• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN REALISTIK INDONESIA

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Nuri Purwanasari, M.Hum.

Disusun Oleh :

1. Siti Nurohmah (1460000-)

2. Defreni Mardatillah (14600020)

3. Ana Nikmaturohmah (14600027)

4. Ulfiana Nur Siddiq (146000--)

5. Mizki Ananda Tri (14600047)

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Semoga kita bisa menjadi umatnya yang mendapatkan syafa’at di hari kiamat kelak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang turut berpartisipasi dan memberikan rekomendasi dalam menyelesaikan

makalah yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Realistik Indonesia”. Ucapan terima kasih terutama kami tujukan kepada yang

terhormat:

1) Ibu Nori Purwanasari, M,Hum. Dosen Pengampu mata kuliah Bahasa

Indonesia

2) Seluruh rekan dan civitas akademika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

yang ikut mendorong dan memberikan motivasi .

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak dan dapat menjadi

sumber referensi untuk penulisan makalah selanjutnya. Namun kami sebagai

penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini belum mencapai

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan di masa mendatang.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan ...

D. Manfaat ...

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMR) ...

1. Karakteristik PMRI ...

2. Prinsip-prinsip PMRI ...

B. Penerapan Model pembelajaran PMRI ...

C. Kelebihan dan Kekurangan PMRI ...

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran di sekolah merupakan suatu bagian pendidikan yang

penting untuk disoroti. Antara lain bagaimana proses pembelajaran

berlangsung juga seperti apa guru mengajar di dalam kelas dan aktifitas siswa

di dalam kelas.

Peranan penguasaan matematika dalam menunjang keberhasilan

pendidikan sangat sentral. Penguasaan terhadap materi matematika bagi anak

didik baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah adalah sangat penting

karena penguasaan tersebut akan menjadi sarana yang ampuh untuk

mempelajari mata pelajaran lain, baik pada jenjang pendidikan yang sama

maupun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam pembelajaran matematika, kemampuan berpikir matematis

khusunya berpikir matematika tingkat tinggi sangat diperlukan siswa, terkait

dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir terutama yang

menyangkut aktivitas matematika perlu mendapatkan perhatian khusus dalam

proses pembelajaran matematika.

Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas.

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan

siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan

optimal. Oleh karena itu, diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk

mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah, kemampuan

seorang guru memilih metode maupun pendekatan pembelajaran matematika

(6)

Penggunaan pendekataan mekanistik atau biasa juga disebut dengan

metode konvensional yang pada umumnya diterapkan oleh guru pada saat

pembelajaran matematika berlangsung dianggap kurang efektif mengingat

karena matematika merupakan ilmu tentang berhitung, maupun berlogika.

Pembelajaran konvensional oleh guru yaitu memberikan aturan juga rumus

rumus untuk dihafal, diingat dan diterapkan membuat siswa kesulitan untuk

memahami konsep. Padahal dalam pembelajaran matematika, siswa sebaiknya

dibiasakan untuk memperoleh pemahaman-pemahaman melalui pengalaman

siswa baik secara individu maupun kelompok.

Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal

menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif sehingga perlu ada

pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna yang penekanannya pada

masalah-masalah realistik yang dapat memunculkan konsep-konsep

matematika. Pendekatan pembelajaran yang tepat sebagai solusi terhadap

masalah di atas adalah pembelajaran matematika realistik Indonesia (PMRI).

Menurut Hartono (2009), Pembelajaran matematika realistik Indonesia

(PMRI) merupakan metode pembelajaran matematika sekolah yang

dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik

awal pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatann mengaplikasikan

konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau dalam

bidang lainnya.

Dalam pembelajaran matematika realistik Indonesia (PMRI), guru

harus merencanakan pengajaran yang cocook dengan tahap perkembangan

siswa, baik itu mengenai kelompok belajar siswa, memfasilitasi pengaturan

belajar siswa, serta mempersiapkan cara-teknik pertanyaan dan pelaksanaan

tugas otentiknya, sehingga pembelajaran mengarah pada peningkatan

kecerdasan siswa secara menyeluruh untuk dapat menyelesaikan permasalahan

(7)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah

yang dititikberatkan pada upaya meningkatkan kualitas pembelajaran bagi

siswa melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik Indonesia (PMRI) yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan beberapa pokok bahasan

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran matematika realistik Indonesia?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran pendekatan matematika realistik

Indonesia?

3. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran dengan pendekatan

Realistik Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi, karakteristik serta prinsip pembelajaran matematika

realistik Indonesia.

2. Mengatahui penerapan model pembelajaran pendekatan matematika

realistik Indonesia.

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran dengan

pendekatan Realistik Indonesia.

D. Manfaat

Penulisan ini memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Dapat memberi pengetahuan tentang model pembelajaran matematika

(8)

2. Bagi guru atau calon guru, makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan atau

panduan dalam menyiapkan diri untuk menentukan sikap yang baik dalam

(9)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pendidikan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan dalam

pembelajaran matematika yang ada di Belanda. Pengembangan Pendidikan

Matematika Realistik didasari pada pernyataan Freudenthal bahwa matematika

merupakan bentuk aktivitas manusia. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa

Freudenthal tidak menempatkan matematika sebagai suatu produk jadi,

melainkan suatu bentuk aktivitas atau proses (Aryadi Wijaya, 2012: 20).

Permasalahan realistik digunakan sebagai dasar dalam membangun konsep

matematika atau disebut juga sumber untuk pembelajaran. Suatu masalah

realistik tidak harus berupa masalah yang ada didunia nyata dan bisa ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari . suatu masalah disebut realistik jika dapat

dibayangkan dalam pikiran siswa. Suatu cerita rekaan ataupun permainan bisa

digunakan sebagai masalah realistik.

Pendekatan Matematika Realistik telah dikembangkan di Indonesia, yang

selanjutnya dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI). Pendekatan ini merupakan adaptasi dari pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) yang dikembangkan di Belanda oleh

Freudenthal. PMRI merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan

aktivitas insani, dalam pembelajarannya digunakan konteks yang sesuai dengan

situasi di Indonesia. Dasar filosofi yang digunakan dalam PMRI adalah

kontruktivisme yaitu dalam memahami suatu konsep matematika siswa

membangun sendiri pemahaman dan pengertiannya (Atmini Doruri, 2010).

PMRI juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk

mengkonstruksi atau membangun pemahaman dan pengertiannya tentang

(10)

Menurut Zulkardi (dalam Atmini Doruri, 2010) PMRI adalah pendekatan

pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang “real” bagi siswa,

menekankan ketrampilan abstrak dan formalisasi matematisasi dan refleksi situasi nyata matematisasi dalam aplikasi “proses of doing mathematics”, berdiskusi berkolaborasi berargumentasi dengan teman sekelas sehinga dapat

menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk

menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.

Pendidikan matematika realistik Indonesia merupakan bentuk pembelajaran

yang menggunakan dunia nyata dan kegiatan pembelajaran yang lebih

menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan membangun

sendiri pengetahuan yang diperlukan sehingga pembelajaran menjadi terpusat

pada siswa

Jadi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah suatu pendekatan

pembelajaran matematika yang menggunakan masalah sehari-hari atau

penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan oleh siswa serta dalam

pembelajarannya digunakan konteks yang sesuai dengan situasi di Indonesia.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia mulai diujicobakan di Indonesia

pada tahun 2002. Pada awalnya terdapat empat Universitas yang terlibat dalam

pengembangan PMRI, yaitu UPI Bandung, UNY Yogyakarta, USD Yogyakarta

dan UNESA Surabaya. Masing-masing Universitas tersebut melakukan uji coba

pada dua Sekolah Dasar (SD) dan satu MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri). Uji

coba tersebut dilaksanakan mulai kelas satu dan uji coba sudah sampai pada

kelas enam. Untuk melengkapi proses pembelajaran telah disusun perangkat

pembelajaran yang terdiri dari Buku Guru, Buku Siswa dan Lembar Aktifitas

Siswa (LAS) yang disusun oleh TIM PMRI dari ke empat Universitas tersebut.

(11)

Menurut Treffers dalam (Aryadi Wijaya, 2012: 21) merumuskan lima

karakteristik pendidikan matematika realistik, yaitu:

a) Penggunaan konteks

Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal

pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia

nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau

situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam

pikiran siswa.

b) Penggunaan model untuk matematisasi progresif

Dalam pendidikan matematika realistik, model digunakan dalam

melakukan matematisasi secara progresif. Penggunaan model berperan

dalam menjembatani pengetahuan dari matematika konkrit menuju

matematika formal.

c) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan

masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi.

Selanjutnya, hasil kerja dan kontruksi siswa digunakan untuk landasan

pengembangan konsep matematika.

d) Interaktivitas

Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan

juga secara bersama merupakan suatu proses sosial. Pemanfaatan interaksi

dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam mengembangkan

kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.

e) Keterkaitan

Konsep- konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak

konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Pendidikan matematika

realistik menempatkan keterkaitan antara konsep matematika sebagai hal

yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.

Di samping lima karakterisitik di atas, menurut Bron dalam Hartono

(12)

a) Berpandangan kepada materi matematika dan tujuannya

b) Berorientasi kepada bagaimana anak belajar matematika

c) Berorientasi kepada bagaimana matematika diajarkan.

2. Prinsip-prinsip PMRI

Menurut Suwarsono (2001), PMRI mempunyai tiga prinsip kunci, yaitu1:

a) Guided Reinvention (menemukan kembali) / Progressive

Mathematizing (matematisasi progresif)

Peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama

sebagaimana konsep-konsep matematika ditemukan. Pembelajaran dimulai

dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang selanjutnya melalui

aktivitas siswa diharapkan menemukan “kembali” sifat, definisi, teorema

atau prosedur-prosedur. Masalah kontekstual dipilih yang mempunyai

berbagai kemungkinan solusi. Perbedaan penyelesaian atau prosedur

peserta didik dalam memecahkan masalah dapat digunakan sebagai

langkah proses pematematikaan baik horisontal maupun vertikal. Pada

prinsip ini siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan

berpikir kreatifnya untuk memecahkan masalah, sehingga menghasilkan

jawaban maupun cara atau strategi yang berbeda (divergen) dan “baru”

secara fasih dan fleksibel.

b) Didactical Phenomenology (fenomena didaktik)

Situasi-situasi yang diberikan dalam suatu topik matematika disajikan atas

dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi dalam pengajaran

dan sebagai titik tolak dalam proses pematematikaan. Tujuan penyelidikan

fenomena-fenomena tersebut adalah untuk menemukan situasi-situasi

masalah khusus yang dapat digeneralisasikan dan dapat digunakan sebagai

dasar pematematikaan vertikal. Pada prinsip ini memberikan kesempatan

1 Makalah dari http://oriyukaky.blogspot.co.id/2016/07/pengertian-karakteristik-prinsip.html.

(13)

bagi siswa untuk menggunakan penalaran (reasoning) dan kemampuan

akademiknya untuk mencapai generalisasi konsep matematika.

c) Self-developed Models (pengembangan model sendiri)

Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan

matematika formal. Model (dibuat oleh siswa sendiri dalam) dalam

memcahkan masalah. Dengan suatu proses generalisasi dan formalisasi, model

tersebut akhirnya menjadi suatu model sesuai penalaran matematika. Prinsip

ini memberikan kontribusi untuk pengembangan kepribadian siswa yang

yakin, percaya diri dan berani mempertahankan pendapat (bertanggung jawab)

terhadap model yang dibuat sendiri serta menerima kesepakatan atau

kebenaran dari pendapat teman lain. Prinsip ini juga mendorong kreativitas

siswa untuk membuat model sendiri dalam memecahkan masalah.

Sedangkan van den Heuvel-Panhuizen dalam Marpaung (2011)

merumuskannya sebagai berikut:

a) Prinsip aktivitas, yaitu bahwa matematika adalah aktivitas manusia. Si

pebelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran

matematika. Si pebelajar bukan insan yang pasif menerima apa yang

disampaikan oleh guru, tetapi aktif baik secara fisik, teristimewa secara

mental mengolah dan menganalisis informasi, mengkonstruksi pengetahuan

matematika.

b) Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogianya dimulai dengan

masalah-masalah yang realistik bagi siswa, yaitu dapat dibayangkan oleh siswa.

Masalah yang realistik lebih menarik bagi siswa dari masalah-masalah

matematis formal tanpa makna. Jika pembelajaran dimulai dengan masalah

yang bermakna bagi mereka, siswa akan tertarik untuk belajar. Secara

gradual siswa kemudian dibimbing ke masalah-masalah matematis formal.

c) Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar matematia siswa melewati

berbagai jenjang pemahaman,yaitu dari mampu menemukan solusi suatu

(14)

memperoleh insight tentang hal-hal yang mendasar sampai mampu

menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal. Model bertindak

sebagai jembatan antara yang informal dan yang formal. Model yang semula

merupakan model suatu situasi berubah melalui abtraksi dan generalisasi

menjadi model untuk semua masalah lain yang ekuivalen.

d) Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan

dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin

satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi

itu secaa lebih baik. Konsep matematika adalah relasi-relasi. Secara

psikologis, hal-hal yang berkaitan akan lebih mudah dipahami dan dipanggil

kembali dari ingatan jangka panjang daripada hal-hal yang terpisah tanpa

kaitan satu sama lain.

e) Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagi aktifitas sosial.

Kepada siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan

strateginya menyelesai-kan suatu masalah kepada yang lain untuk

ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya

menemukan hal itu serta menanggapinya. Melalui diskusi, pemahaman

siswa tentang suatu masalah atau konsep menjadi lebih mendalam dan siswa

terdorong untuk melakukan refleksi yang memungkinkan dia menemukan

insight untuk memperbaiki strateginya atau menemukan solusi suatu

masalah.

f) Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberikan kesempatan untuk

“menemukan kembali (re-invent) ” pengetahuan matematika‘terbimbing’. Guru menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa mengkonstruk

pengetahuan matematika mereka.

B. Penerapan Model Pembelajaran PMRI

(15)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Yusuf. 2009. Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal PMRI Vol. V

hlm. 19-34

Marpaung, Y. 2011. Karakteristik PMRI. Jurnal PMRI Edisi IV oktober 2011

hlm. 2-4.

Okatari, Yulika. Makalah Pendekatan matematika realistik Indonesia.

http://oriyukaky.blogspot.co.id/2016/07/pengertian-karakteristik

prinsip.html. Diakses pada Selasa,10 Januari pukul 20:15 WIB

Staff UNY, 2010. Makalah PMRI.pdf

http://www. staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Makalah PMRI 2010.pdf

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Sebagai Alternatif

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih baik daripada self-efficacy matematis siswa yang memperoleh pendekatan konvensional. 4) Untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar menggunakan pembelajaran matematika realistik

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Pendekatan pembelajaran matematika realistik

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi pendekatan realistik lebih tinggi daripada yang diberi pembelajaran

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan di MTsN 1 Tulungagung mengenai kemampuan representasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika realistik maka

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR), untuk mengetahui pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada yang mendapatkan

Langkah-langkah pembelajaran pada kegiatan inti berdasarkan metode matematika nalaria realistik upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sesuai dengan kesepakatan