SKRIPSI
Oleh :
ERLIKA ATMITA SINURAT 170100172
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :
ERLIKA ATMITA SINURAT 170100172
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Terhadap Radioterapi Sebagai Salah Satu Modalitas Dalam Pengobatan Kanker”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Kedokteran untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2. dr. M. Fauzi Siregar, Sp. Onk. Rad. selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan banyak waktu dalam memberikan ilmu, bimbingan, semangat dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
3. Dr. rer. medic, dr. M. Ichwan, M.Sc selaku ketua penguji dan dr. Dedy Dwi Putra, Sp. Rad selaku anggota penguji yang telah memberikan nasihat dan saran yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik– baiknya.
4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi Adil Sinurat dan Senjayati yang telah banyak memberikan dorongan moril, doa, dan materil dalam penyusunan skripsi ini.
6. Teman–teman sejawat dan seperjuangan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan motivasi, semangat, dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
kritik dari pembaca sangat diharapkan sebagai masukan penulisan selanjutnya.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.
Medan, Desember 2020
( Erlika Atmita Sinurat)
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi... iv
Daftar Gambar ... vii
Daftar Tabel ... viii
Daftar Singkatan... ix
Abstrak ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum. ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus. ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Bagi Peneliti ... 3
1.4.2 Bagi Pendidikan Bidang Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan ... 4
1.4.3 Bagi Masyarakat ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Kanker ... 5
2.1.1 Pengertian Kanker ... 5
2.1.2 Etiologi Kanker ... 5
2.1.6 Tatalaksana Kanker ... 12
2.2 Radioterapi ... 13
2.2.1 Pengertian Radioterapi ... 13
2.2.2 Tujuan Radioterapi ... 13
2.2.3 Satuan Pengukuran Radioterapi ... 14
2.2.4 Jenis-Jenis Radioterapi ... 14
2.2.5 Efek Samping Radioterapi ... 18
2.3 Pengetahuan ... 19
2.3.1 Pengertian Pengetahuan... 20
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ... 20
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 21
2.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan ... 23
2.4 Kerangka Teori ... 24
2.5 Kerangka Konsep ... 25
BAB III. METODE PENELITIAN... 26
3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2.1 Lokasi penelitian ... 26
3.2.2 Waktu penelitian ... 26
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 26
3.3.1 Populasi ... 26
3.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 28
3.6 Defenisi Operasional ... 29
3.7 Jadwal Penelitian ... 30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32
4.2 Hasil Penelitian ... 32
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 32
4.2.2 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Angkatan ... 33
4.3 Pembahasan ... 38
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
5.1 Kesimpulan ... 40
5.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN ... 45
2.1 Kerangka Teori Penelitian ... … 24 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 25 4.1 Diagram Karateristik Responden Berdasarkan Tahun
Angkatan ... 32 4.2 Diagram Karateristik Responden Berdasarkan Usia .. 33 4.3 Diagram Karateristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ... 34 4.4 Diagram Karateristik Responden Berdasarkan Sumber
Informasi ... 34 4.5 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap
Pengertian Radioterapi ... 35 4.6 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap
Peranan Radioterapi ... 36 4.7 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap
Efek Samping ... 37
4.1 Jadwal Penelitian ... 30 4.2 Rancangan Anggaran Dana Penelitian ... 31
FK = Fakultas Kedokteran
GLOBOCAN = Global Cancer Observatory
Gr = Gray
HBV = Hepatitis B Virus
HPV = Human Papilloma Virus
IGRT = Imaged Guided Radiotherapy
IMRT = Intensitas Modulated Radiotherapy KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia
MRI = Magnetic Resonance Imaging
Rad = Radiation Absorbed Dose
RIHD = Radioation Induced Heart Disease SBRT = Stereotactic Body Radiation Therapy
SRS = Stereotactic Radiosurgery
SRT = Stereotactic Radiotherapy
USU = Universitas Sumatera Utara
UV = Ultraviolet
WHO = World Health Organization
parah, hingga kesehatan keseluruhan penderita. Pengobatan kanker yang paling sering adalah operasi, radioterapi, kemoterapi. Radioterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan radiasi pengion yang diarahkan ke tumor dan mengakibatkan kerusakan sel tumor tersebut.
Dokter umum sebagai garda terdepan diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahui pengobatan kanker yang benar dan mau melakukan pengobatan kanker secara dini. Oleh karena itu, dilakukan penelitian gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap radoterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap radioterapi sebagai salah satu modalitas pengobatan kanker pada suatu waktu tertentu. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner.Hasil. Berdasarkan data, diperoleh tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap pengertian radioterapi berpengetahuan baik dengan stambuk 2017 sebanyak 64 orang (84,2%), stambuk 2018 sebanyak 42 orang (64,6%), stambuk 2019 sebanyak 34 orang (82,9%). Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap peranan radioterapi berpengetahuan baik dengan stambuk 2017 sebanyak 42 orang (55,3%), stambuk 2018 sebanyak 47 orang (72.3%), stambuk 2019 sebanyak 24 orang (58,5%). Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap efek samping radioterapi pada stambuk 2017 sebanyak 33 orang (43,4%), stambuk 2019 sebanyak 15 orang (36,6%) berpengetahuan baik.
Namun stambuk 2018 sebanyak 29 orang (44,6%) berpengetahuan cukup.Kesimpulan. Tingkat perngetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2017, 2018, 2019 terhadap pengertian dan peranan radioterapi tergolong baik. Kemudian tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2017, 2019 terhadap efek samping radioterapi tergolong baik, namun stambuk 2018 tergolong cukup.
Kata kunci: pengetahuan, radioterapi, kanker.
treatments are surgery, radiotherapy, chemotherapy. Radiotherapy is a cancer treatment using ionizing radiation that is directed at the tumor and causes damage to the tumor cells. General practitioners as the frontline are expected to be able to provide understanding to the public so that people know the right cancer treatment and want to treat cancer early. Therefore, this research was conducted to describe the knowledge level of college students of Faculty of Medicine, North Sumatera University on radiotherapy as a modality in cancer treatment. Purpose:The purpose of this study was to describe the knowledge level of college students of Faculty of Medicine, North Sumatera University on radiotherapy as a modality in cancer treatment. Methods: This research used a descriptive research method with a cross sectional study design. This study describes the knowledge level of college students of Faculty of Medicine, North Sumatera University on radiotherapy as a cancer treatment modality at a certain time. Data collection using a questionnaire. Results:Based on the data, it was obtained that the level of knowledge of college students of Faculty of Medicine, North Sumatera University on the meaning of radiotherapy was good with 64 people (84.2%) in 2017, 42 people (64.6%) in 2018, 34 people (82.9%) in 2019. The level of knowledge of college students of Faculty of Medicine, North Sumatera University on the role of radiotherapy was good with 42 people (55.3%) in 2017, 47 people in 2018 (72.3%), 24 people (58.5%) in 2019. The level of knowledge of college students of Faculty of Medicine, North Sumatera University on the side effects of radiotherapy in 2017 was 33 people (43.4%), 15 people (36.6%) had good knowledge in 2019. However, in 2018 with 29 people (44.6%) were knowledgeable enough.Conclusion. The level of knowledge of college students of Faculty of Medicine, North Sumatera University in 2017, 2018, 2019 regarding the meaning and role of radiotherapy is classified as good. Then the level of knowledge of USU FK students in 2017, 2019 on the side effects of radiotherapy was classified as good, but in 2018 it was enough
Keyword: knowledge, radiotherapy, cancer.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian yang tinggi didunia. Menurut WHO (2017) kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain . Sel abnormal ini kemudian membentuk klon dan berproliferasi secara abnormal, dengan mengabaikan sinyal pengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut (Brunner
& Suddarth, 2002). Istilah umum lain yang biasanya digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma.
Berdasarkan data WHO, kanker adalah penyebab utama kedua kematian secara global, diperkirakan sekitar 9,6 juta kematian, atau sekitar satu dari enam kematian pada tahun 2018. Jenis kanker yang paling umum pada pria adalah kanker paru-paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati, sedangkan jenis kanker yang paling umum pada wanita adalah kanker payudara, paru- paru, kolorektal, serviks, dan tiroid. Prevalensi penyakit kanker terjadi 1 per 1000 orang di dunia. Pada tahun 2018, jumlah kasus baru penyakit kanker adalah 18 juta kasus (GLOBOCAN, 2018). Penyakit kanker yang paling sering dijumpai adalah kanker paru-paru (11,6%), kanker payudara (11,6%), kanker kolorektal (10,2%), kanker prostat (7,1%), kanker lambung (5,7%), kanker hati (4,7%), kanker kerongkongan (3,2%), kanker serviks (3,2 %).
Di Negara Indonesia, terdapat 348.809 kasus baru penyakit kanker pada tahun 2018. Dengan jumlah penyakit kanker yang paling sering dijumpai pada pria adalah kanker paru-paru (14%), kanker kolorektal (11,9%), kanker hati (8,9%), kanker nasofaring (8,7%), kanker prostat (7,1%), sedangkan jumlah penyakit kanker paling serin dijumpai pada wanita adalah kanker payudara (30,9%), kanker serviks (17,2%), kanker ovarium (7,1%), kanker kolorektal (5,8%), kanker tiroid (4,2%) (GLOBOCAN, 2018).
Tingginya kasus baru penyakit kanker tersebut berkaitan erat dengan faktor resiko yang seharusnya dapat dicegah seperti indeks massa tubuh tinggi, kurang konsumsi buah dan sayur, kurang aktivitas fisik, penggunaan rokok, dan konsumsi alkohol berlebihan. Namun ada juga beberapa faktor resiko lain yang berperan seperti paparan sinar ultraviolet, paparan bahan bahan kimiawi seperti formalin, dan infeksi virus (Kemenkes, 2015).
Banyak pasien kanker mengetahui dirinya terdiagnosa kanker sudah dalam stadium lanjut (stadium 2-3). Sehingga diperlukan keseriusan dalam menangani penyakit kanker di Indonesia. Hal tersebut, membuat pengobatan utama kanker seperti kemoterapi, operasi dan radioterapi, banyak di teliti keefektifannya oleh ahli onkologi medik. Pengobatan kanker yang berhasil dilakukan untuk satu orang belum tentu dapat dilakukan untuk orang lain.
Biasanya dokter perlu melakukan pemeriksaan sesuai dengan kondisi pasien, jenis kanker, dan stadiumnya, serta kemungkinan kekambuhannya (Tim Cancer Helps, 2010).
Radioterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan kanker.
Radioterapi adalah terapi menggunakan sinar pengion. Dari 10,9 juta orang yang didiagnosis menderita kanker di seluruh dunia setiap tahun, sekitar 50%
memerlukan radioterapi dan 60% di antaranya diobati dengan kuratif. Biaya untuk radioterapi juga sangat hemat, terhitung hanya 5% dari total biaya perawatan kanker ( Round, et al.). Namun radioterapi memiliki efek samping seperti toksisitas kulit akut, komplikasi sistem saraf pusat, xerostomia dan hiposaliva, juga kelainan jantung (Fitriatuzzakiyyah et al., 2017).
Penyakit kanker adalah penyakit yang mematikan apalagi jika pasien datang dalam keadaan stadium lanjut akan semakin sulit disembuhkan, sehingga masyarakat banyak mencari alternatif pengobatan lain diluar pengobatan secara medis. Namun alternatif pengobatan tersebut efektivitasnya tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui pengobatan kanker yang benar. Dokter umum sebagai garda terdepan diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat
sehingga masyarakat mengetahui pengobatan kanker yang benar dan mau melakukan pengobatan kanker secara dini.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap pengertian radioterapi.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap peranan radioterapi dalam pengobatan kanker.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap efek samping radioterapi.
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker.
1.4.2 Bagi Pendidikan Bidang Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi literatur, bahan masukan untuk staf pengajar maupun sumber inspirasi dalam membuat penelitian. Penelitian ini juga dapat menjadi motivasi untuk pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanannya.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Mahasiswa FK USU yang merupakan calon dokter masa depan diharapkan lebih termotivasi untuk mengetahui radioterapi sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang lebih baik dari dokter tentang radioterapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ` KANKER
2.1.1 Pengertian Kanker
Kanker dapat didefinisikan sebagai penyakit di mana kelompok sel abnormal tumbuh tak terkendali dengan mengabaikan aturan normal pembelahan sel. Sel normal secara konstan mengikuti sinyal yang menentukan apakah sel harus membelah, berdiferensiasi menjadi sel lain atau mati. Sel kanker mengembangkan tingkat otonomi dari sinyal-sinyal ini, yang mengakibatkan pertumbuhan dan proliferasi yang tidak terkendali dibiarkan berlanjut penyebarannya, sehingga bisa berakibat fatal (Hejmadi, 2010).
2.1.2 Etiologi Kanker
Menurut Momna Hejmadi (dalam Introduction of Cancer Biology, 2010) hal-hal berikut ini adalah penyebab penyakit kanker:
a. Gaya Hidup dan Lingkungan
John Will, seorang dokter Inggris adalah orang pertama yang mengkaitkan pengaruh gaya hidup terhadap kanker. Ia mencatat hubungan antara kanker hidung dan penggunaan tembakau. Kemudian pada akhir abad ke-18, Percival Pott melaporkan bahwa kanker skrotum pada penyapu cerobong asap dikaitkan dengan kebersihan yang buruk dan akumulasi dari agen penyebab kanker dari jelaga.
Pada tahun 1950, bukti epidemiologis menunjukkan bahwa perokok berat memiliki resiko 20 kali lebih tinggi terkena kanker paru-paru dibandingkan dengan bukan perokok. Lebih dari setengah juta kematian setiap tahun diperkirakan disebabkan oleh gaya hidup seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, diet (sedikit sayuran, tinggi garam atau nitrat terkait dengan kanker lambung dan esophagus sedangkan diet tinggi lemak, rendah serat dikaitkan dengan kanker usus, pankreas, payudara, dan prostat).
Resiko kanker juga meningkat oleh agen infeksi termasuk virus dan bakteri. Virus Epstein Bar dapat meningkatkan resiko kanker nasofaring (Sudiono and Hassan, 2013). Human Papilloma Virus (HPV) dapat meningkatkan resiko kanker serviks. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat meningkatkan resiko sarkoma kaposi. Bakteri seperti Helicobacter pylori dapat meningkatkan resiko kanker lambung.
Insiden kanker kulit (melanoma) terus meningkat, terutama di Australia akibat paparan radiasi ultraviolet yang tinggi dalam sinar matahari dan popularitas dari mencokelatkan kulit.
Paparan agen kanker (karsinogen) juga dapat menyebabkan penyakit kanker. Agen tersebut dapat dijumpai di makanan, air, udara, bahan kimia, dan sinar matahari yang terpapar pada manusia. Karena sel-sel epitel menutup kulit, melapisi saluran pernapasan, dan memetabolisme karsinogen yang dicerna, maka tidak heran bahwa 90% kanker berasal dari epitel (karsinoma). Kurang dari 10% kasus penyakit kanker disebabkan oleh kecenderungan genetik (seperti leukemia pada anak-anak, kanker retina, dan lain lain).
b. Umur
Meskipun kanker dapat terjadi pada semua usia, namun pada umumnya penyakit kanker terjadi pada usia tua. Enam puluh persen kasus kanker dan dua pertiga kematian akibat kanker terjadi pada usia diatas 65 tahun.
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa kejadian kanker meningkat pada usia tua: perubahan system kekebalan tubuh (penurunan sistem imun) pada usia tua, akumulasi mutasi genetik acak atau paparan karsinogen seumur hidup (terutama untuk kanker kolorektal dan paru-paru), perubahan hormon, dan rentang umur panjang.
2.1.3 Faktor Resiko Kanker
Sekitar 40% kematian akibat penyakit kanker berkaitan erat dengan faktor resiko yang seharusnya dapat dicegah seperti (Kemenkes, 2015):
a. Indeks massa tubuh yang tinggi b. Kurang konsumsi buah dan sayur c. Kurang aktivitas fisik
d. Kebiasaan merokok
e. Konsumsi alkohol berlebihan
Faktor lain yang dapat meningkatkan resiko penyakit kanker adalah akibat paparan:
a. Karsinogen fisik seperti ultraviolet (UV), radiasi pengion
b. Karsinogen kimiawi, seperti benzo(a)pyrene, formalin dan aflatoksin (kontaminan makanan), dan serat contohnya asbes.
c. Karsinogen biologis, seperti infeksi virus, bakteri dan parasit.
2.1.4 Tanda dan Gejala Kanker
Kanker adalah sekelompok penyakit yang dapat menimbulkan berbagai tanda dan gejala. Tanda-tanda dan gejala-gejalanya tergantung pada di mana kanker itu, seberapa besar kanker itu, dan seberapa besar ia mempengaruhi organ-organ atau jaringan-jaringan disekitarnya. Jika kanker telah menyebar (metastasis) maka tanda atau gejala dapat muncul di berbagai bagian tubuh (American Cancer Society, 2014).
1. Tanda dan Gejala Umum
a. Penurunan Berat Badan
Sebagaian besar penderita kanker mengalami penurunan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
Penurunan berat badan bisa mencapai 10 lbs atau sekitar 5 kg dan bisa melebihi angka tersebut.
Penurunan berat badan tanpa alasan yang diketahui ini mungkin bisa menjadi tanda pertama penyakit kanker.
Ini paling sering terjadi pada kanker pankreas, lambung, kerongkongan, dan paru-paru.
b. Demam
Demam sangat umum terjadi pada kanker, tetapi lebih sering terjadi setelah kanker menyebar. Hampir semua penderita kanker akan mengalami demam, terutama jika kanker atau perawatannya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Ini dapat membuat tubuh lebih sulit untuk melawan infeksi. Demam dapat menjadi tanda awal kanker, seperti pada kanker darah (leukemia) atau limfoma.
c. Lelah
Lelah adalah perasaan ekstrem yang tidak membaik walaupun sudah istirahat. Ini merupakan gejala penting ketika kanker tumbuh. Gejala ini timbul pada awal penyakit kanker, seperti leukemia. Beberapa kanker seperti kanker usus besar dan kanker lambung dapat menyebabkan kehilangan darah. Ini merupakan salah satu cara lain kanker dapat menyebabkan kelelahan.
d. Nyeri
Nyeri mungkin merupakan gejala awal beberapa kanker seperti kanker tulang dan kanker testis. Sakit kepala yang tidak hilang atau sembuh dengan
pengobatan merupakan gejala dari tumor otak. Nyeri punggung bisa merupakan gejala kanker usus besar, rektum, dan ovarium. Rasa sakit akibat kanker paling sering menyebar dari tempat penyakit kanker itu dimulai.
e. Perubahan Kulit
Kanker kulit dapat menyebabkan perubahan kulit yang dapat dilihat, seperti:
Kulit yang tampak lebih gelap (hiperpigmentasi)
Kulit dan mata kekuningan (jaundice)
Kulit memerah (eritema)
Gatal (pruritus)
Pertumbuhan rambut yang berlebihan 2. Tanda dan Gejala Kanker Tertentu
a. Perubahan kebiasaan buang air besar atau fungsi kandung kemih.
Sembelit jangka panjang, diare, dan perubahan ukuran feses merupakan tanda kanker usus besar. Nyeri saat buang air kecil, darah dalam air seni, dan perubahan fungsi kandung kemih (seperti perlu buang air kecil lebih atau kurang sering dari biasanya) bisa terkait dengan kanker kandung kemih atau prostat.
b. Luka yang tak kunjung sembuh
Kanker kulit dapat berdarah dan terlihat seperti luka yang tidak sembuh. Luka yang bertahan lama di mulut bisa jadi kanker mulut. Ini harus segera ditangani, terutama pada orang yang merokok, mengunyah tembakau, dan sering minum alkohol. Luka pada penis atau vagina merupakan tanda-tanda infeksi atau kanker awal, dan harus dicek ke dokter.
c. Bercak putih didalam mulut atau lidah.
Bercak putih di dalam mulut dan bercak putih di lidah mungkin adalah leukoplakia. Leukoplakia adalah area pra-kanker yang disebabkan oleh seringnya terjadi iritasi.
Ini sering disebabkan oleh merokok atau penggunaan tembakau lainnya. Orang yang merokok atau menggunakan tembakau oral berisiko tinggi terkena leukoplakia. Jika tidak diobati, leukoplakia dapat menjadi kanker mulut.
d. Perdarahan atau keluarnya cairan yang tidak biasa.
Pendarahan dapat terjadi pada kanker awal atau lanjut. Batuk darah mungkin merupakan tanda kanker paru- paru. Darah dalam tinja (yang dapat terlihat seperti tinja yang sangat gelap atau hitam) bisa menjadi tanda kanker usus besar atau dubur. Kanker serviks atau endometrium (lapisan rahim) dapat menyebabkan perdarahan vagina yang tidak normal. Darah dalam urin mungkin merupakan tanda kanker kandung kemih atau ginjal. Keluarnya darah dari puting mungkin merupakan tanda kanker payudara.
e. Penebalan atau benjolan di payudara atau tempat lain.
Banyak penyakit kanker yang gejalanya bisa dirasakan melalui kulit. Kanker ini sebagian besar terjadi di payudara, testis, kelenjar getah bening, dan jaringan lunak tubuh. Benjolan atau penebalan mungkin merupakan tanda awal atau akhir dari kanker dan harus dilaporkan ke dokter, terutama jika baru saja menemukannya atau melihat ukurannya telah membesar. Perlu diingat bahwa beberapa kanker payudara tampak sebagai kulit merah atau menebal daripada benjolan.
f. Gangguan pencernaan atau kesulitan menelan.
Gangguan pencernaan atau masalah menelan yang tidak hilang mungkin merupakan tanda-tanda kanker
kerongkongan, lambung, atau faring (tenggorokan). Tetapi seperti kebanyakan gejala pada umumnya, gangguan ini paling sering disebabkan oleh penyakit lain selain kanker.
g. Perubahan pada kulit, kutil, dan tahi lalat
Setiap kutil, tahi lalat, atau bintik yang berubah warna, ukuran, atau bentuk, atau kehilangan batas tajamnya harus segera diperiksa oleh dokter. Perubahan kulit lainnya juga harus dilaporkan. Perubahan kulit mungkin merupakan melanoma, yang jika ditemukan lebih awal, dapat diobati dengan sukses.
h. Batuk dan suara serak
Batuk yang tidak kunjung sembuh mungkin merupakan tanda kanker paru-paru. Suara serak dapat menjadi tanda kanker laring (pita suara) atau kelenjar tiroid.
2.1.5 Diagnosis Kanker
Berdasarkan usia dan riwayat keluarga pasien, dokter akan terlebih dahulu melakukan skrining kanker melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah lengkap serta pap smear, mammogram, pemeriksaan prostat, CT-scan, X-ray, kedokteran nuklir dan lainnya. Jika ada sesuatu yang tampak mecurigakan selanjutnya akan dilakukan tes diagnostik spesifik seperti ultrasonografi dan MRI (Lyon, 2007).
Menurut WHO (2017) salah satu masalah penyakit kanker adalah keterlambatan diagnosis. Bahkan di negara-negara dengan system dan layanan kesehatan yang optimal, banyak kasus kanker didiagnosis pada stadium lanjut. Hal tersebut dapat mengurangi kesuksesan penyembuhan pasien. Oleh karena itu, semua negara dapat melakukan beberapa langkah diagnosis dini kanker bedasarkan pedoman terbaru diagnosis dini penyakit kanker:
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang berbagai gejala kanker dan medorong masyarakat agar melakukan perawatan ketika gejala muncul.
b. Memperkuat dan melengkapi layanan kesehatan dan melatih petugas kesehatan sehingga dapat melakukan diagnosis yang akurat dan tepat waktu.
c. Memastikan orang yang menderita penyakit kanker dapat mengakses pengobatan yang aman dan efektif, termasuk obat 2.1.6 Tatalaksana Kanker
Pengobatan untuk kanker bervariasi untuk setiap orang karena berbagai faktor mulai dari jenis kanker, ukurannya, dan seberapa parah, hingga kesehatan keseluruhan seseorang dan kemampuannya untuk mentolerir efek samping tertentu.
Pengobatan kanker yang paling sering adalah operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi (Lyons,2007).
1. Operasi
Operasi adalah pengobatan yang paling sukses jika tumor belum menyebar dan dapat diangkat tanpa merusak organ atau menyebabkan masalah lain. Seorang ahli bedah akan mengangkat tumor dan beberapa jaringan di sekitarnya, dan mungkin kelenjar getah bening di dekatnya karena kanker mungkin telah menyebar ke sana.
2. Radioterapi
Radioterapi membombardir sel kanker dengan sinar-X, subatomik sinar partikel, atau partikel dari isotop radioaktif yang mengecilkan tumor dengan merusak DNA sel kanker, sehingga mengganggu reproduksi mereka. Seperti operasi, ia digunakan untuk mengobati kanker yang belum menyebar atau telah menyebar hanya ke jaringan terdekat. Radiasi akan merusak sel-sel kanker dan sel-sel jaringan normal. Tergantung pada bagian tubuh yang dirawat, radioterapi dapat menyebabkan kulit terbakar, mual, muntah, diare, dan rambut rontok.
3. Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk mengobati kanker yang telah menyebar ke bagian-bagian tubuh melalui darah atau sistem limfatik. Obat kemoterapi yang berbeda bekerja dengan cara yang berbeda untuk membunuh sel kanker.
Mereka dapat merusak DNA sel kanker, mencegah pembelahan sel, dan mengganggu pertumbuhan sel. Seperti halnya radioterapi, kemoterapi membunuh sel normal dan sel kanker, dan efek sampingnya mirip dengan radioterapi.
2.2 RADIOTERAPI
2.2.1 Pengertian Radioterapi
Radioterapi adalah terapi menggunakan radiasi pengion yang diarahkan ke tumor dan mengakibatkan kerusakan sel tumor tersebut.
Akan tetapi pemberian radiasi ini juga dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan normal disekitarnya, maka harus diarahkan sebaik mungkin ke sel tumornya (Petrarizky & Gondhowiardjo, 2014). Dalam radioterapi, radiasi pengion digunakan agar dapat membentuk ion (partikel bermuatan listrik) dan menyimpan energi ke sel-sel jaringan yang melewatinya.
Energi yang tersimpan ini dapat membunuh sel kanker atau meyebabkan perubahan genetik yang mengakibatkan kematian sel kanker (Fitriatuzzakiyyah et al., 2017).
2.2.2 Tujuan Radioterapi
Tujuan radioterapi adalah memberikan radiasi dengan dosis yang terukur dan tepat pada volume tumor yang telah ditetapkan untuk eradikasi tumor dengan kerusakan yang minimal pada jaringan sehat sekitar tumor, dalam rangka kontrol lokal dan meningkatkan kualitas hidup dengan mempertimbangkan survival dengan biaya yang dapat dijangkau.
Radioterapi juga berperan dalam manajemen terapi paliatif dan pencegahan dari gejala suatu penyakit seperti mempertahankan integritas tulang dan fungsi organ dengan morbiditas yang minimal (Kusumadjati &
Djakaria, 2014).
2.2.3 Satuan Pengukuran Radioterapi
Dosis yang diserap adalah kuantitas dasar yang terkait dengan pengukuran radiasi dalam radioterapi . Ini mendefenisikan jumlah energi yang diserap dari sinar radiasi per satuan massa bahan penyerap. Diukur dalam satuan Gray (Gr) dan Rad (Beyzadeoglu et al., 2010).
Rad adalah jumlah radiasi yang menyebabkan satu erg (energi) diserap per satu gram bahan yang diiradiasi ( Rad
= Radiation Absorbed Dose).
1 Rad = 100 erg/g.
Gray (Gy) adalah jumlah radiasi yang menyebabkan satu joule diserap per kilogram bahan irradiasi.
1Gy = 1 J/kg
1Gy = 100 cGy = 100 Rad 2.2.4 Jenis-jenis Radioterapi
Berikut ini adalah jenis-jenis radioterapi (Beyzadeoglu et al., 2010):
1. Jenis Radioterapi Berdasarkan Tujuannya a. Radioterapi kuratif.
Ini adalah penerapan radioterapi untuk menyembuhkan. Digunakan dalam kasus Limfoma Hodgkin stadium awal, kanker nasofaring, beberapa kanker kulit, dan kanker glotis stadium awal.
b. Radioterapi paliatif.
Ini adalah penerapan radioterapi untuk pengurangan gejala kanker dengan menerapkan dosis radiasi paliatif.
Digunakan dalam kasus matastase otak, tulang dan sindrom vena cava superior.
c. Radioterapi profilaksis (preventif).
Ini adalah untuk pencegahan kemungkinan metastasis atau kambuh melalui penerapan radioterapi.
Contohnya adalah radioterapi seluruh otak untuk leukemia limfoblastik akut dan kanker paru-paru sel kecil.
d. Iradiasi total tubuh.
Ini adalah ablasi sumsum tulang oleh radiasi untuk menekan sistem kekebalan tubuh, memberantas sel-sel leukemia, dan membersihkan ruang untuk sel-sel transplantasi selama pengkondisian transplantasi sumsum tulang.
2. Jenis Radioterapi Berdasarkan Waktu a. Radioterapi adjuvan.
Radioterapi diberikan setelah segala jenis modalitas pengobatan.
Jika diberikan setelah operasi → radioterapi pascaoperasi.
b. Radioterapi neoadjuvant. Radioterapi diberikan sebelum segala jenis modalitas pengobatan.
Jika diberikan sebelum operasi → radioterapi praoperasi
c. Radiochemotherapy (kemoradioterapi).
Radioterapi diberikan bersamaan dengan kemoterapi.
3. Jenis Radioterapi Berdasarkan Tekniknya.
a. Radioterapi eksternal (teleterapi / radioterapi sinar eksternal).
Radioterapi diterapkan pada tubuh secara eksternal menggunakan mesin perawatan.
b. Brakhiterapi (endocurietherapy)
Radioterapi dilakukan dengan menempatkan sumber radiasi sementara atau permanen ke dalam rongga tubuh.
c. Radioterapi intraoperatif.
Radioterapi diberikan dalam kondisi intraoperatif, biasanya dengan sinar elektron atau sinar-X berenergi rendah. Ini dikirim ke tumor segera setelah reseksi tumor primer, dan setelahnya diperlukan radioterapi eksterna.
d. Stereotactic radiotherapy (SRT).
Radioterapi ini disampaikan oleh beberapa sinar yang secara tepat berfokus pada target lokal tiga dimensi.
Jika diberikan hanya dalam satu fraksi→
radiosurgery stereotactic (SRS)
Jika diberikan dalam beberapa fraksi → Stereotactic radiotherapy (SRT).
e. Three-dimensional conformal RT (3D-CRT).
Teknik radioterapi di mana volume dosis dibuat agar sesuai dengan target melalui penggunaan data anatomi tiga dimensi yang diperoleh dari modalitas CT-scan atau MRI.
Tujuannya adalah untuk menerapkan dosis maksimum ke target sambil menyisakan struktur sekitarnya sebanyak mungkin dengan bantuan perangkat lunak dan perangkat keras canggih komputer.
f. Intensitas-modulated radiotherapy (IMRT).
Bentuk 3D-CRT yang sangat berkembang. IMRT menyediakan distribusi dosis yang sangat konformal di sekitar target melalui penggunaan intensitas sinar yang tidak seragam.
g. Image-guided Radiotherapy (IGRT).
Integrasi berbagai teknik pencitraan radiologis dan fungsional untuk melakukan radioterapi dengan presisi tinggi. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi pengaturan dan margin internal, dan untuk memperhitungkan perubahan volume target selama terapi radiasi, seperti penurunan volume tumor atau penurunan berat badan (radioterapi adaptif).
h. Tomoterapi.
Ada dua jenis tomoterapi: tomoterapi seri dan heliks. Tomoterapi seri menggunakan sistem kolimator khusus yang disebut MiMIC yang dipasang pada gantry linac klasik. Meja ini juga memiliki perangkat khusus yang disebut derek yang memungkinkannya dipindahkan dengan presisi tinggi. IMRT kemudian dilakukan di beberapa busur.
Tomoterapi heliks di sisi lain, menggunakan mesin tomoterapi khusus. Ini terdiri dari linac 6 MV yang dipasang pada CT, dan memberikan IMRT dengan gerakan spiral mirip dengan yang ada di prosedur CT. Simulasi dan IMRT dilakukan dalam mesin yang sama.
i. Cyberknife® (bedah radio robotik).
Suatu jenis teknik SRT / radiosurgery. Ini memberikan perawatan tanpa bingkai tumor di kedua lokasi tengkorak dan ekstrakranial, dan menggunakan linac 6 MV yang dipasang pada lengan robot, serta meja robot.
Cyberknife memiliki kemampuan untuk melakukan segala macam teknik radioterapi canggih, termasuk IMRT, IGRT, radioterapi sinkronisasi pernapasan, radioterapi pelacakan tumor, dan SRS.
j. Terapi penangkapan neutron boron.
Di sini, senyawa boron yang secara selektif diserap oleh sel-sel tumor otak diberikan kepada pasien. Jaringan tumor yang menyerap boron kemudian diiradiasi dengan neutron lambat. Atom boron bereaksi dengan neutron ini untuk menghasilkan radiasi alpha, yang merusak DNA melalui peristiwa ionisasi.
k. Hipertermia.
Ini mencegah perbaikan tumor dengan memanfaatkan efek sinergis dengan radiasi: Jaringan tumor menjadi lebih lambat daripada jaringan normal. Hipertermia lebih efektif dalam kondisi hipoksia dan asam. Suhu kritis untuk hipertermia adalah 43 ° C.
2.2.5 Efek Samping Radioterapi
Beberapa efek samping terapi radiasi yang telah dilaporkan antara lain (Fitriatuzzakiyyah et al., 2017):
1. Toksisitas kulit akut
Kejadian toksisitas pada kulit dilaporkan pada pasien yang menjalani terapi Stereotactic Body Radiation Therapy (SBRT), dalam penelitian Hoppe et al. tahun 2008, subjek yang mengalami toksisitas kulit tingkat 1, 2 dan 3 berturut-turut sebesar 38%, 8% dan 4%.
2. Komplikasi Sistem Saraf Pusat (SSP)
Meskipun perbaikan dalam pengobatan kanker terus menerus dilakukan, toksisitas SSP tetap menjadi isu penting. Artikel review oleh Soussain et al. merangkum beberapa jenis komplikasi sistem saraf pusat akibat radioterapi, di antaranya ensefalopati akut yang mempengaruhi hingga 50% pasien setelah pemberian dosis tinggi atau fraksi radiasi, dan sindrom mengantuk yang terutama terlihat pada pasien anak, tetapi juga dapat mempengaruhi pasien dewasa dalam 2 bulan pertama setelah radioterapi. Gejala yang menonjol adalah kantuk dan tidur berlebihan, mual, dan anoreksia; focal cerebral and spinal cord radionecrosis yang merupakan komplikasi akibat radiasi yang parah dan didefinisikan secara neuropatologis sebagai nekrosis dengan lesi vaskular berat (stenosis, trombosis, perdarahan, nekrosis vaskular fibrinoid). Komplikasi ini jarang terjadi selama 20 tahun terakhir dikarenakan adanya peningkatan keamanan protokol radiasi.
3. Xerostomia dan hiposalivasi
Xerostomia didefinisikan sebagai kekeringan pada mulut karena disfungsi sekresi kelenjar ludah yang dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, misalnya autoimun disorder, yang menyebabkan ketidaknyamanan mulut, nyeri dan kesulitan dalam berbicara.
Penelitian Surjadi et al. pada pasien kanker kepala dan leher yang menjalani radioterapi, hasilnya yaitu 87,6% subjek menunjukkan penurunan laju salivasi. Dalam sebuah artikel review dikatakan bahwa penurunan (compromise) dalam fungsi salivasi dapat dilihat dalam waktu 1 hingga 2 minggu setelah radioterapi dan dapat bertahan setelahnya. Kecuali kerusakannya parah, fungsi saliva biasanya sembuh dalam waktu 2 tahun dari setelah radioterapi. Disfungsi kelenjar minimal bisa diamati pada dosis rata-rata 10 sampai 15 Gy dan dosis rata‑ rata >40 Gy pada kelenjar parotid menghasilkan suatu penurunan fungsi sebesar 75%. Xerostomia dapat memiliki efek negatif pada kualitas hidup pasien yang sangat mengganggu kemampuan berbicara, mengunyah, menelan, dan merasakan.
4. Efek samping pada jantung
Kelainan jantung akibat radiasi biasanya disebut dengan istilah radiation induced heart desease (RIHD) yang menunjukkan keadaan klinis dan kondisi patologis cedera pada jantung dan pembuluh besar yang dihasilkan dari terapi radiasi kanker. Kelainan pada jantung dapat terjadi karena radiasi, antara lain kelainan pada perikardium, kelainan pada miokardium, kelainan pada arteri koroner, kelainan pada aterosklerosis, dan kelainan pada katup jantung.
2.3 PENGETAHUAN
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2016) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian atau
segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok, 2007).
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003):
1. Know (Tahu)
Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya diartikan sebagai tahu. Termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh karena itu, tahu adalah tingkat pengetahuan terendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari, antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Comprehension (Memahami)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar diartikan sebagai memahami. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3. Application (Aplikasi)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) diartikan sebagai aplikasi. Dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan- perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analysis (Analisis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain adalah analisis.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Synthesis (Sintesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru adalah sintesis.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada.
6. Evaluation (Evaluasi)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek dikaitkan dengan evaluasi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarok (2007):
1. Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya juga sebaliknya.
2. Pekerjaan.
Lingkungan pekerjaan bisa membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung.
3. Umur
Bertambahnya umur seseorang akan membuat perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar terbagi menjadi empat kategori perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, timbulnya ciri-ciri baru.
Hal ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu adalah minat. Minat membuat seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya adalah pengalaman. Seseorang akan cenderung melupakan pengalaman yang kurang baik, namun jika pengalaman tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6. Kebudayaan Lingkungan Sekitar
Pembentukan sikap kita sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dimana kita dibesarkan. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi seseorang.
7. Informasi
Kemudahan mendapatkan suatu informasi dapat mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
2.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya (Arikunto, 2010).
Ada 2 jenis pertanyaan yang dapat digunakan:
a. Pertanyaan subjektif
Pertanyaan essay yang digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan seperti pilihan ganda (multiple choice), betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya.
Ada tiga tingkatan pengetahuan menurut A. Wawan dan Dewi (2010):
1. Pengetahuan baik
Apabila responden mampu menjawab 76-100% dengan benar dari seluruh pertanyaan.
2. Pengetahuan cukup
Apabila responden mampu menjawab 56-75% dengan benar dari seluruh pertanyaan.
3. Pengetahuan kurang
Apabila responden menjawab <56% dari seluruh pertanyaan.
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Kanker
Pengertian
Etiologi
Faktor Resiko
Tanda dan Gejala Diagnosis
Tatalaksana
Radioterapi
Kemoterapi
Operasi
Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Faktor yang Mempengaruhi:
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Minat
Pengalaman
Kebudayaan lingkungan sekitar
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Distribusi frekuensi dari :
Tingkat pengetahuan
Usia
Sumber informasi
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket dengan menggunakan kuesioner.
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Jalan Dr. Mansyur No.5 Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari pencarian dan penentuan judul pada bulan April kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data hingga pembuatan laporan hasil penelitian pada bulan November 2020.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2017, 2018, 2019 berjumlah 759 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2017, 2018, 2019 yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
3.3.3 Besar Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kelas (tingkat).
Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin:
( )
( )
Berdasarkan rumus besar sampel diatas, maka jumlah sampel minimum yang dibutuhkan untuk penelitian ini dibulatkan menjadi 88 orang.
Keterangan:
= besar sampel N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Dari sampel minimum 88 orang maka untuk menentukan sampel tiap angkatan menggunakan rumus sebagai berikut : Ni
i
Keterangan :
ni : besar sampel yang diambil berdasarkan strata Ni : besar populasi yang diteliti berdasarkan strata N : besar populasi
n : besar sampel yang diambil
Dari jumlah sampel mininum sebanyak 88 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, maka sampel penelitian minimum untuk setiap angkatan adalah sebagai berikut :
Stambuk 2017
i
Stambuk 2018
i
Stambuk 2019
i
Jadi sampel minimal untuk stambuk 2017 sebanyak 30 orang, stambuk 2018 sebanyak 30 orang, stambuk 2019 sebanyak 29 orang.
3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara stambuk 2017, 2018, 2019 dan bersedia menjadi subjek penelitian setelah mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2017, 2018, 2019 yang tidak mengisi kuesioner penelitian dengan lengkap.
3.5 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan alat
pengumpulan data kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Kuesioner yang dibagikan berupa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker.
Responden mengisi kuesioner setelah bersedia dan menandatangani lembar persetujuan atau informed consent. Kemudian kuesioner yang telah diisi oleh responden akan dikumpulkan dan dilakukan penganalisaan data.
Sebelum kuesioner diberikan kepada responden maka kuesioner akan dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut mampu mengukur apa yang hendak peneliti ukur dan uji reliabilitas untuk memastikan apakah kuesioner reliable atau tidak.
Pengukuran instrumen penelitian menggunakan skala guttman yaitu Benar (B) dan Salah. Jumlah pertanyaan sebelum dilakukan uji validitas dan reliabilitas adalah 40 pertanyaan yang telah disetujui oleh Dosen Pembimbing kemudian diberikan kepada 30 responden untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Kuesioner berisi pertanyaan yang meliputi pengertian, peranan, dan efek samping radioterapi sebagai salah satu modalitas pengobatan kanker. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas diperoleh 20 pertanyaan yang valid dan reliable.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan bedasarkan kelompok variable yang sudah ditentukan, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis menggunakan perangkat lunak komputer berupa aplikasi statitik yaitu Statistic Package for Social Science (SPSS).
3.6 DEFENISI OPERASIONAL
Berikut ini defenisi operasional dari kerangka konsep yang telah disampaikan dalam bentuk tabel.
Variabel Defenisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Pengukuran Pengetahuan Segala
sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai radioterapi sebagai salah satu
modalitas pengobatan kanker.
Angket dengan batasan waktu
Kuesioner 1. Baik = skor : 76-100%
2. Cukup = skor : 56-75%
3. Kurang = skor
< 56%
Ordinal
Usia Jumlah tahun
hidup responden
Angket Kuesioner 1. 17 tahun 2. 18 tahun 3. 19 tahun 4. 20 tahun 5. 21 tahun 6. 22 tahun 7. 23 tahun
Ordinal
Sumber Informasi
Sumber (media) yang digunakan responden untuk
mendapatkan informasi mengenai radioterapi sebagai salah satu
modalitas pengobatan kanker
Angket Kuesioner 1. Media cetak 2. Media
elektronik 3. Teman 4. Tenaga
kesehatan
Nominal
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
3.7 JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian dapat disajikan dalam bentuk bagan Gantt (Gantt Chart) sebagai berikut:
No Kegiatan Bulan Ke Indikator Kinerja
6 7 8 9 10 11 12 1. Pengajuan kelayakan etik
ke komisi etik FK USU
Surat persetujuan komisi Etik untuk pelaksanaan penelitian 2. Uji validitas kuesioner Kuesioner sudah selesai divalidasi 3.. Memberikan kuesioner
kepada responden untuk diisi di lingkungan kampus FK USU.
Terkumpulnya kuesioner yang
sudah terisi di kampus FK USU
4. Menganalisa data dan mengevaluasi kuesioner.
Data mentah hasil penelitian
5. Analisis hasil penelitian dan pembuatan skripsi.
Hasil penelitian untuk diujikan pada ujian Hasil Penelitian
6. Ujian hasil penelitian dan perbaikan, penyerahan skripsi kepada dosen pembimbing, penguji, secretariat MEU FK USU dan perpustakaan USU.
Skripsi dan terpenuhinya syarat administrasi untuk wisuda
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deksripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini seharusnya dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Akan tetapi dikarenakan kondisi pandemi covid-19 saat ini yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengisian kuesioner secara tatap muka, maka pengisian kuesioner dilakukan dengan tidak melakukan tatap muka oleh responden di tempat masing-masing melalui form yang dikirimkan secara online.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur tingkat pengetahuan. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU stambuk 2017, 2018, 2019. Sebanyak 182 responden telah diberi kuesioner dan bersedia menjadi sampel penelitian.
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun Angkatan
Dari diagram 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok mahasiswa angkatan 2017 yaitu sebanyak 76 orang (41,8%),
41,8%
35,7%
22,5%
Diagram 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun Angkatan.
2017 2018 2019
diikuti dengan angkatan 2018 sebanyak 65 orang (35,7%), dan 2019 sebanyak 41 orang (22,5%).
B. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pada diagram 4.2 terlihat bahwa dari segi usia, paling banyak responden berada pada usia 20 tahun yaitu sebanyak 80 orang (44%), kemudian diikuti usia 21 tahun sebanyak 44 orang (24,2%), usia 19 tahun sebanyak 41 orang (22,5%), usia 18 tahun sebanyak 9 orang (4,9%), usia 22 tahun sebanyak 6 orang (3%), dan paling sedikit responden berada pada usia 17 tahun yaitu sebanyak 1 orang (0,5%) dan usia 23 tahun sebanyak 1 orang (0,5%).
0,5%
4,9%
22,5%
44%
24,2%
3% 0,5%
Diagram 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.
17 18 19 20 21 22 23
C. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari diagram 4.3 terlihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok perempuan yaitu sebanyak 116 orang (63,7%), diikuti dengan kelompok laki-laki sebanyak 66 orang (36,3%).
D. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi 36,3%
63,7%
Diagram 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Laki-laki Perempuan
2%
31%
13%
6%
28%
4%
7% 1% 8%
Diagram 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi.
Media Cetak Media Elektronik Teman
Tenaga Kesehatan
Media Cetak dan Media Elektronik Media Elektronik dan Teman
Media Elektronik dan Tenaga Kesehatan Teman dan Tenaga Kesehatan
Informasi tentang radioterapi didapatkan dari berbagai sumber.
Pada diagram 4.4 dapat dilihat bahwa responden ada yang mendapatkan informasi dari satu sumber dan ada juga yang mendapatkan informasi dari beberapa sumber. Berdasarkan diagram 4.4 sumber informasi terbanyak adalah media cetak elektronik saja yaitu sebanyak 56 jawaban (30,8%), kemudian diikuti media cetak dan media elektronik sebanyak 51 jawaban (28%), teman saja sebanyak 23 jawaban (12,6%), media elektronik, teman, dan tenaga kesehatan sebanyak 15 jawaban (8,2%), media elektronik dan tenaga kesehatan sebanyak 13 jawaban (7,1%), tenaga kesehatan saja sebanyak 10 jawaban (5,5%), media elektronik dan teman sebanyak 8 jawaban (4,4%), media cetak saja sebanyak 4 jawaban (2,2%), dan sumber informasi yang paling sedikit berasal dari teman dan tenaga kesehatan sebanyak 2 jawaban (1,1%).
4.2.2 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tahun Angkatan A. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap
Pengertian Radioterapi
0 10 20 30 40 50 60 70
2017 2018 2019
Jumlah Responden
Tahun Angkatan
Diagram 4.5 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap Pengertian Radioterapi.
Baik Cukup Kurang 64
11 1
42
22
1
34
7 0
Pada diagram 4.5 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2017 terhadap pengertian radioterapi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 64 orang ( 84,2%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang (14,5%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (1,3%). Kemudian tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2018 terhadap pengertian radioterapi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 42 orang (64,6%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang (33,8%), dan bepengetahuan kurang sebanyak 1 orang (1,5%).
Selanjutnya tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2019 terhadap pengertian radioterapi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 34 orang (82,9%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 7 orang ( 17,1%), dan tidak ada yang berpengetahuan kurang.
B. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap Peranan Radioterapi
Pada diagram 4.6 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2017 terhadap peranan radioterapi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 42 orang ( 55,3%), diikuti berpengetahuan
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
2017 2018 2019
Jumlah Responden
Tahun Angkatan
Diagram 4.6 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap Peranan Radioterapi.
Baik Cukup Kurang 42
32
2
47
16
2
24
12 5
cukup sebanyak 32 orang (42,1%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (2,6%). Kemudian tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2018 terhadap peranan radioterapi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 47 orang (72,3%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (24,6%), dan bepengetahuan kurang sebanyak 2 orang (3,1%).
Selanjutnya tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2019 terhadap peranan radioterapi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 24 orang (58,5%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang (29,3%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang (12,2%).
C. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap Efek Samping Radioterapi
Pada diagram 4.7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2017 terhadap efek samping radioterapi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 33 orang ( 43,4%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (19,7%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 28 orang (36,8%). Kemudian tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2018 terhadap efek samping radioterapi
0 5 10 15 20 25 30 35
2017 2018 2019
Jumlah Responden
Tahun Angkatan
Diagram 4.7 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap Efek Samping Radioterapi.
Baik Cukup Kurang 33
15 28
21 29
15 15
13 13
yaitu berpengetahuan baik sebanyak 21 orang (32,3%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 29 orang (44,6%), dan bepengetahuan kurang sebanyak 15 orang (23,1%). Selanjutnya tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2019 terhadap efek samping radioterapi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 15 orang (36,6%), diikuti berpengetahuan cukup sebanyak 13 orang (31,7%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 13 orang (31,7%).
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang berpartisipasi dalam penelitian merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang terdiri dari 3 angkatan yaitu tahun angkatan 2017, 2018, dan 2019 dengan jumlah responden didominasi oleh tahun angkatan 2017 sebanyak 76 orang (41,8%) ( Diagram 4.1.
). Dari penelitian ini juga diperoleh data demografi responden seperti jenis kelamin, usia, dan sumber informasi yang digunakan responden dalam memperoleh pengetahuan tentang radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker. Berdasarkan Diagram 4.3. diperoleh mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 116 orang (63,7%) diikuti oleh responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 66 orang (36,3%). Berdasarkan Diagram 4.2 responden terbagi menjadi 7 kelompok kategori usia, yakni kelompok usia 17,18, 19, 20, 21, 22, 23 tahun dengan mayoritas responden berasal dari kelompok usia 20 tahun sebanyak 80 orang (44%) dan kelompok usia paling sedikit berasal dari kelompok usia 17 dan 23 tahun dengan masing-masing berjumlah 1 orang (0,5%).
Seluruh responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini belum pernah mendapatkan perkuliahan mengenai radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2017, 2018, 2019 terhadap pengertian dan peranan radioterapi sebagai salah satu modalitas dalam pengobatan kanker tergolong baik ( Diagram 4.5 dan Diagram 4.6). Hasil ini sesuai dengan penelitian Arain et al., (2014) dimana secara keseluruhan dari 256 mahasiswa 41%