• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAMN PROBLEM SOLVING BERBASIS DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI USAHA DAN ENERGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAMN PROBLEM SOLVING BERBASIS DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI USAHA DAN ENERGI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAMN PROBLEM SOLVING BERBASIS DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI

USAHA DAN ENERGI

Bibiana Bota1*, Paulina Nelce Mole1, Agustina Elizabeth1

1Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa NipaMaumere

Jln. Kesehatan No.3.Maumere 8611-Nusa Tenggara Timur

*E-mail: bibianabotahaba@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Problem solving dan yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan bentuk desain nonequivalent control group design.Dengan pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling, yakni sampling jenuh.sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tes dan observasi.Tes berbentuk essay yang terdiri dari 20 butir soal. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) rata-rata akhir hasil belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Problem solving sebesar 77,14; 2) rata-rata akhir hasil belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model ekspositori sebesar 67,26; 3) Hasil analisis uji hipotesis menggunakan uji independent sample t-test diperoleh tHitung sebesar 4,306 dan nilai ttabel sebesar 2,021 sehingga thitung> ttabel yang menunjukan bahwa H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar peserta didik secara signifikan pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol.

Kata kunci :hasil belajar, model pembelajaran problem solving, usaha dan energi.

(2)

PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan tidak terlepas dari kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2015)

Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa.

Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkontruksi dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya dan berupaya keras mewujudkan ide- idenya (Permendikbud 81A, 2013). Proses belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar fisika. Sehingga semua usaha Guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong siswa agar mampu mempelajari fisika sendiri (Suparno, 2013). Pembelajaran fisika hendaknya diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, dan dapat memotivasi siswa untuk berpartisipsi aktif, sehingga dapat membangun pengetahuan pada siswa.

Ketidaktahuan mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan kurang tertarik pada pelajaran fisika. Selain itu, peserta didik juga kurang bisa memahami

permasalahan dalam fisika dan menerapkannya ke dalam rumus (Leli, 2016:5).Berdasarkan hasil Pengamatan selama Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Swasta Katholik St. Gabriel Maumere pada Semester Ganjil Tahun pelajaran 2017/2018, penulis menemukan bahwa masih banyak hasil belajar peserta didik dibawah KKM seperti pada hasil ujian semester ganjil nilai tertinggi 76 dan nilai terendah 35, hal ini terjadi karena peserta didik tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga peserta didik selalu menerima pengetahuan atau informasi langsung dari guru yang membuat peserta didik cenderung diam dan tidak mengungkapkan ide-ide yang dimiliki.

Untuk meningkatkan hasil belajar dan melibatkan peserta didik agar aktif dalam proses pembelajaran dan membuat agar fisika bukan materi yang sulit tetapi menyenangkan penulis mencoba menggunakan model pembelajaran problem solving berbasis demonstrasi agar peserta didik tidak terpaku dengan rumus-rumus tetapi dilibatkan langsung dalam permasalahan untuk meningkatkan pengetahuannya secara mandiri dengan begitu peserta didik lebih memahami proses pembelajaran tersebut.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan oleh peneliti adalah quasi experiment (eksperimen semu).

Bentuk desain dari quasi experiment yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design.

Desain ini digunakan karena kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2017 : 116).

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIA SMA Swasta Katolik St. Gabriel Maumere Tahun

(3)

Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 42 peserta didik. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik nonprobability sampling, yakni sampling jenuh. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kelas MIA 1 yang berjumlah 21 peseserta didik sebagai kelas eksperimen dan kelas MIA 2 yang berjumlah 21 peserta didik sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan teknik tes dan non tes.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes yaitu tes tertulis. Ada dua macam tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan post test sedangkan teknik non tes berupa berupa dokumentasi dan observasi.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu analisis instrumen yang meliputi uji validitas dan uji reabilitas instrumen, uji normalitas, uji gain, dan uji hipotesisis.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMAS Katolik St. Gabriel Maumere pada tanggal 26 mei sampai 6 juni 2018di kelas X MIA dengan pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling, yakni sampling jenuh. Diperoleh kelas eksperimen adalah kelas X MIA1 dengan jumlah peserta didik 21 orang , dan kelas kontrol adalah kelas X MIA2 dengan jumlah peserta didik 21 orang. Kelas X MIA1 sebagai kelas eksperimen dalam pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran Problem Solving dan kelas X MIA2 sebagai kelas kontrol dalam pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada pertemuan pertama kedua kelas diberikan tes awal setelah itu kedua kelas diberikan perlakuan dengan pembahasan materi yang pertama tentang usaha, kedua tentang energi kinetik dan energi potensial, ketiga tentang

hubungan usaha dan energi, dan yang keempat tentang hukum kekekalan energi mekanik. Pada pertemuan terakhir kedua kelas diberikan tes akhir setelah diberikan perlakuan.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran problem solving dan yang menggunakan model pembelajaran ekspositori, maka diajukan uji hipotesis sebagai berikut.

H0 : Tidak ada perbedaan peningkatan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran problem solving dan yang menggunakan model pembelajaran ekspositori (1=2).

H1 : Ada perbedaan peningkatan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran problem solving dan yang menggunakan model pembelajaran ekspositori (12).

Hasil analisis uji hipotesis menggunakan uji independent sample t-test diperoleh tHitung sebesar 4,306 dan nilai ttabel sebesar 2,021 sehingga thitung> ttabel yang menunjukan bahwa H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar peserta didik secara signifikan pada kelas

eksperimen dan pada kelas kontrol.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji gain ada peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol sehingga berpengaruh pada hipotesis. pengujian hipotesis dengan uji-t terhadap data pos test kelompok kontrol dan eksperimen menunjukan bahwa ada perbedaan hasil belajar peserta didik pada materi usaha dan energi setelah diterapkan model pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen dan model pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol. Pengujian hipotesis dengan taraf kepercayaan 5%

dengan perolehan hasil (4,306 > 2,021)

(4)

menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar setelah kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan yang berbeda.

1. Pengaruh model pembelajaran problem solving terhadap hasil belajar peserta didik.

Menurut Hamalik (2008) hasil belajar ialah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

a. Aspek pengetahuan

Penerapam model pembelajaran problem solving dikelas eksperimen dan model pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol, peserta didik diberi pos test untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil analisis deskriptif post tets untuk kelompok yang diberikan model pembelajaran problem solving menunjukan peningkatan yang lebih tinggi daripada kelompok dengan model pembelajaran ekspositori. Peningkatan ini dimungkinkan dengan pembelajaran problem solving yang lebih variatif.

b. Aspek sikap

Hasil observasi nilai sikap peserta didik pada kelas eksperimen megalami peningkatan setiap pertemuan dengan nilai rata-rata adalah 84,82 sedangkan pada kelas kontrol dengan nilai rata-rata 78,77. Dari hasil dapat dikatakan bahwa secara rata-rata hasil belajar sikap peserta didik yang dibelajarkan dengan model problem solving lebih tinggi daripada peserta didik yang

dibelajarkan dengan model

ekspositori.Peningkatan nilai sikap ini terjadi karena peserta didik terlibat secara langsung dalam pembelajaran, dimana peserta didik antusias dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

c. Aspek keterampilan

Berdasarkan hasil observasi nilai pada aspek keterampilan kelas eksperimen lebih tinggi dengan rata-rata 80,65 dan selalu meningkat pada setiap pertemuan sedangkan pada kelas kontrol dengan rata-rata 72,42.

Perbedaan hasil belajar pada aspek keterampilan disebabkan adanya penerapan model pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen dimana peserta didik menjadi terampil dalam memecahkan masalah yang diberikan dan mengambil kesimpulan akhir. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga membuat peserta didik bosan dan berdampak pada nilai atau hasil belajar yang diperoleh.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan peningkatan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran problem solving dan yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. perbedaan peningkatan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran ekspositori pada materi usaha dan energi kelas X MIA SMAS Katholik St. Gabriel Maumere.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Abdullah Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

(5)

Agus Suprijono. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Gramedia pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Reneka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Aris, Shoimin. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Depdiknas. (2008). Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Enda A.T. and Diana R. 2015 “Pengaruh Metode Praktikum Berbasis PBL Terhadap Kemampuan

Argumentasi Tertulis Siswa Pada Materi Interaksi” EDUSAINS.

Volume 7 Nomor 02 Tahun 2015.

Giancoli, C. Douglas. 2001. Fisika. Jakarta:

Erlangga.

Gunawan, Muhammad. 2013. Statistik Untuk Penelitian Pendidikan.

Yogyakarta: Parama Publishing.

Cetakan pertama.

Halliday, D. and Resnick,R. 1992. Fisika.

Jakarta: Erlangga.

Hamalik Oemar. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumu Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung : Pustaka Setia.

Jewet, S. 2004. Physics for Scientist and Engineers. Pomona: California State Polytechnic University.

Kunandar. 2015. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembbelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Ni Nyoman. A. S, Frieda. N, and I Wayan.

R. 2017 “Komparasi Penggunaan Model Problem Solving dengan Model Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar”. Wahana Matematika dan Sains : Jurnal Matematika Sains, dan

Pembelajarannya. Vol.11 No.1 April, 2017, 1.

Paul, Suparno. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar.

Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Sanjaya, Wina.2011. Model – Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2010. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian.

Bandung : CV. ALFABETA.

Sugiyono .2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA,cv.

Sutrisno. “Fisika dan Pembelajarannya”.

Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(6)

Universitas Pendididkan Indonesia. 2006

Wina Sanjaya .2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan .Jakarta. Kencana

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan mengapung tetrasiklin yang dapat bertahan di lambung dengan menggunakan cangkang kapsul alginat yang ditambahkan

Berdasarkan interpretasi yang didapat dari simulasi numerik menunjukkan bahwa program kesadaran membantu untuk mengurangi penyebaran penyakit campak dengan melakukan

Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Matriks EFE ( External Factors Evaluation ), Analisis Matriks IFE ( Internal Factors

[r]

Validasi ulangan harian oleh ahli dan guru, dilakukan oleh ahli dan guru matematika kelas VII D terdiri beberapa aspek meliputi penyebaran materi yang diujikan,

Ketika masyarakat di Kelurahan Mangunharjo memutuskan untuk menggeluti mata pencaharian tertentu, baik pada saat tetap bertahan sebagai petani tambak maupun ketika memutuskan

Amok adalah suatu keadaan yang dapat timbul secara mendadak atau didahului tindakan ritualistik atau meditasi pada seseorang (biasanya pria), yang masuk dalam