• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BURU"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PEMBANGUNAN

WILAYAH KABUPATEN BURU

3.1. Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kota Berdasarkan

RTRW

3.1.1 Arahan pengembangan Struktur Kota

Struktur ruang di Kabupaten Buru akan dibentuk dengan mengembangkan

kota-kota berdasarkan hirarki. Pengembangan struktur kota hirarki tersebut

bertujuan untuk membentuk ruang sebagai satu kesatuan yang dibentuk oleh

unsur-unsur fungsional yang satu sama lain mempunyai hubungan timbal balik

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten adalah gambaran susunan

unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan

buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu sama lain.

Rencana struktur ruang kabupaten meliputi hirarki kota, sistem jaringan

transportasi, dan sistem prasarana wilayah.

Hirarki kota ditentukan berdasarkan besarnya permukiman, ketersediaan

fasilitas dan fungsi yang ada maupun fungsi yang ditetapkan. Penentuan hirarki

kota mengacu pada rencana tata ruang nasional dan rencana tata ruang provinsi.

Konsep struktur kota untuk Kabupaten Buru akan terdiri dari PKW, PKL dan PKSL

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Buru meliputi sistem perkotaan di

wilayahnya terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana

wilayah kabupaten

Berdasarkan kondisi wilayah, Kabupaten Buru diarahkan untuk dibagi kedalam

(2)

(1). Wilayah Pengembangan I. Meliputi kecamatan Namlea dan Waplau

dengan pusat pengembangan di Namlea (meliputi : desa Namlea, Karang

Jaya, Lala dan Ubung) sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan

rencana pengembangan sektor perdagangan dan jasa didukung oleh sektor

pertanian dan perikanan, Jikumerasa sebagai Pusat Kegiatan Sub Lokal

(PKSL) dengan wilayah rencana pengembangan pariwisata meliputi desa

Jiku merasa, desa Waemiting dan desa sawa. Wilayah Pengembangan I

meliputi 2 (dua) kawasan pengembangan yaitu :

Pertama; Kawasan Namlea dengan leding sektor perdagangan dan jasa

dengan tiga (3) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) adalah

( a) . Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) Namlea dengan aktifitas perdagangan

dan jasa meliputi Desa Namlea, Karang Jaya, Lala, dan Ubung;

( b) . DPP Jikumerasa sebagai wilayah rencana pengembangan pariwisata

meliputi desa Jikumerasa, Desa Waimiting dan Desa Sawa;

(c). DPP Sanleko dengan wilayah rencana pengembangan perikanan

meliputi Desa Jamilu, Desa Siahoni, Desa Batuboy, Desa Saliong dan

Desa Marloso.

Kedua ; Kawasan Waplau sebagai Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) dengan

rencana pengembangan pada sektor pertanian didukung oleh sub sektor

peternakan dengan 3 (tiga) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yaitu

( a) . DPP Waeperang dengan rencana pengembangan sektor pertanian

meliputi Desa Waeperang, Desa Lamahang, Dusun Miskoko, Desa

Waplau, dan Dusun Waenau;

( b ) . DPP Namsina dengan rencana pengembangan sektor pertanian meliputi

Desa Waeura, Desa Samalagi, Desa Namsina dan Desa Waelesi;

( c) . DPP Waelihang dengan rencana pengembangan sektor kelautan dan

perikanan meliputi Desa Waelihang, Desa Waprea, Desa Waepoti, Desa

Hatawano, Dusun Skilale, Laheriat dan Tupanaliang. DPP Waelihang

dengan rencana pengembangan sektor kelautan dan perikanan

meliputi Desa Waelihang, Desa Waprea, Desa Waepoti, Desa Hatawano,

Dusun Skilale, Laheriat dan Tupanaliang.

(2) Wilayah Pengembangan (WP) II meliputi kecamatan Air Buaya dengan

(3)

oleh sekt or petern akan dan kehutan an, melip u ti 3 (tig a) kawasan

pengembangan yaitu :

Pertama Kawasan Teluk Bara sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan

rencana pengembangan pa da sektor perikanan didukung oleh sektor

pertanian dan kehutanan dengan dua (2) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)

yaitu :

( a) . DPP Teiuk Bara dengan rencana pengembangan pada sektor perikanan

meliputi Teluk Bara, Desa Kampung Baru, usun Waehotong Baru,

Tanjung Karang, Waekase dan Waeruba;

( b) . DPP Waelanga dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian

meliputi Desa Waelanga, Walmatina dan Selwadu.

Kedua : Kawasan Wamlana- Airbuaya dengan rencana pengembangan pada

sektor perikanan didukung oleh sektor pertanian dan peternakan dengan 2

(dua) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yaitu:

( a) . DPP Wamlana dengan rencana pengembangan pada sektor perikanan

meliputi Desa Wamlana, Waspait, Waenibe, Waekose dan Balbalu;

( b) . DPP Keramat dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian

meliputi Desa Air Buaya, Waemangit, Waepure, Waeula, Keramat,

Batlale dan Wasbakat;

Ketiga : Kawasan Danau Rana dengan rencana pengembangan pada sektor

pertanian didukung oleh sektor peternakan dan kehutanan, diarahkannya

sebagai wilayah pengembangan Agrowisata Berbasis Budaya meliputi 2 (dua)

Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yaitu :

( a) . DPP Silewa dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian

meliputi Dusun Wasi, Ukalahing, Nipa, Skusa, Silewa, Lemanpoli,

Walsekat dan Waedangan;

( b) . DPP Waereman dengan rencana pengembangan pada sektor

pertnian dan sektor kehutanan meliputi desa Waereman, Wagrahi,

Warujawa, Wawamboli, Kaktuan, Gehonangan, Erdapa dan

Mangesaingan

(3). Wilayah Pengembangan III, Meliputi wilayah Dataran Waeapo dengan pusat

pengembangan di Waenetat sebagai Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) dengan

(4)

kehutanan terutama pada Daerah Aliran Sungai (DAS), meluipti 4 (empat)

kawasan pengembangan yaitu :

P e r t am a : Kawasan Waenetat (Waekasar, Ohiliang, Utaramalahing dan

Baman) - Savana Jaya dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian

dengan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) adalah DPP Savana Jaya dengan

rencana pengembangan pada sektor pertanian, kehutanan dan petemakan

meliputi Desa Bantalareja, Gogorea, Waetele dan Waekarta.

K e du a Kawasan Waegeren dengan rencana pengembangan pada sektor

pertanian didukung oleh 2 (dua) DPP yaitu :

( a ) . DPP Wabloi meliputi Desa Waegeren, Kubalahin, Mahetnangan,

Waesuhan, Wabloi, Tifu, Waegapa dan Migodo;

( b ) . DPP Wanakarta meliputi desa waswadi, waengura, bilahin;

K et i g a ; Kawasan Grandeng dengan rencana pengembangan pada sektor

peternakan meliputi 2 (dua) DPP yaitu :

( a) . DPP Metar meliputi Desa Wagernangan, Metar, Wapsalit, Lele, Debo,

Wanbasalahin dan Mensayang;

( b ) . DPP Lokasi meliputi Desa Modanmohe, Watempuli, Lokasi, Ukalahin dan

Waengapan;

Keempat : Kawasan Parbulu dengan rencana pengembangan pada sektor

pertanian didukung oleh sub sektor peternakan meliputi 2 (dua) DPP yaitu :

( a ) . DPP Debowae dengan wilayah pendukung debowae, dafa, widit dan

wamsait;

( b ) . DPP Waelata meliputi desa pendukung Waelata, warmoli dan waetoni;

K e l i m a : Kawasan Waelo dengan rencana pengembangan pada sektor

pertanian didukung oleh sub sektor peternakan meliputi 2 (dua) DPP yaitu;

( a) . DPP Waeleman meliputi Desa Waeleman, Guna Jaya, Sumlau, Basalale,

Skotbesy, Winangan dan Wagoret

( b) . DPP Waetina meliputi Desa Waetina, Waepulun, Waeflan, Tanah Merah

dan Homrey

(4). Wilayah Pengemb angan IV, meliputi wilayah Buru Selatan Timur

(Kayeli/Masaretet- Ilath) dengan rencana pengembangan pada sektor

pertanian meliputi sektor perikanan meliputi 2 Idua) kawasan pengembangan

(5)

Pertama Kawasan Ilath sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan

rencana pengembangan pada sub sektor perkebunan dengan DPP Desa Ilath

meliputi desa Waemorat, Waelawa, Waemoli, Namsugi, Namlea Ilath,

Waemorat, Seith dan Batujungku.

K e du a : Kawasan Kayeli/Masarete dengan Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL)

pada Desa Kayeli/Masarete dengan rencana pengembangan pada sektor

perikanan meliputi desa Kaki Air, Masarete, Kayeli, Waetose, Waelapia,

(6)
(7)

'I

Penyusunan RPIJM81 fang PU/Cipta Karya

Gambar 3.2 . Peta Pola Ruang Kabupaten Buru

(8)

\

\

\ '

(9)

3.1.2 Fungsi Peran Kota

Sistem pusat-pusat permukiman atau sistem perkotaan di Kabupaten Buru yang

direncanakan tidak terlepas dari struktur kota di Ibukota kabupaten maupun kota

kecamatan, karena kota merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk

struktur ruang.

Sistem Perkotaan diarahkan sesuai dengan hierarki jumlah penduduk, potensi dan

kegiatan ekonominya. Pengembangan sistem kota-kota diarahkan sedemikian rupa

agar selaras dengan arahan pengembangan wilayah, terutama berkaitan dengan

kondisi fisik yang sebagian merupakan pulau-pulau dan bencana alam yang sering

terjadi. Di pihak lain kawasan perkotaan itu sendiri memerlukan pengelolaan

secara individual yang bertujuan meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi

dalam rangka mendukung fungsi kotanya di wilayah yang Iebih luas, serta

mendukung pengembangan wilayah yang berkelanjutan.

Untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun yang akan datang sesuai dengan dimensi

waktu RTRW Kabupaten, pengembangan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Buru

akan tetap mengacu pada hierarki fungsional dengan mengingat perkembangannya

serta skala pelayanannya.

Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berdasarkan RTRW Provinsi

Maluku di Kabupaten Buru adalah Kota Namlea di Kecamatan Namlea.

Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berdasarkan RTRW Provinsi

Maluku di Kabupaten Buru adalah Kota Teluk Bara di Kecamatan Air Buaya dan Kota

Waenetat di Kecamatan Waeapo dan Kota Ilath di Kecamatan Batabual.

Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) di Kabupaten Buru untuk

masa mendatang yaitu :

1) Desa Jikumersa Kecamatan Namlea;

2) Desa Sawa/Waeperang Kecamatan Namlea;

3) Desa Air Buaya Kecamatan Air Buaya;

4) Desa Wamlana Kecamatan Air Buaya;

5) Desa Waereman Kecamatan Air Buaya;

6) Dea Waplau Kecamatan Waplau;

7) Desa Parbulu Kecamatan Waepo;

8) Desa Waetina Kecamatan Waeapo;

(10)

10) Desa Waegeren Kecamatan Air Buaya;

11) Desa Masarete/Kayeli Kecamatan Waeapo.

Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) di Kabupaten Buru untuk

masa mendatang diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL), adalah kota-kota

kecamatan yaitu :

1) Desa Air Buaya Kecamatan Air Buaya;

2) Teluk Bara Kecamatan Air Buaya;

3) Masarete/Kayeli Kecamatan Waeapo;

4) Waplau Kecamatan Wapalu;

5) Sawa/Waeperang Kecamatan Namlea;

Kota yang merupakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di Kabupaten Buru adalah

Desa Namsina di Kecamatan Waplau, Desa Waelihang di Kecamatan Waplau, Desa

Keramat di Kecamatan Air Buaya, Desa Silewa di Kecamtan Air Buaya, Desa

Waereman Lii Kecamata Air Buaya, Desa Savana Jaya di Kecamatan Waeapo, Desa

Wabloi adi Kecamatn Waeapo, Desa Wanakarta di Kecamatan Waeapo, Desa Metar

di Kecamatan Waeapo, Desa Lokasi di Kecamatan Waeapo, Desa Debowae di

Kecamatan Waeapo, Desa Waeieman di Kecamatan Waeapo dan Desa Waetina di

Kecamatan Waenetat.

Berdasarkan kebijakan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten dan berdasarkan hasil

analisis dan kecenderungan perkembangan pusat-pusat kegiatan di wilayah

Kabupaten Buru, sistem hierarki pusat-pusat pertumbuhan atau hirarki perkotaan di

Kabupaten Buru akan dikategorikan dalam 4 (empat) kelompok berdasarkan fungsi

dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi kabupaten.

(1). Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dalam hal ini

merupakan kota yang termasuk kedalam hirarki pusat pelayanan di RTRW

Nasional dan Provinsi (sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang

mendukung PKN), berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala

provinsi atau beberapa kabupaten.

(2). Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dalam hal ini

merupakan kota yang termasuk kedalam hirarki pusat pelayanan di RTRW

Provinsi, hal ini dikarenakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan, pusat

(11)

kecamatan, simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa

kecamatan.

(3). Kota atau wilayah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sub lokal

(PKSL), yaitu pusat pemukiman/desa yang telah mengalami kemajuan

sehingga jumlah penduduknya mencapai lebih dari 400 Kepala Keluarga.

(4). Wilayah perkotaan yang berfungsi sebagai desa pusat pertumbuhan (DPP),

yaitu desa yang telah mengalami kemajuan dan berada satu (1) level (tingkat)

di bawah PKSL.

Fungsi Kecamatan dalam lingkup wilayah Kabupaten Buru akan diarahkan sesuai

kemampuan kecamatan tersebut dalam mendukung fungsi yang diembannya, baik

sebagai pusat kegiatan dalam wilayah kecamatan itu sendiri maupun secara

regional atau wilayah kecamatan di sekitarnya.

Kelengkapan sarana dan prasarana yang terdapat pada kecamatan tersebut

mencerminkan kemampuan kecamatan dalam menyandang fungsi Kecamatannya.

Secara umum, kecamatan-kecamatan di Kabupaten Buru mempunyai fungsi sebagai

berikut :

(1) Pusat Administrasi Kabupaten;

(2) Pusat Administrasi Kecamatan;

(3) Pusat Perdagangan Jasa dan Pemasaran;

(4) Pusat Perhubungan dan Komunikasi;

(5) Pusat Produksi Pengolahan;

(6) Pusat Pelayanan Sosial (kesehatan, pendidikan, dan lain-lain);

(7) Pusat Kegiatan Pariwisata.

Untuk memantapkan sistem perkotaan di Kabupaten Buru sesuai dengan

masing-masing hierarki pusat pelayanan dan skala pelayanan yang direncanakan, dalam

kurun waktu 20 tahun yang akan datang maka perlu arahan fungsi untuk

masing-masing kota yang berada di Kabupaten Buru hingga tahun perencanaan (tahun

(12)

Tabel 3.1. Rencana Hirarki Pusat Pelayanan di Kabupaten Buru

6 PKSL Saw a/W aeper ang

(Namlea)

Lokal Kecamatan X X X

12 PKSL Masar et e/K ayeli

(Waeapo)

Lokal K ec ama t an X X X X

13 DPP Sanleko (W a p l a u ) Lokal Lokal X

X

14 DPP Waeperang (Waplau) Lokal Lokal X X X X

15 DPP Namsina

(Waplau)

Lokal Lokal X X

16 DPP Waelihang

(Waplau)

Lokal Lokal X X

17 DPP Warniana (Air Buaya) Lokal Lokal X X

18 DPP Keramat

(Air Buaya)

Lokal Lokal X X

19 DPP Silewa

(Air Buaya)

Lokal Lokal X X

20 DPP Wa er e ma n (Air Buaya) Lokal Lokal X X X

21 DPP Savana Jay a

(Waeapo)

Lokal Lokal X X

22 DPP Wabloi

(Waeapo)

Lokal Lokal X X

23 DPP Wanakarta (Waeapo) Lokal Lokal X X

24 DPP Metar

(Waeapo)

Lokal Lokal X X

25 DPP Lokasi

(Waeapo)

Lokal Lokal X

26 DPP Debowae

( W a e a p o )

Lokal Lokal X X

27 DPP W a e l a m a n ( W a e a p o ) Lokal Lokal X X

28 DPP Waetina

( W a e n et a t )

Lokal Lokal X X

(13)

I <,

Penyusunan RPIJM J fang PU/Cipta Karya

Gambar 3.3 . Peta Wilayah Pengembangan Kabupaten Buru

.,

...

t» ,svw.

-Ka...nW-.Ao,'Penar.an1 :Yalyal, 8unlSelllan Tnu,

(14)

-.

.

\

\

I A I I Hil \ /),{ \ ~

!:

..

; \

\

\

t \

..,.... ,r,~

'"''""' 1ll1SO"E .,.,..,,. ,, 1'Z'TOO"m

(15)
(16)

3.1.3 Identifikasi Wilayah yang Dikendalikan

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kabupaten Buru terdapat kawasan-kawasan yang

diidentifikasikan sebagai kawasan yang harus dikendalikan dalam arti merupakan

kawasan yang harus dibebaskan dari pembangunan fisik dalam upaya untuk

memberikan perlindungan pada obyek khusus yang ada. Kawasan-kawasan tersebut

dapat diidentifikasikan sebagai :

a) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

merupakan kawasan yang karena letak dan karakterisitiknya memiliki fungsi

penting untuk melindungi kawasan bawahannya dari kerusakan atau bencana

alam. Lebih jauh lagi kawasan ini terbagi atas dua jenis kawasan yaitu

Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Resapan Air.

Kawasan yang termasuk dalam kawasan hutan lindung adalah kawasan yang

memenuhi kriteria sebagai berikut :

(1). Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan

intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka

penimbang mempunyai jumlah nilai (skor 175 atau lebih);

(2). Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih

dan/atau;

(3). Kawasan yang mempunyai ketinggian diatas permukaan laut > 2.000

meter

Kawasan yang termasuk dalam kawasan resapan air adalah kawasan yang

bercurah hujan tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresap air dan

mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara

besar-besaran.

Sebagaimana umumnya kawasan yang memiliki potensi hutan cukup besar,

pengelolaan kawasan hutan lindung di Kabupaten Buru perlu mewaspadai

upaya eksploitasi hasil hutan khususnya yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan HPH. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang telah diberikan izin

operasional, sebagian besar didalamnya terdapat kawasan hutan lindung.

Dalam kondisi seperti ini maka masalah pengawasan dan pengendalian

menjadi suatu langkah yang sangat penting untuk memantau agar

(17)

merambah ke kawasan hutan lindung. Sebaliknya perusahaan-perusahaan

tersebut diwajibkan untuk memberikan kompensasi dari eksploitasi hutanyang

telah dilakukan pada upaya-upaya meringkatkan pelestarian kawasan lindung.

b) Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat merupakan kawasan yang harus dibebaskan

dari pembangunan fisik dalam upaya untuk memberikan perlindungan pada

obyek khusus yang ada. Dalam hal ini kawasan perlindungan setempat terdiri

atas Kawasan sempadan sungai, Kawasan sekitar danau/waduk, Kawasan sekitar mata air, Kawasan terbuka hijau kota. Di Wilayah Kabupaten Buru banyak tedapat sungai-sungai dari sungai yang kecil sampai sungai-sungai yang

besar seperti Sungai Apu dan Sungai Nibe yang lebarnya mencapai 20 m sampai

30 m. Saat ini sebagian besar daerah sepanjang sungai-sungai yang ada masih

merupakan kawasan yang tidak terganggu. Tetapi dalam mengantisipasi

perkembangan yang akan terus terjadi perlu disiapkan pengaturan dalam

penetapan fungsi lindung di sepanjang sungai-sungai ini agar tidak

menimbulkan permasalahan lingkungan di masa-masa datang.

Mengingat belum adanya penelitian yang pasti untuk mengukur luas DAS dari

sungai-sungai di Kabupaten Buru, maka dalam penyusunan RTRW Kabupaten

Buru ini, pengaturan garis sempadan sungai adalah sebagai berikut :

(1). Sungai-sungai yang membentuk DAS memiliki garis sempadan sungai

sebesar 100 m;

(2). Sungai-sungai yang hanya membentuk Sub DAS memiliki garis sempadan

sungai 50 m.

Kriteria kawasan lindung untuk kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan

sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan

kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke

arah darat. Kriteria kawasan lindung untuk mata air yaitu kawasan di sekitar

mata air dengan jari-jari sekurangnya 200 meter. Mengingat keberadaan

mataair merupakan hal yang sangat vital dan berkaitan dengan kebutuhan

hidup orang banyak maka sesuai dengan kriteria yang telah distudi oleh

Direktorat Geologi Tata Lingkungan, mata air yang memiliki debit lebih dari 10

(18)

Sementara itu kriteria kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota

adalah:

(1). Lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya

hutan kota antara lain di kawasan permukiman, industri, tepi

sungai/jalan yang berada di kawasan perkotaan;

(2). Hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau sekitar kota

dengan luas hutan minimal 0,25 Ha;

(3). Hutan yang terbentuk komunitas tumbuhan yang berbentuk kompak

pada satu hamparan, berbentuk jalur atau merupakan kombinasi dari

bentuk kompak dan bentuk jalur;

(4). Jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan berupa

pohon-pohonan, bukan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis

baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik;

(5). Jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah berupa

pohon-pohonan dan tanaman hias atau herba, dari berbagai jenis baik

jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik.

c) Kawasan Suaka Alam Hayati dan Cagar Alam

Kawasan suaka alam/cagar alam merupakan kawasan lindung yang memiliki

nilai tambah sebagai pusat pelestarian alam khususnya jenis-jenis satwa dan

tumbuhan tertentu. Kriteria untuk penentuan kawasan suaka margasatwa ini

adalah :

(1). Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakkan

dari satu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya;

(2). Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;

(3). Merupakan tempat atau kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu;

(4). Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang

bersangkutan;

Adapun kriteria untuk menentukan kawasan cagar alam adalah sebagai berikut

:

(1). Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan

(19)

(2). Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunannya;

(3). Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan

tidak atau belum diganggu manusia;

(4). Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang

efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas;

(5). Mempunyai ciri khas yang dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu

daerah serta keberadaannya memerlukan konversi.

d) Kawasan Pelestarian Alam

Kawasan pelestarian alam merupakan kawasan lindung yang dimanfaatkan

sebagai lokasi pelesatrian alam meliputi tanaman dan ekosistem alam yang

dapat dimanfaatkan pula sebagai laboratorium alam atau taman wisata, yang

terdapat di Kecamatan Bata Bual.

Kriteria kawasan lindung untuk taman hutan raya adalah sebagai berikut :

(1). Merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik pada

kawasan yang ekosistemnya masih utuh atau kawasan yang sudah

berubah;

(2). Memiliki keindahan alam, tumbuhan, satwa, dan gejala alam;

(3). Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk membangun koleksi

tumbuhan dan/atau satwa baik jenis asli dan/atau tidak asli.

Adapun kriteria penentuan kawasan lindung untuk taman wisata alam adalah

sebagai berikut :

(1). Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa beserta

ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik dan

nyaman;

(2). Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin sumberdaya alam hayati

yang dapat dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;

(3). Kondisi lingkungan sekitarnya mendukung upaya pengembangan

(20)

I

Penyusunan RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya

Gambar 3.5. Peta Kawasan Lindung Kabupaten Buru

l ,

..b'.bnl!l:c6!ildOIIP~I

~Kdr:.'kll:IIS I..Elldc!II

l~IR~lili.Pli ...125CIC:CO

~F'em~~~~~~

(21)

3.1.4 Identifikasi Wilayah yang Didorong Pertumbuhannya

Kawasan strategis Kabupaten di Kabupaten Buru adalah wilayah yang penataan

ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam Iingkup

kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Kawasan ini perlu

diprioritaskan pengembangan dan penanganannya serta memerlukan dukungan

penataan ruang segera dalam kurun waktu rencana.

Kawasan strategis untuk Kabupaten Buru mencakup :

1 . Kawasan Namlea (ditinjau dari segi ekonomi)

Kawasan Namlea memiliki nilai strategis bagi Kabupaten Buru karena

merupakan pintu gerbang utama Kabupaten Buru. Kedudukannya sebagai PKW

yang melayani seluruh kecamatan di Kabupaten Buru dan dengan adanya

rencana pengembangan pelabuhan ekspor menjadikan kawasan ini menjadi

kawasan prioritas untuk dikembangkan.

2 . Kawasan Teluk Bara (ditinjau dari segi prasarana)

Kawasan Teluk Bara memiliki nilai strategis karena lokasi yang dilalui oleh jalur

pelayaran sealine 3, sehingga bila dikembangkan dapat menjadi pelabuhan

transit. Pengembangan pelabuhan ini juga akan mendorong pertumbuhan di

Kecamatan Air Buaya.

3 . Kawasan Ilath (ditinjau dari segi prasarana)

Kawasan Ilath memiliki nilai strategis sebagai pintu gerbang Kabupaten Buru di

wilayah timur. Wilayah ini direncanakan akan dibangun pelabuhan yang

menghubungkan Kabupaten Buru dengan Kabupaten Buru Selatan.

4 . Kawasan Waenetat (ditinjau dari segi pertanian dan perekonomian) Kawasan

Waenetat merupakan lumbung padi bagi Provinsi Maluku sehingga memiliki nilai

strategis tidak hanya bagi Kabupaten Buru melainkan juga Provinsi Maluku serta

mendukung fungsi Kabupaten Buru sebagai kawasan andalan nasional

5 . Kawasan Danau Rana (ditinjau dari segi ekologi, lingkungan)

Kawasan Danau Rana memiliki nilai strategis dari sudut Iingkungan hidup

karena merupakan sumber mata air dan paru-paru bagi Kabupaten Buru

sehingga pengembangannya perlu mendapat perhatian khusus.

Agar tujuan penetapan kawasan strategis dapat dicapai maka perlu upaya

pengelolaan di kawasan tersebut. Rencana pengelolaan kawasan strategis di

(22)

1) Menyusun rencana detail untuk masing-masing kawasan strategis;

2) Meiakukan upaya penanganan pada masing-masing kawasan strategis sesuai

dengan ni!ai strategis dari kawasan tersebut. Untuk kawasan Namlea

pengelolaan kawasan mencakup pengelolaan kawasan permukiman dan

perkotaan, untuk kawasan Waeapo mencakup pengeloiaan kawasan pertanian,

untuk kawasan Teluk Bara dan Ilath mencakup pengelolaan kawasan pelabuhan

dan untuk kawasan Danau Rana pengelolaan kawasan lindung dan pariwisata.

1. Pengelolaan Kawasan Perkotaan di Kota Namlea

( 1 ) . Mengembangkan Kawasan Perkotaan yang mampu memberikan pelayanan

optimal bagi masyarakat meialui penyediaan sarana dan prasarana yang

memadai sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengembangkan

berbagai kegiatan perdagangan, jasa dan industri serta kegiatan

sosial-ekonomi-budaya lainnya;

( 2 ) . Mendorong pihak swasta untuk menanamkan investasinya dalam

pengembangan Kawasan Perkotaan;

( 3 ) . Menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Induk Sistem

Prasarana agar pengembangan Kawasan Perkotaan dalam jangka panjang

memiliki arah yang jelas sesuai dengan arahan fungsinya;

( 4 ) . Mengembangkan keterkaitan antara Kawasan Perkotaan dengan

Kawasan Perdesaan dan kawasan lainnya untuk menciptakan sinergi bagi

perkembangan wilayah Kabupaten Buru dan sekitarnya;

( 5 ) . Pemerintah Kabupaten Buru bertanggung-jawab dalam pengembangan dan

pengelolaan Kawasan Perkotaan dengan memperhatikan kondisi,

karakteristik dan potensi sosial-ekonomi dan prospek pengembangan

Kawasan Perkotaan dalam konstelasi wilayah yang leblh luas;

( 6 ) . Pengawasan dan penertiban pemanfaatan Kawasan Perkotaan dilakukan

Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Terkait) untuk menjaga kelestarian

lingkungan keberlangsungan pembangunan dan tata nilai setempat.

1. Pengelolaan Kawasan Pertanian Di Kawasan Waenetat

(1) Pengelolaan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah

( a ) . Meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan bibit yang

unggul, pupuk yang tepat, teknologi tepat-guna, pemanfaatan sistem

(23)

kelembagaan usaha-tani untuk meningkatkan kesejahteraan petani

secara keseluruhan yang didukung sistem pengolahan produksi dan

jaringan pemasaran;

( b ) .Lembaga yang bertanggung-jawab dalam pengelolaan Kawasan

Pertanian Tanaman Lahan Basah di tingkat kabupaten adalah

Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Terkait);

( c ) . Penentuan batas dan pemberian ijin Kawasan Pertanian Tanaman

L ahan Basah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buru, dengan

arahan dari Pemerintah Provinsi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air);

( d ) .Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Pertanian) memberikan arahan

kepada masyarakat luas tentang pengelolaan Kawasan Pertanian

Tanaman Lahan Basah;

( e ) .Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Pertanian) melakukan pengawasan

terhadap pengelolaan Kawasan Pertanian Tanaman Lahan Basah dan

melakukan penertiban kepada pihak-pihak yang melanggar

pemanfaatannya.

(2) Pengelolaan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering

( a ) . Meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan bibit yang unggul,

pupuk yang tepat, teknologi tepat-guna, pemanfaatan sistem jaringan irigasi

secara optimal, pengembangan kelompok dan kelembagaan usaha-tani untuk

meningkatkan kesejahteraan petani keseluruhan yang didukung sistem pengolahan

produksi dan jaringan pemasaran;

( b ) .Lembaga yang bertanggung-jawab dalam pengelolaan Kawasan Pertanian Tanaman

Lahan Kering di tingkat kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas

Terkait).

( c ) . Penentuan batas dan pemberian ijin Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan

Kering dilakukan oleh Pernerintah Kabupaten Buru dengan arahan dari Pemerintah

Provinsi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya

Air)

( d ) .Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Pertanian, dan Peternakan) memberikan

arahan kepada masyarakat luas tentang pengelolaan Kawasan Pertanian Tanaman

(24)

( e ) . Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Pertanian, dan Peternakan) melakukan

pengawasan terhadap pengelolaan Kawasan Pertanian Tanaman Lahan Kering dan

melakukan penertiban kepada pihakpihak yang melanggar pemanfaatannya.

.3. Pengeioiaan Kawasan Pelabuhan di Kawasan Ilath dan Teluk Bara

( 1 ) .mengembangkan sistem prasarana dan sarana yang dapat menunjang

fungsi pelabuhan termasuk fasilitas pendukungnya;

( 2 ) .Mengintegrasikan pengembangan pelabuhan dalam sistem transportasi di

wilayah provinsi maupun nasional;

( 3 ) .Lembaga yang bertanggung-jawab dalam pengelolaan Kawasan

Pelabuhan di tingkat kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Buru

(Dinas terkait);

( 4 ) .Penentuan batas dan pemberian ijin Kawasan Pelabuhan diiakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas terkait);

( 5 ) .P e me rinta h Kabupaten Buru (Dinas terkait) memberikan arahan kepada

masyarakat luas di tingkat Kecamatan tentang pengelolaan Kawasan

Pelabuhan;

( 6 ) .Pe me rintah Kabupaten Buru (Dinas terkait) melakukan pengawasan

terhadap pengelolaan Kawasan Pelabuhan dan melakukan penertiban

kepada pihak-pihak yang melanggar pemanfaatannya.

4. Pengelolaan Hutan Lindung di Kawasan Danau Rana

( 1 ) .Menjaga kawasan hutan lindung agar tidak terokupasi. Dalam hal ini

lembaga yang bertanggung jawab adalah Pemerintah Kabupaten Buru

(Dinas Terkait) dibantu oleh masyarakat dan stake-holder lainnya;

( 2 ) .Pemerintah Kabupaten Buru memberikan arahan dalam menjaga dan

melestarikan kawasan hutan lindung, dan melakukan pengawasan

terhadap pengelolaan kawasan hutan lindung, serta melakukan

penertiban kepada pihak-pihak yang melanggar dengan memanfaatkan

hutan lindung.

( 3 ) .Pemerintah Kabupaten Buru mengadakan pengembalian kawasan hutan

lindung yang telah dimanfaatkan untuk keglatan budidaya, dengan

memberikan penyuluhan dan secara bersama-sama dengan masyarakat

melaksanakan penghijauan kembali.

(25)

berupa kegiatan wisata alam

5. Pengelolaan Kawasan Pariwisata di Kawasan Danau Rana

( 1 ) . Mengembangkan Kawasan Pariwisata dilengkapi dengan sarana dan

prasarana penunjang;

( 2 ) . Lembaga yang bertanggung-jawab dalam pengelolaan Kawasan Pariwisata

adalah Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Dikbudpar);

( 3 ) . Penentuan batas dan pemberian ijin Kawasan Pariwisata dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Buru(Dinas terkait);

( 4 ) . Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Dikbudpar) memberikan arahan

kepada masyarakat luas di tingkat Kecamatan tentang pengelolaan

Kawasan Pariwisata;

( 5 ) . Pemerintah Kabupaten Buru (Dinas Dikbudpar) melakukan pengawasan

terhadap pengelolaan Kawasan Pariwisata dan melakukan penertiban

(26)

Tabel 3.2. Rencana Luasan Pola Ruang Kabupaten Buru Per

Kecamatan

No Pola Ruang Luas (Ha)

Kecamatan

1 Hutan Lindung 74.116,91 10.430,92 267,49 26.207,02 17,04 111.039,38

2 Hutan Suaka Alam 7.307,93 7.307,93

3 Rawa Air Asin 362,88 4.246,92 4.609,80

4 Rawa Air Tawar 2.186,33 411,63 4.172,70 6.770,66

5 Sempadan Danau 175,11

6 Sempadan Pantai 499,03 577,80 206,88 315,83 2.356,08

7 Sempadan Sungai 9.544,68 2.663,73 2.247,23 14.309,05 6.492,42 35.257,13

8 Hutan Produksi

Terbatas

55.241,86 1.971,48 0,38 9.933,75 7.431,53 74.579,00

9 Hutan Produksi

Konversi

0,00 0,00 0,28

10 Hutan Produksi 25.553,24 10.613,29 13.736,69 74.447,71 31.072,82 155.423,75

11 Perkebunan 2.033,19 11.138,17 14.080,98

12 Pengembangan

Peternakan

7.220,52 7.220,52

13 Pertanian Lahan

Basah

2.784,51 1.785,75 1.766,55 5.563,83 623,82 12.524,46

14 Pertanian Lahan

Kering

104,51 7.329,90 0,00 7.434,41

15 Pengembangan

Industri

1.731,20 490,76 221,40 2.443,36

16 Pengembangan

18 Permukiman 22,76 2,16 10,05 11,16 47,74

19 RT/Cadangan

Pengembangan

6. 506, 7 2 10. 736 ,7 0 17.243,42

20 Danau Rana 1.389,40 1.389,40

(27)
(28)

3.1.5 Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman

Berdasarkan hasil analisa daya dukung di Kabupaten Buru hanya seluas 60.824,78

ha yang tersebar di 5 kecamatan saja. Daya tampung tersebut jika diasumsikan

dengan kombinasi rumah mewah dengan luas 500 m, rumah menengah seluas 300 m

dan rumah sederhana hanya 200 m dan komposisi perbandingannya yaitu 1 : 3 : 6

yang artinya bahwa dalam suatu wilayah harus terbangun 10 % untuk rumah mewah,

30 % rumah menegah yang diperbolehkan dan 60 % hanya untuk rumah sederhana.

Kabupaten Buru dengan luas daya tampung tersebut diatas serta berdasarkan

komposisi diatas ternyata hanya mampu menampung rumah mewah 121.650 buah,

rumah menengah ada 608.248 buah serta rumah sederhana sejumlah 1.824.743

buah. Berdasarkan daya tampung untuk perumahan, baik itu rumah mewah,

menengah maupun sederhana jika diasumsikan tiap-tiap rumah dihuni 1 keluarga

dengan jumlah anak 3 maka Kabupaten Buru hanya mampu menampung jumlah

penduduk optimum adalah 12.773.203 jiwa.

Daya tampung penduduk yang terbesar terdapat di Kecamatan Waeapo, Air Buaya,

Namlea dan Waplau sedangkan yang paling kecil adalah di Kecamatan Batabual.

Untuk 1 ha lahan ternyata mampu menampung rumah mewah sebanyak 20 buah,

jika digunakan hanya untuk rumah menengah saja mampu menampung 33 buah

rumah per hektar sedangkan apabila digunakan untuk rumah sederhana saja yaitu

sebanyak 50 buah rumah/hektar. Namun apabila digunakan kombinasi baik untuk

rumah mewah, menengah dan sederhana untuk luasan 1 hektar yaitu mampu

menampung perumahan sebanyak 2 buah rumah mewah, 10 buah rumah menengah

dan 30 buah rumah sederhana.

Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk sampai tahun 2028 semua kecamatan

masih berada jauh di bawah daya tampung, namum demikian dengan

perkembangan jumlah penduduk yang ada sekarang ini tetap harus diarahkan untuk

pemanfaatan lahannya, mengingat keterbatasan lahan yang ada maka perlu

adanya penataan terhadap pemanfaatan lahan agar dapat dimanfaatkan secara

optimal serta tidak merusak lingkungan karena dengan rusaknya lingkungan akan

mengakibatkan bencana dan mengakibatkan berkurangnya daya tampung lahan

yang ada sekarang ini. Untuk lebih jelasanya mengenai daya tampung penduduk

(29)

Tabel 3.3

Daya Tampung Penduduk di Kabupaten Buru Hingga Tahun 2028

Kecamatan Daya Dukung

Lahan (Ha)

Jumlah Rumah Daya Dukung

Penduduk

Jumlah Penduduk

Mewah Menengah Sederhana Tahun 2008 Tahun 2028

Air Buaya 15.027 30.054 150.272 450.815 3.155.708 29.941 47.299

Batabual 2.687 5.374 26.869 80.607 564.249 16.814 25.637

Namlea 5.460 10.920 54.600 163.799 1.146.594 30.672 49.173

Waeapo 34.242 68.484 342.419 1.027.258 7.190.805 9.462 16.066

Waplau 3.409 6.818 34.088 102.264 715.847 7.702 16.070

TOTAL 60.825 121.650 608.248 1.824.743 12.773.203 92.323 154.244

Pengembangan permukiman adalah di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai

lingkungan tempat tinggal atau tempat tinggal yang berada di daerah perkotaan

dan perdesaan. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk menyediakan tempat

permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan

yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dan tetap memperhatikan

kelestarian lingkungan. Pengembangan permukiman sedapat mungkin tidak terlalu

jauh dari tempat usaha dan pusat pertumbuhan selama tidak mengakibatkan

degradasi lingkungan. Pengembangan kawasan permukiman sejauh mungkin tidak

menggunakan daerah pertanian lahan basah atau lahan yang beririgasi.

Permukiman adalah merupakan salah satu komponen penting dalam penataan ruang

wilayah Kabupaten Buru yang perlu dikembangkan untuk memberikan layanan

berupa hunian yang nyaman bagi masyarakat yang memerlukan sebagai akibat

pengembangan pusat-pusat kegiatan.

(a). Kawasan Permukiman Perkotaan, adalah kawasan permukiman yang

keberadaannya dimanfaatkan oleh penduduk yang terlibat dalam

kegiatan/aktivitas perkotaan. Lokasi kawasan permukiman perkotaan ini

berada di dalam wilayah kota atau di sekitarnya. Berdasarkan karakter

tersebut, maka kawasan permukiman perkotaan ini umumnya merupakan

satu kesatuan kawasan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

pelayanan lingkungan serta terpisah dari fungsi-fungsi non perkotaan seperti

sawah, kebun, ladang dan sejenisnya. Dengan demikian dibandingkan

dengan kawasan permukiman perdesaan, kawasan permukiman perkotaan

(30)

(b). Kawasan Permukiman Perdesaan, adalah kawasan permukiman yang

keberadaannya merupakan bagian dari komunitas perdesaan dan

aktivitasnya. Kawasan permukiman ini umummnya dimanfaatkan oleh

penduduk yang terlibat dalam aktivitas/kegiatan perdesaan. Keberadaan

kawasan permukiman ini tidak terlepas dari kegiatan kawasan perdesaan

lainnya seperti sawah, kebun, ladang dan sejenisnya, sehingga dibandingkan

dengan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan ini

memiliki tingkat kepadatan bangunan yang relatif lebih rendah.

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan di pusat-pusat kegiatan

perkotaan terutama di kota-kota yang diarahkan sebagai pusat kegiatan bagi

kawasan sekitarnya yaitu Namlea dan Waeapo. Dalam pengembangannya, arahan

pengembangan kawasan permukiman ini, khususnya untuk permukiman perdesaan

perlu diintegrasikan dengan kawasan transmigrasi yang telah berkembang terlebih

dahulu

Kabupaten Buru sebagai salah satu kabupaten di Maluku yang termasuk kategori

daerah topografi berbukit-bukit. Berdasarkan kondisi fisik alam yang berupa daerah

perbukitan, maka sistem pemukiman penduduk di dataran Kabupaten buru

diupayakan agar tidak dikembangkan ke arah utara ke daerah perbukitan,

khususnya pada areal dengan lereng > 40%, karena areal ini harus dijadikan

pelindung (buffer) untuk kelestarian lingkungan, selain juga mengantisipasi rawannya gerakan tanah (longsor). Areal ini sebaiknya tetap dijadikan sebagai

Kawasan Lindung, untuk basis sumberdaya air dan daerah resapan air di wilayah

hulu sungai.

Demikian pula halnya dengan daerah sepanjang aliran beberapa sungai yang cukup

besar yang terdapat di wilayah kabupaten ini. Hal ini diarahkan untuk menghindari

perkembangan kawasan permukiman di sepanjang kiri-kanan sungai dan atau

didaerah konservasi/lindung, dan untuk disepanjang sisi kiri-kanan sungai yang

cukup besar.

Mengingat Kabupaten Buru merupakan kepulauan namun mempunyai potensi

terjadinya bencana alam, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya tsunami,

maka sistem permukiman penduduk diupayakan berada di dataran yang tidak

(31)

Beberapa kawasan yang terdapat di masing-masing wilayah kecamatan, yang

kondisi morfologinya relatif lebih datar dan lebih luas, disarankan untuk menjadi

daerah permukiman dengan KDB rendah (<20%).

3.1.6 Langkah-langkah Penyusunan Strategi Pembangunan Perkotaan

Terdapat delapan langkah penyusunan strategi pembangunan perkotaan yang

harus dipenuhi, yaitu:

1. Mensepakati Proses Penyusunan Strategi Pembangunan Kota

Dalam tahap ini perlu diidentifikasi key-person yang akan menjadi aktor utama

dalam penyusun Strategi Pembangunan Kota. Kesepakatan tersebut terutama

dalam:

a. Keseluruhan usaha penyusunan strategi pembangunan kota (perlu atau

tidak hal ini dilaksanakan)

b. Langkah-langkah apa yang harus dilaksanakan didalamnya termasuk

kesepatakan akan tujuan, langkah-langkah yang diharapkan format dan

penjadualan. peran dan fungsi masing-masing aktor, dan membentuk

kelompok kerja.

2. Mengidentifikasi Fungsi dan Peran Kota

Perlu diketahui kebijaksanaan yang telah ditetapkan bagi pemerintah daerah

yang bersangkutan dalam kaitan pembangunan kota. Perlu dipahami bahwa

sangat sedikit orang yang mengetahui peran dan fungsi kota sebenarnya

dalam proses pembangunan kota tersebut.

3. Mengidentifikasi Sasaran Jangka Waktu Tertentu

Dalam jangka waktu terlentu perlu diidentifikasikan apakah sasaran kota dalam

proses pembangunan nasional. Hal ini perlu dijabarkan dengan jelas.

4. Menilai Lingkungan Eksternal: Kesempatan dan Ancaman

Dalam melihat lingkungan eksternak tidak hanya bersifat fisik namun juga

ekonomi kota dalam arti seluas-luasnya.

5. Menilai Lingkungan Internal: Kelembahan dan Kekuatan Kota

Aspek yang harus dilihat adalah kendala dan potensi fisik, social, budaya,

ekonomi maupun kelembagaan pemerintah dan stakeholder.

6. Mengidentitikasi Isu-Isu Strategis yang Dihadapi Kota

(32)

yang dihadapi kota baik yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dan

sarana bidang PU/Cipta Karya, kelembagaan, maupun sosial kota.

7. Memformulasikan Strategi Dalam Menyelesaikan isu Pembangunan Kota

Terdapat heberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memformulasikan

skenario pengembangan. Perlu ditentukan terlebih dahulu alternatif strategi

beserta keuntungan dan kerugian dari masing-masing strategi. Setelah itu

dihadapkan pada key actor untuk mendapatkan arahan strategi yang mana yang

akan diambil.

8. Menetapkan Langkah-Langkah Pembangunan Kota

Berdasarkan strategi terpilih, maka dapat ditentukan langkah-langkah

pembangunan kota yang harus dilaksanakan.

3.2. Skenario Pengembangan Bidang PU/Cipta Karya

3.2.1 Rencana Induk Sistem (RIS)/Masterplan Infrastruktur

Program pembangunan Kabupaten Buru dalam 5 tahun ke depan dilakukan untuk

mengimplementasikan Visi dan Misi Kabupaten Buru yang dijabarkan berdasarkan

pendekatan kewilayahan sesuai dengan Sub Wilayah Pengembangan Pembangunan

Kawasan Kabupaten Buru, belum ada Rencana Induk Sistem (RIS)/Masterplan

Infrastruktur

3.2.2 Identifikasi Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur

Dari rumusan program diatas maka dapat dibuat rencana kebutuhan investasi

pembangunan infrastruktur yang mengacu pada Rencana Strategis dapat diperoleh

kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur di wilayah Kabupaten Buru sebagai

berikut :

A. SUB BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERBATASAN

I . PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

1. Penataan dan Peremajaan Kawasan 2. Peningkatan Lingkungan Permukiman

II. PROGRAM PENGEMBANGAN PRASARANA & SARANA KWS. AGROPOLITAN

B. SUB BIDANG PENATAAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

I. PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN 1. PEMBINAAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

(33)

II. PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

a. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional dan

Bangunan Bersejarah

b. Penataan Dan Revitalisasi Kawasan Provinsi Maluku

c. Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

C. SUB BIDANG PENGEMB. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

I PROGRAM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

1. Penyediaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

II PROGRAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

1. Pengembangan TPA Regional

III. PROGRAM PENGEMBANGAN DRAINASE PERKOTAAN)

1. Pembangunan Saluran Drainase Primer

2. Pembangunan Prasarana dan Sarana Drainase

D. SUB BIDANG PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM

PROGRAM FASILITASI PENGEMBANGAN SPAM KAWASAN KUMUH / NELAYAN

1) SPAM Desa

3.2.3 Logical Framework: Keterkaitan Rencana Pengembangan Wilayah

dan Rencana Pembangunan Infrastruktur (Masterplan Infrastruktur)

1. Program Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan

a. Perencanaan Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan

» Input : Pendanaan

» Output : Tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangunan Sarana

dan Prasarana Permukiman

» Outcome : Terimplikasikannya kebutuhan sarana dan prasarana

» Benefit : Kebutuhan masyarakat khususnya transportasi terpenuhi

» Impact : Kesejahteraan masyarakat meningkat

Program :

(34)

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Permukiman

» Outcome : Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana permukiman

» Benefit : Kebutuhan masyarakat khususnya transportasi terpenuhi

» Impact : Kesejahteraan masyarakat meningkat

Program :

• Peningkatan Jalan dan Jembatan

• Pembangunan Jalan dan Jembatan

• Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

2. Air Bersih

a. Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih

» Input : Pendanaan

» Output : Tersusunnya Sarana dan Prasarana Permukiman khususnya

sub bidang air bersih

» Outcome : Terimplikasikanya kebutuhan masyarakat khususnya sub

bidang pengelolaan air bersih

» Benefit : Kebutuhan masyarakat terpenuhi

» Impact : Pelayanan kepada masyarakat meningkat

Program :

• Penyusunan Master Plan Jaringan Air Bersih

b. Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Permukiman

» Outcome : Meningkatnya Pelayanan Sarana dan Prasarana sub bidang

air bersih

» Benefit : Kebutuhan Masyarakat terpenuhi

» Impact : Pelayanan kepada masyarakat meningkat

Program :

• Pembangunan Jaringan Air Bersih

• Pembangunan Reservoir untuk Penambahan Debit Air

• Penyediaan Prasarana Air Minum Masyarakat Pedesaan

3. Drainase

(35)

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Permukiman

» Outcome : Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana permukiman

» Benefit : Kebutuhan drainase terpenuhi

» Impact : Tingkat kesehatan masyarakat meningkat

Program :

• Penyusunan Master Plan Drainase

b. Pembangunan Prasarana dan sarana Drainase

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Permukiman

» Outcome : Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana permukiman

» Benefit : Kebutuhan drainase terpenuhi

» Impact : Tingkat kesehatan masyarakat meningkat

Program :

• Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Drainase

• Pembangunan Sarana dan Prasarana Drainase

4. Penataan Bangunan dan Lingkungan

a. Program Pengaman Pantai

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Kawasan Lingkungan Permukiman

» Outcome : Meningkatnya Pelayanan Sarana dan Prasarana permukiman

kepada masyarakat

» Benefit : Produktifitas masyarakat meningkat

» Impact : Kesejahteraan masyarakat meningkat

Program :

• Pembangunan Turap/Talud/ Bronjong

b. Pembangunan dan Rehabilitasi Kawasan Terisolir

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Kawasan Lingkungan Permukiman

» Outcome : Meningkatnya Pelayanan Sarana dan Prasarana permukiman

kepada masyarakat

» Benefit : Produktifitas masyarakat meningkat

(36)

Program :

• Program Pengendalian Banir

c. Pembangunan Kawasan Nelayan

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Kawasan Lingkungan Permukiman

» Outcome : Meningkatnya Pelayanan Sarana dan Prasarana permukiman

kepada masyarakat

» Benefit : Produktifitas masyarakat meningkat

» Impact : Kesejahteraan masyarakat meinngkat

Program :

• Penysunan Perencanaan Kawasan Kumuh Nelayan

• Pembangunan Kawasan Permukiman Nelayan

d. Pembangunan Kawasan Agropolitan

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Kawasan Lingkungan Permukiman

» Outcome : Meningkatnya Pelayanan Sarana dan Prasarana permukiman

kepada masyarakat

» Benefit : Produktifitas masyarakat meningkat

» Impact : Kesejahteraan masyarakat menIngkat

Program :

• Penyusunan Perencanaan Kawasan Agropolitan

• Pembangunan Kawasan Agropolitan

e. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Permukiman

» Outcome : Meningkatnya Pelayanan Sarana dan Prasarana permukiman

kepada aparat pemerintah

» Benefit : Produktifitas aparatur meningkat

» Impact : Pelayanan kepada masyarakat meningkat

Program :

• Pembangunan Gedung Negara

f. Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

(37)

» Output : Dukungan Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan

» Outcome : Pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan tertentu

» Benefit : Keseragaman fungsi pada kawasan-kawasan tertentu

» Impact : Peningkatan kualitas terhadap sarana dan dan prasarana

pada lingkungan tata bangunan dan lingkungan pada

kawasan khusus

Program :

• Pembangunan Sarana dan Prasarana Transportasi

• Pembangunan Sarana dan Prasarana Ekonomi

5. Penyehatan Lingkungan

a. Perencanaan Pembangunan Infrastruktur

» Input : Pendanaan

» Output : Sarana dan Prasarana Permukiman

» Outcome : Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana permukiman

» Benefit : Kebutuhan drainase terpenuhi

» Impact : Tingkat kesehatan masyarakat meningkat

Program :

• Penyusunan Master Plan Kegiatan

b. Pembangunan Infrastruktur Pedesaan

» Input : Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan

» Output : Dukungan Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan

» Outcome : Pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan tertentu

» Benefit : Keseragaman fungsi pada kawasan-kawasan tertentu

» Impact : Peningkatan kualitas terhadap sarana dan dan prasarana

pada lingkungan tata bangunan dan lingkungan pada

kawasan khusus

Program :

• Pengelolaan Air Limbah

• Pembangunan Saluran Drainase

• Pembatan Jalan setapak

• Pengelolaan Air Bersih

(38)

Gambar

Gambar 3.1 . Peta Struktur Ruang Kabupaten Buru
Gambar 3.2 . Peta Pola Ruang Kabupaten Buru
Tabel 3.1. Rencana Hirarki Pusat Pelayanan di Kabupaten Buru
Gambar 3.3 . Peta Wilayah Pengembangan Kabupaten Buru
+5

Referensi

Dokumen terkait

kabupaten/ kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional ( PKN ), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional ( PKSN ) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan,

Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh masyarakat di Desa bara Kecamatan Air Buaya Kabupaten Buru Propinsi Maluku maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Buru Selatan Tahun 2009-2029 yang selanjutnya disingkat RPJPD Kabupaten Buru Selatan adalah dokumen perencanaan

Hasil penelitian menenjukan bahwa produksi pada Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada area mangrove di Desa Kase Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan, ditemukan 3 spesies mangrove yakni Rhizophora

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Buru Kaghu Kecamatan Wewewa Selatan Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2019 diperoleh kesimpulan bahwa ada

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Desa yang ditetapkan sebagai pusat

Dari Gambar 1 tersebut, dapat dilihat bahwa pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kabupaten Nias terdiri dari pusat pertumbuhan utama di Kecamatan Gido dengan daerah