i
PENERAPAN TEORI PENAFSIRAN HUKUM OLEH
HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA
PEMALSUAN AKTA OTENTIK
YANG DILAKUKAN NOTARIS
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister
Program Studi Ilmu Hukum
Minat Utama : Hukum Kebijakan Publik
Oleh :
AGUS PRIONO
NIM : S311508002
PROGRAM MAGISTER ILIMU HUKUM
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul : “Penerapan Teori Penafsiran Hukum oleh Hakim Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Akta Otentik yang
Dilakukan Notaris“.
Dalam penulisan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dorongan
moril serta bantuan yang berupa informasi dari berbagai pihak. Atas bantuan maupun
bimbingan yang diberikan kepada penulis, maka dengan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus dan mendalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Program Studi
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
5. Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, SH., MM., selaku Pembimbing I
yang banyak memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam
menempuh studi serta dalam menyelesaikan penulisan Tesis.
6. Bapak Dr. Widodo Tresno Novianto, SH., M.Hum., selaku Pembimbing II yang
dengan tulus ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis.
7. Bapak/Ibu Tim Penguji Tesis Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret.
8. Kedua orang tuaku dan mertuaku serta segenap saudaraku dimanapun berada yang
merupakan sumber inspirasi dan motivasi.
9. Istriku, Kusrini serta anak-anakku, Avina Kusuma Damayanti, Sekar Kusuma
Febriyanti, Arsyad Kusuma Priono yang senantiasa mendoakan suami dan
vi
10.Rekan-rekan mahasiswa angkatan bulan Agustus tahun 2015, khususnya
Konsentrasi Hukum Kebijakan Publik Program Studi Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
11.Teman-temanku Dito, Babe, Okan, John, Inka, Poppy dan Mira atas support dan
motivasinya kepada penulis selama menempuh kuliah S2.
12.Sekretariat Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Fakultras
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang banyak membantu penulis
dalam kelancaran administrasi selama penulis kuliah.
13.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sampaikan dalam Tesis ini masih
jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi
siapa penelitian selanjutnya. Meskipun dalam penulisan ini banyak kesalahan dan
kekhilafan seperti halnya peribahasa Tiada gading yang tak retak, maka dimohon saran
demi penyempurnaan penulisan ini. Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan kepada kita semua. Amin.
Surakarta, Mei 2017
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERNYATAAN ... iv
3. Hakim Sebagai Aktor Pembuat Kebijakan Publik 30 4. Teori Perlindungan Hukum ... 39
5. Teori Penafsiran Hukum ………... 48
6. Teori Penemuan Hukum ………... 54
7. Arti dan Pengertian Autentisitas Akta ………….. 60
8. Tindak Pidana Pemalsuan Surat ……… 66
B. Kerangka Berpikir …... 75
BAB III METODE PENELITIAN ... 77
A. Metode Pendekatan ………. 78
B. Sumber dan Jenis Data... 78
viii
D. Teknik Analisa Data ………... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80
A. Hasil Penelitian... 80
1. Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/PID/2006 ... 80
2. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1099 K/PID/2010... 81
3. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1860 K/PID/2010 ………... 83
B. Pembahasan... 84
1. Dasar Hukum Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Notaris Yang Melakukan Tindak Pidana Pemalsuan Akta Otentik ... 84
2. Penerapan Teori Penafsiran Hukum oleh Hakim dalam Pertimbangannya Terhadap Kasus Pemalsuan Akta Otentik ……….. 103
BAB V PENUTUP ... 114
A. Kesimpulan ... 114
B. Implikasi ... 115
C. Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
ix
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Hakim Sebagai Aktor Pembuat Kebijakan Publik ... 38
x
ABSTRAK
AGUS PRIONO, S311508002, Penerapan Teori Penafsiran Hukum oleh Hakim Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Akta Otentik yang Dilakukan Notaris. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan peraturan perundang-undangan
(Statute Approach) dan pendekatan kasus (Case Approach) yaitu putusan Mahkamah
Agung yang telah mempunyai kekuatan hukum. Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah doktrinal, dengan mendasarkan pada konsep hukum yang ke-3. Bentuk penelitian ini termasuk ke dalam penelitian evaluatif dan prespektif. Jenis data sekunder, dan sumber data meliputi bahan hukum primer dan sekunder. Analisis berdasarkan logika deduksi.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan sehubungan dengan masalah yang dikaji, dapat disimpulkan sebagai berikut : Dasar hukum dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap Notaris dapat saja dilakukan namun di samping harus memenuhi rumusan pelanggaran yang tersebut dalam UUJN dan Kode Etik Jabatan Notaris juga memenuhi rumusan yang tercantum dalam KUHP. Pemidanaan terhadap Notaris dapat saja dilakukan dengan batasan, jika ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek formal akta yang sengaja, penuh kesadaran dan keinsyafan serta direncanakan, bahwa akta dibuat di hadapan Notaris atau oleh Notaris bersama-sama/sepakat untuk dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak pidana dan/atau ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta di hadapan atau oleh Notaris yang jika diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai/pelanggaran jabatan notaris. Hakim dalam menerapkan sanksi pidana terhadap tindak pidana pemalsuan akta otentik harus dipenuhinya syarat-syarat antara lain sebagai berikut : (1) adanya perbuatan yang dapat dihukum dan memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam undang-undang; (2) perbuatan tersebut bertentangan dengan hukum/melawan hukum; (3) adanya kesalahan, baik berupa kesengajaan (dolus) dan kelalaian (culpa). Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap kasus pemalsuan akta otentik tersebut menggunakan teori penafsiran hukum baik melalui penafsiran sistematis (Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/PID/2006), dan penafsiran ekstensif (Putusan Mahkamah Agung Nomor 1860 K/PID/2010) dan penafsiran otentik/resmi (Putusan Mahkamah Agung Nomor 1099 K/PID/2010). Rekomendasinya adalah : 1) Pemeriksaan adanya dugaan perbuatan pidana dalam pemalsuan akta otentik oleh Hakim harus dilakukan pemeriksaan yang holistik integral dengan melihat aspek lahiriah, formal, material Akta Notaris dikaitkan dengan tugas, wewenang, jabatan Notaris. 2) Perlu dibuat kriteria dan pedoman yang dapat dipakai landasan yuridis bagi hakim yang dimaksud pemalsuan akta dalam tugas dan jabatan notaris. 3) Meskipun ada kebebasan hakim dalam menjalankan/melaksanakan putusannya maka hakim tidak harus legalistik tetapi mengadili menurut hukum dalam arti yang luas termasuk aktualisasi pengertian-pengertian yang sudah mapan, sehingga putusannya dapat mencerminkan rasa keadilan (dalam) masyarakat.
xi
ABSTRACT
AGUS PRIONO, S311508002, Application of the Theory of Legal Interpretation by Judges Against the Crime of Falsification of the Authentic Deed of Notary Done. Thesis: Postgraduated Program Universitas Sebelas Maret of Surakarta.
In this study used the approach of legislation (the Statute Approach) and the approach of the case (Case Approach) that the verdict of the Supreme Court which had the force of law. This type of research in writing this is the doctrinal, by basing on the concept of the 3rd law. The form of this research including evaluative and research into perspective. Secondary data types, and data sources include primary and secondary legal materials. Analysis based on logical deduction.
Based on the description of the results of research and discussion with respect to issues that are examined, it can be summed up as follows : Legal basis in the overthrow of criminal sanctions against a notary public can do but in addition must meet the formulation of such violations in the Law Office of Notary Public and the Code of Ethics the Office of Notary Public also meets the formula set forth in the Book of the Law of Criminal Law. The overthrow of the criminal against a notary can only be done with the limitations, if any legal action from the notary deed that formal aspects against deliberately, in full awareness and not repeat it as well as planned, that the deed is made before a notary or by a notary together/agreed to provide the basis for a criminal offence and/or there is a legal action from a notary public in making the deed before a notary public or by which if measured by Law the Office of Notary Public is not appropriate/violation of the Office of Notary Public. Judges in applying criminal sanctions against criminal acts authentic deed forgery should be the fulfillment of the terms of, among others, the following : (1) the existence of a punishable act and meet the elements which are formulated in the legislation; (2) such a feat is contrary to the law/against the law; (3) an error, either in the form of deliberate action (dolus) and negligence (culpa). The judge in the case against ruling dropping the forgery Act of the authentic interpretation of the theory of the law either through systematic interpretation (Supreme Court Verdict Number 385 K/PID/2006), and extensive interpretation of (Supreme Court Verdict Number 1860 K/PID/2010) and the interpretation of
authentic/official (Supreme Court Verdict Number 1099 K/PID/2010). The
Recommendation is : 1) An examination of the existence of the alleged criminal doings in the authentic deed forgery by the judge to do the integral holistic examination by looking at the outward aspect, formal, material notary deed associated with tasks, the authority, the Office of Notary Public. 2) Need to be made of the criteria and guidelines that can be used to judge the juridical foundation is an act of counterfeiting in the duties and Office of Notary Public. 3) Although there is freedom of the judge in running/executing an award then the judges should not be legalistic but prosecute according to law in a broad sense including actualizing the sense-sense established, so that an award can reflect a sense of Justice in society.