BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori
2.1.1. Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (1997) dalam Sulistyo (2010) laporan keuangan
merupakan ringkasan dari proses pencatatan, yang merupakan ringkasan dari
transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan
keuangan ini dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik
perusahaan. Menurut Munawir (2001) dalam Purwandari (2012) mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun
oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah
daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau rugi-laba.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas
komponen-komponen berikut ini: (1) Neraca; (2) laporan laba rugi; (3) laporan perubahan
ekuitas; (4) laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan. Perusahaan
utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan
kondisi ketidakpastian (IAI, 2007) dalam Sulistyo (2010).
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan baik pada saat tertentu maupun periode
tertentu.Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan
perushaan aupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu
memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan (Kasmir, 2011).
Berikut ini beberapa tujuan penyusunan laporan keuangan, yaitu :
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
peruasahaan pada saat ini;
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini;
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu;
4. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan;
5. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
6. Memberika informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode;
7. Memberikan informasi tentang tentang catatan-catatan atas laporan keuangan;
8. Informasi keuangan lainnya.
Menurut Soemarsono (2003) dalam Ginting (2012) pengungkapan laporan
keuangan oleh perusahaan bermanfaat untuk :
1. Kepentingan perusahaan, yaitu dapat diperolehnya biaya modal yang lebih
rendah yang berkaitan dengan berkurangnya resiko informasi bagi investor
dan kreditur yang menyebabkan investor dan kreditur bersedia membeli
sekuritas dengan harga tinggi.
2. Investor, yaitu dapat mengurangi resiko kesalahan pembuatan keputusan
investasi sehingga investor menjadi lebih percaya kepada perusahaan yang
berakibat pada naiknya harga sekuritas perusahaan.
3. Kepentingan nasional, yaitu dengan diperolehnya biaya modal yang lebih
rendah oleh perusahaan, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan
kesempatan kerja akan meluas, sehingga pada akhirnya standar kehidupan
secara nasional akan meningkat pula. Dengan berkurangnya resiko informasi
yang dihadapi investor,pasar modal juga dapat menjadi lebih liquid.
Likuiditas pasar ini diperlukan oleh perekonomian nasional karena dapat
2.1.3. Pihak-pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan
Ada beberapa pihak yang dianggap memerlukan laporan keuangan
perusahaan, diantaranya yaitu (Fahmi, 2011) :
1. Pemilik
Pemilik ini adalah mereka yang memiliki usaha tersebut. Hal ini tercermin
dari kepemilikan saham yang dimilikinya. Kepentingan bagi para pemegang
saham yang merupakan pemillik perusahaan terhadap hasil laporan keuangan
yang elah dibuat adalah untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini,
untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode
dan untuk menilai kinerja manajememen atas target yang telah ditetapkan.
2. Kreditur
Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang,
barang maupun dalam bentuk jasa. Pada saat pihak debitur mengajukan
permohonan untuk meminjam sejumlah dana kepada kreditur, maka sudah
menjadi kewajiban bagi pihak kreditur untuk melakukan pengecekan terhadap
laporan keuangan pihak debitur untuk menjadi bahan rekomendasi apakah
3. Investor
Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui kondisi perusahaan dimana
ia akan berinvestasi atau pada saat sudah berinvestasi, karena dengan
memahami laporan keuangan perusahaan tersebut artinya ia akan mengetahui
berbagai informasi keuangan perusahaan.
4. Pemerintah
Pemerintah juga memiliki nilai penting atas laporan keuangan yang dibuat
perusahaan. Bahkan pemerintah melalui Departemen Keuangan mewajibkan
kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan
perusahaan secara periodik. Arti penting laporan keuangan bagi pihak
pmerintah adalah untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan
seluruh keuangan perusahaan yang sesungguhnya dan untuk mengetahui
kewajiban perusahaan terhadap neraca dari hasil laporan keuangan yang
dilaporkan.
2.1.4. Luas Pengungkapan
Salah satu indikator kualitas pengungkapan ditunjukkan dengan tingkat
keluasan pengungkapan. Semakin luas tingkat pengungkapan informasi keuangan
suatu perusahaan, maka menunjukkan semakin valid informasi tersebut. Informasi
yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan harus memadai dan relevan
dengan kebutuhan informasi, agar pengambilan keputusan dapat dilakukan
Hendriksen dan Breda (1991) dalam Ginting (2012) membagi konsep
pengungkapan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Pengungkapan memadai (adequate), yaitu tingkat pengungkapan
minimum yang dilakukan oleh perusahaan agar laporan yang disajikan
tidak menyesatkan.
2. Pengungkapan wajar (fair), yaitu tingkat pengungkapan yang ditujukan
untuk memenuhi tujuan etis dengan memberikan perlakuan yang sama
kepada semua pemakai informasi.
3. Pengungkapan penuh (full), yaitu tingkat pengungkapan diamana seluruh
informasi yang relevan disajikan oleh perusahaan. Tetapi dalam
penyajiannya, perusahaan harus tetap memperhatikan agar informasi yang
diungkapkan tidak berlebihan. Pengungkapan ini bagi beberapa pihak
disebut tidak layak karena justru akan menyulitkan para pengguna
informasi dalam menginterpretasikan inti dari informasi yang disajikan.
2.1.5. Perusahaan Property dan Real Estate
Industri property dan real estate pada umunya merupakan dua hal yang
berbeda. Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian
mengenai industri real estate tercantum dalam PMDN No.5 Tahun 1974 yang
mengatur tentang industri real estate. Dalam peraturan ini pengertian industri real
estate adalah perusahaan property yang bergerak dalam penyediaan, pengadaan,
serta pematangan tanah bagi keperluan usaha-usaha industry, termasuk
no. 05/KPTS/BKP4N/1995 property adalah tanah hak atau bangunan permanen
yang menjadi objek pemilik dan pembangunan. Dengan kata lain, property adalah
industry real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa dan
kepemilikan.
Produk yang dihasilkan dari industri real estate dan property sangatlah
beragam. Produk tersebut dapat berupa perumahan, apartment, rumah toko (ruko),
rumah kantor (rukan), gedung perkantoran (office building), pusat perbelanjaan
berupa mall, plaza, atau trade center. Perumahan, apartment, rumah toko (ruko),
rumah kantor (rukan), dan gedung perkantoran (office building) termasuk dalam
landed property. Sedangkan mall, plaza, atau trade center termasuk dalam
commercial building.
Perusahaan real estate dan property merupakan salah satu sektor industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri real estate
dan property begitu pesat saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan
datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk
sedangkan supply tanah bersifat tetap. Diawal tahun 1968, industri real estate dan
property mulai bermunculan dan mulai tahun 80-an, industri real estate dan
property sudah mulai terdaftar di BEI. Mengingat perusahaan yang bergerak pada
sektor real estate dan property tersebut adalah perusahaan yang sangat peka
terhadap pasang surut perekonomian, maka seiring perkembangannya sektor real
estate dan property dianggap menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan dari
sektor real estate dan property yang memperluas landbank (aset berupa tanah),
melakukan ekspansi bisnis.
2.1.6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas dari
suatu perusahaan, sebagai penentuan sebuah perusahaan besar atau kecil dapat
dilihat dari nilai total aktiva, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar (Maryam,dkk
,2012). Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi tingkat
pengungkapan karena perusahaan besar harus memenuhi publik demand atas
pengungkapan yang lebih luas (Halim et al, 2005 dalam Prasetya 2011). Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan besar cenderung akan mengungkapkan lebih
banyak informasi daripada perusahaan kecil.
Perusahaan besar memiliki biaya agency (agency cost) yang lebih besar
karena semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin tinggi atau
semakin luas pula rantai komando dalam perusahaan tersebut, sehingga biaya
pengawasan yang timbul juga akan semakin besar. Untuk mengurangi biaya
agensi (agency cost) tersebut, perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak
informasi atau akan melakukan pengungkapan yang lebih luas.
Perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang besar pula. Dengan
sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai
penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi itu sekaligus menjadi
tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan
yang lebih luas. Sebaliknya, perusahaan kecil dengan sumber daya yang relatif
kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar,
sehingga untuk menyajikan informasi yang lebih luas dibutuhkan biaya yang
besar.
2.1.7. Kepemilikan Saham Publik
Secara umum ada tiga jenis istilah terkait dengan penerbitan saham biasa oleh
perusahaan yaitu :
1. Saham biasa yang terotorisasi (authorized common stock) adalah jumlah
saham biasa yang tercantum di dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran
rumah tangga (ART) perusahaan. Saham biasa yang terotorisasi ini
mencerminkan batas jumlah saham biasa yang dapat diterbitkan oleh
perusahaan.
2. Saham biasa yang diterbitkan (issued common stock) adalah jumlah saham
biasa yang telah diterbitkan oleh perusahaan ke masyarakat melalui pasar
modal.
3. Saham biasa yang beredar (outstanding common stock) adalah jumlah
saham biasa yang masih beredar di masyarakat.
Struktur kepemilikan saham oleh publik menggambarkan tingkat kepemilikan
saham yang dimiliki oleh publik yang dihitung dengan cara membandingkan
antara jumlah saham yang dimiliki oleh masyarakat (publik) dengan total saham
perusahaan yang beredar.
Ainun dan Fuad (2000) dalam Purwandari (2012) mengemukakan bahwa
adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. hal ini karena
semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan,
semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan
demikian pengungkapan perusahaan semakin luas.
Dengan adanya pengawasan dari pihak luar perusahaan maka pihak
manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik, karena
jika kinerja pihak manajemen baik maka pemegang saham akan mendukung
keberadaan manajemen. Manajemen sebagai penyedia informasi dituntut untuk
menyajikan informasi secara relevan dan tepat waktu. Dengan adanya konsentrasi
kepemilikan publik maka pihak manajemen akan lebih mendapat tekanan dari
pihak luar perusahaan atau shareholder untuk lebih tepat waktu dalam
2.1.8. Leverage
Leverage atau solvabilitas merupakan istilah yang sering digunakan
perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi seluruh
kewajiban finansialnya apabila perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajiban
finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi, secara umum solvabilitas dapat
dihitung dengan membagi total asset dengan total hutang.
Leverage atau solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur
kemampuan perushaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Leverage menunjukkan seberapa besar ekuitas yang tersedia untuk memberikan
jaminan terhadap hutang. Hutang disni meliputi hutang lancer dan hutang jangka
panjang. Untuk mengukur leverage dapat digunakan Debt To Equity Ratio
(Kasmir, 2011).
Rumusnya adalah :
2.1.9. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal dan sebagainya.
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya.
Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan,
perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta
meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Rasio profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
2.2.Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian terdahulu.
Adapun beberapa penelitian tersebut antara lain :
Pada penelitian Ayuningtyas dan Zees (2013) menunjukkan bahwa variabel
profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan laporan keuangan, sedangkan variabel likuiditas tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Devi
dan Suardana (2014) yang mengungkapkan bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh positif, variabel leverage berpengaruh negatif pada kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan, sedangkan variabel likuiditas dan status perusahaan
tidak berpengaruh positif pada kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Dalam
penelitian Mujiyono dan Nany (2010) menunjukkan bahwa variabel leverage, saham
publik dan komite audit berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap luas
pengungkapan sukarela, sedangkan variabel size berpengaruh positif signifikan
terhadap luas pengungkapan sukarela. Sedangkan dalam penelitian Adi Priguno dan
Hadiprajitno (2013) menunjukkan bahwa leverage, likuiditas dan umur perusahaan
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada
laporan tahunan, sedangkan variabel kepemilikan saham dan profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada laporan
tahunan. Penelitian yang dilakukan Maryam, dkk (2012) menunjukkan bahwa
terhadap keberadaan pengungkapan laporan tahunan pada perusahaan. Adapun
penelitian yang dilakukan Rofika dan Apsari (2011) yang menunjukkan hasil bahwa
variabel ukuran perusahaan dan leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan, sedangkan variabel basis
perusahaan, profitabilitas, proporsi kepemilikan saham oleh publik, reputasi KAP dan
likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan perusahaan. Dan dalam penelitian Agustina (2011), menunjukkan
bahwa variabel likuiditas, profitabilitas, dan kepemilikan saham publik tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan laporan tahunan, sedangkan variabel ukuran
2.3.Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pengaruh ukuran
perusahaan, kepemilikan saham publik, leverage dan profitabilitas terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berikut ini kerangka pemikiran
teoritis :
H1
H2
H3
H4
2.4.Hipotesis
2.3.1. Ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
Ukuran perusahaan menggambarkan seberapa besar ukuran perusahaan
yang diukur melalui total asset. Perusahaan yang berukuran besar, cenderung
lebih banyak mengungkapkan butir-butir laporan keuangannya karena mereka
memiliki banyak informasi yang dapat diungkapkan. Ukuran Perusahaan
Kepemilikan Saham Publik
Leverage
Profitabilitas
Pada penelitian Devi dan Suardana (2014) menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif pada kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Pada penelitian Ayuningtyas dan Zees (2013) menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
2.3.2. Kepemilikan saham publik terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
Kepemilikan saham adalah saham yang dimiliki oleh masyarakat publik
yang berada di luar lingkar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa
dengan manajemen perusahaan. Semakin besar porsi saham publik, semakin
banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan. Semakin banyak
pihak yang membutuhkan informasi akan mendorong manajemen untuk
melakukan pengungkapan laporan yang semakin luas.
Pada penelitian Priguno dan Hadiprajitno menunjukkan hasil bahwa
kepemilikan saham publik berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan
laporan tahunan. Penelitian Maryam,dkk juga mengatakan bahwa struktur
kepemilikan berpengaruh terhadap keberadaan pengungkapan laporan tahunan.
H2 : Kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap
2.3.3. Leverage terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Leverage menunjukkan seberapa besar ekuitas yang tersedia untuk
memberikan jaminan terhadap hutang. Penggunaan hutang yang berhasil akan
meningkatkan pendapatan perusahaan atau meningkatkan ekuitas perusahaan.
Semakin besar leverage menunjukkan besarnya risiko dalam pembayaran hutang
perusahaan, sehingga akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan
keuangan. Sebaliknya, semakin kecil leverage menunjukkan rendahnya tingkat
hutang perusahaan, maka akan semakin luas dalam pengungkapan laporan
keuangan (Arum, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Devi dan Suardana (2014)
menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif pada kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
H3 : Leverage berpengaruh negatf terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.
2.3.4. Profitabilitas terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh
keuntungan (profit). Variabel ini bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas
perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Semakin
tinggi profitabilitas perusahaan, menunjukkan semakin tingginya kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya.
mengungkapkan laporan dan akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangannya (Rofika & Mustika, 2011).
Dalam penelitian Maryam, dkk menunjukkan bahwa profitabilitas secara
parsial berpengaruh terhadap keberadaan pengungkapan laporan tahunan. Dan
dalam penelitian Priguno dan Hadiprajitno menunjukkan pula bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan.
H4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kelengkapan