• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RISMA NADIYANTI G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RISMA NADIYANTI G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS PEKERJAAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEINTIMAN KELUARGA PADA

ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB SETYADHARMA TIPE C SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RISMA NADIYANTI G0016186

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2020

(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Retardasi Mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta

RISMA NADIYANTI, NIM: G0016186, Tahun: 2020

Telah di setujui untuk diuji dihadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Jumat, Tanggal 17 Januari 2020

Pembimbing Utama,

I GUSTI BAGUS INDRO NUGROHO, dr., Sp. KJ

NIP. 197310032005011001

Pembimbing Pendamping,

Dra. Martini, M.Si.

NIP. 195711131986012001

Penguji Utama,

Dr GST AYU MAHARATIH, dr., Sp. KJ(K), Mkes NIP. 196606302010012002

(3)

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan Orangtua dengan Tingkat Keintiman Keluarga pada Anak

Retardasi Mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta

Risma Nadiyanti, NIM: G0016186, Tahun: 2020

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Jumat, Tanggal 17 Januari 2020

Pembimbing Utama

Nama : I Gusti Bagus Indro Nugroho, dr., Sp.KJ NIP : 197310032005011001

(……….)

Pembimbing Pendamping Nama : Dra. Martini, M.Si.

NIP : 195711131986012001

(……….)

Penguji Utama

Nama : Dr GST. Ayu Maharatih, dr., Sp.KJ(K),M.kes

NIP : 196606302010012002

(……….)

Surakarta,……….

Kepala Program Studi

Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr.,M.Pd.

NIP. 197503112002122002

Kepala Program Studi

dr. Kusmadewi Eka D.,M.Gizi NIP. 198305092008012005

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftarpustaka.

Surakarta, 17 Januari 2020

Risma Nadiyanti NIM. G0016186

(5)

v

ABSTRAK

Risma Nadiyanti. G0016186. 2020. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan Orang Tua dengan Tingkat Keintiman Keluarga pada Anak Retardasi Mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta

Latar Belakang: Retardasi mental merupakan suatu gangguan karateristik.

Penderitanya memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata dan mengalami kesulitan dalam beradaptasi maupun kesulitan dalam melakukan aktivitas sosial, bahkan dalam melakukan kegitan sehari-hari seperti dalam hal makan,minum dan mandi. Anak retardasi mental memerlukan bantuan dari orang lain terutama orangtuanya. Peran penting orang tua pada keluarga yang intim sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Keluarga yang harmonis ditandai dengan adanya kerjasama dan relasi yang sehat antar anggota keluarga. Pendidikan orang tua memiliki peranan penting dan akan mempengaruhi dalam menanamkan sikap dan kepribadian anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dan status pekerjaan orangtua dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental di SLB Setya Dharma tipe C Surakarta.

Metode: Jenis penelitian ini ialah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Dengan menggunakan total sampling subjek yang diteliti adalah orang tua anak retardasi mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta dengam melakukan pengisian kuesioner keintiman keluarga sebanyak 36 responden data kemudian diolah dengan uji statistik Chi-square dan Analisis Uji Regresi Logistik menggunakan program SPSS 21.

Hasil: Berdasarkan hasil Uji Regresi Logistik didapatkan nilai p-value pendidikan terakhir orang tua dengan keintiman keluarga sebesar 0,640 dan p-value status pekerjaan orangtua dengan keintiman keluarga 0,998

Kesimpulan: Tidak terdapat adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan terakhir orangtua dan status pekerjaan orangtua dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta.

Kata Kunci : Retardasi Mental, Keintiman Keluarga, Pendidikan Orang Tua, Pekerjaan Orang Tua

(6)

vi

ABSTRACT

Risma Nadiyanti. G0016186. 2020. Relationship of Education Level and Parent's Work Status with Level of Family Intimacy in Mental Retardation Children in SLB Setya Dharma Type C Surakarta

Background: Mental retardation is a characteristic disorder. Sufferers have a level of intelligence below the average and have difficulty in adapting or difficulty in carrying out social activities, even in carrying out daily activities such as in terms of eating, drinking and bathing. Children with mental retardation need help from others, especially their parents. The important role of parents in an intimate family is very influential in the development of children. A harmonious family is characterized by healthy cooperation and relationships between family members.

Parental education has an important role and will influence in instilling the attitude and personality of children. This study aims to look at the relationship between the level of education and work status of parents with family intimacy in children with mental retardation in SLB Setya Dharma type C Surakarta.

Method: This type of research is descriptive analytic with cross sectional approach. By using total sampling the subjects studied were parents of mentally retarded children in SLB Setya Dharma Type C Surakarta by filling in a family intimacy questionnaire as many as 36 respondent data then processed with Chi- square statistical tests and Logistic Regression Analysis Analysis using SPSS 21 program.

Results: Based on the results of the Logistic Regression Test, the p-value of the last education of parents with family intimacy was 0.640 and the p-value of the work status of parents with family intimacy was 0.998.

Conclusion: There is no significant relationship between the level of parental past education and parental employment status with family intimacy in mentally retarded children in SLB Setya Dharma Type C Surakarta.

Keywords: Mental Retardation, Family Intimacy, Parental Education, Parents' Work

(7)

vii PRAKATA

Alhamdulillah segala puji peneliti panjatkan untuk Allah subhanahu wa ta’ala karena hanya berkat rahmat dan pertolongan-Nya, peneliti dapat menyelesaikan laporan skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan salah satu program studi Program Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak dan instansi terkait, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terimakasih diberikan kepada :

1. Dr. Reviono, dr., Sp.P (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., MPd selaku Ketua Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Kusumadewi Eka Damayanti, dr., M.Gizi, selaku Ketua Tim Skripsi serta seluruh Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. I Gusti Bagus Indro N., dr., Sp.KJ., selaku pembimbing utama dan Dra.

Martini, M.Si. selaku pembimbing pendamping yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis dalam menulis skripsi.

5. Dr. Gst. Ayu Maharatih, dr., SpKJ(K)., selaku penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan kritik,saran dan bimbingan untuk menyempurnakan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Sri Mulyani, S.Pd., selaku Kelapa Sekolah, Ibu Zagita P.

Purwaningsih, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah dan seluruh pihak Slb Setya Dharma Tipe C Surakarta yang telah membantu dalam penusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua, Asmo dan Waryati, juga kepada saudara peneliti, Rian Marfiliyanto, H.ludfiana, serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan.

8. Sejawat saya Berliana Kunto, Karina wahyu, Jihan santi, Dinabestika, yang telah memberikan semangat dan membantu dalam penelitian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari segala kekurangan, oleh karena itu peneliti berharap adanya masukan serta saran yang membangun demi perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 17 Desember 2019

(8)

viii

Risma Nadiyanti

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

1. Retardasi Mental ...4

2. Tingkat Pendidikan Orang tua ... 12

3. Pekerjaan Orang tua ... 14

4. Keluarga dan Keintiman Keluarga ...15

B. Kerangka Pemikiran ... 18

C. Hipotesis ... 18

BAB III... 19

A. Jenis Penelitian ... 19

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Subjek Penelitian ... 19

(9)

ix

D. Teknik Sampling dan Besar Sampel ... 20

E. Rancangan Penelitian... 20

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 21

G. Definisi Operasional Variabel ... 21

H. Instrumen Penelitian ... 22

I. Cara Kerja ... 22

J. Teknik Analisis Data ... 22

BAB IV ... 24

A. Hasil Uji Reabilitas Alf Cornbch...24

B. Analisis Univariat ... 27

C. AnalisisBivariat ... 28

BAB V ... 30

A. Hubungan tingkat pendidikan orangTua dengan Keintiman Keluarga ...30

B. Hubungan Status Pekerjaan dengan keintiman Keluarga...31

BAB VI ... 33

A. Simpulan ... 33

B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 37

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Uji Reabilitas Alfa Cornbach ... 24

Tabel 4.2 Hasil Validitas Alat Ukur ... 24

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pendidikan Orang tua ... 26

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pekerjaan Orang tua ... 26

Tabel 4.5 Frekuensi Distrribusi Sampel Dari Uji Univariat ... 27

Tabel 4.6 Uji Chi-Square...28

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Patofisiologi Retardasi Mental...11 Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 18 Gambar 3. Rancangan Penelitian ... 20

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearence Penelitian Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3. Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Inform Consent

Lampiran 6. Kuesioner Keintiman Keluarga

Lampiran 7. Data Hasil Uji Reabilitas dan validitas Kuesioner Lampiran 8. Data Penelitian

Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Saphiro-wilk Lampiran 10. Hasil Analisis Data Statistik

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu ingin dilahirkan dalam keadaan sempurna baik secara fisik maupun mental. Namun, kenyataannya tidak semua individu lahir dalam keadaan sempurna, terdapat pula individu yang lahir dengan keterbatasan. Keterbatasan yang dapat terjadi pada individu salah satunya adalah retardasi mental. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang bisa terjadi pada anak. Retardasi mental ditandai dengan adanya gangguan pada masa perkembangan, sehingga dapat berpengaruh pada tingkat kecerdasan, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

Anak retardasi mental kurang memiliki kecepatan belajar seperti anak normal pada umumnya, kurang cepat dalam menangkap respon, serta tidak memiliki daya ingat yang segera. Bahkan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum dan mandi anak retardasi mental masih memerlukan bantuan dari orang-orang di sekelilingnya, bantuan yang di perlukan tidak lain dari orang tua anak retardasi mental tersebut.

Dampak yang dapat dirasakan orang tua, dimana merekalah yang paling banyak menanggung beban akibat retardasi mental adalah orang tua dan keluarga dari anak tersebut. Secara psikologis tidak jarang orang tua yang menolak kehadiran anak retardasi mental dikarenakan rasa malu dan bingung sehingga menjadikan orang tua enggan berhubungan dengan masyarakat. Selain itu, ada pula orang tua yang kehilangan kepercayaan untuk mempunyai anak yang normal (Safrudin, 2015).

Banyak faktor yang dapat memengaruhi seseorang dalam merawat anak retardasi mental diantaranya adalah faktor individu, lingkungan dan adanya dukungan sosial. Dari beberapa faktor individu (umur, pekerjaan dan pendidikan) mempunyai perananan penting yang dapat memengaruhi seseorang dalam merawat anak dengan retardasi mental. Tingkat pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah

(14)

2

dapat memengaruhi pola pikir seseorang dalam merawat anak dengan retardasi mental. Permasalahan yang sering terjadi karena mereka tidak mengetahui bagaimana cara memberi penanganan yang baik dan benar terhadap anak retardasi mental serta suatu dukungan sosial yang sangat diperlukan oleh anak retardasi mental.

Menurut UNESCAP/United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (2009), di Indonesia tercatat 1,38% penduduk dengan disability atau sekitar 3.063.000 jiwa, sedangkan berdasarkan kemensos RI tahun 2010 dari 14 provinsi di indonesia yang menjadi saaran survey tercatat 1.167.111 jiwa penyandang disability (Irwanto,et al,2010). Menurut data Badan Pusat statistik (BPS) provinsi jateng tahun 2011 jumlah penyandang cacat mental sebanyak 8.266, untuk kota surakarta pada tahun 2011 orang yang menyandang cacat mental sebanyak 196 orang dan sebanyak 111 orang menderita cacat ganda (fisik dan mental). Berdasarkan data pokok sekolah luar biasa tahun 2009, diliat dari usia sekolah, jumlah penduduk di indonesia yang menyandang tuna grahita adalah 62.011 orang, 60% di derita anak laki-laki dan 40% di derita anak perempuan (Maramis,2009)

Dari latar belakang di atas menandakan bahwa terdapat kaitan erat antara hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental . Masalah ini menarik untuk dibahas lebih lanjut mengingat retardasi mental ini merupakan suatu keadaan yang sangat memerlukan dukungan sosial. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengangkat fakta permasalahan dengan judul, “hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental di slb setya dharma tipe c surakarta.” Pemilihan tempat di SLB Setya Dharma Surakarta dikarenakan belum adanya penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental di slb tersebut.

(15)

3 B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental?

C. TujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua dengan tingkat keintiman keluarga pada anak retardasi mental di SLB Setya dharma tipe c Surakarta.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber kepustakaan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan edukasi bagi mahasiswa berkaitan dengan keintiman keluarga dan anak retardasi mental.Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental.

(16)

4 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Retardasi Mental

a. Definisi

American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.

Penurunan fungsi intelektual secara umum menurut definisi Rick Heber diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata. Periode perkembangan mental menurut definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun. Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual. Menurut definisi ini tidak ada kriteria bahwa retardasi mental tidak dapat diperbaiki seperti definisi retardasi mental sebgnhelumnya Menurut Grossman retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan. Menurut definisi ini penurunan fungsi intelektual yang bermakna berarti pada pengukuran uji intelegensia berada pada dua deviasi standar di bawah rata-rata.

Retardasi mental (mental retardation) adalah individu yang memiliki fungsi intelektual keseluruhan yang secara makna berada di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode

(17)

5

perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun (dalam DSM-IV / Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat, 1994).

Retardasi mental merupakan salah satu gangguan yang dapat ditemui di berbagai tempat dengan karakteristik penderitanya memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata (IQ di bawah 70

%), dan mengalami kesulitan beradaptasi maupun melakukan berbagai aktivitas sosial di lingkungan. Hallahan dan Kauffman menyebutkan bahwa penderita retardasi mental memiliki fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata- rata, dan kondisi tersebut akan berkaitan serta memberikan pengaruh terhadap terjadinya gangguan perilaku selama periode perkembangan (Hallahan & Kauffman, 1988).

Retardasi mental menurut diagnostic and statical manual of mental disorder merupakan gangguan yang ditandai oleh fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata (IQ 70 atau lebih rendah) yang terjad sebelum usia 18 tahun dan disertai penurunan fungsi adaftif. Fungsi adaptif merupakan suatu kemampuan individu tersebut untuk secara efektif menghadapi kebutuhan untukou mendiri yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya ( DSM-IV-TRTM,2000)

Retardasi mental secara umum dihubungkan dengan keretlambatan intelektual yang terlihat jelas dalam reaksi tidak adptif terhadap input lingkungan (Payne&Patton,2006)

Menurut sondak dikutif Rahmanto A, (2010) bahwa di dinua retardasi mental merupakan masalah dengan aplikasi yang besar terutama dinegara berkembang. Diperkiraan 3% dari populasi di dunia yang mengalami retardasi mental, tetapi hanya 1 – 1,5 % yang terdata.

Wolrd Health Organization (WHO) memeperkirakan bahwa jumlah anak yang ada di indonesia sekitar 7-10 % mnderita

(18)

6

retardasi mental. Pada tahun 2003 terdapat 679.048 anak yang menderita retardasi mental atau 21,42 % dengan perbandingan laki- laki 60% dan perempuan 40%. Dengan kategori retardasi mental sangat buruk (ideot) 16%, kategori berat 24 % retardasi mental sedang (insibill debil profound) 25% dan retardasi ringan 35%

(kemenkes RI, 2010).

Anak retardasi mental memiliki keterbatasan intelegensi, intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan- ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah da situasi- situasi kehidupan baru, belajar dar pengalaman masa lalu, berpikir abstark, kreatif,dapat dinilai secara kritis, menghindari berbagai kesalahan untuk merencanakan masa depan (Soemantri,2007)

b. Klasifikasi

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders, WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

• Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 5069

• Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49

• Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 2034

• Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ

<20

Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik (educable). Mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasai untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal.

Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik

(19)

7

sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.

Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih (trainable). Pada hal ini anak mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasardasar membaca, menulis dan berhitung.

Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaranklinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.

Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.

c. Etiologi

Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang seorang anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis besarnya adalah faktor

(20)

8

genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang.

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)

• Pangan (gizi, merupakan kebutuhan paling penting)

• Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan bayi secara teratur, pengobatan sederhana, dan lain lain)

• Papan (pemukiman yang layak)

• Higiene, sanitasi

• Sandang

• Kesegaran jasmani, rekreasi

b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)

Pada tahun pertama kehidupan hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin suatu proses tumbuh kembang yang selaras, baik fisis, mental maupun sosial.

c. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah)

Merupakan cikal bakal proses pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini membantu perkembangan mental psikososial (kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, kepribadian, moral-etika dan sebagainya). Perkembangan ini pada usia balita disebut sebagai perkembangan psikomotor.

Kelainan/penyimpangan tumbuh kembang pada anak terjadi akibat gangguan pada interaksi antara anak dan lingkungan tersebut, sehingga kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi. Keadaan ini dapat menyebabkan morbiditas anak,

(21)

9

bahkan dapat berakhir dengan kematian. Kalaupun kematian dapat diatasi, sebagian besar anak yang telah berhasil tetap hidup ini mengalami akibat menetap dari penyimpangan tersebut yang dikategorikan sebagai kecacatan, termasuk retardasi mental. Jelaslah bahwa dalam aspek pencegahan terjadinya retardasi mental praktek pengasuhan anak dan peran orang tua sangat penting.

Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.

Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat

b. Tampak sejak lahir atau usia dini • Secara fisis tampak berkelainan/aneh

c. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal

d. Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Biasanya merupakan retardasi mental ringan b. Diketahui pada usia sekolah

c. Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium

d. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)

e. Ada hubungan dengan kelas sosial

(22)

10

Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosioekonomi rendah masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.

Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:

a. Penyebab pranatal

• Kelainan kromosom

• Kelainan genetik /herediter

• Gangguan metabolik

• Sindrom dismorfik

• Infeksi intrauterin

• Intoksikasi b. Penyebab perinatal

• Prematuritas

• Asfiksia

• Kernikterus

• Hipoglikemia

• Meningitis

• Hidrosefalus

• Perdarahan intraventrikular c. Penyebab postnatal

• Infeksi (meningitis, ensefalitis)

• Trauma

• Kejang lama

• Intoksikasi (timah hitam, merkuri)

(23)

11 d. Patofisiologi

Gambar 1. Patofisiologi Retardasi Mental (Mutaqqin,2008)

Faktor Faktor

Kelainan jumlah dan

bentuk kroosom

Faktor Faktor

- Gizi - Mekanis - Toksin - Endokrin - Radiasi - Infeksi - Stres - Imunitas - Anoksia

embrio

- Akibat infeksi - Trauma kapitis

dan tumor otak - Kelainan tulang

tengkorak - Kelainan

endokrin dan metabolik keracunan pada otak - Proses

kelahiran yang sama

- Posisi janin yang abnormal - Kecelakaan

pada waktu lahir dan kegawatan fatal

Kerusakan pada fungsi otak :

Hemisfer kanan : keterlambatan perkembangan motorik kasar dan halus

Penurunan fungsi intelektual secara umum

Keluarga Hubungan Perkembanga

1. Kecemasan keluarga 2. Kurangnya

pengetahuan 3. Koping

keluarga tak efektif

1. Gangguan komunikasi verbal 2. Gangguan

bermain 3. Isolasi sosial 4. Kerusakan

interaksi sosial

1. Resiko ketergantung an

2. Resiko cedera

Fungsi intelektual

menurun

(24)

12 e. Pencegahan

Pencegahan retardasi mental primer (mencegah timbulnya retardasi mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental). Retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi, trauma, intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan genetik.

2. Tingkat Pendidikan orang tua

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, kualitas bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang ada pada rakyat bangsa tersebut. Pendidikan merupakan suatu usaha secara sengaja dari orang tua yang selalu diartikan dapat menimbulkan tanggung jawab moral dan segala perbuatannya ( Harahap et Poerkatja, 2015)

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam hidup, manusia berhak mendapatkan untuk berkembang dengan pendidikan yang dimilikinya. Pendidikan pertama kali dapat di dapatkan di linglungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan msyarakat. Dengan adanya pendidikan akan menjadikan masa depan lebih jelas sehinga hidup dapat lebih sejahtera.

Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat, tanpa adanya pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang secara sejahtera dan bahagia. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang

(25)

13

mempunyai fungsi sosial sebagai bimbingan dan sarana pertumbuhan yang dapat mempersiapkan diri untuk disiplin dalam hidup. Dengan ini pendidikan mempunyai peran penting dengan kebutuhan manusia yang lainnya, sehingga kita tidak boleh mengesampingkan pendidikan.

Keberhasilan pendidikan dalam menanamkan sikap dan pengertian yang baik kepada anak akan menunjang keberhasilan pendidikan di sekolah dan di masyarakat. Salah satu hal terpenting dalam menunjang pendidikan di dalam keluarga adalah sikap dan pengertian orang tua terhadap pentingnya pendidikan sekolah bagi anaknya. Orang tua harus menyadari bahwa sekolah merupakan kebutuhan yang penting bagi anak untuk bekal hidup di masa yang akan datang.

Proses orang tua dalam mendidik anak dipengaruhi oleh pengetahuan serta pengalaman yang didapat dari pendidikan yang diterimanya. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan nilai-nilai yang positif serta berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi generasi selanjutnya. Pendidikan orang tua memiliki peranan penting dan akan memengaruhi cara orang tua dalam menanamkan sikap serta nilai hidup, minat dan kepribadian anak. Pemahaman yang benar tentang pentingnya pendidikan dapat melahirkan kesadaran orang tua dalam usaha memenuhi kebutuhan anak dalam hal pendidikan. Melalui pendidikan seseorang dapat berkembang lebih baik dan mampu berperan terhadap pribadi, anggota masyarakat, negara dan umat manusia. Pendidikan yang dimiliki seseorang diharapkan dapat melahirkan kesadaran akan tugas dan kewajibannya, sehingga orang tua memiliki kewajiban yang harus diperhatikan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, khususnya pendidikan anak (Rini. ES, 2012)

Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989, jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari:

(26)

14

pendidikan dasar (SD/MI, SMP/MTS), pendidikan menengah (SMA, SMK, MA), pendidikan tinggi (Akademi, Institut, Sekolah Tinggi dan Universitas), dan tidak sekolah atau belum sekolah. Pekerjaan dari segi hukum, yaitu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, terang-terangan berdasarkan kualitas tertentu, dengan tujuan memperoleh penghasilan (Suwardi, 2015).

3. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia, dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas/kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (2017), status pekerjaan merupakan jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan. Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerja (Nazir, 2010).

Pendapatan adalah keseluruhan penghasilan yang diterima baik dari sektor formal maupun nonformal yang dihitung dalam jangka waktu tertentu. Badan pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut: 1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari: a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang- kadang. b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dan kerajinan rumah. c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik. 2) Pendapatan yang berupa barang yaitu: pembayaran upah, dan gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi. Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik

(27)

15

(2011) membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:

sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah.

Suatu pendapatan pada orang tua tentu menjadi salah satu hal yang menentukan apakah seorang anak bisa mendapatkan pendidikan atau tidak, karena apabila pendapatan orang tua lumayan banyak maka mereka dapat menggunakan sebagaian pendapatannya untuk pendidikan tetapi apabila suatu pendapatan orang tua pas pas an maka mereka tentunya akan mengesampingkan pendidikan dan tentunya akan memilih memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan yang mungkin mereka anggap lebih penting dari pendidikan.

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi (1995) menjelaskan bahwa, pendapatan merupakan sebuah gambaran yang tepat tentang posisi ekonomi keluarga di masyarakat, kesadaran pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga.

Pendidikan yang di dapatkan akan berhasil dengan baik jika ditunjang dengan fasilitas belajar yang amat sangat memadai, adanya fasilitas belajar yangmemadai berpengaruh pada pendapatan orang tua.

Pendapatan keluarga yang mencukupi akan memberikan dampak positif pada anak, kesempatan untuk belajar, mengembangkan bakat dan kecakapan cenderung lebih luas, terlebih jika mendapatkan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya. Berbeda dengan anak yang di besarkan oleh orang tua yang masih berjuang untuk mendapatkan pekerjaan, mereka akan lebih sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Jenis-jenis pekerjaannya pun beragam mulai dari berdagang sampai menjual jasa, sehingga seseorang dapat memilih jenis usaha yang sesuai dengan kemampuan mereka.

4. Keluarga dan Keintiman Keluarga

Keluarga merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih individu yang hidup bersama dalam keterikatan,emosional dan setiap

(28)

16

individu memiliki peran masing-masing dalam bagian dalam keluarga (Fatimah,2010)

Keluarga merupakan perkumpulan dari dua individu atau lebih yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah, ataupun adopsi dan setiap anggota keluarga saling interaksi satu sama lainnya (Mubarak,2009)

Menurut UU No. 52 tahun 2009, keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Wirdhana et al., 2012)

Pentingnya peran ayah dan ibu pada keluarga yang intim sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Keluarga yang harmonis di tandai dengan adanya kerjasama dan relasi yang sehat antara anggota keluarga sehingga dapat menjadi sumber inspirasi,hiburan dan semangat yang akan menguatkan serta dapat memberikan perlindungan bagi setiap anggota keluarganya (Gunarsa,2012)

Keluarga merupakan lingkungan yang utama dan pertama bagi perkembangan individu, karena sejka kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Peranan orang tua snagat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung dan tidak langsung (Ariani,20019)

Dalam hal ini anak dapat belajar melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya yang ada di sekitar lingkungannya. Dengan cara menirukan, mengamati dan bahkan melakukan merupakan salah satu cara anak belajar. Objek di sekitar dan orang tua merupakan objek yang diamati dan bahkan ditiru oleh anak (Muhammad,2011)

Keluarga merupakan sebuah sistem sosial yang alami, dengan menyusun aturan, peran struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, dan bahkan cara mendiskusikan pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan lebih efektif (Magistra,2012)

(29)

17

Keintiman dapat didefinisikan sebagai kombinasi rasa kebersamaan antar anggota keluarga, kepekaan akan kebutuhan pasangan, kedekatan fisik, kerelaan untuk berbagi, atau keterbukaan diri (Wismanto, 2012).

Keintiman merupakan elemen kasih sayang yang dapat mendorong suatu individu dapat melakukan suatu kedekatan emosional dan hal itu bisa menyebabkan seseorang bergaul lebih akrab, menghargai, menghormati, hangat dan dapat mempercayai pasangan yang dicintai, dibanding dengan orang yang tidak dicintainya. Keintiman adalah pengalaman yang ditandai oleh adanya kehangatan, kedekatan, dan komunikasi yang mungkin disertai atau tanpa adanya kontak seksual. Keintiman yang ada disini adalah keintiman yang terjadi pada keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak (Margiantri, 2012).

(30)

18 B. Kerangka Pemikiran

KEINTIMAN KELUARGA

Gambar 2. Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antarapekerjaan dan pendidikan orang tua terhadap keintiman keluarga pada anak retardasi mental

Bapak

Anak

Ibu Pekerjaan

Pendidikan

Pendidikan

Pekerjaan

Retardasi Mental Normal

Dampak yang dirasakan orang tua

Pengaruh terhadap keintiman keluarga - Faktor genetik

- Faktor prenatal - Faktor perinatal - Faktor posnatal

(31)

19 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data suatu waktu yang bertujuan untuk mengetahteui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta pada hari Senin, 25 November 2019 – Jumat, 30 November 2019

C.Subjek Penelitian 1.Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak retardasi mental

2. Sampel penelitian

Semua orang tua yang memiliki anak retardasi mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

a.Kriteria Inklusi

1. Orang tua yang memiliki anak retardasi mental, yang anaknya bersekolah di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta

2. Orang tua merupakan pengasuh utama anak dan tinggal bersama dengan anak yang mengalami retardasi mental

b. Kriteria Ekslusi

Orang tua anak tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

(32)

20 C. Teknik Sampling dan Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 36 responden.

D. Rancangan Penelitian

Gambar 3. Rancangan Penelitian Analisis Data

Pengambilan Data Sampel Penelitian

Tidak Memenuhi Kriteria Inklusi Memenuhi Kriteria

Inklusi

Total Sampling Populasi Penelitian

(33)

21 E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat keintiman keluarga

F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas

 Pekerjaan orang tua

a. Definisi Operasional : suatu pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan

b. Cara ukur : 0 = tidak bekerja, 1 = bekerja c. Alat ukur : kuesioner

d. Skala : nominal

 Pendidikan orang tua

a. Definisi operasional : pendidikan terakhir yang di tempuh dari orang tua responden yang akan di teliti

b. Cara ukur : 1 = Pendidikan Rendah, 2 = Pendidikan Tinggi c. Alat ukur : kuesioner

d. Skala : ordinal

2. Variabel Terikat

Keintiman Keluarga pada Anak Retardasi Mental

a. Definisi Operasional : kedekatan yang di rasakan dan di dapatkan dari anggota keluarga

b. Cara ukur : > 54 = intim

< 54 = tidak intim c. Alat ukur : kuesioner

d. Skala : ordinal

(34)

22 G. Instrumen Penelitian

- Kuesioner - Inform Consent

H. Cara Kerja

a. Peneliti melakukan pengambilan data kuesioner di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta. Sampel yang diambil merupakan total sampling dengan total 36 kuesioner dan harus memenuhi kriteria yang dibutuhkan peneliti

b. Pengolahan data menggunakan SPSS 21

c. Melakukan analisis data statistik Chi-square dan uji regresi logistik.

d. Presentasi hasil

I. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab tujuan penelitian yang ingin dicapai dilakukan analisis data dengan menggunakan program IBM SPSS Statistik 21.

Langkah-langkah analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.

1. Analisis Univariat

Penelitian analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat keintiman keluarga pada anak dengan retardasi mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah untuk melihat hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen. Analisis ini

(35)

23

bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaaan orang tua dengan tingkat keintiman keluarga pada anak retardasi mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta. Untuk mengetahui hal tersebut di lakukan uji statistik. Dikarenakan variabel-variabel dalam penelitian ini berskala kategorikal (nominal, ordinal dan ordinal). Maka analisis data teknik untuk mengolah dan menganalisis hasil dari data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi Square.

Hasil dari uji chi square adalah :

- Bila nilai Asymp. Sig. (2-sided) < 0,05 maka artinya H0 ditolak dan Ha di terima

- Bilai nilai Asymp. Sig. (2-sided) > 0,05 maka artinya H0 diterima dan Ha ditolak

(36)

24 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Syahdrajat, 2018). Uji reliabilitas ini dilakukan melalui penilaian konsistensi internal dengan perhitungan Alfa Cronbach, di mana nilai internal konsistensi baik jika ≥ 0,5 dan tidak bisa di terima pada ≤ 0,5. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 siswa SLB Negeri Surakarta pada tanggal 28 November 2019.

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, kuesioner lulus uji reliabilitas.

Didapatkan nilai Alfa Cronbach untuk kuesioner sebesar 0,934.

Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas Alfa Cornbach

Jenis Kuesioner Nilai Alfa

Cronbach Jumlah Soal

Kuesioner keintiman

keluarga 0,934 27

B. Hasil Uji Validitas Alat Ukur

Validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukan sejauh kelayakan, sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2009). Uji validitas ini dilakukan dengan cara membandingkan angka r hitung dan r tabel, jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka dikatakan tidak valid. R hitung di cari menggunakan program SPSS, sedangkan r tabel dicari dengan cara melihat r tabel minimal adalah 0,3 (Sugiyono, 2011). Uji validitas dilakukan pada 20 siswa SLB Negeri Surakarta pada tanggal 28 November 2019.

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, kuesioner lulus uji validitas.

Didapatkan nilai r tabel untuk kuesioner keintiman keluarga sebesar 0,991.

(37)

25

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas r Tabel

Jenis Kuesioner Nilai Alfa Cronbach Jumlah Soal Kuesioner keintiman

keluarga 0,911 27

C. Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada hari Senin, 25 November 2019, di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta. Populasi subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SD di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta sebanyak 36 siswa/i, data pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Seluruh siswa/i SD diberi booklet yang berisi lembar inform consent dan kuesioner keintiman keluarga yang dibawa pulang ke rumah untuk diisi orang tua masing-masing. Kuesioner yang diberikan sebanyak 36 kuesioner, dan pada saat pengumpulan kuesioner terkumpul lengkap 36 kuesioner.

D. Hasil Uji Prasyarat Analisis

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal maka diperlukan uji normalitas. Untuk membuktikan normal atau tidaknya data-data tersebut, maka dengan menggunakan metode uji normalitas dengan analisis SPSS 21, yaitu melalui menu Analyze, Descriptive Statistic kemudian pilih Explore, dengan melihat kriteria di bawah ini : (Duwi Priyatno, 2016)

Ho = Data terdistribusi normal Ha = Data terdistribusi tidak normal Dengan kriteria pengambilan keputusan : Jika p-value > 0,05 ; maka Ho di terima Jika p-value < 0,05 ; maka Ho di tolak

Pada penelitian ini menggunakan data kurang dari 50 yaitu 36 sampel, jadi nilai p- value dilihat pada bagian Shapiro-Wilk.

Dapat diliat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 di bawah ini

(38)

26

Tabel 4.3 Uji Normalitas Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir p-value

SD 0,400

Keintiman Keluarga SMP 0,545

SMA 0,577

Kuliah 0,600

Tabel 4.4 Uji Normalitas Pekerjaan Orang tua

Pekerjaan orang tua p-value

Tidak bekerja 0,306

Keintiman Keluarga Bekerja 0,229

Pada tabel 4.3 dan 4.4 diperoleh nilai signifikansi untuk tingkat pendidikan terakhir dan status pekerjaan orang tua dengan keintiman keluarga yaitu > 0,05 sehingga Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian terdistribusi normal, maka data hasil penelitian tersebut dianggap dapat mewakili populasi.

E. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi dari setiap variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti meliputi variabel bebas (tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua) dan variabel terikat (keintiman keluarga pada anak retardasi mental). Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut.

(39)

27

Tabel 4.5 Karakteristik Dasar Variabel Penelitian

Variabel Frekuensi (N) Presentase (%)

Pekerjaan

Bekerja 25 69,44%

Tidak Bekerja

Pendidikan Terakhir Orang Tua

11 30,56%

Pendidikan Rendah Pendidikan Tinggi Keintiman Keluarga Intim

Tidak Intim

13 23 35 1

36,11%

63,89%

97,22%

2,78%

Total 36 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa dari 36 responden yang menjadi sampel penelitian, terdapat 25 orang tua yang bekerja (69,44%), sedangkan orang tua yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (30,56%). Orang tua yang berpendidikan rendah sebanyak 13 orang (36,11%) dan berpendidikan tinggi sebanyak 23 orang (63,89%). Pada variabel keintiman keluarga, terdapat 35 keluarga yang memiliki hubungan intim (97,22%), sedangkan 1 kelurga tidak intim (2,78%). Hal ini menunjukan orang tua yang bekerja lebih banyak dibandingkan yang tidak bekerja, orang tua yang berpendidikan tinggi lebih banyak daripada yang berpendidikan rendah, dan keluarga dengan hubungan yang intim lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak intim.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan bermakna antar variabel terikat dengan variabel bebas. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua dengan tingkat keintiman keluarga pada anak retardasi mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan uji statistik. Dikarenakan variabel-variabel dalam penelitian ini berskala

(40)

28

kategorikal (nominal-ordinal), maka analisis teknik untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi-Square.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat

Variabel Intim Tidak

Intim Relatif Risk Nilai P Pendidikan

Terakhir Orang Tua

Pendidikan Rendah 12 (34,29%) 1 (100%) 0,923 0,177 Pendidikan Tinggi 23 (65,71%) 0 (0%)

Pekerjaan Orang Tua

Bekerja 25 (71,43%) 0 (0%) 0,909 0,126

Tidak Bekerja 10 (28, 57%) 1 (100%)

Berdasarkan tabel 4.6., diketahui bahwa orang tua yang berpendidikan tinggi memiliki angka keberhasilan untuk menjadi keluarga yang intim sebesar 65,71 %, sedangkan orang tua yang berpendidikan rendah memiliki angka keberhasilan menjadi keluarga intim sebesar 34, 29%. Nilai Relative Risk untuk keluarga intim dan pendidikan sebesar 0,923 artinya orang tua dengan pendidikan rendah memiliki peluang untuk menjadi keluarga intim 0,923 kali lebih kecil dibanding orang tua dengan pendidikan tinggi. Nilai p pada hubungan pendidikan orang tua dan keintiman keluarga sebesar 0,177 (p>0,05) artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara pendidikan orang tua dan keintiman keluarga.

Orang tua yang bekerja memiliki angka keberhasilan untuk menjadi keluarga intim sebesar 71,43% dan orang tua yang tidak bekerja memiliki angka keberhasilan menjadi keluarga intim sebesar 28,57%. Nilai Relative Risk untuk keluarga intim dan pekerjaan sebesar 0,909 artinya orang tua yang tidak bekerja memiliki peluang untuk menjadi keluarga intim 0,909 kali lebih kecil dibanding orang tua yang bekerja. Nilai p pada hubungan pekerjaan orang tua dan keintiman keluarga sebesar 0,126 (p>0,05) artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara pekerjaan orang tua dan keintiman keluarga.

(41)

29 BAB V PEMBAHASAN

A. Hubungan Tingkat Pendidikan Terakhir Orang Tua dengan Keintiman pada anak retardasi mental

Hasil analisis penelitian dilakukan pada 36 sampel yang diambil dari data menggunakan kuesioner keintiman keluarga. Didapatkan data tingkat pendidikan rendah sebanyak 13 orang dan pendidikan tinggi sebanyak 23 orang. Data penelitian diolah dengan menggunakan uji statistik Chi- Square tabel 4.6 menunjukan nilai Relative Risk untuk keluarga intim dan pendidikan sebesar 0,923 artinya orang tua dengan pendidikan rendah memiliki peluang untuk menjadi keluarga intim 0,923 kali lebih kecil dibanding orang tua dengan pendidikan tinggi. Nilai p pada hubungan pendidikan orang tua dan keintiman keluarga sebesar 0,177 (p>0,05) artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara pendidikan orang tua dan keintiman keluarga.

Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, kualitas bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang ada pada rakyat bangsa tersebut. Pendidikan merupakan suatu usaha secara sengaja dari orang tua yang selalu diartikan dapat menimbulkan tanggung jawab moral dan segala perbuatannya (Harahap et Poerkatja, 2015).

Penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sututo yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua yang tinggi akan menjamin diberikan stimuli yang mendukung bagi perkembangan anak- anaknya dibandingkan orang tua dengan pendidikan rendah (Sututo, 1990 dalam Nurmiati, 2006 ).

Pendidikan orang tua tidak berhubungan langsung dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendidikan orang tua melalui mekanisme hubungan lain seperti produktivitas, efisien penjagaan kesehatan mempengaruh pertumbuhan dan perkembangan anak secara tidak langsung (Sututo, 1990 dalam Nurmiati, 2006).

(42)

30

Sedangkan keintiman keluarga merupakan kombinasi rasa kebersamaan antar anggota keluarga, kepekaan dan kebutuhan di keluarga, kedekatan fisik serta keterbukaan diri( Wismanto,2012).

B. Hubungan pekerjaan orang tua dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental

Penelitian ini dilakukan pada 36 resonden yang di ambil dari data menggunakan kuesioner keintiman keluarga, didapatkan data pekerjaan orang tua sebanyak 11 orang tua dari anak retardasi mental tidak memiliki pekerjaan dan sebanyak 25 orang tua yang mempunyai pekerjaan. Pekerjaan yang di jalani bermacam-macam mulai dari tukang parkir, buruh, karyawan pabrik, wiraswasta dan pns. Pada tabel 4.6 nilai Relative Risk untuk keluarga intim dan pekerjaan sebesar 0,909 artinya orang tua yang tidak bekerja memiliki peluang untuk menjadi keluarga intim 0,909 kali lebih kecil dibanding orang tua yang bekerja. Nilai p pada hubungan pekerjaan orang tua dan keintiman keluarga sebesar 0,126 (p>0,05) artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara pekerjaan orang tua dan keintiman keluarga.

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia, dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas yang menghasilkan pendapatan bagi seseorang. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (2017), status pekerjaan merupakan jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan.

Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seorang atau rumah tagga dari berusaha atau bekerja (Nazir,2010)

Manusia bekerja hampir dari separuh usianya, sehingga mengalami kesulitan dalam membagi waktu personal dan pekerjaan. Pasangan yang keduanya bekerja memiliki resiko waktu bertemu yang jarang dan tuntutan pekerjaan yang menyita waktu. Hal ini memberikan tantangan dan permasalahan dalam kehidupan rumah tangga. Permasalahan tersebut antara lain tuntutan pekerjaan yang berlebihan, norma sosial, identitas sosial, hubungan sosial, dan peran rumah tangga (Adelina dan Andromeda., 2014).

(43)

31

Hubungan yang tidak harmonis di keluarga dapat menyebabkan kurangnya komunikasi verbal yang menyebabkan komunikasi maladaptif antara satu dengan yang lain hingga frekuensi bertemu yang jarang membuat hubungan di keluarga menjadi tidak berkualitas (Wulandari, 2014).

Pada penelitian yang dilakukan tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan keintiman keluarga pada anak retardasi mental. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain kurangnya pemahaman responden dalam pengisian kuesioner yang dilakukan secara tidak langsung dan kurangnya jumlah sampel dalam pengambilan data.

(44)

32 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua dengan tingkat keintiman keluarga pada anak retardasi mental di SLB Setya Dharma Tipe C Surakarta

B. Saran

Perlu disadari bahwa penelitian ini masih banyak kekuragan dan keterbatasan dalam penulisan serta pengerjaan sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk melengkapi kekurangan dan keterbatasannya.

Berikut ini adalah saran yang dapat di pertimbangkan :

a. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti atau mengendalikan variabel-variabel perancu sehingga hasil peneliti lebih akurat.

b. Pengisian kuesioner dapat dilakukan secara langsung di depan peneliti agar tidak terjadi kebingungan dalam pengisian dan hasil pengisian kuesioner dapat leih optimal.

Referensi

Dokumen terkait

Yang telah mengkaruniakan segala nikmat dan tenaga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitan berjudul Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Kulit Katak Duttaphrynus

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan Proposal Tugas Akhir dengan judul “Hubungan Peningkatan

Subjek penelitian adalah warga Kelurahan Mojosongo yang menggunakan sumber air PDAM atau sumur yang diberi perlakuan dengan mengisi kuesioner diagnosis dermatitis

lebih besar dari 0.05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil parameter klinis dan radiologis pasca penanganan konservatif fraktur tertutup radius

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa didapatkan perbedaan yang bermakna antara tingkat depresi pada lansia yang tinggal bersama keluarga di Dusun

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun

Syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas pertolongannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas antara

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan