• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan : studi kasus pada 4 siswa kelas VII B SMP N 3 Depok Sleman tahun pelajaran 2008/2009 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pola kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan : studi kasus pada 4 siswa kelas VII B SMP N 3 Depok Sleman tahun pelajaran 2008/2009 - USD Repository"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLA KESALAHAN PADA OPERASI PEMBAGIAN

BILANGAN PECAHAN: STUDI KASUS PADA 4 SISWA KELAS VII B SMP N 3 DEPOK SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : ANIK YULIANI NIM : 041414051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

! ! ! !

! ! ! !

""""

# ##

# $$$$

% &' ( % &' ( % &' ( % &' (

)))) ****

# +

# +

# +

# +

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Anik Yuliani, 041414051. 2009. Pola Kesalahan pada Operasi Pembagian Bilangan Pecahan: Studi Kasus pada 4 Siswa Kelas VII B SMP N 3 Depok Sleman Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Tahun Pelajaran 2008/2009 serta faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan tersebut.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Depok Sleman. Subyek penelitian diambil dari siswa kelas VII B yang terdiri dari 4 siswa.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode tes dan metode wawancara. Metode tes digunakan untuk memprediksikan pola kesalahan dan faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan, sedangkan metode wawancara digunakan untuk menggali lebih lanjut pola kesalahan dan faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan tersebut.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pola kesalahan yang ditemukan pada operasi pembagian bilangan pecahan dikelompokan dalam dua jenis kesalahan yaitu:

1. Kesalahan pada pemahaman algoritma dasar pembagian bilangan pecahan. Pola kesalahan yang diungkap yaitu:

a. Siswa menganggap bahwa pembagian bilangan pecahan dengan bilangan bulat, dimanapun letak bilangan pecahannya maka bilangan pecahan tersebutlah yang harus dibalik.

b. Siswa menganggap bahwa cara penyelesaian operasi pembagian bilangan pecahan sama dengan menyelesaikan operasi penjumlahan pada bilangan pecahan yaitu dengan menyamakan penyebut.

c. Siswa menyelesaikan operasi pembagian bilangan bulat dengan bilangan pecahan dengan cara langsung membagi bilangan-bilangan tersebut. 2. Kesalahan pada pemahaman algoritma dasar perkalian bilangan pecahan.

Pola kesalahan yang diungkap yaitu:

a. Siswa berasumsi bahwa perkalian antara bilangan bulat dengan bilangan pecahan atau sebaliknya sama dengan mengubah bentuk pecahan campuran ke dalam bentuk pecahan biasa.

b. Siswa berasumsi bahwa dalam menyelesaikan perkalian bilangan bulat dengan bilangan pecahan, siswa mengalikan bilangan bulat dengan pembilang dan juga bilangan bulat dengan penyebutnya.

(7)

vii

ABSTRACT

Anik Yuliani, 041414051. 2009. Design of Mistakes on the Operation of Division of the Fraction Number: Case Study on Four Students in Grade VII B of Junior High School 3 Depok Sleman Academic Year 2008/2009.

Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Natural Sciences, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The objective of this research is to know the design of mistakes of fraction division in some students in grade VII B of Junior High School 3 Depok Sleman Academic Year 2008/2009, also the cause factor of the mistake in that fraction division operation.

This research was done in Junior High School 3 Depok Sleman. The subject was taken from four VII B graders.

The methods that used to collect the data are test method and interview method. Test method is used to predict the design of mistakes and that cause factor in fraction division operation, whereas interview method is used to research the mistake and that cause factor in fraction division operation.

We can conclude from the result analysis that the mistakes in fraction division operation is categorized into two kind of mistake, that are:

1. The mistake in the understanding of basic algorithm of fraction division. The design of mistake are:

a. The students have the opinion that fraction division with round number, in everywhere the place of the fraction so the fraction must be reversed. b. The students have the opinion that the solution of fraction division is same

with the solution of sum operation in fraction by making the same of denominator.

c. The students finished the division of round number with the fraction by dividing the numbers directly.

2. The mistake in the understanding basic algorithm of fraction multiplication. The design of mistake are:

a. The students have the assumption that multiplication between round numbers with the fraction or vice versa is same with changing the form of mixed fraction into ordinary fraction.

b. The students have the assumption that to finish the multiplication of round number with the fraction, they must multiply the round number with the numerator and the denominator.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga dapat menyusun Skripsi dengan judul “Pola Kesalahan pada Operasi Pembagian Bilangan Pecahan: Studi Kasus pada 4 Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Sleman Tahun Pelajaran 2008/2009”.

Dalam Penyusunan Skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan semua pihak penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Wanty Widjaja, S.Pd., M.Ed., Ph.D, selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan penuh pengorbanan waktu dan tenaga, serta telah membimbing, mengarahkan, dan membantu penulis, sehingga karya tulis ini dapat selesai.

2. Bapak Dr. St. Suwarsono dan Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku dosen penguji.

3. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Lies yang telah membimbing dan membantu penulis selama melaksankan penelitian di SMP N 3 Depok Sleman.

(10)

x

6. Bapak, Ibu, adik-adikku Dina dan Tri. Terima kasih atas restu, dorongan, dan doa yang selalu mengiringi setiap langkahku dan membiayaiku selama ini. 7. Kakek, Nenek dan Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungannya.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam hal isi maupun tata bahasa. Untuk itulah penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhirnya semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Pembatasan Masalah ... 4

E. Pembatasan Istilah... 4

(12)

xii BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori... 7

1. Konsep ... 7

a. Pemahaman Konsep ... 8

b. Konsep Dalam Matematika... 11

2. Kategori Kesalahan ... 12

a.Kesalahan-Kesalahan Pada Operasi Pembagian Bilangan Pecahan ... 13

b. Penelitian Relevan... 15

3. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan... 18

4. Materi pecahan ... 19

B. Kerangka Berpikir... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 30

B. Subyek Penelitian... 30

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 31

D. Keabsahan Data... 38

E. Teknik Analisis Data... 38

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 42

BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 44

B. Analisis Uji Coba ... 45

(13)

xiii

D. Analisis Data Penelitian ... 60

E. Rangkuman Analisis Data Penelitian... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian... 100

C. Saran... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Dari Beberapa Peneliti 16

3.1 Hubungan Antara Rumusan Dengan Instrumen Penelitian

31

3.2 Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba 33

3.3 Kisi-kisi Soal Tes Penelitian 35

3.4 Teknik Analisis Data 39

3.5 Rangkuman Pola Kesalahan Dalam Menyelesaikan Operasi Pembagian Pada Bilangan Pecahan

40

3.6 Rumusan Kategori Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan

42

3.7 Tabel Pelaksanaan Penelitian 42

4.1 Kegiatan Selama Penelitian 44

4.2 Contoh Jawaban Eci 46

4.3 Contoh Jawaban Risma 51

4.4 Contoh Jawaban Yuda 55

4.5 Ringkasan Hasil Uji Coba dan Kontribusi Bagi Penelitian

59

4.6 Tabel Siswa yang Banyak Melakukan Kesalahan 61

4.7 Data Siswa yang Dijadikan Subyek Penelitian dan Perkiraan Pola Kesalahan yang Mereka Lakukan

66

4.8 Contoh Jawaban Angga 67

4.9 Rangkuman Pola Kesalahan dan Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan yang Dilakukan Oleh Angga

74

4.10 Contoh Jawaban Dewi 75

4.11 Rangkuman Pola Kesalahan dan Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan yang Dilakukan Oleh Dewi

80

4.12 Contoh Jawaban Hagi 80

4.13 Rangkuman Pola Kesalahan dan Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan yang Dilakukan Oleh Hagi

86

4.14 Contoh Jawaban Gani 87

4.15 Rangkuman Pola Kesalahan dan Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan yang Dilakukan Oleh Gani

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

4.1 Jawaban Eci No. 4 47

4.2 Jawaban Eci No. 5 47

4.3 Jawaban Eci No. 6 48

4.4 Jawaban Risma No. 2 52

4.5 Jawaban Risma No. 5 52

4.6 Jawaban Yuda No. 5 55

4.7 Jawaban Yuda No. 6 56

4.8 Jawaban Angga Pada Soal No. 3 68

4.9 Jawaban Angga Pada Soal No. 4 71

4.10 Jawaban Dewi Pada Soal No. 4 76

4.11 Jawaban Dewi Pada Soal No. 5 76

4.12 Jawaban Hagi Pada Soal No. 3 81

4.13 Jawaban Hagi Pada Soal No. 4 84

4.14 Jawaban Gani Pada Soal No. 1 88

(16)

xvi

LAMPIRAN

Lampiran Keterangan

Lampiran Uji Coba

Lampiran 1 Soal Uji Coba

Lampiran 2 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Lampiran 3 Tabel Daftar Nilai Uji Coba Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Lampiran 5 Transkripsi Hasil Wawancara Eci Lampiran 6 Transkripsi Hasil Wawancara Risma Lampiran 7 Transkripsi hasil Wawancara Yuda Lampiran 8 Scanner Hasil Uji Coba

Lampiran 9 Tabel Analisis Jawaban Eci Lampiran 10 Tabel Analisis Jawaban Risma Lampiran 11 Tabel Analisis Jawaban Yuda Lampiran penelitian

Lampiran 12 Soal Tes Penelitian

Lampiran 13 Kunci Jawaban Tes Penelitian Lampiran 14 Tabel Nilai Siswa

Lampiran 15 Tabel Uji Validitas

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pecahan merupakan materi dasar dalam matematika, oleh karena itu sangat penting bagi semua siswa untuk dapat menguasai materi tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari pecahan digunakan dalam konteks anak yang belum sekolah misalnya mengambil setengah bagian makanan sering dipandang tidak mempunyai arti jika dibandingkan dengan mengambil seluruh bagian. Pembahasan materi pecahan secara formal dipelajari di sekolah dasar sejak kelas III semester 2 dengan penekanan pada pengembangan konsep dasar bilangan pecahan melalui benda-benda konkret kemudian dengan model-model atau gambar. Sementara di sekolah menengah, materi pecahan kembali dibahas pada kelas VII semester 1 dengan penekanan pada melatih cara berfikir dan bernalar serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah mengenai bilangan pecahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Mengingat bilangan pecahan sangat dekat sekali dengan kehidupan kita maka diharapkan siswa mampu memahami dan menerapkan pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil wawancara penulis dengan guru matematika yang mengajar di kelas VII SMP N 3 Depok memberikan indikasi bahwa penguasaan konsep pecahan masih tergolong rendah, serta masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal cerita yang

(18)

bilangan pecahan.

Dalam Teaching and Learning Mathematics, Bergeson (2000) menemukan beberapa kesalahan konsep, salah satu kesalahan konsep yang ditemukan adalah menggunakan konsep perkalian dalam pembagian bilangan pecahan. Misalnya pada pembagian bilangan bulat dengan bilangan pecahan siswa langsung mengalikan bilangan bulat dengan bilangan pecahan kemudian siswa membaginya.

Sejalan dengan Bergeson (2000), Newstead & Murray (1998) juga menemukan adanya kesalahan pada pembagian bilangan bulat dengan bilangan pecahan. Kesalahan ini terjadi dari kesalahan siswa yang tidak disengaja serta kesalahan berdasar pada pengetahuan formal yang dimiliki oleh siswa.

Ketidakmampuan siswa untuk menginterpretasikan soal 2 1

2÷ sebagai ”berapa

banyak 2 1

yang ada dalam 2”.

Pengetahuan dasar mengenai bilangan pecahan yang dimiliki siswa akan

bermanfaat dalam pemahaman dan penguasaan konsep pecahan pada jenjang

pendidikan berikutnya. Konsep pecahan yang telah dipelajari sebelumnya

akan digunakan sebagai modal untuk mempelajari konsep selanjutnya. Jika

konsep awal yang dipelajari oleh siswa salah maka untuk penerapan konsep

itu pada pengetahuan selanjutnya akan salah juga. Hal tersebut akan

menimbulkan berbagai kesalahan.

Penting bagi seorang guru untuk mengetahui pola kesalahan yang sering

(19)

dapat membantu siswa untuk memperbaiki kesalahan yang mereka alami.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin lebih mengetahui pola kesalahan

yang terkait dengan operasi pembagian bilangan pecahan serta faktor

penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan dari

beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Sleman Tahun pelajaran

2008 / 2009.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang diajukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Apa saja pola kesalahan yang terkait dengan operasi pembagian bilangan

pecahan dari beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Sleman

Tahun pelajaran 2008/2009?

2. Apa faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian

bilangan pecahan dari beberapa siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok

Sleman Tahun pelajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui :

1. Pola kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan pada beberapa

siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Depok Sleman Tahun Pelajaran

2008/2009.

2. Faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian bilangan

(20)

Tahun Pelajaran 2008/2009.

D. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, masalah akan dibatasi pada pola kesalahan yang

terkait dengan operasi pembagian bilangan pecahan serta faktor penyebab

terjadinya kesalahan tersebut. Subyek penelitian adalah beberapa siswa SMP

N 3 Depok Sleman kelas VII B yang melakukan pola kesalahan secara

konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu dalam menyelesaikan

soal-soal operasi pembagian pada bilangan pecahan.

E. Pembatasan Istilah

Dalam penelitian ini dibatasi istilah:

1. Pola kesalahan

Pola kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada

pola kesalahan yang terjadi secara konsisten, terus-menerus dan

menunjukkan pola tertentu yang dapat dilihat secara langsung dari hasil

jawaban yang diberikan oleh siswa.

2. Pecahan

Pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai b a

, dengan a, b ∈

B, dimana b ≠ 0. B merupakan semua bilangan bulat dan a disebut

(21)

3. Pembagian

Karena pembagian diperoleh dari perkalian, maka pembagian dapat pula

disebut sebagai kebalikan dari perkalian. Selain itu, pembagian juga bisa

disebut sebagai pengurangan berulang.

4. Faktor penyebab terjadinya kesalahan

Faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam penelitian ini merujuk pada

faktor yang diduga oleh penulis menjadi penyebab atau terkait erat dengan

kesalahan tentang operasi pembagian bilangan pecahan.

F. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi siswa

mengenai pola kesalahan yang mereka miliki selama ini dan mampu

mengatasi kesalahan tersebut, sehingga siswa terdorong untuk

mempelajari kembali konsep-konsep yang benar mengenai bilangan

pecahan.

2. Hasil penelitian akan memberikan informasi tentang pola kesalahan terkait

dengan operasi pembagian bilangan pecahan sehingga dapat dijadikan

sebagai masukan bagi calon guru matematika untuk merancang

pembelajaran yang dapat mengatasi kesalahan khususnya pada materi

pokok pecahan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru

tentang pola kesalahan terkait dengan operasi pembagian bilangan

(22)

sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan lagi.

4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan

(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

Pada bab ini akan dikaji teori-teori yang berhubungan dan mendukung

pembahasan-pembahasan yang terdapat dalam penelitian. Materi yang akan

dikaji pada bab ini meliputi teori-teori tentang pengertian konsep, pemahaman

konsep, konsep dalam matematika, kategori kesalahan, penelitian relevan,

faktor penyebab terjadinya kesalahan, serta pembahasan materi bilangan

pecahan.

1. Konsep

Sebagian besar siswa hanya menghafalkan definisi konsep tanpa

mengetahui hubungan antara konsep satu dengan konsep-konsep yang

lainnya. Akibatnya konsep yang baru menjadi tidak berhubungan dengan

konsep sebelumnya. Ausubel et al (1978, dalam Berg, 1991: 8)

mendefinisikan ”konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian,

situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam

setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol”. Sementara itu menurut

Gagne (dalam Ruseffendi, 1980) konsep adalah ide abstrak yang

memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam

contoh dan non contoh.

Dari pengertian konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat

(24)

objek-objek biasanya dinyatakan dalam suatu istilah yang kemudian

dituangkan ke dalam contoh dan bukan contoh. Penguasaan akan suatu

konsep sangatlah penting, karena konsep merupakan alat dalam belajar

untuk penguasaan materi. Dengan adanya pengusaan konsep yang baik,

diharapkan siswa akan dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak

terbatas.

a. Pemahaman konsep

Menurut Berg (1991: 11) seseorang dikatakan memahami suatu

konsep dengan baik bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan;

2) Menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan dengan konsep-konsep yang lain;

3) Menjelaskan dengan konsep-konsep yang lain;

4) Menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,

Konsep lain yang dimaksudkan dalam butir 2 dan 3 tersebut adalah konsep-konsep yang diprioritaskan oleh pengajar, tidak semua konsep yang berhubungan dengan konsep baru yang akan diajarkan.

Sedangkan menurut Kuhnelt (1989) seseorang dikatakan telah

memahami suatu konsep apabila: 1) dapat menghubungkan

pemahaman yang baru dengan pemahaman yang telah diketahui, 2)

dapat menghubungkan konsep yang tidak dikenal dengan konsep yang

dikenal, 3) dapat menyatukan pemahaman baru yang tidak dikenal

(25)

Sejalan dengan pendapat kedua ahli tersebut Dahar (1989) juga

mengelompokkan tingkat pemahaman konsep menjadi empat kriteria

yaitu tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatori, dan

tingkat formal. Penjelasan mengenai tingkat pemahaman konsep

tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Tingkat konkret,

Seseorang dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat konkret,

apabila orang itu mengenal suatu benda yang telah dihadapinya

sebelumnya. Misalnya seorang anak kecil yang pernah

memperoleh kesempatan bermain dengan mainan, dan ia dapat

membuat respons yang sama waktu ia melihat mainan itu kembali

maka ia telah mencapai konsep tingkat konkret.

2) Tingkat identitas,

Seseorang dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat identitas,

apabila orang tersebut mengenal suatu objek sesudah selang suatu

waktu, mempunyai orientasi yang berbeda terhadap objek tersebut,

dan mengenal suatu objek dengan melalui suatu cara indera yang

berbeda.

Contoh: mengenal suatu bola dengan cara menyentuh bola itu

bukan dengan melihatnya.

3) Tingkat klasifikatori,

Seseorang dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat

(26)

contoh dan noncontoh dari suatu konsep.

4) Tingkat formal

Siswa dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat formal,

apabila siswa itu dapat memberi nama dan mendefinisikan konsep

itu dalam atribut-atribut kriterianya, mendeskriminasi dan memberi

nama atribut-atribut yang membatasi, serta mengevaluasi atau

memberikan secara verbal contoh-contoh dan noncontoh dari

konsep.

Dari ketiga pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

seseorang dikatakan memahami suatu konsep jika orang tersebut

memiliki pemahaman yang mencakup tingkat konkret, tingkat

identitas, tingkat klasifikatori, dan tingkat formal serta memberikan

gambaran bahwa suatu konsep biasanya digunakan secara

berkesinambungan untuk menjelaskan konsep-konsep yang lain dalam

matematika. Berdasarkan pendapat ketiga para ahli tersebut penulis

juga dapat mengambil kesimpulan bahwa jika dalam memahami

konsep tidak dilakukan secara sepenuhnya, maka bisa berakibat fatal

dalam mempelajari konsep-konsep berikutnya yang berkaitan dengan

konsep tersebut, atau dengan kata lain bisa menyebabkan terjadinya

kesalahan. Untuk menghindari terjadinya kesalahan tersebut maka

dalam memahami konsep tidak hanya mampu mendefinisikan konsep

tersebut tetapi juga harus dapat menghubungkan konsep yang baru

(27)

adanya pemahaman dalam menjelaskan arti konsep dalam kehidupan

sehari-hari dan menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Konsep dalam Matematika

Menurut Frederick (dalam Suradi, 2002: 588) konsep dalam

matematika adalah:

”suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk dapat mengklasifikasikan (mengelompokkan) objek atau kejadian, dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide tersebut”.

1) Macam–macam konsep

Dienes (dalam Suradi, 2002: 588) mengungkapkan bahwa

konsep itu adalah struktur matematika yang terdiri dari tiga

macam, yaitu:

a) Konsep Murni (Pure Mathematical Concept).

Konsep murni berkenaan dengan mengelompokkan bilangan dan hubungan antara bilangan tanpa mempertimbangkan bagaimana bilangan itu disajikan.

Contoh: Himpunan bilangan real (R) adalah gabungan himpunan bilangan rasional dengan himpunan bilangan irasional.

b) Konsep Notasi (Notational Concept)

Konsep notasi berkenaan dengan sifat-sifat bilangan sebagai akibat dari bilangan itu disajikan.

Dalam Soewito (1992/1993), contoh sistem numerasi Arab-Hindu: angka 3 terdapat pada tiap lambang 123, 231, dan 321. Karena posisinya, maka angka tiga tersebut mempunyai nilai yang berbeda-beda. Pada lambang ”123”; 3 berarti 3 satuan (3). Pada lambang ”231”; 3 berarti 3 puluhan (30). Pada lambang ”321”; 3 berarti 3 ratusan (300).

c) Konsep Terapan (Applied Concept)

Konsep terapan berkenaan dengan aplikasi konsep murni dan konsep notasi dalam pemecahan soal-soal matematika, dan dalam bidang studi lain yang berhubungan.

(28)

menyelesaikan soal yang berhubungan dengan program linear.

Dapat disimpulkan bahwa dalam mempelajari matematika

dapat dilakukan melalui pendekatan pengalaman peserta didik atau

melalui benda-benda konkret yang ada dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu, untuk mempelajari matematika perlu dilatih

dan dikembangkan dengan menggunakan penalaran dari

konsep-konsep sederhana ke kompleks.

2) Kegunaan konsep dalam Matematika

Menurut Suradi (2002: 589) konsep dalam matematika

berguna untuk :

a) Menarik deduksi atau konklusi, karena matematika bersifat deduktif maka dengan konsep kita dapat mengetahui bahwa klasifikasi yang kita lakukan adalah benar. Misal, jika sesuatu objek mempunyai sifat s1,s2,s3,…,sn maka objek itu adalah G.

Objek ini mempunyai sifat s1,s2,s3,…,sn oleh karena itu objek

ini adalah G.

b) Generalisasi. Konsep yang sudah diketahui dapat digunakan untuk membuat generalisasi. Misalnya konsep lingkaran jika dipelajari lebih lanjut, akan ditemukan beberapa sifat lain. Seperti diameter, tali busur, busur lingkaran, luas dan lain-lain. c) Memperoleh pengetahuan baru, misalnya dalam bidang fisika,

dengan bantuan konsep sinus, dapat didefinisikan indeks bias suatu zat yang tembus cahaya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep dalam

matematika dapat berguna dalam membantu siswa untuk

memperoleh keakuratan akan pemahaman konsep matematika.

2. Kategori Kesalahan

Berg (1991:101) mengemukakan bahwa kesalahan siswa dalam

(29)

1) Ralat yang terjadi secara acak tanpa pola tertentu, 2) Salah ingat atau hafal,

3) Kesalahan yang terjadi secara konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu.

Pada penelitian ini penulis hanya akan memfokuskan pada kesalahan

siswa menurut Berg (1991) yaitu kesalahan yang terjadi secara konsisten,

terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu. Untuk menentukan subyek

penelitian, penulis akan memilih beberapa siswa yang memenuhi kriteria

melakukan kesalahan secara konsisten, terus-menerus dan menunjukkan

pola tertentu tersebut.

a. Kesalahan-kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan.

Tirosh (2000) dalam tulisannya yang berjudul ”Enhancing

Prospective Teachers’ Knowledge of Children’s Conceptions: The

Case of Division of Fractions” meneliti tiga puluh calon guru sekolah

dasar tentang konsepsi anak pada pembagian pecahan. Tirosh (2000),

mengklasifikasikan kesalahan yang dibuat oleh partisipan ketika

membagi pecahan dalam tiga kategori yaitu

1) Algoritma berbasis kesalahan

Berbagai cara dalam menghitung pembagian termasuk dalam

kategori ini. Hal umum prosedur yang termasuk membalikkan

pembagian sebagai ganti pembagi atau pembalikan sebelum

perkalian pembilang dan penyebut (see, e.g.,Ashlock, 1990; Barash

& Klein, 1996). Kesalahan ini biasanya menjelaskan hasil dari

hafalan algoritma. Ketika algoritma memaparkan sebuah langkah

(30)

tersebut atau merubah caranya yang justru bisa menjadi suatu

kesalahan.

2) Kesalahan yang tidak disengaja

Penelitian tentang cara operasi pembagian menunjukkan bahwa

siswa dalam menyeimbangkan operasi dengan bilangan bulat pada

pecahan dan untuk menjelaskan pembagian primer menggunakan

cara lama, dalam keseluruhan model pembagian. Dalam model

pembagian ini sebuah obyek membagi ke dalam angka terpisah

atau kumpulan terkecil (e.g., Lima anak membeli 15 buah roti dan

membaginya sama rata. Berapa nilai roti yang masing-masing anak

dapatkan?). Cara lama, keseluruhan model pembagian

memaksakan tiga batasan dalam operasi pembagian: a). Pembagi

harus angka genap; b). Pembagi harus lebih kecil dari bilangan

yang dibagi; c). Hasil bagi harus lebih kecil dari bilangan yang

dibagi. Keunggulan cara lama, keseluruhan model menunjukkan

dengan sungguh batas kemampuan anak dan tingkat kemampuan

calon guru dalam mengoreksi jawaban pada masalah pembagian

yang menyertakan pecahan (e.g., Fischbein, Deri, Nello, & Marino,

1985; Greber, Tirosh, dan Glover, 1989 dalam Journal for

Research in Mathematics Education 2000, Vol 31, No. 1, 5-25).

Data juga menyarankan bahwa respon anak dalam menyertakan

(31)

3) Kesalahan berdasar pada pengetahuan formal

Kesalahan pada pemikiran yang terbatas tentang dugaan pecahan

dan kurangnya pengetahuan dalam menghubungkan operasi

termasuk dalam kategori ini. Kurangnya pengetahuan mungkin

adalah sumber dari hasil buruk responsi pada berbagai tugas

termasuk pembagian pecahan. Hart (1981) mengemukakan siswa

berpikir bahwa pembagian pecahan merupakan komutatif bahwa

2 1 2 1

1÷ = karena

2 1 1 2 1 2 1

1÷ = ÷ = . Sebagai contoh siswa percaya

bahwa 2

2 1 4

1÷ =

seperti dalam algoritma (e.g.,

2 2 1 1 4 2 1 4 1

= × =

÷ ), atau kurangnya pengetahuan formal (e.g.,

pembagian komutatif dan berikut 2

4 1 2 1 2 1 4 1

= ÷ =

÷ ). Faktor lain

mungkin yang akan menjadi respon yang baik. Seorang guru yang

memperkenalkan dengan berbagai sumber pada kesalahan respon

siswa seharusnya membantu guru dalam mengidentifikasi sumber

spesifik kesalahan siswa dan yang sesuai intruksi.

b. Penelitian relevan

Untuk mendukung penelitian ini maka penulis akan membahas

pola kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan

soal-soal pembagian bilangan pecahan berdasarkan penelitian

Bergeson (2000), Tirosh (2000), Naiser (2004), Samson & Burghes

(32)

Bergeson (2000) dalam penelitiannya menemukan adanya

beberapa kesalahan konsep dalam matematika khususnya terkait

dengan operasi-operasi yang melibatkan bilangan pecahan, antara lain

terungkap dalam kesalahan operasi perkalian dan pembagian bilangan

bulat dengan pecahan. Siswa menyelesaikan pembagian pecahan sama

dengan menyelesaikan perkalian pecahan. Nilai dari

4 3 4 1

3÷ = , yang

ekuivalen dengan 0,75.

Penelitian mengenai kesalahan pada pembagian bilangan pecahan

(Tirosh, 2000; Naiser, 2004; Samson, & Burghes, tanpa tahun;

Newstead, & Murray, 1998) mengungkap bahwa adanya kesalahan

pada pembagian bilangan bulat dengan bilangan pecahan, kesalahan ini

menjelaskan bahwa siswa membuat kesalahan dalam menggunakan

algoritma yang tidak dipahami secara penuh oleh siswa.

Berikut ini disajikan tabel rangkuman mengenai hasil penelitian

tentang pembagian pecahan dari beberapa peneliti.

Tabel 2.1: Rangkuman hasil penelitian dari beberapa peneliti

No Peneliti Pola kesalahan Contoh

1. Bergeson (2000)

Menyelesaikan

pembagian pecahan sama dengan menyelesaikan

perkalian pecahan.

Nilai dari

4 3 4 1

3÷ = yang ekuivalen dengan 0,75.

2. Tirosh (2000)

• Menyelesaikan pembagian pecahan dengan membalik pecahan yang dibaginya.

• Menyamakan penyebut pada

• 4 16

1 4 4 4 1 = × = ÷ • 12 60 12 20 3 3 5 4 1 5 3 4

(33)

No Peneliti Pola kesalahan Contoh

operasi pembagian bilangan pecahan. 3. Naiser

(2004)

• Melakukan perkalian silang dalam menyelesaikan operasi pembagian bilangan pecahan.

• Menyelesaikan operasi pembagian pecahan dengan bilangan bulat dengan cara langsung membagi pembilang dengan bilangan bulat dan penyebut dengan bilangan tersebut juga. • 8 3 4 1 3 2 4 1 3 2 = × = ÷ • 3 1 5 15

5 ÷ =

4. Ilan Samson & David Burghes (tanpa tahun)

Menyelesaikan

pembagian pecahan sama dengan menyelesaikan perkalian pecahan • 4 3 4 1 3 4 1

3÷ = × =

• 2 5 2 1 5 2 1

5÷ = × =

5. Newstead & Murray (1998)

Menyelesaikan

pembagian pecahan sama dengan menyelesaikan perkalian pecahan. 1 2 1 2 2 1

2÷ = × =

Berdasarkan hasil penelitian tentang pembagian bilangan

pecahan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa dan para

calon guru yang melakukan kesalahan pada pecahan terutama pada

operasi pembagian bilangan pecahan. Pada penelitian ini penulis ingin

mengetahui lebih lanjut pola kesalahan dan faktor penyebab terjadinya

(34)

3. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan.

Menurut Radatz, H. (1978, dalam Krismayanti, 2006) menemukan

beberapa faktor penyebab kesalahan yaitu:

1) Kesulitan Konsep

Ketika seorang siswa mengalami kesulitan bahasa maka siswa

tersebut akan mengalami kendala besar dalam pemahaman suatu

konsep. Kesulitan bahasa meliputi tidak bisa mengartikan kata-kata,

kalimat atau istilah tertentu yang digunakan dalam matematika.

Misalnya siswa tidak mengerti apa yang dimaksud dengan konstanta,

variabel, gradien dan lain-lain.

2) Kesulitan memahami informasi tentang ruang

Kesulitan memahami informasi tentang bangun ruang adalah

kesulitan yang disebabkan karena siswa mengalami kesulitan untuk

mengenali bentuk-bentuk visual dan memahami sifat-sifat keruangan

yang berkaitan dengan soal-soal matematika.

3) Kesulitan karena kurangnya penguasaan keterampilan prasyarat,

fakta-fakta dasar dan konsep (algoritma)

Untuk menguasai konsep yang mempunyai tingkat kesulitan

tinggi, terlebih dahulu siswa harus menguasai fakta-fakta dasar

(konsep-konsep yang lebih dasar), keterampilan prasyarat meliputi:

keterampilan menghitung, keterampilan mengintepretasikan data atau

(35)

4) Ketidaktepatan penggabungan

Kesulitan ini lebih melibatkan kemampuan kognitif siswa, karena

disini siswa harus bisa menemukan cara lain atau alternatif

penyelesaian masalah jika soal tersebut tidak bisa diselesaikan dengan

satu cara.

5) Penerapan hukum atau strategi yang tidak relevan

Dalam menyelesaikan soal-soal matematika biasanya kita

menggunakan hukum-hukum, dalil-dalil dan teorema-teorema. Karena

ketidaktepatan siswa dalam menerapkan hukum-hukum, dalil-dalil,

teorema-teorema atau definisi-definisi siswa pasti akan mengalami

kesulitan untuk menyelesaikan soal.

Penulis akan menggunakan pendapat dari Radatz (1978) sebagai

landasan teori untuk menganalisa faktor penyebab terjadinya kesalahan

pada operasi pembagian bilangan pecahan. Rumusan kategori faktor

penyebab terjadinya kesalahan dapat dilihat pada bab 3.

4. Materi Pecahan

Menurut Ma (1999), untuk menguasai pemahaman pembagian dalam

pecahan diperlukan pengetahuan yang mendukung, yaitu pengertian

tentang perkalian semua bilangan, konsep pembagian sebagai kebalikan

dari perkalian, memahami bentuk-bentuk pembagian semua bilangan,

memahami perkalian dengan pecahan, memahami konsep tentang pecahan,

(36)

hubungan penguasaan konsep dalam pembagian pecahan:

Menurut Robert (1982, dalam Rifai, 1998) mengatakan bahwa

pecahan mempunyai pengertian sebagai hasil bagi dari dua nilai, artinya

dalam pecahan ada bagian yang dibagi dan ada bagian yang membagi.

Apabila konsep ini diterapkan ke dalam konsep bilangan pecahan, maka

bagian yang dibagi selanjutnya disebut pembilang sedangkan bagian yang

membagi disebut penyebut.

Pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai b a

, dengan a,

b ∈ B, dimana b ≠ 0 , B merupakan semua bilangan bulat dan a disebut

pembilang serta b disebut penyebut.

Pemahaman pembagian pada pecahan

Pemahaman perkalian pada pecahan Pemahaman pembagian

semua bilangan

Pemahaman perkalian semua bilangan

Pemahaman tentang penjumlahan Konsep operasi

kebalikan

Pemahaman konsep sebagai kesatuan

(37)

Menurut Kieren 1998, Behr et al. 1992 (dalam Chapin, 2000)

menjelaskan bahwa terdapat empat pengertian pecahan yaitu:

1) Pecahan sebagai bagian dari keseluruhan atau bagian dari kumpulan.

Pecahan adalah sebagai bagian dari kumpulan. Pada pengertian ini,

dijelaskan bahwa kesatuan dibagi ke dalam bagian yang sama

(contoh., 8 1

, 6 1

atau 2 1

) dan bilangan tersebut digunakan untuk

mewakili sejumlah pecahan (contoh.,

2 1 1 , 6 5 , 8 3

).

2) Pecahan sebagai hasil dari pembagian dua bilangan.

Pecahan dapat juga mewakili hasil ketika dua bilangan dibagi.

Contoh: terdapat 40 permen yang akan dibagikan kepada 5 anak, dapat

dinyatakan sebagai 5 40

atau 1 8

.

3) Pecahan sebagai perbandingan dua bagian yang jumlahnya besar.

Perbandingan adalah membandingkan antara kedua jumlah yang besar

dengan jumlah yang sama. Perbandingan dapat diklasifikasikan

sebagai bagian dari pecahan, karena perbandingan tersebut

membandingkan sebuah bagian dari keseluruhan (contoh.,

perbandingan 6 : 20, ketika membandingkan 6 perempuan dengan total

siswa 20 pada sebuah kelas, pecahan disajikan sebagai bagian dari

20 6

). Perbandingan bagian per bagian juga diartikan sebagai pecahan

dalam beberapa situasi yang sama, tetapi tidak dalam operasi lainnya.

(38)

pecahan. Pecahan tidak mempunyai penyebut nol, tetapi masih

dimungkinkan pada perbandingan mempunyai penyebut nol. Misalnya

perbandingan 2 : 0 dapat digunakan untuk membandingkan 2 kelereng

biru dengan 0 kelereng hijau tetapi itu bukan sebagai pecahan.

4) Pecahan sebagai operasi

Disini pecahan dipahami sebagai tindakan oleh satu angka untuk angka

yang lain dengan tujuan untuk menyederhanakan atau memperbesar

angka tersebut.

Contoh: jika panjang sayap pesawat 50 kaki dan modelnya memiliki

panjang 25

1

dari panjang sayap pesawat sebenarnya, untuk

menentukan panjang sayap dari model pesawat tersebut yaitu dengan

cara mengalikan

25 1

50× .

Menurut Cholik, dkk (2004), operasi dasar yang berlaku dalam operasi

pecahan meliputi:

1) Penjumlahan dan pengurangan pecahan

Hasil penjumlahan/pengurangan pecahan-pecahan yang memiliki

penyebut sama diperoleh dengan cara menjumlahkan/mengurangkan

pembilang-pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.

Untuk sembarang pecahan b a

dan b c

dengan b ≠ 0,

maka berlaku:

b c a b c b

a+ = +

dan

b c a b c b

(39)

Contoh: a. 8 5 8 3 8 2 8 3 4 1 = + =

+ (KPK dari 4 dan 8 adalah 8)

b. 2 6 2 1 3 4 3 3 6 1 4 3 × × − × × =

− ( KPK dari 4 dan 6 adalah 12)

= 12 2 12 9 − = 12 7

Hasil penjumlahan bilangan pecahan yang dinyatakan oleh

pecahan-pecahan dengan penyebut tidak sama.

Untuk sembarang pecahan b a

dan d c

, dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0 maka

bd bc ad d c b

a+ = +

, (Soewito: 1992/1993).

2) Perkalian pecahan

Pada perkalian pecahan berlaku pengerjaan-pengerjaan berikut :

a.

b a b a×1 =

b. ab b a b a 1 1 1 1 = × = × c. b a m n b m a n × × = ×

Sifat-sifat perkalian pecahan.

a. Sifat komutatif perkalian pecahan

(40)

b. Sifat asosiatif perkalian pecahan       =       f g x d c x b a f g x d c x b a

c. Sifat distribusi perkalian pecahan terhadap penjumlahan

      +       =       + d g x b a d c x b a d g d c x b a

d. Sifat distribusi perkalian pecahan terhadap pengurangan

      −       =       − d g x b a d c x b a d g d c x b a

e. Sifat perkalian pecahan dengan bilangan 1

b a x b a = 1

f. Sifat perkalian pecahan dengan 0

0 0

0= =

b a x x b a

g. Sifat urutan pecahan

Manakah yang lebih kecil di antara 4 2 dan 5 3 ? 20 12 5 3 , 20 10 4 2 = = Dengan demikian 20 10 20 12 > Jadi, 5 3 4 2 <

(41)

3) Pembagian pecahan

Pengertian pembagian pecahan memiliki arti yang berbeda dengan

pengertian pembagian pada umumnya, khususnya bagaimana

mengartikan pembagian yang diterapkan dalam pecahan.

Pembagian pada pecahan dapat diartikan sebagai:

a) Pengurangan berulang

Pengurangan berulang dapat digunakan pada pembagian. Misalnya

3 8 2 8

6÷ =

, 8 2

digunakan sebagai pengurang dari 8 6

.

b) Pada persamaan kedua

8 2 3 8 6

=

÷ dapat diartikan sebagai ”partitive

divition”. Pembagian meliputi membagi bilangan ke dalam bagian

yang sama. Pada diagram ditunjukkan 8 6

dibagi menjadi 3 grup,

maka masing-masing grup mendapat 8 2

bagian. 8

2

8 2

8 2

8 2

8 2

(42)

Untuk menyelesaikan operasi pembagian pada pecahan dapat

dilakukan dengan cara:

a) Mengalikan pernyataan dengan 1 dan tidak merubah pernyataan

tersebut. Contoh: 2 3 2 3 3 2 4 3 3 2 4 3 × = ÷             = 2 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 4 3 × × = 8 9 atau 1 8 9 atau 6 6 8 9 =

b) Mengalikan dengan kebalikan yang meliputi mencari faktor yang

belum diketahui dalam pembagian.

Ketika menyelesaian 3 2 4 3÷

, kita dapat menulis pernyataan ini

sebagai operasi perkalian untuk mencari sebuah faktor yang belum

diketahui: × 3 2

4 3

= . Untuk menemukan nilai dari kita dapat

(43)

× 3 2 4 3 = 3 2 2 3 ×             × = 2 3 4 3 6 6 8 9 = 8 9 = (Chapin: 2000)

Tirosh (2000), menjelaskan tiga argumen formal yang

menjelaskan pembagian pecahan:

a. Operasi yang dibalik.

Pembagian mempresentasi operasi membalik perkalian.

Contoh: ; ;

c d b a c d d c x b a d c x x d c b

a =

      ⋅ = ⋅ ⇔ = ÷ ; c d b a c d d c

x = ⋅

     ⋅ ⋅ c d d a x⋅1= ⋅

; bc ad x= Jadi bc ad c b b a = ÷

b. Pecahan yang komplex.

Definisi standar pembagian oleh pecahan disini dipresentasikan

(44)

perkalian pecahan dan beberapa prinsip matematika (e.g.,

a a÷1= );

bc ad bc ad c d c d d c b a d c b a d c b

a ÷ = = = = 1

c. Dengan menyamakan penyebut

Pecahan yang pertama disebut sebagai pecahan, dan pembilang

pada pecahan pertama dibagi oleh pembilang pecahan lain, dan

penyebut pecahan adalah pembaginya.

bc ad bc ad bc ad bd bd bc ad bd bc bd ad bd bc bd ad d c b

a + = ÷ =

÷ ÷ = ÷ ÷ = ÷ 1 ; ;

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka teoritik yang telah dijabarkan maka diperoleh suatu

kerangka berpikir sebagai berikut :

1. Matematika merupakan konsep yang bersifat abstrak, sehingga

memerlukan metode tertentu untuk mempelajarinya. Dalam mempelajari

matematika diperlukan suatu pengetahuan awal tertentu sebagai syarat

awal.

2. Penekanan dalam belajar matematika bukanlah mengetahui deskripsi

konsep matematika, namun pada pengolahan kembali konsep matematika

menjadi suatu alat untuk menyelesaikan masalah.

3. Pengetahuan, pemahaman dan pengalaman belajar matematika seseorang

(45)

dilakukannya. Penyelesaian masalah ini merupakan hasil kemampuan

seseorang dalam mengolah kembali konsep-konsep matematika yang telah

dipelajarinya.

4. Selama belajar di Sekolah Menengah Pertama siswa yang mempelajari

matematika menggunakan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman

belajar matematika selama di sekolah dasar. Penguasaan konsep

matematika akan mempengaruhi pemahaman belajar siswa selanjutnya.

Kurangnya pemahaman konsep akan menimbulkan kesalahan pada siswa.

5. Hasil penelitian dari peneliti-peneliti menyebutkan bahwa masih banyak

siswa dan calon guru yang melakukan kesalahan pada operasi pembagian

bilangan pecahan (Bergeson, 2000; Tirosh, 2000; Naiser, 2004; Ilan

Samson & David Burghes, tanpa tahun; Newstead & Murray, 1998).

Masih banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam

menyelesaikan soal-soal pecahan menunjukkan bahwa tingkat pemahaman

dan penguasaan siswa terhadap materi pecahan masih rendah, demikian

juga dengan kemampuan berhitung siswa. Padahal, pengetahuan tentang

pecahan yang dimiliki siswa SD akan bermanfaat dalam pemahaman dan

penguasaan konsep pecahan pada jenjang pendidikan berikutnya. Dengan

demikian penulis tertarik untuk mengetahui pola kesalahan yang dilakukan

oleh beberapa siswa SMP N 3 Depok Sleman kelas VII B dan faktor

penyebab terjadinya kesalahan pada operasi pembagian bilangan pecahan

(46)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kasus atau studi

kasus. Menurut Maxfield (1930, dalam Nazir, 1985) studi kasus adalah

penelitian tentang kasus subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat saja

individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.

Penelitian kasus ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006: 4) ”Penelitian deskripsi

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui pola kesalahan yang terkait

dengan operasi pembagian pada bilangan pecahan serta faktor penyebab

terjadinya kesalahan pada.operasi pembagian bilangan pecahan khususnya

yang terjadi pada beberapa siswa kelas VII B SMP N 3 Depok Sleman pada

tahun pelajaran 2008/2009.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah empat siswa kelas VII B SMP N 3

Depok Sleman tahun pelajaran 2008/2009, empat siswa tersebut dipilih dari

(47)

memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Pengambilan empat siswa tersebut

dilakukan dengan cara yaitu:

1) Seluruh siswa kelas VII B SMP N 3 Depok Sleman tahun pelajaran

2008/2009 akan diberikan tes uraian.

2) Kemudian akan dipilih siswa yang melakukan kesalahan secara konsisten,

terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu.

3) Setelah terpilih keempat siswa tersebut, keempat siswa akan diteliti lebih

lanjut.

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian dan

wawancara.

Tabel 3.1: Hubungan antara rumusan masalah dengan instrumen penelitian

Rumusan masalah Instrumen penelitian 1. Pola kesalahan yang terkait dengan operasi

pembagian bilangan pecahan.

•Soal-soal tes

•Wawancara 2. Faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi

pembagian bilangan pecahan.

•Soal-soal tes

•Wawancara

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

a. Data tentang pola kesalahan yang dilakukan oleh empat siswa SMP N 3

Depok kelas VII B yang terkait dengan operasi pembagian bilangan

pecahan. Data ini diperoleh dari pemilihan jawaban siswa yang melakukan

(48)

serta dari hasil analisa wawancara. Untuk proses analisa data akan

dijelaskan pada subbab lain pada bab ini.

b. Data tentang faktor penyebab terjadinya kesalahan pada operasi

pembagian bilangan pecahan empat siswa SMP N 3 Depok kelas VII B

yang dapat diperoleh dari hasil tes uraian serta hasil analisa wawancara.

Untuk memperoleh data-data tersebut maka penulis membuat instrumen yang

akan digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Tes uraian

Dalam penelitian ini tes uraian diberikan kepada siswa untuk

memperkirakan pola kesalahan dan faktor penyebab terjadinya kesalahan

yang dilakukan oleh siswa yang terkait dengan operasi pembagian

bilangan pecahan. Dengan demikian diharapkan informasi mengenai pola

kesalahan dan faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa dapat

diungkap.

Sebelum soal tes diberikan kepada subyek yang akan digunakan

dalam penelitian maka soal diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang

tidak termasuk dalam subyek yang akan digunakan dalam penelitian. Uji

coba dilakukan untuk mengetahui apakah waktu yang tersedia (80 menit)

cukup untuk menyelesaikan soal-soal tersebut serta untuk mengetahui nilai

validitas dan reliabilitas serta untuk mengetahui apakah dari instrumen

muncul adanya pola kesalahan dalam menyelesaikan operasi pembagian

bilangan pecahan. Soal-soal tes yang diberikan terdiri dari 13 soal,

(49)

tahun); Cholik & Sugijono &Subroto, (2004); Newstead & Murray (1998);

Miller, (tanpa tahun); Spector, (2008); Sukayati, (2003); Naiser, (2004).

Tabel 3.2: Kisi-kisi soal tes uji coba

No Konsep Soal Item

soal

Sumber /Dasar

Tentukan hasil pembagian pecahan berikut ini :

a. ÷ =

5 3 6

b. ÷ =

8 5 7

4 Samson & Burghes (tanpa tahun)

a. Berapa bagiankah 1 ¾ dari 2?

b.Berapa bagiankah 1 ¾ dari 7 ?

8 Cholik, Sugijono & Subroto (2004) Hasil kali dua bilangan adalah

12. Jika bilangan yang satu adalah 2 ¼, tentukan bilangan yang lain?

9 Cholik, Sugijono & Subroto (2004) 1. Pembagian bilangan

bulat dengan pecahan.

Kakak membutuhkan

2 1

m pita untuk membuat sebuah bunga. Berapa banyak bunga yang dapat dibuat oleh kakak jika kakak memiliki 2m pita ?

12 Newstead & Murray (1998)

Bagilah

5 4

dari kue ini untuk 2 orang dan warnailah tiap bagian dengan warna yang berbeda !

1 Miller (tanpa tahun) 2. Pembagian pecahan

dengan bilangan bulat

2/8 dari kotak ini akan dibagikan untuk 2 orang. Maka masing-masing orang akan mendapat berapa bagian ? Tunjukkan dalam gambar berikut !

(50)

No Konsep Soal Item soal

Sumber /Dasar

Selesaikanlah hasil pembagian berikut ini!

a. :2=

3 1

b. ÷3=

5 2

5 Spector (2008)

Ibu mempunyai ¾ roti yang akan diberikan kepada 2 anaknya sehingga masing-masing mendapat bagian yang sama. Berapa bagian roti yang diterima oleh masing-masing anak?

11 Sukayati (2003)

Selesaikanlah pembagian pecahan berikut ini :

a. = 4 1 : 3 2 b. = 8 1 : 9 2

6 Naiser (2004)

Ibu mempunyai gula

8 3

kg yang akan dibuat kue. Satu resep kue memerlukan

16 1

kg gula. Berapa resep yang dapat ibu buat ?

13

Sukayati (2003)

Selesaikanlah pembagian pecahan berikut ini :

a. = 3 1 2 : 3 1 3 b. = 9 7 1 : 3 1 9

7 Cholik, Sugijono & Subroto (2004) 3. Pembagian pecahan

dengan pecahan.

Pak ali memiliki sebidang tanah yang diketahui luasnya adalah 100 ½ m2. Jika telah diketahui bahwa lebar tanah tersebut adalah 12 ½ m, maka tentukanlah panjangnya ? jelaskan beserta caranya !

10 Cholik, Sugijono & Subroto (2004)

4. Pemahaman mengenai garis bilangan

Lengkapilah titik-titik pada garis bilangan berikut ini dengan menggunakan bilangan pecahan !

(51)

No Konsep Soal Item soal

Sumber /Dasar

Setelah hasil uji coba dianalisis dapat diketahui bahwa terdapat

satu soal yang tidak memenuhi validitas yaitu soal nomor 3. Karena soal

tersebut tidak memenuhi uji validitas maka soal nomor 3 tersebut tidak

akan digunakan dalam tes penelitian. Penulis merasa bahwa 12 soal

yang lain sudah cukup untuk digunakan dalam penelitian sehingga

penulis tidak akan menggantinya tetapi penulis menghapus soal nomor 3

tersebut. Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas butir soal pada uji

coba dapat dilihat pada lampiran 4. Untuk memastikan bahwa soal tes

uraian juga memenuhi validitas maka penulis juga melakukan uji

validitas dan reliabilitas pada hasil penelitian. Hasil perhitungan dan

analisis validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 15.

Berdasarkan hasil analisis tersebut ternyata seluruh soal memenuhi uji

validitas dan reliabilitas.

Tabel 3.3: Kisi-kisi soal tes penelitian

No Konsep Soal Item

soal

Sumber/Dasar

Tentukan hasil pembagian pecahan berikut ini : a. ÷ =

5 3 6

b. ÷ =

8 5 7

3 Samson, I. &Burghes, D (tanpa tahun) 1. Pembagian bilangan

bulat dengan pecahan.

a. Berapa bagiankah 1 ¾ 7 Cholik,

0

6

3 1

(52)

No Konsep Soal Item soal

Sumber/Dasar

dari 2 ?

b. Berapa bagiankah 1 ¾ dari 7 ?

Sugijono & Subroto (2004)

Hasil kali dua bilangan adalah 12. Jika bilangan yang satu adalah 2 ¼, tentukan bilangan yang lain?

8 Cholik, Sugijono & Subroto. (2004)

Kakak membutuhkan

2 1

m pita untuk membuat sebuah bunga. Berapa banyak bunga yang dapat dibuat oleh kakak jika kakak memiliki 2m pita ?

11 Newstead & Murray (1998)

Bagilah

5 4

dari kue ini untuk 2 orang dan warnailah tiap bagian dengan warna yang berbeda !

1 Miller (tanpa tahun)

2. Pembagian pecahan dengan bilangan bulat

2/8 dari kotak ini akan dibagikan untuk 2 orang. Maka masing-masing orang akan mendapat berapa bagian ? Tunjukkan dalam gambar berikut !

2 Miller (tanpa tahun)

Selesaikanlah hasil pembagian berikut ini!

a. :2=

3 1

b. ÷3=

5 2

4 Spector (2008)

Ibu mempunyai ¾ roti yang akan diberikan kepada 2 anaknya sehingga

(53)

No Konsep Soal Item soal

Sumber/Dasar

masing-masing mendapat bagian yang sama. Berapa bagian roti yang diterima oleh masing-masing anak? Selesaikanlah pembagian pecahan berikut ini :

a. =

4 1 : 3 2

b. =

8 1 : 9 2

5 Naiser (2004)

Ibu mempunyai gula

8 3

kg yang akan dibuat kue. Satu resep kue memerlukan

16 1

kg gula. Berapa resep yang dapat ibu buat ?

12 Sukayati (2003)

Selesaikanlah pembagian pecahan berikut ini : a. = 3 1 2 : 3 1 3 b. = 9 7 1 : 3 1 9

6 Cholik Sugijono & Subroto. (2004) 3. Pembagian pecahan

dengan pecahan.

Pak ali memiliki sebidang tanah yang diketahui luasnya adalah 100 ½ m2. Jika telah diketahui bahwa lebar tanah tersebut adalah 12 ½ m, maka tentukanlah panjangnya ? jelaskan beserta caranya !

9 Cholik Sugijono & Subroto. (2004)

b. Wawancara

Berdasarkan jawaban dari subyek penelitian pada hasil tes uraian,

penulis menelusuri pola kesalahan dan faktor penyebab terjadinya

(54)

wawancara dilakukan untuk menggali secara lebih mendalam penelusuran

pola kesalahan dan faktor penyebab terjadinya kesalahan yang

diprediksikan berdasarkan hasil tes. Wawancara direkam dengan video

kamera dan recorder untuk membantu proses analisa. Hasil wawancara

pada uji coba digunakan untuk memberikan gambaran dalam memberikan

pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga pertanyaan

yang digunakan dalam penelitian bisa lebih menggali pola kesalahan dan

faktor penyebab siswa melakukan kesalahan. Hasil transkripsi wawancara

uji coba dan pada penelitian dapat dilihat pada lampiran5-7 dan lampiran

16-19. Hasil analisis wawancara akan dijelaskan pada bab IV.

D. Keabsahan Data

Menurut Moleong (2006), triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.

Untuk memeriksa kembali data yang sudah diperoleh maka penulis

melakukan proses triangulasi, yaitu dengan melihat perbandingan data hasil

wawancara dan isi pekerjaan siswa dalam tes tertulis.

E. Teknik Analisis Data

1) Tes uraian

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan

(55)

masalah dan landasan teori.

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah:

Tabel 3.4: Teknik analisis data

No Proses

1. Pemeriksaan jawaban seluruh siswa.

2. Mengklasifikasikan jawaban siswa yang mengerjakan dengan benar, salah maupun yang tidak mengerjakan.

3. Mengklasifikasikan siswa yang melakukan banyak kesalahan dengan pola tertentu.

4. Pemilihan sampel penelitian yaitu 4 siswa.

Pemilihan 4 siswa tersebut didasarkan pada kesalahan yang dilakukan secara konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu.

5. Menganalisis satu per satu dari 4 siswa yang melakukan kesalahan tersebut.

Dalam proses analisis data, penulis menggunakan pola kesalahan

berdasarkan penggabungan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Tirosh

(2000), Bergeson (2000), Naiser (2004), Ilan Samson & David Burghes

(tanpa tahun), dan Newstead & Murray (1998). Rumusan pola kesalahan

tersebut yang akan digunakan penulis dalam menganalisis hasil uji coba

dan hasil penelitian.

Rumusan pola kesalahan yang akan digunakan, sebagai berikut:

1. Menyelesaikan pembagian pecahan sama dengan menyelesaikan

perkalian pecahan.

Contoh pola kesalahan tersebut yaitu nilai dari

4 3 4 1 3 4 1

(56)

2. Melakukan perkalian silang dalam menyelesaikan operasi pembagian

bilangan pecahan.

Contoh pola kesalahan tersebut yaitu

8 3 4 1 3 2 4 1 3

2÷ = × =

3. Menyamakan penyebut pada operasi pembagian bilangan pecahan.

Contoh pola kesalahan tersebut yaitu

12 60 12 20 3 3 5 4 1 5 3 4 1 = ⋅ = × = ÷

4. Membalik pecahan yang dibagi.

Contoh pola kesalahan tersebut yaitu, 4 16

1 4 4 4 1 = × = ÷

5. Menyelesaikan operasi pembagian pecahan dengan bilangan bulat

dengan cara langsung membagi pembilang dengan bilangan bulat dan

penyebut dengan bilangan bulat tersebut juga.

Contoh pola kesalahan tersebut yaitu,

3 1 5 15 5 = ÷ .

Berikut ini rangkuman pola kesalahan yang akan digunakan dalam analisis

penelitian:

Tabel 3.5: Rangkuman pola kesalahan dalam menyelesaikan operasi pembagian pada bilangan pecahan.

No Pola Kesalahan Contoh Sumber 1. Menyelesaikan

pembagian pecahan sama dengan menyelesaikan perkalian pecahan. 4 3 4 1 3 4 1

3÷ = × = Bergeson (2000), Ilan Samson & David Burghes (tanpa tahun), Newstead & Murray (1998) 2. Melakukan perkalian

silang dalam menyelesaikan operasi pembagian bilangan pecahan. 8 3 4 1 3 2 4 1 3 2 = × =

(57)

3. Menyamakan penyebut pada operasi pembagian bilangan pecahan.

12 60 12

20 3 3 5 4 1 5 3 4

1÷ = × == Tirosh (2000)

4. Membalik pecahan

yang dibagi. 4 16

1 4 4 4

1÷ = × = Tirosh (2000)

5. Menyelesaikan operasi pembagian pecahan dengan bilangan bulat dengan cara langsung membagi pembilang dengan bilangan bulat dan penyebut dengan bilangan tersebut juga.

3 1 5 15

5 ÷ = Naiser (2004)

2) Wawancara

Siswa-siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian akan diteliti

lebih lanjut untuk menggali lebih lanjut pola kesalahan dan faktor

penyebab terjadinya kesalahan dalam mengerjakan soal-soal pada operasi

pembagian bilangan pecahan.

Rancangan pertanyaan setiap siswa berbeda, karena masing-masing

siswa memiliki jawaban yang berbeda-beda. Pertanyaan yang diberikan

kepada siswa dibuat berdasarkan jawaban yang dikerjakan oleh siswa.

Wawancara ini dilaksanakan pada jam pelajaran matematika, data hasil

rekaman kemudian ditulis pada kertas. Setelah itu data hasil wawancara

dianalisis untuk melengkapi data mengenai pola kesalahan yang dilakukan

oleh siswa serta faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut.

Data yang diperoleh merupakan data kualitatif sehingga dianalisis

dengan menarik kesimpulan secara kualitatif. Penulis mengadopsi

(58)

Radatz (1978, dalam Krismayanti, 2006) seperti dapat dilihat pada tabel

3.6 dibawah ini:

Tabel 3.6: Rumusan kategori faktor penyebab kesalahan.

No Kategori faktor penyebab kesalahan menurut Radatz (1978, dalam Krismayanti, 2006)

1. Kesulitan konsep

Kesulitan bahasa menjadi kendala besar bagi siswa yang tidak bisa mengartikan kata-kata, kalimat atau istilah.

2. Kesulitan memahami informasi tentang ruang.

Kesulitan yang disebabkan karena siswa mengalami kesulitan untuk mengenali bentuk-bentuk visual dan memahami sifat-sifat keruangan yang berkaitan dengan soal-soal matematika.

3. Kesulitan karena kurangnya penguasaan keterampilan prasyarat, fakta-fakta dasar dan konsep (algoritma).

Untuk menguasai konsep yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, maka siswa harus menguasai fakta-fakta dasar terlebih dahulu.

4. Ketidaktepatan penggabungan

Kesulitan ini melibatkan kemampuan kognitif siswa. 5. Penerapan hukum atau strategi yang tidak relevan

Adanya ketidaktepatan siswa dalam menerapkan hukum-hukum, dalil-dalil, teorema-teorema atau definisi-definisi akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Berikut ini disajikan prosedur penelitian yang dilaksanakan oleh penulis

dalam melakukan penelitian:

Tabel 3.7: Tabel pelaksanaan penelitian

No Waktu Kegiatan

1. April-Mei 2008 • Menyusun proposal.

• Meminta surat ijin dari kampus untuk diserahkan di sekolah .

• Menemui kepala sekolah yang bersangkutan untuk meminta ijin penelitian dan guru matematika untuk melakukan uji coba dan penelitian di kelas yang diampu oleh guru tersebut. 2. Juni-Juli 2008 Menyusun bab 2 dan 3

3. Senin/ 4 Agustus 2008

(59)

No Waktu Kegiatan

Agustus 2008 5. Minggu ke II

bulan Agustus

Mengoreksi jawaban siswa, memberikan skor, dan menghitung validitas dan reliabilitas butir soal.

6. Sabtu/ 16 Agustus 2008

Wawancara siswa hasil uji coba

7. Sabtu – selasa / 16–19 Agustus 2009.

Analisis hasil wawancara dan perbaikan instrumen.

8. Rabu/ 20 Agustus 2008

Observasi kelas VII B pada saat materi pecahan diberikan oleh guru kepada siswa.

9. Senin/ 25 Agustus 2008

Memberikan soal tes 10. Jumat/ 29

Agustus 2008

Wawancara dengan siswa yang mengalami miskonsepsi 11.

September-November

Revisi bab 2 dan 3 Analisis hasil penelitian 12. Desember-

Februari

•Melakukan analisis soal tes. Setelah soal esai dikerjakan siswa jawaban siswa dikoreksi, kemudian pola kesalahan siswa dicatat dan dikelompokka

Gambar

Tabel Keterangan
Gambar Keterangan
Tabel 2.1: Rangkuman hasil penelitian dari beberapa peneliti
Tabel 3.1: Hubungan antara rumusan masalah dengan instrumen penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas layanan kesehatan peserta BPJS di Rumah Sakit UNHAS belum optimal karena masih ada keluhan dari pasien yakni: menunggu lebih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) pengalaman mengajar,

Judul Penelitian yang peneliti ambil yaitu: “MAKNA PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM FILM HOLLYWOOD (Studi Semiotika Roland Barthes pada Film Hollywood)”, yang dalam

PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG : Studi di Kelas XI Akuntansi SMK Bina Warga Bandung

Penderita positif mikrofilaria di Desa Binawara yang merupakan kasus lama pada penelitian tahun 2011 menyatakan selalu meminum obat pencegah filariasis yang

Hera Pradipta Putri, Dwisetia Puerwono (2013) dalam penelitian yang berjudul “Faktor Internal dan Faktor Eksternal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa

2 Ekhvan Hendra Saputra Teknik Kelautan STUDI PRE-ENGINEERING Untuk OFFSHORE WIND TURBINE Sebagai Proyek Investasi Masa Depan Wika 3 Muhammad Nurdin Muchlish Teknik

Para fuqaha lain yang berpendapat bahwa transaksi kartu kredit merupakan qardh beralasan bahwa dalam hal ini issuer adalah pemberi pin ja man ( muqridh ) kepada card