• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PINTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUKU PINTAR"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PINTAR

SANTRI bebas ANEMIA

Fillah Fithra Dieny, SGz, MSi

A.Fahmy Arif Tsani, SGz, MSc, Dietisien Firdananda Fikri Jauharany, SGz, M.Gizi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

BUKU PINTAR

SANTRI bebas ANEMIA

Tim Penulis:

Fillah Fithra Dieny, SGz, MSi

A.Fahmy Arif Tsani, SGz, MSc, Dietisien Firdananda Fikri Jauharany, SGz, M.Gizi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Tahun 2021

(3)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 1

BUKU PINTAR

SANTRI bebas ANEMIA

Tim Penulis:

Fillah Fithra Dieny, SGz, MSi

A. Fahmy Arif Tsani, SGz, MSc, Dietisien Firdananda Fikri Jauharany, SGz, M.Gizi

Cetakan 1, September 2021 ISBN : 978-623-6528-64-8

Cover : https://nusagates.com/gambar/foto-santriwati- kartun/

Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Jalan Prof. Soedharto. SH, Tembalang, Semarang

(4)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 2

.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi anugrah dan hidayah- Nya sehingga penyusunan ”Buku Pintar Santri Bebas Anemia” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Buku Pintar Santri Bebas Anemia merupakan bentuk edukasi gizi untuk mencegah anemia pada para santri. Proses edukasi gizi meningkatkan pengetahuan mengenai gizi serta mengubah sikap dan perilaku makan untuk mencegah masalah gizi.

Buku ini menjabarkan tentang anemia serta penyakit infeksi yang dapat menyebabkan anemia. Buku ini merupakan media edukasi gizi dimana penyusun berharap buku ini dapat digunakan untuk memahami lebih lanjut tentang anemia.

Penyusun juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pembimbing dan pihak-pihak yang membantu terselesainya buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat. Penyusunan buku ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar buku ini bisa lebih baik nantinya.

Semarang, 8 Juni 2021

(5)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

DAFTAR TABEL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 5

LATAR BELAKANG ... 6

BAB. 1 Pondok Pesantren dan Santri ... 8

BAB 2. Santriwati dan Periode Pra-konsepsi ... 12

BAB 3. Santriwati dan Anemia ... 16

1. Hemoglobin ... 18

2. Anemia pada Santriwati... 20

3. Penyebab Anemia ... 25

4. Prevalensi Anemia pada Remaja ... 31

5. Dampak Anemia ... 33

BAB 4. Peran Zat Gizi untuk Mencegah Anemia ... 37

1. Peran Makronutrient dan Mikronutrient ... 37

2. Zat Penghambat Absorpsi Zat Besi ... 51

BAB 5. Strategi Pencegahan dan Pengawasan Anemia pada Santriwati 55 BAB 6. Tablet Besi ...60

BAB 7. Peran Pondok Pesantren dalam Mencegah Anemia Santri ... 66

BAB 8. Pedoman Gizi Seimbang dan Prinsip Piring Makanku ... 73

DAFTAR PUSTAKA... 95

(6)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 4

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batasan Kadar Hemoglobin ... 19 Tabel 2. Kebutuhan Harian Zat Besi Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin... 41 Tabel 3. Kebutuhan Vitamin C Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin 45

(7)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Masalah Gizi Menurut Siklus Kehidupan ... 13

Gambar 2. Gambaran Tubuh saat Mengalami Anemia ... 18

Gambar 3. Penyebab Remaja Putri Berisiko Anemia ... 20

Gambar 4. Penyebab Remaja Putri Berisiko Anemia ...22

Gambar 5. Gejala-Gejala Anemia ... 24

Gambar 6. Penyebab Anemia... 28

Gambar 7. Proporsi Anemia Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 33

Gambar 8. Dampak Anemia pada Remaja Putri dan WUS ... 34

Gambar 9. Dampak Jangka Pendek dan Panjang Akibat Gangguan Gizi pada Wanita Usia Subur ... 35

Gambar 12. Sumber Makanan Mengandung Zat Besi ... 40

Gambar 13. Makanan Sumber Vitamin C... 43

Gambar 14. Cara Pencegahan Anemia ... 61

Gambar 15. Perubahan Fisik dan Psikologis Remaja ... 74

Gambar 16. Pedoman Gizi Seimbang ... 79

(8)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 6

LATAR BELAKANG

Santriwati merupakan kelompok wanita usia subur (WUS) pranikah atau periode prakonsepsi. Sebagian besar merupakan periode remaja dan dewasa awal. Pada periode tersebut terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi karena masa pertumbuhan maupun perkembangan dan kematangan organ reproduksi. Sayangnya pada masa ini seringkali diabaikan, salah satunya pentingnya healthy life style seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, melakukan olahraga, istirahat yang cukup, mengelola stress yang baik dll. Santriwati yang hidup jauh dari keluarga, mandiri dan mengatur dirinya sendiri ternyata banyak mengalami masalah gizi, salah satunya yang paling tinggi prevalensinya adalah anemia. Banyak factor yang berkonstribusi terhadap terjadinya anemiai pada kelompok ini, antara lain rendahnya pengetahuan gizi dan kesehatan, rendahnya kualitas diet, dan kurangnya sarana prasarana yang mendukung terciptanya healthy life style, kurangnya akses kesehatan dan peran petugas kesehatan pada kelompok santriwati dsb. Masalah gizi seperti anemia yang tidak teratasi pada santriwati (periode prakonsepsi)

(9)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 7 akan berpengaruh pada periode selanjutnya yaitu saat hamil dan menyusui. Hal ini tentunya juga akan memberikan dampak pada kualitas janin dan anak nantinya. Oleh karena Status gizi pada masa prakonsepsi atau wanita usia subur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), maka perlu upaya mengatasi masalah gizi pada periode ini, salah satunya pada kelompok rentan anemia yaitu kelompok santriwati yang masuk dalam periode remaja, agar pada masa yang akan dating kelompok ini tidak meninggalkan keturunan yang lemah (memiliki masalah gizi), seperti Firman Allah dalam surat An Nisa ayat 9, yang mengingatkan kepada kita untuk mempersiapkan keturunan-keturunan yang tidak lemah.

ًةَّي ِ رُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم اوُك َرَت ْوَل َنيِذَّلا َشْخَيْل َو اًفاَع ِض

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang

yang seandainya meninggalkan di belakang

mereka anak-anak yang lemah…” (An Nisa 9)

(10)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 8

BAB. 1

Pondok Pesantren dan Santri

Pondok pesantren adalah pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Pondok pesantren adalah tempat dimana ekstorik (penghayatan secara lahir) Islam diajarkan. Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan islam tradisional dimana para siswa atau santrinya tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai. Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist, dan lain- lain.1

(11)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 9 Kata “Pesantren” mengandung pengertian tempat para santri atau murid pesantren, sedangkan kata “santri” berasal dari istilah sanksekerta

“sastri” yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa jawa

“cantrik” yang berarti orang yang mengikuti gurunya kemanapun pergi.1

Santri adalah sekelompok orang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ulama. Santri adalah siswa atau mahasiswa yang dididik dan menjadi pengikut dan pelanjut perjuangan “ulama” yang setia.

Penggunaan istilah santri ditujukan kepada orang yang sedang menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam serta melatih para santri untuk siap dan mampu mandiri. Atau dapat diambil pengertian pondok pesantren sebagai tempat dimana para santri belajar pada seorang kyai untuk memperoleh imu agama yang diharapkan menjadikan bekal bagi

(12)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 10 santri dalam menjalani kehidupan di dunia maupun akhirat. Sebutan santri senantiasa berkonotasi mempunyai kiai. Para santri menuntut pengetahuan ilmu agama kepada kiai dan mereka bertempat tinggal di pondok pesantren. karena posisi santri yang seperti itu maka kedudukan santri dalam komunitas pesantren menempati posisi subordinat, sedangkan kiai menempati posisi superordinat.2

Santri adalah para siswa yang mendalami ilmu-ilmu agama di pesantren baik dia tinggal di pondok maupun pulang setelah selesai waktu belajar. Zamakhsyari Dhofir membagi menjadi dua kelompok sesuai dengan tradisi pesantren yang diamatinya, yaitu: 1) Santri mukim, yakni para santri yang menetap di pondok, biasanya diberikan tanggung jawab mengurusi kepentingan pondok pesantren. Bertambah lama tinggal di Pondok, statusnya akan bertambah, yang biasanya diberi tugas oleh kyai untuk mengajarkan kitab-kitab dasar kepada santri-santri yang lebih junior. 2) Santri kalong, yakni santri yang selalu pulang setelah selesai belajar atau kalau malam ia berada di pondok dan kalau siang pulang kerumah.2

(13)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 11 Santri di Pondok Pesantren diajarkan mengaji dan mengkaji ilmu agama, namun selain itu para santri juga diajarkan mengamalkan serta bertanggung jawab atas apa yang telah dipelajari. Pesantren juga mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan, kemandirian, semangat kerjasama, solidaritas, dan keihklasan. Mengikuti arus perkembangan zaman, pola pendidikan di pesantren telah berkembang dari tradisional menjadi modern dan untuk mengoptimalisasi pondok pesantren harus dilakukan dengan cara kreatif, infovatif, dan produktif dengan tetap mempertahankan nilai-nilai islami yang ada.3

Kelompok remaja yang rentan atau berisiko masalah gizi adalah remaja di pondok pesantren (santri). Periode remaja ini tidak hanya terjadi perubahan secara fisiologis dan biologis namun juga psikologis.4 Terkadang remaja tidak memperhatikan tentang asupan bergizi dan pola makan, begitu juga dengan kelompok santri yang tinggal berjauhan dengan orang tua dalam jangka waktu yang lama maka pengawasan tentang asupan bergizi tidak terpantau secara menyeluruh seperti ketika di rumah.5

(14)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 12

BAB 2.

Santriwati dan Periode Pra-konsepsi

WUS /wanita usia subur menurut Depkes (2016) adalah wanita usia 15-49 tahun dengan keadaan organ reproduksi berfungsi dengan baik, baik dengan status belum kawin, kawin maupun janda.6

Pada wanita usia subur terjadi perkembangan fisiologis tubuh pada wanita usia subur yang ditandai dengan munculnya tanda seks yaitu tanda seks primer dan sekunder. Tanda seks primer adalah terjadinya menstruasi pada remaja, sedangkan tanda-tanda seks sekunder antara lain pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, dan tumbuhnya rambut di ketiak serta kemaluan. 7

(15)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 13

Gambar 1. Masalah Gizi Menurut Siklus Kehidupan8

Wanita subur erat kaitannya dengan masa pra konsepsi. Masa pra konsepsi adalah masa sebelum hamil atau masa sebelum terjadi pertemuan antara sel sperma dengan ovum (pembuahan). Wanita pra konsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, maupun lansia.9Status gizi dan asupan yang baik harus diperhatikan pada masa pra konsepsi. Status gizi yang optimal mencerminkan derajat kesehatan setiap individu.10

(16)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 14 Status gizi pada masa prakonsepsi atau wanita usia subur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).11 Perbaikan gizi dengan cara peningkatan mutu gizi individu dan komunitas tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013, dimana disebutkan bahwa Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi adalah upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan dan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama kehidupan. 1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan sampai anak berusia dua tahun.12 Asupan makanan selama 1000 HPK memberi konsekuensi kesehatan untuk masa depan agar anak tumbuh sehat dan cerdas, oleh karena itu gizi sejak anak dini harus terpenuhi dengan optimal.10

Salah satu kelompok WUS di Indonesia yang rawan mengalami masalah gizi adalah santriwati. Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Hidayah Kabupaten Grobogan menunjukkan hasil bahwa

(17)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 15 51,1% santri memiliki status gizi kurus yang disebabkan oleh asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhannya.13

Berdasarkan hasil penelitian, makanan yang disediakan di Pondok Pesantren biasanya kurang beragam jenisnya. Penelitian mengenai gambaran sistem penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren Hubulo Gorontalo menyatakan bahwa nilai gizi makanan yang disediakan hanya memenuhi 76% dari kebutuhan total.14

Status gizi yang kurang pada santri disebabkan karena asupan zat gizi yang tidak adekuat.15 Rendahnya cadangan energi dan zat gizi dapat menyebabkan KEK pada WUS atau sejak remaja, dapat berlanjut pada masa kehamilan dan menyusui.16

(18)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 16

BAB 3.

Santriwati dan Anemia

Pondok pesantren dalam membina para santri tentu melihat karakteristik para santrinya agar proses pembinaan dapat dilakukan secara maksimal. Karakteristik santri tiap pondok pesantren berbeda- beda sehingga akan mencirikan santri tersebut keluaran dari pondok mana. Santri di salah satu pondok pesantren di Kota Cirebon selalu di ajarkan untuk harus kuat menahan rasa lapar. Hal tersebut dikarenakan santri yang terlalu banyak makan akan membuat malas. Selain itu, berdasarkan penelitian tersebut juga menjelaskan karakteristik lainnya adalah dalam kesehariannya santri selalu ditekankan untuk hidup mandiri dan prihatin, kebiasaan tidak memakan makanan yang bernyawa dan menjunjung tinggi akhlak serta sikap takdzim kepada kyai.17 Salah satu ajaran yang dipegang oleh santri dalam menjalankan agama adalah sikap kemandiriannya. Hal ini telah tampak ketika santri memenuhi kebutuhannya sendiri, mulai dari mencuci pakaian, membersihkan lingkungan, memenuhi kebutuhan makan, dan sebagainya. Penelitian lain menunjukkan tingginya tingkat kemandirian pada santri berupa

(19)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 17 kesadaran belajar mandiri, kognitif agama, percaya diri, harapan untuk mandiri dan teguh berpendirian.18 Kompleksitas yang ada di kehidupan santri memunculkan beberapa masalah kesehatan seperti status gizi kurang atau berlebih, anemia, pola makan, masalah kebersihan, dsb.

Definisi Anemia

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah, Hemoglobin (Hb) kurang dari normal, ditandai dengan ukuran maupun jumlah sel darah merah atau hemoglobin tiap per 100 ml darah berada dibawah nilai normal. Sel darah merah dan hemoglobin yang kurang dapat membatasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan sel-sel jaringan.19,20

Secara umum, anemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Anemia hipoplastik dan aplastik yaitu anemia yang disebabkan karena sumsum tulang belakang tidak mampu memproduksi sel- sel darah baru.

(20)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 18 2. Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi karena proses lisis sel

darah merah lebih cepat daripada produksi sel darah merah.

3. Anemia megaloblastik adalah anemia yang terjadi karena kurangnya asupan asam folat dan defisiensi vitamin B12.

4. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kurangnya asupan zat besi dalam darah.21

Gambar 2. Gambaran Tubuh saat Mengalami Anemia

1. Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) merupakan komponen utama dari sel darah merah berupa protein terkonjugasi yang mempunyai fungsi sebagai transportasi oksigen dan karbon dioksida di dalam tubuh. Hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul

(21)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 19 organik dengan satu atom besi. Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein yang saling terhubung satu sama lain yaitu rantai globulin.22

Hemoglobin (Hb) termasuk dalam bagian utama dari sel darah merah dan berfungi mengikat oksigen. Apabila seseorang memiliki jumlah sel darah merah dibawah batas normal atau kadar Hb yang rendah maka sel-sel tubuh tidak akan mendapatkan oksigen cukup sehingga dapat menyebabkan gejala anemia berupa kelelahan. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin yaitu sebagai parameter untuk menilai tingkat anemia, respons terhadap terapi anemia, dan perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia.23,24

Batasan kadar hemoglobin yang digunakan dalam menentukan status anemia seseorang menurut World Health Organization (WHO) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Batasan Kadar Hemoglobin25,26 Populasi, usia Non

anemia

Anemia

Ringan Sedang Berat Anak, 6-59 bulan ≥11 10-10.9 7-9.9 <7

Anak, 5-11 tahun ≥11.5 11-11.5 8-10.9 <8 Anak, 12-14 tahun ≥12 11-11.9 8-10.9 <8 Wanita tidak hamil, ≥15 tahun ≥12 11-11.9 8-10.9 <8 Wanita hamil ≥11 10-10.9 7-9.9 <7 Laki-laki, ≥15 tahun ≥13 11-12.9 8-10.9 <8 Sumber : WHO 2015

(22)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 20 2. Anemia pada Santriwati

Gambar 3. Penyebab Remaja Putri Berisiko Anemia

Temuan hasil penelitian anemia pada remaja di beberapa pondok pesantren pada umumnya tinggi yaitu >80%.27 Fasilitas atau ketersediaan sarana prasarana pelayanan kesehatan secara umum terbatas di pondok pesantren. Padatnya aktivitas siswa di pondok pesantren berdampak terhadap pengeluaran energi dan perilaku konsumsi yang tidak teratur.

Santri memiliki kegiatan yang lebih padat dan kebiasaan yang khas dibandingkan dengan siswa sekolah pada umumnya. Beberapa kebiasaan yang sering dilakukan oleh seorang santri yaitu dzikir pagi dan petang, sering berpuasa sunnah, sholat malam, dan hidup dalam kesederhanaan

(23)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 21 sehingga berpengaruh pada pola makan yang mempengaruhi jumlah asupan. Selain itu, santri juga harus menjalankan sistem yang ada di pondok pesantren sehingga mereka kerap melupakan pemenuhan hak terhadap penjagaan kesehatan tubuhnya karena kepadatan aktifitasnya.

Hal ini mempengaruhi kebiasaan yang dilakukan sehari-hari seperti tidak menyempatkan diri untuk sarapan, pola makan tidak teratur, dan jarang berolahraga.28,29

Santriwati atau kelompok remaja putri rentan mengalami anemia karena berbagai faktor seperti peningkatan kebutuhan gizi khususnya zat besi melebihi kebutuhan kelompok usia lain akibat percepatan pertumbuhan dan peningkatan aktivitas fisik yang dilakukan, adanya siklus menstruasi pada remaja putri setiap bulan, fenomena banyaknya remaja putri yang melakukan diet ketat, kurangnya konsumsi makanan hewani, status gizi kurang, pengetahuan dan sikap terkait anemia,termasuk terbatasnya ketersediaan fasilitas dan informasi kesehatan.30,31

(24)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 22

Gambar 4. Penyebab Remaja Putri Berisiko Anemia

Santri pondok pesantren merupakan kelompok remaja yang rentan mengalami anemia karena berbagi faktor seperti peningkatan kebutuhan gizi khususnya zat besi akibat dari percepatan pertumbuhan dan peningkatan aktivitas fisik yang dilakukan, adanya siklus menstruasi pada remaja putri, banyaknya remaja putri yang melakukan diet ketat, kurangnya konsumsi makanan hewani, status gizi cenderung kurus, pengetahuan dan sikap terkait anemia, termasuk terbatasnya

Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi.

Menstruasi selama satu periode menyebabkan zat

besi hilang 1,3 mg/hari selama menstruasi.

Pertumbuhan pada remaja meningkatkan kebutuhan sumber zat

besi.

Pematangan sel reproduksi menyebabkan kebutuhan zat besi meningkat.

Asupan protein pada remaja putri dan wanita lebih rendah daripada pria (SDT,

2014).

(25)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 23 ketersediaan fasilitas dan informasi kesehatan. Belum lagi penyediaan makanan di pondok yang pada umumnya terbatas karena kendala biaya sehingga bahan makanan yang disediakan rawan tidak mencukupi kebutuhan zat gizi.

Santriwati memiliki risiko anemia lebih tinggi dibandingkan remaja pada sekolah formal umum. Survei anemia di Jawa Tengah, yaitu pada remaja putri (usia 13-18 tahun) di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus prevalensi anemia remaja putri sebesar 36,8%. 6 Survei di SMAN 2 Semarang, prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 36,7%.32 Temuan hasil penelitian pada remaja putri di pondok pesantren pada umumnya lebih tinggi lagi seperti hasil penelitian pada siswi MTs Pondok Pesantren Putri Asy Syarifah Mranggen Demak sebesar 71,6% dan di Pondok Pesantren Putri Al Bahroniyah Maranggen Demak sebesar 84,3%.33

(26)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 24 Gejala Anemia

Gambar 5. Gejala-Gejala Anemia

Karakteristik fisik yang muncul pada seseorang yang anemia berkaitan dengan kecepatan penurunan kadar hemoglobin, karena penurunan kadarnya memengaruhi kapasitas membawa membawa oksigen, maka akan menimbulkan gejala mudah lelah dan mengantuk, dan terdapat tanda keadaan hiperdinamik seperti denyut nadi kuat dan jantung berdebar pada aktivitas ringan. Keluhan lainnya adalah sakit kepala, nyeri tulang, tinitus (telinga berdenging), nafas pendek saat melakukan aktivitas ringan, nyeri dada, pusing, mata berkunang, cepat marah, dan tangan serta kaki dingin atau mati rasa. Pada remaja penderita anemia defisiensi besi akan memperlihatkan gejala pucat pada konjungtiva, lidah, dasar kuku, dan langit-langit mulut, dan jika

(27)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 25 berlangsung lama akan ditemukan atrofi papilaris pada lidah dan berubahnya bentuk kuku menjadi cekung menyerupai sendok.34,35

3. Penyebab Anemia

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kondisi fisilogis seseorang misalnya periode remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui dimana terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi salah satunya zat besi.

Selain itu karakteristik pada periode tertentu seperti menstruasi yang menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Hal ini tentunya menjadi risiko wanita usia subur mengalami kehilangan zat besi lebih besar. Banyaknya darah yang keluar berpengaruh pada kejadian anemia karena wanita tidak mempunyai persediaan zat besi yang cukup dan absorpsi zat besi yang rendah di dalam tubuh sehingga tidak dapat menggantikan zat besi yang hilang selama menstruasi. Banyaknya zat besi yang hilang selama menstruasi tergantung dari banyaknya volume darah yang keluar setiap periode menstruasi.36,37

Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol yang akan berdampak pada terhambatnya penyerapan zat besi di dalam tubuh.

(28)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 26 Selain itu faktor kualitas diet juga mempengaruhi terjadinya anemia pada periode ini. Kurangnya variasi makanan, frekuensi makan yang kurang, rendahnya kecukupan zat gizi yang terpenuhi dan kecenderungan kelompok santriwati yang lebih memilih makanan dengan tinggi densitas energi, tinggi lemak jenuh namun rendah serat dan miskin micronutrient seperti zat besi, asam folat, seng, dll.

Penyakit infeksi juga memiliki potensi menyebabkan anemia, sementara santri biasanya erat kaitannya dengan munculnya penyakit infeksi karena rendahnya perilaku hidup bersih dan sanitasi yang kurang di lingkungan pondok pesantren. Sedangkan penyebab secara tidak langsung yaitu kondisi social ekonomi, demografi yang berpengaruh pada akses terhadap pelayanan kesehatan, akses informasi dan akses terhadap makanan sehat.38

Kecacingan adalah salah satu penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk sehingga sanitasi lingkungan merupakan faktor penyebab terjadinya kecacingan.39 Sanitasi lingkungan yang berpengaruh terhadap kecacingan antara lain sumber air, pembuangan feses, dan sanitasi makanan. Di derah dengan kondisi

(29)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 27 sanitasi lingkungan yang buruk, telur cacing akan mencemari tanah dan menyebar melalui sumber air yang terkontaminasi serta sayuran yang tidak dicuci dan dimasak dengan baik.40

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lombok Timur bahwa kecacingan menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dan mengakibatkan anemia.41 Cacing memakan jaringan orang yang terinfeksi, termasuk darah. Selain itu, cacing tambang menyebabkan kehilangan darah kronis pada saluran pencernaan. Perdarahan berdampak pada berkurangnya simpanan zat besi di dalam tubuh.

Adanya infeksi cacing juga menyebabkan malabsorbsi zat gizi, termasuk zat besi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya anemia. Beberapa cacing dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan sehingga asupan zat gizi berkurang, khususnya cacing cambuk yang menyebabkan diare, disentri, dan anemia berat.40

(30)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 28

Gambar 6. Penyebab Anemia42

Anemia dikalangan remaja putri atau santriwati dapat disebabkan oleh banyak hal. Anemia dapat disebabkan oleh faktor gizi dan non gizi.

Faktor gizi terkait dengan defisiensi konsumsi protein, vitamin, dan mineral, sedangkan faktor non gizi terkait penyakit infeksi.43 Faktor gizi yang berpengaruh pada anemia erat kaitannya dengan zat besi. Konsumsi makanan kaya zat besi dapat mencegah seseorang terkena anemia. Zat besi berfungsi sebagai penyusun sel darah merah atau hemoglobin,

Penyebab Anemia

Gaya hidup : merokok dan

minum minuman keras

Peningkatan kebutuhan zat gizi

seperti proses pertumbuhan dan

kehamilan

Kehilangan darah dalam jumlah yang

banyak seperti menstruasi Kebiasaan

tidak sarapan

Infeksi

Sosial ekonomi dan

sosial demografi

(31)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 29 sehingga apabila konsumsi zat besi tidak cukup maka tubuh akan kekurangan darah atau anemia.44 Zat besi dalam makanan terbagi dalam dua bentuk yaitu besi hem dan besi non-hem. Zat besi hem memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi dan dapat ditemukan utamanya sebagai hemoglobin dan mioglobin dalam daging, unggas dan ikan. Besi hem adalah komponen penting dari sel darah merah yang menyediakan transportasi oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi non-hem sebagian besar ditemukan dalam produk nabati tetapi juga 3 dapat ditemukan di hati, limpa dan sumsum tulang dalam bentuk ferritin dan haemosiderin.

Penyerapan rata-rata besi hem dari makanan yang mengandung daging adalah sekitar 25%, tetapi dapat bervariasi. Pada kondisi defisiensi besi, hem dapat terserap hingga 40%, sedangkan pada kondisi normal, penyerapan besi hem sebesar 10%.45–47

Penyerapan zat besi non-hem berbeda-beda dan dipengaruhi oleh status zat besi individu, jumlah zat besi non-hem yang tersedia dan keseimbangan antara faktor enhancer dan inhibitor zat besi. Faktor enhancer yang dapat mempercepat penyerapan zat besi diantaranya adalah vitamin C, protein, folat dan juga zinc.48,49

(32)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 30 Vitamin C dapat mengubah bentuk feri menjadi fero yang mudah diserap serta membentuk gugus besi-oksalat yang tetap larut pada pH yang lebih tinggi seperti di duodenum sehingga zat besi dapat terserap dengan mudah. Sedangkan zat yang dapat menghambat penyerapan besi atau inhibitor antara lain adalah kafein, tanin, oksalat, fitat, yang terdapat dalam produk-produk kacang kedelai, teh, dan kopi serta kalsium yang banyak ditemukan pada produk susu.49,50

Faktor penyerapan zat besi non-hem dari makanan diasumsikan rata-rata sebesar 5-15%. Pada kondisi anemia atau kekurangan darah, zat besi dalam bentuk heme lebih dianjurkan karena daya serapnya yang lebih tinggi sehingga kadar hemoglobin dapat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan besi dalam bentuk non heme.45 Namun yang sering terjadi di pondok pesantren justru sebaliknya. Minimnya biaya penyelenggaraan makanan terkadang membuat variasi lauk hewani yang juga merupakan sumber vitamin B12 dan juga folat menjadi sedikit dan tidak mencukupi baik secara jumlah serta kualitasnya bagi kebutuhan santri sehingga frekuensi lauk nabati lebih banyak dibandingkan lauk hewani. Kebiasaan seperti minum teh juga masih sering ditemukan,

(33)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 31 sedangkan konsumsi buah cenderung rendah sehingga dapat dikatakan pola konsumsi santri cenderung rendah zat besi hem, vitamin B12 dan folat, tinggi zat besi non hem, dan zat inhibitor Fe lebih banyak dikonsumsi dibandingkan zat enhancer Fe.51

4. Prevalensi Anemia pada Remaja

Secara global, prevalensi anemia pada wanita hamil 42% dan wanita tidak hamil usia 15-49 tahun sebesar 30%.52 Kejadian anemia di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, kejadian anemia di Indonesia pada WUS sebesar 32,9%. penderita

1 dari 4 remaja putri mengalami ANEMIA

(34)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 32 anemia sebanyak 26,4% berumur 5-14 tahun dan 18,4% berumur 15-24 tahun.25 Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Jawa Tengah tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%.53

Berdasarkan data prevalensi anemia pada ibu hamil di Jawa Tengah, diketahui tahun 2007 kejadian anemia pada ibu hamil sebesar 57,7% lebih tinggi dari angka nasional yaitu 50,9%. Berdasarkan survei data yang dilakukan oleh Marlin Waility dkk dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012, jumlah ibu hamil yang menderita anemia sebanyak 19,14% mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 17,93%. Penelitian yang dilakukan oleh Erizka, dkk tahun 2015 di wilayah kota Semarang pada WUS menunjukkan bahwa 9,7%

mengalami anemia. Kejadian anemia berdasarkan tempat tinggal lebih tinggi di wilayah perdesaan daripada wilayah perkotaan. Penelitian sebelumnya oleh Sumarni (2008) menunjukkan prevalensi anemia pada pengantin wanita di wilayah perdesaan Kabupaten Probolinggo sebesar 48,5%.8 Pada ibu hamil, prevalensi yang mengalami anemia di wilayah perkotaan sebesar 20,6% sedangkan di wilayah perdesaan sebesar

(35)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 33 22,8%.3 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kejadian anemia lebih tinggi terjadi di wilayah perdesaan dibandingkan dengan wilayah perkotaan.54,55

Gambar 7. Proporsi Anemia Menurut Umur dan Jenis Kelamin25 Sumber : Riskesdas, 2013

5. Dampak Anemia

Anemia defisiensi zat gizi pada remaja merupakan suatu kondisi yang dapat berdampak sangat besar pada kehidupan remaja. Secara umum anemia defisiensi zat gizi menggambarkan status gzi yang buruk pada remaja. Hal ini dapat berdampak terutama pada remaja putri. Ketika remaja putri dengan anemia melahirkan (saat remaja maupun dewasa),

(36)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 34 bayi yang lahir dapat mengalami berbagai kondisi seperti berat badan lahir rendah, kesakitan, bahkan kematian yang dapat berdampak pada ibu (yang awalnya merupakan remaja anemia) dan bayinya. Dampak lainnya yang dapat disebabkan oleh anemia adalah terhambatnya perkembangan fisik dan kognitif pada remaja. Anemia juga akan menurunkan produktivitas remaja secara langsung karena akan berdampak pada penurunan konsentrasi belajar dan penurunan kesehatan jasmani. Penurunan kesehatan jasmani yang terjadi dapat beragam, contohnya permasalahan pada saluran pencernaan, saraf pusat, kardiovaskular, dan imunitas. Dalam keadaan anemia akibat defisiensi besi, imunitas tubuh juga menurun karena sel darah putih yang tidak bisa bekerja secara efektif dalam keadaan defisiensi besi.43

Gambar 8. Dampak Anemia pada Remaja Putri dan WUS

(37)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 35 Dampak anemia bagi remaja putri adalah sebagai berikut56,57:

1) Menurunnya kesehatan reproduksi.

2) Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.

3) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

4) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak optimal.

5) Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran.

6) Mengakibatkan muka pucat.

7) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga rawan mengalami penyakit infeksi.

Gambar 9. Dampak Jangka Pendek dan Panjang Akibat Gangguan Gizi pada Wanita Usia Subur

(38)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 36 Dalam jangka panjang anemia pada remaja putri akan berakibat pada masa kehamilannya kelak. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan pesalinan.

Dampak anemia pada kehamilan bervaiasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kehamilan (abortus, partus/premature), gangguan proses persalinan (misalnya; pendarahan), gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR (berat bayi lahir rendah), kematian perinatal, dan lain- lain. Anemia juga berdampak pada kematian ibu atau bayinya.58

(39)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 37

BAB 4.

Peran Zat Gizi untuk Mencegah Anemia

1. Peran Makronutrient dan Mikronutrient a. Energi

Tubuh membutuhkan energi untuk berlangsungnya proses fisiologis, seperti kontraksi otot, pembentukan dan penghantaran impuls, sekresi kelenjar, dan berbagai reaksi sintesis dan degradasi selain itu energi juga diperlukan untuk melakukan berbagai pekerjaan tubuh salah satunya adalah kerja tubuh dalam metabolism berbagai zat gizi, termasuk zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin.

Apabila terjadi kekurangan energi, kapasitas kerja tubuh akan terganggu sehingga akan terjadi pembongkaran cadangan protein di dalam tubuh.59 b. Protein

Protein merupakan zat gizi makro yang erat kaitannya dengan yang telah proses-proses kehidupan dengan fungsi utana membentuk jaringan baru (termasuk sel darah merah) dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein berperan dalam pengangkutan zat besi ke dalam

(40)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 38 plasma dan seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Protein plasma transferin mengangkut besi ke sum-sum tulang untuk pembentukan hemoglobin baru. Sisa besi disimpan dalam bentuk feritrin dan hemosiderin di dalam hati, sum-sum tulang belakang, limfa dan otot.60

Selain berperan dalam transport besi, penyimpanan dan komponen hemoglobin, protein juga berperan dalam absorbsi besi. Asam-asam amino memiliki efek pemacu (meningkatkan penyerapan) karena gugus ini mengikat besi non heme. Asam amino dengan gugus sulfur (terutama sistein) dapat ditemukan pada produk hewani seperti daging, ikan dan unggas. Sulfur yang terdapat dalam makanan hewani ini dapat mengubah besi non heme menjadi bentuk yang lebih mudah diserap.61

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, kecukupan protein pada wanita usia antara 19-29 tahun 56 gram, dan usia 30-45 tahun adalah 75 gram. Penelitian yang dilakukan oleh Syatriani dan Aryani (2010) di Makasar, menyatakan ada hubungan yang bersifat positif antara asupan protein dengan kejadian anemia. Mereka menyatakan bahwa remaja yang kekurangan protein berisiko 3,48 kali lebih besar untuk mengalami anemia daripada remaja yang tidak mengalami protein.62

(41)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 39 c. Zat besi

Zat besi merupakan mineral esensial. Zat besi dalam tubuh dapat berkombinasi dengan protein sehingga mampu menerima dan melepaskan oksigen dan karbondioksida. Zat besi memiliki beberapa fungsi esensial di dalam tubuh, diantaranya sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, pengangkut elektron di dalam besisel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh.63

Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk yaitu besi heme dan non-heme. Besi heme lebih mudah diserap dari pada besi non-heme.

Absorbsi besi heme bisa mencapai 10 hingga 30%. Dalam keadaan defisit penyerapannya bisa mencapai 40%. Besi heme tersedia 10-15% dalam diet sehari-hari yang banyak ditemukan pada makanan seperti, daging, ikan dan unggas. Sementara itu, besi non-heme sebagian besar berasal dari sumber nabati, meskipun ada beberapa dari hewani. Sumber besi non- heme ini 85-90% terdapat dalam makanan sehari-hari namun hanya 5%

yang diserap. Sumber makanan yang mengandung besi non-heme diantaranya telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa

(42)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 40 jenis buah-buahan. Mengonsumsi besi heme bersamaan dengan besi non- heme dapat meningkatkan absorbsi besi non-heme, karena besi heme mengandung faktor yang memacu absorbsi besi non-heme.64

Gambar 10. Sumber Makanan Mengandung Zat Besi

Asupan zat besi digunakan untuk mengganti kehilangan zat besi melalui feses, urin, dan kulit sehingga jumlah zat besi yang dikonsumsi sebaiknya berdasarkan jumlah zat besi yang hilang dari dalam tubuh.

Kehilangan basal ini sekitar 14 μg/kgBB/hari atau setara dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki dewasa dan 0,8 mg zat besi pada perempuan dewasa. Namun, perempuan dewasa mengalami menstruasi yang

(43)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 41 menyebabkan kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari. Hal itu mengakibatkan kebutuhan zat besi bervariasi menurut usia dan jenis kelamin.65,66

Tabel 2. Kebutuhan Harian Zat Besi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin67

Kelompok Umur Zat besi (mg)

Laki-laki 10 – 12 tahun 13

13 – 15 tahun 19

16 – 18 tahun 15

19 – 29 tahun 13

30 – 49 tahun 13

50 – 64 tahun 13

65 – 80 tahun 13

>80 tahun 13

Perempuan 10 – 12 tahun 20

13 – 15 tahun 26

16 – 18 tahun 26

19 – 29 tahun 26

30 – 49 tahun 26

50 – 64 tahun 12

65 – 80 tahun 12

>80 tahun 12

Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2013

Hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 4 Surabaya menunjukkan bahwa remaja putri yang memiliki asupan zat besi kurang berisiko 8,7 kali lebih besar mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki asupan zat besi cukup.68 Selain itu, hasil penelitian di SMAN 1 Manyar Gresik menunjukkan bahwa remaja putri dengan

(44)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 42 tingkat kecukupan asupan zat besi yang kurang memiliki kadar hemoglobin yang rendah sehingga menyebabkan tingginya kejadian anemia.69

d. Vitamin A

Vitamin A merupakan vitamin larut lemak dan memiliki interaksi dengan zat besi. Vitamin A memobilisasi cadangan besi di dalam tubuh untuk dapat mensintesis hemoglobin. Status vitamin A yang buruk berhubungan dengan perubahan metabolisme besi dalam kasus kekurangan besi. Penelitian lain menyebutkan bahwa pemberian suplementasi vitamin A akan meningkatkan kadar Hb, mekanismenya kemungkinan dapat menurunkan anemia karena vitamin A berperan dalam mobilisasi cadangan besi di hati, meningkatkan eritropoesis, dan mengurangi anemia yang disertai infeksi. Rendahnya status vitamin A akan menyebabkan simpanan besi tidak bisa dimanfaatkan untuk porses eritropoesis. Selain itu, vitamin A dan β-Karoten akan membentuk suatu kompeks dengan besi untuk membuat besi tetap larut dalam lumen usus sehingga absorbsi besi dapat terbantu.

(45)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 43 Penelitian yang dilakukan oleh Zimmermann et all (2006), penelitian pada anak-anak di Maroko menunjukkan bahwa pemberian suplementasi vitamin A dapat membantu mobilisasi zat besi dari tempat penyimpanannya untuk proses eritropoesis. Kadar suplementasi vitamin A sebanyak 200.000 UI dan 60 mg ferrous sulfate selama 12 minggu dapat meningkatkan kadar hemoglobin sebanyak 7 g/dl.70

e. Vitamin C

Gambar 11. Makanan Sumber Vitamin C

(46)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 44 Vitamin C merupakan jenis vitamin larut air yang berbentuk kristal putih, dimana ditemukan dalam makanan sebagai asam askorbat dan dehydroascorbic acid. Bentuk oksidasi vitamin C, dehydroascorbic acid lebih mudah diabsorbsi daripada bentuk reduksi, Ascorbic acid. Vitamin C yang tereduksi masuk kedalam sel melalui alat angkut glukosa.

Vitamin C berperan dalam reaksi redoks sel karena dengan mudah kehilangan elektron dan dapat diubah menjadi bentuk dehydroascorbic acid kembali. Selain itu vitamin C membantu penyerapan zat besi di usus halus dengan mereduksi besi feri menjadi besi fero.59

Dalam penelitian Safwan Ariba (2017) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status hemoglobin dengan asupan vitamin C.

Namun, penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan positif antara status vitamin C dengan kadar hemoglobin. Dimana terdapat peningkatan jumlah asam askobat berkisar antara 25 – 1000 mg yang ditambahkan kedalam formula cair yang mengandung besi oksida 4,1 mg, penyerapan zat besi meningkat secara progresif dari 0,8% menjadi 7,1%

sehingga meningkatkan status hemoglobin.71

(47)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 45 Kebutuhan vitamin C berbeda-beda menurut umur dan jenis kelamin. Berikut kebutuhan vitamin C berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Tabel 3. Kebutuhan Vitamin C Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin67

Kelompok Umur Vitamin C (mg)

Laki-laki 10 – 12 tahun 50

13 – 15 tahun 75

16 – 18 tahun 90

19 – 29 tahun 90

30 – 49 tahun 90

50 – 64 tahun 90

65 – 80 tahun 90

>80 tahun 90

Perempuan 10 – 12 tahun 50

13 – 15 tahun 65

16 – 18 tahun 75

19 – 29 tahun 75

30 – 49 tahun 75

50 – 64 tahun 75

65 – 80 tahun 75

>80 tahun 75

Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2013

Berdasarkan penelitian pada remaja putri di SMAN 1 Manyar Gresik diketahui bahwa tingkat kecukupan asupan vitamin C yang kurang menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian pada mahasiswi di Universitas Airlangga yang menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi zat enhancer, yaitu vitamin C

(48)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 46 yang jarang berdampak pada rendahnya kadar hemoglobin. Hal itu menyebabkan terjadinya anemia.72

Zat besi non heme dalam makanan hanya dapat diabsorbsi sebesar 5%. Rendahnya absorbsi zat besi non heme dapat ditingkatkan hingga empat kali lipat dengan adanya vitamin C. Vitamin C membantu proses reduksi zat besi dari bentuk ferri menjadi bentuk ferro yang mudah diabsorbsi. Vitamin C dan zat besi membentuk senyawa kompleks feroaskorbat yang larut dalam air dan mudah diabsorbsi.66

f. Vitamin B2

Riboflavin (B2) memiliki kontribusi terhadap kejadian anemia.

Dalam sebuah penelitian pada hewan, riboflavin telah terbukti meningkatkan penyerapan besi. Defisiensi riboflavin dapat secara signifikan meningkatkan tingkat kehilangan besi di gastrointestinal serta menurunkan mobilisasi zat besi dari simpanannya.

Menurut penelitian oleh Shi, Zumin (2014) pada populasi di China, menunjukkan bahwa asupan riboflavin secara positif dikaitkan dengan ferritin dan anemia pada wanita. Temuan ini sesuai dengan peran

(49)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 47 biologis riboflavin dalam meningkatkan penyerapan dan pemanfaatan zat besi (ketika asupan riboflavin tinggi, kemampuan untuk memobilisasi besi dari ferritin dan memanfaatkannya untuk sintesis hemoglobin juga akan tinggi). Memperbaiki kekurangan riboflavin dapat menjadi salah satu komponen dalam pencegahan anemia.73

g. Vitamin B6

Vitamin B6 merupakan vitamin larut air yang terdapat dalam 3 bentuk yaitu pyridoxal, pyridoxine, dan pyridoxamine. Selain dalam metabolisme protein, vitamin B6 juga berperan untuk sintesis heme dalam pembentukan hemoglobin. Jika tubuh defisiensi B6, maka metabolisme protein akan terganggu, begitu juga dengan pembentukan Hb. Hal ini sejalan dengan penelitian pada remaja putri di Semarang, menyebutkan ada hubungan yang positif antara asupan vitamin B6 dengan kadar hemoglobin, semakin tinggi asupan vitamin B6 maka semakin besar pula nilai hemoglobin yang diperoleh.74

Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B6 adalah anemia sideroblastik. Hampir sama dengan anemia defisiensi besi, hanya saja perbedaannya terletak pada besi serum anemia sideroblastik tinggi

(50)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 48 (menunjukkan saturasi transferin). Hal ini terjadi karena besi tidak bisa digunakan untuk sintesis heme dan tersimpan di mitokondria, sehingga produksi dan perkembangan sel darah merah tergangggu. Menurut angka kecukupan gizi (AKG 2004) kebutuhan vitamin B6 untuk wanita usia 19-29 tahun sebesar 1,3 mg per hari.

h. Vitamin B12

Vitamin B12 atau kobalamin merupakan senyawa yang mengandung kobalt yang memiliki cincin korin dengan aktivitas biologis vitamin.61 Vitamin B12 diserap dalam keadaan terikat pada faktor intrinsik, yaitu suatu glikoprotein kecil yang disekresikan oleh sel parietal mukosa lambung. Asam lambung dan pepsin membebaskan vitamin dari ikatan dengan protein dalam makanan, sehingga menyebabkan vitamin dapat berikatan dengan kobalofilin.

Kobalofilin merupakan protein pengikat yang disekresikan di air liur. Selanjutnya, kobalofilin di duodenum mengalami hidrolisis sehingga vitamin membebaskan ikatan dengan faktor intrinsik. Vitamin B12 diserap disepertiga distal ileum melalui reseptor yang mengikat

(51)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 49 kompleks faktor intrinsik - vitamin B12, tetapi tidak mengikat faktor intrinsik atau vitamin dalam bentuk bebas.61

Vitamin B12 memiliki fungsi yang berkaitan erat dengan folat.

Vitamin B12 dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya.

Vitamin B12 berperan dalam reaksi perubahan homosistein ke metionin menggunakan kelompok 5-metil tetrahidrofolat dengan enzim metionin sintase. Jika vitamin B12 tidak tersedia dengan cukup, maka 5-metil tetrahidrofolat tidak diubah sehingga mengurangi ketersediaan prekursor nukleutida untuk sintesis DNA sebelum pembelahan sel dan menyebabkan anemia megaloblastik. Anemia megaloblastik atau anemia permisiosa adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin B12 dan dapat dikurangi dengan pemberian suplemen folat.75

i. Zink/Seng

Seng (Zink) merupakan zat gizi mikro yang dapat mempengaruhi metabolisme besi. Seng dapat berinteraksi dengan besi baik secara langsung maupun tidak langsung lewat interaksinya dengan vitamin A.

Interaksi secara langsung dimulai saat penyerapan, jika ratio keduanya lebih dari 2:1, maka akan terjadi gangguan pada zat gizi miko yang lebih

(52)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 50 sedikit. Kedua zat gizi mikro ini juga berkompetisi saat transportasi karena keduanya diangkut oleh pengangkut yang sama, yaitu transferin.

Interaksi tidak langsung antara seng dan besi yang terjadi melalui peran seng dalam sintesis protein termasuk protein transporter besi yaitu transferin. Defisiensi seng akan mempengaruhi metabolisme besi karena seng berperan sebagai kofaktor dalam reaksi oksidasi retinol.

Konsentrasi retinol plasma yang rendah berkaitan dengan penurunan besi plasma dan hemoglobin.76

j. Folat

Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sum sum tulang. Selain itu, folat juga sebagai pembawa karbon tunggal dalam pembentukan heme. Defisiensi folat akan menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit, yang berakibat timbulnya sel darah dengan bentuk dan ukuran yang tidak normal.

Pemberian asam folat berhubungan dengan penurunan 40% risiko anemia pada wanita hamil dan 35% menurunkan risiko anemia megaloblastis.74

(53)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 51 Pada penelitian Oky Nor dan Sri Sumarmi (2015) pada wanita usia subur, menunjukkan bahwa folat berkorelasi signifikan dengan kadar hemoglobin. Hal ini membuktikan bahwa asam folat terlibat dalam metabolisme beberapa asam amino salah satunya glisin sebagai bahan utama sintesis heme, meskipun jumlah asupan asam folat yang baik pada kelompok anemia tidak serta merta akan meningkatkan kadar hemoglobin karena zat gizi di dalam tubuh saling berinteraksi untuk sintesis heme.77

2. Zat Penghambat Absorpsi Zat Besi a. Tanin

Tanin adalah komponen zat organik yang kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sulit dipisahkan dan sulit mengkristal.78 Tanin terdapat pada teh, kopi, biji cokelat, infus herbal, rempah-rempah tertentu seperti oregano, dan beberapa sayuran.79

Berdasarkan penelitian di SMA dan SMK Depok diketahui bahwa remaja putri dengan frekuensi konsumsi inhibitor zat besi, yaitu teh dan kopi yang sering memiliki kadar hemoglobin dalam kategori anemia.80

(54)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 52 Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian di SMAN 10 Makassar bahwa asupan tanin atau konsumsi teh yang tinggi berdampak pada status hemoglobin yang termasuk anemia.81 Tanin yang terdapat pada teh dan kopi dapat menghambat absorbsi zat besi. Tanin akan mengikat mineral seperti zat besi, zink, dan kalsium. Konsumsi 1 cangkir kopi (236 ml) perminggu dapat menurunkan kadar serum feritin sebesar 1%. Selain itu, senyawa polifenol pada teh hitam akan mengikat mineral, termasuk zat besi jika teroksidasi. Konsumsi teh 1 cangkir (mengandung 20-50 mg polifenol) dapat menghambat absorbsi zat besi sebesar 50-70%, sedangkan konsumsi teh 2-3 cangkir (mengandung 100-400 mg polifenol) dapat menghambat absorbsi zat besi sebesar 60-90%.82

b. Fitat

Fitat adalah senyawa organik yang mengandung fosfat. Fitat sebagai bentuk penyimpanan fosfor yang terbesar pada serealia dan leguminosa.83 Fitat merupakan inhibitor (penghambat) absorbsi zat besi.84

(55)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 53 Fitat merupakan bentuk penyimpanan fosfor yang terbesar pada biji-bijian dan kacang-kacangan. Fitat dapat mengurangi absorbsi mineral esensial, seperti kalsium, zat besi, seng, dan magnesium. Senyawa fitat mengikat mineral tersebut dalam bentuk ion sehingga ketersediaan mineral menurun dan menyebabkan defisiensi mineral, terutama zat besi.83

Fitat akan berikatan dengan mineral, seperti kalsium, magnesium, dan zat besi serta protein membentuk suatu ikatan sehingga kelarutan senyawa yang diikatnya menurun dan menyebabkan senyawa menjadi sukar larut. Hal ini mengakibatkan absorbsi mineral dan protein terhambat sehingga bioavailabilitas di dalam tubuh menurun.83

Fitat terdapat pada sereal kulit padi, sereal gandum, tepung ekstraksi tinggi, biji-bijian, polong-polongan, dan kacang-kacangan.79 Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Probolinggo menunjukkan bahwa kebiasaan sering mengonsumsi sumber pangan inhibitor zat besi, seperti tahu dan tempe yang mengandung fitat menyebabkan terjadinya anemia.85

(56)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 54 Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian di SMAN 10 Makassar bahwa remaja putri dengan asupan fitat yang tinggi memiliki status hemoglobin kategori anemia.81 Absorbsi zat besi yang terhambat dipengaruhi oleh jumlah fitat yang ditambahkan, 2 mg fitat dapat menghambat absorbsi zat besi sebesar 18%, 25 mg sebesar 64%, dan 250 mg sebesar 82%.86

(57)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 55

BAB 5.

Strategi Pencegahan dan Pengawasan Anemia pada Santriwati

Pencegahan anemia terkait gizi pada remaja dapat dilakukan berdasarkan faktor determinan yang menyebabkan anemia terjadi pada remaja. Hal terpenting yang dilakukan adalah dengan melakukan penilaian status gizi yang cukup dengan tujuan menentukan zat gizi tertentu yang mengalami defisiensi sehingga menyebabkan anemia.

Umumnya anemia zat gizi berkaitan dengan defisiensi zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah yang normal.

Salah satu anemia defisiensi zat gizi yang paling sering terjadi adalah anemia defisiensi zat besi (Fe). Sehubungan dengan hal ini, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan pendidikan serta penyuluhan gizi pada remaja dalam rangka meningkatkan konsumsi makanan-makanan yang kaya akan zat besi pada remaja. Makanan yang disarankan untuk dikonsumsi adalah lauk hewani (mengandung zat besi tinggi) serta makanan-makanan yang kaya akan asam folat, vitamin C, serta vitamin A. Kedua vitamin tersebut merupakan vitamin yang

(58)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 56 berperan dalam membantu penyerapan zat besi dan pembentukan hemoglobin. Selain itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan fortifikasi zat besi, asam amino esensial dan berbagai zat gizi pencegah anemia lainnya ke dalam produk makanan yang sering dikonsumsi remaja. Pencegahan selanjutnya yang dapat dilakukan terkait dengan anemia defisiensi zat besi dan folat adalah dengan melakukan suplementasi dalam jangka waktu yang panjang agar cepat meningkatkan kadar hemoglobin remaja.87

a. Pendidikan Gizi

Secara spesifik, pendidikan dan penyuluhan gizi merupakan pendekatan edukatif untuk mengubah perilaku masyarakat target sehingga dapat terjadi peningkatan perbaikan pangan dan status gizi.

Tujuan dari pendidikan ini adalah meningkatnya pemahaman masyarakat akan makanan dan gizi sehingga mereka dapat menganut pola makan yang sehat. Pendidikan gizi ini dapat ditujukan langsung pada remaja yang mengalami anemia, orang tua, serta guru dari remaja tersebut. Harapannya agar pengetahuan mereka terkait anemia defisiensi zat gizi meningkat dan dapat mengadopsi pola makan yang dapat

(59)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 57 diterapkan untuk mencegah anemia defisiensi zat gizi. Secara umum pendidikan akan secara efektif meningkatkan pengetahuan tetapi tidak secara langsung akan efektif juga dalam mengubah prakteknya.

Meskipun demikian pengetahuan merupakan faktor yang dominan dalam terbentuknya tindakan seseorang.

Dalam pendidikan gizi terkait anemia, guru diharapkan dapat berperan dalam membantu terlaksananya pencegahan anemia defisiensi zat gizi, terutama pada remaja putri. Pendidikan gizi dan kesehatan dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain seperti biologi, dan pendidikan jasmani dan kesehatan. Selain itu materi pendidikan gizi juga dapat diintegrasikan ke dalam ekstrakurikuler seperti UKS, PMR dan Bhakti Husada.

Selain guru, tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam lingkungan remaja target dapat ikut membantu dalam pendidikan gizi terkait anemia defisiensi zat gizi. Tokoh-tokoh tersebut contohnya ketua organisasi, pimpinan kelompok, kader, dan petugas kesehatan di lingkungan remaja target. Penyuluhan dan motivasi dapat diberikan langsung kepada remaja sehingga pesan pencegahan anemia dapat tersampaikan.88

(60)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 58 b. Fortifikasi Zat Gizi

Fortifikasi zat gizi dapat dilakukan untuk menggantikan zat gizi yang hilang dalam proses pembuatan bahan pangan serta meningkatkan gizi bahan pangan yang difortifikasi. Contoh bahan pangan yang dapat difortifikasi untuk mencegah anemia defisiensi zat gizi adalah fortifikasi tepung terigu. Tepung terigu difortifikasi dengan zat besi. Hal ini dapat membantu remaja untuk mengonsumsi zat besi secara cukup sehingga menurunkan risiko terjadinya anemia defisiensi zat besi. Di seluruh dunia telah terdapat banyak negara yang mewajibkan agar fortifikasi besi dan asam folat dilakukan pada tepung terigu. Di Indonesia, bahan pangan yang telah difortifikasi zat besi adalah tepung terigu, minyak goreng, beras, mentega, dan beberapa snack.88

c. Suplementasi

Suplementasi merupakan langkah pencegahan anemia defisiensi zat gizi pada remaja yang dapat dilakukan pemerintah. Salah satu program nyata yang telah berlangsung adalah pemberian tablet tambah

(61)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 59

Meningkatkan asupan makanan (kualitas dan kuantitas) dan keanekaragaman makanan

Fortifikasi zat besi terutama untuk kelompok rawan

Suplementasi zat besi dan asam folat

Pencegahan penyakit (malaria, cacingan : penyemprotan dan cuci tangan sebelum makan)

Meningkatkan pengetahuan dan pemberian edukasi mengenai pencegahan anemia

darah. Program ini merupakan penerapan dari peraturan menteri kesehatan no 88 tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil serta surat edaran dirjen kesehatan masyarakat kemenkes RI Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang pemberian tablet tambah darah. Tablet tambah darah yang diberikan kepada remaja dan wanita usia subur mengandung dua komponen utama yaitu zat besi dan asam folat. Komposisi dari tablet tambah darah yang diberikan adalah 200 mg zat besi dalam bentuk ferro sulfat/ferro fumarat atau ferro glukonat dan 0,25 mg asam folat. Suplementasi zat besi yang rutin secara jangka panjang akan meningkatkan hemoglobin dengan cepat, selain itu meningkatkan simpanan besi di dalam tubuh.88,89

Pencegahan yang dapat dilakukan oleh kelompok Santri antara lain:

(62)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 60

BAB 6.

Tablet Besi

Tablet tambah darah atau TTD merupakan suplemen zat gizi yang mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat. TTD bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi. Suplemen tablet tambah darah diberikan untuk menghindari remaja putri dari anamia besi.90

Pemberian TTD merupakan cara yang efektif untuk mengatasi masalah anemia, apabila dikonsumsi rutin akan terjadi peningkatan pada kadar Hb.91 Selain itu menurut penelitian Falkingham et al (2010) menyebutkan bahwa konsumsi TTD dapat meningkatkan kosentrasi pada wanita dan remaja serta meningkatkan IQ pada penderita anemia.92

(63)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 61

Gambar 12. Cara Pencegahan Anemia

Hal ini juga didukung oleh pemerintah dengan program pemberian suplemen tambah darah pada remaja putri sesuai dengan PERMENKES RI No. 88 tahun 2014 tentang standar TTD bagi wanita usia subur dan ibu hamil dan Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan RI No.

HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan wanita usia subur. Pemberian TTD ini umumnya dilakukan pada anak Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat).93

(64)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 62 Berdasarkan RISKESDAS tahun 2018, didapatkan bahwa cakupan TTD yang diterima remaja putri sebesar 76,2%, dari 76,2% tersebut sebanyak 80,9% mendapat TTD di sekolah (anak sekolah). Berdasarkan angka 80,9% tersebut konsumsi TTD remaja putri ≥52 butir hanya 1,4%, sedangkan setiap tablet besi mengandung 200 mg fero sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,400 asam folat.94 Saat ini Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tahun 2014 telah menetapkan dosis suplementasi tablet Fe pada WUS (termasuk remaja) adalah 1 tablet/minggu dan ketika menstruasi diberikan setiap hari selama menstruasi. Bagi remaja putri diberikan sebanyak 1 (satu) kali seminggu dan 1 (satu) kali sehari selama haid. Permenkes. (2014).89

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Noky (2014) tentang Efektifitas Pemberian Tablet Fe terhadap kadar Hb Siswi SLTPN 1 Donorojo Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan menyatakan bahwa responden yang telah minum Tablet Fe selama 1 bulan secara teratur didapatkan hasil yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan presentase jumlah siswi SLTP N 1 Donorojo setelah diberikan Tablet Fe didapatkan hasil yang menderita anemia ringan mengalami

(65)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 63 penurunan dari 102 siswi (64,56%) menjadi 70 siswi (44,30%) dan yang tidak menderita anemia mengalami kenaikan dari 56 siswi (35,44%) menjadi 88 siswi (55,70%). Program pemberian suplementasi zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri diharapkan dapat berkontribusi memutus lingkaran malnutrisi antargenerasi.95

Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah menjalankan program pencegahan dan penanggulangan anemia gizi pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan mengintervensi WUS lebih dini, yaitu sejak usia remaja. Program ini bertujuan untuk mendukung upaya penurunan angka kematian ibu dengan menurunkan risiko terjadinya perdarahan akibat anemia pada ibu hamil. Pemberian TTD pada remaja putri yaitu 1 tablet/minggu dan 1 tablet/hari ketika menstruasi.96

Pada sebagaian orang, setelah konsumsi tablet besi menimbulkan gejala-gejala sepertti mual, muntah, nyeri di daerah lambung, kadang- kadang diare bahkan sulit buang air besar. Cara Pencegahan Gejala Sebaiknya konsumsi tablet besi pada malam hari untuk menghindari gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas. Sebaiknya saat mengonsumsi tablet tambah darah tidak bersamaan dengan

(66)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 64 mengonsumsi makanan dan obat di bawah ini karena dapat mengganggu penyerapan besi diantaranya:

1) Susu, jumlah kalsium yang tinggi dalam susu dapat menurunkan penyerapan zat besi di mukosa usus.

2) Teh dan kopi, karena kandungan tanin dan kafein dapat mengikat zat besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga zat besi tidak dapat di serap.

3) Obat sakit maag berfungsi melapisi permukaan lambung, hal ini dapat menghambat penyerapan zat besi.

Pengaruh setelah mengonsumsi tablet besi tinja biasanya berwarna hitam. Perubahan warna tinja menjadi hitam bukan tanda yang membahayakan kesehatan.93

(67)

Buku Pintar Santri Bebas Anemia | 65 Tips konsumsi tablet besi :

Minumlah Tablet Besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh

Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam

Untuk mengurangi gejala sampingan, minumlah Tablet Besi setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum Tablet Besi disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk

Simpanlah Tablet Besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. Tablet Besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum (warna asli : merah darah).

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menyimpulkan bahwa Data - data yang diperlukan untuk analisis yang bersifat historis dapat diintegrasikan ke dalam data warehouse, memberikan kemudahan bagi pihak

yang sangat nyata terhadap persentase hidup dan jumlah akar yang mana untuk keberhasilan pertumbuhan stek daun jeruk J.C sampai tahap diferensiasi akar media

Tugas Akhir merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan setiap mahasiswa Ilmu Komputer untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program D3 Teknik

Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika awal adalah kepekaan terhadap cara berpikir ilmiah dan membangun konsep yang ditunjukkan dengan

Judul dan Kata Kunci dituliskan dalam Bahasa Indonesia, sedangkan Intisari dan Abstract, harus dituliskan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.. Apabila judul terlalu panjang,

Adapun tujuan utama dari penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga, dukungan sosial serta fungsi AGIL pada keluarga nelayan juragan dan

Jika matahari tinggi maka radiasi yang jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi, sedangkan jika matahari rendah ma- ka radiasi akan disebarkan dalam area yang luas sehingga

Terjemahan: Teori peran menyangkut salah satu karakteristik yang paling penting dari perilaku-sosial dimana manusia berperilaku dengan cara yang berbeda dan dapat diprediksi