v
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi berprestasi pada anak
jalanan yang sekolah di SD “X” di Bandung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang dan sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Alat ukur yang digunakan dalam kuesioner mengacu pada Teori McClelland (1953), yang diadaptasi serta dimodifikasi oleh peneliti. Pada penelitian ini uji validitas menggunakan Spearmen dan uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi dan korelasi Spearman untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan memiliki taraf kesesuaian dan ketepatan dalam melakukan penelitian, dengan kata lain apakah alat ukur tersebut sudah benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Secara bersama-sama kelima karakteristik menunjukan motivasi berprestasi pada anak jalanan yang sekolah. Anak jalanan yang sekolah yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih banyak menunjukan karakteristik ketekunan. Anak jalanan yang sekolah yang memiliki motivasi berprestasi rendah menunjukan karakteristik ketekunan kemudian diikuti oleh pengaruh variasi dari tantangan tugas yang dihadapi, inovatif, tanggung jawab terhadap performa, dan kebutuhan evaluasi terhadap performa.
vi
Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
This research would like to reveral the achievement motivation in street children in elementary school "X" in Bandung. The number of samples in this research was 20 people and samples were selected based on purposive sampling technique.
The measurement tool which is used is questionnaire due to McClelland Theory (1953), that was adapted and also modified by the researcher. In these research validation test’s results by using Spearmen and reliability test with the coefficient Alpha Cronchbach’s formula. The datum of research were processed by using the analysis of frequency distribution techniques and Spearman correlation to determine whether the measurement tools used have a level of appropriateness and accuracy in assessing, in other words, whether the measure is really measuring what you want to measure. At the same time, the there of characteristics showed achievement motivation in school street children. Street children are schools with high achievement motivation showed more characteristics of persistence. Street children whose schools with low achievement motivation showed characteristic persistence, followed by the influence of variations in challenge a task presents, innovativeness, personal responsibility for performance, and need for performance feedback.
vii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman Judul
LEMBAR PENGESAHAN ………i
PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ………ii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ……….………iii
KATA PENGANTAR ………..iv
ABSTRAK ………v
ABSTRACT………vi
DAFTAR ISI ……….vii
DAFTAR TABEL ………....xi
DAFTAR BAGAN ………xii
BAB I PENDAHULUAN ………....1
1.1 Latar Belakang Masalah………...…………...1
1.2 Identifikasi Masalah ……….…………...7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ……….…………...7
1.3.1 Maksud Penelitian ……….…………...7
1.3.2 Tujuan Penelitian ……….8
1.4 Kegunaan Penelitian ………...8
1.4.1 Kegunaan Teoritis ………8
1.4.2 Kegunaan Praktis ………...8
1.5 Kerangka Pikir ………9
viii
Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..………....18
2.1 Motivasi Berprestasi ...…...………...18
2.1.1 Pengertian Motivasi Berprestasi....…..………18
2.1.2 Perkembangan Motivasi Berprestasi ....………...24 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motivasi Berprestasi .25 2.2 Periode Akhir Masa Kanak-Kanak (Late Childhood) ..…………..…………26
2.2.1 Ciri Akhir Masa Kanak-Kanak ...………..…………..27
2.2.2 Tugas Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak ..……….…………29
2.3 Anak Jalanan ………...30
2.3.1 Definisi Anak Jalanan ……….30
2.3.2 Ciri-Ciri Anak Jalanan ...………..……….32
2.3.3 Aktivitas Anak Jalanan...……….………...33
2.3.4 Masalah-Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan ……….33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..35
3.1 Rancangan Penelitian ………..35
3.2 Bagan Rancangan Penelitian………...35
3.3 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ……….36
3.3.1 Variabel Penelitian ……….36
3.3.2 Definisi Konseptual ……….36
3.3.3 Definisi Operasional ...37
3.4 Alat Ukur……….38
3.4.1 Spesifikasi Alat Ukur ...………38
ix
Universitas Kristen Maranatha
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ………41
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur...……….41
3.4.3.2 Reliabilitas Alat Uku………43
3.5 Karakteristik, Teknik Sampling dan Populasi Sasaran ………..44
3.5.1 Karakteristik Sampel ………...44
3.5.2 Teknik Penarikan Sampling ………45
3.5.3 Populasi Sasaran ...……….45
3.6 Teknik Analisis Data ………..45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……..………....47 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ...………47 4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Kelas...………..47 4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ..………..48
4.2 Hasil Penelitian …….………..48
4.2.1 Gambaran Motivasi Berprestasi ………..49
4.2.2 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dengan Karakteristik-Karakteristik ..50
4.2.3 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ...………..54
4.3 Pembahasan ...…….………..57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …….………..67
5.1 Kesimpulan …….………..………..67
5.2 Saran …….………...………..68
5.2.1 Saran Ilmiah …….………..……….………..68
x
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA ………...70
DAFTAR RUJUKAN ………71
DAFTAR LAMPIRAN ………xiii
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur 38
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Kelas 46
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 47
Tabel 4.3 Gambaran Motivasi Berprestasi 48
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dan Ketekunan 48
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dan Pengaruh Variasi dari
Tantangan Tugas yang Dihadapi 49
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dan Inovatif 50
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dan Tanggung Jawab Terhadap
Performa 51
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dan Kebutuhan Evaluasi Terhadap
Performa 52
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dan Lingkungan Keluarga 53
Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Motivasi Berprestasi dan Lingkungan
Akademik 54
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Motivasi Berprestasi dan Penilaian Individu Tentang
Dirinya 55
xii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pikir 16
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 KUESIONER PENGAMBILAN DATA
LAMPIRAN 2 KARAKTERISTIK RESPONDEN
LAMPIRAN 3 HASIL JAWABAN
LAMPIRAN 4 HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS
ALAT UKUR MOTIVASI BERPRESTASI DAN
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIKNYA
LAMPIRAN 5 GAMBARAN HASIL MOTIVASI BERPRESTASI DAN
KARAKTERISTIK
LAMPIRAN 6 GAMBARAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN DATA
PENUNJANG
LAMPIRAN 7 HASIL OUTPUT DISTRIBUSI FREKUENSI SPSS MOTIVASI
BERPRESTASI DAN KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK
LAMPIRAN 8 KISI-KISI ALAT UKUR
LAMPIRAN 9 KISI DATA PENUNJANG
1
Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai
dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang berusia di bawah
21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak juga mempunyai
berbagai kebutuhan, yaitu jasmani, rohani dan sosial. Sebagai manusia yang
tengah tumbuh-kembang, anak memiliki keterbatasan untuk mendapatkan
sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan hak anak.
Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam Konvensi PBB tentang
Hak-hak Anak dapat dikelompokkan menjadi empat jenis
(www.norwegia.or.id/About-Norway/policy/Kesempatan-yang setara/children/rights/27 Mei 2010 jam 20.32).
Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights), berupa hak-hak anak untuk
melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar
kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Hak terhadap
perlindungan (protection rights) yaitu perlindungan anak dari diskriminasi, tindak
kekerasan dan ketelantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga, dan bagi
2
Universitas Kristen Maranatha segala bentuk pendidikan (formal maupun non formal) dan hak untuk mencapai
standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan
sosial anak. Hak untuk berpartisipasi (participation rights) yaitu hak untuk
menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak.
Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) bahwa
fungsi keluarga dibagi menjadi delapan. Fungsi keluarga yang dikemukakan oleh
BKKBN ini senada dengan fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 1994, yaitu: fungsi pertama keagamaan, yaitu dengan memperkenalkan
dan mengajak anak serta anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama,
dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang
mengatur kehidupan ini serta ada kehidupan lain setelah di dunia ini. Fungsi
kedua sosial budaya, dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Fungsi ketiga cinta kasih, diberikan
dalam bentuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta memberikan
perhatian diantara anggota keluarga. Fungsi keempat melindungi, bertujuan untuk
melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota
keluarga merasa terlindung dan merasa aman. Fungsi kelima reproduksi,
merupakan fungsi yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak, serta memelihara dan merawat anggota keluarga. Fungsi
keenam sosialisasi dan pendidikan, merupakan fungsi dalam keluarga yang
dilakukan dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya,
3
Universitas Kristen Maranatha mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Fungsi ketujuh
ekonomi, adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari
sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang. Fungsi kedelapan pembinaan
lingkungan.
Namun pada kenyataannya tidak semua keluarga dapat berfungsi dengan
benar sehingga banyak anak yang tidak mendapatkan haknya, salah satunya
adalah anak jalanan. Dapat dilihat bahwa anak jalanan masih jauh berbeda dengan
anak normal pada umumnya. Khususnya pada anak jalanan yang masih duduk di
bangku Sekolah Dasar yang sebenarnya masih butuh perlindungan dan kasih
sayang dari orangtua. Namun dilihat bahwa anak jalanan ini tampak lebih mandiri
dan berdiri sendiri tanpa ada yang mendampingi dan mengarahkan kehidupannya,
sehingga apapun yang dilakukan anak jalanan tersebut mereka menganggap
bahwa hal itu sudah benar. Anak jalanan merupakan seseorang yang berumur
dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalanan
dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau
mempertahankan hidupnya (id.wikipedia.org/wiki/Anak_Jalanan 27 Mei 2010
Jam 21.17). Anak jalanan umumnya berasal dari keluarga yang ekonominya
lemah dan terjadi karena minimnya perhatian orang tua oleh kegiatan anaknya di
luar rumah. Anak-anak jalanan tersebut dipaksa oleh orang tua mereka untuk
4
Universitas Kristen Maranatha sehingga anak jalanan jadi merasa senang dan terbiasa untuk melakukan hal
tersebut.
Anak jalanan menghabiskan sebagian besar waktunya berada di jalanan atau
di tempat-tempat umum untuk mencari nafkah dari pada di rumah. Anak jalanan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun,
melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan dan mempunyai pekerjaan di
jalan, seperti mengemis, pedagang asongan, mengelap mobil, ngamen, dan
lain-lain (Departemen Sosial, 1996). Penampilan mereka kebanyakan kusam, pakaian
tidak terurus, dengan baju compang-camping, wajah kusam, dan badan kurus.
Faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak turun ke jalanan di antaranya
kekerasan dalam keluarga, dorongan keluarga, ingin bebas, ingin memiliki uang
sendiri, dan pengaruh teman. Selain faktor tersebut yang paling dominan menjadi
penyebab munculnya anak jalanan adalah faktor kondisi sosial ekonomi, di
samping karena adanya faktor (keluarga retak, rumah tangga berantakan),
keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua orangtua
(ayah atau ibu), disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan keluarga,
dan lain-lain serta berbagai faktor lainnya. Pada akhirnya memiliki dampak pada
anak yaitu malas sekolah, tidak ada yang menanggung biaya hidup, tidak mampu
membayar biaya sekolah, dan terpaksa (www.google.com).
Selain itu, ada juga sekian banyak anak jalanan yang tidak sekolah. Dimana
bagi seorang anak jalanan, pendidikan (sekolah) merupakan hal yang jauh dari
angan–angan (tidak terpikirkan). Bagi mereka pendidikan hanya menghabiskan
5
Universitas Kristen Maranatha uang untuk mereka sendiri. Namun tidak semua anak jalanan tidak berpendidikan,
karena ada segelintir anak jalanan yang dapat sekolah dengan membagi waktunya
antara belajar dan bekerja. Setelah mereka pulang sekolah, mereka langsung
melanjutkan pekerjaan mereka di jalanan. Walaupun demikian, masih banyak
anak jalanan tersebut yang berprestasi di sekolahnya. Hal ini terjadi karena adanya
keinginan untuk berhasil dari diri setiap anak jalanan. Alasan anak jalanan masih
tetap melanjutkan sekolah adalah untuk mengubah nasibnya melalui belajar untuk
menambah pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang akan menumbuhkan suatu harapan dalam menjalani hidup.
Tujuan belajar yang ditunjukkan anak jalanan yang sekolah dengan cara
membagi waktu seperti mengerjakan tugas sekolah setelah pulang sekolah
sebelum berangkat bekerja mencari nafkah di jalanan, sedangkan prestasi belajar
yang ditunjukkan anak jalanan yang sekolah dengan cara memperoleh hasil
belajar yang lebih tinggi dari orang lain. Dengan adanya prestasi yang pernah
diraih oleh seseorang, akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani
aktifitas. Dasar dari munculnya tingkah laku anak jalanan tersebut adalah motif.
Diantaranya adanya tantangan dari dalam diri anak jalanan untuk meraih
kesuksesan, bertahan lama dalam mengerjakan suatu tugas, meminta masukan
dari hasil pekerjaan yang ia lakukan, mampu bertanggung jawab secara individu,
memperbaiki pekerjaan yang salah menjadi benar, dan menciptakan cara belajar
yang baru.
Khususnya bagi anak jalanan yang sekolah yang duduk di bangku SD
6
Universitas Kristen Maranatha untuk mencapai keberhasilan dalam berkompetisi. SD “X” disini merupakan
sekolah yang bukan khusus sekolah bagi anak jalanan, namun sekolah ini
merupakan sekolah biasa yang di dalamnya terdapat beberapa anak yang sekolah
sekaligus memiliki pekerjaan sampingan setelah pulang sekolah yaitu mencari
nafkah di jalanan. Namun demikian, tidak sedikit anak jalanan yang sekolah
tersebut tidak berprestasi melainkan banyak anak jalanan yang sekolah tersebut
lebih berprestasi dibandingkan anak normal lainnya yang bukan bekerja di
jalanan.
Bila melihat survei awal yang dilakukan peneliti, ada anak jalanan yang tidak
sekolah dan ada yang sekolah. Survei terhadap 20 anak jalanan yang sekolah di
SD “X” terdapat sebanyak 30% anak jalanan yang sekolah tertarik untuk
mengerjakan tugas yang pada awalnya tugas tersebut mudah dan dilanjutkan
dengan tugas yang sulit karena dengan hal tersebut anak jalanan yang sekolah
dapat bekerja lebih keras, hal tersebut menunjukkan adanya karakteristik
pengaruh variasi tantangan tugas yang dihadapi. Terdapat sebanyak 15% anak
jalanan yang sekolah mampu bertahan dalam waktu yang lebih lama dalam
mengerjakan tugas yang sulit dan mereka mampu dalam mengatasi kesulitannya
tersebut, hal tersebut menunjukkan adanya karakteristik ketekunan. Terdapat
sebanyak 10% anak jalanan yang sekolah bertanggung jawab terhadap hasil yang
diperoleh dari tugas yang mereka kerjakan dimana mereka telah
memperhitungkan risiko yang akan mereka hadapi, hal tersebut menunjukkan
adanya karakteristik tanggung jawab terhadap hasil. Terdapat sebanyak 25% anak
7
Universitas Kristen Maranatha hasil yang telah mereka peroleh agar mereka dapat berusaha memperoleh hasil
yang lebih efektif lagi, hal tersebut menunjukkan adanya karakteristik kebutuhan
evaluasi terhadap hasil. Terdapat sebanyak 20% anak jalanan yang sekolah aktif
dalam mencari informasi baru dan berusaha untuk menghindari rutinitas, hal
tersebut menunjukkan adanya karakteristik inovatif. Namun ada juga anak jalanan
yang sekolah tidak suka mengerjakan tugas yang sulit, menghindari kesulitan
tersebut, tidak bertanggung jawab terhadap hasil yang telah diperoleh,
menghiraukan feedback, dan pasif. Tingkah laku yang ditampilkan anak jalanan
yang sekolah tersebut menunjukkan adanya motif, yaitu motif berprestasi.
Tergerak dari asumsi dan fakta-fakta di atas peneliti merasa tertarik untuk
meneliti mengenai motif berprestasi pada anak jalanan yang sekolah di SD “X” di
Bandung.
1.2Identifikasi Masalah
Ingin mengetahui bagaimana gambaran motivasi berprestasi pada anak jalanan
yang sekolah di SD “X” di Bandung.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran tentang motivasi berprestasi pada anak
8
Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui derajat motivasi berprestasi pada anak jalanan yang
sekolah di SD “X” di Bandung dan kaitannya dengan faktor-faktor yang
berpengaruh.
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi penerapan ilmu Psikologi khususnya dalam
ilmu Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sosial.
Memberikan informasi tambahan bagi peneliti lain yang tertarik untuk
meneliti topik serupa dan dapat mendorong dikembangkannya penelitian
yang berhubungan dengan hal tersebut.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada siswa mengenai gambaran motivasi
berprestasi yang dimiliki siswa agar dapat digunakan untuk meningkatkan
dan mengembangkan motivasi berprestasi siswa.
Memberikan informasi kepada kepala sekolah dan guru mengenai
gambaran motivasi berprestasi yang dimiliki siswa, yang selanjutnya
digunakan untuk mengembangkan motivasi berprestasi siswa.
Memberikan informasi kepada orangtua mengenai
karakteristik-karakteristik motivasi berprestasi agar dapat meningkatkan motivasi
9
Universitas Kristen Maranatha 1.5Kerangka Pemikiran
Pada usia akhir masa kanak-kanak, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa, dan mempelajari pelbagai keterampilan penting tertentu, baik
keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Para pendidik juga memandang
periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa dimana
anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat
sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja di bawah, di atas, atau sesuai
dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa. Apabila anak
mengembangkan kebiasaan untuk bekerja sesuai atau di bawah, atau di atas
kemampuannya, kebiasaan ini akan menetap dan cenderung mengenai semua
bidang kehidupan anak, tidak hanya di bidang akademik saja. Tugas-tugas
perkembangan akhir masa kanak-kanak adalah mempelajari keterampilan fisik
yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum, membangun sikap yang
sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh, belajar
menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, mulai mengembangkan peran
sosial pria atau wanita yang tepat, mengembangkan keterampilan-keterampilan
dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan
pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, mengembangkan hati
nurani, pengertian moral, dan tata serta tingkatan nilai, mengembangkan sikap
terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga, dan mencapai
10
Universitas Kristen Maranatha Pada kenyataannya dewasa ini terdapat sekelompok kanak-kanak yang lebih
banyak menghabiskan waktunya di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya
untuk mencari nafkah atau hanya berkeliaran saja. Khususnya anak-anak pada
usia kanak-kanak antara 6 sampai 12 tahun yang seharusnya masih dalam
perlindungan orangtua untuk mendidik anak dalam pertumbuhan atau
perkembangan kehidupannya. Kelompok kanak-kanak inilah yang kita kenal
dengan ”anak jalanan” (Departemen Sosial, 1996). Di Indonesia, anak jalanan
berada di usia 0-18 tahun. Anak jalanan biasanya memiliki ciri-ciri penampilan
yang tidak rapih dan kumal, tingkat kemandirian tinggi, banyak akal atau kreatif,
seringkali murung, curiga terhadap orang-orang di sekitarnya, terbuka dalam
mengungkapkan pendapat, keras hati, dan serius dalam mengerjakan sesuatu
(www.google.com). Keadaan anak jalanan yang mengharuskan ia mencari nafkah
atau berkeliaran di jalanan jelas sangat menyimpang dari fungsi sosialnya sebagai
seorang anak yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan mempunyai peran
di rumah, sekolah, dan juga lingkungan bermainnya. Beberapa di antara anak
jalanan ini masih tinggal serumah dengan orangtua, dimana orangtua dipandang
sebagai fasilitator bagi mereka. Orangtua menjadi tempat mereka berlindung,
memberi mereka kasih sayang, dan juga mengajarkan beberapa hal yang
ditanamkan dalam diri mereka. Salah satu definisi menyebutkan bahwa anak
jalanan merupakan “anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari
nafkah (Departemen Sosial, Aura No. 26, 1997)”.
Oleh karena itu, pada akhirnya memiliki dampak pada anak yaitu malas
11
Universitas Kristen Maranatha sekolah, dan terpaksa. Tetapi dapat dilihat bahwa tidak semua anak jalanan
tersebut tidak berpendidikan, karena terdapat segelintir anak jalanan yang dapat
sekolah dengan membagi waktunya. Biasanya sepulang sekolah, anak jalanan
yang sekolah tersebut langsung melanjutkan pekerjaan di jalanan. Beberapa anak
jalanan masih tetap melanjutkan sekolah karena ingin mengubah nasib melalui
belajar untuk meraih prestasi. Dasar dari munculnya tingkah laku tersebut adalah
motif, dimana motif yang dimaksud adalah motif berprestasi.
Menurut McClelland (1953:78) bahwa Achievement motive is motive to reach
success in competition with some standard of excellence (motif berprestasi adalah
motif untuk mencapai keberhasilan dalam berkompetisi dengan berbagai standar
keunggulan). McClelland mengatakan bahwa motif terdiri dari tiga jenis yaitu
motif berprestasi, motif afiliasi, dan motif kekuasaan. Motif berprestasi
merupakan satu diantara tiga motif sosial yang mendasari tingkah laku individu
untuk mencapai tujuan. Motif afiliasi yaitu motif yang mengarahkan individu
untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Motif kekuasaan yaitu motif yang
mendorong individu untuk menguasai atau mendominasi orang lain. Ketiga motif
ini disebut motif sosial karena motif ini dipelajari oleh individu sebagai hasil
interaksi dan sosialisasi yang dialami selama masa perkembangan dalam suatu
lingkungan sosial.
Hasil penelitian McClelland menyatakan bahwa perbedaan yang terjadi pada
setiap orang dikarenakan adanya perbedaan kekuatan motif. Umumnya satu yang
menonjol, sehingga motif mana yang mewarnai tingkah laku sangat tergantung
motif-12
Universitas Kristen Maranatha motif tersebut benar-benar ditampilkan atau tidak, tergantung dari situasi dan
lingkungan, artinya apakah ada kesempatan atau tidak dalam mewujudkan
motifnya pada tingkah laku tertentu. Secara umum McClelland (1953)
menyebutkan lima karakteristik yang membedakan tingkat motif berprestasi
seseorang, yaitu pengaruh variasi dari tantangan tugas yang dihadapi, ketekunan,
tanggung jawab terhadap performa, kebutuhan evaluasi terhadap performa, dan
inovatif.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak jalanan yang sekolah mengenai
motif berprestasi, motif afiliasi, dan motif kekuasaan maka dapat dikatakan bahwa
setiap anak jalanan memiliki ketiga motif tersebut. Namun yang membedakan
ketiga motif tersebut adalah derajat dari setiap motif yang dimiliki oleh anak
jalanan yang sekolah. Motif yang paling dominan bagi setiap anak jalanan yang
sekolah juga sebagian besar berbeda dengan yang lainnya. Anak jalanan yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih banyak dibandingkan anak jalanan yang
motivasi berprestasinya rendah, sehingga dua motif lainnya seperti motif afiliasi
dan motif kekuasaan tidak memperoleh hasil yang lebih baik bagi anak jalanan
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dibandingkan dengan anak jalanan yang
sekolah yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
Anak jalanan yang sekolah yang memiliki motif berprestasi tinggi ingin
meraih prestasi dan memperlihatkan kemampuannya melalui
karakteristik-karakteristik yang mempengaruhi motif berprestasi. Karakteristik pertama adalah
pengaruh variasi dari tantangan tugas yang dihadapi. Anak jalanan yang sekolah
13
Universitas Kristen Maranatha dengan tugas yang sulit. Dengan hal tersebut anak jalanan yang sekolah dapat
bekerja lebih keras dan dapat mempelajari hal-hal baru sehingga anak jalanan
yang sekolah dapat memperoleh pemikiran yang lebih luas dan mendalam
dibandingkan dengan anak jalanan yang sekolah yang tidak mau menghadapi
tantangan dalam mengerjakan tugas yang sulit.
Karakteristik kedua adalah ketekunan. Anak jalanan yang sekolah mampu
bertahan dalam waktu yang lebih lama dalam mengerjakan tugas yang sulit.
Selain itu, anak jalanan yang sekolah juga mampu dalam mengatasi kesulitan
yang dihadapi tanpa harus memilih tugas yang disukai atau tidak disukai dan atau
tugas yang penting atau tidak penting, sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki
anak jalanan yang sekolah juga lambat laun dapat semakin bertambah.
Karakteristik ketiga adalah tanggung jawab terhadap performa. Anak jalanan
yang sekolah bertanggung jawab terhadap hasil yang telah diperoleh dari tugas
yang dikerjakan. Anak jalanan yang sekolah juga telah memperhitungkan resiko
yang akan mereka hadapi, sehingga anak jalanan yang sekolah tersebut dapat
menindaklanjuti hasil yang diperoleh menjadi lebih baik lagi. Anak jalanan yang
sekolah bertanggung jawab untuk memperbaiki hasil yang jelek dan
mempertahankan hasil yang bagus.
Karakteristik keempat adalah kebutuhan evaluasi terhadap performa. Anak
jalanan yang sekolah memiliki kebutuhan untuk mendapatkan feedback dari guru
terhadap hasil yang telah diperoleh agar anak jalanan yang sekolah tersebut dapat
14
Universitas Kristen Maranatha berdampak terhadap anak jalanan yang sekolah ketika mengerjakan tugas agar
tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan tugas sebelumnya.
Karakteristik kelima adalah inovatif. Anak jalanan yang sekolah aktif dalam
mencari informasi yang baru dan berusaha untuk menghindari rutinitas yang ada.
Hal ini berpengaruh terhadap cara belajar anak jalanan yang sekolah tersebut,
dimana ketika anak jalanan yang sekolah mendapatkan tugas dari guru, anak
jalanan yang sekolah dapat mengerjakan tugas tersebut dengan cara yang berbeda
dengan tugas-tugas sebelumnya sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki anak
jalanan yang sekolah akan semakin luas.
Anak jalanan yang sekolah yang memiliki motif berprestasi rendah adalah
anak jalanan yang sekolah yang tidak suka mengerjakan tugas yang sulit. Anak
jalanan yang sekolah tersebut menghindari kesulitan yang terdapat pada tugas.
Selain itu, anak jalanan yang sekolah juga tidak bertanggung jawab terhadap hasil
yang telah diperoleh. Kemudian anak jalanan yang sekolah menghiraukan
feedback yang diberikan oleh guru. Selain itu, anak jalanan yang sekolah juga
terlihat pasif dan lebih memilih untuk lebih banyak diam tanpa berusaha ketika
harus menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru di sekolah
atau anak jalanan yang sekolah tersebut memilih untuk bekerja di jalanan
dibandingkan harus mengerjakan tugas.
Faktor yang turut mempengaruhi motif berprestasi, antara lain penilaian
individu tentang dirinya, lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan
akademik. Faktor yang pertama adalah penilaian individu tentang dirinya. Faktor
15
Universitas Kristen Maranatha penilaian atau pandangan orang lain tentang dirinya maupun penilaian individu
sendiri tentang kondisi fisiknya, kemampuan melakukan suatu tugas atau apa
yang dirasakannya. Faktor yang kedua adalah lingkungan keluarga. Faktor ini
menjelaskan bahwa relasi yang kurang harmonis dalam keluarga dapat
menimbulkan gangguan-gangguan emosional pada anggota keluarga, termasuk
anak sebagai anggota sebuah keluarga. Anak yang berada dalam lingkungan
keluarga yang harmonis akan merasa aman dan mampu untuk mengekspresikan
diri dan merealisasikan dirinya, sedangkan anak yang berada dalam keluarga yang
kurang harmonis akan merasa tidak nyaman berada dalam keluarga tersebut.
Faktor yang ketiga adalah lingkungan sosial, merupakan lingkungan sekitar
tempat individu hidup dan bergaul sehari-hari. Hal ini menjelaskan bahwa anak
jalanan yang memiliki relasi yang bagus akan mampu merangsang anak tersebut
untuk meningkatkan motivasi berprestasinya. Faktor yang keempat adalah
lingkungan akademik. Lingkungan akademik menyangkut sejauh mana sebuah
institusi pendidikan dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai siswa berprestasi
di sekolahnya, meliputi fasilitas yang disediakan, hubungan antara siswa dan
guru, dan hubungan antar siswa sendiri. Dengan demikian anak tersebut dapat
mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasinya karena mereka
merasa aman dalam mengekspresikan diri. Adapun skema kerangka pikir di atas
16
Universitas Kristen Maranatha
Skema 1.1 Kerangka Pikir
Tinggi Motivasi
berprestasi
Rendah
Karakteristik :
1. Pengaruh variasi dari tantangan tugas yang dihadapi
2. Ketekunan
3. Tanggung jawab terhadap performa
4. Kebutuhan evaluasi terhadap performa
5. Inovatif
Faktor yang mempengaruhi :
1. Penilaian individu tentang dirinya
2. Lingkungan keluarga
3. Lingkungan sosial
4. Lingkungan akademik
17
Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi-Asumsi
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat ditarik asumsi :
1. Setiap anak jalanan yang sekolah memiliki derajat motivasi berprestasi
yang berbeda-beda.
2. Perbedaan dalam motivasi berprestasi tersebut berkaitan dengan lima
karakteristik yaitu pengaruh variasi dari tantangan tugas yang dihadapi,
ketekunan, tanggung jawab terhadap performa, kebutuhan evaluasi
67
Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi yang
dilakukan kepada 20 orang anak jalanan yang sekolah di SD “X” di Bandung,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkatan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh anak jalanan relatif
seimbang. Hal ini dapat dilihat dimana terdapat 50% anak jalanan yang
sekolah memiliki motivasi berprestasi rendah dan 50% memiliki motivasi
berprestasi tinggi.
2. Anak jalanan yang memiliki motivasi berprestasi rendah menunjukan
karakteristik ketekunan, pengaruh variasi dari tantangan tugas yang
dihadapi, inovatif, tanggung jawab terhadap performa, dan kebutuhan
evaluasi terhadap performa yang rendah pula.
3. Karakteristik ketekunan lebih banyak ditunjukkan oleh anak jalanan yang
sekolah yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Hal ini tampak bahwa
anak jalanan yang sekolah mampu mengelola energi untuk konsentrasi dan
tekun dalam mengerjakan tugas-tugas.
4. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi berprestasi
tinggi pada anak jalanan yang sekolah adalah lingkungan keluarga dan
68
Universitas Kristen Maranatha terhadap motivasi berprestasi rendah pada anak jalanan yang sekolah
adalah lingkungan sosial.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan
beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
5.2.1 Saran Ilmiah
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak jalanan yang sekolah yang
memiliki motivasi berprestasi rendah dan tinggi relatif sama. Oleh
karena itu bagi peneliti lain yang ingin meneliti motivasi berprestasi,
dapat melakukan penelitian ini lebih lanjut, yaitu dengan meneliti lebih
mendalam dan spesifik mengenai kehidupan sehari-hari subjek dan
aktifitas yang mereka lakukan agar dapat lebih menggambarkan
motivasi berprestasi pada anak jalanan tersebut.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian motivasi berprestasi pada
Anak Jalanan yang Sekolah pada jenjang yang lebih tinggi.
5.2.2 Saran Praktis
1. Bagi anak jalanan yang sekolah di SD “X” di Bandung, penelitian ini
dapat dijadikan sebagai informasi mengenai motivasi berprestasi.
Diharapkan anak jalanan yang sekolah tersebut dapat tetap
mempertahankan energinya untuk konsentrasi dan bertahan dalam
69
Universitas Kristen Maranatha 2. Bagi setiap anak jalanan yang sekolah di SD “X” di Bandung,
diharapkan dapat bertanggung jawab terhadap hasil tugas yang telah
dikerjakan dan meminta feedback kepada guru mata pelajaran agar
dapat memperbaiki hasil kerja yang sebelumnya menjadi lebih baik.
3. Bagi kepala sekolah dan guru yang mengajar di sekolah tersebut,
sebagai orang-orang yang paling berkompeten terhadap siswa
diharapkan dapat membimbing siswa-siswi yang bekerja di jalanan
untuk dapat meningkatkan motivasi berprestasinya dalam bidang
akademik dengan cara memberikan masukan atas hasil tugas-tugas
yang mereka peroleh dan memberikan arahan ke jalan yang lebih baik
atas apa yang mereka tampilkan di kehidupan sehari-hari di sekolah.
4. Bagi orangtua, sebagai orang yang signifikan bagi anak jalanan yang
sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kecenderungan anak jalanan
untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan di sekolah yang
menjadi tanggung jawab mereka. Adapun caranya adalah dengan
memberikan pujian bagi anak jalanan jika mereka mendapatkan hasil
yang memuaskan dan teguran jika mereka tidak atau mulai jarang
mengerjakan tugas, agar muncul efek menyenangkan dari anak jalanan
70
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1974. Personality Development. New Delhi : Hill Publishing Company
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. 3rd ed. Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company.Ltd.
McClelland, D. C., Atkinson, J. W., Clark, R. A., and Lowell, E. L. 1953, The
Achievement Motive First Edition. New York : Appletion Century Crofts
Nazir, Moh., Ph. D. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Rotter, J. B., Chance, J. E., and Phares, E. J. 1972. Application of a Social
Learning Theory of Personality. New York : Holt, Reinhart, and Winston,
Inc.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.
Sobur, Alex. W, 2003. Psikologi Umum. Bandung : Cv. Pustaka Setia
Sugiyono. 2004. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sumantri, Suryana. 1995. Prestatie Motivatie Test Hermans. Jakarta
71
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Eko, Ratih. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Semester IV yang Bekerja Paruh Waktu di Universitas “X” Kota Bandung. Universitas Kristen Maranatha.
id.wikipedia.org/wiki/Anak_Jalanan, diunduh pada tanggal 27 Mei 2010 Jam
21.17.
Indra, Fanny. 2006. Suatu Studi Deskriptif Mengenai Locus of Control Pada
Anak-Anak Jalanan di “Rumah Musik Harry Roesli” Bandung. Universitas
Kristen Maranatha.
Shinta, Aurelia. 2006. Suatu Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berprestasi Pada
Mahasiswa Angkatan 2004 yang Mengikuti Ujian Perbaikan di Fakultas
Psikologi Universitas “X” Bandung. Universitas Kristen Maranatha.
www.norwegia.or.id/About-Norway/policy/Kesempatan-yang