• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Subekti, 2003 dalam Hasanah, 2009). Dimana masing-masing antara suami dan istri

melaksanakan perannya dalam rumah tangga dengan baik, dan menjaga keharmonisan dalam keluarga dengan cara menjaga komunikasi dengan baik, saling percaya, saling menghormati, menghargai serta menyayangi. Terciptanya rumah tangga yang bahagia, kekal dan rukun merupakan dambaan semua orang, namun dalam mengaplikasikannya tidaklah mudah untuk mewujudkannya.

Dalam UUD 1945 pasal 27 mengatakan bahwa semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan, hal tersebut mengandung pengertian bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai hak, kedudukan dan peran yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional di segala bidang. Namun pada kenyataannya peran sebagian perempuan masih dibatasi, dikarenakan aktivitas sebagian perempuan dalam ruang lingkup rumah tangga terbatas hanya sebagai istri dan ibu. Hal tersebut juga membuat terbatasnya kekuasaan perempuan dalam

(2)

membuat keputusan baik keputusan yang berkaitan untuk keluarga maupun untuk dirinya sendiri Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan adanya tindak kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di segala tempat, seperti di masyarakat, tempat kerja dan lingkungan rumah tangga.

Perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga sebenarnya mempunyai hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman, bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia berdasarkan azas-azas penghormatan terhadap perempuan, keadilan dan kesetaraan gender serta anti diskriminasi, sebagaimana diatur Undang-Undang Nomor 29 tahun 1999 tentang HAM. Fenomena ini semakin memprihatinkan karena seringkali pelaku kekerasan adalah orang-orang yang dipercaya, dihormati, dan dicintai, serta terjadi di wilayah yang seharusnya menjamin keamanan setiap penghuninya, yaitu keluarga.

Penganiayaan juga lebih mungkin terjadi dalam hubungan yang didasarkan pada sikap-sikap patriarki, dimana laki-laki lebih mendominasi hubungan dan menguasai perempuan baik secara fisik, materi maupun pengambilan keputusan (Krahe, 2005 dalam Tjipta 2006). Menurut Emerson Dobash & Russell Dobash, 1979 (dalam Tjipta, 2006), kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri bisa jadi merupakan dampak dominasi suami terhadap istri yang terbangun di dalam budaya patriarki. Dalam budaya patriarki, pria memiliki hak penuh untuk memegang kendali dan wanita memiliki kewajiban untuk tunduk pada suaminya. Suami berhak menghukum istrinya jika istrinya dianggap melanggar aturan.

(3)

Catatan Komisi Nasional Perempuan menyebutkan, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama tahun 2007 mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 tercatat 17.772 kasus kekerasan terhadap istri, sedangkan tahun 2006 hanya 1.348 kasus (dalam bulletin Bimas Katolik, 2009). LBH APIK Jakarta (dalam Jurnal Perempuan, 7 Januari 2010) mencatat kasus kekerasan terhadap perempuan terus meningkat. Tahun 2003 LBH APIK menerima pengaduan sebanyak 627 kasus. Rentang 2009, APIK menerima 1.058 kasus kekerasan terhadap perempuan. Menilik pengaduan tersebut LBH APIK menyatakan bahwa KDRT masih menjadi kasus terbanyak, yakni 62% atau sebanyak 657 pengaduan. Statistik Mitra Perempuan Women’s Crisis

Centre tahun 2010 (hingga 30 November) mencatat jumlah layanan

pengaduan dan bantuan telah diberikan kepada 287 orang perempuan dan anak-anak yang mengalami kasus kekerasan terutama KDRT (88,85%) di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, dan wilayah lainnya (Statistik Mitra Perempuan, 14 Desember 2010).

Undang-Undang PKDRT menyebutkan bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (pasal 1 ayat 1). Menurut Fawcett et al., (dalam Papalia, 2009, h. 709), sebagian perempuan tidak berani menghadapi dan mengakui, sebagian yang lain

(4)

terus-menerus, kritik, ancaman, hukuman dan manipulasi psikologis bisa jadi menghancurkan kepercayaan diri mereka dan membuat mereka amat ragu.

Menurut Reiss dan Roth (dalam Papalia, 2009, h. 710) sebagian wanita takut untuk pergi, merupakan rasa takut yang realistis karena sebagian suami yang melecehkan dikemudian hari akan melacak, menganggu, dan memukul, atau bahkan membunuh mantan istri mereka. Perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga cenderung memilih diam untuk mempertahankan nilai-nilai keharmonisan keluarga tersebut. Akibatnya perempuan juga cenderung memilih penyelesaian secara perdata melalui perceraian daripada menuntut pelaku kekerasan (Saraswati, 2004, dalam Maya, 2010). Karena hal tersebut biasanya terjadi dalam ruang privat dan umumnya sang korban tidak melaporkannya karena mereka merasa malu atau takut (Bachman, 1994, dalam Papalia, 2009, h. 709). Kekerasan dalam rumah tangga ini menjadi masalah bersama yang harus segera ditangani dan dicari solusinya. Jika masalah KDRT tidak ditangani serius maka akan menimbulkan penderitaan yang semakin mendalam pada korban sehingga mengarah kepada penurunan harga diri (self esteem), perceraian, kemiskinan (cenderung dialami oleh wanita yang tidak bekerja setelah bercerai), terlantarnya anak, bahkan kriminalitas (korban membunuh pelaku karena tidak tahan dengan kekerasan yang dialaminya).

Women who have been abused typically feel anxious and low in self

esteem. About half of abused women develop depression, and some attempt suicide ” (Koss et al., 2003; Offman & Matheson, 2004; Sthaly, 2004)

(5)

Dapat didefinisikan wanita yang telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga biasanya merasa cemas dan memiliki harga diri (self esteem) yang rendah. Sekitar setengah dari perempuan korban kekerasan mengalami depresi, dan beberapa mencoba bunuh diri (Koss et al., 2003; Offman & Matheson, 2004; Sthaly, 2004, dalam Matlin, 2008).

Secara emosi maupun fisik, penganiayaan yang dialami seorang perempuan akan melukai tubuh dan jiwanya .Menurut Suminar, 2004, (dalam Sarwono W. S, 2009, h. 160) tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri telah memunculkan gejala depresi dan harga diri (self esteem) yang rendah dalam aspek psikologisnya seperti merasa tidak berdaya dan kehilangan harapan untuk mempartahankan pernikahannya, penurunan nafsu makan, kurang tidur, sedih, putus asa bahkan muncul keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

Deaux, Dane, & Wrightsman (dalam Sarwono W. Sarlito, & Eko A. Mienarno 2009, h. 57) penilaian atau evaluasi secara positif atau negatif terhadap diri ini disebut harga diri (self esteem). Sheaford & Horejski, 2003 (dalam Word Press, 13 Agustus 2008) menyatakan bahwa harga diri berhubungan dengan kepercayaan (believe) seseorang tentang yang bernilai dalam dirinya. Seseorang yang tidak menghargai atau menghormati dirinya sendiri akan merasa kurang percaya diri dan banyak berjuang dengan segala keterbatasan dirinya, sehingga sering mereka terlibat dalam tingkah laku yang salah atau rentan untuk dieksploitasi dan disalahgunakan oleh orang lain. Rasa

(6)

menghargai diri yang rendah seringkali berasal dari perbandingan yang tidak menyenangkan tentang dirinya sendiri dan orang lain.

Apabila korban kekerasan rumah tangga memiliki harga diri yang rendah, maka dapat menyebabkan mereka untuk tinggal dalam hubungan yang kasar, hal ini dapat menyebabkan cedera serius dan bahkan kematian. Kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga akan memberikan dampak yang buruk bagi keluarga itu sendiri, bahkan di mata masyarakat umum.

“ Women typically react to abuse with fear, depression, and mistrust. Women who have been abused may be hyper-alert, searching for signs that their partner may be ready to strike again ” (Martz & Saraurer, 2002; Statistic Canada, 2005)

Pernyataan diatas dapat didefinisikan menurut Martz & Saraurer 2002; Statistik Kanada, 2005 (dalam Matlin, 2008, h. 448) bahwa tipe reaksi pada perempuan yang mengalami kekerasan adalah ketakutan, depresi, dan ketidakpercayaan. Perempuan yang mengalami kekerasan mungkin tingkat kewaspadaannya tinggi, mereka mencari tanda bahwa pasangan mereka mungkin siap untuk menyerang lagi.

Data di atas menunjukkan bahwa kekerasan rumah tangga menjadi masalah serius yang dihadapi sebagian kaum perempuan di Indonesia. Meskipun banyak dikutuk di hampir seluruh lapisan dunia, kekerasan terhadap perempuan khususnya KDRT ini tidak juga mereda bahkan dari masa ke masa jumlah korban terus meningkat. Kekerasan dalam rumah tangga ini menjadi masalah bersama yang harus segera ditangani dan dicari solusinya. Jika masalah KDRT tidak ditangani serius maka akan menimbulkan penderitaan

(7)

yang semakin mendalam pada korban baik fisik maupun psikis. Disamping itu, kekerasan rumah tangga yang dibiarkan akan semakin rumit sehingga membutuhkan penanganan yang lebih kompleks.

Berdasarkan semua teori dan data yang ada di atas, self esteem pada istri yang menjadi korban KDRT adalah topik yang menarik untuk diteliti. Peneliti tertarik untuk meneliti fenomena ini karena melihat tingginya prosentase kasus KDRT yang terjadi di Indonesia dan berbagai dampak yang cukup parah yang diderita oleh korban KDRT. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga khususnya pada seorang istri. Kekerasan yang dialami oleh istri mengakibatkan tekanan-tekanan psikologis pada dirinya, dimana seorang istri juga mempunyai hak untuk hidup layak dalam keluarga. Peneliti ingin mengungkap lebih dalam faktor-faktor yang menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap istri, dan bagaimana dia memaknai dan menghargai hidupnya setelah mendapatkan perlakuan tersebut. Mengingat luasnya konteks kekerasan terhadap perempuan, dalam tulisan ini dibatasi hanya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga yang kedudukannya sebagai istri. Peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut, yaitu : “Gambaran Self-Esteem Pada Istri Yang menjadi Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan alasan-alasan di atas maka dirumuskan permasalahan. Permasalahan tersebut adalah:

(8)

1) Bagaimana gambaran self-esteem pada istri korban kekerasan dalam rumah tangga?

2) Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga?

3) Bagaimana dampak kekerasan yang dialami oleh istri dalam rumah tangga?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan self-esteem yang terbentuk pada korban kekerasan

dalam rumah tangga.

2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong terjadinya kekerasan dalam rumah tangga

3) Mendeskripsikan dampak yang timbul dari tindakan kekerasan dalam rumah tangga

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat: 1) Manfaat teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi perkembangan bidang Psikologi Sosial dan Psikologi Keluarga. Memberikan tambahan informasi atau pengetahuan tentang kekerasan rumah tangga serta teori-teori yang berkaitan tentang kekerasan dalam rumah tangga. Dapat memberikan tambahan referensi untuk bidang psikologi.

(9)

a. Subjek. Melalui hasil penelitian ini, subjek dapat lebih memahami gambaran self esteemnya dan dapat memberi masukan untuk mengatasi dampak buruk dari perlakuan KDRT yang pernah ia alami. b. Bagi orangtua yang keluarganya mengalami KDRT. Dengan membaca hasil penelitian ini, diharapkan mereka dapat lebih memahami kondisi anggota keluarga yang mengalami sehingga dapat lebih bijaksana dalam bertindak dalam menghadapi situasi tersebut 1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan ini disusun dalam tiga bagian yaitu: Bagian pendahuluan, isi, dan penutup.

Bab I Pendahuluan memaparkan tentang, alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori yang akan memaparkan tentang teori atau konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian ini yakni: Faktor-Faktor tindakan kekerasan dalam rumah tangga, Dampak yang ditimbulkan dari tindak kekerasan dalam rumah tangga, dan gambaran self-esteem. Bab III Berisi tentang metode penelitian yang memaparkan

mengenai, fokus penelitian, Sumber data penelitian, Metode pengumpulan data.

Bab 1V Tentang hasil penelitian dan pembahasan yang akan menguraikan tentang hasil dan pembahasan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

1) Aset Musyarakah Mutanaqisah dapat di-ijarah-kan kepada syarik atau pihak lain. 2) Apabila aset musyarakah menjadi obyek ijarah, maka syarik (nasabah) dapat

Katalis zeolit bifungsional telah berhasil dibuat dengan cara aktivasi zeolit alam menggunakan larutan asam klorida atau amonium nitrat dan diikuti dengan impregnasi logam Cr,

Tidak hanyak mengurangi sampah selama satu hari dan selesai, tapi program prokasih ini berjangka satu satu tahun dengan membuat kegiatan yang jangka pendek dan

pada Bab II akan dibahas mengenai definisi dan sifat-sifat dasar aljabar max-plus, dan vektor dan matriks atas aljabar max-plus yang akan melandasi pembahasan mengenai

Maksud al-azhar ialah pandangan atau al-ra’y yang rajih daripada al- qawlayn atau al-aqwal yang dinukilkan daripada Imam al-Shafi‘i jika perselisihan (khilaf) itu merupakan

Sistem pinjam pakai induk khususnya ikan Gurami di Nagari Mungo merupakan peminjaman indukan ikan kepada sesama pembudidaya yang telah lama berlangsung sekitar

yang dibuat terdiri dari pengolahan data laboratorium, data barang inventaris, data asisten, jadwal praktikum, jadwal piket asisten, data kerusakan dan perbaikan

Alhamdullillahhirobil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia Nya, yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan kepada