• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA: SURVEI PADA TOKO KELONTONG SKALA KECIL DAN MENENGAH DI KECAMATAN DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA: SURVEI PADA TOKO KELONTONG SKALA KECIL DAN MENENGAH DI KECAMATAN DEPOK"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN

PENERAPAN

BUSINESS ENTITY

TERHADAP HUBUNGAN

ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA

USAHA: SURVEI PADA TOKO KELONTONG SKALA KECIL

DAN MENENGAH DI KECAMATAN DEPOK

Survei pada usaha toko kelontong di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Di susun oleh:

Cicilia Istri Winarti O21334010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada:

1.Tuhan Yesus Kristus

2.Bapak Antonius Mujiyono dan Ibunda Lucia Budini yang menjaga dan

mencintaiku

3.Kakakku Albertus Winarto dan Bernadus Windarto serta Agustinus

Widayanto, yang mengasihiku

4.Mas Stepanus Winyanto yang menyayangiku

5.Teman-teman seperjuangan Ika, Ana, Rita, Hanik dan sahabat-sahabat

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN

BUSINESS ENTITYTERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA

KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Survei Pada Usaha Toko Kelontong di Lingkungan Sekitar Kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri

Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada

CICILIA ISTRI WINARTI Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, 2) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, 3) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, 4) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, 5) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dan 6) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2006. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi dengan memasukkan variabel dummy sebagai variabel moderator.

(8)

viii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS CAPITAL, EDUCATIONAL LEVEL, AND THE BUSINESS ENTITY APPLICATION TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT, THE

EMOTIONAL INTELLIGENCE AND THE BUSINESS MANAGEMENT EFFECTIVENESS

A Survey on the Business of “kelontong” Shops surrounding Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah

Mada University CICILIA ISTRI WINARTI

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This study was aimed to reveal; 1) the influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 2) the influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 3) the influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 4) the influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 5) the influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 6) the influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness.

This study was conducted in Depok District, Sleman Regency, Yogyakarta that took place in the surroundings of Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah Mada University from November to December 2006. The Samples were taken by using the ‘purposive sampling’ technique and the data was gathered by the mean of questionnaires. The gathered data was then analyzed by the use of the technique of ‘regression analysis’ by putting in the ‘dummy’ variable as the moderate variable.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan ... ii

Susunan Panitia Penguji ... iii

Halaman Motto... iv

Halaman Persembahan ... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xv

Kata Pengantar ... xvi

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

Bab II Kajian Pustaka A. Efektivitas Mengelola Usaha ... 8

B. Jiwa Kewirausahaan... 11

(10)

x

D. Permodalan... 19

E. Tingkat Pendidikan ... 21

F. PenerapanBusiness Entity... 23

G. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 24

H. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 26

I. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 27

J. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 28

K. Pengaruh PenerapanBusiness EntityTerhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 29

L. Pengaruh PenerapanBusiness EntityTerhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 30

M. Kerangka Berpikir ... 32

N. Paradigma Penelitian... 35

O. Hipotesis Penelitian... 35

Bab III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38

(11)

xi

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Pengujian Instrument Penelitian ... 45

G. Teknik Analisis Data... 50

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Deskripsi Data ... 55

B. Persyaratan Analisis Data ... 74

C. Pengujian Hipotesis... 75

D. Pembahasan... 82

Bab V Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan ... 94

B. Keterbatasan Penelitian ... 97

C. Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III. 1 : Skor Pernyataan Efektivitas Mengelola Usaha ... 39

Tabel III. 2 : Kisi-kisi Kuesioner Efektivitas Mengelola Usaha ... 39

Tabel III. 3 : Skor Pernyataan Jiwa Kewirausahaan ... 40

Tabel III. 4 : Kisi-kisi Kuesioner Jiwa Kewirausahaan ... 40

Tabel III. 5 : Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional... 41

Tabel III. 6 : Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional ... 42

Tabel III. 7 : Kategorisasi dan Skor Permodalan ... 43

Tabel III. 8 : Kategorisasi dan Skor Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel III. 9 : Skor Pernyataan PenerapanBusiness Entity... 44

Tabel III. 10 : Kisi-kisi Kuesioner PenerapanBusiness entity... 44

Tabel III. 11 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Efektivitas Mengelola Usaha ... 46

Tabel III. 12 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 47

Tabel III. 13 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Kecerdasan Emosional... 48

Tabel III. 14 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Penerapan Business Entity... 49

(13)

xiii

Tabel IV. 2 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil... 57

Tabel IV. 3 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan

Tinggi ... 58

Tabel IV. 4 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan

Rendah... 59

Tabel IV. 5 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha pada Wirausaha Dengan Penerapan Business

EntityTinggi ... 60

Tabel IV. 6 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha pada Wirausaha Dengan Penerapan Business

EntityRendah ... 61

Tabel IV. 7 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan

Pada Wirausaha Yang Bermodal Besar ... 62

Tabel IV. 8 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan

Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil ... 63

Tabel IV. 9 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan

Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Tinggi ... 64

Tabel IV. 10 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan

(14)

xiv

Tabel IV. 11 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan

Pada Wirausaha Dengan PenerapanBusiness EntityTinggi... 66

Tabel IV. 12 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan

Pada Wirausaha Dengan PenerapanBusiness EntityRendah ... 67

Tabel IV. 13 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan

Emosional Pada Wirausaha Yang Bermodal Besar ... 68

Tabel IV. 14 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan

Emosional Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil... 69

Tabel IV. 15 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan

Emosional Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Tinggi 70

Tabel IV. 16 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan

Emosional pada Wirausaha dengan Tingkat Pendidikan Rendah 71

Tabel IV. 17 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan

Emosional Pada Wirausaha dengan Penerapan Business Entity

Tinggi ... 72

Tabel IV. 18 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan

Emosional Pada Wirausaha dengan Penerapan Business Entity

Rendah... 73

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Kuesioner ... 103

Lampiran 1 : Tabel Data Penelitian ... 115

Lampiran 2 : Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 137

Lampiran 3 : Pengujian Deskriptif Data ... 152

Lampiran 4 : Perhitungan PAP Tipe II ... 170

Lampiran 5 : Pengujian Normalitas ... 177

(16)

xvi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar. Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir yang diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Proses penulisan skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan serta

dukungan dari banyak pihak. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih dengan tulus kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto P., S.Pd, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi.

4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku dosen pembimbing 1 yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing II dan Bapak

selaku tim penguji yang telah berkenan memberikan bimbingan dan

pengarahan selama penulisan skripsi ini.

6. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd. selaku tim penguji.

7. Bapak L. Saptono, S.Pd, M.Si yang telah membantu dan membimbing selama

(17)

xvii

8. Segenap dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi

Pendidikan Akuntansi, yang telah memberikan bantuan penulis selama penulis

duduk di bangku kuliah.

9. Para wirausaha toko kelontong di kecamatan Depok khususnya di lingkungan

sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas

Negeri Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner sehingga penulis memperoleh

data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak Antonius Mujiyono dan Ibunda Lucia Budini, yang selalu memberikan

doa restu, kasih sayang, dukungan, perhatian yang melimpah serta

memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata

Dharma.

11. Kakakku Albertus Winarto dan Bernadus Windarto, serta adikku Agustinus

Widayanto yang mendoakan dan memberikan dukungan.

12. Mas Stepanus Winyanto yang telah mendoakan, memberi motivasi dan

menyayangi serta mengasihi.

13. Teman-teman seperjuangan PAK’02 yang terkasih terutama Ika, Ana, Rita,

Hanik, Lia dan lain-lain.

Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Penulis

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang mempunyai naluri yang sama untuk bisa mempunyai

penghasilan sendiri dan untuk bisa memiliki penghasilan, manusia harus

berusaha. Menurut Saparudin dan Iskandar (2004:1), usaha adalah suatu

kegiatan yang dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok untuk mendapat

penghasilan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Usaha yang dimaksud

adalah usaha kecil dan menengah yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih

paling banyak dua ratus juta atau penjualan tahunan dibawah satu milyar.

Bekerja untuk memperoleh penghasilan tidak hanya dilakukan dengan

menjadi karyawan ataupun bekerja pada orang lain tetapi bekerja bisa

dilakukan dengan mendirikan suatu usaha sendiri dengan berwirausaha.

Namun, kenyataan sehari-hari sering tidak mendukung upaya menciptakan

masyarakat wirausaha. Contohnya yang sederhana sebagian orang masih ingin

menjadi pegawai negeri atau pegawai suatu perusahaan dibandingkan dengan

berwirausaha.

Sebenarnya semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk

menjadi wirausaha. Inilah saatnya untuk mewujudkan suatu kemandirian dan

melepaskan diri dari ketergantungan yang sudah menjadi ciri karakteristik

negara sedang berkembang ataupun negara miskin. Pencabutan subsidi BBM

merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan. Saat ini kita mulai

(19)

dilatih untuk mandiri dan bertahan. Jika ternyata kita bisa bertahan dan

mampu mencapai kemajuan berarti sedikit demi sedikit kita bisa melepaskan

diri dari jeratan kemiskinan. Berjuang dan berusaha keras merupakan modal

utama untuk bisa menggapai kemajuan, mencari peluang menuju sukses

dengan menjadi pencipta lapangan pekerjaan juga merupakan perwujudan dari

kemandirian.

Bekerja keras memang bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan, di

sini diperlukan mental yang kuat karena hanya dengan bekerja orang bisa

memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

Untuk menjadi pengusaha itu tak mengenal usia tua atau muda, kaya atau

miskin, jenius atau tidak, mahasiswa atau bukan, sudah sarjana atau belum dan

gelar formal seseorang itu bukanlah jaminan atau faktor penentu satu-satunya

untuk kita berhasil menjadi pengusaha.

Keberhasilan seseorang menjadi pengusaha sangat bergantung pada

kemampuan kita untuk merekayasa diri melalui pengalaman hidup di luar

keluarga. Kegagalan merupakan pengalaman hidup yang biasa dilalui oleh

seorang wirausaha, karena dalam mencapai sukses memang harus melalui

rintangan yang tidak ringan oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiliki

dasar yang kuat agar bisa menghadapi tantangan dalam bisnisnya

(Adiprigandari, Republika 8 September 2004).

Dalam rangka mencapai efektifitas mengelola usaha seorang wirausaha

juga harus mampu berpikir kreatif. Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan

(20)

yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik

dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan

berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda),

dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan

tantangan).

Menjadi pengusaha sukses tentunya menjadi dambaan semua orang yang

menekuni dunia usaha. Mencapai sukses harus melalui rintangan yang tidak

ringan, banyak diantaranya yang putus asa setelah gagal berulang kali dalam

menekuni bisnisnya. Menjadi pengusaha memang tidak bisa hanya bermodal

nekat, seorang pengusaha harus memiliki kecerdasan emosional agar bisa

menghadapi tantangan dalam bisnisnya.Emitonal Intelligenceatau kecerdasan

emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan

menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres

tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa (Goleman

1999;45).

Apabila seorang wirausaha memiliki kecerdasan emosional yang tinggi

diduga dia dapat mengelola usahanya dengan baik sehingga tujuan dapat

dicapai dengan efektif. Untuk melihat efektivitas dalam mengelola usaha

peneliti menggunakan permodalan, tingkat pendidikan dan penerapanbusiness

entity sebagai variabel moderator. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa

permodalan merupakan sektor penting dalam menjalankan suatu usaha.

(21)

permodalan tingkat pendidikan seseorang diduga juga berpengaruh terhadap

pola seseorang dalam menjalankan suatu usaha karena pendidikan merupakan

perbuatan fundamental manusia yang mengubah menentukan dan membangun

hidup manusia (Tanlain,1996:18).

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan efektivitas

mengelola usaha adalah penerapanbusiness entityyang merupakan pemisahan

kas usaha dengan kas pribadi atau pemisahan kepentingan pribadi pemilik

dengan perusahaan (usaha). Prinsip ini menunjukkan bahwa dalam usaha

pemisahan kekayaan perlu dilakukan karena kekayaan usaha tidak sama

dengan kekayaan pribadi. Pemisahan kekayaan juga bermanfaat untuk

memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana

perkembangan usaha secara finansial.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan suatu penelitian tentang “Pengaruh Permodalan, Tingkat

Pendidikan dan Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara

Jiwa Kewirausahaan dan Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas

Mengelola Usaha: Survei Pada Toko Kelontong Skala Kecil dan

Menengah di Kecamatan Depok.”

B. Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan adanya keterbatasan

dari penelti, maka penelitian ini memfokuskan perhatian pada faktor jiwa

(22)

efektivitas mengelola usaha. Sebagai variabel moderator yang terkait dengan

variabel-variabel tersebut adalah permodalan, tingkat pendidikan, dan

penerapanbusiness entity.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

2. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan

emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

3. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

4. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara

kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

5. Apakah ada pengaruh penerapan business entityterhadap hubungan antara

jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

6. Apakah ada pengaruh penerapan business entityterhadap hubungan antara

kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa

(23)

2. Untuk mengetahui pengaruh permodalan terhadap hubungan antara

kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara

jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara

kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

5. Untuk mengetahui pengaruh penerapanbusiness entity terhadap hubungan

antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

6. Untuk mengetahui pengaruh penerapanbusiness entity terhadap hubungan

antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Bagi mahasiswa, penelitian ini bermanfaat:

a. Agar dapat mengetahui dan memahami masalah efektifitas

mengelola usaha.

b. Melatih dan mengaplikasikan pengetahuan teoretik ke dalam dunia

praktik.

2. Bagi wirausaha, penelitian ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan

pikiran bagi wirausaha agar dapat meningkatkan efektivitas mengelola

(24)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Efektivitas Mengelola Usaha

1. Pengertian Efektivitas Mengelola Usaha

Suryana (2003:95) menjelaskan bahwa dalam mengelola suatu

usaha terdiri dari dua aspek yaitu perencanaan usaha dan pengelolaan

keuangan. Perencanaan usaha merupakan suatu cetak biru tertulis yang

berisikan misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian strategi dan

peluang yang mungkin diraih. Pengelolaan keuangan berarti bagaimana

mengusahakan sumber dana, menggunakan dan mengendalikan dana

perusahaan.

Masatsugu (1991) menjelaskan bagaimana menjalankan

perusahaan antara lain dengan menjaga tujuan agar selalu terlihat jelas,

memiliki gambaran transaksi keuangan, mengetahui titik impas,

mengusahakan biaya semurah-murahnya, menghilangkan yang tidak

diperlukan dan efisiensi tinggi.

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa

hasil, berhasil guna. Menurut Anthony, Dearden dan Norton (1992:14)

efektivitas diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai suatu

tujuan yang diinginkan. Semakin besar kontribusi keluaran yang

dihasilkan terhadap nilai pencapaian tujuan/sasaran tersebut, maka dapat

(26)

(1993) adalah derajat keberhasilan suatu organisasi sampai seberapa jauh

suatu organisasi dapat dinyatakan berhasil dalam usaha untuk mencapai

apa yang menjadi tujuannya. Dari uraian tersebut dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa efektivitas mengacu pada suatu keberhasilan suatu unit

usaha untuk mencapai tujuannya.

2. Dimensi Mengelola Usaha

Adiprigandari (www.republika.com) mengungkapkan seorang

pengusaha harus memiliki beberapa dasar yang kuat agar dapat mengelola

usaha dengan baik. Dasar-dasar tersebut antara lain:

a. Semangat kerja. Mencintai apa yang dikerjakan sehingga membuatnya

terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika

menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru

belajar dari kegagalan.

b. Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud

dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi pikiran

akan terfokus dan memudahkan untuk mencapai apa yang diinginkan.

c. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan

kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan

yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus

diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan bisa segera

(27)

d. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu, dan pikiran untuk pekerjaan.

Kadangkala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh

hari seminggu agar impianya segera terwujud.

e. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses

produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian,

ia bisa mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia

juga tidak mudah dibohongi bawahannya.

f. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang

ingin Anda kerjakan dan hidup Anda tidak ditentukan oleh atasan

melainkan diri sendiri adalah Anda sendiri.

g. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan. Uang

hanya ukuran keberhasilan. Bila sukses uang akan datang dengan

sendirinya.

h. Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan karena

tanpa mereka bisnis tidak akan berjalan. Karena itu, karyawan harus

diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan.

i. Memiliki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas

yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Moralitas ini menjadi penting

karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak terjebak pada praktik

bisnis yang menghalalkan segala cara.

j. Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan

(28)

alam. Berbagai ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi

tempat baginya untuk terus mengasah pengetahuan dibidangnya.

k. Rencana bisnis. Seorang pengusaha selalu memiliki rencana bisnis

yang akan dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting

sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Ketika menyusun

rencana bisnis biasanya seorang pengusaha melibatkan konsultan

bisnis professional.

l. Hasil terbaik. Pengusaha sukses selalu ingin mencapai prestasi

terbaiknya. Prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit

diganti apapun.

B. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan adalah rasa percaya diri (yakin, optimis, dan

penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif

berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa

kepemimpinan (berani tanpil berbeda), dan berani mengambil resiko

dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Suryana,

2003:2). Seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh

pola-pola tingkat laku sebagai berikut:

a. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima

(29)

b. Keberanian untuk mengambil resiko, yaitu usaha untuk menimbang

dan menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan dalam

menghadapi ketidakpastian.

c. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan fungsi-fungsi manajeman meliputi: perencanaan, usaha

untuk mengkoordinir, usaha untuk menjaga kelancaran usaha dan

usaha untuk mengawasi serta mengevaluasi usaha.

d. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan

mengarahkan tujuan usaha

2. Dimensi Jiwa Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan orang-orang yang

memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan (Suryana, 2003) yaitu:

a. Percaya diri (self-confidence).

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan

seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik

sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk

memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan

yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai

keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan.

Seorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki

(30)

b. Berinisiatif

Inisiatif berarti usaha (tindakan) yang mula-mula, prakarsa. Jadi

sifat berinisiatif ini harus selalu dimiliki oleh seseorang yang memiliki

jiwa kewirausahaan.

c. Memiliki motif berprestasi

Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada

hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara

pribadi.

d. Memiliki jiwa kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat

kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil

berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan

kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan

jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera

berada dipasar.

e. Berani mengambil resiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan

salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak

mau mengambil resiko akan sukar memulai atau berinisiatif.

C. Kecerdasan Emosional

(31)

Hernowo (www.mizan.com) menyatakan bahwa emosi sama

dengan keterlibatan atau proses pelibatan, emosi akan melibatkan

seseorang dalam suatu kegiatan yang membuat seseorang menaruh

perhatian kepada apa yang sedang dipelajarinya, ini bisa terjadi karena

emosi menghubungkan sesuatu yang berada diluar dengan diri pribadi

seseorang. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak rencana

seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara

berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu-ke waktu. Lebih lanjut

dalam kamus bahasa Inggris Oxford mendefinisikan “emotional is

expressing emotion especially liable to emotion arousing emotion”, yaitu

suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, serangkaian kegiatan untuk

bertindak.

Dameria (http://ganeca.blogspirit.com) menyatakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali,

mengekspresikan, dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri

maupun emosi orang lain, dengan tindakan konstruktif, yang

mempromosikan kerja sama sebagai tim yang mengacu pada produktivitas

dan bukan pada konflik. Verina (http://dokter.indo.net.id) menjelaskan

bahwa kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri semangat dan

ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan

menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati

dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan

(32)

membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk

memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk

menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin. Lebih lanjut pakar

psikologi Cooper dan Sawat (1998) mengatakan bahwa kecerdasan

emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara

selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan

pengaruh yang manusiawi.

a. Menurut Goleman (1999:45) kecerdasan emosional adalah

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi

frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan

kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress

tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Lebih

lanjut Harifa (http://www.ekafood.com) mengungkapkan bahwa

kecerdasan emosi wirausaha mencakup dua hal yang penting yaitu

kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecakapan pribadi mencakup

soal bagaimana kita mengelola diri sendiri. Tiga unsur terpenting

untuk menilai kecakapan pribadi seseorang adalah sebagai berikut.

b. Kesadaran diri. Menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri

dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan

keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri atau percaya diri.

c. Pengaturan diri. Menyangkut kemampuan mengelola emosi –emosi

dan desakan-desakan yang merusak, memelihara norma kejujuran dan

(33)

menghadapi perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap

gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru.

d. Motivasi. Menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi lebih baik,

komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme

dalam menghadapi halangan dan kegagalan.

Kecakapan sosial menyangkut soal bagaimana kita menangani

suatu hubungan. Dua unsur terpenting untuk menilai kecakapan sosial

seseorang adalah sebagai berikut.

a. Empati. Ini menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain,

perspektif orang lain, dan berminat terhadap kepentingan orang lain.

Juga kemampuan mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi

kebutuhan pelanggan. Mengatasi keseragaman dalam membina

pergaulan, mengembangkan orang lain, dan kemampuan membaca

arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan

kekuasaan, juga tercakup didalamnya.

b. Keterampilan sosial. Termasuk dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk

menyakinkan orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas dan

menyakinkan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok,

memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan mengatasi silang

pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan sinergi

kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.

Dengan kata lain keberhasilan menjadi wirausaha itu berkaitan erat

(34)

diuraikan Daniel Goleman dalam karya-karyanya (1999).

Sekurang-kurangnya dapat dikatakan bahwa untuk menjadi wirausaha sukses

diperlukan kecerdasan intrapersonal (kecakapan pribadi dan kecerdasan

interpersonal (kecakapan sosial). Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan

mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri,

mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.

Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi,

dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu

menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

2. Dimensi Kecerdasan Emosional

Harmoko (www.binuscareer.com) mengungkapkan untuk

mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional pakar psikologi

Salovey memberikan beberapa arahan agar dapat mengenali dan

mengembangkan kecerdasan emosi.

a. Mengenali emosi diri sendiri. Mengenali perasaan sewaktu perasaan

yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional.

Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu

merupakan hal penting bagi pemahaman diri. Ketidakmampuan

mencermati perasaan kita sesungguhnya menempatkan kita dalam

lingkungan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih

(35)

mampu mengenali kepekaan lebih tinggi akan keadaan emosi yang

dirasakan saat itu.

b. Mengelola emosi. Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan

pas adalah kecakapan yang tergantung pada kesadaran diri.

Kemampuan untuk menghibur diri, melepaskan kecemasan

kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat-akibat yang muncul

karena kegagalan keterampilan emosional dasar ini.

c. Memotivasi diri. Penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan

adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian

untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri serta ia mampu

melakukan kreasi secara bebas. Pengendalian emosi seperti menahan

diri dari suatu kepuasan dan pengendalian dorongan hati sebagai

landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.

d. Memahami emosi orang lain. Kita sering mendengar kata empati,

adalah kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri

emosional, merupakan keterampilan bergaul atau berinteraksi dengan

orang lain. Jika kita diberikan kemampuan empati yang tinggi, situasi

demikian dapat mengarahkan pekerjaan yang cocok untuk individu

seperti ini seperti bidang keperawatan, mengajar, penjualan dan

manajemen.

e. Membina hubungan. Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita

mampu mengenali, hal lain yang dapat perlu dilakukan untuk

(36)

hubungan dengan membina hubungan tersebut. Keterampilan

membina hubungan merupakan bagian dari keterampilan sosial ini

dapat menunjang kita dalam mengembangkan pergaulan. Hal ini dapat

dilakukan dengan kita melakukan komunikasi.

f. Berkomunikasi “dengan jiwa”. Tidak hanya menjadi pembicara

terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara

juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan

penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu

membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang

dengan reaksi atau penilaian. Ingat kita diberikan dua buah telinga dan

satu mulut banyaklah mendengar sedikitlah berbicara dengan demikian

kita mampu memahami apa yang orang lain inginkan, sehingga kita

mampu memposisikan diri kita pada situasi dan kondisi yang tepat.

D. Permodalan

Modal dapat disamakan dengan dana. Jadi yang dimaksud dengan

permodalan adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha seperti

modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman). Modal tidak hanya

penting untuk memulai bisnis akan tetapi juga penting dalam melanjutkan

kegiatan operasi (Suseno, 2004:95). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang,

melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya)

(37)

kekayaan. Definisi modal dalamStatement Of Financial Accounting Concept

No.6 (Chariri dan Gozhali, 2003) merupakan hak sisa terhadap aktiva suatu

entitas setelah dikurangi hutang. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa

terdapat dua karakteristik modal, yaitu :

1. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan

dengan hutang perusahaan

2. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan

aktiva neto baik yang berasal dari sumber pendapatan dan biaya maupun

investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.

Menurut Saparudin dan Iskandar (2004:56) pengeluaran dalam suatu

jenis usaha dapat dikelompokkan dalam dua jenis pengeluaran yaitu:

1. Modal investasi

Modal investasi adalah biaya untuk pembelian barang yang bersifat

investasi. Setiap usaha harus mengeluarkan biaya investasi agar dapat

beroperasi. Contoh dari modal investasi adalah gedung tempat usaha dan

peralatan.

2. Modal kerja

Modal kerja adalah uang yang diperlukan untuk pengeluaran biaya

sehari-hari guna menjalankan usaha. Usaha yang ditekuni harus berjalan

beberapa waktu sebelum ada pemasukan uang dari penjualan maka

diperlukan modal kerja untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran seperti

membeli persediaan bahan baku dan barang jadi, promosi, gaji karyawan,

(38)

E. Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur

hidup. Pendidikan (proses mendidik dan dididik) merupakan perbuatan

fundamental manusia, yang mengubah, menentukan dan membangun hidup

manusia (Tanlain, 1996:18). Intisari atau hakikat dari pendidikan itu adalah

perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia, menjadi pribadi

dewasa susila, atau lebih dikenal dengan pemanusiaan manusia muda.

Manusia dewasa susila inilah yang merupakan tujuan umum yang ingin

dicapai dalam pendidikan.

Jika berbicara mengenai tujuan pendidikan, Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa kita janganlah sampai terabaikan. Seperti yang telah

kita ketahui bersama bahwa Negara kita mempunyai pandangan hidup yang

telah menjadi tuntunan hidup dan tujuan kehidupan bernegara yang kita kenal

dengan Pancasila. Nilai- nilai luhur manusiawi yang terkandung dalam lima

sila dalam Pancasila hendaknya dipahami, dimiliki, dihayati, dan dijadikan

pedoman bertindak setiap warga Negara. Tujuan Pendidikan Nasional

Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian

(39)

Pendidikan Nasional sesuai dengan isi UU SISDIKNAS (Depdiknas, 2003)

Pasal 3 dan Penjelasan Pasal 15 adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang

Maha Esa

2. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan

bertanggung jawab

3. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan

kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa

Indonesia

4. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap

lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan

lingkungan hidup serta memanfaatkan sumber daya alam secara efektif

dan efisien.

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa negeri kita ini telah lebih dari

20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun (1984) dan

telah lebih dari 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9

Tahun (1994). Adapun maksud dan tujuan pelaksanan wajib belajar adalah

memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan

biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Jika perlu

pendidikan dasar sembilan tahun (Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah

Pertama) seharusnya dapat diberikan secara gratis, karena dalam pendidikan

(40)

diberikan diantaranya membaca, menulis, berhitung serta dasar berbagai

pengetahuan lain.

F. PenerapanBusiness Entity

Business Entity atau kesatuan usaha tidak dapat dipisahkan dari konsep

modal.Business entitydalam hal ini lebih dikenal dengan teori entitas (Chairi

dan Gozhali, 2003) mengandung makna bahwa ada pemisahan antara

kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan (usaha), karenanya transaksi

yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi milik

perusahaan. Suatu usaha dianggap atas nama kepentingan sendiri dan terpisah

dari pemilik. Konsep kesatuan usaha memiliki dua versi pandangan, yaitu:

1. Versi Tradisional

Perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (pemegang saham)

yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan, dengan demikian

perusahaan harus melaporkan status pendanaan dan perolehan investasi

yang dilakukan pemilik.

2. Versi Baru

Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan (usaha) beroperasi atas

namanya sendiri dan berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya

sendiri.

Seorang pengusaha pasti mempunyai tujuan dalam membuka usahanya

dan kebanyakan tujuan membuka usaha adalah memberi nilai tambah dalam

(41)

memberi nilai tambah ini, maka dalam penyelenggaraan usaha berlaku suatu

dasar landasan bahwa setiap kegiatan ekonomi dapat didefinisikan secara

spesifik dengan pihak tertentu yang harus mempertanggungjawabkan. Dengan

perkataan lain aktiva suatu unit usaha harus dipisahkan atau dibedakan dengan

kekayaan pribadi pemiliknya.

Prinsip yang berkembang dalam akuntansi dimana keuangan suatu unit

usaha dianggap sebagai kekuatan ekonomi yang terpisah dari pihak-pihak

yang berkepentingan dengan sumber-sumber usaha sehingga menjadikan

kejelasan bagi para pengusaha untuk melihat kondisi usahanya. Pemisahan

kekayaan penting dilakukan karena kekayaan suatu unit usaha tidak sama

dengan kekayaan pribadi. Dengan model pencatatan transaksi keuangan yang

sederhana (model warung), hutang piutang, pendapatan, piutang yang masih

harus diterima, biaya yang masih harus dibayar, penyusutan, misalnya tidak

diakui. Mau tidak mau demi konsistensi menampilkan laporan keuangan yang

menggambarkan posisi keuangan usaha, hal ini harus diakui dan dicatat

(Herni, http://www.unitedfood.com). Pemisahan kekayaan juga bermanfaat

untuk memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana

perkembangan usaha secara finansial.

G. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan

dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Modal dapat disamakan dengan dana. Modal tidak hanya penting

(42)

operasi. Modal adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha

meliputi modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman) (Suseno,

2004). Dengan demikian pengertian modal bukan hanya uang, pengertian

modal seharusnya dikaitkan dengan usaha atau upaya. Modal dapat berupa

uang atau barang. Semakin besar modal yang ada, makin besar pula

kemungkinan ukuran usaha yang dijalankan. Modal memberikan peluang yang

luas bagi pengembangan usaha, oleh sebab itu terbatasnya modal/dana sering

menyebabkan kesempatan untuk mengembangkan usaha akan berlalu begitu

saja. Jika pengusaha memiliki modal yang cukup maka kesempatan untuk

mengembangkan usaha dapat mereka dapatkan. Kita sering mendengar banyak

pengusaha yang terpaksa menutup usahanya karena kekurangan modal.

Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang yang

memiliki jiwa kewirausahaan yaitu orang yang percaya diri, berinisiatif,

memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan berani

mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan)

(Suryana, 2003). Seorang wirausahawan yang memiliki jiwa kewirausahaan

tersebut akan mampu menggunakan modal yang dimilikinya dengan baik

sehingga dapat mengelola usahanya secara efektif. Penulis menduga, semakin

besar modal yang dimiliki semakin dapat seseorang menjalankan usahanya

dengan efektif. Dengan modal ini pengusaha tidak perlu khawatir masalah

yang berkaitan dengan pendanaan untuk membiayai pengembangan usahanya

dengan melakukan inovasi baru. Dari penjelasan tersebut penulis menduga,

(43)

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin kecil

modal, diduga semakin rendah derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan

dengan efektivitas mengelola usaha.

H. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan

Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Seorang pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional lebih mampu

mengendalikan dan memotivasi diri. Hidup sangat berarti baginya, mengelola

dan menyatakan emosi dengan tepat, bersifat tegas tetapi tetap seimbang,

merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan sosial

dimana pengusaha itu tinggal, cenderung suka berteman, spontan, jenaka, dan

terbuka terhadap pengalaman inderawi (Andan, 2006). Kecerdasan emosional

yang tinggi menunjang keberhasilan seorang pengusaha dalam menjalankan

usahanya. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mampu

mengelola modal yang dimilikinya dengan baik. Modal sendiri dapat

digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Jumlah modal yang

besar memungkinkan seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha maupun

pengembangan usaha dengan melakukan inovasi baru, sehingga ia dapat

mengembangkan usahanya lebih cepat dibandingkan dengan pengusaha yang

hanya memiliki jumlah modal kecil. Dari penjelasan tersebut, penulis

menduga bahwa semakin besar jumlah modal yang dimiliki seorang pedagang

semakin tinggi derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan

(44)

semakin rendah derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan

efektivitas mengelola usaha.

I. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa

Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia yang

mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia (Tanlain, 1996).

Hakikat dari pendidikan itu adalah perbuatan yang menyebabkan manusia

menjadi manusia, menjadi pribadi dewasa susila, atau lebih dikenal dengan

pemanusiaan manusia muda. Melalui pendidikan seseorang diharapkan

mampu mencapai kematangan intelektual dan emosional. Kemampuan

seseorang dalam mengelola usaha dapat dipengaruhi oleh kematangan

intelektual dan emosionalnya. Pendidikan formal di sekolah merupakan salah

satu usaha seseorang untuk mencapai kematangan intelektual.

Seorang wirausahawan yang kreatif dan inovatif akan dapat mengelola

usahanya dengan efektif. Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan

oleh orang yang memiliki jiwa kewirausahaan yaitu orang yang percaya diri,

berinisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan dan

berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Jiwa kewirausahaan

dapat dikembangkan dengan cara terus belajar dan tidak takut dalam

menghadapi tantangan. Sekolah merupakan salah satu sarana belajar yang

dapat digunakan untuk membangun hidup manusia dengan meningkatkan

(45)

semakin rasional cara berpikirnya. Hal ini akan berpengaruh pada

keputusan-keputusan usaha yang diambil. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat. Pengetahuan inilah yang nantinya berpengaruh

pada perkembangan jiwa kewirausahaan seseorang yang akan semakin tinggi

sehingga semakin efektif dalam mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat

pendidikan, diduga semakin tinggi derajat hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin

rendah tingkat pendidikan, diduga semakin rendah derajat hubungan antara

jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

J. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan

Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali,

mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi

diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan

orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosional

tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu

menguasai emosi (dengan mental yang sehat) (Harmoko,

www.binuscareer.com). Pendidikan dilingkungan sekolah memungkinkan

seseorang dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya melalui interaksi

dan komunikasi dengan orang lain dengan berbagai karakteristik yang berbeda

(46)

selama berinteraksi adalah pembelajaran yang sangat penting bagi

perkembangan kecerdasan emosi. Pengusaha yang memiliki kecerdasan

emosional yang baik akan mampu mengelola usaha dengan efektif. Ia tidak

mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain sehingga mudah

menjalin relasi bisnis, tidak mudah putus asa, serta mampu mengendalikan

dan memotivasi diri. Berdasar uraian diatas penulis menduga bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan, semakin seseorang dapat mengelola emosinya

dengan baik, dan berdampak pada kemampuan mengelola usahanya. Semakin

tinggi tingkat pendidikan diduga semakin tinggi derajat hubungan antara

kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya

semakin rendah tingkat pendidikan, diduga semakin rendah derajat hubungan

antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

K. Pengaruh PenerapanBusiness Entity Terhadap Hubungan Antara Jiwa

Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Menerapkan konsep kesatuan usaha adalah suatu upaya untuk

memisahkan antara kekayaan pribadi pemilik dengan kekayaan usaha.

Implikasi dari konsep tersebut adalah bahwa dalam menjalankan suatu usaha

pelaku usaha harus bisa membedakan antara catatan pribadi pemilik dengan

catatan usaha. Pemisahan tersebut akan semakin menegaskan dan dapat

digunakan untuk mengetahui kemajuan suatu usaha dengan lebih jelas dan

terinci. Melalui laporan yang dibuat kita dapat melihat suatu usaha dalam

(47)

maupun kerugian jika hasilnya defisit atau rugi. Dengan penerapan konsep

kesatuan usaha ini pelaku usaha akan semakin dimudahkan dalam mengontrol

ataupun mengendalikan kegiatan usahanya.

Dengan demikian bisa diharapkan bahwa penerapan business entity

atau konsep kesatuan usaha dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dalam

menjalankan usaha agar usaha dapat dijalankan semakin efektif. Untuk dapat

mengelola usahanya dengan efektif seorang wirausahawan membutuhkan

sikap kreatif, berorientasi ke depan, inovatif dan percaya diri (Suryana, 2003).

Seorang wirausaha yang memiliki sikap berorientasi ke depan akan selalu

mengontrol atau melihat sampai dimana perkembangan usaha secara finansial.

Dari penjelasan tersebut, penulis menduga penerapan business entity lebih

memungkinkan pengusaha untuk mengontrol sampai sejauh mana usahanya

berkembang sehingga dapat mengelola usaha dengan efektif. Semakin tinggi

penerapanbusiness entitydiduga semakin tinggi derajat hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin

rendah penerapan business entity, diduga semakin rendah derajat hubungan

antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

L. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara

Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Menerapkan konsep kesatuan usaha (Business Entity) sangat

menguntungkan dalam mengelola usaha sebab usaha dapat dikontrol dan

(48)

kekayaan pemilik tentu saja akan bisa membedakan sejauh mana kontribusi

yang dihasilkan dari suatu usaha. Pendapatan ataupun kerugian akan mudah

untuk diketahui sehingga pengelola usaha bisa mengendalikan usahanya agar

dapat berjalan dengan efektif. Perkembangan usaha dapat selalu dipantau

sehingga pengelola usaha dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana

ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mengatasinya dengan

cepat dan baik. Dengan memiliki kecerdasan emosional seorang pengusaha

dapat mengambil keputusan secara bijaksana. Kecerdasan emosional mutlak

diperlukan oleh seorang pengusaha agar dapat menjalankan usahanya secara

efektif. Ketika seorang pengusaha mengontrol usahanya dan menemukan

adanya krisis, dengan kecerdasan emosional yang baik ia akan menganggap

bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan adanya peluang dalam

situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai konflik. Berdasar uraian diatas,

penulis menduga bahwa penerapan business entity dapat digunakan sebagai

alat untuk mengontrol sejauh mana usaha dijalankan, dan akan berdampak

pada efektivitas mengelola usaha. Semakin tinggi penerapan business entity

diduga semakin tinggi derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan

efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin rendah penerapan business

entity, diduga semakin rendah derajat hubungan antara kecerdasan emosional

(49)

M. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan

dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Jiwa kewirausahaan merupakan sikap kreatif dan inovatif. Seorang

wirausahawan yang kreatif dan inovatif dapat mengelola usahanya dengan

efektif. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk

mencapai tujuannya. Modal adalah semua dana yang tersedia untuk

menjalankan usaha seperti modal sendiri serta utang (pinjaman).

Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha

diduga sangat dipengaruhi tingkat permodalan.

2. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional

dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan

dan memotivasi diri. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional

tinggi, dapat mengelola usahanya secara efektif karena mampu

mengendalikan dan memotivasi diri. Efektivitas mengacu pada

keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya. Modal

merupakan semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha meliputi

modal sendiri serta utang (pinjaman). Hubungan antara kecerdasan

emosional dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh

(50)

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa

Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang yang

memiliki jiwa kewirausahaan. Dengan jiwa kewirausahaan tersebut

seorang wirausahawan dapat mengelola usahanya secara efektif.

Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai

tujuannya. Pendidikan formal di sekolah merupakan salah satu usaha

seseorang untuk mencapai kematangan intelektual. Hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan.

4. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan

Emosional dengan Efektivitas mengelola usaha

Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali,

mengelola dan membina hubungan dengan orang lain. Pengusaha yang

memiliki kecerdasan emosional yang baik, akan mampu mengelola usaha

dengan efektif karena tidak mengalami kesulitan dalam berhubungan

dengan orang lain. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha

untuk mencapai tujuannya. Tingkat pendidikan merupakan pendidikan

formal di sekolah sebagai usaha seseorang untuk mencapai kematangan

intelektual. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas

(51)

5. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara Jiwa

Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Jiwa kewirausahaan merupakan sikap kreatif dan inovatif yang

berorientasi ke depan. Untuk dapat mengelola usaha secara efektif seorang

wirausahawan membutuhkan sikap berorientasi ke depan. Efektivitas

mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya.

Penerapan business entity atau konsep kesatuan usaha merupakan

pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan usaha

untuk mengontrol sejauh mana perkembangan usaha secara finansial.

Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha

diduga dipengaruhi oleh penerapanbusiness entity.

6. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara

Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan

dan memotivasi diri. Kecerdasan emosional diperlukan seorang

wirausahawan agar dapat mengelola usaha secara efektif. Efektivitas

mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya.

Penerapanbusiness entity dapat digunakan untuk mengontrol sejauh mana

perkembangan usaha secara finansial. Hubungan antara kecerdasan

emosional dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh

(52)

N. Paradigma Penelitian

O. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan

dengan efektivitas mengelola usaha.

2. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan

emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

4. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan

emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

5. Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Jiwa

Kewirausahaan

Penerapan Business Entity

Tingkat Pendidikan Permodalan

Efektivitas Mengelola Usaha Kecerdasan

(53)

6. Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dilihat dari metodenya, jenis penelitian ini termasuk penelitian survey

yang dilakukan untuk mengambil generalisasi dari suatu pengamatan yang

tidak mendalam (Sugiyono, 1999:7). Dalam hal ini peneliti melakukan survey

terhadap pengelola usaha beserta dengan usaha yang dijalankan dengan

melakukan pengamatan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat:

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata

Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan

Universitas Gajah Mada Yogyakarta, pada bidang usaha toko kelontong

skala kecil dan menengah.

2. Waktu:

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember

(55)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau

beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Populasi penelitian ini adalah

semua wirausaha toko kelontong yang terdapat di lingkungan sekitar

kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas

Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

2. Sampel adalah bagian terkecil dari populasi yang memiliki tingkat

homogenitas yang hampir sama. Dalam penelitian ini akan diambil

sampel 100 unit usaha dengan pertimbangan sudah cukup untuk mewakili

populasi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling,

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 1999:78), pertimbangan tersebut adalah berkaitan dengan

karakteristik responden yang secara geografis letaknya masuk di

gang-gang sempit sehingga peneliti kesulitan untuk mendata karena

keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan tenaga.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Efektivitas Mengelola Usaha

Efektivitas mengelola usaha dikatakan baik jika suatu usaha berhasil

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh usaha itu sendiri. Sebaliknya

(56)

berhasil dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat

mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan, pengorganisasian,

pemasaran dan pengelolaan keuangan yang baik. Pengukuran variabel

efektivitas mengelola usaha didasarkan pada indikator-indikator yang

selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam

skala sikap. Kuesioner disadur dari penelitian Muhadi dan Saptono

(belum diterbitkan).

Tabel III. 1 Skor Pernyataan Efektivitas Mengelola Usaha

Skor Pernyataan No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 2 Kisi-Kisi Kuesioner Efektivitas Mengelola Usaha

Pernyataan Dimensi Indikator

Positif Negatif Kreativitas

Manajerial Interpersonal

Kepemimpinan

 Rencana bisnis

 Impian hidup

 Hasil terbaik

 Pengendalian dana/modal

 Pembagian tanggung jawab

 Semangat kerja

 Totalitas

 Kepercayaan diri

 Etika moral

 Pengambilan keputusan

1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8 9

10, 11

12, 13 14 15, 16

17,18

(57)

2. Jiwa Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dimiliki oleh orang yang memiliki

jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan merupakan rasa percaya diri

dalam mengelola usaha, kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi ke

depan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Data

variabel ini diungkap berdasarkan pendapat responden dan dapat diukur

berdasarkan indikator-indikator variabel. Masing-masing indikator

selanjutnya dijabarkan dalam pernyataan-pernyataan yang dinyatakan

dalam skala sikap dari Likert. Kuesioner disadur dari penelitian Muhadi

dan Saptono (belum diterbitkan).

Tabel III. 3 Skor Pernyataan Jiwa Kewirausahaan

Skor Pernyataan

No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 4 Kisi-Kisi Kuesioner Jiwa Kewirausahaan

Pernyataan Dimensi Indikator

Positif Negatif Jiwa

kewirausahaan

 Kreativitas

 Imajinasi

 Resiko

 Inovasi

 Pengembangan ide

 Kerja kelompok

 Kepercayaan diri

 Peraturan

 Penyesuaian diri

 Ilmu pengetahuan

 Cekatan

1 2, 3, 4 5, 6, 7, 8 9, 10 11

12, 13, 14, 15, 16 17, 18, 19

20, 21, 22, 23 24

(58)

 Orientasi karir/pekerjaan

 Kemampuan manajerial

 Bentuk kepribadian

 Gaya kepemimpinan

 Pencapaian

pertumbuhan usaha

 Pencapaian keuntungan

 Kondisi perasaan

 Pengendalian diri

30

31, 32

33 34 35, 36

37

38 39, 40

3. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali,

mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina

hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai

kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena

percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan

mental yang baik. Pengukuran variabel kecerdasan emosional didasarkan

pada indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk

pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Kuesioner disadur dari

penelitian Muhadi dan Saptono (belum diterbitkan). Berikut ini disajikan

tabel operasionalisasi variabel kecerdasan emosional.

Tabel III. 5 Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional Skor Pernyataan

No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3

(59)

Tabel III. 6 Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional Pernyataan Dimensi Indikator Positif Negatif Self Awarness/ mengenal emosi diri

 Mengetahui kekuatan

 Keyakinan akan kemampuan sendiri

 Mengenali keterbatasan diri sendiri

 Mengenali emosi sendiri

1 2 3 4 Self Regulation / mengelola emosi

 Menahan emosi dan dorongan negatif

 Menjaga norma kejujuran dan integritas

 Bertanggung jawab atas kinerja pribadi

 Luwes terhadap perubahan

 Terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru

5

6

7

8 9

Motivasi  Dorongan untuk menjadi lebih baik

 Menyesuaikan sasaran kelompok /organisasi

 Memanfaatkan kesempatan

 Kegigihan dalam memperjuangkan

10

11

12 13

Empati  Memahami

 Mengembangkan

 Pelayanan

 Menciptakan kesempatan dalam pergaulan

 Membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok

14 15 16 17 18 Social skill/memb ina hubungan

 Kemampuan persuasi

 Mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas

 Kemampuan menyelesaikan pendapat

 Semangatleadership

 Kolaborasi dan kooperasi

(60)

4. Permodalan

Modal adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha

meliputi modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman). Modal

tidak hanya penting untuk memulai bisnis akan tetapi juga membantu

dalam melanjutkan kegiatan operasi. Pengukuran variabel permodalan

didasarkan pada skala ordinal sebagai berikut:

Tabel III. 7 Kategorisasi dan Skor Permodalan

Jumlah Modal Kategori Skor

≥5.000.000 Besar 1

<5.000.000 Kecil 0

5. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia yang

mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia. Dalam penelitian

ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal terakhir yang

diselesaikan oleh responden. Pengukuran variabel pendidikan dalam

penelitian ini didasarkan pada skala ordinal sebagai berikut:

Tabel III. 8 Kategorisasi dan Skor Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Kategori Skor Perguruan Tinggi (D1, D2,

D3, S1, S2)

Pendidikan Tinggi 1

SD-SMP-SMA/SMK Sederajad

Pendidikan Rendah 0

6. PenerapanBusiness Entity

Business entity atau kesatuan usaha mengandung makna bahwa ada

(61)

karenanya transaksi yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan

adalah transaksi usaha (Chariri dan Ghozali, 2003). Pengukuran variabel

penerapan business entity didasarkan pada indikator-indikator yang

selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam

skala sikap. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel penerapan

business entity.

Tabel III. 9 Skor Pernyataan PenerapanBusiness Entity

Skor Pernyataan

No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 10

Gambar

Tabel IV. 9 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan
Tabel IV. 19 : Ringkasan Hasil Uji Normalitas .................................................
Tabel III. 1 Skor Pernyataan Efektivitas Mengelola Usaha
Tabel III. 3 Skor Pernyataan Jiwa Kewirausahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp .) dapat mengakibatkan kemandulan ( sterilizer ) oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan

[r]

kurs rupiah.. Variabel dependen yang digunakan adalah Net Asset Value reksadana syariah. Apakah Inflasi Berpengaruh Terhadap Net Asset Value Reksadana Syariah

First, relating to first research question about sources and learning aids, the teacher used several sources of instructional materials including (1) published

di berbagai lembaga yang ada sebelum UU No. 10/2004 diundangkan dan dikenal dengan keputusan yang bersifat tidak mengatur. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan

Manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya, dari zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang. Peradaban manusia telah mengalami kemajuan

(2) Kodiklatad dipimpin oleh Komandan Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat disingkat Dankodiklatad yang berkedudukan di bawah dan bertanggung

Makanya ketika saya menerima itu saya kirimlah nota dinas kepada saudara Zulkifli, saya kirim nota dinas, tolong dicek 038 apakah sudah benar, tolong itu, dan salah satu hal