• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. komperhensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di Ambon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. komperhensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di Ambon."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Studi mengenai konflik Ambon merupakan bahasan menarik yang perlu diteliti lebih lanjut khususnya mengenai akar-akar konflik dalam konteks perebutan kekuasaan di masa lalu sehingga dapat memunculkan benih-benih konflik bertahun-tahun. Pengungkapan kondisi yang menyebabkan dan memungkinkan terjadinya konflik telah banyak dibuat oleh berbagai pihak baik lisan, maupun tertulis, dibukukan maupun tidak. Namun tentunya pengungkapan tersebut sangat ditentukan oleh perspektif pemikiran yang strategis dan komperhensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di Ambon.

Beberapa penelitian telah dilakukan seperti ”Damai Di Tengah Konflik”, yang diteliti oleh Tony Pariela. Penelitian yang dilakukan Pariela ini dimaksudkan untuk mengungkap dan menjelaskan bagaimana masyarakat Wayame sebagai satu komunitas yang heterogen dapat mengembangkan apa yang disebut preserved social capital sebagai basis survival strategy

merespons tekanan-tekanan dinamika konflik Maluku guna mempertahankan damai di tengah konflik Maluku di Desa Wayame.1 Penelitian yang kedua coba diteliti oleh Tontji Soumokil untuk disertasinya.2 Saumokil mencoba meneliti dan menggambarkan “Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku”. Proses reintegrasi sosial pasca konflik misalnya, dibutuhkan local genius untuk berfungsi sebagai perekat sosial (adhesi sosial) antar komunitas, namun di sisi lain bukan local genius tetapi ada struktur baru yang muncul mungkin lebih fungsional sebagai perekat untuk mengintegrasikan kembali komunitas yang pernah terlibat dalam konflik. Penelitian ketiga dilakuan oleh Ferry Nahusona, tentang (self-centered) yang

1Tonny D. Pariela, Damai di tengah konflik Maluku: preserved social capital sebagai basis survival strategy

Universitas Kristen Satya Wacana. Program Pascasarjana Studi Pembangunan 2008 hlm 1

2 Tontji Soumokil Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku, Disertasi Doktoral Studi Pembanguanan UKSW 2011 hlm 1

(2)

2 bertumpu pada klaim-klaim kebenaran agama di Ambon sehingga menimbulkan konflik (the absolute truth claim). Umat beragama merasa lebih benar satu terhadap lainnya. Kesejatian agama ditentukan berdasarkan paham-paham beragama yang mapan.

Dengan penelitian-penelitian yang sudah ada di atas maka penulis tertarik melihat konflik di Ambon dari perspektif yang berbeda dengan menggunakan analisis teori identitas, karena menurut penulis teori identitas sangat potensial dalam menjelaskan fenomena konflik di Ambon yang menggaris bawahi mengapa dan bagaimana komunitas Islam-Kristen di Ambon yang sudah lama hidup damai dan haromoni kemudian tiba-tiba berubah menjadi brutal dan saling membunuh satu sama lain dalam sebuah kekerasan komunal yang mengerikan dan berlangsung cukup lama dan juga faktor-faktor dan kondisi yang melatarblakangi konflik Ambon berdasarkan dominasi masing-masing kelompok agama dalam sektor-sektor publik di lingkup pemrintahan sehingga dapat memunculkan konflik terjadi. Maka yang menjadi persoalan selanjutnya yang perlu dijawab dalam penulisan ini ialah bagaimana menjelaskan salah satu penyebab konflik Ambon dari prespektif teori identitas. Penulis merasa persoalan tersebut sangat urgen dan signfikan untuk dijawab dalam penelitian ini.

Keragaman identitas menjadi hal yang menarik dan suatu keunikan bagi komunitas masyarakat di Ambon. Tidak dapat dipungkiri persoalan kemajemukan dengan beragamnya etnik agama dan etnis sebagai identitas kolektif bisa menjadikan komunitas beragama di Ambon rentan dengan konflik. Persoalan konflik bagian dari pertentangan elit-elit pemerintahan yang menggunakan identitas agama secara berhadap-hadapan dalam konteks perebutan jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan. Setiap elit pemerintahan yang mewakili etnis dan agamanya masing-masing memiliki tujuan yang berbeda-beda demi mencapai tujuannya masing-masing dalam memperebutkan kekuasaan di sektor-sektor publik. Perebutan kekuasaan dimulai dengan berbedaan kepentingan yang dimiliki setiap

(3)

3 kelompok komunitas agama dan etnis kemudian dapat mengakibatkan konflik yang berkepanjangan. Persoalan konflik bisa terjadi antar komunitas dengan komunitas yang berbeda yang saling bertemu dalam teritori yang sama. Perjumpaan tersebut, pasti menimbulkan prasangka-prasangka terhadap komunitas-komunitas yang saling memperebutkan sumber-sumber kekuasaan.

Persoalan penyebab munculnya konflik yang terjadi di Ambon didasarkan pada identitas agama yang digunakan oleh elit-elit pemerintahan, yaitu penggunaan identitas agama Kristen dan Islam. Munculnya konflik terjadi dengan adanya pertikaian yang dimulai dari tahun 1999 sampai tahun 2003. Penyebab konflik komunal di ungkapkan banyak pihak dikarenakan alasan penggunaan identitas agama secara berhadap-hadapan dalam konteks persaingan dalam pemerintahan. Adanya kesenjangan ekonomi antara pihak yang berkonflik juga dinggap menjadi salah satu faktor pemicu. Persoalan tersebut memperlihatkan bahwa dalam hubungan antara elit-elit pemerintahan yang menggunakan identitas agama mereka masing-masing dalam persaingan untuk memperebutkan jabatan-jabatan publik dalam lingkup pemerintahan maupun pedidikan dapat menimbulakan konflik. Institusi birokrasi sangat berperan penting dalam Proses ini mengakibatkan mereka yang bersaing dalam birokrasi pemerintahan antara dua komunitas agama mengakibatkan konflik terjadi. Kedua komunitas agama Kristen dan Islam sibuk mengurusi dan mengawal kekuasaannya, akibatnya agama kehilangan fungsi profetiknya dalam mengawal persoalan-persoalan ketiadakadilan yang sering terjadi dalam institusi pemerintahan. Persoalan politisasi agama terasa semakin mempengaruhi kehidupan umat beragama di kota Ambon untuk berkompetisi secara sehat dalam semangat persaudaraan. Persoalan seperti ini tidak saja membuat polarisasi anatar kedua komunitas menurut agamanya masing-masing, tetapi juga telah menyebabkan konflik antar kedua identitas agama demi kepentingan kekuasaan di sektor-sektor publik dalam pemrintahan di Kota Ambon.

(4)

4 Kalau kita sedikit menyimak kronologis konflik Ambon bermula dari pemalakan seorang supir berinisal J.L dari komunitas Kristen yang sehari-hari bekerja sebagai sopir Angkot dan seorang pemuda dari komunitas Muslim asal Bugis, NS yang pengangguran yang sering mabuk-mabukan dan kegiatannya sehari-hari memalak sopir angkot yang berlalu-lalang dalam terminal Mardika di Kota Ambon. Karena J.L merasa di palak dan mersa dirugikan dan melakukan perlawanan terhadap N.S sehingga konflik yang awalnya merupakan tindakan kriminal biasa berimbas menjadi konflik Agama.3

Penulis berpendapat kronologis konflik antara dua orang pemuda di pasar Mardika itu hanya sebagai trriger dalam memnculkan konflik karena adanya kesenjangan antara dua komunitas di kota Ambon sehingga perkelahian dua orang pemuda itu ditunggangi oleh elit-elit politik yang bersaing antara dua identitas agama sehingga mudah saja memobilisasi massa lebih banyak sehingga konflik tersebut terlihat sebagai konflik agama Islam dan Kristen, padahal rivalitas antara elit-elit pemerintahan itulah yang memnculkan benih-benih ketidaksukaan karena faktor kesenjangan ekonomi dan persaingan kekuasaan dalam pemerintahan. Benih-benih konflik Ambon sudah mulai muncul pada masa lalu di mana pada masa penjajahan pemerintah kolonial Belanda. Pada waktu pemerintah kolonial Belanda datang ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, di samping itu pemerintah kolonial Belanda juga memasukan agama Kristen di Maluku sebagai suatu agama selain itu agama Kristen Protestan juga dipakai sebagai alat untuk meningkatkan loyalitas masyarakat pribumi terhadap pemerintah kolonial Belanda. Komunitas Kristen banyak yang disekolahkan dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial hingga menjadi komunitas terdidik dibandingkan komunitas Islam Maluku yang tidak mau bekerjasama karena Belanda adalah kaum kafir bagi mereka.

(5)

5 Komunitas Islam di Ambon kemudian mengalami diskriminasi secara sosial dan ekonomi pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pengistimewaan komunitas Kristen di Ambon tersebut kemudian berubah pada zaman penjajahan belanda berakhir. Komunitas Kristen kemudian dicap sebagai separatis oleh pemerintah pusat karena banyak diantaranya yang bergabung dalam RMS. Kondisi inilah yang kemudian menguntungkan komunitas Islam Ambon yang selama ini termarginal pada masa pemerintahan kolonial untuk menguasai pemerintahan yang dulu dikuasai komunitas Kristen. Kalau meleihat sejarahnya jabatan birokrasi pemerintahan merupakan profesi yang dianggap prestisius di Maluku khususnya kota Ambon yang sejatinya merupakan konstruksi pemerintah Belanda. Itu sebabnya kemudian, banyak komunitas pemuda di Ambon sendiri lebih banyak terjun di dunia pemerintahan ketimbang sektor perdagangan yang merupakan sumber asli perekonomian mereka.4 Komunitas Kristen juga menghadapi lonjakan pendatang berupa etnis Buton, Bugis, Makassar yang menguasai perdagangan antar pulau di Maluku. Maka di tengah himpitan “islamisasi” baik dari sosio-ekonomi maupun sosio keagamaan inilah yang kemudian memecah konflik Maluku pada tahun 1999 di mana rasa frustasi kaum Kristen Maluku selama Orde Baru berusaha dilampiaskan kepada kaum Islam yakni Islam Maluku maupun para pendatang BBM (Buton, Bugis, dan Makassar). Konflik yang sebenarnya lebih mengarah pada rivalitas birokrasi kemudian berkembang menurut sebagian orang adalah konflik agama.5

1.2Sistematika Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah dan mengacu pada kerangka teori, maka perumusan masalah adalah:

4 John Pieris,Tragedi Maluku: Krisis Sebuah Peradaban, (Jakarta: Yayasan Obor, 2004), hlm 269

5Wasisto Raharjo: Jati Kearifan Lokal sebagai Resolusi Konflik Keagamaan,Walisongo, Volume 21, Nomor 2, November UGM 2013, hlm

(6)

6 1. Bagaimana peran identitas agama (Islam dan Kristen) di kota Ambon dalam

perebutan kekuasaan di sektor-sektor publik dalam pemerintahan?

2. Apakah perebutan kekuasaan dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memunculkan konflik?

1.3Tujuan Penelitian

Dengan demikian, bertolak dari rumusan penelitian seperti di atas maka penulis akan mengarahkan tujuan penelitian untuk :

1. Mendeskripsikan peran identitas agama (Islam dan Kristen) di Kota Ambon dalam perebutan kekuasaan di sektor publik dan pemerintahan

2. Mendeskripsikan perebutan kekuasaan di sektor-sekor publik dan terciptanya kondisi yang memunculkan konflik

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka sangat diharapkan memberikan kontribusi pemikiran terhadap dua hal yakni,

1. Pada tataran akademik, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi pengembangan studi konflik dan perdamaian.

2. Pada tataran praksis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi masyarakat kota Ambon tentang latar belakang konflik sosial di kota Ambon.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan menggunakan jenis kualitatif. “Jenis kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6 Dengan metode kualitatif yang didasarkan pada deskripsi yang jelas dan detail, maka

(7)

7 penyajian atas temuan akan sangat kompleks, rinci, dan komprehensif sesuai dengan fenomena yang terjadi.7

1. Jenis Data

Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian, itu bisa berupa wawancara. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan responden, yaitu tokoh-tokoh sentaral perdamaian di Maluku antara dua komunitas Islam dan Kristen dan mereka yang bekerja di instansi pemerintahan. Penulis menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang larat belakang konflik yang didsarkan atas perebutan jabatan-jabatan publik dalam pemerintahan.

a. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber-sumber tertulis yang terkait tentang konflik di Kota Ambon dalam melihat gagasan-gagasan dan latar belakang munculnya konflik sebagai langkah studi analisis dengan menggunakan prespektif teori identitas mengenai fakta yang ada di masa lampau hingga sekarang dengan melacak berbagai literatur dan dokumen dan buku-buku di perpustakaan.

1.6Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kota Ambon terkhususnya pada informan-informan kunci yaitu tokoh-tokoh agama di Lembaga Antar Iman Maluku, Universitas Pattimura Ambon, Tokoh-tokoh perdamaian Maluku dan mereka yang bekerja dalam instansi

7 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, The Sage Handbook of Qualitative Research1(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), xviii.

(8)

8 pemerintah di Kota Madya Ambon dalam dua komunitas Islam-Kristen yang pernah mersakan secara langsung dampak dari konflik sosial di Kota Ambon.

1.7Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi:

a. Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh perdamaian di Ambon dan mereka yang bekerja di instansi pemerintahan dan lembaga pendidikan.

b. Studi dokumentasi adalah bersumber dari setiap bahan tertulis yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan konflik Ambon.

1.8Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui wawancara dan sumber-sumber tertulis, selanjutnya akan dijelaskan dan diuraikan dalam bentuk deskripsi, dengan menggunakan teori identitas sosial sebagai pisau analisis, dan kesimpulan dari analisis merupakan temuan baru dari hasil penelitian ini.

1.9 Sistematika Penulisan

Bab I Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Merupakan landasan teori yang digunakan sebagai dasar untuk memahami Konflik di Kota Ambon dalam rangka memaknai persoalan yang diteliti.

Bab III Merupakan fokus pembahasan yang berupa pemaparan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Bab IV Analisis hasil penelitian

Referensi

Dokumen terkait

oisture content terhadap waktu pada variable suhu 80 o ariable suhu 80 o C grafik penurunannya lebih landai dib ang sama dan ketebalan yang sama pula untuk mencap ng,

PANITIA PENGADAAN/BARANG JASA UNTUK SELURUH BIDANG PADA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA.. SUMBER DANA APBD PROVINSI TAHUN

Latar belakang masalah dalam karya tulis ilmiah yang akan menjelaskan serta menguraikan alasan mengapa suatu masalah bisa terjadi, menjadi fokus penelitian,

Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberikan informasi lebih dini untuk menyelamatkan rumah, barang-barang dan manusia yang tinggal di dalam

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan