• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Awalnya perkebunan kelapa sawit berkembang di daerah Sumatera Utara, Nanggro Aceh Darusalam dan Kalimantan. Namun sekarang perkebunan kelapa sawit telah berkembang ke berbagai daerah, hingga ke Papua. (Sunarko,2014 )

Klasifikasi dan penyebaran kelapa sawit merupakan pengetahuan dasar untuk memahami tanaman tersebut. Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasi untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus (Iyung Pahan, 2014)

Taksonomi tanaman kelapa sawit adalah : Sub Divisi : Spermatophyta Divisi : Mangnoliophyta Kelas : Angyospermae

Ordo : Monokotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut palmae) Sub Famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis quinensis Jacq

(2)

5 2.2 Morfologi Kelapa Sawit

Dari pemahaman klasifikasi tanaman kelapa sawit diatas sebaiknya perlu dipahami juga morfologi tanaman kelapa sawit yang terlihat pada fase pembibitan sebagai berikut :

2.2.1 Biji

Menurut Rustam dkk, (2011), biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda untuk setiap jenisnya. Umumnya, biji kelapa sawit memiliki waktu dorman. Perkecambahan bisa berlangsung dari enam bulan dengan tingkat keberhasilan 50%.

Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

1. Dura (D), memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15 – 17 %.

2. Tenera (T), memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal dan rendemen minyak 21 – 23 %.

3. Pisifera (P), memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil, dan rendemen minyak.

Gambar 2.1 Biji Tanaman Kelapa Sawit 1 Sumber: Jurnal

(3)

6 2.2.2 Akar

Tanama kelapa sawit mempunyai akar serabut. Akar kelapa sawit akan tumbuh ke bawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan akar kuartener. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier, dan kuartener tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah, bahkan akar tertier dan kuartener menuju kelapisan atas atau ketempat yang banyak mengandung unsur hara.

Disamping itu akan tumbuh pula akar nafas yang timbul diatas permukaan air tanah atau di dalam tanah dengan aerasi baik. Akar kuartener berfungsi sebagai penyerap makanan, jika tidak terdapat akar – akar rambut. Fungsi utama akar adalah menyangga bagian atas tanaman dan menyerap zat hara (Tim Penulis PS, 2015 ).

Gambar 2.2 Akar Tanaman Kelapa Sawit 1 Sumber: Jurnal

2.2.3 Batang ( Caulis )

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, sehingga batangnya tidak memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter antara 20-75 cm atau tergantung pada

(4)

7

keadaan lingkungan selama beberapa tahun, minimal 12 tahun, batang tertutup rapat oleh pelepah daun. Tinggi batang bertambah kira-kira 45 cm/tahun, tetapi dalam kondisi lingkungan yang sesuai dapat mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan adalah 15-18 m, sedangkan di alam mencapai 30 m. Karena tanaman yang terlalu tinggi akan menyulitkan pemetikan buahnya, maka perkebunan kelapa sawit mengkehendaki tanaman yang pertambahan tinggi batangnya kecil (Tim Penulis PS, 2015)

Menurut Iyun Pahan, (2014) batang memiliki fungsi utama, yaitu : 1. Sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah

2. Sebagai sistem pembuluh yang megangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah 3. Sebagai organ penimbunan zat makanan

Gambar 2.3 Batang Tanaman Kelapa Sawit 1 Sumber: Jurnal

2.2.4 Daun (Folium)

Daun pada tanaman kelapa sawit terdiri atas pangkal pelepah daun, yaitu bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun, tangkai daun, lidi, tepi daun, dan daging daun. Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk

(5)

8

satu pelepah yang panjangnya dapat mencapai 9 meter, tergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang berada di tengah pelepah daun merupakan helai daun yang terpanjang. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.(Tim Bina Karya Tani, 2009).

Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal, pelepah daunnya berjumlah 40 – 60 buah. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang tumbuh sehat dan segar kelihatan berwarna hijau tua. Dari bagian daun ini, belum banyak yang dapat dimanfaatkan. Hanya sebagian kecil dari lidinya dimanfaatkan untuk dibuat sapu.(Tim Penulis PS, 2015).

Gambar 2.4 Daun Tanaman Kelapa Sawit 1 Sumber: Jurnal

2.3 Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan adalah kegiatan untuk mempersiapkan bahan tanam, persiapan media, pemeliharaan, seleksi bibit hingga siap untuk ditanam yang dilaksanakan dalam satu tahap atau lebih. Tahapan tumbuh adalah berkecambah, tumbuh, dan berkembang yang diistilahkan dengan kegiatan perkecambahan, penyemaian, dan pembibitan. (Tim Bina Karya Tani, 2009).

(6)

9

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Dapat dikatakan bahwa pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Tahap pembibitan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. (Hartono, 2011).

Pertumbuhan bibit yang sehat merupakan faktor yang sangat penting untuk memperoleh tanaman yang baik dilapangan kelak. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh jennis persilangan, media tanam, hama penyakit, pemupukan dan sebagainya.

Sasaran dari pembibitan adalah menyediakan bibit kelapa sawit yang superior dan siap ditanam diareal perkebunan dengan berbagai macam kondisi lingkungan. Selain itu juga kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang rasional.

Kondisi bibit yang superior, baik secara genetik maupun fenotipe, merupakan satu jaminan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi (Sunaarko, 2009).

Tabel 2.2 Standard Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Umur

Bulan

Jumlah Pelepah (Helai)

Tinggi Bibit (Cm)

Diameter Batang (Cm)

3 3,5 20,0 1,3

4 4,5 25,0 1,5

5 5,5 32,0 1,7

6 8,5 35,9 1,8

7 10,5 52,2 2,7

8 11,5 64,3 3,6

9 13,5 88,3 4,5

10 15,5 101,9 5,5

(7)

10

11 16,5 114,1 5,8

12 18,5 126,0 6,0

Sumber : Bambang Sulistyo DH, dkk (2010) 2.3.1 Pre Nursery

Pembibitan awal (Pre Nursery) merupakan tempat kecambah tanaman kelapa sawit (Germinated seeds) ditanam dan dipelihara hingga berumur 3 bulan. Selanjutnya, bibit tersebut akan dipindahkan ke pembibitan utama (Main Nursery).

Pembibitan (Pre Nursery) dilakukan 2 - 3 bulan, sedangkan pembibitan (Main Nursery) selama 10-12 bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12 Bulan (3 bulan di (Pre Nursery) dan 9-11 bulan di (Main Nursery).

Beberapa pertimbangan yang harus terintegrasikan dalam rencana pembibitan, diantaranya biaya pembibitan (Pre Nursery) dan (Main Nursery), transportasi menuju lokasi, kemudahan komunikasi, dan pembuatan jalan control.

2.3.2 Main Nursery

Pembibitan utama (Main Nursery) merupakan penempatan bibit yang sudah lepas dari kecambah, dan siap untuk ditanam. Bibit ini harus sudah siap ditempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis, seperti halnyua harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Letak lokasi main nursery dekat dengan area yang akan di tanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit.

2.4 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan

(8)

11

iklim dan tanah merupakan factor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit., disamping factor-faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.(ir. Heri Harianto, 2011).

Menurut Sulistyo DH, dkk (2010). Kelapa sawit (Elaeis quinensis Jack) adalah tanaman yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan seperti yang ada dibawah ini :

2.4.1 Curah Hujan

Tanaman kelapa sawit mengkehendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal adalah 2.000 – 3.000 mm per tahun. Dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetative lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk pun relative lebih sedikit. (Ir. Heri Hartanto, 2011).

2.4.2 Suhu

Perbedaan suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi buah. Curah hujan yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman kelapa s – beberapa faktaor yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, maka akan terjadi kenaikan suhu. Suhu akan berpengaruhi terhadap masa pembungaan dan kematangan buah. Tanaman kelapa sawit yang ditanam pada ketinggian 500 m diatas permukaan air laut akan terlambat berbunga 1 tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah. (Tim Penulis PS, 2015).

(9)

12 2.4.3 Tanah

Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut dan pasang surut. Potensi pengembangan kelapa sawit di lahan gambut (orgnik) relative baik. Pasalnya luas lahan gambut sangat melimpah di Kalimantan dan Papua (17 – 27 juta hektar). Sifat fisik tanah gambut diantaranya selalu tergenang air, dekomposisi bahan organik lambat, kosistensi lepas, kepadatan masa rendah dan bersifat seperti spon (menyerap dan menahan air dalam jumlah besar). (Rustam, dkk, 2011).

Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (Podsolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Alluvial, atau Regoso). Meskipun demikian kemampuan produksi kelapa sawit pada masing – masing tanah tidaklah sama. (Tim Penulis PS, 2015).

Dalam praktek evaluasi lahan kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang ditemukan. Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit pada tanah mineral akan disajikan pada table berikut ini :

Table 2.4 Kriteria Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit Pada Tanah Mineral.

NO. Karakteristik Lahan

Intensitas Faktor Pembatas Simbol Tanpa(0)

S1

Ringan (1) S2

Sedang(2) S3

Berat(3) N

1. Curah Hujan.

(mm)

H 1.7500-3.000 1.750 - 3.000

> 3.000

1.500 - 1.250 <1.250

2. Bulan Kering.

(bln) K <1 1 – 2 2 – 3 >3

3.

Ketinggian diatas permukaan laut.

I

0 – 200 200 – 300 300 – 400 > 400

4.

Bentuk wilayah kemiringan.

(%)

W Datar, Berombak.

<8

Berombak, Bergelomb ang.

8- 15

Bergelomba ng,

Berbukit.

15 –30

Berbukit, Bergunung.

>30

(10)

13 5.

Batuan di permukaan dan di dalam tanah.

(%- volume)

B

< 3 3 – 15 15 - 40 > 40

6. Kedalaman Efektif.

S > 100 100 – 75 75 – 50 < 50

7. Tekstur Tanah. T Lempug berdebu;

Lempug liat berpasir;

Lempug liat;

Lempung berliat.

Liat;

Liat berpasir;

Lempug berpasir;

Lempung.

Pasir berlempug;

Debu.

Liat berat;

Pasir.

8. Kelas Drainase. D Baik ; Sedang.

Agak terhambat, Agak cepat.

Cepat ;

Terhamat. Sangat cepat;

Sangat terhambat;

Tergenang.

9. Kemasaman (pH).

A

5,0 - 6,0 4,0 - 5,0 6,0 -7,0

3,5 - 4,0 6,5- 7,0

<3,5

>7,0 Sumber : Buku Pintar Mandor

2.5 Unsur Hara Tanaman

Tanah merupakan media penting untuk mendukung kehidupan di muka bumi.

Tanah memiliki ciri yang khas dikarenakan kemampuannya untuk menyediakan ruang tumbuh, air, udara, hara serta ruang untuk saling berinteraksi antara berbagai organisme tanah yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan.

Dengan menggunakan hara, tanaman dapat melakukan kegiatan metabolismenya. Kegiatan metabolisme akan berjalan dengan baik apabila unsur-unsur hara dalam tanah tersedia dengan cukup. Tanaman yang kekurangan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu. Unsur hara yang diperlukan tanaman dibagi menjadi dua golongan yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan tanaman dan terdapat dalam jumlah besar dibandingkan dengan unsur hara

(11)

14

mikro. Walaupun unsur hara mikro pada suatu areal tempat tumbuh tanaman ketersediaannya dalam jumlah kecil, namun keberadaannya dapat membantu dalam pertumbuhan tanaman.

2.5.1 Jenis-jenis Hara Tanaman

Unsur hara esensial adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, yang fungsinya dalam tanaman tidak bisa digantikan oleh unsur lain. Berdasarkan jumlah kebutuhannya terhadap tanaman, unsur hara esensial dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro, unsur hara makro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar seperti unsur hara berikut :

A. Pupuk K

Faedah utama kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilipakan, K juga sebagai sumber kekuatan bagi tanaman menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga, Marsono, 2002)

Pada tanah yang kekurangan zat K, maka tanaman yang tumbuh di atasnya akan memperlihatkan gejala : daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting terutama pada daun tua, tetapi tidak merata.

Kemudian timbul bercak-bercak berwarna merah cokelat, mengering lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan.

Elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Dalam hal ini dapat pula ditegaskan bahwa K berperan membantu :

1. Pembentukan protein dan karbohidrat

2. Mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman

(12)

15

3. Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit 4. Meningkatkan kualitas biji/buah

K banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium.

Pada sel-sel zat ini terdapat sebagian ion di dalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan bagian yang penting dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis. Selain itu K mempunyai fungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang, yang berarti apabila tanaman sama sekali tidak diberi K, maka asimilasi akan terhenti.

Sumber-sumber K ialah : 1. Beberapa jenis mineral

2. Sisa-sisa tanaman dan jasad renik 3. Air irigasi serta larutan dalam tanah 4. Abu tanaman dan pupuk buatan

B. Pupuk Mg

Pupuk Mg merupakan bagian dari khlorofil. Kekurangan zat ini maka akibatnya adalah khlorosis, gejala-gejalanya akan tampak pada permukaan daun sebelah bawah. Mg ini termasuk unsur yang tidak mobil dalam tanah. Mg merupakan salh satu bagian enzim yang disebut Organic pyrophosphatese dan Carboxy peptisida.

Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak dan minyak-minyak, Mg biangnya. Ia juga memegang peranan utama dalam transportasi fosfat dalam tanaman. Dengan demikian, kandungan fosfat dalam tanaman dapat di naikkan dengan jalan menanaman unsur Mg (Lingga, Marsono, 2002).

(13)

16 Sumber-sumber pupuk Mg :

1. Bahan organik : kebanyakan Mg segera terlindi dari serasah, sisanya mengalami mineralisasi pada tahap awal perombakan residu tersebut.

2. Rabuk, kompos dan biosolid : kebanyakan Mg terlarut, segera tersedia. Oleh karena itu dengan mudah hilang sebelum diberikan ke lahan.

3. Mg tertukar : Mg termasuk kation dapat ditukar, dipertukarkan kation termasuk reaksi terpenting bagi Mg dalam tanah.

4. Pelarutan mineral Mg : yaitu mineral primer atau mineral lempung sekunder, tanah kasar lebih sedikit kandungan Mg dibanding tanah halus, kadar Mg lebih tinggi pada lahan kering semi arid atau arid.

5. Kapur dan Pupuk : Mg berada dalam senyawa yang digunakan untuk menetralkan pH tanah, terutama dalam bentuk batu kapur dolomit (CaMgCO3), bentuk yang lain misalnya garam Epsom (MgSO4) dan K2SO4. MgSO4 (Sul-Po-Mag). Bentuk Mg yang diserap tanaman dalam bentuk kation divalen Mg2+.

Gejala pertama yang terlihat pada tanaman yang kekurangan magnesium (Mg) ialah pada daun tua yang juga klorosis dan nampak ada becak – bercak cokelat. Daun yang semula berwarna hijau segar menjadi kekuningan dan nampak pucat. Warna kekuningan ini juga timbul diantara tulang - tulang daun, mengering dan kerap pula langsung mati.

Pada tanaman biji juga amat jelek pengaruh nya bila kekurangan Mg.

Daya tumbuh biji tidak mantap alias lemah, kalau biji tetap tumbuh maka biji akan nampak lemah.

(14)

17

2.5.2 Hubungan Unsur Hara Antagonis

Kalium (K) dan Magnesium (Mg) merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar. Kalium berperan sebagai memperkuat tubuh tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Dan juga sebagai sumber kekuatan bagi tanaman menghadapi kekeringan dan penyakit.

Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada dua kondisi yang saling berhubungan, yaitu keadaan tanaman itu sendiri dan ketersediaan hara di dalam tanah. Pemberian pupuk K dan Mg yang diaplikasikan secara langsung akan berpotensi antagonisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada tanaman.

Gambar

Gambar 2.2 Akar Tanaman Kelapa Sawit 1  Sumber: Jurnal
Gambar 2.3 Batang Tanaman Kelapa Sawit 1  Sumber: Jurnal
Gambar 2.4 Daun Tanaman Kelapa Sawit 1  Sumber: Jurnal
Tabel 2.2 Standard Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit  Umur  Bulan  Jumlah Pelepah (Helai)  Tinggi Bibit (Cm)  Diameter Batang (Cm)  3  3,5  20,0  1,3  4  4,5  25,0  1,5  5  5,5  32,0  1,7  6  8,5  35,9  1,8  7  10,5  52,2  2,7  8  11,5  64,3  3,6  9  13,5  88
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pelingkupan No Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan Komponen Rona Lingkungan Terkena

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan daya hambat ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenterie yang dilakukan secara

Hal ini sesuai dengan teori bahwa AV terjadi pada pria dengan kisaran umur 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2011) karena pada laki-laki umur 16-19 tahun adalah waktu

Tindak tutur menolak dalam Gelar Wicara Mata Najwa merupakan kajian yang menarik untuk diteliti karena menolak yang merupakan respon negatif dari suatu pemintaan yang

Customer Relationship Management (CRM) merupakan strategi yang digunakan oleh UPT Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menjalin hubungan yang baik pada pemustaka.

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi, jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan

Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam menganalisis dan melacak proposisi bentuk kosong wacana slogan, perlu diperhatikan (a) pihak pembuat atau penyampai slogan, (b) khalayak

pantunuan karena nyata benar bahwa sekarang berpedoman pada siapa yang berada pada kelas sosial yang tinggi memiliki materi banyak akan menunjukkan itu pada