• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pembuangan Limbah Medis Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Pembuangan Limbah Medis Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara Medan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah medis adalah sisa suatu usaha atau kegiatan pelayanan medis, perawatan gigi,

farmasi atau yang sejenis, penelitian pengobatan/perawatan yang menggunakan bahan

beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan. Limbah medis yang bersifat

infeksius dapat menularkan berbagai macam penyakit seperti HIV, hepatitis B dan

hepatitis C. Penularan penyakit tersebut dapat melalui jarum suntik bekas dan sarung

tangan bekas yang telah digunakan untuk menangani pasien yang terinfeksi oleh HIV

dan virus hepatitis.1

Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah sistem sarana pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayananan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk

pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan

kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat jalan,

gawat darurat dan pelayanan tindakan medis.2,3 Pelayanan tindakan medis dapat menghasilkan limbah yang berpotensi menyebarkan virus, bakteri atau parasit kepada

staf, pasien, masyarakat umum dan lingkungan.4

Penelitian Diba pada tahun 2013 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan

Universitas Airlangga pada 71 mahasiswa menyimpulkan bahwa sebanyak 56,3%

belum melakukan pembuangan limbah medis dengan benar dan sebanyak 43,7%

sudah melakukan dengan benar. Pada kelompok tingkat pengetahuan rendah

sebanyak 67,7% belum melakukan pembuangan limbah medis dengan benar dan

sebanyak 32,3% sudah melakukan pembuangan limbah medis dengan benar

sedangkan pada kelompok tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 47,5% belum

melakukan pembuangan limbah medis dengan benar dan sebanyak 52,5% sudah

melakukan pembuangan limbah medis dengan benar.1

Ketersediaan fasilitas pembuangan limbah medis menurut responden pada penelitian

Diba menyatakan sebanyak 45,1% tidak memadai, sebanyak 33,8% kurang memadai,

(2)

dan hanya 21,1% memadai.1 Penelitian Maironah menunjukkan sebanyak 65,4% menyatakan fasilitas pembuangan limbah medis kurang dan 34,6% memadai.

Ketersediaan fasilitas ini meliputi sarana yang digunakan untuk penanganan limbah

medis maupun non medis, persyaratan sarana penanganan limbah medis dan prosedur

tetap penanganan limbah medis.5 Sebagian besar pengelolaan limbah medis dari rumah sakit, puskesmas dan laboratorium masih jauh dibawah standar kesehatan

lingkungan karena limbah medis dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir

sampah dengan sistem sistem open dumping atau tempat sampah terbuka.6

US Environmental Protection Agency di depan Kongres Amerika menyajikan

perkiraan kasus infeksi Virus Hepatitis B (HBV) akibat cidera oleh benda tajam

dikalangan tenaga medis dan tenaga pengelolaan limbah rumah sakit yaitu

sebanyak162-321 kasus dari jumlah total per tahun yang mencapai 300.000 kasus.7 Berdasarkan survei WHO yang dilakukan di Perancis dan Amerika Serikat tentang

penularan HIV di tempat kerja, didapatkan data pada tahun 1992 terdapat 8 kasus

infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dikenali sebagai infeksi

okupasional dan 2 diantaranya ditularkan melalui luka yang dialami oleh tenaga

pengelola limbah. Di AS pada bulan Juni 1994, terdapat 39 kasus infeksi HIV yang

berhasil dikenali oleh Centers for Desease Control and Prevention sebagai infeksi

okupasional dengan cara penularan 32 kasus tertusuk jarum suntik, 1 kasus akibat

teriris pisau, 1 kasus akibat luka terkena pecahan gelas (pecahan kaca berasal dari

tabung berisi darah yang terinfeksi), 1 kasus akibat kontak dengan benda infeksius

yang tidak tajam dan 4 kasus akibat kulit atau membran mukosa terkena darah yang

terinfeksi.1,7 Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula

memperhatikan hal tersebut. Dilain pihak, rumah sakit juga dapat dikatakan sebagai

pendonor limbah karena pembuangannya berasal dari kegiatan medis dan non-medis

yang bersifat berbahaya dan beracun. Rumah sakit merupakan tempat bertemunya

kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok masyarakat pemberi pelayanan,

kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar. Interaksi yang terjadi pada

kelompok tersebut memungkinkan penyebaran penyakit apabila tidak didukung

(3)

dengan kondisi lingkungan dan sanitasi yang baik di rumah sakit. Aktivitas rumah

sakit akan menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah, baik berupa limbah

padat, cair dan gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat

kesehatan yang pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun.8,9

Perawatan medis yang dilakukan mahasiswa kepaniteraan klinik menghasilkan

limbah medis.Mahasiswa kepaniteraan klinik dituntut untuk menguasai ilmu

pengetahuan, attitude, juga ketrampilan klinik tentang pengelolaan limbah medis

yang baik dan tindakan yang tepat karena mereka yang melakukan tindakan di klinik

dan bertanggung jawab atas pemilahan serta pembuangan limbah medis agar tidak

terjadi penularan infeksi.1,10 Standar operasional berdasarkan MenkesNomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan

Rumah Sakit adalah sebagai berikut:11

1. Pemilahan limbah harus dimulai dari sumber yang menghasilkan limbah.

2. Limbah yang akan dimanfaatkan harus dipisahkan dari limbah yang tidak

dimanfaatkan kembali.11

3.Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah khusus (safety box)

tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor,

anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan

tidak dapat membukanya.11

4.Jarum dan syringe harus dipisahkan dan tidak digunakan kembali.11

5.Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses

sterilisasi.11

6.Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan.11

RSGM FKG USU memiliki tempat sampah medis sebanyak 11 buah, tempat sampah

non medis 25 buah, safety box sebanyak 6 buah sebagai fasilitas pembuangan limbah

medis dan 1 tempat pembuangan akhir sampah dengan sistem open dumping sebagai

pembuangan akhir limbah medis yang telah dipilah dan dikumpulkan sebelumnya.

Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang pengetahuan dan

tindakan pembuangan limbah medis oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGM

FKG USU.

(4)

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan dan tindakanmahasiswa kepaniteraan klinik di RSGM FKG

USU terhadap pembuangan limbah medis?

1.3Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang

pembuangan limbah medis.

2.Untuk mengetahui tindakan pembuangan limbah medis oleh mahasiswa

kepaniteraan klinik.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang pembuangan limbah medis kepada tenaga

medis, terutama mahasiswa kepaniteraan klinik.

2. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang perilaku

pembuangan limbah medis oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGM USU.

3. Memberikan masukan kepada ketua Departemen Klinik RSGMUSU

terhadap penanganan dan pembuangan limbah medis.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengelolaan limbah medis padat di instansi kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik gigi, laboratorium, dll) dan dampak yang ditimbulkan

Sebelum mengakses setiap informasi yang berkaitan dengan penelitian, petugas harus menandatangani formulir pernyataan persetujuan untuk melindungi keamanan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang Adaptasi dan Penerimaan Diri Penerima Manfaat di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Budhi Sakti”

Peran teknik dilakukan oleh fasilitator untuk menjamin bahwa PNPM MPd mengakibatkan partisipan atau masyarakat penerima program mendapat prasarana yang bermutu

Dari hasil pengklasifikasi menggunakan algoritma MOA, didapatkan bahwa terdapat 2 tipe aerosol utama dan 1 tipe aerosol campuran untuk wilayah kajian, yakni

Trya Agung Pahlevi, ST 198410192011011004 Penata Muda Tk.I, III/b Fungsional Umum Pus.KI Kasubbid Kelembagaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, dan Penelitian

Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis informasi, membuat diagnosis kerja (menentukan kondisi yang dikaji adalah normal atau

Pengembangan agen hayati untuk mengendalikan penyakit blas, memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman padi Hibah Riset Invensi Pertanian 5 drh.. I Wayan Suardana,