• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Penanganan sampah masih menjadi isu nasional, bahkan dalam skala yang lebih kecil, seperti di daerah. Aktivitas manusia meninggalkan jumlah limbah yang terus meningkat karena populasi kita yang terus meningkat dan keluaran limbah yang terkait. Isu lain, khususnya bagi lingkungan, pasti akan muncul jika volume sampah meningkat tanpa kesadaran akan praktik pengelolaan sampah yang efektif (Prihatin, 2020). Menurut halaman berita Katadata, 7300 ton sampah terakumulasi setiap jam di kota (Wati et al., 2021).

Sampah bisa dibilang identik dari buangan aktivitas manusia dan juga faktor alam yang tidak mesti memiliki nilai ekonimis. Meski manusia setiap harinya menghasilkan sampah dari aktivitasnya, namun setiap hari kebanyakan manusia acuh dengan adanya sampah yang menumpuk. Bila sampah tidak ditangani secara serius maka akan terjadi biang penyakit contohnya menyebabkan diare, infeksi kulit, dan bahkan sampai terganggunya pernapasan.

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 (UU RI, 2008), tentang Pengelolan Sampah beserta Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu (Sekarsari & Tritanti, 2020),

Malang adalah kota seluas 110,06 mil persegi dengan perkiraan populasi 831.123. Malang adalah kota besar tersendiri, berdasarkan jumlah penduduk kota.

Diperkirakan 69% dari semua sampah yang dihasilkan di TPA berasal dari sumber non-domestik seperti sampah pasar, fasilitas perbelanjaan, fasilitas industri dan sampah jalan; sisanya 31% berasal dari sumber domestik seperti sampah rumah tangga( et al., 2020).

Kurangnya kesadaran masyarakat akan upaya pemilahan sampah semakin memperparah masalah sampah tak heran jika pengelolaan sampah tidak berjalan

(2)

2

mulus dikaranekan masyarakat banyak yang acuh terhadap program pemerintah salah satunya sosialisasi terhadap pengelolaan sampah. Inovasi lain seperti pengelolaan sampah melalui bank sampah juga merupakan hal yang menarik dan bisa dilakukan oleh pemerintah setempat dalam pengurangan jumlah tumpukan sampah. Salah satu bank sampah yang berada di Kota Malang atau sering disebut dengan istilah (BSM) merupakan salah satu Bank Sampah yang telah berdiri dengan mapan dan banyak dijadikan percontohan oleh kota lainnya. Motif awal keberadaan bank sampah ini yaitu agar dapat mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah dan sekaligus untuk menumbuhkan kesadaran masarakat dalam pengolahan sampah secara bijak. Hal ini dilakukan tentu dengan harapan dapat mengurangi kembali jumlah sampah yang akan diangkut ke TPA. Peran Bank Sampah menjadi penting dengan terbitnyaPeraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah rumah tangga (Jeklin, 2016a).

Tumpukan sampah organik maupun sampah non organik masih menggunung diberbagai TPS di Kota Malang. Padahal, sampah menumpuk di tempat yang dilarang membuang sampah, sehingga menjadi tempat berkembang biaknya penyakit dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Pemahaman masyarakat umum tentang pentingnya menjaga kebersihan ruang publik dan membuang sampah dengan benar di fasilitas yang disediakan pemerintah masih sangat terbatas (Immy Suci Rohyani dkk., 2021).

Meningkatnya jumlah penduduk menjadikan pembuangan sampah menjadi masalah utama bagi pemerintah. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan TPA di suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi di daerah atau negara tersebut.

Jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat menghasilkan limbah yang lebih banyak.

Namun, pertimbangan yang paling kritis adalah siap atau tidaknya kawasan sekitar menghadapi tumpukan sampah yang terus bertambah. Timbulan sampah tahunan Kota Malang selalu meningkat, dan pertumbuhan ini berbanding lurus

(3)

3

dengan pertumbuhan penduduk Kota Malang (PUTRA, 2018). Sebagai contoh, perhatikan Kota Malang, di mana meskipun luas lahan TPA Supiturang tetap stabil, volume sampah yang menumpuk di sana meningkat, menciptakan masalah baru bagi kota. Hal ini menjadi masalah bagi Kota Malang sejak tahun 2015, ketika kota tersebut mengalami peningkatan jumlah sampah yang menumpuk di jalan-jalan kota (Kusuma et al., 2021).

Sistem 3P pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah, yang banyak digunakan di kota-kota di Indonesia seperti Malang, namun masih menghadapi beberapa tantangan dalam pengelolaan sampah, menjadi salah satu kendala tersebut. Tempat pembuangan sementara (TPS) didirikan di setiap kelurahan/desa untuk menampung sampah sampai dapat diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Menurut UU 18/2008 dan PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah, perubahan mendasar dalam cara pengelolaan sampah harus dilakukan dari paradigma lama seperti pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan ke paradigma baru yang berbasis pengurangan sampah dan pengelolaan sampah yang layak. pengelolaan. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA (Sekarsari & Tritanti, 2020).

Dalam konteks pengurangan sampah, artinya seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah, dunia usaha hingga masyarakat umum, sadar akan sampah dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi timbulannya, seperti mendaur ulang, guna mengurangi dampak lingkungannya (Nurhayani et al. al., 2021).

Konsekuensi lingkungan, ekonomi, dan sosial dari sampah sangat mengerikan (Nursya et al., 2021). Dalam pengantar ini, peran ekonomi alam dalam masyarakat dan ekonomi kita akan dibahas. Lingkungan kita menyediakan sumber daya seperti mineral dan energi, serta penyerapan residu limbah yang dihasilkan oleh aktivitas kita sehari-hari (Industry, 2012). Masalah lingkungan dan ekonomi diperburuk oleh pembuangan sampah atau aliran polusi dengan cara berikut.

Pertama-tama, sampah mengandung bahan-bahan yang berpotensi berbahaya yang memiliki dampak langsung terhadap lingkungan alam, fondasi kehidupan manusia

(4)

4

dan ekonomi (Wahongan, 2021). Sebagai faktor kedua, lingkungan alam memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyerap sisa-sisa sampah, artinya tidak semua sampah dapat terurai oleh alam (tanah) (Wahongan, 2021). Stabilitas suatu ekosistem dan batas toleransi suatu ekosistem sangat terancam ketika jumlah TPA melebihi kapasitas tertentu, dan hal ini dapat menimbulkan dampak yang sangat merusak lingkungan. Ketika tingkat pencemaran rendah, respons dampak hanya dapat memiliki sedikit zat, tetapi ketika tingkat polusi tinggi, respons dampak dapat memiliki jumlah yang signifikan dan akan berpengaruh pada kualitas air.

Pencemaran merkuri akan mengubah fungsi ekosistem dalam hal ini, mengurangi kemampuan lingkungan alam untuk menyerapnya (Wahongan, 2021).

Untuk membawa sampah ke fasilitas pemrosesan akhir, sampah harus dikumpulkan, diangkut, dan dibuang dengan berbagai metode (Nurcahyo et al., 2020), yang sangat beresiko terjadi penumpukan sampah yang berlebihan di pembuangan akhir Supiturang Kota Malang Produksi sampah di Kota Malang sehari mencapai 700 ton. Kalau yang masuk di TPA sekitar 480 ton dan untuk sisa sampah yang berkisar 220 ton dibagi lagi untuk dijadikan segala macam pupuk dan juga biji plastic yaitu berjumlah 200 ton kurang lebih dan sisanya 20 ton dikelola sendiri oleh masyarakat untuk dijadikan barang yang memiliki nilai ekonomis seperti halnya dibuat kerajinan,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Wahyu Setiyanto. Sisahnya ada yang sudah dikelola dan ada sampah basah yang dikeringkan untuk dijadikan pupuk. Dengan penumpukan sampah yang besar perharinya di TPA dapat mengakibatkan penumpukan sampah yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya penyakit dan melepaskan gas metana beracun ke udara, yang membahayakan kesehatan orang dewasa maupun anak-anak. Ketika Bank Sampah Malang (BSM) berdiri, para pemerhati lingkungan dan Badan Lingkungan Hidup (DLH) menyadari bahwa masyarakat membutuhkan cara berpikir yang lebih baik tentang pengelolaan sampah (Witjaksono et al., n.d.).

Mengubah sikap masyarakat terhadap sampah sebagai sumber daya yang dapat didaur ulang dan digunakan kembali merupakan langkah awal yang penting dalam proses ini. Dari uraian diatas, maka peneliti menganggap hal tersebut

(5)

5

merupakan bahan yang cukup menarik untuk dijadikan penelitian dengan judul.

Efektivitas Kebijakan Pengelolaan Sampah di TPA Supit Urang Kota Malang . (Studi Pada Dinas Lingkungan Hidup dan TPA Supiturang)”.

B. Rumusan Masalah

Pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat ditarik beberapa pokok permasalahan dalam penilitian ini tentang Efektivitas kebijakan pengelolaan sampah di TPA Supiturang Kota Malang yang kemudian dituangkan dalam berbagai permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah di TPA Supit Urang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan bertujuan:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian memiliki manfaat sebagai tindak lanjut dari apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat penelitian yaitu sebagai berikut:

E. Manfaat teoritis

a. Bagi jurusan Ilmu Pemerintahan

(6)

6

Dapat menambah wawasan bagi jurusan Ilmu Pemerintahan dalam pengelolaan sampah.

b. Bagi Mahasiswa

Dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lain yang ingin mengkaji secara mendalam tentang kebijakan pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sampah.

c. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan dan memahami akan penerepan serta fungsi dalam pengelolaan sampah.

F. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah

Dapat dijadikan bahan informasi dan kontribusi pemikiran serta wacana kepada pemerintah dan dengan adanya penelitian ini dapat membantu memperbaiki akan bentuk kebijakan pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sampah.

b. Bagi masyarakat

Diharapkan dengan adanya penelitian tentang kebijakan pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan sampah dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah.

G. Definsi Konseptual

Peneliti dapat lebih mudah menggunakan suatu konsep ketika mereka memiliki definisi yang jelas tentang apa artinya. Berikut ini adalah definisi konseptual penelitian:

a. Efektivitas kebijakan

Efektivitas adalah salah satu tolak ukur keputusan yang digunakan untuk menyarankan pemecahan masalah kebijakan (Agustina, 2020).

Dalam pelaksanaan kebijakan publik, efektifitas diukur dari keberhasilan

(7)

7

pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada kebijakan publik.

Secara umum, pengertian efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau pencapaian suatu tujuan yang diukur dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya (Arfah, 2019). Kebijakan TPA Supit Urang diharapkan dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan tujuan semula, dan berdampak bagi warga TPA Supit Urang dan masyarakat sekitar. Untuk menentukan apakah suatu kebijakan berjalan sebagaimana dimaksud atau tidak, harus dievaluasi untuk melihat apakah kebijakan tersebut efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan selama implementasinya. H.

Emerson dari Soewarno Handayaningrat mendefinisikan pengukuran sebagai pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan, menurut Emerson. Untuk itu, efektivitas kebijakan dapat diukur dengan mengecek apakah sudah berjalan sesuai rencana atau belum (Autoridad Nacional del Servicio Civil, 2021).

Menurut georgopolous dan Tannembaum, “ efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan hanya sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan (Arisandi, 2015).

Menurut James L. Gibson ukuran efektivitas (Jeklin, 2016b), yaitu :

(1) kejelasan tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dijadikan alasan mengapa suatu program yang harus diimplementasikan secara tepat.

(2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, berhubungan dengan cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif.

(3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantab.

(4) Perencanaan yang matang.

(5) Penyusunan Program yang Tepat.

(6) Ketersediaan sarana prasarana yang merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan suatu program.

(8)

8

(7) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik untuk menjaga pelaksanaan program agar tetap berjalan dengan rencana yang sudah ada dan juga strategi yang telah dibentuk sebelumnya.

b. Pengelolaan Sampah di Supit Urang

Jadi yang pertama pengelolaan sampah disupit urang menerapkan program 3R reduse refuse rycle untuk mengatasi penumpukan sampah (Wati et al., 2021), jadi program ini dapat memanfatkan sampah mentah menjadi berbagai bahan yang bisa diolah kembali seperti halnya sampah organic menjadi pupuk kompos yang mana pupuk kompos tersebut bisa direalisakan diberbagai taman dikota malang, dan juga berbagai pihak yaitu masyarakat maupun dinas terkait maupun swasta turut ikut andil dalam penanganan pengelolaan sampah di Supit Urang (Wahyudi et al., 2020).

Provinsi Jawa Timur yang semula menggunakan sistem penimbunan sampah terbuka (open dumping) menjadi sistem sanitary landfill. TPA yang dioperasikan dengan sistem sanitary landfill akan meminimalisir dampak pencemaran, baik air, tanah, maupun udara sehingga lebih ramah lingkungan. Sanitary Landfill adalah sistem untuk pemusnahan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung dan memadatkannya bisa dibilang seperti di kubur oleh tanah. Lokasi yang digunakan biasanya jauh dari pemukiman warga guna menghindarkan berbagai masalah sosial karena bau menyengat yang dihasilkan dari pembusukan sampah tersebut (Samin et al., 2017).

Permasalahan sampah ditambah dengan kesadaran upaya pemilahan sampah dari masyarakat yang masih rendah. Kesadaran masyarakat rendah, kurangnya sarana dan prasarana serta kurangnya tenaga profesional menjadi hal yang masih dijumpai di Indonesia sehingga tidak mengherankan jika pengelolaan sampah masih belum berjalan secara optimal (Zaluchu, 2021).

H. Definisi Operasional

(9)

9

Definisi operasional adalah pemberian arti pada suatu konstruk dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu dilakukan untuk mengukur variabel penelitian (Rahman et al., 2021). Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran dalam penelitian.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Teori yang digunakan untuk mengukur keefektivitasan kebijakan pengelolaan sampah berbasis TPST 3R di Indonesia yaitu Teori Efektivitas Campbell (Wati et al., 2021), yang mengukur keefektivitasan kebijakan melalui beberapa indikator, yaitu:

1) Keberhasilan Program, Keberhasilan suatu program tergantung bagaimana program tersebut dapat dilaksanakan dan digunakan dengan tepat, serta bermanfaat bagi masyarakat;

2) Keberhasilan sasaran, Apabila sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tidak tercapai atau tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, makadikatakan tidak efektif. Sebaliknya, jika sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya berhasil dicapai maka hal itu dikatakan efektif. Penentuan sasaran yang dilakukan oleh individu maupun secara organisasi akan sangat menentukan keberhasilan aktivitas organisasi dan sebaliknya jikasasaran yang ditetapkan itu kurang tepat,maka akan menghambat pelaksanaan berbagai kegiatan itu sendiri.

3) Kepuasan Terhadap Program, Untuk mengukur kepuasan terhadap program yang dikeluarkan pemerintah yaitu dengan cara melihat respon dari masyarakat. Masyarakat merupakan salah satu alat ukur untuk melihat sejauh mana keberhasilan suatu program.

4) Kesesuaian Input dan Output, Kesesuaian input memiliki makna apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dapat memberikan output yang baik dan sejalan dengan yang diinginkan oleh masyarakat.

efektivitas tingkat input dan output dapat dilihat dari perbandingan antara masukan (input) dengan keluaran (output). Indikator kinerja input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

(10)

10

pelaksanaan kegiatan dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan;

misalnya dana, SDM, informasi. Indikator kinerja output(keluaran) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik Jikaoutput lebih besar dari input maka dapatdikatakan efektif dan sebaliknya jika inputlebih besar dari output maka dapat dikatakan tidak efektif.

5) Pencapaian Tujuan Menyeluruh, permasalahan sampah pasti terdapat di setiap daerah, pengelolaan sampah di setiap daerah memiliki bentuk atau cara pengelolaan sampah yang berbeda tergantung dari besaran jumlah dan jenis sampah yang paling banyak dihasilkan oleh masyarakat. Sehingga dalam hal ini pemerintah daerah memiliki kebijakankebijakan tersendiri untuk menyelesaikan permasalahan sampah ini. Masa sekarang ini pengelolaan sampah sudah lebih modern sehingga sampah tidak akan menjadi sepenuhnya sampah.

I. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data- data yang tersebar, kemudian dikontruksikan dalam suatu tema yang memiliki makna yang lebih mudah dipahami. Data dari hasil penelitian kualitatif akan lebih berkenan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2016).

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk membuat penyadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifatsifat populasi tertentu. Melalui

(11)

11

penelitian deskripsi peneliti juga bermaksud untuk memberikan gambaran terhadap fenomena sosial yang terjadi, menjelaskan berbagai hubungan/korelasi yang terbentuk, serta dapat memberikan makna atau implikasi pada suatu permasalahan yang sedang diteliti, terutama Efektivitas Kebijakan Pengelolaan Sampah di TPA Supit Urang Kota Malang

2) Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis sumber, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan penelitian kepada sumber atau subyek penelitian secara langsung di lapangan, dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara. Data primer dapat berupa opini dari subyek penelitian, hasil observasi lapangan terhadap suatu kegiatan. Sedangkan data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui perantara. Data sekunder digunakan untuk memperkuat data primer yang telah diperoleh melalui observasi dan wawancara. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi, dengan menggunakan sumber-sumber:

a. Perundang-undangandan atau peraturan yang berlaku mengenai pengelolaan sampah di Supit Urang Kota Malang

b. Jurnal terkait efektivitas kebijakan pengelolaan sampah

c. Buku bacaan, mengenai perwujudan efektivitas kebijakan pengelolaan sampah dsb

d. Berita baik cetak maupun online.

J. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, yang lebih mengutamakan sumber data primer dan lebih sering menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara secara mendalam, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(12)

12 1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan pengumpulan data melalui dokumen yang telah ada sebelumnya. Dokumen yang digunakan dapat berupa tulisan, gambar, sketsa, foto, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang digunakan sebagai sumber data banyak dimanfaatkan oleh para peneliti untuk menguji, menafsirkan dan juga dapat digunakan untuk meramalkan suatu kejadian (HARTINI, 2021). Data tersebut dapat bersumber dari data internal yang didapat dari,Pemerintah Kota Malang Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, serta penelitian sebelumnya tentang pengelolaan sampah dan buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Disini peneliti memperoleh data pendukung dari Dinas Lingkungan Hidup terhadap pengelolaan sampah yang ada di TPA Supiturang yaitu beberapa tabel dan juga kerangka jalannya pengelolaan yang ada di TPA Supiturang ;

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2021

NO. SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI PENCAPAIAN

1

Meningkatnya Pengelolaan Sampah di Kota Malang

Persentase Pengelolaan

Sampah 98.00%

1 .

Persentase

Penanganan sampah 74.00% 74.00% 100.00%

2 .

Persentase

pengurangan sampah

24.00% 24.12% 100.50%

(13)

13

NO. SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI PENCAPAIAN

yang terkurangi di masyarakat dan sektor informal (merupakan nilai komulatif)

3 .

Persentase pelaku usaha yang sudah melakukan

pengelolaan limbah B3

20.00% 20.00% 100.00%

Sumber : ”LAKIP 2021 DINAS LINGKUNGAN HIDUP

Tabel 1.2 LAKIP DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MALANG Keberhasilan

Sasaran

Indikator Kinerja

Realisasi Capaian 2020 2021 2020 2021

Meningkatnya Pengelolaan Sampah di Kota Malang

Persentase Pengurangan Sampah

22% 24.12% 100% 100.50%

Persentase Penanganan Sampah

73.96% 74% 98.61% 100%

Persentase pelaku usaha yang sudah

- 20% - 100%

(14)

14 melakukan

pengelolaan limbah B3

Sumber : LAKIP DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MALANG

Tabel 1.3 Skema Pengelolaan Sampah di TPA Supiturang.

SAMPAH

PENYAPUAN

TUNGKU PEMBAKARAN

PENGOLAHAN

KIMIA BIOLOGI

PEWADAHAN

PENGUMPULAN

PENGANGKUTAN

KOMPOSTING

(15)

15

Sumber yang diolah : Sub Bagian Penyusunan Program Dinas Lingkungan Hidup Bidang Kebersihan Kota Malang.

2. Wawancara

Wawancara merupakan dua orang atau lebih bertemu untuk membahas topik tertentu dengan bertukar informasi dan terlibat dalam pertanyaan bolak-balik (Ihsan & Fitriani, 2019). Wawancara bertujuan untuk memperoleh penjelasan atau fakta tambahan tentang suatu fenomena yang telah diamati, guna mengumpulkan data yang objektif tentang fenomena tersebut. Wawancara dilakukan dengan penanggung jawab TPA Supit Urang maupun kepala atau pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dan beberapa masyarakat yang menikmati pelayanan administrasi tersebut dengan berbagai kepentingan dokumen.

3. Observasi

Penyelidikan terhadap suatu fenomena dilakukan dengan melakukan kegiatan observasi. Lokasi, pelaku/pelaku, dan aktivitas para pelaku merupakan tiga aspek terpenting dari setiap situasi sosial yang dapat diamati (Sugiyono, 2016). Di Dinas Lingkungan Hidup dan TPA Supit Urang tempat subyek penelitian bekerja, serta tempat para pelaku melakukan kegiatannya, dilakukan observasi. Sebagai peneliti peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif, dimana peneliti hanya berperan sebagai peneliti/pengamat situasi sosial, sehingga peneliti tidak mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung dalam Kebijakan Pengelolaan Sampah TPA Supit Urang.

Pada observasi ini, peneliti mendapatkan hasil foto di TPA Supiturang Kota Malang dalam proses penolahan sampah mulai dari pemilahan, pengolahan hingga proses akhir pembuangan di area penumpukan sampah. Berikut foto-foto yang terkumpul dalam observasi yang dilakukan:

Gambar 1.2

(Proses pemilahan sampah plastic) (Proses pemilahan sampah organik)

TPA

RESIDU RESIDU

(16)

16

(Proses pengomposan ) (proses pengomposan)

( Penumukan sampah) ( Proses pengomposan)

(Tampak depan TPS 3R) ( Bank sampah sawojajar )

K. Lokasi Penelitian

(17)

17

Penelitian ini dilakukan di Dinas Lingkungan Hidup yang terletak di Jl.

Bingkil No.1, Ciptomulyo, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur dan TPA Supiturang Kota Malang.

L. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala atau pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dan TPA Supit Urang.

M. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

a) Pertama adalah pengumpulan data, baik primer maupun sekunder, termasuk informasi yang diperoleh dari observasi partisipan, wawancara partisipan, dan dokumentasi tertulis. Pada titik ini, informasi yang dikumpulkan terutama berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sampah di lingkungan Supit Urang Malang.

b) Kedua adalah reduksi data, akan ada berbagai cara untuk mengkategorikan data (primer dan sekunder) yang telah dikumpulkan dalam bentuk gambar serta tabel dan hasil wawancara pada tahap ini. Hasil dari wawancara dengan subyek penelitian (data primer) akan dipisahkan dengan data berupa dokumen (data sekunder) yang telah diperoleh sebelumnya.

c) Ketiga adalah penyajian data, Di sinilah peneliti mengambil informasi yang telah dia kumpulkan dan mensintesisnya ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang lain. Pada titik ini, semua data yang dikumpulkan telah diatur ke dalam kategori dan subkategori. Informasi tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi korelasi atau hubungan antara kelompok data yang diklasifikasikan sebelumnya, sehingga data baru dapat diturunkan dari proses ini.

(18)

18

d) Keempat dan yang terakhir adalah menyimpulkan dari keseluruhan data, seperti bagaimana kebijakan yang ada di TPA Supit Urang Kota Malang disusun dalam bentuk laporan penelitian, dimungkinkan untuk menarik kesimpulan jangka pendek.

Referensi

Dokumen terkait

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap mutu dalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap mutu teh celup serta menentukan umur simpan

Hasil penelitian menunjukan bahwa unsur perbuatan melawan hukum dalam transaksi e-commerce adalah adanya perbuatan yang melanggar undang- undang yang berlaku, atau

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bid-ask spread, market value, dan variance return secara simultan

dan kembali ke arah laut sebagai arus tegak lurus pantai (rip current), sedangkan pada pantai dengan morfologi dasar laut rata (kemiringan 0°–2°) run up gelombang energinya

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Ketiga pihak tersebut masing-masing berperan sebagaimana dinyatakan Leydesdorff yakni pihak Akademia-Industri-Pemeritah (Leydesdorff, 2000, Sugiama, 2012a). Sumber data

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Lampung Komisaris Besar Rudy Setiawan di dampingi Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Dra Sulistyaningsih mengatakan, Ali menghina Kapolri

Hasil penelitian menunjukan bahwa jika sudut yang digunakan besar dan kecepatan kerja rendah maka lebar pembajakan akan lebih lebar, Pembajakan di bagian akhir lintasan yang