• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN EKSTENSIFIKASI PAJAK DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN KOTA : MONICA MANALU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEGIATAN EKSTENSIFIKASI PAJAK DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN KOTA : MONICA MANALU"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN EKSTENSIFIKASI PAJAK DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR

PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN KOTA

O L E H

NAMA : MONICA MANALU NIM : 132600066

Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(2)

Kristus atas segala Rahmat, Kasih, serta Karunia Roh Kudus-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Kegiatan Ekstensifikasi Pajak dalam Mengoptimalkan Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Kota” .

Laporan Tugas akhir ini penulis persembahkan teristimewa untuk Mama tersayang N.Nababan, seseorang yang sangat berarti dalam hidup penulis.

Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang Mama yang begitu tulus mendidik, membesarkan, dan mendoakan penulis. Dorongan semangat Mama membuat penulis mampu mengikuti setiap proses kehidupan dari pendidikan terendah sampai tahap menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Selesainya penulisan Laporan Tugas akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S,Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi

(3)

4. Bapak Hatta Ridho, S.Sos. MSP, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran yang membangun dan bermanfaat dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh staff Pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah membantu saya dalam segala urusan yang berhubungan dengan administrasi.

6. Seluruh Dosen dan Tenaga Pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

7. Bapak Yan Santoso Purba. SH. MM selaku Kepala Kantor Pajak Pelayanan Pratama Medan Kota.

8. Bapak Hajopan. S.H (Kasubbag Umum KPP Pratama Medan Kota) selaku Supervisor saya beserta Pegawai-Pegawai lainnya Kak Julian(Subag), Bang Berry (Sie.PDI), Bang Johannes (Sie.Ekstensifikasi) yang telah membantu saya baik pemberian data maupun masukan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Bapak Bupati Ir. Nikson Nababan beserta seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang telah memberikan dukungan berupa

(4)

11. Ke-5 saudara laki-laki penulis (Lamhot, Ruben, Nico, Aldo, dan Aldi Manalu) yang menjadi bagian dari semangat penulis.

12. Gereja GKPI Pamen khususnya Pemuda/Pemudi (PP) GKPI Padang Bulan Medan.

13. Seluruh anak pajak stambuk 2013, Tax B 2013, Teman-teman terbaik penulis (Fitri, Mega, Agnes, Desy) serta teman-teman lainnya yang sama- sama merasakan suka dan duka selama 3 tahun menempuh pendidikan di Program Studi Administrasi Perpajakan.

14. Seluruh keluarga yang selalu mendukung dalam doa dan semangat.

15. Serta seluruh individu yang telah ambil bagian dalam mendukung penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas akhir ini mungkin tidak tersebut satu per satu semoga kebaikan dan kemurahan hati saudara Dilimpahi berkat .

Penulisan Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III yang ditempuh penulis untuk meraih gelar Ahli Madya (Amd) pada Program Studi DIII Admisnistrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang

(5)

membangun dari semua pihak demi penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam Laporan Tugas Akhir ini, baik dari segi isi, penulisan, maupun bahasa semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2016

Penulis

(6)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat ... 5

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup... 14

E. Metode Pengumpulan Data ... 15

F. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II : GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota ... 18

B. Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Kota ... 19

C. Wilayah Kerja dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota ... 20

D. Bidang-bidang Kerja KPP Pratama Medan Kota ... 22

E. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ... 25

(7)

C. Petunjuk Kegiatan Ekstensifikasi ... 33 D. Tugas dan Fungsi Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan ... 37 E. Pengawasan Wajib Pajak Baru dan Penyuluhan ... 39

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi ... 42 B. Hasil Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Pengaruhnya dalam

Mengoptimalkan Penerimaan Pajak ... 52 C. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Ekstensifikasi ... 56 D. Upaya-Upaya yang Ditempuh dalam Mensukseskan Kegiatan

Ekstensifikasi ... 58

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ... 60 B. SARAN ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Tabel 2 : Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melaporkan SPT Tahunan ... 53 Tabel 3 : Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 54 Tabel 4 : Target dan Realisasi Penerimaan Seksi Ekstensifikasi ... 55

(9)

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara sedang berkembang yang berupaya melakukan pembangunan nasional semaksimal mungkin. Menurut Waluyo (2013:2) Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spritual. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pajak menjadi sumber dana bagi pembangunan nasional yang digali dari dalam negeri yakni masyarakat Indonesia sendiri. Seiring dengan kegiatan tersebut pajak menjadi fenomena yang selalu berkembang di masyarakat.

Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa dan kini sudah sangat dirasakan bahwa pajak menjadi suatu kebutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dapat dilihat dari makin tingginya target penerimaan negara yang berasal dari pajak, dan untuk tahun 2016 target penerimaan pajak adalah Rp.1.360 triliun dalam target APBN 2016 (Kemenkeu 2015).

(10)

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Secara falsafah Undang-Undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap Warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut Sistem Perpajakan Indonesia.

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan.

Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

Pemerintah Indonesia telah berusaha secara maksimal untuk meningkatkan dan mencapai target pajak yang berguna untuk pembangunan Negara. Namun, saat ini pendapatan pemerintah dari sektor pajak belumlah dioptimalkan sesuai dengan kontribusi yang diharapkan. Menurut Darwin Nasution selaku Direktorat Jendral Pajak mengakui bahwa sampai saat ini jumlah masyarakat yang luput dari pendapatan sebagai Wajib Pajak cukup besar. Selain itu masyarakat yang telah

(11)

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) juga tetap berpotensi untuk tidak membayar pajaknya, orang atau badan usaha yang telat dalam membayar pajaknya khawatir dengan tuntutan hukum dan besarnya denda sehingga Wajib Pajak atau badan usaha yang terlambat membayar tidak melaporkan dirinya. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia tingkat kesadarannya dalam membayar pajak masih rendah, dan keengganan untuk menghindari bayar pajak oleh Wajib Pajak sangat dominan. Berbagai cara dilakukan Wajib Pajak untuk menghindari bayar pajak diantaranya tidak mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak (WP) meskipun sudah mempunyai penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan cenderung bersembunyi dalam melunasi pajaknya. Kondisi seperti inilah sampai sekarang masih saja berjalan dalam masyarakat. Padahal rencana penerimaan APBN dari pajak setiap tahunnya terus meningkat.

Salah satu usaha Direktorat Jenderal Pajak memenuhi penerimaan negara tersebut adalah dengan melakukan Ekstensifikasi di seluruh Indonesia.

Berdasarkan SE-06/PJ.9/2001, ekstensifikasi pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Ditjen Pajak. Pelaksanaan ekstensifikasi pajak adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh Ditjen Pajak dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, selain daripada intensifikasi pajak. Salah satu contoh pelaksanaan ekstensifikasi pajak adalah dengan melakukan sensus pajak. Sensus pajak yang dilaksanakan pada tahun 2012 dapat menambah jumlah NPWP

(12)

sebanyak (2) dua juta (Gustina, 2013). Untuk mensukseskan program Ekstensifikasi tersebut dipandang perlu untuk memberikan pengetahuan tentang hak dan kewajiban pajak. Khususnya kepada orang pribadi agar dapat lebih mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya dengan lebih baik. Contohnya sosialisasi cara mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) maupun kewajiban yang muncul setelah mendapatkan NPWP.

Berdasarkan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai ekstensifikasi oleh Direktorat Jenderal Pajak sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul Tugas Akhir tentang “Kegiatan Ekstensifikasi Pajak dalam Rangka Mengoptimalkan Penerimaan Pajak di KPP Medan Kota”.

(13)

B. Tujuan dan Manfaat

Dalam penyusunan proposal ini tentunya penulis mempunyai maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pemilihan judul ini adalah:

1. Tujuan

1.1 Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstenfisikasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Kota dan pengaruh kegiatan tersebut bagi penerimaan pajak.

1.2 Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

1.3 Untuk mengetahui upaya-upaya yang ditempuh dalam mensukseskan kegiatan ekstensifikasi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Manfaat

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang perpajakan.

b. Memperoleh kesempatan dan pengalaman secara langsung untuk belajar di instansi pemerintah.

(14)

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

a. Merupakan sumbangan pikiran untuk meningkatkan pelayanan.

b. Sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan meningkatkan pendapatan perpajakan.

2.3 Bagi Program diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU a. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang diperoleh mahasiswa

selama masa perkuliahan.

b. Mendapat masukan untuk penyesuaian kurikulum yang berlaku di Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

Definisi Pajak menurut Rochmat Soemitro (Waluyo 2013) menyatakan bahwa, Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

(15)

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Menurut Prof.Dr.P.J.A.Adriani (Waluyo,2013: 2) menyatakan bahwa, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Pengertian pajak menurut Dr.Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong”

menyatakan: “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Dari definisi diatas tidak tampak istilah

“dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang berhubungan dengan kontraprestasi menekankan pada mewujudkan kontraprestasi itu diperlukan pajak. (Waluyo,2013: 3)

Pengertian pajak menurut Mr.Dr. NJ. Feldmann dalam buku De Over Heidsmiddelen Van Indonesia (terjemahan): Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut

(16)

norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum. (Waluyo,2013: 2)

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri- ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut.

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya massih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public invesment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut.

(17)

2.1 Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2.2 Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengukur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan.

Demikian pula terhadap barang mewah.

3. Sistem pemungutan pajak 3.1 Sistem Official Assesment

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang . Ciri-ciri official assesment system adalah sebagai berikut.

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasti.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

(18)

3.2 Sistem Self Assesment

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3.3 Sistem Withholding

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan di bidang perpajakan yaitu antara keseimbangan hak negara dan hak warga Negara pembayar pajak, maka Undang-Undang Perpajakan yaitu Undang-Undang Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan mengakomodir mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak.

4.1 Kewajiban Wajib Pajak

1. Kewajiban Mendaftarkan diri di KPP atau KP2KP yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau melalui e-regristration, yaitu suatu cara pendaftaran NPWP melalui media elektronik on-line (internet).

(19)

a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana yang merupakan tanda pengenal atau identitas bagi setiap Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan. Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak mendaftarkan diri pada KPP, atau KP2KP dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi yang diperlukan, atau dapat pula mendaftarkan diri secara on-line melalui e-regristration.

Orang pribadi yang wajib memiliki NPWP adalah yang telah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Adapun fungsi NPWP adalah:

1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan;

2. Sebagai identitas Wajib Pajak;

3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan;

4. Menjadi persyaratan dalam pelayanan umum, misalnya passpor, kredit bank dan lelang.

b. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

(20)

Bagi Wajib Pajak orang pribadi maupun badan yang telah memiliki NPWP, wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh KPP apabila telah memenuhi persyaratan tertentu. Bagi Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, diwajibkan untuk memungut PPN dari setiap pembeli/pemakai jasanya dengan menerbitkan faktur pajak. PPN yang sudah dipungut, kemudian dilaporkan dalam laporan bulanan (SPT Masa) dan apabila ternyata ada PPN yang harus disetor ke bank atau kantor pos, maka harus disetor terlebih dahulu sebelum dilaporkan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. KPP atau KP2KP akan melakukan penelitian mengenai keberadaan dan kegiatan usaha di tempat usaha Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai PKP tersebut.

2. Kewajiban pembayaran, pemotongan/pemungutan, dan pelaporan Bank

3. Kewajiban dalam hal diperiksa

4. Kewajiban memberi data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak.

4.2 Hak Wajib Pajak adalah:

1) Hak atas kelebihan pembayaran pajak

2) Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan.

(21)

3) Hak untuk mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali 4) Hak-hak Wajib Pajak Lainnya

a. Hak kerahasiaan bagi Wajib Pajak

b. Hak untuk pengangsuran dan penundaan pembayaran c. Hak untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan d. Hak untuk pengurangan PPh Pasal 25

e. Hak untuk pengurangan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) f. Hak untuk pembebasan pajak

g. Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak h. Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah i. Hak untuk mendapatkan intensif perpajakan

5. Subjek dan Objek Pajak

5.1 Subjek pajak adalah pihak – pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan pajak. Subjek Pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh Undang-Undang untuk dikenakan pajak.

5.2 Objek pajak yaitu sesuatu yang dikenakan pajak atau dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak untuk menghitung pajak terutang.

6. Ekstensifikasi Pajak

Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, maupun Wajib Pajak Orang

(22)

Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan. Selain pemberian NPWP kepada Wajib Pajak Orang Pribadi, diberikan pula kepada Wajib Pajak Badan dan Bendaharawan Pemerintah, termasuk juga dalam kegiatan ini adalah Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Pengertian Ekstensifikasi menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Per-35/PJ/2013 tanggal 24 Oktober 2013 tentang Tata Cara Ekstensifikasi, adalah upaya proaktif yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Kegiatan Ekstensifikasi ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

D. Ruang Lingkup

1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan seberapa besar pengaruh kegiatan tersebut terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Mengetahui hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam kegiatan ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3. Mengetahui upaya-upaya yang ditempuh dalam mensukseskan kegiatan ekstensifikasi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

(23)

E. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara (interview)

Penulis melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung dengan petugas yang mengetahui dan memahami objek permasalahan dalam penulisan laporan ini.

2. Pengamatan (observasi)

Penulis melakukan pengamatan langsung di lapangan dengan cara meminta bantuan petugas untuk melibatkan penulis dalam mengamati objek yang dimaksud.

3. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan berbagai data dan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh penulis seperti buku-buku bacaan yang diperlukan, peraturan-peraturan yang terkait atau dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan ekstensifikasi.

(24)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman terhadap penulisan proposal ini, penulis membaginya dalam beberapa bab, dan masing-masing bab mempunyai sub bab yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan serta alasan penulis memilih judul dan sekaligus menguraikan permasalahan yang diangkat.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI

Pada bab ini penulis menguraikan tentang gambaran umum lokasi pelaksanaan riset. Riset dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, meliputi sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Struktur Organisasi, Uraian Tugas, dan Fungsi masing- masing seksi serta Visi Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota tersebut.

(25)

BAB III : GAMBARAN DATA

Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan usaha yang dilakukan oleh petugas ekstensifikasi wajib pajak khususnya di seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menguraikan tentang analisis yang diperoleh , kemudian mengadakan evaluasi

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menyajikan simpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(26)

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

Pada tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota dibentuk dan merupakan pecahan dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/ KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan maka secara hirearkis KPP Medan Kota berada di bawah pembinaan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, maka sejak 6 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan reformasi dan modernisasi birokrasi pada Direktorat Jenderal Wajib Pajak. Saat ini, KPP Pratama Medan Kota berdomisili di Gedung Keuangan Negara Unit I Jl. Diponegoro No. 30A Medan.

(27)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama memiliki tugas untuk melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan nilai (PPN), Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sejak awal tahun 2011 pengelolaan BPHTB telah dialihkan pengelolaannya ke Pemarintah Daerah, dan pada awal tahun 2012 pengelolaan PBB untuk wilayah perkotaan dan pedesaan di Kota Medan juga telah dialihkan ke Pemerintah Daerah Kota Medan dan pengalihan pengelolaan PBB tersebut dilakukan secara nasional secara bertahap sampai tahun 2014.

B. Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Kota

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik good governance pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

(28)

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun visi dan misi terseut adalah sebagai berikut:

a. Visi

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sitem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

b. Misi

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang- undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.”

C. Wilayah Kerja dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KPP Pratama Medan Kota memiliki wilayah kerja di empat kecamatan di Kota Medan, yaitu :

B. Kecamatan Medan Kota;

C. Kecamatan Medan Amplas;

D. Kecamatan Medan Denai;

E. Kecamatan Medan Area;

(29)

Dalam menjalankan tugas, KPP Pratama menjalankan fungsi :

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan;

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;

f. Pelaksanaan ekstesifikasi;

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

k. Pelaksanaan intensifikasi;

l. Pembetulan ketetapan pajak;

m. Pelaksanaan administrasi kantor;

(30)

D. Bidang-bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Adapun tugas dari masing-masing seksi pada KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai baerikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

b. Subbagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Melakukan pengumpulan, pencerian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunandan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dam SIG, serta penyiapan laporan Kinerja.

(31)

d. Seksi Pelayanan

Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, peneimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan sura lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerja sama perpajakan.

e. Seksi Penagihan

Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif,usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Serat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, pemanauan pengendalian intern, pengelolaan resiko, kepatuhan terhadap kode etik dan displin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomedasi persetujuan proses bisnis.

g. Seksi Ektensifikasi Perpajakan

Melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

(32)

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I, II, III,IV)

Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak,analisis Kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.

i. Kelompok Jabatan Fungsional

Terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama Medan Kota. Dalam melaksanakan pekerjaanya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoodinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dengan Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

(33)

E. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota memiliki 91 orang pegawai.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.01/2012 tentang Perubahan Kadua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Medan Kota tediri dari :

a. Sub bagian Umum;

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;

c. Seksi Pelayanan;

d. Seksi Penagihan;

e. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal;

f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

g. Seksi Pengawasan dan konsultasi I;

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II;

i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III;

j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; dan k. Kelompok Jabatan Fungsional.

(34)

Kepala Kantor

Yan Santoso Purba. SH.MM NIP. 1963031131985041002

Ka. SUBBAG UMUM Hajopan, SH.

NIP. 1959091981031003

KASI EKSTENSIFIKAS

I ERNY LINDAWATI MANGUNSONG NIP.

1967111319950320 01

KASI PDI

IKA ROTUA SINURAT NIP.

197212111990312 001

KASI PELAYANAN

Edison Debata Raja Se,SkMM NIP.

197208301998031 001

KASI WASKON I

Agus Salim, S.ME, SI NIP.

1968081719980310 01

KASI WASKON II MANGATUR SIMANJUNTAK NIP.

19730215199803 1002

KASI WASKON III

Alex Kurniawan, ST NIP.

197908272000121 001

KASI WASKON IV

GINTAR GINTING NIP.

197111281998031 002

KASI PEMERIKSAAN

Zulham, SE NIP.

19710323199803 1001

KASI PENAGIHAN

LUSERIA MARYANI TAMPUBOLON NIP.

196006101982102 001

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA AR AR AR AR PELAKSANA PELAKSANA

KELOMPOK FUNGSIONAL

SUPERVISOR I

Wazir Almuhsin, HA, SE,AK, MM

NIP.

SUPERVISOR II

Ebenezer Sitompul, SE.Ak NIP. 197212181999031003

PELAKSANA

(35)

A. Ketentuan Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 182/PMK.03/2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak menetapkan bahwa setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepada Wajib Pajak diberikan NPWP.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-35/PJ/2013 Tentang Tata Cara Ekstensifikasi:

1. Ekstensifikasi adalah upaya proaktif yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

(36)

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

3. Pengusaha Kena Pajak selanjutnya disebut PKP adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

4. Pemberi Kerja adalah perusahaan yang membayar atau terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh Pegawai, termasuk Pengurus, Komisaris, dan Pemegang Saham/Pemilik.

5. Bendaharawan Pemerintah adalah Bendaharawan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah, Lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar Negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.

6. Kantor Pelayanan Pajak selanjutnya disebut KPP adalah KPP yang wilayah kerjanya meliputi lokasi Wajib Pajak atau tempat Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah terdaftar.

7. Lokasi Wajib Pajak adalah tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat usaha Wajib Pajak.

(37)

8. Formulir Pendaftaran dan/atau Formulir Pengukuhan adalah Formulir Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Formulir Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur tata cara pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan PKP.

9. Nomor Pokok Wajib Pajak, selanjutnya disebut NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

10. Daftar Sasaran Ekstensifikasi adalah daftar Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif dan belum mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP yang disusun dari hasil analisis data dan informasi yang dimiliki dan/atau diperoleh KPP.

11. Daftar Nominatif Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai yang selanjutnya disebut Daftar Nominatif adalah daftar yang berisi nama dan identitas Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai yang disusun oleh Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah.

12. Surat Imbauan mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP dan/atau melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP, selanjutnya disebut Surat Imbauan adalah surat yang disampaikan kepada Wajib Pajak yang

(38)

telah memenuhi syarat subjektif dan objektif untuk mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP.

Ekstensifikasi dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan data yang dimiliki dan/atau diperoleh KPP menunjukkan:

a. telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan dan belum mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP; dan/atau

b. sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan belum melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Terhadap Wajib Pajak tersebut KPP membuat Daftar Sasaran Ekstensifikasi.

KPP melakukan ekstensifikasi dengan cara:

a. Mendatangi Wajib Pajak di lokasi Wajib Pajak

Wajib Pajak mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran dan/atau Formulir Pengukuhan dengan jelas, benar, dan lengkap; dan

Melengkapi dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan PKP. Dalam hal Wajib Pajak tidak melakukan atau tidak dapat ditemui, kepada Wajib Pajak diberikan Surat Imbauan.

(39)

b. Melalui pemberi kerja/Bendaharawan Pemerintah

Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah wajib membuat Daftar Nominatif dan menyerahkannya ke KPP tempat Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah terdaftar dengan ketentuan:

1. Memiliki penghasilan di atas PTKP dan belum ber-NPWP (Kelompok I) dan wajib dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur tata cara pendaftaran.

2. Memiliki penghasilan di atas PTKP dan telah ber-NPWP (Kelompok II);

3. Memiliki penghasilan di bawah PTKP (Kelompok III).

Setiap Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai yang tercantum dalam Daftar Nominatif Kelompok I wajib mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran.

c. Mengirimkan surat imbauan kepada Wajib Pajak

Wajib Pajak diberikan Surat Imbauan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2), Wajib Pajak harus memberikan tanggapan paling lama 14 (empat belas) hari sejak Surat Imbauan diterima. Tanggapan bahwa Wajib Pajak telah mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan/atau melaporkan

(40)

usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. Wajib Pajak yang tidak memberikan tanggapan terhadap Wajib Pajak tersebut diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan PKP secara jabatan.

B. Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 No 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999).

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 No 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893).

(41)

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 No 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268).

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-35/PJ/2013 tentang Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan perubahannya.

6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2015 tentang Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Seksi Ekstensifikasi dan penyuluhan.

C. Petunjuk Kegiatan Ekstensifikasi

Surat Edaran Nomor Se-03/PJ/2016 Tentang Petunjuk Kegiatan Ekstensifikasi, Pendaftaran, Pendataan, Penilaian, Dan Kegiatan Pendukung Lainnya Tahun 2016.

Kegiatan persiapan ekstensifikasi meliputi:

a. Pembuatan Peta Potensi Sasaran;

(42)

Peta Potensi Sasaran adalah peta yang menggambarkan lokasi zona di dalam wilayah kerja KPP Pratama yang memiliki potensi pajak.

b. Kegiatan survei lapangan dengan Geo Tagging;

Survei Lapangan adalah kegiatan peninjauan ke lokasi tempat tinggal/kedudukan/usaha/aset Wajib Pajak untuk mengumpulkan data dan informasi lapangan. Sedangkan Geo Tagging adalah salah satu kegiatan pemetaan untuk merekam data lokasi dan data deskriptif dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan/atau Badan serta Objek Pajak PBB, termasuk di dalamnya menambahkan foto lokasi dan/atau foto aset serta data pendukung lainnya

c. Penyandingan data hasil kegiatan survei lapangan dengan data Master File Wajib Pajak (MFWP) dan data lainnya, dan sortasi untuk menentukan data ber-NPWP dan non-NPWP.

Kegiatan persiapan ekstensifikasi dilakukan oleh Satuan Tugas yang ditunjuk oleh Kepala KPP Pratama dengan melibatkan utamanya unsur Seksi Pengawasan dan Konsultasi, Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, Seksi Pengolahan Data dan Informasi, dan KP2KP. Pelaksanaan Ekstensifikasi dilakukan oleh Petugas Ekstensifikasi yang ditunjuk oleh Kepala KPP Pratama dengan surat tugas, meliputi: Account Representative, pelaksana KPP, Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, Kepala KP2KP, dan pelaksana KP2KP

(43)

sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 51/PJ/2013 tanggal 24 Oktober 2013 tentang Tata Cara Ekstensifikasi.

Kegiatan ekstensifikasi, pendaftaran, pendataan, penilaian, dan kegiatan pendukung lainnya di KPP Pratama dapat berupa:

a. Kegiatan ekstensifikasi, pendaftaran, pendataan, dan penilaian:

1. Ekstensifikasi Wajib Pajak, meliputi ekstensifikasi dengan sasaran Wajib Pajak orang pribadi golongan berpendapatan tinggi dan menengah non karyawan serta sektor perdagangan, termasuk melalui pengamatan dan/atau penyisiran lokasi-lokasi potensial;

2. Pendataan objek PBB P3L;

3. Pembentukan peta digital atau pemeliharaan basis data peta digital dan/atau Pendataan/Pemetaan Objek dan/atau Wajib Pajak melalui kegiatan Geo Tagging;

4. Penilaian individu objek PBB P3L dan/atau penilaian untuk mendukung perpajakan;

5. Pembinaan, edukasi, pelayanan, dan penyuluhan kepada Wajib Pajak baru;

6. Pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan;

7. PPN KMS dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan;

(44)

8. Kegiatan koordinasi dengan Kanwil DJP, KPP lain dan/atau KP2KP dalam bentuk diklat, workshop atau rapat koordinasi;

9. Pengiriman dan/atau penyampaian surat imbauan, klarifikasi dan/atau surat lain serta kartu NPWP terkait ekstensifikasi, pendataan dan penilaian;

10. Pengadaan dan pemeliharaan perangkat kegiatan Triple One serta pulsa telepon;

11. Pengadaan produk serta alat survei dan pemetaan untuk menunjang ekstensifikasi, pendaftaran, pendataan, pemetaan dan/atau penilaian;

dan

12. Kegiatan lain terkait ekstensifikasi, pendaftaran, pendataan, dan penilaian.

b. Kegiatan pendukung lainnya, yaitu:

1. Dukungan pengamanan penerimaan;

2. Dukungan koordinasi dengan Instansi, Lembaga, Asosiasi dan Pihak lainnya;

3. Kegiatan lainnya yang menunjang penerimaan perpajakan;

4. Pengadaan produk dan/atau alat pendukung lainnya.

KPP Pratama menyusun rencana kerja kegiatan ekstensifikasi, pendaftaran, pendataan, dan penilaian, untuk kegiatan:

(45)

1. Ekstensifikasi Wajib Pajak, termasuk ekstensifikasi dengan sasaran Wajib Pajak orang pribadi golongan berpendapatan tinggi dan menengah non karyawan serta sektor perdagangan;

2. Pendataan objek PBB P3L dan/atau pembentukan peta digital atau pemeliharaan basis data peta digital;

3. Penilaian Individu objek PBB P3L; dan

4. Penilaian dalam rangka penggalian potensi Pajak Penghasilan dan/atau Pajak Pertambahan Nilai.

Tahapan selanjutnya yang dilakukan KPP Pratama adalah:

1. Menyusun rencana kerja yang ditandatangani Kepala KPP Pratama dan dalam hal terjadi perubahan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan agar dilakukan revisi pada rencana kerja; dan

2. Menyampaikan pemberitahuan rencana kerja beserta lampiran berupa Peta Potensi Sasaran dan Daftar Sasaran Ekstensifikasi (DSE) ke Kanwil DJP untuk diketahui dan digunakan sebagai bahan pengawasan, monitoring dan evaluasi.

D. Tugas dan Fungsi Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-21/PJ/2015 Tentang Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi Seksi Ekstensifikasi Dan Penyuluhan

(46)

1. Ekstensifikasi adalah upaya proaktif yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Pengawasan Wajib Pajak Baru adalah upaya aktif yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mengawasi penghitungan, pembayaran atau penyetoran, dan pelaporan kewajiban perpajakan Wajib Pajak baru.

3. Penyuluhan Perpajakan adalah suatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat, dunia usaha, dan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah.

4. Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan, dan Sektor Lainnya yang selanjutnya disebut Penatausahaan PBB P3 adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pendaftaran dan pengadministrasian objek pajak, penilaian, perhitungan Nilai Jual Objek Pajak, penetapan, dan penagihan.

5. Assignment adalah penugasan pengawasan Wajib Pajak secara sistem sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 15/PJ/2015 tentang Pedoman Penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat JenderaI Pajak.

(47)

Tugas dan fungsi Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan meliputi:

a. Pelaksanaan Ekstensifikasi;

b. Pelaksanaan Pengawasan Wajib Pajak Baru;

c. Pelaksanaan Penyuluhan Perpajakan;

d. Penatausahaan PBB P3; dan

e. Pengawasan kewajiban perpajakan tertentu.

Ekstensifikasi dilakukan berdasarkan data dan/atau keterangan yang dimiIiki/diperoleh Kantor PeIayanan Pajak mencakup kegiatan pengamatan potensi perpajakan, pengumpulan data dan informasi, dan tindak Ianjut atas Wajib Pajak yang beIum diterbitkan NPWP maupun yang beIum dikukuhkan sebagai PKP. Hasil Ekstensifikasi ditindaklanjuti dengan penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan PKP, maka penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan PKP tersebut dilakukan secara jabatan sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

E. Pengawasan Wajib Pajak Baru dan Penyuluhan

Pengawasan Wajib Pajak Baru dilakukan atas Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang terdiri dari Wajib Pajak terdaftar pada tahun berjalan dan Wajib Pajak terdaftar sejak tahun sebelumnya; dan Wajib Pajak yang belum pernah menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dan belum pernah melakukan pembayaran atau penyetoran pajak untuk pertama kali sejak terdaftar, yang sudah

(48)

dikukuhkan sebagai PKP maupun yang belum/tidak dikukuhkan sebagai PKP pada administrasi Direktorat Jenderal Pajak.

Ruang lingkup Pengawasan Wajib Pajak Baru yang dilakukan oleh Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan terdiri dari:

a. Pengawasan kewajiban pelaporan;

b. Pengawasan kewajiban pembayaran atau penyetoran;

c. Permintaan penjelasan atas data dan/atau keterangan;

d. Validasi data;

e. Penerbitan Nota Penghitungan Surat Tagihan Pajak (STP);

f. Penyusunan analisis risiko dalam rangka usulan pemeriksaan;

g. Penerusan Informasi, Data, Laporan, dan Pengaduan (IDLP) hasil pengawasan; dan

h. Penerbitan Nota Penghitungan surat ketetapan pajak (SKP) atas data konkret, atas seluruh kewajiban perpajakan Wajib Pajak baru untuk seluruh jenis pajak.

Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan melakukan Pengawasan Wajib Pajak Baru sesuai ketentuan yang berlaku mengenai pengawasan Wajib Pajak termasuk Pengawasan Pengusaha Kena Pajak, dilakukan sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai Pengawasan Pengusaha Kena Pajak.

(49)

Terhadap Wajib Pajak Baru dilakukan Assignment kepada pelaksana yang ditempatkan pada Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan sesuai pertimbangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama, mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2015. Dalam hal batas waktu Assignment sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 15/PJ/2015 terlewati, Kantor Pelayanan Pajak Pratama melakukan Assignment secara mandiri.

Penyuluhan Perpajakan dilakukan terhadap calon Wajib Pajak dan Wajib Pajak terdaftar sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku mengenai Penyuluhan Perpajakan. Penatausahaan PBB P3 dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat objek pajak terdaftar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku mengenai pengenaan PBB untuk tiap-tiap sektor.

Pengawasan kewajiban perpajakan tertentu merupakan upaya aktif yang dilakukan untuk mengawasi kepatuhan perhitungan, pembayaran, dan pelaporan kewajiban perpajakan Wajib Pajak atas:

c. Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri; dan d. Pajak Penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Pengawasan kewajiban perpajakan dilakukan terhadap seluruh Wajib Pajak terdaftar.

(50)

A. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi

Dalam Surat Edaran DJP Nomor : SE-51/PJ/2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan DJP Nomor PER-35/PJ/2013 Tentang Tata Cara Ekstensifikasi memberikan penjelasan mengenai:

1. Perencanaan ekstensifikasi 2. Pelaksanaan ekstensifikasi

3. Tindak lanjut pelaksanaan ekstensifikasi 4. Pemantauan dan evaluasi ekstensifikasi

Pemilihan cara ekstensifikasi disesuaikan dengan kondisi KPP yakni kondisi geografis, ketersediaan SDM, anggaran, target penambahan NPWP, serta efektifitas dan efisiensi pelaksanaannya. KPP melakukan ekstensifikasi dengan cara melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah.

1. Perencanaan Ekstensifikasi

Tahap perencanaan ekstensifikasi terdiri dari penyusunan DSE dan penyusunan rencana kerja.

1.1 Penyusunan DSE

a. KPP menentukan Wajib Pajak sasaran ekstensifikasi berdasarkan data dan informasi yang dimiliki dan/atau diperoleh melalui:

(51)

1) Data hasil mapping, profiling dan feeding

2) Data yang dimiliki dan/atau diperoleh di tingkat kanwil DJP, dan

3) Data yang dimiliki dan/atau diperoleh di tingkat nasional dari Kantor Pusat DJP.

b. Seksi ekstensifikasi perpajakan menganalisis data yang dimiliki dan/atau diperoleh untuk menentukan Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan belum mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP dan/atau memenuhi kriteria sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan belum melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

c. Seksi ekstensifikasi perpajakan menyandingkan data Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif dengan data Master File Wajib Pajak (MFWP) untuk mengetahui apakah Wajib Pajak tersebut sudah terdaftar. Data Wajib Pajak yang belum terdaftar dituangkan dalam DSE

d. Dalam hal ekstensifikasi dilakukan dengan cara melalui pemberi kerja/bendaharawan pemerintah, penyusunan DSE cukup dengan

(52)

mencantumkan data Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah tanpa melakukan tahapan analisis data.

1.2 Penyusunan Rencana Kerja

a. Kepala KPP menyusun rencana kerja ekstensifikasi yang sekurang- kurangnya memuat:

1) Penentuan prioritas lokasi

2) Jumlah wajib pajak sasaran ekstensifikasi 3) Sarana dan prasarana

4) Sumber dana 5) Jadwal pelaksanaan

b. Kepala KPP menyampaikan usulan rencana kerja ekstensifikasi kepada kanwil DJP untuk memperoleh persetujuan.

c. Kepala kanwil DJP memberikan persetujuan paling lama 2 minggu sejak usulan rencana kerja diterima

2. Pelaksanaan Ekstensifikasi

1. Pelaksanaan esktensifikasi dilakukan oleh seksi ekstensifikasi perpajakan dengan membuat DPE dan/atau DPESI berdasarkan DPE.

2. Dalam hal ekstensifikasi dilakukan dengan cara mendatangi wajib pajak di lokasi wajib pajak.

a. Sebelum melaksanakan ekstensifikasi, petugas ekstensifikasi melakukan koordinasi dengan pihak terkait, antara lain pemerintah

(53)

daerah, perhimpunan penghuni rumah susun, dan pengelola gedung, dan kemudian melakukan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan.

b. Pada saat pelaksanaan ekstensifikasi, petugas ekstensifikasi mendatangi lokasi wajib pajak dan menunjukkan surat tugas dan mengelompokkan wajib pajak dalam kategori sesuai dengan kondisi yang ditemui.

1) Kode kategori 1, untuk wajib pajak/kuasa wajib pajak yang bersedia mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran dan/atau formulir pengukuhan serta melengkapi dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran wajib pajak dan/atau pengukuhan PKP. Petugas ekstensifikasi memberikan Formulir Pendaftaran dan/atau Formulir Pengukuhan kepada Wajib Pajak untuk diisi, ditandatangani, dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan PKP, kemudian melakukan pengamatan potensi pajak di lokasi Wajib Pajak dan menuangkan hasilnya dalam Formulir Pengamatan.

2) Kode kategori 2, untuk Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak yang bersedia mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran dan/atau Formulir Pengukuhan, tetapi tidak melengkapi dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan

(54)

permohonan pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan PKP, tidak bersedia mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran dan/atau Formulir Pengukuhan; atau, tidak dapat ditemui di lokasi saat pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi. Petugas ekstensifikasi akan menyampaikan Surat Imbauan melakukan pengamatan potensi pajak di lokasi Wajib Pajak dan menuangkan hasilnya dalam Formulir Pengamatan.

3) Kode kategori 3, untuk Wajib Pajak dan/atau Lokasi Wajib Pajak yang tidak dapat ditemukan petugas ekstensifikasi melengkapi isian pada DPE sesuai dengan hasil pelaksanaan ekstensifikasi.

c. Wajib Pajak yang belum tercantum dalam DPE dan berdasarkan pengamatan memenuhi syarat untuk dilakukan ekstensifikasi, Wajib Pajak dimaksud terlebih dahulu harus dicantumkan dalam DSE dilakukan sesuai dengan prosedur penyusunan DSE dengan melanjutkan nomor urut Wajib Pajak dari DSE sebelumnya.

3. Dalam hal ekstensifikasi dilakukan melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah, petugas ekstensifikasi melakukan:

a. Koordinasi dengan pihak Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah berupa menyampaikan Surat Permintaan Daftar Nominatif dan

(55)

memberikan penjelasan mengenai prosedur pendaftaran dan menyerahkan Formulir Pendaftaran untuk diisi dan ditandatangani oleh Pengurus Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai yang memiliki penghasilan di atas PTKP tetapi belum ber-NPWP (Daftar Nominatif Kelompok I).

b. Melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan;

c. Meneliti Daftar Nominatif, Formulir Pendaftaran yang telah diisi dan ditandatangani, serta dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Wajib Pajak.

4. Dalam hal ekstensifikasi dilakukan dengan cara mengirimkan Surat Imbauan kepada Wajib Pajak, petugas ekstensifikasi mengirimkan Surat Imbauan kepada Wajib Pajak yang tertera dalam DPESI.

3. Tindak Lanjut Pelaksanaan Ekstensifikasi

Tindak lanjut pelaksanaan ekstensifikasi dilakukan oleh Seksi Ekstensifikasi Perpajakan pada KPP Pratama adalah:

a. Perekaman Formulir Pendaftaran dilakukan dalam hal petugas ekstensifikasi menerima Formulir Pendaftaran yang telah diisi, ditandatangani dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Wajib Pajak ke dalam aplikasi pendaftaran Wajib Pajak. Formulir Pendaftaran yang telah direkam beserta

(56)

kelengkapannya disampaikan kepada Seksi Pelayanan tempat Wajib Pajak terdaftar untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Penyampaian Formulir Pengukuhan dilakukan dalam hal petugas ekstensifikasi menerima Formulir Pengukuhan yang telah diisi, ditandatangani dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pengukuhan PKP. Formulir Pengukuhan beserta kelengkapannya disampaikan kepada Seksi Pelayanan untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Pemantauan tanggapan Surat Imbauan dilakukan dalam hal petugas ekstensifikasi menyampaikan Surat Imbauan kepada Wajib Pajak.

Tanggapan atas Surat Imbauan diterima dari Wajib Pajak paling lama 14 (empat belas) hari sejak Surat imbauan diterima. Wajib Pajak dianggap telah memberikan tanggapan atas Surat Imbauan apabila Wajib Pajak telah mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP dan/atau melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

d. Pembuatan usulan verifikasi atau pemeriksaan dilakukan dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan atas Surat Imbauan. Usulan Wajib Pajak yang akan dilakukan verifikasi atau pemeriksaan disampaikan ke Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

(57)

4. Pemantauan dan Evaluasi Ekstensifikasi

Pemantauan ekstensifikasi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut dilakukan di tingkat KPDJP, Kanwil DJP melalui penyampaian laporan berkala. Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada angka 2 berupa penyampaian Laporan Bulanan Ekstensifikasi Wajib Pajak oleh Kepala KPP kepada Kepala Kanwil DJP atasannya paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dan Penyampaian Laporan Bulanan Ekstensifikasi Wajib Pajak oleh Kepala Kanwil DJP kepada Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya. Penyampaian laporan berkala dilakukan sampai dengan aplikasi ekstensifikasi tersedia.

5. Prosedur Ekstensifikasi

a. Prosedur Penyusunan DSE di KPP

b. Prosedur Pembuatan Rencana Kerja Ekstensifikasi di KPP

c. Prosedur Persetujuan Usulan Rencana Kerja Ekstensifikasi di Kanwil DJP

d. Prosedur Ekstensifikasi dengan cara Mendatangi Wajib Pajak di Lokasi Wajib Pajak

e. Prosedur Ekstensifikasi dengan cara Melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah

f. Prosedur Ekstensifikasi dengan cara Mengirimkan Surat Imbauan kepada Wajib Pajak

(58)

g. Prosedur Tindak Lanjut Pelaksanaan Ekstensifikasi di KPP 6. Bentuk Daftar, Formulir, Rencana Kerja, dan Surat

a. Bentuk Daftar Sasaran Ekstensifikasi yang selanjutnya disebut DSE adalah daftar Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif dan belum mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP yang disusun dari hasil analisis data dan informasi yang dimiliki dan/atau diperoleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

b. Contoh Format Rencana Kerja Ekstensifikasi

c. Contoh Surat Persetujuan Rencana Kerja Ekstensifikasi

d. Bentuk Daftar Penugasan Ekstensifikasi yang selanjutnya disebut DPE adalah daftar Wajib Pajak yang disusun berdasarkan DSE dan dikelompokkan per petugas untuk ekstensifikasi yang dilakukan dengan cara mendatangi Wajib Pajak di lokasi Wajib Pajak dan melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah.

e. Bentuk Daftar Penugasan Ekstensifikasi Surat Imbauan yang selanjutnya disebut DPESI adalah daftar Wajib Pajak yang disusun berdasarkan DSE dan dikelompokkan per petugas untuk ekstensifikasi yang dilakukan dengan cara mengirimkan Surat Imbauan kepada Wajib Pajak

f. Contoh Surat Imbauan mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan/atau melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP, selanjutnya

(59)

disebut Surat Imbauan adalah surat yang disampaikan kepada Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif untuk mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP

g. Contoh Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi h. Bentuk Formulir Pengamatan Kegiatan Ekstensifikasi yang selanjutnya

disebut Formulir Pengamatan adalah formulir yang digunakan untuk melakukan pengamatan pada saat mendatangi Wajib Pajak di lokasi Wajib Pajak.

i. Bentuk Laporan Bulanan Ekstensifikasi KPP

j. Bentuk Laporan Bulanan Ekstensifikasi Kanwil DJP

(60)

B. Hasil Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Pengaruhnya dalam Mengoptimalkan Penerimaan Pajak

Tujuan dari ekstensifikasi Wajib Pajak adalah meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak yang telah terdaftar. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan ekstensifikasi pajak yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota dapat diukur dari:

1. Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar Tabel 1

Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar pada KPP Pratama Medan Kota Tahun Pajak WP OP Terdaftar Keseluruhan WP Baru Terdaftar

2013 119.799 5.355

2014 126.829 6.993

2015 133.755 6.926

Sumber Ekstensifikasi KPP Pratama Medan Kota 2016

Data di atas menunjukkan bahwa perkembangan Wajib Pajak untuk 3 tahun berturut-turut mengalami peningkatan. Hal ini menjadi kepuasan tersendiri bagi pihak KPP dalam menambah jumlah Wajib Pajak sehingga target penerimaan pajak memungkinkan lebih mudah direalisasikan. Data tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja seksi ekstensifikasi dan penyuluhan dalam menjaring Wajib Pajak Baru cukup baik karena pertumbuhan WP Baru yang meningkat tiap tahunnya. Hasil kegiatan ekstensifikasi ini

(61)

tentunya memberikan kontribusi yang baik terhadap pertumbuhan jumlah WP.

2. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melaporkan SPT Tahunan OP

Tabel 2

Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melaporkan SPT Tahunan Tahun Pajak WP OP yang Melaporkan SPT Tahunan

2013 30.378

2014 31.048

2015 36.822

Sumber Ekstensifikasi KPP Pratama Medan Kota 2016

Dilihat dari perbandingan Wajib Pajak terdaftar pada Tabel 1 dengan jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan pada Tabel 2 sangat jauh dari apa yang diharapkan. Data tersebut menunjukkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dalam melaporkan SPT sangat kurang. Untuk tahun 2013 Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan hanya 25,35 % dari jumlah WP terdaftar keseluruhan. Tahun 2014 sebanyak 24,48% dalam arti mengalami sedikit penurunan, dan untuk tahun 2015 sebanyak 27,52 % . Jadi bisa disimpulkan keberhasilan Petugas ekstensifikasi dalam menjaring WP Baru sebanyak-banyaknya, apabila tidak didasari oleh kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

(62)

perpajakannya akan mengurangi nilai kinerja petugas ekstensifikasi yang nantinya akan mempengaruhi target penerimaan pajak yang telah ditargetkan. Untuk itu diharapkan kinerja petugas yang lebih serius untuk memberikan upaya-upaya yang dapat meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak.

3. Penerimaan Pajak Penghasilan OP Keseluruhan

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah Wajib Pajak terdaftar, tujuan akhir dari kegiatan ekstensifikasi adalah peningkatan penerimaan pajak.

Oleh karena itu, perubahan jumlah Wajib Pajak terdaftar seharusnya diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak.

Tabel 3

Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Tahun Pajak Jumlah Penerimaan PPh OP

2013 50.284.477.133

2014 43.473.070.898

2015 94.313.728.776

Sumber PDI KPP Pratama Medan Kota 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penerimaan pajak pada KPP Pratama Medan Kota mengalami kenaikan yang cukup baik di tahun 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sempat mengalami ketidakstabilan penerimaan.

Referensi

Dokumen terkait

“Bagaimana membuat suatu bentu k game untuk menunjang cara befikir anak-anak serta sebagai sarana pembelajaran menggunakan bahasa pemrograman AS2?”. 1.4

PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN MENDONG (Fimbristylis globulosa) TERHADAP TINGKAT.. KESEJAHTERAAN PETANI MENDONG DI KECAMATAN MANONJAYA

Vehicle backover injuries and deaths occur when someone, without a driver’s knowledge or awareness, is positioned behind a vehicle as the driver is backing out of a driveway or

Untuk memperoleh marjin yang lebih baik dan memperluas pangsa pasarnya, perseroan menempuh beberapa strategi; 1) membentuk kerjasama operasi (KsO) dengan perusahaan

Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 13 Tahun

Penentuan nilai pakai aset tak berwujud membutuhkan estimasi arus kas yang diharapkan akan dihasilkan dari pemakaian berkelanjutan dan pelepasan akhir atas aset tersebut

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W12, 2011 ISPRS Calgary 2011 Workshop, 29-31 August 2011,

Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat