1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang pravelensinya di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai bagi kesehatan karena tidak tampak tanda dan gejala dari luar, akan tetapi dapat menyebabkan komplikasi pada organ tertentu hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satu secara global.
Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan oleh hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke dan gagal ginjal. Komplikasi pada organ tubuh dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi (Maryono et al., 2020). Hipertensi atau yang sering dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan yang dimana terjadinya peningkatan suatu tekanan darah yang melebihi batas normal 120/80 mmHg, yang peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Nadia et al., 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% atau milyar orang diseluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi (DepKes RI, 2019).
Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun keatas mengalami hipertensi pada tahun 2014. Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus meningkat.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 memperlihatkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami kenaikan dari 25,8% menjadi 34,1% dengan estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia adalah sebesar 63.309.620 orang, dengan kematian
2
akibat hipertensi sebesar 427.218. Prevalensi hipertensi berdasarkan usia penduduk
≥18 tahun (34,1%) yaitu 31-44 tahun (31,6%), usia 45-54 tahun (45,3%), dan usia 55-64 tahun (55,2%) (Kemenkes RI, 2019).
Manifestasi klinis yang kerap dialami hipertensi (Corwin (2001, dalam Nuraini, 2015) seperti obstructive sleep apnea syndrome (OSAS), restless legs syndrome, sakit kepala, pusing, sesak nafas, nokturia yang bisa mengganggu tidur penderita.
Sakinah (2018) di dapatkan kualitas tidur penderita hipertensi sebanyak 94,9 % memiliki kualitas tidur yang buruk. Permasalahan yang di alami diantaranya tidak dapat tertidur dalam 30 menit, durasi tidur<5 jam, terbangun di tengah malam atau pagi sekali, dan terbangun karena ingin ke toilet. Durasi tidur yang pendek atau singkat selain dapat meningkatkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung, juga dapat meningkatkan aktivitas system saraf simpatik dan merangsang stress, yang pada akhirnya bisa menyebabkan hipertensi. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi (Merdekawati et al., 2021).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang artinya secara alamiah manusia akan membutuhkan tidur sebagai kebutuhan hidup manusia sehari - hari. Tidur sebagai keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap rangsangan internal. Pada keadaan tidur kita dianggap mengalami keadaan pasif dari kehidupan manusia. Tidur terdiri dua tahapan yaitu Rapid Eye Movement (REM), yaitu active sleep dan Non-Rapid Eye Movement (NREM). NREM yaitu quiet sleep yang berfungsi untuk memperbaiki kembali organ-organ tubuh manusia.
Rapid Eye Movement akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang menuju ke otak (Martini et al., 2018).
Pada beberapa penelitian didapatkan adanya hubungan antara durasi tidur dengan penyakit kardiovaskular. Short sleep duration atau tidur malam < 6 jam dapat meningkatkan tekanan darah, stroke, infark miokard, diabetes dan kematian akibat Penyakit Jantung Koroner (PJK). Sedangkan Long sleep duration atau tidur malam lebih dari 9 jam juga berhubungan dengan beberapa penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan stroke (Lisiswanti, 2016). Selain itu, durasi tidur pendek
3
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan hipertensi karena peningkatan tekanan darah 24 jam dan denyut jantung pada seseorang, peningkatan sistem saraf simpatik, dan peningkatan retensi garam dapat menyebabkan perubahan strukturak system kardiovaskuler atau denyut jantung sehingga tekanan darah seseorang menjadi tinggi, hal ini yang bisa menyebabkan seseorang menderita hipertensi (Martini et al., 2018).
Dari penjelasan diatas maka peneliti tertarik mengangkat judul “Study Literatur Hubungan Antara Durasi Tidur Terhadap Resiko Hipertensi”. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat terindetifikasi hubungan durasi tidur pada penderita hipertensi sehingga para penderita hipertensi bisa merubah durasi tidur mereka.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, yaitu adakah hubungan antara durasi tidur terhadap resiko hipertensi.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan antara durasi tidur terhadap resiko hipertensi.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teori maupun manfaat secara praktik.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan untuk mengetahui adanya hubungan antara durasi tidur terhadap resiko hipertensi. Sehingga bisa menjadi sumber ilmu maupun referensi dimasa yang akan mendatang.
4 1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi instalasi kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam mengambil kebijakan untuk mengingatkan kualitas layanan kesehatan khususnya dalam durasi tidur pada penderita hipertensi.
1.4.2.2 Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan ilmu pengetahuan dan informasi mengenai durasi tidur yang baik sehingga dapat menurunkan tensi atau tekanan darah pada penderita hipertensi.
1.4.2.3 Bagi peniliti selanjutnya
Diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan variabel- variabel penelitian lain mengenai hipertensi dan mengenai hubungan durasi tidur.
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Noveliani et al. (2017) yang meneliti tentang PenelitianPengaruh Durasi Jam Tidur terhadap Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Angkatan 2013. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara jumlah jam tidur dengan nilai tekanan darah. jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 65 orang mahasiswa FK Ukrida Angkatan 2013. Kriteria inklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian ini adalah mahasiswa FK Ukrida angkatan 2013. Desain penelitian yang digunakan cross-sectional. Intevensi pada penelitian ini adalah Pengukuran tekanan darah diambil dengan menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop, pengukuran dilakukan tiga kali untuk mendapatkan tekanan darah yang baik. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara durasi jam tidur dengan tekanan darah. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya terletak pada sampel penelitian dan desain penelitian yang digunakan.
Sampel penelitian dalam penelitian sebelumnya yaitu mahasiswa sedangkan dalam sampel dalam penelitian sekarang sampelnya yaitu beberapa jurnal yang
5
berhubungan dengan durasi tidur dan hipertensi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya yaitu cross-sectional sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian sekarang adalah study literatur.
Penelitian yang dilakukan Prihatiningsih (2019) yang meneliti tentang Sleep Duration, Perceived Job Stress and Risk of Hypertension among Engineering Workers. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan darah sebagai suatu risiko hipertensi yang terkait dengan durasi tidur dan stres kerja yang dirasakan pekerja teknik. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 104 responden.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara durasi tidur yang tidak normal dan ketegangan pekerjaan yang bias menyebabkan hipertensi, dan perbedaan yang signifikan dari tingkat tekanan darah sistolik dan diastolik mereka. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya terletak pada sampel penelitian dan desain penelitian yang digunakan. Sampel penelitian dalam penelitian sebelumnya yaitu pekerja sedangkan sampel dalam penelitian sekarang yaitu beberapa jurnal yang berhubungan dengan durasi tidur dan hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Shulman, Cohen, Grandner, Gislason, Mbchb, et al. (2018) yang meneliti tentang Sleep duration and 24‐hour ambulatory blood pressure in adults not on antihypertensive medications. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 15 responden. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai durasi tidur yang pendek dengan tekanan darah namun dapat menjadi acuan untuk deteksi dini hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya terletak pada sampel penelitian. Sampel penelitian dalam penelitian sebelumnya yaitu responden sedangkan dalam sampel dalam penelitian sekarang sampelnya yaitu beberapa jurnal yang berhubungan dengan gangguan pola tidur dan hipertensi.