• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

51

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran 2011/2012 dengan subjek penelitian kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 12 orang.

SD Negeri 3 Karangrejo terletak pada kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo. Dengan letaknya yang berada dikawasan pedesaan menjadikan SD Negeri 3 Karangrejo memiliki suasana yang tenang dan nyaman sehingga cocok untuk dijadikan tempat belajar. SD Negeri 3 Karangrejo berada cukup jauh dari pusat kota Wonosobo, meskipun demikian tidak menyebabkan SD Negeri 3 Karangrejo tertinggal melainkan dapat terus menerus menunjukkan prestasinya dengan memenangkan beberapa perlombaan dan kompetisi.

Fasilitas pembelajaran di SD Negeri 3 Karangrejo masih terbatas, yakni masih kurangnya alat peraga, dan belum terdapatnya lab komputer yang sekarang ini sudah mulai dimiliki oleh berberapa SD lainnya. Meskipun demikian sarana pembelajaran untuk menunjang kebutuhan siswa sudah dapat dikatakan cukup karena terpenuhinya kebutuhan peserta didik akan buku-buku penunjang pembelajaran, selain itu terdapat juga buku-buku lain yang dapat dijadikan sumber bacaan bagi siswa.

Adapun tenaga mengajar di SD Negeri 3 Karangrejo terdiri dari guru kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan setiap kelas diampu oleh 1 guru, 1 guru olahraga, dan 1 guru agama dengan pendidikan terakhir setiap guru adalah S1. SD Negeri 3 Karangrejo telah banyak meraih prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik.

4.2 Kondisi Awal Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo dengan jumlah siswa sebanyak 12 orang dengan Kompetensi Dasar mengurutkan pecahan dan menyederhanakan pecahan. Melalui observasi dan wawancara

(2)

menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena hampir 50 % siswa tidak dapat fokus pada pembelajaran hal ini dikarenakan penggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai. Siswa yang memberikan respon baik saat pembelajaran hanya mencapai 41,6 %, sedangkan yang aktif bertanya hanya mencapai 25 %. Proses pembelajaran yang memberikan hasil yang tidak memuaskan seperti yang dijelaskan di atas berdampak pada hasil belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa tidak mengalami ketuntasan dengan standar nilai 60.

Tabel 4.1

Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Pra Siklus Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo

Tahun Pelajaran 2011/2012

No. Aspek yang diamati Frekuensi Persentase

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 8 67%

2. Siswa berani bertanya apabila kurang jelas 4 33%

3. Siswa aktif mengerjakan lembar kerja siswa 9 75%

4. Siswa berani menyampaikan pendapatnya 2 17%

Data di atas menunjukkan frekuensi yang kurang memuaskan karena secara keseluaruhan hasil observasi yang dilakukan pada pra siklus memberikan hasil yang kurang memuaskan dengan persentase siswa yang memperhatikan guru sebesar 67 % dengan jumlah siswa sebanyak 8 orang.

Siswa yang aktif bertanya sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 33 %, hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuain antara peserta didik dengan materi ajar. Siswa yang aktif mengerjakan lembar kerja siswa atau tugas yang diberikan oleh guru sebanyak 9 orang dengan presentase sebesar 75 %.

Adanya kecendurungan bahwa siswa yang langsung tanggap dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan siswa lain yang lebih cenderung menunggu temannya mengerjakan dikarenakan dengan pemahaman siswa terkait materi ajar. Siswa yang cenderung diam dan tidak mengerjakan setelah dilakukan wawancara lisan dikarenakan mereka kurang jelas atau kurang mengerti tugas yang harus dikerjakan. Hasil yang lebih kecil

(3)

ditunjukan dari keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan dari hasil pengamatan dalam sebuah pembelajaran sebanyak 2 orang siswa aktif dalam merespon guru dengan persentase sebanyak 17%. Dari hasil tersebut memberikan bukti bahwa beberapa aspek yang meliputi berbagai macam tingkat keaktifan siswa dengan model pengajaran yang konfensional memberikan hasil yang kurang memuaskan sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan memberikan data bahwa 5 siswa tidak tuntas dengan standar KKM 60, sedangkan 7 siswa mengalami ketuntasan. Beberapa siswa yang tidak tuntas dalam matapelajaran Matematika dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru, hal inilah yang membuat peneliti merasa perlu melakukan tindakan guna meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo tahun 2011/2012. Adapun nilai siswa kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo sebelum dilakukan siklus disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. 2

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Pra Siklus

No. Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

1. 30-39 1 8% Tidak tuntas

2. 40-49 1 8% Tidak tuntas

3. 50-59 3 25% Tidak tuntas

4. 60-69 2 17% Tuntas

5. 70-79 2 17% Tuntas

6. 80-89 2 17% Tuntas

7. 90-100 1 8% Tuntas

Jumlah 12 100%

Nilai Rata-rata 63,33

Nilai maksimal 95

Nilai minimal 35

(4)

4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal a. Hasil Uji Validitas Soal Siklus I

Sebelum pemberian soal tes evaluasi atau tes formatif di setiap akhir siklus, maka soal tes tersebut perlu diuji agar soal yang diberikan untuk tes evaluasi pada SD tempat penelitian valid. Adapun pelaksanaan uji validitas di tempat yang berbeda dengan tempat diadakannya penelitian. Dalam hal ini, SD tempat pengujian soal adalah SD Negeri 1 Karangrejo dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa. Dari hasil uji validitas terdapat beberapa soal yang dinyatakan tidak valid melalui perhitungan dengan spss. Data hasil uji validitas dipaparkan dalam tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Data Hasil Uji Validitas Siklus I SD Negeri 1 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Bentuk

Instrumen Item Soal Valid Tidak Valid

Essay 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30.

1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, dan 30.

5, 6, 9, 11, 12, 16, dan 26.

Setelah diketahui soal-soal yang valid dan tidak valid dari tabel di atas, maka untuk soal yang tidak valid tidak dapat untuk soal evaluasi di akhir siklus I, karena apabila digunakan maka akan menyebabkan hasil penelitian akan tidak valid juga.

b. Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus I

Seperti halnya uji validitas, uji reliabilitas perlu dilakukan guna mendapatkan data yang reliabel. Dari hasil uji reliabilitas pada soal yang akan diberikan untuk soal evaluasi akhir siklus I maka dapat diketahui apakah soal-

(5)

soal tersebut reliabel atau tidak. Penjabaran mengenai hasil uji reliabilitas dipaparkan pada tebel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Data Hasil Uji Reliabilitas Siklus I SD Negeri 1 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012

Bentuk Instrumen Koefisien Reliabilitas Kategori

Essay 0,918 Reliabilitas Memuaskan

Dengan besar alpha secara keseluruhan mencapai 0,918 maka dapat disimpulkan bahwa soal yang akan dijadikan tes evaluasi tersebut reliabel dengan kategori reliabel memuaskan.

c. Hasil Uji Validitas Soal Siklus II

Uji validitas yang dilakukan pada siklus I tidak berbeda dengan uji validitas pada siklus sebelumnya, namun soal yang akan diujikan berbeda dari siklus I. Jumlah soal yang akan diujikan sebanyak 30 soal pada SD Negeri 1 Karangrejo. Adapun hasil uji validitas pada siklus II disajikan pad tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Data Hasil Uji Validitas Siklus II SD Negeri 1 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Bentuk

Instrumen Item Soal Valid Tidak Valid

Essay 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29, dan 30

12, 20, 22, dan 27

(6)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah soal yang tidak valid berjumlah 4 butir. Dengan demikian ke 4 soal tersebut tidak akan dijadikan soal untuk tes evaluasi akhir siklus II pada SD yang dijadikan tempat penelitian yakni SD Negeri 3 Karangrejo. Soal evaluasi ini akan dijadikan instrumen untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dan diupayakan agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan penerapan model cooperative learning tipe TGT.

d. Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II

Meskipun instrumen yang valid umumnya reliabel, namun pengujian instrumen tetap harus dilakukan (Sugiyono, 2010:174). Oleh karena itu uji reliabilitas perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang reliabel. Hasil dari uji reliabilitas pada siklus II disajikan pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Data Hasil Uji Reliabilitas Siklus II SD Negeri 1 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012

Bentuk Instrumen Koefisien Reliabilitas Kategori

Essay 0,956 Reliabilitas Memuaskan

Dari pemaparan tabel uji reliabilitas di atas maka dapat diketahui bahwa data yang akan dijadikan soal tes evaluasi akhir siklus tergolong reliabel dengan kriteria yang memuaskan dengan koefisien reliabilitas 0,958.

4.4 Analisis Taraf Kesukaran Soal

Berdasarkan pada perhitungan melalui rumus taraf kesukaran soal, maka dapat diketahui pada soal evaluasi siklus I terdapat 13 soal yang masuk dalam kategori sedang dan 17 soal masuk dalam kategori mudah. Sedangkan pada siklus II berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pada soal evaluasi 15 soal tergolong dalam kategori sedang dan 15 soal lainnya tergolong kategori mudah.

(7)

4.5 Pelaksanaan Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2012 sampai 10 Maret 2012 sampai tentang pengenalan pecahan. Pada siklus pertama ini, penulis melaksanakan kegiatan sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), maka perlu dilakukannya persiapan dalam melaksanakan tindakan. Dalam siklus I dilakukan tiga tahap pengajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan I, II,dan III dengan penjabaran sebagai berikut:

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan sebagai panduan dalam mengajar dengan dicermati secara terperinci langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang akan dilakukan dapat berlangsung dengan baik.

2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan digunakan pada siklus I baik dalam pertemuan I, II, dan III. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang terkait mengenai sarana dan prasarana agar tidak menghamat jalannya pembelajaran.

3) Menyiapkan lembar observasi yang akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk mengukur jalannya pembelajaran baik terhadap pendidik maupun peserta didik.

4) Melakukan pengecekan akhir terhadap seluruh sarana dan prasarana yang akan digunakan sebelum memulai pembelajaran pada pertemuan I, II, dan III.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan guru selanjutnya adalah melaksanakan prosedur yang sudah direncanakan yaitu sebagai berikut:

1) Pertemuan I

Pada awal pembelajaran guru sebagai pelaksana dalam mengajar mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengajak siswa untuk berdoa bersama dengan meminta salah satu siswa untuk

(8)

memimpin doa dan mengabsen siswa, setelah itu guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar buah semangka kemudia meminta salah satu siswa untuk membelahnya menjadi dua, dari kegiatan tersebut guru menanyakan mengenai nilai pecahan dari gambar tersebut. Setelah melakukan kegiatan apersepsi, guru menginformasikan materi yang akan dipelajari kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dari pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru memberi penjelasan mengenai materi ajar yaitu arti dari pecahan dan cara penulisan pecahan dengan menggunakan media gambar bangun ruang yang sudah terbagi menjadi beberapa bagian. Melalui gambar tersebut, siswa dituntun untuk menuliskan nilai pecahannnya, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan kembali pembilang dan penyebut beserta ciri-cirinya. Setelah siswa memahami makna dari pecahan maka dilanjutkan dengan pengenalan jenis-jenis pecahan dan cara mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran begitu juga sebaliknya. Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 3 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang, kemudian diinformasikan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan. Bersama dengan siswa, guru menyiapkan ruang kelas dalam kegiatan kelompok dalam bentuk game tournament yang akan diikuti oleh seluruh siswa. Siswa diminta untuk mengambil undian setelah itu mereka memperoleh soal yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok. Setelah selesai mengerjakan tugas yang diperoleh, maka siswa bersama dengan guru membahas hasil jawaban dari soal yang telah dikerjakan. Guru memberikan pengarahan terhadap jawaban-jawaban yang masih kurang tepat. Siswa mendapat reward dari guru, setelah melakukan diskusi bersama mengenai hasil kegiatan kelompok.

Sebagai kegiatan akhir, guru bersama dengan siswa membahas hasil pembelajaran. Guru memberikan pemantapan dengan menanyakan beberapa soal terkait dengan materi ajar secara lisan. Kemudian, guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari dan diakhiri dengan pemberian tindak lanjut oleh guru.

(9)

2) Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pertemuan I dengan kegiatan awal guru mengawali pembelajaran dengan salam, absensi, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Guru melakukan apersepsi dengan membahas pelajaran yang lalu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan mengenai desimal dan cara mengubah pecahan ke dalam bentuk desimal. Sebagai tindakan untuk melibatkan aktifitas siswa, guru memberikan beberapa contoh dan meminta beberapa siswa untuk mengerjakan contoh soal di papan tulis. Setelah itu, guru melanjutkan penjelasan mengenai pecahan dan letaknya pada garis bilangan.

Kegiatan selanjutnya siswa dilatih secara individu untuk membuat garis bilangan kemudian meletakan pecahan dengan urutan yang sesuai.

Untuk menyiapkan kegiatan kelompok, guru membagi kelas ke dalam 3 kelompok, guru membagikan bilangan pecahan ke setiap kelompok kemudian siswa secara berkelompok menggambar garis bilangan dan meletakan bilangan-bilangan tersebut dengan urutan yang sesuai. Setelah selesai, salah satu siswa sebagai perwakilan kelompok menempelkan hasil pekerjaan mereka. Guru meminta setiap siswa untuk mengambil undian yang berisi meja tournament dan menempatkan diri ke meja tournament sesuai dengan nomor yang diperoleh. Siswa diminta mengerjakan soal yang ada pada meja tournament. Setelah setiap siswa telah menyelesaikan tugasnya siswa diminta untuk kembali ke kelompoknya masing-masing dan membahas soal yang telah mereka kerjakan. Guru melakukan bimbingan dan memantau setiap kelompok dan memberikan reward dengan kriteria yang berbeda-beda.

Kegiatan akhir pada pertemuan II siklus I meliputi pembahasan kegiatan hasil dari pembelajaran, dilanjutkan dengan pemberian penguatan yang dilakukan oleh guru. Pemberian penguatan dilakukan dengan menanyakan beberapa soal yang terkait dengan materi ajar. Setelah itu, guru

(10)

membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dan dilanjutkan dengan pemberian tindak lanjut.

3) Pertemuan III

Setelah pertemuan I dan II dilakukan, maka setelah merancang kegiatan pada pertemuan III guru menyiapkan siswa agar siap untuk mngikuti pembelajaran. Diawali dengan pengucapan salam, absensi dan doa bersama, guru menyiapkan kelas agar siap untuk dijadikan tempat belajar. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan membahas pelajaran yang lalu dan membahas tugas rumah. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian informasi dari guru mengenai materi yang akan dipelajari dan penyampaian tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan inti, guru memberikan penjelasan mengenai cara membandingkan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Sebagai kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan kelompok guru memastikan pemahaman siswa mengenai cara menyederhakan pecahan dengan memberikan contoh soal dan meminta beberapa siswa untuk menyelesaikan soal-soal tersebut di papan tulis. Setelah dapat dipastikan bahwa siswa telah dapat menyederhanakan pecahan, guru menyiapkan kelas untuk kegiatan kelompok. Guru membagi kelas ke dalam 3 kelompok, dan menunjuk beberapa siswa untuk berkumpul disalah satu meja tournamet. Beberapa siswa lainnya diminta mengambil undian meja turnament dan selanjutnya siswa diminta menempatkan dirinya ke meja tournament sesuai dengan nomor undian yang diperoleh. Beberapa siswa yang telah ditunjuk oleh guru diminta untuk membuat soal dan dibagikan ke tiap-tiap meja tournament untuk diselesaikan. Setelah selesai masing-masing siswa diminta untuk kembali ke kelompoknya masing-masing dan saling berdiskusi membahas soal yang telah dikerjakan. Guru memantau hasil kerja kelompok dari masing-masing kelompok. Guru memberikan reward kepada kelompok dengan kriteria yang berbeda-beda.

Sebagai kegiatan penutup, guru membahas hasil pembelajaran dengan mengajak siswa berdiskusi tentang materi yang telah dipelajari. Guru memberikan penguatan dengan menanyakan beberapa soal terkait materi ajar

(11)

secara lisan. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran dan diakhiri dengan guru memberikan penguatan.

c. Hasil Tindakan

1) Penilaian Praktik Belajar

Pada siklus I penilaian praktik belajar dilakukan melalui pengamatan yang dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati yaitu sebagai berikut.

a) Pengamatan terhadap siswa

Pada pertemuan I siklus I, pembagian kelompok dapat berjalan dengan baik akan tetapi saat kerja kelompok dimulai masih ada beberapa siswa yang kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok, hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memang jarang digunakan oleh guru. Siswa yang sudah terbentuk dalam 1 tim atau 1 kelompok tidak menjamin dapat membuat semua anggota kelompok dapat aktif tetapi ternyata masih ada siswa yang hanya bergurau saja dan tidak memperhatikan materi yang disampaikan gurunya. Kelompok yang anggota timnya didominasi oleh siswa putra kebanyakan hanya berbicara sendiri-sendiri dan tidak melakukan kerja sama antar tim. Pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru masih banyak yang mengandalkan hasil pekerjaan teman yang dianggap mampu.

Mereka enggan mengerjakan tugas itu karena kurangnya pemahaman akan materi ajar. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan kelompok, hal tersebut dapat tertasi. Dari pertemuan I hingga pertemuan III pada siklus I, lama kelamaan siswa mulai dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Namun pembelajaran Matematika dengan materi pokok pecahan pada Kompetensi Dasar (KD) menjelaskan arti pecahan dan urutannya dengan model pembelajaran kooperatif learning tipe TGT pada siklus I belum menaikan nilai seluruh siswa ketika diberikan tes formatif. Hal tersebut dibuktikan dari 20 soal yang diberikan pada tes formatif ternyata ada 1 siswa yang masih mendapat nilai yang belum tuntas atau belum mencapai KKM dengan standar nilai 60.

Melalui hasil observasi siklus I dapat diketahui keberanian siswa untuk bertanya pada gurunya masih sedikit yaitu sekitar 2 siswa. Kerja sama antar

(12)

anggota dalam satu tim belum tampak. Mereka hanya saling berbicara sendiri dan bergurau. Namun dengan pantauan dan bimbingan dari guru hal tersebut dapat teratasi.

Sarana dan prasarana siswa sudah cukup memadai yakni dibantu dengan media yang telah disiapkan maka menarik minat siswa untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan diberlakukannya tunjuk acak terhadap siswa dalam menyelesaikan soal mendidik siswa untuk selalu siap dan melatih konsetrasi siswa agar tidak memikirkan hal lain selain materi ajar.

Dengan bimbingan dari guru, siswa lebih dapat melakukan tugasnya karena guru selalu memantau perkembangan siswanya. Selain itu pemberian reward juga menumbuhkan sikap untuk saling bersaing secara positif dengan yang lain untuk mendapat poin tertinggi, hal tersebut dapat membuat siswa merasa senang dalam belajar sehingga siswa tidak merasa sangat terbeban dalam belajar. Hasil pengamatan terhadap siswa pada praktik pembelajaran disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7

Data Hasil Observasi Siswa Praktik Pembelajaran Siklus I

No. Skor Hasil Observasi Jumlah

1 1 6 6

2 2 43 86

3 3 77 231

4 4 12 48

Jumlah 138 371

Rata-rata Observasi 2,69

Dari tabel 4.7 yang berisi data hasil observasi siswa dapat diketahui bahwa masih terdapat skor 1 dengan aspek pra pembelajaran dan pada kegiatan inti pada skor penilaian sebanyak 6, sedangkan yang menjadi skor terbanyak yaitu skor 3 dengan jumlah 77 pada aspek keterlibatan siswa yang aktif dalam pembelajaran yang tergambar pada lembar observasi (terlampir).

Jumlah skor di atas berdasarkan jumlah skor keseluruhan dari pertemuan I

(13)

sampai pertemuan III dengan setiap pertemuan dinilai oleh dua observer.

Seperti yang telah dijelaskan di atas masih terdapatnya skor 1 pada lembar observasi siswa dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT jarang diterapkan sehingga siswa belum terbiasa dan pada pertemuan pertama beberapa siswa masih merasa bingung mengenai tugas mereka dalam kelompok karena adanya pembagian tugas yang merata bagi tiap-tiap kelompok dan mengenai game tournament yang masih membuat siswa bingung pada awalnya. Akan tetapi pada pertemuan berikutnya siswa mulai terbiasa sehingga ada peningkatkan dalam penilaian sikap siswa saat pembelajaran berlangsung.

b) Pengamatan Terhadap Guru

Selain dilakukannya pengamatan terhadap sikap siswa, juga diberikan penilaian dari pengamatan terhadap guru yang dituangkan dalam lembar observasi guru. Melalui lembar observasi guru, dapat diketahui keterkaitan antara penguasan guru dengan memadukan model pembelajaran dengan materi ajar yakni pecahan dan bagaimana guru membuat siswa turut aktif dalam proses belajar. Sehingga dapat diketahui adanya keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian apabila ada peningkatkan prestasi belajar siswa dapat dihubungkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peningkatan prestasi belajar siswa melalui proses pembelajaran pada pertemuan I sampai pertemuan III. Hasil observasi guru pada praktik pembelajaran disajikan pada tabel 4.8 sebagai berikut:

(14)

Tabel 4.8

Data Hasil Observasi Guru Praktik Pembelajaran Siklus I

No. Skor Hasil Observasi Jumlah

1 1 1 1

2 2 33 66

3 3 86 258

4 4 36 144

Jumlah 156 469

Rata-rata Observasi 3,01

Dari tabel 4.8 dapat diketahui penilaian hasil observasi terhadap guru saat mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan materi ajar pecahan. Pada tabel dapat diketahui jumlah tiap-tiap skor dari pertemuan I hingga pertemuan III pada siklus I oleh dua observer. Data di atas merupakan data yang telah dijumlah sehingga dapat diketahui jumlah keseluruhan tiap-tiap skor. Pada siklus I penilaian terhadap guru masih terdapat skor 1 sebanyak 1 pada aspek penyampaian apersepsi yang kurang sesuai dengan materi ajar yang diberikan pada pertemuan I. Hal tersebut dikarenakan guru masih merasa canggung saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap materi ajar. Akan tetapi pada pertemuan berikutnya sudah tidak terdapat skor 1, dikarenakan pada akhir pertemuan dilakukan evaluasi bersama antara guru sebagai pengajar dengan peneliti sebagai observer 1 dan guru lainnya sebagai observer 2.

Skor yang paling banyak diberikan yaitu skor 3 sejumlah 86. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan diakhir pertemuan maka observer bersama dengan guru dapat saling berdiskusi dalam membahas kekurangan dan langkah apa yang harus dilakukan dalam pertemuan berikutnya.

Dari data yang diperoleh melalui hasil observasi terhadap siswa maupun guru maka dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

(15)

tipe TGT terhadap pokok bahasan pecahan di kelas IV sudah cukup baik.

Adapun kekurangan atau kendala yang dihadapi akan terus menerus diperbaiki dan dapat dilanjutkan pada siklus II.

2) Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar Matematika pada siklus I diukur melalui tes evaluasi di akhir siklus. Tes formatif di akhir siklus dilakukan setelah dilakukannya pembelajaran melalui pertemuan I hingga pertemuan III. Dari hasil tes evaluasi yang telah dilakukan memberikan hasil adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Akan tetapi masih terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum tuntas.

Ketuntasan nilai siswa pada pokok bahasan mengenal pecahan dan urutannya disajikan pada tabel daftar nilai Matematika (terlampir), dan disajikan pada tabel 4.9 mengenai distribusi frekuensi nilai Matematika, siswa kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun 2011/2012 berikut ini:

Tabel 4. 9

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Siklus I

No. Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

1 55-59 1 8% Tidak Tuntas

2 60-74 0 0% Tuntas

3 75-79 1 8% Tuntas

4 80-84 2 17% Tuntas

5 85-89 2 17% Tuntas

6 90-94 1 8% Tuntas

7 95-100 5 42% Tuntas

Jumlah 12 100%

Nilai Rata-Rata 87,27

Nilai Maksimal 100

Nilai Minimal 55

Dari tabel distribusi frekuensi nilai Matematika pada siswa kelas IV di SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 pada siklus I dapat diketahui adanya peningkatan prestasi belajar dari sebelum dilakukan tindakan

(16)

dengan hasil belajar pada siklus I yang diukur melalui tes evaluasi. Dari ke 12 siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 1 siswa yang mendapat nilai 55 dengan persentase sebesar 8 %, namun 11 siswa lainnya mendapat nilai di atas KKM diantaranya siswa yang mendapat nilai 75-79 sebanyak 1 siswa dengan persentase 8 %, kemudian siswa yang mendapat nilai antara 80- 84 sebanyak 2 siswa dan 85-89 juga sebanyak 2 siswa dengan persentase 17

%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 90 sebanyak 6 siswa dengan nilai tertinggi 100. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum dilakukan tindakan hingga siklus I dilakukan, dengan demikian dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dari pada jumlah siswa yang tidak tuntas. Akan tetapi ketuntasan tersebut belum sesuai dengan indikator kinerja hasil belajar Matematika yang ditentukan oleh peneliti. Belum tercapainya indikator kinerja hasil belajar Matematika menyebabkan perlunya diadakan tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus II dengan memperhatikan hasil dari siklus I dan evaluasi bersama antar guru dan observer. Berdasarkan tabel 4.9, maka nilai hasil pembelajaran Matematika dapat digambarkan pada diagram batang berikut ini:

Gambar 4.1

Diagram Batang Nilai Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Siklus I

0 2 4 6 8 10 12

55-59 60-74 75-79 80-84 85-89 90-94 90-100 1

0

1 2 2

1

5 Jumlah Siswa

(17)

Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui jumlah siswa yang nilainya masih di bawah KKM (KKM = 60) yakni sebanyak 1 orang sedangkan 11 siswa lainnya mendapat nilai di atas KKM. Dengan demikian dapat diketahui adanya peningkatan dari kondisi awal sebelum diberikan siklus hingga siklus I. Berikut disajikan persentase hasil ketuntasan pada siklus I yang digambarkan melalui diagram lingkaran berikut ini:

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Nilai Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Siklus I

Ketuntasan pada siklus I mencapai 92 %. Dengan demikian dapat dilihat dari kondisi sebelum diberikan tindakan dengan kondisi pada siklus I kenaikan persentase mencapai 28,40 %. Pada kondisi pra siklus terdapat 5 siswa yang belum tuntas, dan setelah diberikan tindakan melalui siklus I terjadi kenaikan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas hanya 1 siswa sedangkan 11 siswa lainnya dapat tuntas dengan nilai yang melebihi KKM.

Ketuntasan hasil prestasi belajar siswa pada siklus I dapat menunjukan adanya kesesuain model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap karakteristik siswa karena pembelajaran ini mengkondisikan kelas ke dalam kegiatan game tournament.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan sebagai kegiatan evaluasi dari pertemuan I, II, dan III pada siklus I sehingga dapat dibahas kekurangan dan kendala apa saja yang

92%

8%

TINGKAT KETUNTASAN

TUNTAS TIDAK TUNTAS

(18)

masih dihadapi. Hal tersebut berfungi untuk perencanaan di siklus II sehingga permasalahan-permasalahan tersebut dapat teratasi dengan didiskusikan bersama. Kegiatan refleksi dilakukan dengan membahas hasil anlisis data dari observasi dan nilai yang diperoleh siswa melalui tes evalusai pada siklus I.

Hasil dari refleksi akan dijadikan acuan dalam perbaikan dan perencanaan pada siklus II sehingga indikator kinerja hasil belajar Matematika yang ditentukan oleh peneliti dapat tercapai. Adapun penggambaran Refleksi pada siklus I sebagai berikut:

1) Penilaian Praktik Belajar

Penilaian praktir belajar yang tertuang dalam lembar observasi memberikan bukti dari proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru.

Dari hasil siklus I pada lembar observasi terhadap siswa pertemuan I menunjukkan hasil yang belum mencapai indikator kinerja, yakni masih terdapat skor 1 sebanyak 6 pada aspek keterlibatan siswa secara aktif saat pembelajaran berlangsung dan skor 2 sebanyak 22 pada aspek respon siswa terhadap tugas yang diberikan asih kurang dengan penilaian tergambar pada lembar observasi siswa (terlampir). Hasil tersebut berdasarkan total jumlah nilai skor yang diberikan oleh 2 observer pada pertemuan I siklus I. Hal tersebut dikarenakan siswa kurang terbiasa dengan proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT dan beberapa siswa masih merasa bingung mengenai tugas yang harus mereka kerjakan. Akan tetapi pada pertemuan berikutnya, hasil yang diperoleh melalui observasi terhadap siswa terjadi peningkatan dengan tidak terdapatnya skor 1 dan lebih didominasi dengan pemberian skor 3 baik pada aspek keterlibatan siswa secara aktif saat pembelajaran maupun respon siswa terhadap tugas yang diberikan. Hal tersebut menunjukan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sudah dapat dilaksanakan dengan baik dan akan diperbaiki pada siklus II.

Adapun penilaian hasil observasi terhadap guru sebagai pengajar yang pada pertemuan I masih terdapat skor 1 sebanyak 1 pada aspek penyampaian apersepsi yang kurang sesuai dengan materi ajar dan skor 2 sebanyak 2 pada aspek penguasaan kelas. Meskipun demikian guru dapat mengatasi beberapa

(19)

kendala yang dihadapi seperti memberikan pendekatan kepada siswa yang kurang fokus saat pembelajaran berlangsung, sehingga pada pertemuan berikutnya memberikan hasil yang baik sehingga siklus berikutnya dapat dilanjutkan dengan tidak banyak kekurangan.

2) Hasil Belajar Matematika

Melalui hasil analisis data pada siklus 1 dapat diketahui adanya peningkatan terhadap prestasi belajar siswa pada saat pra siklus hingga siklus I sebesar 28,40 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas berkurang dari 5 siswa menjadi 1 siswa yang nilainya belum tuntas. Dengan proses belajar melalui belajar secara kelompok dapat membuat siswa menajadi lebih nyaman dalam mengerjakan tugas dan saling membantu siswa lainnya.

Secara keseluruhan pembelajaran kooperatif tipe TGT mengalami beberapa kendala pada siklus I sebagai berikut:

1) Kurang terbiasanya siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT karena jarang diterapkan.

2) Kurang sesuainya rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan pengajar dikarenakan pemahaman yang berbeda antara guru dengan peneliti.

3) Beberapa siswa masih takut dalam menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan dan merespon pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I maka perlu diadakan perbaikan di antaranya sebagai berikut.

1) Memberikan penjelasan yang sesuai mengenai proses pembelajaran koopertatif tipe TGT dan kejelasan tugas agar siswa tidak bingung dalam menyelesaikan tuganya.

2) Melakukan evaluasi dengan berdiskusi antara guru kelas dengan peneliti, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

3) Memberikan motivasi pada siswa agar siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.

(20)

4.6 Pelaksanaan Siklus II

Siklus II dilaksanakan melalui 3 pertemuan seperti halnya pada siklus I dengan rincian sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada siklus II, sebelum melakukan pembelajaran maka perlu dipersiapkan hal-hal yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sama halnya dengan siklus I, siklus II dilakukan melalui 3 pertemuan dimana setiap dimana dalam setiap pertemuan dilakukan persiapan yakni meninjau ulang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelumnya. Dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I, maka perencanaan perbaikan yang telah dibuat dikaji ulang dan didiskusikan sehingga pembelajaran pada siklus II dapat terlaksana dengan lebih baik. Adapun persiapan pada siklus II ini meliputi kegiatan mempersiapkan RPP, lembar observasi, dan alat peraga yang akan digunakan serta sarana dan prasarana lainnya yang menunjang pembelajaran. Selain itu dalam setiap pertemuan perlu diadakan refleksi akhir pertemuan yang dilakukan oleh guru serta peneliti selaku observer. Hal ini dimaksudkan agar segala kendala dalam setiap pertemuan dapat didiskusikan guna mendapatkan solusi terkait permasalahan tersebut.

b. Pelaksanaan Tindakan

Setelah perencanaan tersusun dengan baik, maka tindakan selanjutnya adalah melaksanakan prosedur sebagai berikut.

1) Pertemuan I

Pada pertemuan I slikus II, dilakukan setelah perencanaan selesai dilakukan. Setelah semua persiasapan telah seleseai dilakukan maka pada sebelum pertemuan I dilaksanakan guru sebagai pengajar mengkondisikan seluruh siswa untuk dapat mengikuti pelajaran. Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam, melakukan absensi, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan dua bangun datar yang sudah terbagi dan meminta siswa untuk membandingkan bangun mana yang lebih besar. Guru menyampaikan materi

(21)

yang akan diajarkan dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru memberi penjelasan mengenai pecahan yang senilai dengan menggunakan bangun datar. Siswa mendapat pertanyaan secara lisan mengenai pecahan yang senilai untuk memastikan pemahaman siswa.

Kemudian guru menyiapkan siswa dalam kegiatan kelompok dengan membagi kelas ke dalam 3 kelompok. Setiap kelompok mendapatkan soal dengan model mengambil undian yang dilakukan oleh perwakilan kelompok. Setelah siswa menyelesaikan tugas yang diperoleh, guru membimbing siswa dalam membahas soal pada masing-masing kelompok. Guru memberikan motivasi kepada siswa melalui pemberian reward kemasing-masing kelompok dengan kriteria tertentu.

Pada kegiatan penutup, guru memberikan penguatan dengan menanyakan beberapa soal terkait materi ajar secara lisan. Kemudian guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan I siklus II diakhiri dengan pemberian tindak lanjut oleh guru, kepada siswa.

2) Pertemuan II

Setalah pertemuan I pada siklus II telah dilaksanakan dan telah didiskusikan mengenai hasilnya, maka rancangan RPP pertemuan siklus II dikaji ulang untuk melihat aspek-aspek yang belum sesuai agar dapat diperbaiki. Setelah proses perencanaan dilakukan, maka pertemuan II pada siklus II siap dilakukan. Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam, absensi, dan doa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa. Setelah itu, guru melakukan apersepsi dengan membahas pelajaran yang lalu. Kegiatan selanjutnya pada pertemuan II, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti di pertemuan II siklus II diawali dengan penjelasan mengenai cara menentukan pecahan yang sejenis dari pecahan campuran.

Guru mengingatkan kembali mengenai cara mengubah pecahan campuran ke biasa, biasa ke campuran kepada siswa. Setalah itu, guru menyiapkan kelas ke

(22)

dalam kegiatan kelompok, kemudian membagi kelas menjadi 3 kelompok.

Dalam tugas kelompok, siswa harus menuliskan pecahan-pecahan yang senilai dari jenis pecahan yang didapat dengan cara mengambil undian. Guru memberikan point khusus kepada kelompok yang dapat menyelesaikan tugasnya. Setelah siswa dapat menyelesaikan tugasnya, guru membimbing siswa dalam pembahasan tiap soal di tiap-tiap kelompok. Guru memberikan reward kepada setiap kelompok dengan kriteria tertentu.

Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan lisan yang diberikan oleh guru kepada siswa sebagai tindakan penguatan.

Setelah itu, guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dari materi ajar yang telah dipelajari. Sebagai kegiatan yag mengakhiri pembelajaran, guru memberikan tiindak lanjut kepada siswa.

3) Pertemuan III

Pertemuan III pada siklus II memiliki alur yang sama dengan pertemuan I dan II pada siklus II. Dimulai dengan menyiapkan perlengkapan pembelajaran untuk menghindari kendala yang terjadi maka guru bersama dengan peneliti mempersiapkan materi-materi pendukung pembelajaran dengan cermat. Dalam kegiata awal, guru mengawali pembelajaran dengan pengucapan salam, melakukan absensi, dan doa bersama dengan dipimpin salah satu siswa. Guru melakukan apersepsi dengan membahas pelajaran yang lalu dan meminta siswa untuk mengoreksi pekerjaan rumah yang telah dikerjakan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan mengenai cara penulisan pecahan yang paling sederhana dengan menggunakan FPB. Guru memberikan beberapa contoh soal dan meminta beberapa siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis. Setelah siswa dapat menyederhanakan pecahan dengan cara yang tepat, maka guru mengkondisikan siswa ke dalam kegiatan kelompok. Siswa yang telah terbagi dalam kelompok dan telah mendapat tugas diminta untuk mengerjakan tugas di dalam kelompok. Guru melakukan pembahasan bersama dengan siswa dalam membahas soal yang telah dikerjakan. Guru memberikan reward kepada setiap kelompok dengan kriteria tertentu. Pada kegiatan akhir,

(23)

guru memberikan penguatan dan membimbing siswa dalam pembuatan kesimpulan. Setelah itu, kegiatan diakhiri dengan pemberian pemantapan oleh guru kepada siswa.

c. Hasil Tindakan

1) Penilaian Praktik Belajar

Hasil tindakan dalam penilaian praktik belajar diperoleh melalui observasi. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa, dengan demikian dapat diukur kesesuaian antara model pembelajaran, materi ajar, dan karakteristik siswa, serta kemampuan guru dalam mengajarkan materi yang dipadukan dengan model pembelajaran koopertif tipe TGT. Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan pembelajaran yang memiliki model pembelaran dengan mengkonsikan siswa dalam belajar secara berkelompok, hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari sebuah materi sehingga siswa dapat dengan mudah menguasai materi yang dipelajari.

Adapun penilaian yang diberikan kepada siswa dan guru tergambar dalam lembar observasi (terlampir). Berikut ini digambarkan secara terpisah antara hasil penilaian pengamatan terhadap siswa dan guru:

a) Pengamatan terhadap siswa

Keadaan siswa pada Siklus II ini jauh lebih baik lagi. Proses KBM berjalan lebih efektif. Masing-masing anggota dalam satu tim sudah bisa menempatkan posisinya. Kerja sama antar anggota atau antar tim jauh lebih maksimal. Antusias siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan lebih meningkat. Hal ini tampak pada hasil nilai yang meningkat. Dari 20 soal yang diberikan pada tes evaluasi secara keseluruhan siswa mengalami ketuntasan hasil belajar dengan nilai di atas KKM (KKM = 60).

Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya dan kegiatan berbicara sendiri serta bergurau sudah tidak ada lagi. Keadaan lainnya juga mengalami peningkatan, yaitu dengan keberanian siswa untuk bertanya bertambah menjadi 6 anak. Dengan adanya peningkatan perilaku siswa ketika proses pembelajaran berlangsung maka dapat dinilai adanya perubahan yang positif perilaku siswa dan hal ini dapat berdampak pada hasil belajar. Berikut ini hasil

(24)

pengamatan praktik pembelajaran yang disajikan pada tabel 4.10 Data Hasil Observasi Praktik Pembelajaran terhadap siswa:

Tabel 4.10

Data Hasil Observasi Praktik Pembelajaran Siswa Siklus II

No. Skor Hasil Observasi Jumlah

1 1 0 0

2 2 1 2

3 3 34 102

4 4 103 412

Jumlah 138 516

Rata-rata Observasi 3,74

Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui adanya peningkatan dan perubahan perilaku siswa. Skor 1 yang awalnya terdapat pada siklus I, di siklus II sudah tidak diberikan skor 1, hal ini membuktikan bahwa siswa sudah dapat mengikuti pembelajran dengan baik didukung dengan peran guru yang turut aktif. Pada siklus II, melalui hasil observasi dapat diketahui skor 3 dan 4 yang memiliki jumlah paling banyak yang diberikan oleh observer. Pada siklus I pertemuan I siswa masih belum terbiasa, akan tetapi pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dan dapat mengikuti dengan baik jalannnya pembelajaran.

b) Pengamatan terhadap guru

Seperti halnya observasi terhadap siswa, guru pun juga diamati mengenai cara mengajar diantaranya kesesuaian praktik mengajar dengan model pembelajaran yang digunakan terhadap materi ajar. Dalam pengamatan terhadap guru ada beberapa aspek yang harus diperhatikan diantaranya aspek mengenai penyampaian materi ajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru harus cermat dan aktif dalam menjelaskan materi ajar kepada siswa, sehingga apa yang harus diajarkan dapat disampaikan dan dapat sesuai dengan karakteristik peserta didik dan model pembelajaran. Pada siklus II,

(25)

proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar karena guru telah dapat menguasai kelas dan menyesuaikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sehingga siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Berikut ini disajikan hasil observasi praktik pembelajaran terhadap guru pada tabel 4.11 sebai berikut:

Tabel 4.11

Data Hasil Observasi Praktik Pembelajaran Siklus II

No. Skor Hasil Observasi Jumlah

1 1 0 0

2 2 0 0

3 3 24 72

4 4 132 528

Jumlah 156 600

Rata-rata Observasi 3,85

Tabel 4.11 menunjukkan tingkat kemampuan guru yang telah diamati dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Guru telah dapat dengan baik dalam mengajarkan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT karena selain hasil observasi yang menunjukkan adanya sikap yang telah sesuai juga adanya kenaikan nilai. Pada siklus II, setelah dilakukan perhitungan mengenai penilaian praktik mengajar terhadap guru oleh dua observer menunjukkan data yang baik.

Dari data yang telah disajikan pada tabel 4.11 di atas, skor yang paling banyak diberikan adalah skor 4. Hal tersebut membuktikan bahwa, guru telah dapat mengajarkan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan sangat baik, selain itu respon yang diberikan siswa juga sangat baik. Skor 1 dan skor 2 sudah tidak diberikan karena keseuaian antara rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan praktik mengajar sudah sesuai. Selain didukung oleh peranan guru, sarana dan prasarana pembelajaran juga turut memberikan pengaruh yang dihubungkan dengan kenyamanan saat proses belajar berlangsung. Sarana dan prasarana

(26)

pada siklus II ini sudah terpenuhi. Masing-masing siswa sudah siap dengan beberapa sumber buku yang menunjang proses KBM. Peralatan penunjang lainnnya seperti penggaris besar, kapur berwarna dan yang lainnya dari pihak sekolah pun sudah dilengkapi. Dengan demikian siklus II dapat berjalan dengan baik sehingga hasil yang diberikan juga baik.

2) Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo diperoleh melalui tes evaluasi yang diadakan setelah siklus II telah selesai dilaksanakan. Pada siklus II pembelajaran telah dapat berjalan dengan baik yang telah digambarkan pada lembar observasi. Hasil tes evaluasi dari siklus II menunjukan adanya kenaikan prestasi belajar siswa pada Kompetensi Dasar (KD) menyederhanakan berbagai bentuk pecahan. Siswa telah dapat menjalani dan menyelesaikan tes evaluasi dengan baik. Melalui tes evaluasi dapat dinilai tingkat keberhasilan siswa melalui nilai yang diperoleh. Berikut ini disajikan data mengenai hasil belajar siswa pada matapelajaran Matematika dengan materi pokok pecahan pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Siklus II

No. Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

1 55-59 0 0% Tidak Tuntas

2 60-74 0 0% Tuntas

3 75-79 1 8% Tuntas

4 80-84 2 17% Tuntas

5 85-89 1 8% Tuntas

6 90-94 2 17% Tuntas

7 95-100 6 50% Tuntas

Jumlah 12 100%

Nilai Rata-Rata 91,25

Nilai Maksimal 100

Nilai Minimal 75

Mengacu pada tabel 4.12 di atas mengenai data distribusi frekuensi nilai Matematika siswa, dapat dilihat dari 12 yang mendapat nilai 75-79 sebanyak 1

(27)

siswa dengan persentase sebesar 8 %, kemudian rentang nilai 80-84 sebanyak 2 siswa dengan persentase 17 % dan 85-89 sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar 8 % sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 90 sebanyak 8 siswa dengan persentase sebesar 67 %. Dengan demikian dapat diketahui siswa secara keseluruhan mendapat nilai di atas KKM (KKM = 60), hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan siswa engalami ketuntasan belajar.

Berdasarkan tabel 4.12 dapat disajikan nilai Matematika siswa melalui diagram batang berikut:

Gambar 4.3

Diagram Batang Nilai Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Siklus II

Dari gambar diagram batang di atas maka dapat diketahui jumlah siswa yang mendapat nilai terendah adalah 1 siswa dengan persentase sebesar 8 % dan nilai tertinggi dengan rentang nilai 95-100 sebanyak 6 siswa. Dengan demikian melalui tes evaluasi pada siklus II, seluruh siswa kelas IV mengalami ketuntasan belajar dengan standar KKM 60 dengan perolehan nilai paling banyak pada siswa yang mendapat nilai 100, dan nilai antara 80 hingga 99. Ketuntasan belajar siswa kelas IV dengan keseluruhan siswa mengalami ketuntasan hasil belajar digambarkan pada diagram lingkaran berikut ini:

0 2 4 6 8 10 12

55-59 60-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-100

0 0

1

2

1

2

6

Jumlah Siswa

(28)

Gambar 4.4

Diagram Lingkaran Nilai Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 Siklus II

Dari gambar diagram lingkaran di atas, dapat diketahui bahwa keseluruhan siswa mengalami ketuntasan belajar dengan nilai yang sangat baik. Siswa yang mendapat nilai di atas 80 sebanyak 11 siswa sedangkan siswa yang nilainya di bawah 80 hanya 1 siswa. Meskipun demikian nilai terendah tidak berada di bawah KKM (standar KKM = 60) dengan demikian keseluruhan siswa mengalami ketuntasan belajar pada siklus II.

d. Refleksi

Setelah siklus II telah selesai dilaksanakan, maka perlu dilakukan kegiatan refleksi untuk mengetahui perlunya dilakukan siklus selanjutnya atau tidak. Dari pertemuan I, II, dan III pada siklus II telah menggambarkan hasil yang baik sehingga tidak perlu diberikan siklus selanjutnya. Pada siklus II ini ternyata sudah tidak perlu perbaikan-perbaikan lagi, sebab dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini prestasi belajar siswa menjadi meningkat. Berikut dijabarkan secara terperinci refleksi dari hasil observasi dan hasil belajar siswa:

1) Penilaian Praktik Belajar

Hasil penilaian praktik belajar terhadap guru dan siswa telah dijelaskan secara terperinci pada hasil tindakan dengan penjabaran setiap aspeknya pada

100%

0%

TINGKAT KETUNTASAN

TUNTAS TIDAK TUNTAS

(29)

lembar observasi (terlampir). Dengan adanya perubahan sikap dari siswa maupun guru yang tergambar pada lembar observasi dengan perubahan yang positif, maka pembelajaran pada siklus II telah berjalan dengan lancar. Selain itu, hal-hal yang menjadi penghambat jalannya pembelajaran telah dapat di atasi dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik pula. Dari skor 1 sampai 4, skor 3 dan 4 paling banyak diberikan oleh observer saat melakukan observasi terhadap guru mengenai kesesuaian pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Sama halnya dengan pengamatan terhadap guru, pengamatan terhadap siswa juga memperoleh skor yang baik, yakni dengan skor yang paling banyak diberikan adalah skor 4 pada keseluruhan aspek. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah dapat mengikuti jalannya pembelajaran dengan baik.

2) Penilaian Hasil Belajar

Selain dilakukan refleksi terhadap penilaian praktik belajar, refleksi juga dilakukan terhadap penilaian hasil belajar. Pada tes evaluasi di akhir siklus II telah menujukkan hasil yang baik dengan ketuntasan siswa mencapai 100 % yakni seluruh siswa mengalami ketuntasan dalam hasil belajar. Guru telah dapat mengajarkan materi pokok pecahan dengan baik dan siswa juga telah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga hasil yang diperoleh ketika diberikan tes evaluasi guna mengukur kemampuan siswa memberikan hasil yang sangat baik.

Dengan demikian tidak diperlukan penambahan siklus berikutnya, karena secara keseluruhan siswa telah tuntas dan memperoleh hasil yang baik.

Meskipun masih terdapat beberapa kendala tapi hal tersebut dapat di atasi oleh guru karena adanya evaluasi disetiap akhir pertemuan baik di siklus I maupun siklus II. Hasil belajar siswa yang meningkat menunjukkan keberhasilan pembelajaran dengan memadukan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap materi ajar dengan pokok bahasan pecahan.

(30)

4.7 Hasil Analisis Data

Pada hasil analisis data, peneliti membandingkan antara hasil belajar siklus I dan siklus II, selain itu juga dibandingkan mengenai hasil penilaian praktik belajar pada siklus I dan II. Dengan membandingkan hasil pengumpulan data, maka dapat diketahui persentase kenaikan nilai yang diperoleh siswa kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo pada tahun ajaran 2011/2012. Pembahasan hasil observasi dan hasil belajar akan dijelaskan secara terperinci berikut ini:

4.7.1 Hasil Observasi

Hasil observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung diberikan terhadap siswa dan guru. Analisis data pada observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kenaikan atau penurunan beberapa aspek yang terdapat pada lembar observasi. Berikut ini dijelaskan secara terperinci observasi yang dilakukan terhadap siswa dan guru.

a. Siswa

Observasi atau pengamatan terhadap siswa diberikan untuk mengukur sikap siswa selama pembelajaran berlangsung dengan demikian dapat diketahui keseuaian model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan karakteristik peserta didik. Pengkuran dilakukan dengan membandingkan hasil observasi antari siklus I dengan siklus II. Dengan demikian dapat diketahui hasil dari penilaian praktik pembelajaran yang dihubungkan dengan pesserta didik.

Peningkatan hasil penilaian praktik pembelajaran yang diberikan ke setiap item mengenai aspek yang diamati kepada siswa dengan kenaikan persentase total 28,68%. Peningkatan tersebut diikuti dengan peningkatan setiap item yang menunjukkan adanya peningkatan setiap itemnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian dapat diketahui adanya peningkatan sikap yang baik dari sklus I ke siklus II. Setiap aspek yang telah tersusun dalam rencana pembelajaran dijadikan acuan untuk melakukan pengamatan dan hasil dari pengamatan tersebut akan tergambar pada lembar observasi terhadap siswa (terlampir). Dari hasil pengamatan melalui siklus I dan siklus II, maka

(31)

diperoleh hasil yang dapat dibandingkan guna mengukur perubahan yang terjadi. Dengan demikian dapat diketahui apakah terjadi perubahan yang positif dalam arti ada peningkatan mengenai sikap siswa selama pembelajaran atau perubahan yang negatif yakni adanya penurunan yang disebabkan ketidaksesuaian model pembelajaran dengan kondisi siswa. Pada siklus I hingga siklus II, melalui tabel 4.13 dapat diketahui adanya perubahan yang positif, karena kriteria yang diberikan dapat dikatakan amat baik dari yang sebelumnya baik dan bahkan terdapat kriteria penilaian kurang baik yang diberikan oleh observer. Namun kriteria kurang baik tersebut pada siklus II sudah tidak diberikan lagi, hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat menyesuaikan dan model pembelajaran kooperatif juga dapat disesuaikan dengan kondisi siswa.

Dari hasil siklus I hingga siklus II dapat disimpulkan bahwa siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan karena kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan kelompok, sehingga siswa diarahkan untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama di dalam kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kebersamaan pada siswa dan melatih siswa untuk dapat menjadi pemimpin yang memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.

Untuk melihat kesesuaian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kondisi siswa maka perlu dilakukan pengamatan.

Pengamatan yang dilakukan harus dapat menggambarkan cara pengajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan pecahan, oleh karena itu diberikan pengamatan setiap aspek yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap siswa. Dengan memberikan penilaian terhadap sikap siswa saat mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran baik pada kegiatan awal, kegiatan kelompok, maupun akhir dilakukan dengan tujuan untuk melihat kesesuaian model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan karakteristik siswa kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo. Hasil penilaian tersebut dapat dijadikan bahan refleksi apakah model pembelajaran kooperatif sesuai dengan karakteristik perserta didik yang akan berpengaruh pada prestasi belajar,

(32)

karena bagaimanapun juga sebuah model pembelajaran memiliki pengaruh pada proses pembelajaran.

Pengamatan yang dilakukan terhadap siswa, berfungsi untuk mengukur tingkat kesesuaian karakteristik peserta didik, sehingga model pembelajaran yang dipadukan dengan materi ajar dapat membantu siswa dalam menuntaskan hasil belajarnya. Keberhasilan ketuntasan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dari dalam diri siswa tapi juga terpengaruh dengan faktor eksternal. Dalam hal ini yang menjadi faktor eksternal adalah model atau strategi dalam mengajar. Bila model pembelajaran tidak mendukung siswa dalam belajar maka akan berakibat pada prestasi belajar siswa. Pada kondisi pra siklus, pembelajaran yang lebih cenderung menggunakan metode ceramah menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan tidak dapat fokus pada materi ajar karena dirasa kurang menarik. Kondisi tersebut menyebabkan hampir sebagian dari keseluruhan siswa kelas IV tidak mengalami ketuntasan dalam hasil belajarnya. Oleh karena itu, pengamatan terhadap siswa perlu dilakukan untuk mengukur model pembelajaran yang digunakan sesuai atau tidak dengan kondisi siswa kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo. Pada siklus I hingga siklus II, menunjukkan adanya perubahan ke arah positif mengenai sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, yakni dengan adanya peningkatan penilaian yang diberikan oleh obeserver I dan observer II untuk membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dipadukan dengan materi pokok bahasan pecahan guna meningkatkan nilai.

b. Guru

Pengamatan yang diberikan kepada guru bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pengajaran yang dilakukan oleh guru. Pada siklus I dan II telah dilakukan pengamatan kepada guru untuk menilai bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diterapkan dengan sulit atau sebalikanya.

Dari hasil analisis data pada observasi maka dapat diketahui adanya peningkatan yang dialami oleh guru dalam menyampaikan materi ajar yakni sebesar 21,83 % terhadap keseluruhan aspek. Peningkatan tersebut juga diikuti

(33)

dengan peningkatan penilaian di setiep item pada lembar observasi. Dengan demikian pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT tidak terlalu sulit untuk diterapkan dan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Peran guru selama siswa melakukan kegiatan game tournament juga diamati dan diberikan penilaian. Guru diharapkan dapat membimbing siswa dalam kegiatan tersebut sehingga siswa tidak mengalami kesulitan. Adapun penilaian yang diberikan tergambar pada setiap item dalam lembar observasi (terlampir) dan hasil penilaian yang disajikan pada tabel 4.14 di atas menunujukkan adanya peningkatkan penilaian dan perubahan kriteria kearah yang positif. Dengan demikian, pembelajaran pada siklus I hingga siklus II dapat berjalan dengan baik meskipun ada kendala namun hal tersebut telah dapat di atasi. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan setiap pertemuan dari siklus I hingga siklus II

Obeservasi pada guru disesuaikan dengan observasi yang diberikan kepada siswa sehingga terjadi kesinambungan antar aspek dalam lembar observasi. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat menunjang peningkatkan hasil belajar siswa. Karena proses pembelajaran yang menyenangkan dan dapat disesuaikan dengan kondisi siswa dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.

Pada hasil perhitungan penilaian di atas dan telah dijabarkan secara lebih spesifik setiap aspeknya maka dapat disimpulkan adanya peningkatan cara mengajar guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus I ke siklus II. Dihubungkan dengan sikap siswa maka dapat disimpulkan bahwa adanya kesesuaian antara cara mengajar guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan kondisi siswa yang telah digambarkan pada penilaian lembar observasi terhadap siswa.

Dengan adanya keseuaian tersebut dapat dihubungkan dengan hasil belajar siswa. Dengan keseuaian proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik maka hasil yang diberikan juga akan baik.

(34)

4.7.2 Hasil Belajar Matematika

Siklus I membahas sub pokok bahasan pengenalan bilangan pecahan dan operasi penjumlahan serta pengurangan. Saat dilaksanakan pembagian tim berdasarkan prestasi akademiknya, ada beberapa siswa yang bergurau dan lama dalam membentuk timnya. Pada saat siklus I nilainya cukup artinya ada yang tinggi dan ada yang rendah. Dari 12 siswa tingkat kelulusan mencapai 91,67 %, yang artinya ada satu siswa yang tidak lulus sebesar 8,33 %.

Pada Siklus I, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terlihat masih belum efektif. Ini terlihat pada penilaian lembar observasi yang menunjukkan bahwa pada setiap kelompok yang sudah terbentuk, masih ada siswa yang hanya bergurau saja dan tidak memperhatikan materi yang disampaikan gurunya.

Kelompok yang timnya didominasi siswa putra kebanyakan hanya berbicara sendiri-sendiri tidak melakukan kerja sama antar tim. Pada saat pemberian quis, hanya beberapa siswa yang tanggap dan berani memberikan jawaban secara spontan. Kepedulian dan kerja sama antar tim dalam siklus I ini belum tampak. Hal ini dimungkinkan karena anggota tiap tim bukan teman akrab ataupun teman satu bangku.

Pertanyaan yang berkaitan dengan pecahan terutama menyederhanakan dan menyamakan penyebut masih dirasa kurang. Soal permainan Matematika ternyata menggugah semangat kreativitas siswa dalam bekerja sama. Hal ini terlihat dengan banyaknya siswa yang saling bertanya antar anggota dalam satu tim ataupun dengan tim lainnya. Hasil dari tes evaluasi juga menunjukkan kenaikan hasil belajar siswa. Ini dikarenakan sebagian siswa sudah mulai memahami materinya.

Siklus II membahas mengenai pokok bahasan pecahan. Pada saat KBM semua siswa memperhatikan saat guru menerangkan materinya. Pandangan siswa sudah terfokus pada guru. Hal ini terlihat pada konsentrasi siswa yang betul-betul memperhatikan apa yang sedang dijelaskan dan hanya ada segelintir siswa yang masih berbicara dengan anggota satu team, penilaian tersebut tergambar pada lembar observasi (terlampir).

(35)

Soal-soal yang telah diberikan dikerjakan dengan kerja sama yang baik, baik antar anggota satu tim atau dengan tim lainnya. Apabila ada soal yang sulit dan tidak bisa dipecahkan, maka salah satu wakil dari tim langsung menanyakan dengan gurunya. Quis yang diberikan dapat mereka kerjakan dan berebut ingin saling memberikan jawabannya. Pemberian permainan Matematika ini membuat siswa lebih memahami materi pada pecahan.

Dengan demikian dapat dibandingkan antara silkus I dan siklus II dalam hal prestasi belajar siswa untuk dapat dinilai kenaikannnya. Pembelajaran pada siklus I dan siklus II telah berjalan dengan baik. Data mengenai kenaikan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo disajikan pada tabel 4.15 berikut ini:

Tabel 4.13

Persentase Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012

Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Dari tabel di atas dapat dilihat adanya peningkatan prestasi siswa dari sebelum diberikannya tindakan hingga diberikan siklus I dan siklus II.

Peningkatan pada pra siklus hingga ke siklus pertama terjadi hingga 28,40 % dengan jumlah siswa pada pra siklus terdapat 5 siswa yang belum tuntas hasil belajarnya sedangkan pada siklus I jumlah siswa yang tidak tuntas menurun menjadi 1 siswa. Kemudian dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hingga 8,33 % dengan seluruh siswa mengalami ketuntasan dalam hal prestasi belajar. Jika dibandingkan dari kondisi pra siklus hingga siklus II maka terjadi peningkatan sebesar 42 %. Adanya peningkatan nilai menyebabkan siswa kelas IV mengalami ketuntasan belajar secara 100% dengan julam 12 siswa mengalami ketuntasan belajar secara keseluruhan. Peningkatan ketuntasan

Aspek Pra

Siklus Siklus

I Siklus II

Peningkatan Pra Siklus ke Siklus I

Peningkatan Pra Siklus ke Siklus II

Peningkatan Siklus I ke

Siklus II Tuntas 58% 91,67

% 100% 28,40% 42% 8,33%

Tidak

Tuntas 42% 8,33% 0%

(36)

belajar pada konsisi pra siklus hingga siklus II digambarkan dalam diagram batang berikut:

Gambar 4.5

Diagram Batang Tingkat Ketuntasan Nilai Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 4.8 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran pada kondisi pra siklus dengan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 orang menyebabkan nilai rata-rata kelas menurun dan prestasi belajar siswa juga mengalami penurunan. Melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dengan kondisi jumlah siswa kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo yang tidak terlalu banyak menyebabkan kemudahan dalam menguasai kelas. Dari siklus I hingga siklus II dapat diketahui terjadi peningkatan sebesar 8,33% dengan seluruh siswa mengalami ketuntasan belajar.

Meskipun masih terdapat hambatan selama proses belajar mengajar berlangsung, akan tetapi hal tersebut dapat teratasi dengan baik karena telah dilakukan persiapan yang matang sebelum melakukan pembelajaran. Selain itu juga dengan melakukan evaluasi atau refleksi dalam setiap pertemuan sehingga hal-hal yang menjadi hambatan dapat terpikirkan cara penyelesaiannya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif maka

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pra Siklus Siklus I Siklus II 58%

91,67%

100%

42%

8,33%

0%

Tuntas Tidak Tuntas

(37)

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dikarenakan model pembelajan kooperatif ini membantu guru dalam mengajarkan sebuah materi serta dapat sesuai dengan perkembangan karakteristik siswa yaitu dengan model belajar bersama di dalam kelompok dan dengan diberikan permainan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan melalui siklus I dan siklus II diketahui bahwa penerapan model pembelajaran koooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika dengan meberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih sering bertukar pendapat dengan siswa lainnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa IV semester II SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo tahun 2011/2012.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis tentang hubungan antara penerapan skor point dengan kedisiplinan peserta didik di SMP Negeri 2 Jabon

Testimoni sangat diperlukan untuk mendapatkan kesan positif, cara yang bisa digunakan adalah meminta pelanggan untuk melakukan review untuk memberikan pernyataan

Akuisisi Kon generik adalah akuisisi di antara suatu perusahaan atau seseorang dengan 1 (satu) atau lebih perusahaan lain di mana kedua perusahaan tersebut

Saat ini perseroan telah memiliki 12 kontrak senilai US$5,3 miliar atau 7,7 kali lipat dari peroleh perseroan pada tahun 2008 sebesar US$486

Pergerakan harga minyak akan sangat tergantung pada hasil 2 pertemuan penting yang akan terjadi. Pertama, pertemuan G20 di Buenos Aires pada 30 November dan

- JUR SOSBUD - DIKBANGSPES BRIGADIR PRODUK INTEL, 2013 60 YUDHIT AFRIAN PRATAMA BRIGADIR 87041080 BRIG SUBBAGRENMIN PT INTELORGANIK POLRI DIK TUK BA INTELORGANIK POLRI DIK TUK BA

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan

Produk sebagai bahan kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang beredar dan diperdagangkan apabila status kehalalannya dijamin dan dilindungi, dapat memberikan rasa aman