• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

105 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kemunculan suatu gerakan, termasuk gerakan yang dilakukan organisasi SMI memang tidak bisa terlepas dari ketidakpuasan yang terjadi di sekitarnya. Latarbelakang hadirnya SMI memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan profit dan proyek tanpa penguatan aktivis mudanya. Selain itu, peran aktivis muda di Yogyakarta semakin hari semakin redup pasca turunnya Soeharto Mei 1998. Banyak elemen-elemen mahasiswa tidak lagi memiliki kohefisitas yang tinggi untuk melakukan gerakan bersama. Hal ini bisa jadi karena gerakan mahasiswa sebelum 1998 hanya berpikir bagaimana menjatuhkan Soeharto tetapi melupakan momen berpikir bagaimana agenda selanjutnya yang harus dilakukan, sehingga eskalasi gerakan pemuda dalam menyikapi isu sosial, politik, kemasyarakatan di tingkat regional dan nasional seakan berjalan fluktuatif bahkan terbilang minim.

Maka dari itu, SMI belajar pada pengalaman masa lalu mengenai gerakan mahasiswa 1998 dan mencoba memberikan pemberdayaan aktivis muda melalui strategi gerakan yang berbasis pada pemahaman pendidikan politik dan aksi gerakan sosial. Gerakan sosial dijadikan sebagai landasan awal munculnya kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan SMI untuk aktivis muda. Gerakan sosial juga sebagai materi pokok dalam produksi pengetahuan dan penggerak gerakan mahasiswa di Yogyakarta. Dengan tujuan memberikan ruang diskusi dan diskursus aktivis muda agar lebih memiliki kemampuan dalam membangun suatu gerakan dengan strategi alternatif.

Kembali kerumusan masalah Bab I yakni “Bagaimana Organisasi Social Movement Institute (SMI) dalam melakukan pemberdayaan aktivis muda di Yogyakarta pada tahun

(2)

2013-106 2014?” Dari rumusan masalah tersebut, penulis memperoleh beberapa temuan terkait strategi pemberdayaan aktivis muda, dan jawabannya penulis klasifikasikan ke dalam dua fokusan yaitu; 1) strategi SMI dalam pemberdayaan aktivis muda di Yogyakarta; 2) pandangan dan manfaat pemberdayaan yang diperoleh aktivis muda.

Strategi pemberdayaan aktivis muda

Dalam melakukan pemberdayaan aktivis muda di Yogyakarta, SMI memberikan alat baca yang berbeda pada aktivis muda, negara diibaratkan dalam kondisi yang sakit parah dan membutuhkan obatnya. Aktivis muda dihadapkan atas realitas politik dan sosial yang ada sehingga, aktivis muda lebih tergerak untuk dapat menganalisis permasalahan yang sedang dihadapai. Gerakan organisasi ini mencoba menawarkan ide-ide perubahan yang dapat mengubah cara pandang aktivis muda dalam melihat suatu isu atau kasus yang terjadi di negeri ini dengan sudut pandang alternatif yang berbeda pada umumnya. Sehingga, basis utama organisasi SMI memahami gerakan sosial sebagai upaya mencapai tujuan melalui sekolah-sekolah pergerakan SMI dan aksi. Adapun bentuk-bentuk strategi pemberdayaan aktivis muda yang merujuk pada hasil temuan di bab III yakni.

Pertama, dalam upaya menarik minat aktivis muda untuk bergabung dalam organisasi gerakan sosial seperti SMI, Strategi kampanye dan publikasi merupakan hal yang sangat penting agar dapat menarik perhatian aktivis muda untuk bergabung dengan organisasi SMI. Sama halnya dengan definisi gerakan sosial menurut Jhon Wilson, bahwa gerakan sosial memiliki ptensi skup yang lebih besar melalui berbagai macam cara atau taktik untuk dapat membuat banyak orang tertarik untuk bergabung pada organisasi tersebut.

(3)

107 Kampanye atau publikasi yang dilakukan oleh organisasi SMI menggunakan media elektronik seperti Facebook dan Website Suluh Pergeran. Media elektronik tersebut juga berperan penting dalam hal penyebaran informasi dalam bentuk tulisan-tulisan di media sosial. Dengan begitu tidak hanya berisikan mengenai profil SMI, melainkan berbagai macam kegiatan dan karya tulis yang sudah di hasilkan oleh para aktivis muda terrangkum dalam website tersebut. Salah satu contoh hasil dari jurnalisme investigasi adalah kasus “Konflik Agraria Petani versus TNI di Pantai Bocor, Kebumen, Jawa Tengah”. Tujuannya adalah menunjukan pada masyarakat bahwa masih banyak kasus HAM dan penindasan yang terjadi pada masyarakat oleh penguasa dan isu-isu lingkup politik, sosial, budaya dan lain sebagainya yang perlu menjadi perhatian. Web ini mengambil sudut pendekatan baru yaitu meneguhkan jurnalisme investigasi bagi aktivis muda.

Kedua, Strategi pemberdayaan melalui pendidikan politik. Strategi pemberdayaan melalui pendidikan politik ini merupakan masa-masa awal aktivis muda diberikan bekal terkait gerakan sosial sebelum mereka melakukan aksi di lapangan. Pendidikan Politik ala Freire tersebut dibagi menjadi beberapa kegiatan yang berupa sekolah non formal dan diskusi rutin yang bertujuan memberikan pemahaman kepada para aktivis muda terkait dengan pemahaman teori-teori, bedah buku dan mengajak aktivis muda untuk memahami pendidikan sebagai upaya keberpihakkan dan melatih hadap masalah dengan dihadapkan pada realitas sosial politik yang ada. Pendidikan politik dibagi menjadi empat sekolah yaitu Sekolah Penulisan Progresif, Sekolah Muslim Progresif, Sekolah Politik dan Hukum Progresif, Sekolah Politik Perempuan dan Gerakan Sosial, dan Penguatan pemikirian kritis melalui diskusi dan nonton film.

Ketiga, strategi pemberdayaan melalui “Aksi Gerakan Sosial” dalam isu kegagalan negara mengelola kasus HAM. Strategi melalui aksi tersebut sebagai bentuk memperkuat

(4)

108 militansi gerakan mahasiswa dan melatih aksi kolektifitas yang terorganisir. Selain memperkuat pemikirian kritis dan gerakan militansi, juga memberikan informasi pada publik perihal kasus HAM di Indonesia yang belum tertuntaskan. Strategi aksi gerakan sosial mengambil isu HAM sebagai fokus gerakan aktivis muda, karena mengingat isu HAM memiliki cangkupan isu yang sangat luas. Strategi melalui “aksi” sebagai tindak lanjut SMI terhadap sekolah-sekolah yang diselenggarakan SMI untuk melatih aktivis muda melakukan kegiatan terjun ke lapangan dan berlatih menyuarakan pendapat. Strategi melalui kegiatan aksi dibagi menjadi beberapa kegiatan seperti; 1) Aksi Kamisan, 2) Advokasi buruh , dan 3) Pendidikan “Aksi” melalui seni teater.

Strategi pemberdayaan aktivis muda tersebut sebagai upaya pendampingan aktivis gerakan agar dapat menelaah kembali gerakan dan format gerakan sehingga berkaca pada cermin sejarah (gerakan mahasiswa). Gerakan mahasiswa sekarang ini tidak bisa disamakan dengan gerakan mahasiswa masa lalu di mana isu yang diulas lebih pada krisis ekonomi dan taktik menurunkan Soeharto ataupun isu kekiniin mengenai kenaikan BBM. Sehingga aktivis muda lemah dalam hal mengelola isu karena tidak didukung oleh kesadaran ideologis. Ketika trend gerakan menurun maka aktivitas gerakan menurun pula. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya kuantitas mahasiswa yang terlibat dalam demonstrasi-demonstrasi. Strategi pemberdayaan ini mencoba menepis anggapan masyarakat bahwa aksi-aksi gerakan mahasiswa lebih bersifat radikal dan mengganggu kepentingan publik. Sehingga metode pemberdayaan tidak hanya terfokus pada aksi melainkan penguatan kemampuan dalam hal penulisan propaganda maupun aksi dan advokasi.

(5)

109 Pandangan dan manfaat pemberdayaan yang diperoleh aktivis muda

Dalam hal pandangan, aktivis muda diperkuat dengan pandangan terkait isu-isu politik. Isu-isu politik tersebut meliputi isu pendidikan, ekonomi politik, hukum, dan HAM. Sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh SMI membuka jalan berpikir dan paradigma baru terkait bagaimana mengelola sebuah isu. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, SMI mengolah isu-isu yang ada dengan menyertakan dampak-dampak signifikan yang bisa muncul. Misalnya seperti isu kenaikan BBM, penyebab kenaikan BBM dan dampak yang akan diperoleh masyarakat menengah kebawah terhadap kenaikan tersebut. Sehingga aktivis muda memiliki alur berpikir dalam mengolah kasus tersebut sebelum terjadi aksi radikal.

Sedangkan manfaat yang diperoleh aktivis muda setelah mengikuti pemberdayaan meliputi dua fokusan yaitu, manfaat bagi individu dan manfaat bagi organisasi lain; 1) Menguatkan idealisme aktivis muda, 2) merubah cara pandanga aktivis muda terhadap isu-isu politik dan persoalan-persoalan sosial politik yang sedang dihadapi, 3) melatih kreativitas seperti seni teater dan Aksi Kamisan atau Komite Aksi 4) pengalaman langsung terjun ke masyarakat untuk mengawal isu atau kasus, 5) dengan mengikuti kegiatan organisasi SMI, aktivis muda semakin memiliki jaringan yang luas terkait dengan organisasi gerakan sosial. Sedangkan manfaat bagi organisasi lain yaitu pertukaran gagasan dan ilmu, Hal ini berarti ketika aktivis muda kembali pada organisasi kampus, dan selanjutnya melatih konsisitensi gerakan mahasiswa.

Selain itu, kendala yang dihadapi dalam strategi pemberdayaan aktivis muda di Yogyakarta cukup beragam, terutama bagaimana memperkuat basis gerakan, mempertahankan pemikiran kritis, serta mempertahankan Aksi Kamisan agar tetap konsisten. Tentu hal tersebut menjadi tugas penting ke depan agar SMI mampu membuktikan hasil dari pemberdayaan

(6)

110 tersebut untuk aktivis muda dalam waktu jangka panjang. Selain itu, kendala eksternal dan internal yang tidak kalah penting adalah sumber daya manusia dalam organisasi SMI yang masih lemah dan perlu pelatihan dalam mengelola organisasi.

Refleksi organisasi SMI dalam pemberdayaan aktivis muda

Studi tentang “Strategi Organisasi SMI dalam Pemberdayaan Aktivis Muda di Yogyakarta”, menurut penulis memberikan kontribusi positif dalam bidang studi ilmu politik dan pemerintahan, khususnya dalam studi gerakan sosial. Jika dilihat dari prespektif masyarakat sipil, organisasi SMI memberikan ruang kepada masyarakat sipil untuk dapat memperkuat tradisi berpikir melalui produksi pengetahuan gerakan sosial. Gerakan sukarela yang dilakukan aktivis muda bersama organisasi SMI merupakan kegiatan yang bisa dirumuskna sebagai “komitmen sosial politik” dalam artian sebagai penguatan gerakan militansi aktivis muda dengan sistem voluenteerism. Selain itu, studi ini juga memberikan pengetahuan baru terkait tipologi gerakan yang dilakukan aktivis muda terutama mahasiswa agar tidak terjebak dalam agenda aksi yang sempit dan monoton.

Harapan kedepan organisasi SMI dalam pemberdayaan aktivis muda, SMI harus bisa meluaskan gerakannya dan menguatkan isu yang lebih spesifik. Selain itu, Organisasi SMI harus lebih konsen pada kegiatan dan agenda jangka panjang disamping penguatan sistem organisasi agar lebih kuat dan matang. Sebagai organisasi masyarakat sipil SMI diharapkan lebih dapat membaca peluang untuk membangun jaringan didalam birokrasi politik dan pemerintahan. Hal tersebut penting menjadi pertimbangan agar hasil-hasil penelitian atau jurnalisme investigasi yang dilakukan aktivis muda dapat menjadi pertimbangan kebijakan pemerintah kedepannya.

Referensi

Dokumen terkait

Atau jika anggota jemaat hanya mau berpartisipasi di komisi, namun tidak mau jika menjadi majelis, pertanyaan pun muncul, “Ada apa dengan majelis Gereja?” Asumsinya,

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya.Rasio ini menunjukkan faktor dari

NO NAMA PTAI / ALAMAT JML.. MHS PENERIMA JML DITERIMA

 Pernapasan jadi sulit  Pernapasan jadi cepat  Anak tidak bisa minum  Sakit anak jadi lebih berat. Hal Penting Lain yang Harus Dilakukan oleh Ibu

merupakan salah satu jenis ikan kakap yang banyak dicari oleh konsumen. sebagai bahan konsumsi masyarakat yaitu sebagai lauk-pauk harian

mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi biometana yang dapat.. digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik menggantikan batu

Balance sentence set merupakan dokumen yang berisi kumpulan triphone yang harus ada pada suatu korpus suara, sedangkan pembangkitan pertanyaan berguna untuk mendapatkan data

INTERNALISASI NILAI - NILAI MULTIKULTURAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS DALAM MENUMBUHKAN SIKAP MULTIKULTURAL PADA SISWA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |