitung iB-VAIC.
iB-VAIC mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai indicator kinerja organisasi. iB-VAIC merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya.
iB-VAHU = iB-VA/HC
iB-STVA = SC/ iB-VA
3.2. Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Sampel
3.2.1. Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank
Umum Syariah dengan periode tahun 2012 -2015. Sektor perbankan syariah
dipilih sebagai objek ideal dalam penelitian ini karena (1) tersaji data
laporan keuangan (neraca,laba/rugi) yang dapat diakses setiap saat (2)
secara intelektual karyawan di sektor perbankan lebih homogen (3) objek
sesuai dengan model penelitian Islamic Banking Value Added Capital
Employed (IBVAIC)
3.2.2. Unit Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakann
data sekunder yang mengambil unit sampel berupa laporan keuangan laba
rugi komprehensif yang bisa diakses di masing – masing web perusahaan
perbankan syariah
3.2.3. Populasi
Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu
yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan
Supomo,2009;115). Populasi penelitian ini adalah seluruh Bank Syariah di
Indonesia yang terdapat dalam Statistik Perbankan Syariah di Otoritas Jasa
Keuangan RI pada tahun 2012-2015
3.2.4. Sampel.
Jika jumlah elemen populasinya relatif banyak atau bahkan sulit dihitung
(Indriantoro dan Supomo,2009;116). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik pertimbangan (Judgment Sampling).
Metode ini merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian). Adapun
penggunaan metode Judgment Sampling dalam penelitian ini adalah
perusahaan perbankan syariah yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Jenisperbankansyariah yang sudahtidak bergabung dengan
konvensional atau dengan kata lain sudah menjadi Bank Umum
Syariah (BUS)
2. Perbankansyariah yang mempublikasikan laporan keuangan secara
konsisten dan lengkap secara tahunan dari tahun 2012 - 2015
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang bersumber dari laporan tahunan (annual report) perbankan
syariah di Indonesia tahun 2012-2015. Laporan keuangan tersebut
digunakan untuk menghitung kinerja Intellectual Capital pada Bank
Syariah serta mengetahui rasio kinerja keuangan perbankan syariah.
3.4.Metode Pengumpulan Data
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian merupakan data
sekunder. Data yang diperoleh dalampenelitian ini adalah data sekunder
dari beberapa sumber. Data yang digunakan adalah laporan tahunan yang
dipublikasikan oleh perusahaan perbankan syariah yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Republik Indonesia, dengan menggunakan
teknik dokumentasi.
Teknik Dokumentasi ini dilakukan dengan cara pengambilan data
dari catatan-catatan/ laporan keuangan perusahaan/ bank yang
berhubungan atau masih ada sangkut pautnya dengan data yang diperlukan
oleh peneliti. Data dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan
tahunan bank yang sudah dipublikasikan, serta sumber lain yang terkait
dengan pokok masalah penelitian. Dalam penelitian in imetode
pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dapat dilakukan dengan
cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa
data laporan keuangan yang berisi tentang informasi penggunaan Modal
Intelektualdan Rasio Kinerja Keuangan Bank.
3.5. Metode Analisis Data
3.5.1 Statistik Deskriptif
VAIC yang diformulasikan oleh Pulic (2000) untuk menilai kinerja
IC pada perusahaan konvensional (private sector, profit motive, non
syariah). IB-VAIC yang dimodifikasi oleh Ulum (2013) dalam menilai
kinerja Bank Syariah digunakan untuk menentukan efisiensi dari tiga
model, yaitu physical capital, human capital dan structural capital. Dalam
konteks ini, komponen yang digunakan adalah IB-VACA, IB-VAHU, dan
komponen VAIC hasil penjumlahan dari VACA-VAHU dan
IB-STVA.
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan metode SPSS
yang terdiri dari uji asumsi klasik, adapun uji asumsi klasik terdiri dari uji
normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,2006).
3.5.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuanuntuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas
dalam model regresi dapat dilihat dari toleransi value dan variance
inflation factor (VIF). Tolerancemengukur variabilitas variabel