• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekuitas (Marcus, 2008:6). Sedangkan menurut (Fahmi, 2013:179), struktur modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekuitas (Marcus, 2008:6). Sedangkan menurut (Fahmi, 2013:179), struktur modal"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan gabungan pendanaan utang jangka panjang dan ekuitas (Marcus, 2008:6). Sedangkan menurut (Fahmi, 2013:179), struktur modal ini juga merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan itu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari hutang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan.

Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari eksternal dan internal, dengan ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman (safty position) dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dalam artian ketika dana itu dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efesien serta tepat sasaran.

Struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, apabila keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah, berarti bahwa tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Namun jika dengan mengubah struktur modal ternyata nilai perusahaan

(2)

berubah, maka akan diperoleh struktur nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik.

Modal yang dipergunakan perusahaan selalu mempunyai biaya. Biaya tersebut bisa bersifat eksplisit (artinya Nampak, dan dibayar oleh perusahaan), namun bisa juga bersifat implisit (tidak Nampak, bersifat opportunistic, atau disyaratkan oleh pemodal). Bagi dana yang berbentuk hutang, maka biaya dana mudah diidentifikasikan yaitu biaya bunganya. Sedangkan bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak nampak. Meskipun demikian tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam bentuk hutang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum mereka menyerahkan dananya kepada perusahaan. Tingkat keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman.

Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah demikian meningkatnya karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik dari hutang dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.

Menurut Fahmi (2013:181), ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan:

(3)

2. Ruang lingkup aktivitas operasi bisnis yang dijalankan

3. Karakteristik manajemen yang diterapkan diorganisasi bisnis tersebut 4. Karakteristik, kebijakan dan keinginan pemilik

5. Kondisi mikro dan makro ekonomi yang berlaku di dalam negeri maupun luar negeri yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan.

Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian:

1. Penggunaan lebih banyak utang yang akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham.

2. Penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya ekspektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi.

2.1.1.1 Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal

Untuk memahami tentang struktur modal makan perlu dipahami pembagian dari struktur modal itu sendiri, yaitu secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Simple capital structure

Yaitu jika perusahaan hanya menggunakan modal sendiri saja dalam struktur modalnya

2. Complex capital structure

Yaitu jika perusahaan tidak hanya menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal pinjaman dalam struktur modalnya.

(4)

2.1.1.2 Komponen Struktur Modal

Untuk memahami tentang struktur modal maka perlu mengetahui komponen atau pembagian dari struktur modal itu sendiri. Pada dasarnya struktur modal suatu perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu modal asing atau hutang jangka panjang dan modal sendiri (shareholder equity). Berikut ini beberapa penjelasan mengenai komponenstruktur modal, yaitu:

1) Hutang jangka panjang atau Modal asing

Hutang jangka panjang yang merupakan sumber dana eksternal yang didapat perusahaan adalah jenis hutang yang jangka waktunya panjang atau memilki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Jenis pembiayaan dari hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan oleh perusahaan untuk membelanjai kegiatan-kegiatannya, seperti melakukan perluasan usaha (ekspansi pasar) dan pengembangan produk karena membutuhkan jumlah dana (modal) yang besar. Ada berbagai jenis dari hutang jangka panjang suatu perusahaan, antara lain seperti:

a. Hutang Obligasi

Obligasi (bond) merupakan salah satu jenis surat berharga atau bentuk surat utang yang dikenakan bunga dan nilai nominalnya harus dibayarkan kembali pada tangga jatuh tempo yang ditentukan, biasanya lebih dari satu tahun. (Reeve, 2006:219). Obligasi ini juga merupakan sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan telah menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pembayaran kembali atau pelunasan obligasi ini dapat diambil dari penyusutan asset tetap yang

(5)

dibelanjai perusahaan dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan yang diperoleh perusahaan.

b. Hutang Hipotik

Hutang hipotik adalah jenis hutang jangka panjang yang dijamin pembayarannya dengan asset tetap atau asset tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan.

c. Kewajiban sewa guna usaha jangka panjang (hutang sewa pembiayaan) Kewajiban ini termasuk bagian dari hutang jangka panjang. Beberapa jenis kegiatan sewa guna usaha perusahaan atas properti, pabrik, dan peralatan pada hakikatnya merupakan pembelian yang didanai dengan hutang. Untuk akuntansi sewa guna usaha modal (atau pembiayaan perusahaan), nilai sekarang dari pembayaran sewa masa datang dicatat sebagai utang jangka panjang.

2) Modal Sendiri (Shareholder Equity)

Modal sendiri atau ekuitas pemegang saham merupakan modal yang diperoleh atau berasal dari pemilik/ pemegang saham perusahaan itu sendiri dan modal tersebut tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu batasnya (Riyanto, 2010:220). Sumber modal sendiri yang diperoleh perusahaan ada dua macam, yaitu dari sumber intern dan sumber ekstern. Sumber intern ini diperoleh dari keuntungan (laba) yang dihasilkan perusahaan dari aktivitas operasinya, sedangkan sumber ekstern modal sendiri perusahaan diperoleh atau berasal dari pemilik/pemegang saham perusahaan, yaitu modal saham.

(6)

a. Laba yang ditahan (Retained Earnings)

Laba ditahan atau saldo laba ini merupakan jenis modal sendiri perusahaan yang berasal dari sumber intern perusahaan. Laba yang ditahan yaitu sisa laba dari keuntungan perusahaan yang belum dibagikan kepada para pemegang saham sebagai deviden. Laba ditahan dihasilkan dari kegiatan operasi. Laba bersih dapat meningkatkan laba ditahan, sebaliknya dividen dapat mengurangi laba ditahan (Reeve, 2006:136). Laba ditahan ini biasanya digunakan untuk kepentingan perusahaan yaitu digunakan oleh manajemen sebagai modal untuk mengembangkan atau memperluas kegiatan operasi sehingga perusahaan dapat terus berkembang.

b. Saham biasa (common stock)

Saham biasa adalah salah satu jenis komponen modal sendiri jangka panjang perusahaan yang berasal dari sumber eksternal perusahaan yaitu jenis modal yang ditanamkan ke perusahaan oleh para pemegang saham/ pihak investor. Saham biasa merupakan surat berharga dalam bentuk sertifikat yang memiliki fungsi sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagian pendapatan tetap/deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan.

c. Saham preferen

Saham preferen adalah salah satu jenis saham yang pemilik saham preferen ini memiliki hak lebih dibandingkan hak pemilik saham biasa. Keistimewaan saham preferen ini yaitu pemegang saham mempunyai hak istimewa untuk

(7)

mendapatkan dividen (Pembagian laba) lebih dahulu, mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk menerima dividen secara teratur dibandingkan dengan pemegang saham biasa.

2.1.2. Pengertian Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total assets yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah asset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan sudah dilakukan oleh Desemliyanti (2003) dan Vebrianawati (2002). Ia meneliti tiga variabel yang dianggap mempengaruhi nilai perusahaan, yakni ukuran perusahaan (total aset), hutang dan bunga. Penelitian ini memberikan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan yang negatif dengan nilai perusahaan, dan bunga memberikan hubungan yang positif dengan nilai perusahaan. Investor dalam penyertakan modalnya juga perlu untuk melihat ukuran perusahaan. Pada penelitian ini jumlah aktivasi log untuk mempersempit perbedaan jumlah dalam skala interval.

(8)

2.1.3 Pengertian Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang. Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur (Sriwardany, 2006:11).

Menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Sriwardany (2011) mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size dan tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dari beberapa variabel seperti Price/Earning ratio (Price per share/Earning per share), Price/Cash Flow ratio (Price per share/ Cash Flow per share), Market/ Book Ratio (Market price per share/ book value per share), Tobin’q, biaya pengembangan ( R & D Expense) dibagi dengan total penjualan.

Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan dan penurunan volume usaha. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan

(9)

perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik (Safrida, 2008:34).

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaliknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaliknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D costnya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001: 248).

Safrida (2008:91) menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh langsung dan positif terhadap perusahaan harga saham, yang artinya bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham.

(10)

2.1.4 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh langsung dan positif terhadap perusahaan harga saham, yang artinya bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham. Kegiatan memaksimalkan revenue disebut juga peningkatan profitabilitas, sedangkan menekan expense disebut juga peningkatan efisiensi. Kinerja keuangan perusahaan akan lebih baik jika saham perusahaan dimiliki oleh manajer. Manajer merasa lebih memiliki perusahaan. Manajer tidak lagi sebagai tenaga professional yang digaji tetapi juga sebagai pemilik perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan berdampak pada deviden yang akan diterima pemegang saham, karena dividen selalu didasarkan pada laba bersih tahun berjalan dan laba bersih adalah ukuran kinerja keuangan perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan akan menikmati pembagian deviden ini.

Menurut Simamora (2004) dalam Sitorus (2009:33) menyatakan bahwa kinerja mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan pegawai. Sedangkan Soeprihanto (2001) dalam Sitorus (2009:33) menyatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/ sasaran.

Jadi dengan demikian kinerja keuangan perusahaan adalah suatu hasil yang telah dikerjakan oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan atau target yang dilaksanakan secara legal, tidak melanggar hukum serta sesuai dengan tanggung jawab.

(11)

Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan tanpa kepemilikan manajerial akan berbeda dengan perusahaan dengan kepemilikan manajerial.

2.1.5 Pengertian Nilai Perusahaan

Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang dan atau jasa untuk dijual. Perusahaan ada karena akan menjadi sangat tidak efisien dan mahal bagi pengusaha untuk masuk dan membuat kontrak dengan pekerja dan para pemilik modal, tanah dan sumber daya lain untuk setiap tahap produksi dan distribusi yang terpisah. Sebaliknya, pengusaha biasanya masuk dalam kontrak yang besar dan berjangka panjang dengan tenaga kerja untuk mengerjakan berbagai tugas dengan upah tertentu dan berbagai tunjangan lain. Kontrak yang umum semacam itu jauh lebih murah ketimbang sejumlah kontrak spesifik dan sangat menguntungkan baik bagi pengusaha maupun pekerja dan pemilik sumber daya lain. Perusahaan ada karena untuk menghemat biaya transaksi semacam itu. Dengan menginternalisasi berbagai transaksi (yaitu dengan menjalankan berbagai fungsi dalam perusahaan), perusahaan juga menghemat pajak penjualan dan menghindari kontrol harga dan peraturan pemerintah yang berlaku hanya untuk transaksi antar perusahaan (Kusumajaya, 2011: 30).

Sedangkan menurut Breayley dkk. (2008:165) nilai buku mencatat berapa yang dibayar perusahaan untuk asetnya, dikurangi pengurangan untuk penyusutan. Nilai ini tidak meliputi nilai bisnis sebenarnya. Nilai Likuiditas adalah berapa

(12)

yang bisa di jaring perusahaan dengan menjual asetnya dan melunasi utang-utangnya. Ini tidak meliputi nilai perusahaan sebagai usaha yang terus berjalan. Sedangkan nilai pasar adalah jumlah yang bersedia di bayar oleh investor untuk saham perusahaan. Ini tergantung pada kekuatan menangguk laba dari aset saat ini serta perkiraan profitabilitas investasi masa depan

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Safrida (2008) yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya menyatakan Struktur Modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sari (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dividen Payout Ratio Terhadap Expected Earnings Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya menyatakan Variabel profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel expected earnings. Variabel leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel expected earnings. Variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel expected earnings. Variabel dividend payout ratio mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap variabel ecpected earning.

(13)

Kusumajaya (2011) yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya menyatakan Struktur modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Struktur Modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

Fachrudin (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Koefisien positif menunjukkan penggunaan hutang dalam struktur modal membawa dampak yang baik terhadap kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan memeng meningkatkan efisiensi discreationary expense namun tidak meingkatkan ROE.

Immanuela (2012) yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Agency Cost Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya menyatakan Kepemilikan manajerial, Struktur modal, Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Agency cost.. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan baik secara langung maupun tidak langsung melalui Agency Cost

(14)

terhadap Kinerja Perusahaan. Ada Pengaruh signifikan secara langsung antara struktur modal terhadap kinerja perusahaan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama/ Tahun Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 1 Elida Safrida (2008) Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Regresi Linear Berganda 1. Struktur Modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 2. Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan 2 Imilda Yunita Sari (2011) Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dividen Payout Ratio Terhadap Expected Earnings Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Profitabilitas, Laverage, Ukuran Perusahaan, dan Dividend Payout Ratio Variabel Dependen: expected earnings Regresi Linier Berganda 1. Variabel profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel expected earnings. 2. Variabel leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel expected earnings. 3. Variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel expected earnings. 4. Variabel dividend payout ratio mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap variabel ecpected earning

(15)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama/

Tahun Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 3 Dewa Kadek Oka Kusumajaya (2011) Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan Variabel Dependen: Nilai Perusahaan, Profitabilitas Regresi Linier Berganda 1. Struktur modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas 2.Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas 3.Struktur Modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 4 Khaira Amalia Fachrudin (2011) Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan , dan Agency Cost

Terhadap Kinerja Perusahaan Variabel Independen: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Variabel Dependen:Agency Cost dan Kinerja Perusahaan Regresi Linier Berganda 1.Struktur Modal , Ukuran Perusahaan dan Agency Cost

tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan 2.Koefisien positif menunjukkan penggunaan hutang dalam struktur modal membawa dampak yang baik terhadap kinerja perusahaan. 3.Ukuran perusahaan memang meningkatkan efisiensi discreationary expense namun tidak meningkatkan ROE.

(16)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama/ Tahun Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 5 Intan Immanuela (2012) Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Agency Cost Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, dan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen: Agency Cost dan Kinerja Perusahaan Regresi Linier Berganda 1. Kepemilikan manajerial, Struktur modal, Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Agency cost. 2. Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan baik secara langung maupun tidak langsung melalui Agency Cost terhadap Kinerja Perusahaan. 3. Ada Pengaruh

signifikan secara langsung antara struktur modal terhadap kinerja perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan

Pengambilan keputusan pendanaan berkenaan dengan struktur modal yang benar benar harus diperhatikan oleh perusahaan, karena struktur penentuan perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal menunjukkan perbandingan jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Perusahaan yang menggunakan hutang dalam operasinya akan mendapat penghematan pajak, karena pajak dihitung dari laba operasi setelah dikurangi bunga hutang, sehingga laba bersih yang menjadi hak pemegang saham akan

(17)

menjadi lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Meythi, 2012).

Dengan demikian nilai perusahaan pun juga menjadi lebih besar. Ini berarti semakin besar struktur modalnya maka nilai perusahaan juga akan semakin meningkat. Akan tetapi perusahaan tidak akan mungkin mengunakan hutang 100% dalam struktur modalnya. Hal itu disebabkan karena semakin besar hutang berarti semakin besar pula resiko keuangan perusahaan.

2.3.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerrminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan. Dengan semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar cenderung memiliki kondisi yang lebih stabil. Kestabilan tersebut menarik investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Kondisi tersebut menjadi penyebab atas naiknya harga saham perusahaan di pasar modal. Investor memiliki ekspektasi yang besar terhadap perusahaan besar. Ekspektasi insvestor berupa perolehan dividen dari perusahaan tersebut. Peningkatan permintaan saham perusahaan akan dapat memacu pada peningkatan harga saham di pasar modal (Shofwatul, 2011).

2.3.3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar

(18)

tidak terjadi biaya keagenan antara pemegang saham dengan manajer perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang lebih rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya, karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar dan untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan yang akan datang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan sebagai ekspansi.potensi perkembangan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan (Safrida, 2008:33)

2.3.4 Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Proses pengembangan pengukuran kinerja keuangan perusahaan ini akan memungkinkan suatu perusahaan untuk menentukan misi dan menetapkan tujuan pencapaian hasil tertentu. Disamping itu dapat juga dipilih metode pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk melihat kesuksesan program yang ada. Disisi lain adanya kinerja keuangan perusahaan membuat pihak legislatif dapat memfokuskan perhatian dan hasil yang didapat, memberikan evaluasi yang benar terhadap pelaksanaan anggaran serta melakukan diskusi mengenai usulan-usulan program baru.

(19)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis adalah Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Kinerja Perusahaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia. Struktur Modal ( Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Perusahaan Nilai Perusahaan Kinerja Perusahaan (

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka  Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien daya maksimal diperoleh dengan kincir angin jenis WePower dengan variasi kemi ringan sudu 80˚ , yaitu 5,5 % pada tip speed ratio

Penyea Asirasi Mekoniu/ elu/ jelas /ungkin terjadi intra uterin atau segera sesudah lahir akiat hioksia janin kronik dan asidosis serta kejadian

Besaran Iuran yang wajib dibayar oleh Badan Usaha yang melakukan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Ruas Transmisi dan/atau pada Wilayah Jaringan

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Pengembangan Cadangan Pangan Sebagai Unit Pelaksana Teknis Pada Badan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap kedua metode untuk mengatasi multikolinear yaitu metode Partial Least Square (PLS) dan metode regresi komponen utama

Strategi pemberdayaan pemuda dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan kemandirian dan profesionalisme, sehingga dapat mendorong berkembangnya pemuda pelaku pembangunan

Bauran pemasaran dari suatu perusahaan tidak h a n y a m - cakup kegiatan menciptakan produk yang bermutu, menetapkan harga yang menarik dan mengusahakan agar dapat diraih de-

Untuk memperoleh izin lokasi Badan Usaha atau Perusahaan terlebih dahulu mengajukan surat permohonan yang ditujukan Kepada Walikota melalui Kepala Kantor Pertanahan Kota