• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M DI WILAYAH PUSKESMAS BUA TANGGAL 09 APRIL - 08 MEI 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M DI WILAYAH PUSKESMAS BUA TANGGAL 09 APRIL - 08 MEI 2019"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “M” DI WILAYAH PUSKESMAS BUA

TANGGAL 09 APRIL - 08 MEI 2019

ss

NAMA : SISKA

NIM : 02.2016.028

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

2019

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah yang dalam bentuk sederhana dapat terselesaikan dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “M” di Wilayah Kerja Puskesmas BUA, tanggal 26 Maret 2018 – 22 Mei 2018.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulus Ilmiah ini banyak menghadapi hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan , bimbingan dan arahan, serta motivasi dan materi dari berbagi pihak maka penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Olehnya itu pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu DR.Hj Nurhaeni Azis,S.Kp.,M.Kes selaku Ketua STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo.

2. Ibu Sri Devi Syamsuddin,S.ST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi Diploma Tiga Kebidanan STIKES Kurnia jaya Persada Palopo.

3. Ibu 4. Bapak

5. Kepala Dinas Kesehatan Belopa, Kepala puskesmas Bua, Serta Staf yang memberikan bantuan, data dan informasi kepada penulis.

6. Keluarga Ny “M” yang telah bersedia bekerja sama dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif.

7. Orang tuaku dan saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan dukungan serta motivasi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswi STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo, Terkhusus mahasiswi Tingkat Akhir D III Kebidanan.

(5)

Smoga segala bantuan dan kebaikan yang di berikan mendapat imbalan yang setimpal dari tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis ilmiah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu arahan dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa Penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis harapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga apa yang penulis kerjakan mendapat berkat dan karunia dari Tuhan Maha Esa.

Palopo, 20 September 2019

S I S K A

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN PENGESAHAN ... iv

RINGKASAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ...

B. Ruang Lingkup Pembahasan ...

C. Tujuan Penulisan ...

D. Manfaat Penulisan ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kehamilan ...

1. Pengertian Kehamilan ...

2. Perubahan Fisiologis Kehamilan ...

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan ...

4. Klasifikasi Kehamilan Berdasarkan Trimester ...

5. Klasifikasi Kehamilan Berdasarkan Gestasi ...

6. Program Ante Natal Care ...

B. Tinjauan Umum Tentang Persalinan ...

1. Definisi Persalinan ...

2. Tahapan Persalinan ...

3. Sebab-Sebab Mulainya Persalian ...

4. Tanda-Tanda Persalinan ...

5. Persiapan Persalinan ...

6. Prosedur Persalinan Normal ...

C. Tinjauan Umum Tentang Post Partum ...

(7)

1. Definisi post Partum ...

2. Tujuan Masa Nifas ...

3. Tahapan Masa Nifas ...

4. Perubahan Fisiologis Masa nifas ...

D. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir ...

1. Definisi Bayi Baru Lahir ...

2. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir ...

3. Perawatan Bayi Baru Lahir ...

4. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir ...

5. Periode Bayi Baru Lahir ...

6. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir...

E. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana ...

1. Definisi Keluarga Berencana ...

2. Jenis-Jenis Kontrasepsi ...

3. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi Hormonal ...

F. Tinjauan Khusus Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan (7 Langkah Varney Dan SOAP) ...

1. Pengertian...

2. 7 Langkah Varney ...

3. Manajemen Asuhan Kebidanan SOAP...

BAB III STUDI KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care ...

1. Langkah l Identifikasi Data Dasar ...

2. Langkag ll ldentifikasi Diagnosa/Masalah Aktual ...

3. Langkah lll Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial ...

4. Langkah lV Tindakan Emergency/Tindakan Segera ...

5. Langkah V Rencana Tindakan/Intervensi ...

6. Langkah Vl Implementasi ...

7. Langkah Vll Evaluasi ...

(8)

B. Pendokumentasian Asuhan Antenatal Care ...

1. Identitas Istri/Suami ...

2. Data Subjektif ...

3. Data Objektif ...

4. Analisa ...

5. Penatalaksanaan ...

C. Pendokumentasian Antenatal Care Kunjungan ll

1. Data Subjektif ...

2. Data objektif ...

3. Analisa ...

4. Penatalaksanaan ...

D. Pendokumentasian Asuhan Intranatal Care ...

1. Identitas Istri/Suami ...

2. Kala l ...

3. Kala ll ...

4. Kala lll ...

5. Kala lV ...

E. Pendokumentasian Asuhan Post Natal Care...

1. Identitas Istri/Suami ...

2. Data Subjektif ...

3. Data Objektif ...

4. Analisa ...

5. Penatalaksanaan ...

F. Pendokumentasian Asuhan Post Natal Care Kunjungan ll ...

1. Data Subjektif ...

2. Data Objektif ...

3. Analisa ...

4. Penatalaksanaan ...

G. Pendokumentasian Asuhan Post Natal Care Kunjungan lll ...

1. Data Subjektif ...

2. Data Objektif ...

(9)

3. Analisa ...

4. Penatalaksanaan ...

H. Pendokumentasian Asuhan Post Natal Care Kunjungan lV...

1. Data Subjektif ...

2. Data objektif ...

3. Analisa ...

4. Penatalaksanaan ...

I. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir ...

1. Langkah l Identifikasi Data Dasar...

2. Langkah ll Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual...

3. Langkah lll Antisipasi Masalah Potensial ...

4. Langkah lV Tindakan Emergency/Kolaborasi ...

5. Langkah V Rencana Tindakan ...

6. Langkah Vl Implementasi ...

7. Langkah Vll Evaluasi...

J. Pendokumentasian Asuhan Bayi Baru ...

1. Identitas Istri/Suami ...

2. Data Subjektif ...

3. Data Objektif ...

4. Analisa ...

5. Penatalaksanaan ...

K. Pendokumentasian Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan ll ...

1. Data Subjektif ...

2. Data Objektif ...

3. Analisa ...

4. Penatalaksanaan ...

L. Pendokumentasian Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan lll ...

1. Data Subjektif ...

2. Data Objektif ...

3. Analisa ...

4. Penatalaksanaan ...

(10)

M. Pendokumentasian Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan lV ...

1. Data Subjektif ...

2. Data Objektif ...

3. Analisa ...

4. Penatalaksanaan ...

N. Pendokumentasian Asuhan Keluarga Berencana ...

1. Identitas Istri/Suami ...

2. Data Subjektif ...

3. Data Objektif ...

4. Analisa ...

5. Penatalaksanaan ...

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan ...

B. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pada Persalinan ...

C. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pada Nifas ...

D. Pembahasan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ...

E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB ...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 2.1 Perhitungan Usia Kehamilan ... 16

Tabel 2.2 TFU Berdasarkan Usia Kehamilan ... 19

Tabel 2.3 Jadwal Imunisasi TT ... 20

Tabel 2.4 Apgar Score ... 41

Tabel 3.1 Riwayat Persalinan Dan Nifas Yang Lalu ... 58

Tabel 3.2 Perhitungan HPHT ... 64

Tabel 3.3 Observasi Tanda-Tanda Vital... 81

Tabel 3.4 Observasi His Dan DJJ ... 82

Tabel 3.5 Perhitungan Apgar Score ... 93

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Biodata Peneliti

2. Surat izin Pengambilan Data Awal Dan Penelitian Dari Kampus 3. Surat Pernyataan Persetujuan Pasien

4. Surat Izin Penelitian Dari Puskesmas Walenrang 5. Surat Izin Penelitian Pengambilan Data Dinkes Belopa 6. Lembar Konsultasi (Loog Book)

7. Dokumentasi (Foto Saat Meneliti)

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan dikenal sebagai profesi yang bertanggung jawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan saran selama kehamilan, periode persalinan, postpartum (nifas), bayi, serta pelayanan keluarga berencana. Bidan melakukan pertolongan dan memberikan asuhan secara komprehensif dibawah tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan perawatan pada bayi baru baru lahir dan bayi. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anaknya, akses untuk perawatan medis, atau pertolongan semesti lainnya (S. Nova Kurnia, 2009:3)

Asuhan kebidanan komperehensif ditujukan untuk mengurangi jumlah Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) kematian ibu menurut WHO 2007 adalah kematian yang terjadi pada saat hamil, bersalin, atau pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan.

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator angka kematian ibu (AKI). AKI adalah jumlah angka kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, tetapi juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi penurunan kematian ibu selama periode tahun 1991 sampai tahun 2015. Menurut profil kesehatan tahun 2017 Terjadi penurunan

(14)

AKI di Indonesia mulai dari 390 pada tahun 1991 menjadi 305 pada tahun 2015.

Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) Tahun 2012, angka kematian ibu di indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991 yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGS (Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapai target ini. Kementrian Kesehatan Repoblik indonesia (Kemenkes RI, 2014).

Upaya untuk menaikkan kesehatan ibu dan Bayi antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan bayi yakni angka kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).

Dari data yang diperoleh sebesar 64% kematian ibu pada tahun (2016 - 2017) di Sulawesi Selatan disebabkan oleh pendarahan dan hipertensi dalam kehamilan. Data tersebut menurut catatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah kematian ibu pada tahun 2017 berkurang menjadi 41 kasus, dibanding tahun 2016.

Penurunannya sebesar 26% dari 156 kasus menjadi 115 kasus.

Kabupaten yang menduduki penyumbang terbesar kematian ibu di Sulawei selatan pada tahun yang sama yakni Bone, Jeneponto, Pangkep, Luwu, dan Luwu Utara.

Sedangkan data Belopa menunjukkan Angka Kematian Ibu yaitu dari tahun 2016 - 2019 yaitu sebanyak 7% pada tahun 2016, sebanyak 7% pada tahun 2017, sebanyak 6% pada tahun 2018, dan sebanyak

(15)

2% pada tahun 2019 (Januari - Agustus). Dari data tersebut diperoleh data yang menunjukkan adanya penurunan jumlah AKI yang cukup signifikan.

Dari data tersebut juga diperoleh jumlah ibu hamil K1 pada tahun 2016 sebanyak 7.255 jiwa, K4 sebanyak 6.457 jiwa, pada tahun 2017 K1 sebanyak 7.261 jiwa, K4 sebanyak 6.412 jiwa pada tahun 2018 K1 sebanyak 7026 jiwa, K4 sebanyak 6.270 jiwa, pada tahun 2019 K1 sebanyak 3.444 jiwa, K4 sebanyak 3.016 jiwa. Jumlah ibu bersalin sebanyak 6.585 jiwa pada tahun 2016, sebanyak 6.528 jiwa pada tahun 2017, sebanyak 6.326 jiwa pada tahun 2018, sebanyak 3.208 jiwa pada tahun 2019. Kunjungan nifas lengkap dari tahun 2016 - 2019 sebanyak 224.433 jiwa, kunjungan neonatus lengkap dari tahun 2016 - 2019 sebanyak 22.323 jiwa, pengguna KB aktif dari tahun 2016 sampai 2019 sebanyak 132.649 jiwa.

Sementara itu diperoleh data pada Puskesmas BUA dari bulan januari – juni 2019 menunjukkan jumlah ibu hamil pada K1 sebanyak 119 jiwa, K4 87 jiwa. Jumlah persalinan yang ditolong oleh Nakes sebanyak 112 jiwa, jumlah kunjungan neonatus lengkap sebanyak 104, jumlah kunjungan bayi lengkap sebanyak 130 jiwa, dan jumlah pengguna KB aktif sebanyak 2.435 jiwa.

Adapun upaya komprehensif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan program kesehatan serta mengurangi jumlah AKI dan AKB adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh baik di perkotaan maupun pedesaan yang kualitasnya bermutu dan memadai.

Manfaat yang akan didapatkan dengan adanya pelayanan kebidanan secara komprehensif adalah mendeteksi secara dini adanya komplikasi dalam kasus-kasus kebidanan. Dan dengan adanya pelayanan kesehatan secara menyuluruh lebih memudahkan klien untuk mendapatkan layanan fasilitas kesehatan.

(16)

Adapun dampak yang didapatkan secara umumnya yaitu asuhan kebidanan secara komprehensif dapat mengurangi ataupun mencegah resiko adanya komplikasi pada kehamilan, persalinan, post partum, bayi baru lahir, dan keluarga berencana serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi.

Asuhan kehamilan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan disamping itu juga untuk pertumbuhan dan kesehatan janin.

Perawatan kehamilan yang perlu diperhatikan yaitu perawatan diri (kulit, gigi, mulut, kuku), payudara, imunisasi, senam hamil, pemeriksaan kehamilan, serta gizi untuk perkembangan janin. Selain itu ada juga faktor pendukung lainnya seperti pengetahuan yang diperoleh tentang perawatan kehamilan. Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, dukungan keluarga, dan ekonomi (Asuhan kebidanan antenatal, 2013).

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis ingin melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny “M” dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dengan SOAP.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Penulisan studi kasus ini menggunakan pendekatan continum of care yaitu proses manajemen kebidanan komprehensif pada Ny “M” di puskesmas BUA.

C. Tujuan Penulisan

Dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny ”M” di puskesmas BUA dengan menggunakan pendekatan Continum of care.

(17)

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan komprehensif yang berkesinambungan pada Ny ”M” dengan kasus ibu hamil, ibu bersalin, bayi, nifas, dan keluarga berencana menggunakan kerangka pikir Asuhan kebidanan dengan pendekatan 7 Langkah Varney dan Pendokumentasian dalam metode SOAP di Puskesmas BUA.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan asuhan kebidanan Antenatal care pada Ny ”M” di puskesmas BUA pada tanggal 08 April sampai 09 Mei 2019.

b. Melaksanakan asuhan kebidanan Intranatal care pada Ny ”M” di Puskesmas BUA tanggal 24 April 2019.

c. Melaksanakan asuhan kebidanan Postnatal Care pada Ny ”M” di Puskesmas BUA pada tanggal 24 April 2019.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny ”M” di Puskesmas BUA pada tanggal 24 April 2019.

e. Melaksanakan asuhan kebidanan KB pada Ny ”M” di Puskesmas BUA pada tanggal 27 2019.

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepada bidan di puskesmas walenrang dan pihak lain yang ingin menulis tentang manajemen asuhan kebidanan komprehensif.

2. Manfaat Praktis

Sebagai masukan bagi institusi yang berwenang untuk menjadi dasar pertimbangan dalam mengambil kebijakan khususnya bagi petugas kesehatan dalam penanganan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan penggunaan kontrasepsi.

(18)

3. Manfaat Bagi Lahan

Sebagai salah satu sumber informasi bagi institusi Dinas Kesehatan Khususnya bidan pada masalah kebidanan

4. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan manejemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan penggunanan kontrasepsi.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG KEHAMILAN 1. Defenisi Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender international (Sarwono, 2014:213)

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2013:3)

.

2. Perubahan Fisiologi Kehamilan a. Perubahan Pada Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penegangan sel-sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastis, terutama pada lapisan otot luar.

Kerjasama tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus.

Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang (Sarwono, 2014:176)

b. Perubahan Pada Serviks

Perubahan pada serviks uteri menurut Sarwono (2014) serviks menjadi lunak, warna menjadi biru, lendir menutupi ostium uteri, dan serviks menjadi lebih mengkilap (Sarwono, 2014:177) c. Vagina dan Perineum

(20)

1) Selama kehamilan terjadi peningkatan vaskularisasi dan hiperemia (kemerahan) pada kulit dan otot-otot perineum dan bibir kemaluan.

2) Ketika usia kehamilan semakin bertambah, peningkatan vaskularisasi juga semakin bertambah (Sarwono, 2014:177) 3) Dinding vagina juga semakin elastis dalam persiapannya

menuju persalinan. Perubahan-perubahan tadi disertai dengan peningkatan ketebalan mukosa vagina, pengendoran jaringan di dalamnya dan penambahan massa otot (Sarwono, 2014:177) 4) Pada sebagian wanita didapatkan area selangkangan dan sekitar vagina menjadi gelap. Hal ini disebabkan pengaruh hormon selama kehamilan (Sarwono, 2014:177)

5) Kondisi pH vagina mengalami perubahan berkisar 3,5-6.

Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan produksi asam laktat oleh lactobacillus acidophilus (Sarwono, 2014:177)

d. Perubahan Pada Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak, puting payudara akan berubah menjadi lebih besar dan tegak, areola akan lebih besar dan kehitaman, dan kelenjar montgomery akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar (Sarwono, 2014:178)

e. Perubahan Pada Tungkai

Timbul varises pada salah satu atau kedua tungkai, pada hamil tua sering terjadi oedema. Oedema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri (Sarwono, 2014:178) oedema juga dapat terjadi sebagai tanda adanya hipertensi atau pr ceeklamsi pada kehamilan.

3. Klarifikasi Kehamilan Berdasarkan Trimester Gestasi Pembagian kehamilan dibagi menjadi 3 trimester:

a. Trimester pertama, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu)

b. Trimester kedua yaitu dari bulan keempat sampai enam bulan (13- 28 minggu)

(21)

c. Trimester ketiga yaitu dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu) (Mandriwati, 2013).

4. Klarifikasi Kehamilan Menurut Gestasi

World Health Organization (WHO) telah membagi umur kehamilan menjadi 3 kelompok diantaranya:

a. Reterm, yaitu kehamilan yang kurang kurang dari 37 minggu (259 hari)

b. Aterm, yaitu kehamilan yang dimulai dari 37 minggu sampai 42 minggu atau antara umur 259-293 hari.

c. Postterm, yaitu kehamilan yang lebih dari 42 minggu (294 hari) (Mandriwati, 2013)

5. Kebutuhan Fisik Dan Psikologi Ibu Hamil Kebutuhan fisik ibu hamil terdiri dari:

a. Oksigen. Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai respon tubuh Terhadap akselerasi metabolisme rate.

b. Nutrisi. Wanita hamil harus betul-betul mendapatkan perhatian susunan dietnya terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.

c. Personal hygiene. Mandi teratur mencegah iritasi vagina, tekhnik perianal dari depan ke belakang. Pada triwulan pertama wanita hamil mengalami morning sickness, keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies dan lainnya. Oleh karena itu, menjaga kebersihan mulut sangat dianjurkan.

d. Pakaian. Baju hamil yang praktis selama kehamilan yaitu baju yang longgar, pilihan bahan yang tidak panas dan mudah menyerap keringat, bagian dada harus longgar karna payudara akan membesar, bagian pinggang harus longgar kalau perlu ada tali untuk menyesuaikan perut yang terus membesar, desain bra

(22)

harus disesuaikan agar dapat menyangga payudara yang bertambah besar pada kehamilan.

e. Eliminasi. Penekanan kandung kemih oleh uterus dapat menyebabkan ibu hamil sering BAK, maka dari itu minuman yang mengandung kafein sebaiknya dihindari.

f. Seksual. Meningkatnya vaskularisasi pada vagina menyebabkan meningkatnya sensifitas, sehingga meningkatkan hubungan intercourse.

g. Istirahat/tidur, ibu hamil sebaiknya banyak menggunakan waktu luangnya untuk istirahat atau tidur walaupun bukan tidur betulan tetapi hanya sekedar membaringkan badan untuk memperbaiki sirkulasi darah, dan jangan bekerja terlalu capek.

h. Kebutuhan psikologi ibu hamil terdiri dari dukungan keluarga dan dukungan dari tenaga kesehatan, merasa aman dan nyaman selama kehamilan, persiapan menjadi orang tua dan persiapan sibling (Hj. Salmah, 2016:110-115)

6. Program Antenatal Care

Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialis bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

a. Tujuan Antenatal dilakukan adalah:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.

(23)

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

b. Cara Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan Antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari:

1) Kunjungan Pertama

a) Catat identitas ibu hamil.

b) Catat riwayat kehamilan sekarang.

c) Catat riwayat dan persalinan lain.

d) Catat penggunaan kontrasepsi sebelum kehamilan.

e) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium.

f) Pemeriksaan obstetrik.

g) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT).

h) Pemberian obat rutin seperti tablet fe, kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khususnya atas indikasi.

i) Penyuluhan atau konseling 2) Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.

a) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu) b) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28)

c) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36).

(24)

3) Jadwal Imunisasi TT

Tabel 1.1 Jadwal Imuniasai TT

Jenis Imuniasi

Waktu Kunjungan

Lama perlindungan

% perlindungan

TT1

Kunjungan antenatal ke-1 TT2 4 minggu

setelah TT1 3 Tahun 80%

TT3 6 Bulan

setelah TT2 5 Tahun 95%

TT4 1 Tahun

setelah TT3 10 Tahun 99%

TT5 1 Tahun setelah TT4

25 Tahun/seumur

hidup

99%

4) Jadwal Kunjungan Ulang

a) Kunjungan 1 (16 minggu) dilakukan untuk:

(1) Penepisan dan anemia (2) Perencanaan persalinan

(3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

b) Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) (1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan

pengobatannya.

(2) Penapisan pre eklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.

(25)

(3) Mengulang perencanaan persalinan.

c) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir):

(1) Sama seperti kunjungan II dan III.

(2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi (3) Mengenali tanda-tanda persalinan.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PERSALINAN 1. Defenisi Persalinan

a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Astuti E.Rati, 2011)

b. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal bila prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 39 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (wiknjosastro, 2009)

c. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

Persalinan (inpartu) dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks, (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Naomy Marie Tando, 2013:2)

2. Tahapan Persalinan

Persalinan dibagi menjadi empat tahap. Pada kala I disebut juga kala pembuka, kala II disebut juga tahap pengeluaran. Kala III disebut juga kala uri, kala ke IV adalah dua jam setelah plasenta keluar.

1. Kala I (kala pembuka)

(26)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan timbul his dimana ibu telah mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir tersebut yang berasal dari kanalis servikalis yang meningkat (frekuensi dan kekuatannya) sehingga serviks membuka lengkap (10 cm).

Kala I persalinan terdiri dari dua fase yaitu:

a. Fase laten

Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

1) Berlangsung hingga serviks membuka sampai 3 cm atau kurang dari 4 cm.

2) Pada umumnya fase ini berlangsung lebih kurang dari 8 jam.

3) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya diantara 20-30 detik.

b. Fase aktif

1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap dimana terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.

2) Dari pembukaan 4 cm mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm dan akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada multipara atau primigravida atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara.

3) Terjadinya penurunan bagian terbawa janin.

Dalam fase ini dibagi menjadi 3 (tiga) fase yaitu:

1) Fase Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm, berlangsung selama 2 jam.

2) Fase dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm berlangsung cepat yaitu selama 2 jam.

3) Fase Dekselerasi : pembukaan dari 9 cm sampai 10 cm berlangsung selama 2 jam.

2. Kala II (kala pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan satu jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat,

(27)

>5x/10 menit. Dalam kondisi yang normal pada kala ini kepala janin sudah masuk dalam ruangan panggul, maka pada saat itu his dirasakan pada tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflekstoris menimbulkan rasa ingin mengejan. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama lagi kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his. Dengan kekuatan his dan mengejan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum.

Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

3. Kala III (kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan)

Dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus terasa keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Plasenta lepas biasanya dalam waktu 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir spontan dengan tekanan pada fundus uteri dan keluar yang disertai darah.

4. Kala IV (kala dimulainya plasenta lahir selam 1 jam).

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post- partum. Observasi yang harus dilakukan pada kala ini adalah:

a. Tingkat kesadaran ibu

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital c. Kontraksi uterus

d. Perdarahan. (Naomy Marie Tando, 2013:5-8) 3. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai kini belum diketahui dengan jelas karena itu masih merupakan teori-teori yang kompleks. Banyak faktor yang memegang peranan penting dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Humoral

b. Pengaruh prostatglandin c. Struktur uterus

(28)

d. Sirkulasi uterus e. Pengaruh saraf

f. Nutrisi, bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil akan segera dikeluarkan.

Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya persalinan, yaitu:

a. Teori Keregangan. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang terus membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.

b. Teori Penurunan Progesteron. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

Villy kariales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitoksin. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah mencapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

c. Teori Oksitosin Internal. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hypofisis pars osterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton-hiks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat mengakibatkan aktifitas sehingga persalinan dimulai.

d. Teori Prostatglandin. Konsentrasi prostatglandin meningkat sejak umur kehamilan mencapai 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostatglandin pada saat hamil dapat menimbulkan konsentrasi otot rahim, sehingga terjadi persalinan.

Prostatglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan (Naomy Marie Tando, 2013:3-5)

4. Tanda-Tanda Persalinan

(29)

a. Kekuatan his makin sering terjadi, teratur dan kuat b. Dapat terjadi pengeluaran lendir campur darah c. Dapat disertai air ketuban pecah

Pada pemeriksaan dalam, dijumpai pembukaan serviks, perlunakan serviks, dan pendataran serviks (Ai Yeyeh Rukiah, 2014:15)

5. Persiapan Persalinan

a. Tentukan tempat pelayanan untuk persalinan b. Persiapkan transportasi dan pendanaan c. Persiapan untuk kebutuhan ibu dan bayi

1) Ibu: pakaian dengan kancing di depan, kain panjang, Pakaian dalam, korset bila perlu, pembalut ibu bersalin, dan kebutuhan lainnya.

2) Bayi: pakaian bayi, selimut, kain pembungkus, minyak telon, dan handuk (Ai Yeyeh Rukiah, 2013:65)

6. Prosedur Persalinan Normal a. Melihat tanda dan gejala kala II

Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter anal membuka.

b. Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal

1) Membuat keputusan klinik antara lain mengumpulkan data subjektif dan objektif, diagnosis kerja, penatalaksanaan klinik, evaluasi hasil implementasi tatalaksana.

2) Asuhan sayang ibu antara lain, persalinan merupakan peristiwa alami sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal, penolong memfasilitasi proses persalinan, tidak asing, persahabatan, rasa saling percaya, tau dan siap membantu kebutuhan klien, memberi dukungan moril, dan kerjasama semua pihak (penolong-klien-keluarga).

(30)

3) Pencegahan infeksi antara lain, kewaspadaan standar, mencegah terjadinya dan transmisi penyakit, proses pencegahan infeksi instrumen dan aplikasinya dalam pelayanan, barier protektif, budaya bersih dan lingkungan yang aman.

4) Rekam medik (dokumentasi) antara lain, kelengkapan status klien, anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan uji atau penampisan tambahan lainnya, partograf sebagai instrumen membuat keputusan dan dokumentasi klien, kesesuaian kelainan kondisi klien dan prosedur klinik terpilih, upaya dan tatalaksana rujukan yang diperlukan.

5) Sistem rujukan efektif yaitu, alasan keperluan rujukan, jenis rujukan (darurat atau optimal), tatalaksana rujukan, upaya yang dilakukan selama merujuk, jaringan pelayanan dan pendidikan, menggunakan sistem umum atau sistem internal rujukan kesehatan.

C. TINJAUAN UMUM TENTANG POST PARTUM 1. Defenisi Post Partum

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Sitti Saleha, 2009:4)

Sedangkan menurut Hesty widianingsi, dkk masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Hesty widianingsi, 2013:1)

2. Tujuan Masa Nifas

Adapun tujuan pelaksanaan asuhan masa nifas adalah:

(31)

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan:

gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat, dan KB.

d. Memberikan pelayanan KB (Hesti, 2013:2) 3. Tahapan Masa Nifas

Adapun tahapan masa nifas (post partum puerperium) adalah sebagai berikut.

a. Puerperium dini: masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ- organ genital, kira-kira antara 6 sampai 8 minggu.

c. Remot puerperium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya.

4. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Selama masa nifas, alat-alat interna maupu eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan- perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut.

a. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan

(32)

tidak dapat dirabah lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagai mana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan banyaknya lokhia.

b. Lokhia

Lokhia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi 4 jenis, yaitu lokhia rubra, sangolenta, lokia serosa dan alba. Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada masa nifas.

1) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum selama dua hari pasca persalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari pospartum.

2) Lokia sanguelenta berwarna merah kuning berwarna kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ketiga sampai ketujuh pasca persalinan.

3) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah pada hari ketujuh sampai hari ke-14 pasca persalinan.

4) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

c. Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.

(33)

d. Serviks

Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil beberapa hari setelah persalinan dari retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat 4 minggu post partum.

e. Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

f. Payudara (mammae)

Pada semua wanita yan g telah melahirkan proses laktasi dapat terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis yaitu sebagai berikut.

1) Produksi susu

2) Sekresi susu atau let down

Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ke- 3 setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah sehingga timbul rasa hangat bengkak dan rasa sakit. Sel- sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk

(34)

menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama.

g. Pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.

h. Sistem perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu ke-4 setelah melahirkan. Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan menunjukkan tidak saja edema dan hiperemia dinding kandung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasasi darah pada submukosa

i. Perubahan tanda-tanda vital 1) Suhu

Suhu wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius.

Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius.

Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien.

2) Nadi dan pernapasan

Nadi berkisaran antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.

3) Tekanan Darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan.

(35)

D. TINJAUAN UMUM TENTANG BAYI BARU LAHIR 1. Defenisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari.

Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuain fisiologik agar bayi diluar kandungan dapat hidup sebaik-sebaiknya (Sarwono 2014). Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.

Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faal. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik sebagai berikut.

a. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifitasnya fungsi paru untuk bernafas (pertukaran karbondioksida dan oksigen)

b. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan.

c. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah.

d. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresi bahan racun yang tidak diperlukan badan

e. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi

f. Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas.

2. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal a. Lahir aterm antara 37-42 minggu b. Berat badan 2.500-4.000 gram c. Panjang badan 48-52 cm d. Lingkar dada 30-38 cm e. Lingkar kepala 33-35 cm f. Lingkar lengan 11-12 cm

g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit h. Pernapasan ± 40-60x/menit

(36)

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya sudah sempurna.

k. Kuku agak panjang dan lemas l. Nilai APGAR > 7

m. Gerak aktif

n. Bayi lahir langsung menangis kuat.

o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik q. Refleks moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik.

r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik s. Genitalia:

1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang

2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan minora (Patricia, 2013:174)

3. Perawatan Bayi Baru Lahir a. Membersihkan jalan napas

b. Memotong tali pusat (Sodikin, 2009)

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi dan mencegah hipotermi d. Mencegah terjadinya infeksi (Naomy, 2013:143).

4. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

Penatalaksanaan yang dilakukan segera setelah bayi lahir diantaranya sebagai berikut:

a. Membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut.

(37)

1) Bayi diletakkan dalam posisi terlentang ditempat keras dan hangat

2) Gulung sepotong kain dan diletakkan dibawah bahu sehingga leher lebih lurus dan kepala tidak menekuk.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril

4) Kedua telapak kaki bayi ditepuk sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering

b. Memotong Dan Merawat Tali Pusat

Tali pusat dipotong sebelum plasenta lahir. Sebelum memotong tali pusat pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan (Naomy, 2013:143)

c. Memperhatikan Suhu Badan Bayi

Bayi baru lahir harus dibungkus dengan kain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:

1) Bayi dibungkus dengan kain hangat

2) Jangan membiarkan bayi dalam keadaan basah 3) Jangan memandikan bayi dengan air dingin

4) Daerah kepala dibungkus dengan memakai topi yang terbuat dari kain

d. Memberikan vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari.

e. Memberi Salep Mata

Perawatan mata harus dikerjakan segera dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.

f. Identitas Bayi

1) Pada alat atau gelang identitas tercantum: Nama (bayi ny. X), tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan bayi, nama lengkap ibu.

(38)

2) Tempat tidur diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identitas.

5. Periode Bayi Baru Lahir

a. Periode I adalah periode reaktivitas pertama yang dimulai pada saat bayi lahir, berlangsung selama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini bayi terjaga dengan mata terbuka, memberikan respon terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat dan menangis. Kecepatan pernapasan sampai 82 kali, denyut jantung sampai 180 kali/menit dan bising usus aktif. Jaga bayi agar tetap hangat dengan menggunakan selimut hangat atau lampu penghangat diatas kepala.

b. Periode II adalah periode tidur yang tidak berespon yang berlangsung 30 menit sampai 2 jam setelah lahir. Dalam periode ini bayi berada dalam tahap tidur yang nyenyak. Denyut jantung menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali/menit dan kecepatan pernapasan lambat dan tenang. Bayi mungkin mengeluarkan mekonium dan urin. Periode ini berakhir ketika lendir pernapasan telah berkurang.

c. Periode III merupakan periode reaktivitas kedua atau periode stabilisasi yang berlangsung 2 sampai 6 jam setelah lahir. Pada periode ini bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun. Tanda- tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan dan hangat.

6. Perubahan Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir a. Pernapasan

Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang ketika perubahan dari lingkungan intrauteri ke lingkungan intrauteri ke lingkungan ekstrauterin, bayi baru lahir harus segera bernapas begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigenesi janin sebelum lahir yaitu plasenta.

b. Suhu

(39)

Sesaat sesudah bayi lahir akan beradaptasi di tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah, suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36oc-37oc

c. Sistem Sirkulasi

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh untuk mengantar oksigen ke jaringan untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim

d. Urine

Bayi berkemih hanya sesekali atau dua kali selama 24 jam pertama. Urine sering disekresikan pada saat lahir dan kejadian ini mungkin tidak diketahui sesudah hari pertama, ekskresi urine akan terjadi dengan sering yaitu sekitar 10-12 kali per hari.

Mungkin urine berwarna agak kemerahan akibat kandungan urat didalamnya.

e. Feses

Feses yang berbentuk mekonium yang berwarna hijau tua yang telah berada di saluran pencernaan selama janin berumur 16 minggu, akan mulai keluar dalam waktu 24 jam. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. Pada hari ke-4 sampai hari ke-5 warna tinja menjadi cokelat kehijau-hijauan.

f. Tali Pusat

Pada umumnya tali pusat akan puput pada waktu bayi berumur 5- 7 hari. Bila tali pusat puput maka setiap sesudah mandi tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan. Caranya adalah dengan membersihkan pangkal tali pusat yang ada di perut bayi dan daerah sekitarnya dengan kassa kering (Sarwono, 2014:370) E. TINJAUAN UMUM TENTANG KELUARGA BERENCANA

1. Defenisi

a. Menurut WHO keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Jenny Mandang, 2014:201)

(40)

2. Tujuan

Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah

“membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB dimasa mendatang”. Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:

a. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama, dan menjarangkan kehamilan setelah anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

b. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan.

Hal ini memastikan untuk tercapainya keluarga bahagia.

c. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas (Jenny Mandang, 2014:202)

3. Sasaran KB

a. Sasaran Langsung. Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun. Karena kelompok ini merupakan pasangan aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi.

b. Sasaran Tidak Langsung.

1) Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat- alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya

(41)

promotif dan preventif untuk menjaga terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta aborsi.

2) Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat, yang diharapkan dapat memberikan dukungannya.

Manfaat usaha KB dipandang dari segi kesehatan, peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Jenny Mandang, 2014:202).

4. Ruang Lingkup Program KB Ruang Lingkup KB antara lain :

a. Perencanaan, Pelaksanaan, dan pengendalian keluarga berencana.

b. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas e. Keserasian kebijakan kependudukan.

f. Pengelolaan SDM aparatur

g. Penyelenggara pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan h. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

5. Stategi Pendekatan Program KIE

Tujuan KIE dalam program keluarga berencana adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru.

b. Membina kelestarian peserta KB

c. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosiokultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan KB.

(42)

6. Prinsip Langkah KIE a. Konseling

1) Pengertian

Pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan kemudian bertindak sesuai keputusan.

Konseling merupakan proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien – petugas untuk membantu klien mengenal kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

b. Tujuan

Konseling bertujuan untuk :

1) Memberikan informasi yang tepat serta obyektif mengenai pilihan pola reproduksi dan mengetahui manfaatnya.

2) Mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan negatif, keraguan atau kekhawatiran sehubungan dengan metode kontrasepsi.

3) Membantu klien memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi mereka sehingga aman dan sesuai keinginan klien.

4) Membantu klien agar menggunakan kontrasepsi yang mereka pilih secara aman dan efektif.

5) Memberi informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat pelayanan keluarga berencana.

6) Khusus kontrasepsi Mantap, menyeleksi calon akseptor yang sesuai dan metode kontrasepsi alternatif (Jenny Mandang, 2014:208)

7. Metode Kontrasepsi Sederhana a. Metode KB alami

1) Metode Kalender

Metode kalender atau dikenal sebagai metode knaus - ogino bergantung pada perhitungan hari untuk memperhitungkan

(43)

waktu terjadinya fase subur. Wanita harus mengetahui periode menstruasi sehingga dapat memprediksi waktu akan berovulasi. Metode kontrasepsi ini tidak bermanfaat jika wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.

a) Manfaat metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi

(1) Manfaat sebagai kontrasepsi

Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.

(2) Manfaat konsepsi

Dapat digunaka oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.

b) Keuntungan menggunakan metode kalender adalah (1) Lebih sederhana

(2) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat

(3) Dalam penerapannya tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus

(4) Tidak mengganggu saat berhubungan seksual (5) Tidak ada resiko terhadap kesehatan

(6) Tidak memerlukan biaya

(7) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

c) Keterbatasan menggunakan metode kalender adalah (1) Harus terjalin kerjasama yang baik antara suami istri (2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam

melakukannya

(3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap hari

(4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur

(5) Harus mengamati minimal enam kali siklus menstruasi

(44)

(6) Tidak dapat dilakukan pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur (Jenny Mandang, 2014:214)

d) Efektifitas kontrasepsi metode kalender:

(1) Efektif bila dilakukan dengan teratur

(2) Pasangan suami istri harus mengetahui masa tidak subur

(3) Efektif bila digunakan bersamaan dengan kontrasepsi lain.

2) Metode suhu basal tubuh

Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh pada waktu istirahat/tidur. Suhu basal dapat diketahui dengan melakukan pengukuran suhu tubuh pada pagi hari sebelum melakukan aktifitas. Pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer basal secara oral, per vagina atau melalui dubur selama 5 menit.

a) Manfaat metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat baik sebagai konsepsi maupun kontrasepsi sebagai berikut.

(1) Manfaat sebagai konsepsi

Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.

(2) Manfaat sebagai kontrasepsi

Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menghindari atau mencegah kehamilan.

b) Efektifitas metode suhu basal

(1) Metode suhu basal akan efektif bila dilakukan pemantauan dan pencatatan selama berapa bulan berturut-turut dan dapat terdeteksi saat ovulasi

(2) Metode suhu basal akan efektif bila dilakukan secara benar.

c) Keuntungan menggunakan metode suhu basal adalah

(1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur

(45)

(2) Membantu wanita yang memiliki siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur

(3) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil

(4) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur seperti perubahan lendir serviks d) Keterbatasan metode suhu basal

(1) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri (2) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis

(3) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama

(4) Tidak mendeteksi awal masa subur (5) Membutuhkan masa pantang yang lama.

3) Metode Amenore Laktasi (MAL)

Metode Amenore Laktasi adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif , artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.

a) Manfaat Metode Amenore Laktasi (MAL)

(1) Mengurangi perdarahan post partum/setelah melahirkan (2) Mengurangi resiko anemia

(3) Meningkatkan hubungan psikolog antara ibu dan bayi b) Keterbatasan

(1) Memerlukan persiapan sejak kehamilan

(2) Hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan belum mendapatkan haid dan menyusui secara ekslusif

(3) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk hepatitis B ataupun HIV/AIDS

(4) Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara ekslusif

(46)

c) Yang dapat menggunakan ( MAL)

(1) Wanita yang menyusui secara ekslusif.

(2) Wanita yang baru melahirkan dimana bayinya belum berumur 6 bulan.

(3) Wanita yang belum mendapatkan haid setelah melahirkan.

8. Kontrasepsi Mekanis (Non Hormonal) a. Kondom

Kondom merupakan selubung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet, plastik, atau bahan alami. Kondom berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar ketebalan kondom yaitu 0,02 mm. Kondom bekerja dengan cara mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita dan sebagai pelindung terhadap infeksi organisme penyebab PMS.

1) Manfaat kondom yaitu:

a) Tidak mengganggu produksi ASI b) Tidak mengganggu kesehatan klien c) Murah dan tersedia di berbagai tempat

d) Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus 2) Keterbatasan kondom yaitu:

a) Efektifitas tidak terlalu tinggi

b) Adanya pengurangan sensifitas pada penis

c) Harus selalu tersedia setiap kali akan berhubungan seksual d) Perasaan malu membeli di tempat umum

e) Mengurangi kenikmatan saat berhubungan intim.

9. Kontrasepsi Modern (Hormonal)

a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik ada yang dililiti tembaga (CU) ada pula yang tidak, selain itu ada pula yang dililiti hormon progesteron.

(47)

1) Mekanisme kerja AKDR

a) Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam vacum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu

b) Produksi lokal prostatglandin yang meninggi akan meyebabkan terhambatnya implantasi

c) Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi

d) Mencegah spermatozoa membentuk sel telur

e) Terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.

2) Indikasi penggunaan AKDR a) Usia reproduktif

b) Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang dari 5 cm

c) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang d) Ibu menyusui

e) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi f) Resiko rendah dari IMS

g) Tidak menghendaki metode hormonal 3) Keuntungan menggunakan AKDR

a) Efektivitas tinggi

b) Dapat efektif segera setelah pemasangan c) Metode jangka panjang

d) Tidak perlu lagi mengingat-ingat

e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual f) Tidak ada efek samping hormonal

g) Tidak mempengarui kualitas dan volume ASI h) Dapat dipasang segera setelah melahirkan i) Kesuburan cepat kembali.

4) Keterbatasan kontrasepsi AKDR

(48)

a) Tidak mencegah IMS

b) Tidak direkomendasikan untuk perempuan yang memiliki riwayat hamil anggur

c) Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis d) AKDR tidak dapat dilepas sendiri

e) Terdapat efek samping berupa rasa nyeri, gangguan menstruasi, perforasi uterus ataupun pendarahan, keputihan, radang panggul.

b. Pil Kombinasi

Pil kombinasi adalah pil yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron dimana pil kombinasi ini dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

2) Bifaasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet hormon aktif.

3) Tifasik: pil yang tersedia dalam 21 tablet yang mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

a) Pil kontrasepsi progestin tunggal

Pil progestin atau mini pil adalah pil yang hanya mengandung progesteron saja dimana jenis minipil yaitu:

(1) Kemasan dengan isi 35 pil: 300 mg levonorgestrel atau 350 mg noretindron.

(2) Kemasan dengan isi 28 pil: 75 mg desogestrel

Pil ini sering dikatakan pil mini karena dosis gestagen yang digunakan sangat rendah. Gestagen yang digunakan adalah turunan nortestosteron seperti noretisteron 0,35 mg, linestrerol 0,50 mg, levonogestrel 0,03 mg atau kuingestanol 0,3 mg. Pil diminum tiap hari tanpa perlu memperhatikan saat terjadinya haid.

(49)

b) Cara kerja

(1) Menekan sekresi gonadotropin (2) Mempengaruhi fungsi korpus luteum (3) Menghambat nidasi

(4) Memperlambat gerakan tuba sehingga transportasi ovum terganggu

(5) Menekan produksi steroid diovarium c) Keuntungannya

(1) Dapat diberikan pada wanita menyusui

(2) Dapat diberikan pada wanita dengan hipertensi (3) Dapat diberikan kepada wanita perokok

(4) Dapat diberikan kepada wanita yang mempunyai riwayat penyakit tromboemboli.

d) Keterbatasannya

(1) Dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen

(2) Dapat meningkatakan resiko infeksi klamidia, eksternal genital warts.

(3) Kembalinya kesuburan agak lambat (4) Keseimbangan metabolisme tubuh (5) Harus setiap hari diminum

c. Kontrasepsi pasca - koitus darurat

Sediaan yang mengandung dietilstilbestrol (DES) atau estrogen dosis tinggi, dapat mencegah kehamilan jika diberikan segera setelah koitus yang tidak dilindungi. Dietilstilbestrol 50 mg/hari atau etinilestradiol 1 mg/hari selam 5 hari, digunakan 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam pasca senggama.

1) Cara kerja

Cara kerjanya adalah mencegah terjadinya nidasi, meningkatkan motilitas tuba sehingga mengganggu transportasi ovum dan membuat endometrium menjadi tidak fisiologis untuk proses nidasi. Perlu diingat pil pasca senggama hanya berguna sebelum terjadinya implantasi.

Referensi

Dokumen terkait

Melintas di jalan raya yang lebar adalah tidak selamat kerana pejalan kaki tidak dapat melintas terus dalam masa yang singkat.... Pada cuti sekolah yang lepas, saya dan adik

Penambahan antioksidan tersebut diharapkan dapat mengurangi tingkat stres oksidatif yang tinggi di dalam zalir peritoneum pasien endometriosis, sehingga motilitas,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, dana alokasi umum, dana bagi hasi, lain-lain

parasitisasi terutama pada lokasi Kecamatan Salibabu diduga karena adanya kegiatan pembakaran gulma ataupun sampah di areal perkebunan kelapa yang secara langsung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh utama (perlakuan ekstrak dan waktu pengamatan) berbeda nyata terhadap jumlah konsumsi tikus, baik pada percobaan dengan perlakuan

Oleh karena itu, bakal calon DPRD mengajukan banding kepada Badan Pengawas Pemilu ( Bawaslu ) Kota Balikpapan untuk memperbaiki surat keterangan pengganti ijazah yang

Pada kreativitas kelompok sudah tentu akan menjadi lebih baik dari cetusan wawasan dan imajinasi sbagai individu karena kita akan mendapatkan sumber pemikiran yang diciptakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten nomor 13 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pengendalian Pembangunan Menara