• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pareto ABC sediaan farmasi dengan pola penyakit infeksi saluran pernafasan akut bagian atas di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya tahun 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis pareto ABC sediaan farmasi dengan pola penyakit infeksi saluran pernafasan akut bagian atas di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya tahun 2010 - USD Repository"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

SYLVANUS PALANGKA RAYA TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Witha Helvira

NIM : 088114102

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS PARETO ABC SEDIAAN FARMASI DENGAN POLA PENYAKIT

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT BAGIAN ATAS DI RSUD dr. DORIS

SYLVANUS PALANGKA RAYA TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Witha Helvira

NIM : 088114102

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)
(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)
(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala

penyertaan, anugerah

dan kasih karunia-Nya,

sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pareto ABC Sediaan Farmasi

Dengan Pola Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Atas Di RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2010”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dukungan, arahan,

kritik dan saran yang diberikan oleh semua pihak maka penulis tidak dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

hendak menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. SETDA Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan izin

kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian di Palangka Raya.

2. BAPPEDA Provinsi Kalimantan Tengah yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian di Palangka Raya.

3. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian dan pengambilan data

pemakaian obat di instalasi farmasi rawat jalan.

4. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

5. Bapak Drs. Djaman G. Manik, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran, kritik, semangat, nasihat, dan motivasi dari

awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

viii

6. Ibu Dra. Sri Dwi Astuti, Apt., selaku kepala instalasi farmasi di RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah memberikan informasi yang

penting, saran, dan arahan selama proses pengambilan data.

7. Ibu Rhatna Dewi Riptasari, S.Si., Apt., selaku apoteker penanggung jawab

apotek rawat jalan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah

memberikan informasi, bimbingan, kritik dan saran selama proses

pengambilan data.

8. Ibu Laeliyatun Ikhrimah, S.Si., Apt., selaku apoteker penanggung jawab

gudang farmasi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah

memberikan informasi dan saran yang membangun selama proses

pengambilan data.

9. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt., dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si.,

Apt, selaku dosen penguji yang telah memberi bimbingan, kritik, dan saran

sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Papa, Mama, Ririn, Ola, dan Tambi tercinta, serta seluruh keluarga yang telah

memberikan kasih sayang, doa, perhatian, semangat, dan dukungan yang luar

biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11. Teman seperjuangan, Anin dan Lusi yang telah membantu dan mendukung

dari awal sampai akhir skripsi ini dapat terselesaikan.

(10)

ix

13. Anak-anak kost Srikandi (Silvi, Ledy, Kiki, Mbak Nyit, Oneng ) yang selalu

memberi semangat, keceriaan dan menemani baik suka maupun duka selama

di kos.

14. Teman-teman sekelompok praktikum, kelompok tugas, dan teman sekelas

yang telah memberikan banyak pengalaman dan semangat selama perjalanan

kuliah.

15. Teman-teman kelas B angkatan 2008 dan FKK A angkatan 2008 yang sudah

menemani, memberikan keceriaan, dan motivasi selama proses perkuliahan

sampai penyusunan skripsi ini terselesaikan.

16. Mas Narto, Mas Dwi, dan Pak Mukminin yang sudah banyak membantu

dalam segala proses perizinan baik untuk kegiatan perkuliahan maupun

skripsi.

17. Seluruh dosen dan laboran yang sudah membantu dan mendukung dalam

proses perkuliahan maupun praktikum selama ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam proses

kuliah dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan mengingat

segala keterbatasan wawasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

INTISARI... xx

ABSTRACT

... xxi

BAB I. PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang... 1

1. Perumusan masalah... 4

2. Keaslian penelitian... 4

3. Manfaat penelitian ... 6

B. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan umum... 7

(12)

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

A. Rumah Sakit ... 8

B. Sistem Formularium Rumah Sakit... 10

C. Infeksi Saluran Penafasan Akut Bagian Atas (ISPA bagian atas)... 11

D. Sediaan Farmasi... 21

E. Perencanaan dan Pengadaan Sediaan Farmasi ... 22

F. Vital, Esessensial, Non Esenssial (VEN)... 23

G. Manajemen Persediaan... 24

H.

Always Better Control

(ABC)... 25

I.

Landasan Teori ... 27

J. Hipotesis... 29

BAB III. METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 30

B. Variabel ... 30

C. Definisi Operasional ... 30

D. Subjek Penelitian ... 33

E. Alat Penelitian ... 33

F. Lokasi Penelitian ... 34

G. Jalannya Penelitian ... 34

H. Analisis Ha

sil………... 36

1. Analisis ABC (

Always Better Control

) ... 36

2. Analisis ABC Indeks Kritis ... 38

I.

Kesulitan Penelitian ... 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

xii

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Profil Nilai Pakai, Nilai Investasi, Nilai VEN... 42

1. Analisis ABC Nilai Pakai (NP) ... 42

2.

Analisis ABC Nilai Investasi (NI)………

48

3. Nilai VEN... 56

B. Analisis ABC Indeks Kritis... 59

C. Analisis ABC Indeks Kritis dengan Formularium Rumah Sakit... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 72

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I

Pengelompokan Seluruh Sediaan Obat Rutin Berdasarkan

Analisis ABC Nilai Pakai Tahun 2010 di Instalasi Rawat Jalan

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

………

...

43

Tabel II

Pengelompokan Seluruh Sediaan Obat ASKES Berdasarkan

Analisis ABC Nilai Pakai Tahun 2010 di Instalasi Rawat Jalan

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya……….

44

Tabel III

Pengelompokan Obat Rutin dengan Pola Penyakit ISPA bagian

atas Berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai Tahun 2010 di

Instalasi

Rawat

Jalan

dr.

Doris

Sylvanus

Palangka

Raya………..

46

Tabel IV

Pengelompokan Obat ASKES dengan Pola Penyakit ISPA

bagian atas Berdasarkan Analisis ABC Nilai Pakai Tahun 2010

di

Instalasi Rawat Jalan dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya………..

47

Tabel V

Pengelompokan Seluruh Sediaan Obat Rutin Berdasarkan

Analisis ABC Nilai Investasi Tahun 2010 di Instalasi Rawat

Jalan dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ………..

49

Tabel VI

Pengelompokan Seluruh Sediaan Obat ASKES Berdasarkan

Analisis ABC Nilai Investasi Tahun 2010 di Instalasi Rawat

Jalan

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya………...

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

xiv

Tabel VII Pengelompokan Sediaan Obat Rutin dengan Pola Penyakit ISPA

bagian atas Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi Tahun

2010 di Instalasi Rawat Jalan dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

53

Tabel VIII Pengelompokan Sediaan Obat ASKES dengan Pola Penyakit

ISPA bagian atas Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi

Tahun 2010 di Instalasi Rawat Jalan dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya

…...

...

54

Tabel IX

Prioritas Sediaan Obat Rutin Penyakit ISPA Bagian Atas

di Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya Tahun 2010 ………

61

Tabel X.

Prioritas Sediaan Obat ASKES Penyakit ISPA Bagian Atas di

Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Tahun 2010 ………

63

Tabel XI. Daftar obat rutin dan obat ASKES ISPA bagian atas yang

tidak termasuk dalam formularium RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya tahun 2010

………

64

Tabel XII. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ khusus

sediaan kelompok A

NIK

pada obat rutin dan obat ASKES pola

penyakit ISPA Bagian Atas di instalasi rawat jalan RSUD

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Logo Obat Generik...

21

Gambar 2

Instalasi Farmasi Apotek Rawat Jalan (kiri) dan Apotek Rawat

Inap (kanan) RSUD dr. Doris Sylvanus ...

35

Gambar 3

Perbandingan nilai pakai seluruh sediaan obat Rutin dan obat

ASKES instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya tahun 2010...

45

Gambar 4

Perbandingan nilai pakai obat Rutin dan obat ASKES dengan

pola penyakit ISPA bagian atas instalasi Rawat Jalan RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka

Raya tahun 2010 ………

47

Gambar 5

Persediaan obat Rutin secara keseluruhan berdasarkan analisis

ABC nilai investasi di instalasi rawat jalan dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya Tahun 2010 ...

50

Gambar 6

Persediaan obat ASKES secara keseluruhan berdasarkan

analisis ABC nilai investasi di instalasi rawat jalan dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya Tahun 2010………..

52

Gambar 7

Perbandingan nilai investasi seluruh obat rutin dan obat ASKES

di instalasi rawat jalan dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

tahun 2010...

53

Gambar 8

Perbandingan nilai investasi antara obat rutin dan obat ASKES

dengan pola penyakit ISPA bagian atas di instalasi rawat jalan

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 ...

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

xvi

Gambar 9

Nilai VEN sediaan obat rutin dengan pola penyakit ISPA bagian

atas di instalasi rawat jalan dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

tahun 2010 ………

57

Gambar 10 Nilai VEN sediaan obat ASKES dengan pola penyakit ISPA

bagian atas di instalasi rawat jalan dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya tahun 2010 ...

58

Gambar 11 Perbandingan nilai indeks kritis sediaan obat Rutin dan obat

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Pareto ABC nilai pakai seluruh obat rutin di instalasi

rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

tahun 2010 ...

72

Lampiran 2

Pareto ABC nilai pakai seluruh obat ASKES di instalasi

rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

tahun 2010 ...

95

Lampiran 3

Pareto ABC nilai investasi seluruh obat rutin di instalasi

rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

tahun 2010 ...

105

Lampiran 4

Pareto ABC nilai investasi seluruh obat ASKES di

instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya tahun 2010 ...

128

Lampiran 5

Pareto ABC nilai pakai obat rutin penyakit ISPA bagian

atas di instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya tahun 2010 ...

138

Lampiran 6

Pareto ABC nilai pakai obat ASKES penyakit ISPA

bagian atas di instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 ...

142

Lampiran 7

Pareto ABC nilai investasi obat rutin penyakit ISPA

bagian atas di instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 ...

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

xviii

Lampiran 8

Pareto ABC nilai investasi obat ASKES penyakit ISPA

bagian atas di instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 ...

148

Lampiran 9

Daftar obat rutin yang termasuk kategori esensial (E)

khusus penyakit ISPA bagian atas di instalasi rawat

jalan dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Palangka Raya

tahun 2010 ...

150

Lampiran 10

Daftar obat rutin yang termasuk kategori non esensial

(NE) khusus penyakit ISPA bagian atas di instalasi

rawat jalan dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Palangka

Raya tahun 2010 ...

152

Lampiran 11

Daftar obat ASKES yang termasuk kategori esensial

(E) khusus penyakit ISPA bagian atas di instalasi rawat

jalan dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Palangka Raya

tahun 2010 ...

154

Lampiran 12

Daftar obat ASKES yang termasuk kategori non

esensial (NE) khusus penyakit ISPA bagian atas di

instalasi rawat jalan dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Palangka Raya tahun 2010 ...

155

Lampiran 13

Pareto ABC nilai indeks kritis obat rutin penyakit ISPA

(20)

xix

Lampiran 14

Pareto ABC nilai indeks kritis obat ASKES penyakit

ISPA bagian atas di instalasi rawat jalan dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya Palangka Raya tahun 2010 ...

160

Lampiran 15

Perhitungan

economic order quantity

(EOQ),

safety

stock

(SS), dan

reoder point

(ROP) khusus sediaan obat

rutin dan ASKES nilai A

NIK

penyakit ISPA bagian atas

di instalasi rawat jalan dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya Palangka Raya tahun 2010 ...

162

Lampiran 16

Daftar Sepuluh Besar Penyakit di Instalasi Rawat Jalan

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2010

169

Lampiran 17

Surat izin penelitian dari Sekretariat Daerah Pemerintah

Provinsi Daerah Ist

imewa Yogyakarta ………...

170

Lampiran 18

Surat izin penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas

San

ata Dharma ………

171

Lampiran 19

Surat izin penelitian dari Badan Perencanaan

Pembangunan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan

Tengah ………...

.

172

Lampiran 20

Surat izin penelitian dari Badan Layanan Umum

Rumah sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

...………...

173

Lampiran 21

Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian dari

Badan Layanan Umum Rumah sakit dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya

...………

174

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

xx

INTISARI

Pengelolaan perbekalan farmasi memberikan kontribusi sebesar 40 %

-50 % dari seluruh pemasukan rumah sakit. Ketidakcermatan pengelolaan akan

menurunkan pendapatan rumah sakit. Tingginya prevalensi ISPA bagian atas

menuntut adanya metode pengendalian persediaan salah satunya adalah analisis

ABC. Penelitian bertujuan untuk melihat pengadaan sediaan farmasi ISPA bagian

atas, prioritas utama sediaan farmasi dan kesesuaian dengan formularium.

Penelitian ini bersifat rancangan observasional dengan cara deskriptif

evaluatif secara retrospektif. Data yang digunakan adalah data pemakaian obat di

instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus tahun 2010.

Persentase nilai pakai obat rutin ISPA bagian atas terdiri dari 19.78 %

A

NP

, 2.24 % B

NP

dan 0.74 % C

NP

. Persentase nilai investasi untuk A

NI

20.23 %,

B

NI

2.05 %, dan C

NI

0.86 %. Persentase nilai indeks kritis yaitu 9,3% A

NIK

,

36,44% B

NIK

, dan 54,24% C

NIK

. Persentase nilai pakai obat ASKES ISPA bagian

atas adalah 11.64 % A

NP

, 1.78% B

NP

, dan C

NP

0.67 %. Persentase nilai investasi,

A

NI

3.16%, B

NI

3.39%, dan C

NI

0.60%. Persentase nilai indeks kritis adalah 5,13%

A

NIK

, 23,08 % B

NIK

, dan 71,79% C

NIK

. Prioritas utama obat rutin ISPA bagian

adalah 11 item dan 2 item obat ASKES ISPA bagian atas dengan nilai EOQ

masing-masing.

(22)

xxi

ABSTRACK

Management of pharmaceuticals contributes by 40% - 50% of hospital

revenues. The unequal in management will decrease hospital revenue. High

prevalence of acute upper respiratory tract infection requires inventory control.

One of the methods is ABC analysis. Research aims to look the procurement of

acute upper respiratory tract infection

’s pharmaceuticals

the main priority of

pharmaceuticals and compliance with formularies.

This study is an observation design by retrospective descriptive

evaluative using data of drug usage data at the installation of outpatient dr. Doris

Sylvanus hospital in 2010.

Percentage of usage value of routine URTI consists of 19.78% A

NP

,

2.24% B

NP

and 0.74% C

NP

. Percentage of investment value for A

NI

20.23%, B

NI

2,05%, and C

NI

0.86%. Percentage of critical index value is 9,3% A

NIK

, 36,44%

B

NIK

, and 54,24% C

NIK

. Percentage of ASKES drug URTI usege value is 11.64%

A

NP

, 1.78% B

NP

, and C

NP

0.67%. Percentage of investment value, A

NI

3.16%,

3.39% B

NI

, and C

NI

0.60%. Percentage of the critical index value is 5,13 % A

NIK

,

23,08% B

NIK

, and 71,79% C

NIK

. The main priority of routine drugs URTI were 11

drug items and ASKES drugs URTI were 2 items with the EOQ value of each of

them.

Keywords: Pareto ABC, formulary, outpatient installation, acute upper respiratory

tract infection (URTI)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

1

BAB I

PENGANTAR

A.

Latar belakang

Menurut Undang

undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, upaya

kesehatan adalah setiap kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan yang dilakukan

secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit

(preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan/ atau masyarakat.

Rumah

Sakit merupakan salah satu

sarana kesehatan tempat

melaksanakan upaya kesehatan yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan

dengan fungsi utama yaitu menyelenggarakan upaya kesehatan yang sifatnya

menyembuhkan dan memulihkan pasien. Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit

menyatakan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan

berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk

pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

(24)

2

rumah sakit tersebut maka dapat diprediksi pendapatan di rumah sakit akan

mengalami penurunan (Yusmainita, 2010).

Dalam pengelolaan perbekalan

farmasi dibutuhkan suatu acuan yang menjadi standar rumah sakit agar dapat

meningkatkan pelayanan pada pasien.

Formularium dapat digunakan sebagai acuan untuk mengefisienkan

pengadaan sediaan farmasi di rumah sakit dan meningkatkan farmakoterapi pada

pasien secara optimal. Apoteker merupakan kunci dari suatu tim evaluasi obat

karena data

data yang berkaitan dengan kemanfaatan, efek merugikan dan harga

serta penetapan keuntungan dan kekurangan terapi, memerlukan evaluasi kritis

oleh apoteker. Dengan demikian formularium perlu direvisi setiap tahunnya, agar

pelayanan kepada pasien tetap bisa terpenuhi (Siregar, 2004).

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus merupakan rumah sakit

milik Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah. Sesuai Perda Nomor 11 tahun

1999 RSUD dr. Doris Sylvanus menjadi RSUD kelas B non pendidikan dan pada

tahun 2010 RSUD dr. Doris Sylvanus terakreditasi 12 pelayanan, dan menjadi

Badan Layanan Umum Daerah (RSUD dr. Doris Sylvanus, 2010). Penelitian

akan dilakukan di RSUD dr. Doris Sylvanus karena sebagian besar pasien yang

menderita penyakit infeksi akan datang ke rumah sakit untuk mendapatkan

perawatan sehingga dapat dilihat penggunaan obat oleh pasien terkait pola

penyakit yang diderita dengan persediaan obat yang ada di rumah sakit tersebut.

Dalam melakukan pengadaan sediaan farmasi RSUD dr Doris Sylvanus

menyediakan 2 jenis obat, yaitu obat untuk pasien umum (obat rutin) dan obat

untuk pasien ASKES (obat ASKES).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, data

morbiditas

pada

pasien rawat jalan di rumah sakit penyakit ISPA bagian atas menempati urutan

pertama yaitu berjumlah 488.794 kasus dengan jumlah kunjungan 781.881

(Depkes RI, 2010). Dilaporkan pula berdasarkan data

morbiditas

profil SDM

kesehatan Kalteng tahun 2010 yang mencatat pola penyakit terbanyak adalah

ISPA bagian atas dengan jumlah 137.672 kasus (Dinkes Kalteng, 2010). Menurut

laporan data

medical record

10 besar penyakit rawat jalan di RSUD dr. Doris

Sylvanus tahun 2010, penyakit ISPA bagian atas menempati rangking ke 9 dengan

1219 kasus. Data

data ini menunjukkan bahwa angka kejadian ISPA bagian atas

di Indonesia khususnya Kalteng masih sangat dominan terjadi.

Tingginya angka kejadian ISPA bagian atas yang terjadi menuntut

adanya suatu pengelolaan perbekalan farmasi yang profesional pada sistem

manajemen rumah sakit, dalam arti meminimalkan nilai persediaan, namun tetap

mempertimbangkan ketersediaan sesuai dengan kebutuhan (Murdiatmoko, 2006).

(26)

4

1.

Perumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas beberapa permasalahan yang muncul adalah:

a.

Bagaimana profil obat rutin dan obat ASKES ditinjau dari segi nilai pakai

(NP) dan nilai investasi (NI) obat sesuai pola penyakit ISPA bagian atas di

instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010

dengan menggunakan analisis Pareto ABC?

b.

Bagaimana Nilai Indeks Kritis (NIK) o b a t rutin dan obat ASKES sesuai

pola penyakit

ISPA bagian atas

dan pengendaliannya dengan

menggunakan metode EOQ khusus untuk sediaan kelompok A

NIK

di

instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun

2010?

c.

Bagaimana pengadaan sediaan farmasi berdasarkan formularium rumah

sakit di instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

tahun 2010?

2.

Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran penulis, penelitian mengenai analisis pareto ABC

sediaan farmasi dengan pola penyakit infeksi saluran pernafasan akut bagian atas

di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya belum pernah dilakukan. Persamaan

penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan

metode

Pareto ABC dalam pengolahan data, sedangkan perbedaannya terletak pada

tempat penelitian, periode penelitian, penggunaan pola penyakit dan analisis

perbandingan nilai indeks kritis terhadap formularium rumah sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

a.

Suciati dan Adisasmito (2006) yang berjudul

Analisis Perencanaan Obat

Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi RS Karya Husada,

Cikampek, Jawa Barat

.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Karya Husada, Cikampek,

Jawa Barat dengan tujuan untuk mengetahui gambaran proses perencanaan obat

di instalasi farmasi RS Karya Husada dengan menggunakan ABC indeks kritis.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam penentuan nilai kritis

peneliti membagikan kuisoner berupa daftar obat kepada dokter dengan kriteria

yang telah ditentukan (kriteria VEN).

b.

Awaludin (2010) yang berjudul

Analisis Sediaan Farmasi berdasarkan

Metode ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru

Kutoharjo periode tahun 2006-2008

.

Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit Palang Biru

Kutoharjo dengan tujuan mengetahui gambaran pengelolaan sediaan farmasi

pada perencanaan di instalasi rumah sakit. Metode penelitian menggunakan

rancangan studi kasus non eksperimental secara retrospektif. Dalam penentuan

nilai kritis peneliti melakukan wawancara dengan apoteker penanggungjawab di

instalasi rumah sakit Palang Biru Kutoharjo sehingga dapat dihasilkan nilai ABC

indeks kritis.

c.

Stefani (2010) yang berjudul

Analisis Sediaan Farmasi berdasarkan

ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Palang Biru

(28)

6

Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit Palang Biru

Gombong dengan tujuan mengetahui gambaran pengelolaan sediaan farmasi

pada perencanaan di instalasi rumah sakit. Metode penelitian menggunakan

rancangan studi kasus non eksperimental secara retrospektif. Dalam penentuan

nilai kritis peneliti melakukan wawancara dengan apoteker penanggungjawab di

instalasi rumah sakit Palang Biru Gombong sehingga dapat dihasilkan nilai ABC

indeks kritis.

3.

Manfaat penelitian

a.

Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai ABC indeks

kritis yang dikombinasikan dengan EOQ agar dapat mengefisienkan dan

mengefektifkan pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan di RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya.

b.

Manfaat praktis

Penelitian ini dapat membantu dalam mengevaluasi formularium rumah

sakit khususnya penyakit ISPA bagian atas di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

B. Tujuan penelitian

1.

Tujuan umum

Mengetahui pengadaan sediaan farmasi berdasarkan formularium

rumah sakit dengan pola penyakit ISPA bagian atas di RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya yang efektif dan efisien

2.

Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a.

Profil obat rutin dan obat ASKES ditinjau dari segi nilai pakai (NP) dan

nilai investasi (NI) sediaan farmasi sesuai pola penyakit ISPA bagian atas

di instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010

b.

Nilai Indeks Kritis (NIK) o b a t rutin dan obat ASKES sesuai pola

penyakit ISPA bagian atas dan pengendaliannya dengan menggunakan

metode EOQ khusus untuk sediaan kelompok A

NIK

di instalasi rawat jalan

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010

(30)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.

Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Selain itu rumah sakit merupakan salah satu sarana dalam melaksanakan

upaya kesehatan yaitu

suatu kegiatan dengan tujuan memelihara dan

meningkatkan kualitas hidup seseorang sehingga terwujud derajat kesehatan yang

optimal dimasyarakat. Upaya kesehatan dapat dilakukan dengan cara melakukan

beberapa pendekatan yaitu pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan

(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan seimbang (Siregar, 2004).

Berdasarkan Undang

undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum mempunyai fungsi yaitu :

1.

Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2.

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.

3.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

4.

Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Menurut Permenkes RI no. 340/Menkes/Per/III/2010 tentang klasifikasi

rumah sakit, rumah sakit dapat terbagi dua berdasarkan pelayanannya yaitu ;

1.

Rumah sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

2.

Rumah sakit khusus merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis tertentu, berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ atau jenis penyakit.

Dalam rangka melaksanakan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi

rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan kemampuan pelayanan

rumah sakit dan fasilitas yang tersedia, yaitu :

1.

Rumah sakit umum kelas A harus memiliki fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar,

5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan

Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik SubSpesialis.

2.

Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

(32)

10

3.

Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar

dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

4.

Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Dasar (Depkes RI,

2010).

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus merupakan rumah sakit

milik Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah. Sesuai Perda Nomor 11 tahun

1999 RSUD dr. Doris Sylvanus menjadi RSUD kelas B non pendidikan dan pada

tahun 2010 RSUD dr. Doris Sylvanus terakreditasi 12 pelayanan dan menjadi

Badan Layanan Umum Daerah dengan 254 tempat tidur yang memenuhi

kebutuhan masyarakat dari pelayanan rawat inap kelas III sampai VIP (RSUD dr.

Doris Sylvanus, 2010).

B.

Sistem Formularium Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes RI no. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar

pelayanan farmasi di rumah sakit, formularium adalah himpunan obat yang

diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit

dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.

Sistem formularium diperlukan di rumah sakit untuk mengevaluasi, dan

memilih produk obat yang dianggap paling berguna dalam perawatan pasien. Obat

yang ada diformularium harus tersedia di IFRS. Kegunaan sistem formularium

bagi rumah sakit antara lain meyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

dalam rumah sakit, bahan acuan bagi staf medik tentang terapi obat yang benar

pada pasien dan adanya ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal

(Siregar, 2004).

Pedoman penggunaan formularium yang digunakan akan memberikan

petunjuk kepada dokter, apoteker, perawat serta petugas administrasi di rumah

sakit dalam menerapkan sistem formularium (Depkes, 2004).

C.

Infeksi Saluran Penafasan Akut Bagian Atas (ISPA bagian atas)

Infeksi akut adalah masuknya

mikroorganisme

ke dalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit/infeksi yang berlangsung

sampai dengan atau lebih dari 14 hari (Tambayong, 2000).

Fungsi

dari

saluran

pernafasan

atas

adalah

menghangatkan,

melembabkan, dan menyaring udara. ISPA terjadi saat berbagai patogen masuk

bersama udara yang menempel di hidung, faring, laring, atau trakea dan

berproliferasi dalam tubuh. Penyebaran infeksi dapat terjadi tergantung dari daya

tahan tubuh individu dan dari virulensi kuman yang bersangkutan. ISPA dapat

disebabkan oleh bakteri (

Streptococcus, Stafilococcus)

, virus (

Adenovirus,

Coronavirus)

, dan riketsia (Tambayong, 2000). Contoh ISPA bagian atas antara

lain

Otitis Media, Faringitis,

dan

Sinusitis

(Sukandar, Andrajati, Sigit, Adnyana,

Setiadi, dan Kusnandar, 2009).

1.

Otitis Media

(34)

12

cairan transudat di bagian telinga tengah dan menjadi tempat perkembangan

bakteri yang secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a.

Otitis media akut dapat terjadi bila ada infeksi bakteri atau virus di cairan

telinga tengah yang menyebabkan produksi cairan/nanah. Gejala dan

tandanya lebih dari satu serta muncul secara cepat seperti demam, otalgia,

gangguan pendengaran, gelisah, lemah, anoreksia, muntah (Betz dan

Sowden, 2009).

b.

Otitis media efusi, yakni terjadinya penumpukan cairan di bagian ruang

tengah telinga. Hal ini terjadi karena adanya perubahan membran timpani

seperti kemerahan, keruh, cahaya tidak direfleksi, menonjol, dan tidak

bergerak saat dilakukan otoskopi pneumatik (Betz dan Sowden, 2009).

Bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya otitis media antara lain

Streptococcus pnemoniae

(35%),

Haemophilus influnzae

(25%),

Moxarella

catarrhalis

(10%), dan sekitar 20-30% diduga etiologi oleh virus (Sukandar, dkk,

2009).

Tujuan dari terapi adalah membatasi gejala akut dan terjadinya

komplikasi supuratif oleh otitis media, membatasi gangguan pendengaran dan

efek lain yang dapat merugikan pada perkembangan berbicara dan bahasa, serta

membatasi perkembangan bakteri yang resisten terhadap antibiotik (Linsk,

Blackwood, Cooke, Harrison, Passamani, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

Penatalaksanaan otitis media dapat dilakukan dengan :

a. Pemberian antiperetik-analgesik (Paracetamol) untuk mengobati demam

dan nyeri.

1) Paracetamol untuk dewasa, tablet (500 mg) 3

4 kali sehari (setiap 4

6

jam), tidak boleh sampai gram/hari.

2) Paracetamol untuk anak yaitu :

a) 0

1 tahun : ½ - 1 sendok the sirup, 3

4 kali sehari (setiap 4

6 jam)

b)

1

5 tahun : 1

1 ½ sendok the sirup, 3

4 kali sehari (setiap 4

6 jam)

c) 6

12 tahun : ½ - 1 tablet (250 mg

500 mg), 3

4 kali sehari (setiap 4

6

jam). Untuk anak, pemberian dosis obat tidak boleh sampai 2,6 gram dalam

waktu 24 jam (Muchid, Umar, Chusun, Supardi, Sinaga, Azis, dkk, 2006).

b. Pemberian antibiotik

1) Lini pertama :

a) Amoxicillin dosis standar, 40 mg/kgBB/hari peroral selama 5 hari.

b) Amoxicillin dosis tinggi, 90 mg/kgBB/hari peroral selama 5 hari.

c) Cefuroxime axetil, 30 mg/kgBB/hari peroral selama 5 hari.

2)

Lini kedua :

a) Amoxicillin

clavulanate, 90 mg/kgBB/hari peroral selama 10 hari.

(36)

14

2.

Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan jaringan limfoid di

sekitarnya akibat infeksi bakteri atau virus. Faringitis biasanya timbul bersama

sama dengan rhinitis, tonsillitis, dan laringitis. Faringitis dapat disebabkan oleh

virus seperti rhinovirus, adenovirus, parainfluenza, coxsackievirus dan oleh

bakteri seperti grup A β

- hemolytic

Streptococcus

(paling sering),

Chlamydia

,

Corynebacterium diphtheria

,

Hemophilus influenza

,

Neisseria gonorrhoeae

.

Gejala yang timbul akibat bakteri seperti demam yang muncul secara tiba

tiba,

disfagia (kesulitan menelan), sakit tenggorokan (sore throat), mual. Jika infeksi

yang terjadi akibat bakteri Group A streptococcus/GAS maka ditandai dengan

adanya pembengkakan kelenjar limfa, tidak batuk, demam dengan suhu tubuh >

38

o

C. Gejala yang timbul akibat virus seperti demam, nyeri menelan, batuk,

kongesti nasal, faring posterior merah atau bengkak, onset radang tenggorokannya

lambat dan progresif (Depkes RI, 2008).

Tujuan dari terapi adalah untuk mengatasi gejala yang muncul,

mengurangi meluasnya infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi. Pengobatan

dapat dilakukan dengan :

a.

Pemberian

antibiotik

hanya

diindikasikan

untuk

Group

A

streptococcus/GAS, seperti ;

1)

Penicillin V (dewasa), 250 mg 3

4 kali/hari atau 500 mg 2 kali sehari

selama 10 hari. (Anak > 12 tahun), 250 mg 2

3 kali/hari atau 500 mg

2 kali/hari selama 10 hari (Sukandar, dkk, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)

2) Jika alergi terhadap penicillin dapat diberikan eritromisin estolat 20

30

mg/kgBB/hari atau eritromisin etilsuksinat 40

50 mg/kgBB/hari dibagi

dalam 2

4 dosis selama 10 hari (Sukandar, dkk, 2009).

3) Amoksisilin (dewasa) 500 mg 3 x sehari selama 5 hari sedangkan

Amoksisilin (anak) 30

50 mg/kgBB/hari selama 5 hari (Depkes RI, 2008).

b. Pemberian antiperetik-analgesik (Paracetamol) untuk mengatasi demam

dan nyeri.

1) Paracetamol (dewasa), 1 tablet (500 mg) 3

4 kali sehari (setiap 4

6 jam),

tidak boleh sampai 4 gram/hari.

2) Paracetamol (anak) yaitu :

a) 0

1 tahun

: ½ - 1 sendok teh sirup, 3

4 kali sehari (setiap 4

6 jam)

b) 1

5 tahun

: 1

1½ sendok teh sirup, 3

4 kali sehari (setiap 4

6 jam)

c) 6

12 tahun

: ½ - 1 tablet (250 mg

500 mg), 3

4 kali sehari (setiap 4

6

jam). Untuk anak, pemberian dosis obat tidak boleh sampai 2,6 gram dalam

waktu 24 jam (Muchid, dkk, 2006).

d) Untuk membersihkan tenggorokan dapat menggunakan gargarisma khan atau

kumur

kumur dengan larutan garam hangat.

e) Untuk mengobati nyeri tenggorokan dapat menggunakan lozenges/tablet

hisap

3. Sinusitis

(38)

16

episode sinusitis akut per tahun setiap 10 hari atau lebih dan tidak disertai dengan

munculnya gejala antara episode. Sinusitis kronik berlangsung 12 minggu atau

lebih dengan atau tanpa pengobatan. Bakteri penyebabnya antara lain

Streptococcus pnemoniae

,

Haemophilus influnzae

,

Moxarella catarrhalis

. Gejala

yang sering muncul adalah hidung tersumbat, adanya sekret hidung yang kental,

nyeri muka, sakit gigi rahang atas, demam, wajah bengkak (Kennedy, Bolger, dan

Zinreich, 2001).

Tujuan terapi adalah membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas

sekret, dan eradikasi bakteri. Terapi antibiotik umumnya tidak diindikasikan,

analgesik

antipiretik untuk mengatasi nyeri dan demam, pengobatan dengan

uap, humidifier dan semprot nasal salin, dekongestan topikal atau sistemik dengan

durasi pendek bermanfaat (3

4 hari). Pemberian antibiotik diberikan pada pasien

dengan gejala sedang atau berat. Amoxicillin menjadi pilihan antibiotik untuk

sinusitis bakteri akut maupun kronik. (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, dan

Posey, 2005). Pengobatan dapat dilakukan dengan :

a. Pemberian antibiotik

1)

Pengobatan lini I sinusitis bakteri akut pada anak

a)

Dosis standar Amoxicillin 40 mg/kgBB/hari secara peroral selama 10 hari

b)

Dosis tinggi Amoxicillin 90 mg/kgBB/hari secara peroral selama 10 hari

(Dipiro, dkk, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

2)

Pengobatan sinusitis bakteri akut pada neonatal/pediatri

Dalam pengobatan sinusitis akut pada neonatal dapat digunakan lini I

terlebih dahulu, jika tidak berhasil maka dapat diberikan :

a)

Amoxicillin klavulanat 45 mg/kgBB/hari secara peroral selama 10 hari

b)

Cefuroxime axetil 30 mg/kgBB/hari secara peroral selama 10 hari (Dipiro,

dkk, 2005).

3)

Pengobatan lini I untuk sinusitis bakteri akut pada dewasa

a) Amoxicillin klavulanat 500 mg peroral selama 10 hari

b) Cefuroxime axetil 250 mg - 500 mg peroral setiap hari selama 10 hari

c) Azithromycin 500 mg peroral hari pertama, lalu 250 mg/hari setiap hari

selama 4 hari

d) Levofloxacin 500 mg peroral setiap hari selama 7

10 hari (Dipiro, dkk,

2005).

4)

Pengobatan untuk sinusitis bakteri

recurrent

a) Amoxicillin 500 mg peroral selama 10 hari

b) Doxycycline 200 mg peroral pada perberian pertama kemudian 100 mg

peroral pada pemberian seterusnya selama 10 hari (Dipiro, dkk, 2005).

5) Pengobatan untuk sinusitis bakteri kronik pada pediatri

a) Amoxicillin klavulanat 45 mg/kgBB/hari secara peroral selama 3 minggu

b) Clindamycin 30 mg/kgBB/hari peroral selama 3 minggu (Dipiro, dkk, 2005).

6) Pengobatan untuk sinusitis bakteri kronik pada dewasa

(40)

18

b. Pemberian antiperetik-analgesik (Paracetamol) untuk mengatasi demam

dan nyeri.

1) Paracetamol (dewasa), 1 tablet (500 mg) 3

4 kali sehari (setiap 4

6 jam),

tidak boleh sampai 4 gram/hari.

2) Paracetamol (anak) yaitu :

a) 0

1 tahun

: ½ - 1 sendok the sirup, 3

4 kali sehari (setiap 4

6 jam)

b) 1

5 tahun

: 1

1 ½ sendok the sirup, 3

4 kali sehari (setiap 4

6 jam)

c) 6

12 tahun

: ½ - 1 tablet (250 mg

500 mg), 3

4 kali sehari (setiap 4

6

jam). Untuk anak, pemberian dosis obat tidak boleh sampai 2,6 gram dalam

waktu 24 jam (Muchid, dkk, 2006).

c. Dekongestan

Dekongestan dapat secara spesifik mengobati hidung yang tersumbat

karena

merupakan

agonis

adrenergik

(simpatomimetik).

Dekongestan

diindikasikan sebagai bantuan sementara pada nasal dan eustasius tersumbat dan

batuk yang terkait dengan

postnasal

drip.

1)

Dekongestan Oral

Dekongestan oral diindikasikan untuk mengurangi hidung tersumbat.

Contoh dekongestan oral adalah Pseudoefedrin yaitu isomer dekstro dari efedrin

dengan mekanisme kerja yang sama namun daya bronkodilatasinya lebih lemah

tetapi efek sampingnya terhadap SSP dan jantung lebih ringan. Obat ini banyak

digunakan dalam sediaan kombinasi untuk flu, misalnya

Pseudoefedrin

berkombinasi dengan Paracetamol, Clorfenilramin maleat (CTM), dan Gliseril

Guaiakolat (GG) (Aziz, Supardi, dan Herman, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

2)

Dekongestan Topikal

a)

Dekongestan topikal diindikasikan untuk rinitis akut yang merupakan radang

selaput lendir hidung. Bentuk sediaan dekongestan topikal berupa balsam,

inhaler, tetes hidung atau semprot hidung. Dekongestan tidak boleh

digunakan lebih dari 7-10 hari dan hindari dosis yang berlebihan saat

penggunaan (Aziz, dkk, 2005).

Contoh dekongestan topikal adalah oksimetazolin, yaitu derivate

imidazolin ini bekerja langsung terhadap reseptor alfa tanpa efek reseptor beta.

Setelah diteteskan di hidung, dalam waktu 5-10 menit terjadi vasokonstriksi.

Aturan pemakaiannya :

b)

Dewasa dan anak > 6 tahun : 2

3 tetes/semprot oksimetazolin 0,05% setiap

lubang hidung

c)

Anak usia 2

5 tahun : 2

3 tetes/semprot oksimetazolin 0,025% setiap

lubang hidung

d)

Obat digunakan pada pagi hari dan sebelum tidur malam serta tidak boleh

digunakan lebih dari 2x dalam 24 jam (Aziz, dkk, 2005).

d.

Ekspektoran (pengencer dahak) dan antitusif (penekan batuk)

1)

Obat Batuk Berdahak (Ekspektoran)

a)

Gliseril Guaiakolat

(42)

20

(1) Dewasa : 1-2 tablet (100 -200 mg), setiap 6 jam atau 8 jam sekali

(2) Anak

: 2-6 tahun

: ½ tablet (50 mg) setiap 8 jam

6-12 tahun : ½ - 1 tablet (50-100 mg) setiap 8 jam

(Muchid, dkk, 2006).

b)

Bromheksin

Bromheksin juga ditujukan untuk membantu mengencerkan lendir

saluran napas. Aturan pemakaian nya adalah :

(1) Dewasa : 1 tablet (8 mg) diminum 3 x sehari (setiap 8 jam)

(2) Anak

: > 10 tahun, 1 tablet (8 mg) diminum 3 kali sehari (setiap 8 jam)

5

10 tahun, 1/2 tablet (4 mg) diminum 2 kali sehari (setiap 8 jam)

(Muchid, dkk, 2006).

2)

Obat Penekan Batuk (Antitusif)

a)

Dekstrometorfan HBr (DMP HBr)

Dekstrometorfan HBr ditujukan untuk menekan batuk yang cukup kuat

kecuali untuk batuk akut yang berat. Penggunaan dosis yang terlalu besar dapat

menimbulkan depresi pernapasan. Aturan pemakaiannya adalah :

(1) Dewasa : 10-20 mg setiap 8 jam

(2) Anak

: 5-10 mg setiap 8 jam

(3) Bayi

: 2,5-5 mg setiap 8 jam (Muchid, dkk, 2006).

b)

Difenhidramin HCl

Difenhidramin HCl ditujukan untuk menekan batuk dan mempunyai efek

antihistamin (antialergi). Konsumen dianjurkan untuk tidak meminum obat ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

ketika sedang mengendarai atau mengoperasikan mesin karena obat ini

menyebabkan kantuk. Aturan pemakaiannya adalah :

(1) Dewasa : 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam

(2) Anak

: ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam (Muchid, dkk, 2006).

D.

Sediaan Farmasi

Berdasarkan Undang

Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan bahwa sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

1. Obat Generik

Menurut Permenkes No. HK.02.02/Menkes/068/1/2010, obat generik

adalah obat dengan nama resmi

International Non Propieritary Names

(INN)

yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat

berkhasiat yang dikandungnya.

Gambar 1. Logo obat generik (

Acandra, 2010)

2. Obat ASKES

(44)

22

ASKES adalah obat yang tertera dalam Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO)

dan ditanggung oleh PT ASKES.

E.

Perencanaan dan Pengadaan Sediaan Farmasi

Perencanaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan yang dalam hal ini menjadi dasar tindakan pimpinan agar

dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik (Anshari, 2009).

Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses

kegiatan dalam

pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan

kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar

dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi.

kombinasi konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang

tersedia (Depkes, 2008). Penentuan kebutuhan merupakan fungsi perencanaan

yang menyangkut proses pemilihan jenis dan penetapan dengan prediksi jumlah

kebutuhan persediaan obat tiap jenisnya di rumah sakit (Seto, Nita, dan Triana,

2004).

Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah untuk mendapatkan :

1.

perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati

kebutuhan

2.

menghindari terjadinya kekosongan obat

3.

meningkatkan penggunaan obat secara rasional

4.

meningkatkan efisiensi penggunaan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

Pedoman dalam perencanaan pengadaan obat yaitu, DOEN,

formularium rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah sakit seperti

data catatan medik ; anggaran yang tersedia ; penetapan prioritas ; siklus

penyakit ; sisa persediaan ; data pemakaian periode yang lalu ; dan rencana

pengembangan (Depkes, 2008).

Pengadaan merupakan proses untuk mendapatkan perbekalan, dalam hal

menunjang pelayanan kepada pasien. Fungsi pengadaan harus memenuhi syarat

kebutuhan pasien, kemampuan anggaran, dan ketentuan yang berlaku (Seto, dkk,

2004).

F.

Vital, Esessensial, Non Esenssial (VEN)

World Health Organization

(WHO) memperkenalkan sistem VEN (

vital,

esesensial, non esensial

) dengan mengatur pengadaan dari hanya item-

item

“V”

(

vital

), kemudian item-item

“E”

(

esensial

) dan apabila diperlukan, maka tentukan

dengan tepat prioritas diantara item-item tersebut dengan dana yang tidak

dialokasikan tersisa maka diatur untuk pengadaan item-

item “N”

(non esensial)

.

VEN untuk setiap tiap negara akan berbeda penggolongannya (Seto, dkk, 2004).

Sistem VEN menggolongkan obat dalam 3 golongan, yaitu

vital

adalah

golongan obat yang harus ada, sehingga harus direncanakan keberadaannya,

(46)

24

G . Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan (

inventory control

) atau pengendalian tingkat

persediaan

merupakan

kegiatan

yang

berhubungan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material yang bertujuan

mencapai efisiensi dan efektivitas optimal dalam penyediaan material (Indrajit

dan Djokopranoto, 2003).

Inventory management

merupakan kunci pada

drug

supply

, apabila

inventory management

rumah sakit buruk akan merugikan rumah

sakit tersebut dan menyebabkan pengurangan golongan esensial serta menurunnya

kualitas pada perawatan pasien (Quick, Hume, Rankin, O

’Connor

, Rankin, dan

O’Con

nor, 1997).

Manajemen persediaan berprinsip bahwa penentuan jumlah dan jenis

barang yang akan disimpan dapat selalu memenuhi kebutuhan, tetapi harus tetap

dijaga agar biaya investasi dari penyediaan barang memiliki biaya yang minimal

sehingga pengelolaan sediaan dapat menjadi efisien dan efektif. Efektif berarti

bahwa adanya jaminan pemenuhan kebutuhan sediaan sedangkan efisien berarti

bahwa persediaan dapat ditekan sampai tingkat minimum (Indrajit dan

Djokopranoto, 2003).

Manajemen persediaan dapat dicapai dengan melakukan beberapa usaha

sebagai berikut :

1.

Menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi

2.

Membatasi nilai seluruh investasi

3.

Membatasi jenis dan jumlah material

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

Memanfaatkan seoptimal mungkin material yang ada (Indrajit dan

Djokopranoto, 2003).

H.

Always Better Control

(ABC)

Model A B C

merupakan metode pengendalian persediaan dalam

manajemen logistik yang berhubungan dengan aktivitas pengaturan persediaan

sediaan farmasi agar dapat menjamin kebutuhan dan pelayanan pada pasien

(Meidi, 2005). Analisis ABC adalah mengelompokkan item barang atau obat ke

dalam tiga jenis klasifikasi berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang

(Anshari, 2009). Berdasarkan rekomendasi APICS (

The American Production and

Inventory Control

) tingkat kesalahan yang dapat ditolerir adalah ± 0,2% untuk

item A, ±1% untuk item B, dan ± 5% untuk item C. Analisis ABC juga

membantu untuk mengidentifikasi biaya yang dihabiskan untuk setiap item

obat yang tidak terdapat dalam daftar golongan esensial.

(48)

26

besarnya pesanan item kelas A sehingga dapat ditangani secepatnya (Quick, dkk,

1997).

Jika dihubungkan dengan pendapatan dari penyediaan obat, analisis ABC

dapat digunakan untuk :

1.

Menentukan frekuensi permintaan item obat, pemesanan item obat kelompok

A biasanya lebih sering dilakukan dan dengan jumlah yang lebih kecil

sehingga dapat mengurangi biaya inventoris.

2.

Mencari sumber item kelompok A dengan harga yang lebih murah, misalnya

dengan dengan mencari

supplier

yang paling murah atau memilih item

kelompok A dalam bentuk sediaan yang paling murah.

3.

Memonitor status permintaan item, agar mencegah terjadinya kekurangan

item yang mendadak dan berakibat untuk melakukan pembayaran darurat

yang biasanya mahal.

4.

Memonitor prioritas penyediaan, hal ini disesuaikan dengan prioritas sistem

kesehatan yang menunjukkan jenis obat apa yang sering digunakan.

Membandingkan biaya aktual dan terencana (Quick, dkk, 1997).

Jika dihubungkan dengan manajemen distribusi dan inventoris, analisis

ABC dapat digunakan untuk:

1.

Memonitor waktu paruh dengan pengawasan dan pengecekan pada kelompok

A untuk meminimalisasi jumlah sediaan yang dibuang.

2.

Menjadwal pengiriman.

3.

Menghitung jumlah stok secara berkala, terutama untuk penghitungan item

kelompok A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

4.

Memonitor penyimpanan (Quick, dkk, 1997).

Dalam penerapannya, analisis ABC dapat dilakukan pada periode

tahunan, periode yang lebih singkat yaitu dalam jangka waktu dilakukannya

tender. Langkah-langkah dalam analisis ABC yaitu:

1.

Mendata semua item yang dibeli

dan atau dikonsumsi kemudian

memasukkannya ke dalam unit biaya,

2.

Memasukkan kuantitas konsumsi selama satu periode,

3.

Menghitung nilai konsumsi,

4.

Menghitung persentase nilai total setiap item,

5.

Menyusun kembali daftar berurutan dari total nilai yang paling tinggi ke

paling rendah,

6.

Menghitung persentase kumulatif nilai total untuk setiap item,

7.

Memilih range persentase untuk obat kelompok A, B, dan C,

8.

Menyajikan data dalam bentuk grafik (Quick, dkk, 1997).

I.

Landasan Teori

(50)

28

kelompok C berisi 50% dari total item dengan biaya total persediaan sebesar

5%.

Dalam mengklasifikasikan persediaan didapatkan nilai pakai (NP), nilai

investasi (NI) dan nilai indeks kritis (NIK). Nilai pakai ini didapatkan dari jumlah

pemakaian sediaan. Nilai investasi didapatkan dari jumlah pengeluaran sediaan

yang dikalikan dengan harga sediaannya. Nilai indeks kritis didapatkan dari

penjumlahan pareto nilai pakai dan pareto nilai investasi sediaan kemudian

dikalikan 2 kali nilai VEN. Nilai kritis didapatkan dengan menentukan VEN.

Sediaan farmasi diberi nilai, lalu dikriteriakan menjadi

Vital, Esensial

dan

Non

Esensial

(VEN).

Kategori

vital

merupakan sediaan farmasi dengan bentuk sediaan injeksi

yang termasuk dalam formularium RSUD dr. Doris Sylvanus tahun 2010 dan

DOEN tahun 2008. Kategori

esenssial

merupakan sediaan farmasi yang termasuk

dalam formularium RSUD dr. Doris Sylvanus tahun 2010 dan DOEN tahun 2008.

Kategori

non esenssial

merupakan sediaan farmasi yang tidak terdapat di dalam

formularium RSUD dr. Doris Sylvanus tahun 2010 dan DOEN tahun 2008.

Meskipun ada sediaan farmasi yang tidak masuk dalam DOEN tetapi jika

keberadaan sediaan farmasi tersebut penting untuk memenuhi kebutuhan rumah

sakit maka menurut rumah sakit termasuk dalam kriteria esensial. Berdasarkan

Kepmenkes RI No. 791/Menkes/SK/VII/2008 tentang Daftar Obat Esensial

Nasional 2008, DOEN merupakan daftar obat terpilih yang paling dibutuhkan dan

yang harus tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan

tingkatnya. Formularium merupakan acuan untuk mengefisienkan pengadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

sediaan farmasi di rumah sakit sehingga membantu meningkatkan farmakoterapi

pada pasien secara optimal.

Dengan menggunakan analisis pareto dapat diketahui profil nilai pakai,

nilai investasi, nilai indeks kritis dan kesesuaian antara pemakaian sediaan farmasi

dengan formularium rumah sakit khususnya penyakit ISPA bagian atas sehingga

pengadaannya dapat dikendalikan. Pengendaliaan persediaan dapat dilakukan

pada kelompok A, B, dan C. Khusus kelompok A dapat dikendalikan dengan

menggunakan metode EOQ, kelompok B menggunakan kartu stok berwarna, dan

kelompok C dapat dilakukan secara

just in time

.

Dengan demikian dapat

diketahui nilai EOQ, jumlah persediaan yang aman (

safety stock

) dan frekuensi

dan jangka waktu pemesanan serta batas waktu pembelian kembali (ROP) tertentu

dengan menggunakan kombinasi antara analisis ABC dengan EOQ khusus

sediaan farmasi kelompok A.

J.

Hipotesis

(52)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat rancangan observasional dengan cara deskriptif

evaluatif yang bersifat retrospektif. Hal ini dikarenakan data yang didapatkan

dilakukan evaluasi kemudian digambarkan secara objektif sesuai dengan kejadian

yang sebenarnya lalu ditampilkan secara visual dalam bentuk tabel dan diagram

(Sugiyono, 2008). Penelitian yang dilakukan bersifat retrospektif karena peneliti

mengambil data atau dokumen pemakaian obat di instalasi farmasi RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya periode 2010.

B.

Variabel

1. Variabel bebas adalah nilai pakai, nilai investasi, nilai esensial dan non

esensial.

2. Variabel tergantung adalah nilai indeks kritis.

C.

Definisi Operasional

1.

Tempat penelitian ini adalah instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. Doris

Sylvanus yang berada di jalan Tambun Bungai No.04 Palangka Raya.

2.

Penyakit ISPA Bagian Atas antara lain

Otitis Media, Faringitis,

dan

Sinusitis

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

3.

Nilai pakai (NP) merupakan nilai suatu sediaan berdasarkan jumlah

pengeluaran sediaan periode 2010. Nilai A diberikan kepada sediaan yang

mendominasi 80% dari total seluruh pemakaian. Nilai B diberikan kepada

sediaan dengan pemakaian sedang yaitu gabungan 15% dari total seluruh

pemakaian. Nilai C diberikan kepada sediaan dengan pemakaian rendah

yaitu gabungan 5% dari total seluruh pemakaian.

4.

Nilai pakai (NP) didapatkan dari data jumlah pemakaian obat di rumah sakit

dengan pola penyakit utama ISPA bagian atas yang tercantum dalam laporan

pemakaian obat periode Januari s/d Desember tahun 2010 di apotek rawat

jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

5.

Nilai investasi (NI) merupakan nilai suatu sediaan yang diperoleh dari

jumlah pengeluaran suatu sediaan dikali harga sediaan tersebut pada

periode 2010. Nilai A diberikan kepada sediaan yang mendominasi 80%

dari total seluruh investasi. Nilai B diberikan kepada sediaan dengan

pemakaian sedang yaitu gabungan 15% dari total seluruh investasi. Nilai C

diberikan kepada sediaan dengan pemakaian rendah yaitu gabungan 5%

dari total seluruh investasi.

6.

Harga sediaan farmasi didapat dari beberapa sumber yaitu rekapitulasi nilai

persediaan perbekalan farmasi di apotek rawat jalan RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya per 31 Desember 2010 yang terdiri dari :

Gambar

Tabel VIPengelompokan Seluruh Sediaan Obat ASKES Berdasarkan
Tabel IXPrioritas Sediaan Obat Rutin Penyakit ISPA Bagian Atas
Gambar 1Logo Obat Generik...................................................................
Gambar 11 Perbandingan nilai indeks kritis sediaan obat Rutin dan obat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara data surveilans kesehatan haji Indonesia menunjukkan bahwa kasus ISPA (THT) merupakan yang terbanyak sebagai penyebab kunjungan ke sarana pelayanan

(2) Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Radio Siaran Pemerintah Kabupaten Swara Murung Raya FM atau disingkat SMURA FMa. Pasal

Melalui pernyataan visi dan misi tersebut, BPS Kabupaten Takalar memiliki aspirasi untuk mencapai sejumlah tujuan strategis di tahun 2019, yaitu: (1) peningkatan kualitas

Bila dibandingkan dengan persentase kebuntingan dengan metode Ovsynch (64,71%) penggunaan GnRH ke-2 untuk induksi ovulasi juga tidak berbeda nyata (P >

Di dalam makalah ini akan dianalisis osilasi curah hujan musiman dan tahunan menggunakan transformasi wavelet untuk beberapa daerah di Sumatra Barat, yaitu

menunjukan bahwa Pengetahuan Nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Preferensi Menabung di Bank BRISyariah Cabang Kendari... vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...

Kelemahan pada penelitian yang telah dibuat yaitu fitur untuk mematikan dan menyalakan alarm, serta mengecek lokasi GPS masih menggunakan SMS tidak dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan analisis laporan keuangan yang dilakukan oleh Hotel Ciater Spa & Resort dan untuk mengetahui analisis