PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN
PENERAPAN
BUSINESS ENTITY
TERHADAP HUBUNGAN
ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN
EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA
USAHA: SURVEI PADA TOKO KELONTONG SKALA KECIL
DAN MENENGAH DI KECAMATAN DEPOK
Survei pada usaha toko kelontong di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Di susun oleh:
Cicilia Istri Winarti O21334010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada:
1.Tuhan Yesus Kristus
2.Bapak Antonius Mujiyono dan Ibunda Lucia Budini yang menjaga dan
mencintaiku
3.Kakakku Albertus Winarto dan Bernadus Windarto serta Agustinus
Widayanto, yang mengasihiku
4.Mas Stepanus Winyanto yang menyayangiku
5.Teman-teman seperjuangan Ika, Ana, Rita, Hanik dan sahabat-sahabat
vii
ABSTRAK
PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN
BUSINESS ENTITYTERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA
KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA
Survei Pada Usaha Toko Kelontong di Lingkungan Sekitar Kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri
Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada
CICILIA ISTRI WINARTI Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, 2) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, 3) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, 4) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, 5) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dan 6) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2006. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi dengan memasukkan variabel dummy sebagai variabel moderator.
viii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF BUSINESS CAPITAL, EDUCATIONAL LEVEL, AND THE BUSINESS ENTITY APPLICATION TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT, THE
EMOTIONAL INTELLIGENCE AND THE BUSINESS MANAGEMENT EFFECTIVENESS
A Survey on the Business of “kelontong” Shops surrounding Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah
Mada University CICILIA ISTRI WINARTI
Sanata Dharma University Yogyakarta
2007
This study was aimed to reveal; 1) the influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 2) the influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 3) the influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 4) the influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 5) the influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 6) the influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness.
This study was conducted in Depok District, Sleman Regency, Yogyakarta that took place in the surroundings of Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah Mada University from November to December 2006. The Samples were taken by using the ‘purposive sampling’ technique and the data was gathered by the mean of questionnaires. The gathered data was then analyzed by the use of the technique of ‘regression analysis’ by putting in the ‘dummy’ variable as the moderate variable.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul... i
Lembar Pengesahan ... ii
Susunan Panitia Penguji ... iii
Halaman Motto... iv
Halaman Persembahan ... v
Pernyataan Keaslian Karya ... vi
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Lampiran ... xv
Kata Pengantar ... xvi
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
Bab II Kajian Pustaka A. Efektivitas Mengelola Usaha ... 8
B. Jiwa Kewirausahaan... 11
x
D. Permodalan... 19
E. Tingkat Pendidikan ... 21
F. PenerapanBusiness Entity... 23
G. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 24
H. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 26
I. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 27
J. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 28
K. Pengaruh PenerapanBusiness EntityTerhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 29
L. Pengaruh PenerapanBusiness EntityTerhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 30
M. Kerangka Berpikir ... 32
N. Paradigma Penelitian... 35
O. Hipotesis Penelitian... 35
Bab III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 38
xi
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Pengujian Instrument Penelitian ... 45
G. Teknik Analisis Data... 50
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Deskripsi Data ... 55
B. Persyaratan Analisis Data ... 74
C. Pengujian Hipotesis... 75
D. Pembahasan... 82
Bab V Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan ... 94
B. Keterbatasan Penelitian ... 97
C. Saran... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 100
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III. 1 : Skor Pernyataan Efektivitas Mengelola Usaha ... 39
Tabel III. 2 : Kisi-kisi Kuesioner Efektivitas Mengelola Usaha ... 39
Tabel III. 3 : Skor Pernyataan Jiwa Kewirausahaan ... 40
Tabel III. 4 : Kisi-kisi Kuesioner Jiwa Kewirausahaan ... 40
Tabel III. 5 : Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional... 41
Tabel III. 6 : Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional ... 42
Tabel III. 7 : Kategorisasi dan Skor Permodalan ... 43
Tabel III. 8 : Kategorisasi dan Skor Tingkat Pendidikan ... 43
Tabel III. 9 : Skor Pernyataan PenerapanBusiness Entity... 44
Tabel III. 10 : Kisi-kisi Kuesioner PenerapanBusiness entity... 44
Tabel III. 11 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Efektivitas Mengelola Usaha ... 46
Tabel III. 12 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 47
Tabel III. 13 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Kecerdasan Emosional... 48
Tabel III. 14 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Penerapan Business Entity... 49
xiii
Tabel IV. 2 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas
Mengelola Usaha Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil... 57
Tabel IV. 3 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas
Mengelola Usaha Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan
Tinggi ... 58
Tabel IV. 4 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas
Mengelola Usaha Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan
Rendah... 59
Tabel IV. 5 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas
Mengelola Usaha pada Wirausaha Dengan Penerapan Business
EntityTinggi ... 60
Tabel IV. 6 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas
Mengelola Usaha pada Wirausaha Dengan Penerapan Business
EntityRendah ... 61
Tabel IV. 7 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan
Pada Wirausaha Yang Bermodal Besar ... 62
Tabel IV. 8 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan
Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil ... 63
Tabel IV. 9 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan
Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Tinggi ... 64
Tabel IV. 10 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan
xiv
Tabel IV. 11 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan
Pada Wirausaha Dengan PenerapanBusiness EntityTinggi... 66
Tabel IV. 12 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan
Pada Wirausaha Dengan PenerapanBusiness EntityRendah ... 67
Tabel IV. 13 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan
Emosional Pada Wirausaha Yang Bermodal Besar ... 68
Tabel IV. 14 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan
Emosional Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil... 69
Tabel IV. 15 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan
Emosional Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Tinggi 70
Tabel IV. 16 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan
Emosional pada Wirausaha dengan Tingkat Pendidikan Rendah 71
Tabel IV. 17 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan
Emosional Pada Wirausaha dengan Penerapan Business Entity
Tinggi ... 72
Tabel IV. 18 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan
Emosional Pada Wirausaha dengan Penerapan Business Entity
Rendah... 73
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Kuesioner ... 103
Lampiran 1 : Tabel Data Penelitian ... 115
Lampiran 2 : Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 137
Lampiran 3 : Pengujian Deskriptif Data ... 152
Lampiran 4 : Perhitungan PAP Tipe II ... 170
Lampiran 5 : Pengujian Normalitas ... 177
xvi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar. Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Proses penulisan skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan serta
dukungan dari banyak pihak. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih dengan tulus kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak S. Widanarto P., S.Pd, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi.
4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini.
5. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing II dan Bapak
selaku tim penguji yang telah berkenan memberikan bimbingan dan
pengarahan selama penulisan skripsi ini.
6. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd. selaku tim penguji.
7. Bapak L. Saptono, S.Pd, M.Si yang telah membantu dan membimbing selama
xvii
8. Segenap dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi
Pendidikan Akuntansi, yang telah memberikan bantuan penulis selama penulis
duduk di bangku kuliah.
9. Para wirausaha toko kelontong di kecamatan Depok khususnya di lingkungan
sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas
Negeri Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner sehingga penulis memperoleh
data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
10. Bapak Antonius Mujiyono dan Ibunda Lucia Budini, yang selalu memberikan
doa restu, kasih sayang, dukungan, perhatian yang melimpah serta
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata
Dharma.
11. Kakakku Albertus Winarto dan Bernadus Windarto, serta adikku Agustinus
Widayanto yang mendoakan dan memberikan dukungan.
12. Mas Stepanus Winyanto yang telah mendoakan, memberi motivasi dan
menyayangi serta mengasihi.
13. Teman-teman seperjuangan PAK’02 yang terkasih terutama Ika, Ana, Rita,
Hanik, Lia dan lain-lain.
Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang mempunyai naluri yang sama untuk bisa mempunyai
penghasilan sendiri dan untuk bisa memiliki penghasilan, manusia harus
berusaha. Menurut Saparudin dan Iskandar (2004:1), usaha adalah suatu
kegiatan yang dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok untuk mendapat
penghasilan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Usaha yang dimaksud
adalah usaha kecil dan menengah yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak dua ratus juta atau penjualan tahunan dibawah satu milyar.
Bekerja untuk memperoleh penghasilan tidak hanya dilakukan dengan
menjadi karyawan ataupun bekerja pada orang lain tetapi bekerja bisa
dilakukan dengan mendirikan suatu usaha sendiri dengan berwirausaha.
Namun, kenyataan sehari-hari sering tidak mendukung upaya menciptakan
masyarakat wirausaha. Contohnya yang sederhana sebagian orang masih ingin
menjadi pegawai negeri atau pegawai suatu perusahaan dibandingkan dengan
berwirausaha.
Sebenarnya semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi wirausaha. Inilah saatnya untuk mewujudkan suatu kemandirian dan
melepaskan diri dari ketergantungan yang sudah menjadi ciri karakteristik
negara sedang berkembang ataupun negara miskin. Pencabutan subsidi BBM
merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan. Saat ini kita mulai
dilatih untuk mandiri dan bertahan. Jika ternyata kita bisa bertahan dan
mampu mencapai kemajuan berarti sedikit demi sedikit kita bisa melepaskan
diri dari jeratan kemiskinan. Berjuang dan berusaha keras merupakan modal
utama untuk bisa menggapai kemajuan, mencari peluang menuju sukses
dengan menjadi pencipta lapangan pekerjaan juga merupakan perwujudan dari
kemandirian.
Bekerja keras memang bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan, di
sini diperlukan mental yang kuat karena hanya dengan bekerja orang bisa
memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.
Untuk menjadi pengusaha itu tak mengenal usia tua atau muda, kaya atau
miskin, jenius atau tidak, mahasiswa atau bukan, sudah sarjana atau belum dan
gelar formal seseorang itu bukanlah jaminan atau faktor penentu satu-satunya
untuk kita berhasil menjadi pengusaha.
Keberhasilan seseorang menjadi pengusaha sangat bergantung pada
kemampuan kita untuk merekayasa diri melalui pengalaman hidup di luar
keluarga. Kegagalan merupakan pengalaman hidup yang biasa dilalui oleh
seorang wirausaha, karena dalam mencapai sukses memang harus melalui
rintangan yang tidak ringan oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiliki
dasar yang kuat agar bisa menghadapi tantangan dalam bisnisnya
(Adiprigandari, Republika 8 September 2004).
Dalam rangka mencapai efektifitas mengelola usaha seorang wirausaha
juga harus mampu berpikir kreatif. Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan
yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik
dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan
berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda),
dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan
tantangan).
Menjadi pengusaha sukses tentunya menjadi dambaan semua orang yang
menekuni dunia usaha. Mencapai sukses harus melalui rintangan yang tidak
ringan, banyak diantaranya yang putus asa setelah gagal berulang kali dalam
menekuni bisnisnya. Menjadi pengusaha memang tidak bisa hanya bermodal
nekat, seorang pengusaha harus memiliki kecerdasan emosional agar bisa
menghadapi tantangan dalam bisnisnya.Emitonal Intelligenceatau kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa (Goleman
1999;45).
Apabila seorang wirausaha memiliki kecerdasan emosional yang tinggi
diduga dia dapat mengelola usahanya dengan baik sehingga tujuan dapat
dicapai dengan efektif. Untuk melihat efektivitas dalam mengelola usaha
peneliti menggunakan permodalan, tingkat pendidikan dan penerapanbusiness
entity sebagai variabel moderator. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
permodalan merupakan sektor penting dalam menjalankan suatu usaha.
permodalan tingkat pendidikan seseorang diduga juga berpengaruh terhadap
pola seseorang dalam menjalankan suatu usaha karena pendidikan merupakan
perbuatan fundamental manusia yang mengubah menentukan dan membangun
hidup manusia (Tanlain,1996:18).
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan efektivitas
mengelola usaha adalah penerapanbusiness entityyang merupakan pemisahan
kas usaha dengan kas pribadi atau pemisahan kepentingan pribadi pemilik
dengan perusahaan (usaha). Prinsip ini menunjukkan bahwa dalam usaha
pemisahan kekayaan perlu dilakukan karena kekayaan usaha tidak sama
dengan kekayaan pribadi. Pemisahan kekayaan juga bermanfaat untuk
memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana
perkembangan usaha secara finansial.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian tentang “Pengaruh Permodalan, Tingkat
Pendidikan dan Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara
Jiwa Kewirausahaan dan Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas
Mengelola Usaha: Survei Pada Toko Kelontong Skala Kecil dan
Menengah di Kecamatan Depok.”
B. Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan adanya keterbatasan
dari penelti, maka penelitian ini memfokuskan perhatian pada faktor jiwa
efektivitas mengelola usaha. Sebagai variabel moderator yang terkait dengan
variabel-variabel tersebut adalah permodalan, tingkat pendidikan, dan
penerapanbusiness entity.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?
2. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan
emosional dengan efektivitas mengelola usaha?
3. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?
4. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?
5. Apakah ada pengaruh penerapan business entityterhadap hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?
6. Apakah ada pengaruh penerapan business entityterhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa
2. Untuk mengetahui pengaruh permodalan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.
5. Untuk mengetahui pengaruh penerapanbusiness entity terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.
6. Untuk mengetahui pengaruh penerapanbusiness entity terhadap hubungan
antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi mahasiswa, penelitian ini bermanfaat:
a. Agar dapat mengetahui dan memahami masalah efektifitas
mengelola usaha.
b. Melatih dan mengaplikasikan pengetahuan teoretik ke dalam dunia
praktik.
2. Bagi wirausaha, penelitian ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan
pikiran bagi wirausaha agar dapat meningkatkan efektivitas mengelola
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Efektivitas Mengelola Usaha
1. Pengertian Efektivitas Mengelola Usaha
Suryana (2003:95) menjelaskan bahwa dalam mengelola suatu
usaha terdiri dari dua aspek yaitu perencanaan usaha dan pengelolaan
keuangan. Perencanaan usaha merupakan suatu cetak biru tertulis yang
berisikan misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian strategi dan
peluang yang mungkin diraih. Pengelolaan keuangan berarti bagaimana
mengusahakan sumber dana, menggunakan dan mengendalikan dana
perusahaan.
Masatsugu (1991) menjelaskan bagaimana menjalankan
perusahaan antara lain dengan menjaga tujuan agar selalu terlihat jelas,
memiliki gambaran transaksi keuangan, mengetahui titik impas,
mengusahakan biaya semurah-murahnya, menghilangkan yang tidak
diperlukan dan efisiensi tinggi.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa
hasil, berhasil guna. Menurut Anthony, Dearden dan Norton (1992:14)
efektivitas diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan. Semakin besar kontribusi keluaran yang
dihasilkan terhadap nilai pencapaian tujuan/sasaran tersebut, maka dapat
(1993) adalah derajat keberhasilan suatu organisasi sampai seberapa jauh
suatu organisasi dapat dinyatakan berhasil dalam usaha untuk mencapai
apa yang menjadi tujuannya. Dari uraian tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa efektivitas mengacu pada suatu keberhasilan suatu unit
usaha untuk mencapai tujuannya.
2. Dimensi Mengelola Usaha
Adiprigandari (www.republika.com) mengungkapkan seorang
pengusaha harus memiliki beberapa dasar yang kuat agar dapat mengelola
usaha dengan baik. Dasar-dasar tersebut antara lain:
a. Semangat kerja. Mencintai apa yang dikerjakan sehingga membuatnya
terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika
menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru
belajar dari kegagalan.
b. Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud
dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi pikiran
akan terfokus dan memudahkan untuk mencapai apa yang diinginkan.
c. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan
kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan
yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus
diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan bisa segera
d. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu, dan pikiran untuk pekerjaan.
Kadangkala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh
hari seminggu agar impianya segera terwujud.
e. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses
produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian,
ia bisa mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia
juga tidak mudah dibohongi bawahannya.
f. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang
ingin Anda kerjakan dan hidup Anda tidak ditentukan oleh atasan
melainkan diri sendiri adalah Anda sendiri.
g. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan. Uang
hanya ukuran keberhasilan. Bila sukses uang akan datang dengan
sendirinya.
h. Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan karena
tanpa mereka bisnis tidak akan berjalan. Karena itu, karyawan harus
diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan.
i. Memiliki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas
yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Moralitas ini menjadi penting
karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak terjebak pada praktik
bisnis yang menghalalkan segala cara.
j. Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan
alam. Berbagai ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi
tempat baginya untuk terus mengasah pengetahuan dibidangnya.
k. Rencana bisnis. Seorang pengusaha selalu memiliki rencana bisnis
yang akan dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting
sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Ketika menyusun
rencana bisnis biasanya seorang pengusaha melibatkan konsultan
bisnis professional.
l. Hasil terbaik. Pengusaha sukses selalu ingin mencapai prestasi
terbaiknya. Prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit
diganti apapun.
B. Jiwa Kewirausahaan
1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan adalah rasa percaya diri (yakin, optimis, dan
penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif
berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa
kepemimpinan (berani tanpil berbeda), dan berani mengambil resiko
dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Suryana,
2003:2). Seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh
pola-pola tingkat laku sebagai berikut:
a. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima
b. Keberanian untuk mengambil resiko, yaitu usaha untuk menimbang
dan menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan dalam
menghadapi ketidakpastian.
c. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajeman meliputi: perencanaan, usaha
untuk mengkoordinir, usaha untuk menjaga kelancaran usaha dan
usaha untuk mengawasi serta mengevaluasi usaha.
d. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan
mengarahkan tujuan usaha
2. Dimensi Jiwa Kewirausahaan
Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan orang-orang yang
memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan (Suryana, 2003) yaitu:
a. Percaya diri (self-confidence).
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan
seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik
sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk
memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan
yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai
keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan.
Seorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki
b. Berinisiatif
Inisiatif berarti usaha (tindakan) yang mula-mula, prakarsa. Jadi
sifat berinisiatif ini harus selalu dimiliki oleh seseorang yang memiliki
jiwa kewirausahaan.
c. Memiliki motif berprestasi
Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada
hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara
pribadi.
d. Memiliki jiwa kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil
berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan
kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan
jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera
berada dipasar.
e. Berani mengambil resiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan
salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak
mau mengambil resiko akan sukar memulai atau berinisiatif.
C. Kecerdasan Emosional
Hernowo (www.mizan.com) menyatakan bahwa emosi sama
dengan keterlibatan atau proses pelibatan, emosi akan melibatkan
seseorang dalam suatu kegiatan yang membuat seseorang menaruh
perhatian kepada apa yang sedang dipelajarinya, ini bisa terjadi karena
emosi menghubungkan sesuatu yang berada diluar dengan diri pribadi
seseorang. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak rencana
seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara
berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu-ke waktu. Lebih lanjut
dalam kamus bahasa Inggris Oxford mendefinisikan “emotional is
expressing emotion especially liable to emotion arousing emotion”, yaitu
suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, serangkaian kegiatan untuk
bertindak.
Dameria (http://ganeca.blogspirit.com) menyatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali,
mengekspresikan, dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri
maupun emosi orang lain, dengan tindakan konstruktif, yang
mempromosikan kerja sama sebagai tim yang mengacu pada produktivitas
dan bukan pada konflik. Verina (http://dokter.indo.net.id) menjelaskan
bahwa kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri semangat dan
ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati
dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk
memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk
menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin. Lebih lanjut pakar
psikologi Cooper dan Sawat (1998) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara
selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan
pengaruh yang manusiawi.
a. Menurut Goleman (1999:45) kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi
frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Lebih
lanjut Harifa (http://www.ekafood.com) mengungkapkan bahwa
kecerdasan emosi wirausaha mencakup dua hal yang penting yaitu
kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecakapan pribadi mencakup
soal bagaimana kita mengelola diri sendiri. Tiga unsur terpenting
untuk menilai kecakapan pribadi seseorang adalah sebagai berikut.
b. Kesadaran diri. Menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri
dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan
keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri atau percaya diri.
c. Pengaturan diri. Menyangkut kemampuan mengelola emosi –emosi
dan desakan-desakan yang merusak, memelihara norma kejujuran dan
menghadapi perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap
gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru.
d. Motivasi. Menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi lebih baik,
komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme
dalam menghadapi halangan dan kegagalan.
Kecakapan sosial menyangkut soal bagaimana kita menangani
suatu hubungan. Dua unsur terpenting untuk menilai kecakapan sosial
seseorang adalah sebagai berikut.
a. Empati. Ini menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain,
perspektif orang lain, dan berminat terhadap kepentingan orang lain.
Juga kemampuan mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi
kebutuhan pelanggan. Mengatasi keseragaman dalam membina
pergaulan, mengembangkan orang lain, dan kemampuan membaca
arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan
kekuasaan, juga tercakup didalamnya.
b. Keterampilan sosial. Termasuk dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk
menyakinkan orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas dan
menyakinkan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok,
memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan mengatasi silang
pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan sinergi
kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.
Dengan kata lain keberhasilan menjadi wirausaha itu berkaitan erat
diuraikan Daniel Goleman dalam karya-karyanya (1999).
Sekurang-kurangnya dapat dikatakan bahwa untuk menjadi wirausaha sukses
diperlukan kecerdasan intrapersonal (kecakapan pribadi dan kecerdasan
interpersonal (kecakapan sosial). Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan
mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.
Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi,
dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu
menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.
2. Dimensi Kecerdasan Emosional
Harmoko (www.binuscareer.com) mengungkapkan untuk
mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional pakar psikologi
Salovey memberikan beberapa arahan agar dapat mengenali dan
mengembangkan kecerdasan emosi.
a. Mengenali emosi diri sendiri. Mengenali perasaan sewaktu perasaan
yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional.
Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu
merupakan hal penting bagi pemahaman diri. Ketidakmampuan
mencermati perasaan kita sesungguhnya menempatkan kita dalam
lingkungan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih
mampu mengenali kepekaan lebih tinggi akan keadaan emosi yang
dirasakan saat itu.
b. Mengelola emosi. Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan
pas adalah kecakapan yang tergantung pada kesadaran diri.
Kemampuan untuk menghibur diri, melepaskan kecemasan
kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat-akibat yang muncul
karena kegagalan keterampilan emosional dasar ini.
c. Memotivasi diri. Penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan
adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian
untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri serta ia mampu
melakukan kreasi secara bebas. Pengendalian emosi seperti menahan
diri dari suatu kepuasan dan pengendalian dorongan hati sebagai
landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
d. Memahami emosi orang lain. Kita sering mendengar kata empati,
adalah kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri
emosional, merupakan keterampilan bergaul atau berinteraksi dengan
orang lain. Jika kita diberikan kemampuan empati yang tinggi, situasi
demikian dapat mengarahkan pekerjaan yang cocok untuk individu
seperti ini seperti bidang keperawatan, mengajar, penjualan dan
manajemen.
e. Membina hubungan. Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita
mampu mengenali, hal lain yang dapat perlu dilakukan untuk
hubungan dengan membina hubungan tersebut. Keterampilan
membina hubungan merupakan bagian dari keterampilan sosial ini
dapat menunjang kita dalam mengembangkan pergaulan. Hal ini dapat
dilakukan dengan kita melakukan komunikasi.
f. Berkomunikasi “dengan jiwa”. Tidak hanya menjadi pembicara
terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara
juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan
penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu
membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang
dengan reaksi atau penilaian. Ingat kita diberikan dua buah telinga dan
satu mulut banyaklah mendengar sedikitlah berbicara dengan demikian
kita mampu memahami apa yang orang lain inginkan, sehingga kita
mampu memposisikan diri kita pada situasi dan kondisi yang tepat.
D. Permodalan
Modal dapat disamakan dengan dana. Jadi yang dimaksud dengan
permodalan adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha seperti
modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman). Modal tidak hanya
penting untuk memulai bisnis akan tetapi juga penting dalam melanjutkan
kegiatan operasi (Suseno, 2004:95). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang,
melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya)
kekayaan. Definisi modal dalamStatement Of Financial Accounting Concept
No.6 (Chariri dan Gozhali, 2003) merupakan hak sisa terhadap aktiva suatu
entitas setelah dikurangi hutang. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa
terdapat dua karakteristik modal, yaitu :
1. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan
dengan hutang perusahaan
2. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan
aktiva neto baik yang berasal dari sumber pendapatan dan biaya maupun
investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.
Menurut Saparudin dan Iskandar (2004:56) pengeluaran dalam suatu
jenis usaha dapat dikelompokkan dalam dua jenis pengeluaran yaitu:
1. Modal investasi
Modal investasi adalah biaya untuk pembelian barang yang bersifat
investasi. Setiap usaha harus mengeluarkan biaya investasi agar dapat
beroperasi. Contoh dari modal investasi adalah gedung tempat usaha dan
peralatan.
2. Modal kerja
Modal kerja adalah uang yang diperlukan untuk pengeluaran biaya
sehari-hari guna menjalankan usaha. Usaha yang ditekuni harus berjalan
beberapa waktu sebelum ada pemasukan uang dari penjualan maka
diperlukan modal kerja untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran seperti
membeli persediaan bahan baku dan barang jadi, promosi, gaji karyawan,
E. Tingkat Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur
hidup. Pendidikan (proses mendidik dan dididik) merupakan perbuatan
fundamental manusia, yang mengubah, menentukan dan membangun hidup
manusia (Tanlain, 1996:18). Intisari atau hakikat dari pendidikan itu adalah
perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia, menjadi pribadi
dewasa susila, atau lebih dikenal dengan pemanusiaan manusia muda.
Manusia dewasa susila inilah yang merupakan tujuan umum yang ingin
dicapai dalam pendidikan.
Jika berbicara mengenai tujuan pendidikan, Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa kita janganlah sampai terabaikan. Seperti yang telah
kita ketahui bersama bahwa Negara kita mempunyai pandangan hidup yang
telah menjadi tuntunan hidup dan tujuan kehidupan bernegara yang kita kenal
dengan Pancasila. Nilai- nilai luhur manusiawi yang terkandung dalam lima
sila dalam Pancasila hendaknya dipahami, dimiliki, dihayati, dan dijadikan
pedoman bertindak setiap warga Negara. Tujuan Pendidikan Nasional
Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
Pendidikan Nasional sesuai dengan isi UU SISDIKNAS (Depdiknas, 2003)
Pasal 3 dan Penjelasan Pasal 15 adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang
Maha Esa
2. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab
3. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan
kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa
Indonesia
4. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap
lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup serta memanfaatkan sumber daya alam secara efektif
dan efisien.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa negeri kita ini telah lebih dari
20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun (1984) dan
telah lebih dari 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun (1994). Adapun maksud dan tujuan pelaksanan wajib belajar adalah
memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan
biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Jika perlu
pendidikan dasar sembilan tahun (Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah
Pertama) seharusnya dapat diberikan secara gratis, karena dalam pendidikan
diberikan diantaranya membaca, menulis, berhitung serta dasar berbagai
pengetahuan lain.
F. PenerapanBusiness Entity
Business Entity atau kesatuan usaha tidak dapat dipisahkan dari konsep
modal.Business entitydalam hal ini lebih dikenal dengan teori entitas (Chairi
dan Gozhali, 2003) mengandung makna bahwa ada pemisahan antara
kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan (usaha), karenanya transaksi
yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi milik
perusahaan. Suatu usaha dianggap atas nama kepentingan sendiri dan terpisah
dari pemilik. Konsep kesatuan usaha memiliki dua versi pandangan, yaitu:
1. Versi Tradisional
Perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (pemegang saham)
yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan, dengan demikian
perusahaan harus melaporkan status pendanaan dan perolehan investasi
yang dilakukan pemilik.
2. Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan (usaha) beroperasi atas
namanya sendiri dan berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya
sendiri.
Seorang pengusaha pasti mempunyai tujuan dalam membuka usahanya
dan kebanyakan tujuan membuka usaha adalah memberi nilai tambah dalam
memberi nilai tambah ini, maka dalam penyelenggaraan usaha berlaku suatu
dasar landasan bahwa setiap kegiatan ekonomi dapat didefinisikan secara
spesifik dengan pihak tertentu yang harus mempertanggungjawabkan. Dengan
perkataan lain aktiva suatu unit usaha harus dipisahkan atau dibedakan dengan
kekayaan pribadi pemiliknya.
Prinsip yang berkembang dalam akuntansi dimana keuangan suatu unit
usaha dianggap sebagai kekuatan ekonomi yang terpisah dari pihak-pihak
yang berkepentingan dengan sumber-sumber usaha sehingga menjadikan
kejelasan bagi para pengusaha untuk melihat kondisi usahanya. Pemisahan
kekayaan penting dilakukan karena kekayaan suatu unit usaha tidak sama
dengan kekayaan pribadi. Dengan model pencatatan transaksi keuangan yang
sederhana (model warung), hutang piutang, pendapatan, piutang yang masih
harus diterima, biaya yang masih harus dibayar, penyusutan, misalnya tidak
diakui. Mau tidak mau demi konsistensi menampilkan laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan usaha, hal ini harus diakui dan dicatat
(Herni, http://www.unitedfood.com). Pemisahan kekayaan juga bermanfaat
untuk memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana
perkembangan usaha secara finansial.
G. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan
dengan Efektivitas Mengelola Usaha
Modal dapat disamakan dengan dana. Modal tidak hanya penting
operasi. Modal adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha
meliputi modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman) (Suseno,
2004). Dengan demikian pengertian modal bukan hanya uang, pengertian
modal seharusnya dikaitkan dengan usaha atau upaya. Modal dapat berupa
uang atau barang. Semakin besar modal yang ada, makin besar pula
kemungkinan ukuran usaha yang dijalankan. Modal memberikan peluang yang
luas bagi pengembangan usaha, oleh sebab itu terbatasnya modal/dana sering
menyebabkan kesempatan untuk mengembangkan usaha akan berlalu begitu
saja. Jika pengusaha memiliki modal yang cukup maka kesempatan untuk
mengembangkan usaha dapat mereka dapatkan. Kita sering mendengar banyak
pengusaha yang terpaksa menutup usahanya karena kekurangan modal.
Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang yang
memiliki jiwa kewirausahaan yaitu orang yang percaya diri, berinisiatif,
memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan berani
mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan)
(Suryana, 2003). Seorang wirausahawan yang memiliki jiwa kewirausahaan
tersebut akan mampu menggunakan modal yang dimilikinya dengan baik
sehingga dapat mengelola usahanya secara efektif. Penulis menduga, semakin
besar modal yang dimiliki semakin dapat seseorang menjalankan usahanya
dengan efektif. Dengan modal ini pengusaha tidak perlu khawatir masalah
yang berkaitan dengan pendanaan untuk membiayai pengembangan usahanya
dengan melakukan inovasi baru. Dari penjelasan tersebut penulis menduga,
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin kecil
modal, diduga semakin rendah derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan
dengan efektivitas mengelola usaha.
H. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.
Seorang pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional lebih mampu
mengendalikan dan memotivasi diri. Hidup sangat berarti baginya, mengelola
dan menyatakan emosi dengan tepat, bersifat tegas tetapi tetap seimbang,
merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan sosial
dimana pengusaha itu tinggal, cenderung suka berteman, spontan, jenaka, dan
terbuka terhadap pengalaman inderawi (Andan, 2006). Kecerdasan emosional
yang tinggi menunjang keberhasilan seorang pengusaha dalam menjalankan
usahanya. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mampu
mengelola modal yang dimilikinya dengan baik. Modal sendiri dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Jumlah modal yang
besar memungkinkan seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha maupun
pengembangan usaha dengan melakukan inovasi baru, sehingga ia dapat
mengembangkan usahanya lebih cepat dibandingkan dengan pengusaha yang
hanya memiliki jumlah modal kecil. Dari penjelasan tersebut, penulis
menduga bahwa semakin besar jumlah modal yang dimiliki seorang pedagang
semakin tinggi derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan
semakin rendah derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan
efektivitas mengelola usaha.
I. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa
Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha.
Pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia yang
mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia (Tanlain, 1996).
Hakikat dari pendidikan itu adalah perbuatan yang menyebabkan manusia
menjadi manusia, menjadi pribadi dewasa susila, atau lebih dikenal dengan
pemanusiaan manusia muda. Melalui pendidikan seseorang diharapkan
mampu mencapai kematangan intelektual dan emosional. Kemampuan
seseorang dalam mengelola usaha dapat dipengaruhi oleh kematangan
intelektual dan emosionalnya. Pendidikan formal di sekolah merupakan salah
satu usaha seseorang untuk mencapai kematangan intelektual.
Seorang wirausahawan yang kreatif dan inovatif akan dapat mengelola
usahanya dengan efektif. Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan
oleh orang yang memiliki jiwa kewirausahaan yaitu orang yang percaya diri,
berinisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan dan
berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Jiwa kewirausahaan
dapat dikembangkan dengan cara terus belajar dan tidak takut dalam
menghadapi tantangan. Sekolah merupakan salah satu sarana belajar yang
dapat digunakan untuk membangun hidup manusia dengan meningkatkan
semakin rasional cara berpikirnya. Hal ini akan berpengaruh pada
keputusan-keputusan usaha yang diambil. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat. Pengetahuan inilah yang nantinya berpengaruh
pada perkembangan jiwa kewirausahaan seseorang yang akan semakin tinggi
sehingga semakin efektif dalam mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, diduga semakin tinggi derajat hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin
rendah tingkat pendidikan, diduga semakin rendah derajat hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.
J. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.
Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali,
mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan
orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosional
tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu
menguasai emosi (dengan mental yang sehat) (Harmoko,
www.binuscareer.com). Pendidikan dilingkungan sekolah memungkinkan
seseorang dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya melalui interaksi
dan komunikasi dengan orang lain dengan berbagai karakteristik yang berbeda
selama berinteraksi adalah pembelajaran yang sangat penting bagi
perkembangan kecerdasan emosi. Pengusaha yang memiliki kecerdasan
emosional yang baik akan mampu mengelola usaha dengan efektif. Ia tidak
mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain sehingga mudah
menjalin relasi bisnis, tidak mudah putus asa, serta mampu mengendalikan
dan memotivasi diri. Berdasar uraian diatas penulis menduga bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin seseorang dapat mengelola emosinya
dengan baik, dan berdampak pada kemampuan mengelola usahanya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan diduga semakin tinggi derajat hubungan antara
kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya
semakin rendah tingkat pendidikan, diduga semakin rendah derajat hubungan
antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.
K. Pengaruh PenerapanBusiness Entity Terhadap Hubungan Antara Jiwa
Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha.
Menerapkan konsep kesatuan usaha adalah suatu upaya untuk
memisahkan antara kekayaan pribadi pemilik dengan kekayaan usaha.
Implikasi dari konsep tersebut adalah bahwa dalam menjalankan suatu usaha
pelaku usaha harus bisa membedakan antara catatan pribadi pemilik dengan
catatan usaha. Pemisahan tersebut akan semakin menegaskan dan dapat
digunakan untuk mengetahui kemajuan suatu usaha dengan lebih jelas dan
terinci. Melalui laporan yang dibuat kita dapat melihat suatu usaha dalam
maupun kerugian jika hasilnya defisit atau rugi. Dengan penerapan konsep
kesatuan usaha ini pelaku usaha akan semakin dimudahkan dalam mengontrol
ataupun mengendalikan kegiatan usahanya.
Dengan demikian bisa diharapkan bahwa penerapan business entity
atau konsep kesatuan usaha dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dalam
menjalankan usaha agar usaha dapat dijalankan semakin efektif. Untuk dapat
mengelola usahanya dengan efektif seorang wirausahawan membutuhkan
sikap kreatif, berorientasi ke depan, inovatif dan percaya diri (Suryana, 2003).
Seorang wirausaha yang memiliki sikap berorientasi ke depan akan selalu
mengontrol atau melihat sampai dimana perkembangan usaha secara finansial.
Dari penjelasan tersebut, penulis menduga penerapan business entity lebih
memungkinkan pengusaha untuk mengontrol sampai sejauh mana usahanya
berkembang sehingga dapat mengelola usaha dengan efektif. Semakin tinggi
penerapanbusiness entitydiduga semakin tinggi derajat hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin
rendah penerapan business entity, diduga semakin rendah derajat hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.
L. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.
Menerapkan konsep kesatuan usaha (Business Entity) sangat
menguntungkan dalam mengelola usaha sebab usaha dapat dikontrol dan
kekayaan pemilik tentu saja akan bisa membedakan sejauh mana kontribusi
yang dihasilkan dari suatu usaha. Pendapatan ataupun kerugian akan mudah
untuk diketahui sehingga pengelola usaha bisa mengendalikan usahanya agar
dapat berjalan dengan efektif. Perkembangan usaha dapat selalu dipantau
sehingga pengelola usaha dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana
ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mengatasinya dengan
cepat dan baik. Dengan memiliki kecerdasan emosional seorang pengusaha
dapat mengambil keputusan secara bijaksana. Kecerdasan emosional mutlak
diperlukan oleh seorang pengusaha agar dapat menjalankan usahanya secara
efektif. Ketika seorang pengusaha mengontrol usahanya dan menemukan
adanya krisis, dengan kecerdasan emosional yang baik ia akan menganggap
bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan adanya peluang dalam
situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai konflik. Berdasar uraian diatas,
penulis menduga bahwa penerapan business entity dapat digunakan sebagai
alat untuk mengontrol sejauh mana usaha dijalankan, dan akan berdampak
pada efektivitas mengelola usaha. Semakin tinggi penerapan business entity
diduga semakin tinggi derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan
efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin rendah penerapan business
entity, diduga semakin rendah derajat hubungan antara kecerdasan emosional
M. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan
dengan Efektivitas Mengelola Usaha
Jiwa kewirausahaan merupakan sikap kreatif dan inovatif. Seorang
wirausahawan yang kreatif dan inovatif dapat mengelola usahanya dengan
efektif. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk
mencapai tujuannya. Modal adalah semua dana yang tersedia untuk
menjalankan usaha seperti modal sendiri serta utang (pinjaman).
Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha
diduga sangat dipengaruhi tingkat permodalan.
2. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
dengan Efektivitas Mengelola Usaha
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan
dan memotivasi diri. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi, dapat mengelola usahanya secara efektif karena mampu
mengendalikan dan memotivasi diri. Efektivitas mengacu pada
keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya. Modal
merupakan semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha meliputi
modal sendiri serta utang (pinjaman). Hubungan antara kecerdasan
emosional dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh
3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa
Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha
Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang yang
memiliki jiwa kewirausahaan. Dengan jiwa kewirausahaan tersebut
seorang wirausahawan dapat mengelola usahanya secara efektif.
Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai
tujuannya. Pendidikan formal di sekolah merupakan salah satu usaha
seseorang untuk mencapai kematangan intelektual. Hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan.
4. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional dengan Efektivitas mengelola usaha
Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali,
mengelola dan membina hubungan dengan orang lain. Pengusaha yang
memiliki kecerdasan emosional yang baik, akan mampu mengelola usaha
dengan efektif karena tidak mengalami kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha
untuk mencapai tujuannya. Tingkat pendidikan merupakan pendidikan
formal di sekolah sebagai usaha seseorang untuk mencapai kematangan
intelektual. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas
5. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara Jiwa
Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha
Jiwa kewirausahaan merupakan sikap kreatif dan inovatif yang
berorientasi ke depan. Untuk dapat mengelola usaha secara efektif seorang
wirausahawan membutuhkan sikap berorientasi ke depan. Efektivitas
mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya.
Penerapan business entity atau konsep kesatuan usaha merupakan
pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan usaha
untuk mengontrol sejauh mana perkembangan usaha secara finansial.
Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha
diduga dipengaruhi oleh penerapanbusiness entity.
6. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan
dan memotivasi diri. Kecerdasan emosional diperlukan seorang
wirausahawan agar dapat mengelola usaha secara efektif. Efektivitas
mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya.
Penerapanbusiness entity dapat digunakan untuk mengontrol sejauh mana
perkembangan usaha secara finansial. Hubungan antara kecerdasan
emosional dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh
N. Paradigma Penelitian
O. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan
dengan efektivitas mengelola usaha.
2. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan
emosional dengan efektivitas mengelola usaha.
3. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.
4. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan
emosional dengan efektivitas mengelola usaha.
5. Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Jiwa
Kewirausahaan
Penerapan Business Entity
Tingkat Pendidikan Permodalan
Efektivitas Mengelola Usaha Kecerdasan
6. Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dilihat dari metodenya, jenis penelitian ini termasuk penelitian survey
yang dilakukan untuk mengambil generalisasi dari suatu pengamatan yang
tidak mendalam (Sugiyono, 1999:7). Dalam hal ini peneliti melakukan survey
terhadap pengelola usaha beserta dengan usaha yang dijalankan dengan
melakukan pengamatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat:
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata
Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan
Universitas Gajah Mada Yogyakarta, pada bidang usaha toko kelontong
skala kecil dan menengah.
2. Waktu:
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau
beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Populasi penelitian ini adalah
semua wirausaha toko kelontong yang terdapat di lingkungan sekitar
kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas
Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
2. Sampel adalah bagian terkecil dari populasi yang memiliki tingkat
homogenitas yang hampir sama. Dalam penelitian ini akan diambil
sampel 100 unit usaha dengan pertimbangan sudah cukup untuk mewakili
populasi.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling,
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 1999:78), pertimbangan tersebut adalah berkaitan dengan
karakteristik responden yang secara geografis letaknya masuk di
gang-gang sempit sehingga peneliti kesulitan untuk mendata karena
keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan tenaga.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Efektivitas Mengelola Usaha
Efektivitas mengelola usaha dikatakan baik jika suatu usaha berhasil
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh usaha itu sendiri. Sebaliknya
berhasil dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan, pengorganisasian,
pemasaran dan pengelolaan keuangan yang baik. Pengukuran variabel
efektivitas mengelola usaha didasarkan pada indikator-indikator yang
selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam
skala sikap. Kuesioner disadur dari penelitian Muhadi dan Saptono
(belum diterbitkan).
Tabel III. 1 Skor Pernyataan Efektivitas Mengelola Usaha
Skor Pernyataan No Keterangan
Positif Negatif
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
Tabel III. 2 Kisi-Kisi Kuesioner Efektivitas Mengelola Usaha
Pernyataan Dimensi Indikator
Positif Negatif Kreativitas
Manajerial Interpersonal
Kepemimpinan
Rencana bisnis
Impian hidup
Hasil terbaik
Pengendalian dana/modal
Pembagian tanggung jawab
Semangat kerja
Totalitas
Kepercayaan diri
Etika moral
Pengambilan keputusan
1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8 9
10, 11
12, 13 14 15, 16
17,18
2. Jiwa Kewirausahaan
Proses kreatif dan inovatif hanya dimiliki oleh orang yang memiliki
jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan merupakan rasa percaya diri
dalam mengelola usaha, kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi ke
depan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Data
variabel ini diungkap berdasarkan pendapat responden dan dapat diukur
berdasarkan indikator-indikator variabel. Masing-masing indikator
selanjutnya dijabarkan dalam pernyataan-pernyataan yang dinyatakan
dalam skala sikap dari Likert. Kuesioner disadur dari penelitian Muhadi
dan Saptono (belum diterbitkan).
Tabel III. 3 Skor Pernyataan Jiwa Kewirausahaan
Skor Pernyataan
No Keterangan
Positif Negatif
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
Tabel III. 4 Kisi-Kisi Kuesioner Jiwa Kewirausahaan
Pernyataan Dimensi Indikator
Positif Negatif Jiwa
kewirausahaan
Kreativitas
Imajinasi
Resiko
Inovasi
Pengembangan ide
Kerja kelompok
Kepercayaan diri
Peraturan
Penyesuaian diri
Ilmu pengetahuan
Cekatan
1 2, 3, 4 5, 6, 7, 8 9, 10 11
12, 13, 14, 15, 16 17, 18, 19
20, 21, 22, 23 24
Orientasi karir/pekerjaan
Kemampuan manajerial
Bentuk kepribadian
Gaya kepemimpinan
Pencapaian
pertumbuhan usaha
Pencapaian keuntungan
Kondisi perasaan
Pengendalian diri
30
31, 32
33 34 35, 36
37
38 39, 40
3. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali,
mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina
hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai
kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena
percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan
mental yang baik. Pengukuran variabel kecerdasan emosional didasarkan
pada indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk
pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Kuesioner disadur dari
penelitian Muhadi dan Saptono (belum diterbitkan). Berikut ini disajikan
tabel operasionalisasi variabel kecerdasan emosional.
Tabel III. 5 Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional Skor Pernyataan
No Keterangan
Positif Negatif
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
Tabel III. 6 Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional Pernyataan Dimensi Indikator Positif Negatif Self Awarness/ mengenal emosi diri
Mengetahui kekuatan
Keyakinan akan kemampuan sendiri
Mengenali keterbatasan diri sendiri
Mengenali emosi sendiri
1 2 3 4 Self Regulation / mengelola emosi
Menahan emosi dan dorongan negatif
Menjaga norma kejujuran dan integritas
Bertanggung jawab atas kinerja pribadi
Luwes terhadap perubahan
Terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru
5
6
7
8 9
Motivasi Dorongan untuk menjadi lebih baik
Menyesuaikan sasaran kelompok /organisasi
Memanfaatkan kesempatan
Kegigihan dalam memperjuangkan
10
11
12 13
Empati Memahami
Mengembangkan
Pelayanan
Menciptakan kesempatan dalam pergaulan
Membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok
14 15 16 17 18 Social skill/memb ina hubungan
Kemampuan persuasi
Mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas
Kemampuan menyelesaikan pendapat
Semangatleadership
Kolaborasi dan kooperasi
4. Permodalan
Modal adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha
meliputi modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman). Modal
tidak hanya penting untuk memulai bisnis akan tetapi juga membantu
dalam melanjutkan kegiatan operasi. Pengukuran variabel permodalan
didasarkan pada skala ordinal sebagai berikut:
Tabel III. 7 Kategorisasi dan Skor Permodalan
Jumlah Modal Kategori Skor
≥5.000.000 Besar 1
<5.000.000 Kecil 0
5. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia yang
mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia. Dalam penelitian
ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal terakhir yang
diselesaikan oleh responden. Pengukuran variabel pendidikan dalam
penelitian ini didasarkan pada skala ordinal sebagai berikut:
Tabel III. 8 Kategorisasi dan Skor Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Kategori Skor Perguruan Tinggi (D1, D2,
D3, S1, S2)
Pendidikan Tinggi 1
SD-SMP-SMA/SMK Sederajad
Pendidikan Rendah 0
6. PenerapanBusiness Entity
Business entity atau kesatuan usaha mengandung makna bahwa ada
karenanya transaksi yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan
adalah transaksi usaha (Chariri dan Ghozali, 2003). Pengukuran variabel
penerapan business entity didasarkan pada indikator-indikator yang
selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam
skala sikap. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel penerapan
business entity.
Tabel III. 9 Skor Pernyataan PenerapanBusiness Entity
Skor Pernyataan
No Keterangan
Positif Negatif
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
Tabel III. 10