• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEVIASI DAN FOREGROUNDING DALAM KUMPULAN PUISI TIDAK ADA NEW YORK HARI INI KARYA AAN MANSYUR DAN 99 UNTUK TUHANKU KARYA EMHA AINUN NADJIB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEVIASI DAN FOREGROUNDING DALAM KUMPULAN PUISI TIDAK ADA NEW YORK HARI INI KARYA AAN MANSYUR DAN 99 UNTUK TUHANKU KARYA EMHA AINUN NADJIB"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 1

DEVIASI DAN FOREGROUNDING DALAM KUMPULAN PUISI TIDAK ADA NEW YORK HARI INI KARYA AAN MANSYUR DAN

99 UNTUK TUHANKU KARYA EMHA AINUN NADJIB

Agus Susanto

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma agussusanto123451@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran objektif tentang deviasi dan foregrounding dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) jenis deviasi dan Foregrounding, (2) fungsi deviasi dan Foregrounding, dan (3) mendeskripsikan penyajian deviasi dan Foregrounding. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa wacana yang terdiri dari teks, pernyataan-pernyataan pengarang secara langsung maupun tidak langsung sehingga digunakan teknik analisis tekstual yaitu menelaah sesuatu hal yang ada di dalam teks puisi.

Kegiatan analisis dimulai dari tahap penelaahan data, tahap klasifikasi data, tahap deskripsi data, dan tahap interpretasi data. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh simpulan hasil penelitian bahwa karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda satu sama lain dalam hal penyajian (1) deviasi leksikal (2) deviasi fonologis (3) deviasi morfologis. (4) deviasi sintaksis (5) deviasi semantik (6) deviasi grafologis (7) deviasi dialek (8) deviasi register (9) deviasi historis tidak ditemukan dalam kumpulan Puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib, (10) foregrounding. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam pembelajaran teks puisi, sehingga upaya peningkatan pengetahuan tentang sastra Indonesia semakin berkembang.

Kata-kata Kunci: deviasi, foregrounding, puisi.

PENDAHULUAN

Puisi merupakan sebuah bentuk kar- ya sastra singkat untuk menuangkan apa yang ada di pikiran kita, apa yang ada di hati kita, dan apa yang ada di jiwa kita.

Dikatakan singkat karena puisi adalah bentuk karya sastra yang paling pendek jika dibandingkan cerpen atau novel. Pe- nekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan,

rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefini- sikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manu- sia, yang menjadi sumber segala kreati- vitas. Baris-baris pada puisi dapat ber- bentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll).

Hal tersebut merupakan salah satu cara

(2)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 2

penulis untuk menunjukkan pemikiran- nya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang- ulang. Bagi pembaca hal tersebut mung- kin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang mem- batasi keinginan penulis dalam mencip- takan sebuah puisi." Puisi sebagai salah satu karya sastra yang sangat menarik untuk dinikmati, karena dalam menga- presiasi suatu karya sastra berupa puisi adalah sepenuhnya hak apresiator atau penikmat puisi itu sendiri, puisi merupa- kan buah dari hasil imajinasi yang berasal dari kehidupan nyata yang ada dalam alam semesta ini.

Puisi selalu terkait dengan emosi, pengalaman sikap, dan pendapat-penda- pat tentang situasi atau kejadian yang ditampilkan secara abstrak atau implisit (Teeuw, 2013:80). Karena hal tersebut- lah pemahaman sebuah puisi juga diper- lukan keterlibatan emosi, pengalaman estetis, dan intuisi-intuisi. Menikmati puisi pada hakikatnya menghayati suatu pengalaman secara intens, secara menda- lam. Suatu istilah yang sering rancu dalam pengajaran puisi adalah ihwal pengkajian. Pengajaran puisi tak meno- lak pengkajian. Namun, keduanya ada beberapa perbedaan arah jika dalam lebih diarahkan pada penyelidikan, apre- siasi lebih menuju ke arah pemahaman.

Ada beberapa alasan mengapa orang membaca puisi antara lain karena puisi dapat menggugah kita lebih dalam, puisi

menggoncang imajinasi, mendorong pikiran, menggerakkan hati, untuk kese- nangan dan hiburan. Betapa pun abstrak, imajiner, melangit, dan gelap sebuah puisi, jika pemahaman kita tidak keliru tentu akan memberikan kenikmatan.

Kenikmatan inilah yang menjadi ‘pun- cak’ atau kulminasi dari apresiasi puisi.

Dalam proses mengapresiasi puisi inilah yang akan melibatkan kemampuan apresiator atau penikmat seni dalam memahami serta mencerna apa yang tersurat maupun tersirat dalam puisi tersebut. Mengapresiasi karya sastra berupa puisi merupakan salah satu cara untuk dapat mengetahui dan menikmati keindahan yang terkandung dalam puisi. Namun faktanya, pada saat ini membaca puisi hanyalah sekedar membaca tidak peduli bagaimana diksi yang dipilih dalam puisi tersebut bahkan mengapresiasi ataupun memahami puisi hanya karena adanya unsur paksaan secara tidak langsung, misalnya melalui tugas sekolah maupun tugas kuliah.

Pemahaman yang rendah terhadap unsur pembangun puisi khususnya diksi puisi yang digunakan oleh penulis puisi merupakan hal yang melatarbelakangi penelitian yang akan penulis lakukan dengan meneliti tentang Deviasi dan Foregrounding dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Karena dewasa ini pembaca puisi hanya menikmati rima- rima dan keindahan pilihan kata-kata yang terdapat dalam puisi saja dengan

(3)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 3

mengabaikan keindahan tersembunyi di balik diksi-diksi dalam puisi tersebut.

Bahkan penyimpangan-penyimpangan dalam puisi merupakan keindahan yang luput dari lidah penikmat karya sastra khususnya puisi tersebut.

Penyimpangan bahasa dalam karya sastra dimungkinkan. Hal ini karena karya sastra memiliki sistim linguistik yang lebih longgar dibandingkan dengan teks lainnya. Terlebih khusus dalam puisi, penyair memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya karena ia memiliki apa yang disebut dengan licencia poetica atau kebebasan/

kewenangan dalam berpuisi. Pandangan semacam itu, membuat penyair bebas menyampaikan ekspresinya. Memainkan diksi dengan patahan-patahan simbol yang jauh dari makna denotatif, juga mempermainkan enjabemen dengan membentuk tifografi tertentu sudah menjadi sesuatu yang lazim dalam puisi.

Karena hal tersebutlah maka peneliti melakukan penelitian dengan obyek sastra berupa kumpulan puisi. Di Indonesia, Sutarji Calzoum Bahcri bahkan menjadikan puisinya dengan pakem mantra. Membentuk tipografi dan teks puisi dengan loncatan imajinasi yang terjal. Pembaca bukan hanya disajikan permainan rima, namun juga misteri pemaknaan kata. Karena hal tersebutlah maka peneliti melakukan penelitian deviasi dan foregrounding dalam karya sastra berupa dua kumpulan puisi yang berbeda yaitu Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan

99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib.

METODE

Pendekatan penelitian yang diguna- kan adalah pendekatan kualitatif. Dinya- takan sebagai pendekatan kualitatif kare- na penelitian ini didasarkan pada bebera- pa konsep dan prinsip penelitian kualita- tif. Beberapa konsep yang dimaksud adalah (1) data merupakan data verbal, (2) penelitian bersifat deskriptif, (3) diorientasikan pada pemahaman makna, baik itu merujuk pada ciri, konsepsi, nilai, kaidah, dan pemahaman, (4) meng- utamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan dunia yang diteli- ti, dan (5) mengutamakan peran peneliti sebagai instrumen kunci. Berdasarkan pendekatan dan rumusan masalah yang dipilih, jenis penelitian ini merupakan penelitian analisis teks. Penelitian ini akan menganalisis teks yang terkandung dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib dengan menggunakan sumber- sumber pustaka yang berkaitan dengan rumusan masalah yang akan dianalisis, yaitu jenis, fungsi, serta penyajian deviasi dan foregrounding. Penelitian ini mendeskripsikan apa yang menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif memosisikan manusia sebagai instrumen utama pene-

(4)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 4

litian. Peneliti sebagai manusia berhubungan langsung dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pengumpulan data, analisis data dan interpretasi data.

Oleh karena itu, realita yang berhasil digali dan ditemukan melalui penelitian kualitatif dianggap bersifat subjektif karena sangat bergantung dari kapasitas dan kredibilitas pihak yang terkait (Gunawan, 2016:142). Sesuai dengan judul penelitian, maka data penelitian diambil dari buku sumber yaitu kumpul- an puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi dokumentasi. Teknik ini digunakan karena sumber data dalam penelitian ini bersifat dokumentasi, sedangkan data berupa hasil pemahaman deviasi dan foregrounding dalam kum- pulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib.

Teknik Analisis Data

Data yang berupa paparan-paparan bahasa yang berhubungan dengan deviasi dan foregrounding, dianalisis menggunakan prosedur analisis data model interaktif (Mills dan Huberman, 2007:20) dengan adaptasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penelitian. Sete- lah data yang berupa paparan-paparan bahasa yang berhubungan deviasi dan foregrounding dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya

Emha Ainun Nadjib terkumpul, selanjut- nya data tersebut dianalisis melalui tiga tahap (1) Klasifikasi Data Data yang terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan pembatasan masalah yang meli- puti Deviasi dan Foregrounding dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Ainun Nadjib. (2) Deskripsi Data, Tahap ini dilaksana-kan dalam rangka menyimpulkan hasil penelitian yang berisi hasil interpretasi penjelasan dari data yang dikumpulkan.

(3) Interpretasi Data. Pada tahap ini peneliti melakukan interpretasi dengan cara menganalisis data terhadap data yang telah diklasifikasikan dalam rangka mendapatkan deskripsi Deviasi dan Foregrounding dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib tersebut yang kemudian diwujudkan dalam bentuk hasil laporan.

Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas) menurut versi positivism dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahu- an, kriteria dan paradigmanya sendiri (Moleong, 2012:321). Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti mengumpulkan, menganalisis serta menginterpretasi hasil temuannya tidak dengan seenaknya sendiri. Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan bermacam-

(5)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 5

macam sumber bacaan atau literatur yang relevan dengan obyek yang akan diteliti. Sehingga keabsahan temuan atau data-data yang disajikan baik dalam pengumpulan, penganalisisan serta penginterpretasian data dapat dipertang- gungjawabkan keabsahannya karena penelitian ini berangkat dari teori-teori serta literatur dari beberapa pengarang yang dapat diakui kredibilitasnya.

Pengecekan keabsahan temuan ini dimaksudkan untuk memeriksa kembali tentang validitas data yang didapat dalam penelitian. Pada penelitian ini diperlukan adanya kesesuaian antara sudut pandang peneliti dengan sudut pandang orang lain dalam menganalisis Deviasi dan Foregrounding dalam kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Peneliti merupakan instrumen kunci, besar kemungkinan unsur subjek- tivitas dalam perolehan data subjektif.

Untuk menjaga kepercayaan data maka dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan data penelitian dengan mengunakan (1) teknik ketekunan, (2) ketelitian pengamatan, (3) verifikasi, (4) pengecekan dengan teman sejawat.

Teknik tersebut dilakukan dengan cara membaca kembali secara periodik terhadap data dan sumber data.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah karya penelitian dari awal hingga akhir, baik yang bersifat akademik maupun admi-

nistratif. Adapun prosedur atau langkah kerja yang akan dilakukan dalam peneli- tian ini diklasifikasikan ke dalam bebe- rapa tahap, yang meliputi tahap persiap- an, pelaksanaan dan penyelesaian. Se- perti pendapat Suharsimi Arikuntho yang menyatakan bahwa sebenarnya masih dapat disebutkan langkah-langkah atau prosedur penelitian lain yang lebih menitikberatkan pada kegiatan adminis- tratif yaitu pembuatan rancangan peneli- tian, pelaksanaan penelitian, dan pembu- atan laporan penelitian (Arikuntho, 2010:61). Ketiga prosedur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. (1) Tahap Persiapan Penelitian. Tahap persiapan merupakan tahap awal untuk mengada- kan penelitian. Tahap-tahap persiapan ditempuh meliputi kegiatan-kegiatan berikut: Pengajuan judul tesis, Pengkaji- an pustaka, yaitu buku-buku dan sumber yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dikaji, kemudian mengidenti- fikasi pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tujuan penelitian. Menyusun rancangan penelitian. Rancangan ini digunakan sebagai pemandu penelitian dan konsultasi ke dosen pembimbing.

(2) Tahap Pelaksanaan Penelitian. Tahap pelaksanaan ini merupakan pelaksanaan penelitian yang sesungguhnya yang meliputi hal-hal berikut: Penyusunan konsep pendahuluan yang berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian, hasil yang diharapkan, asumsi serta penegasan istilah, menentukan metode dan teknik penelitian dalam menyusun prosedur penelitian. (3) Tahap Penyele-

(6)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 6

saian Penelitian. Tahap ini merupakan tahap akhir dari serangkaian penelitian.

Setelah diadakan pembahasan, selanjut- nya peneliti membuat kesimpulan- kesimpulan dari penelitian. yang melipu- ti menyusun konsep laporan. Pada tahap ini penulis menyusun konsep tentang pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Deviasi Leksikal

Munculnya bentuk deviasi leksikal ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain pembentukan kata yang masih problematik, kata bentukan baru, neologisme, bentuk kata tanpa makna atau tidak ada di dalam kamus.

Pada kutipan puisi berjudul 21 tersebut terdapat jenis deviasi dalam karya sastra yaitu deviasi leksikal.

Bentuk deviasi leksikal tersebut berupa kata- kata Alifbata, abcd, hanacaraka, karena bentuk kata-kata tersebut tanpa makna yaitu Alifbata adalah tiga huruf pertama pada bahasa arab (huruf hijayah), abcd merupakan empat huruf dalam bahasa Indonesia dan hanacaraka merupakan lima aksara awal pada bahasa jawa. Kata-kata tanpa makna tersebut menjelaskan dan menegaskan baris puisi sebelumnya yaitu Aljabar tak mampu menampung anugerah-Mu.

Bentuk deviasi leksikal pada puisi tersebut berfungsi untuk membangkitkan rasa penasaran, terkejut atau terasa lain kepada pembaca sehingga boleh dikatakan mampu memberikan dampak

psikologis. Penyajian bentuk deviasi leksikal dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi Alifbata, abcd, hanacaraka, penulis menyajikan deviasi leksikal melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada baris puisi sebelumnya yaitu Aljabar tak mampu menampung anu- gerah-Mu.

Pada kutipan puisi tersebut terdapat jenis deviasi dalam karya sastra yaitu deviasi leksikal. Bentuk deviasi leksikal tersebut berupa kata- kata ci-luk-ba karena bentuk kata-kata tersebut tanpa makna. ci-luk-ba biasanya digunakan untuk ber komunikasi dengan bayi atau anak dengan menutup wajah dengan kedua tangan kemudian dibuka sambil mengatakan ci-luk-ba. Kata-kata tanpa makna tersebut menjelaskan dan menegaskan baris puisi sebelumnya yaitu bahkan mendurhaka, sebab tahu kelahiran.

Bentuk deviasi leksikal pada puisi tersebut berfungsi untuk membangkitkan rasa penasaran, terkejut atau terasa lain kepada pembaca sehingga boleh dikatakan mampu memberikan dampak psikologis. Penyajian bentuk deviasi leksikal dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi ci-luk-ba penulis menyajikan deviasi leksikal melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada baris puisi sebelumnya yaitu bahkan mendurhaka, sebab tahu kelahiran.

Bentuk Deviasi Fonologis

(7)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 7

Munculnya bentuk deviasi fonolo- gis ditandai dengan beberapa karakteris- tik antara lain berupa penulisan huruf- huruf, deretan huruf tertentu, dalam puisi namun tidak memiliki makna. Pada kutipan puisi yang berjudul 39 terdapat deviasi fonologis. Bentuk deviasi fono- logis tersebut berupa kata- kata Jing!

jing! jing! kata tersebut berupa penulisan huruf-huruf, deretan huruf tertentu, dalam puisi namun tidak memiliki makna. Kata-kata tanpa makna tersebut menjelaskan dan menegaskan baris puisi sebelumnya yaitu Dengar, kekasih musik mengeras.

Bentuk deviasi fonologis pada puisi tersebut berfungsi untuk memberikan efek sugestif, merasa tercekam, bunyi- bunyi yang tidak bermakna sanggup memberikan fungsi emotif dan memberi- kan dampak psikologis bagi pembaca.

Penyajian bentuk deviasi fonologis dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi Jing!

jing! jing! penulis menyajikan deviasi fonologis melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada baris puisi sebelumnya yaitu Dengar, kekasih musik mengeras.

Bentuk Deviasi Morfologis

Munculnya bentuk deviasi morfo- logis ditandai dengan beberapa karak- teristik antara lain berupa penggunaan bentuk afiksasi yang tidak tepat, baik yang berupa penghilangan maupun penambahan pada bentuk dasar, atau

berupa bentukan struktur morfologi baru yang problematik.

Pada puisi yang berjudul sarapan sebelum tidur tersebut terdapat jenis deviasi dalam karya sastra yaitu deviasi morfologis. Bentuk deviasi morfologis tersebut berupa kata pohonan. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi morfologis karena mengalami penghilangan afiksasi, kata yang seharusnya adalah pepohonan. Sehingga pohonan merupakan bentuk deviasi morfologis dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi morfologis pada puisi tersebut berfungsi untuk mengejutkan, membuat terpana, atau paling tidak bertanya-tanya serta berfungsi untuk menarik perhatian pembaca. Selain itu deviasi morfologis berfungsi dalam menunjang efek estetis puisi. Penyajian bentuk deviasi morfologis dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi pohonan penulis menyajikan deviasi morfologis melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada baris puisi tersebut yaitu duduk di pucuk- pucuk pohonan dan rerumputan.

Bentuk Deviasi Sintaksis

Munculnya bentuk deviasi sintaksis ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain berupa permutasi (pemba- likan susunan) unsur kalimat, enjabemen (perloncatan bagian satuan sintaksis suatu larik ke larik sesudahnya), unsur kalimat tidak lengkap, struktur tidak

(8)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 8

gramatikal, tidak kohesif, tidak kohe- rensif.

Pada puisi Tidak ada New York hari ini terdapat deviasi sintaksis. Bentuk deviasi sintaksis tersebut berupa kata semua kata tubuh mati semata. masa remaja dan negeri jauh. jatuh dan patah. foto-foto hitam putih. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi sintaksis karena mengalami enjabemen (perloncatan bagian satuan sintaksis suatu larik ke larik sesudahnya), diksi yang seharusnya dalam puisi tersebut adalah semua kata tubuh mati semata. masa remaja dan negeri jauh. jatuh dan patah. foto-foto hitam putih ditulis tanpa perloncatan ke baris berikutnya. Sehingga kata semua kata tubuh mati semata. masa remaja dan negeri jauh. jatuh dan patah. foto- foto hitam putih yang mengalami enjabemen merupakan bentuk deviasi sintaksis dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi sintaksis pada puisi tersebut berfungsi untuk memerindah puisi serta memunculkan ekspresif pembaca dan kepadatan makna yang kesemuanya adalah hal-hal yang esensial dalam sebuah puisi. Penyajian bentuk deviasi sintaksis dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi semua kata tubuh mati semata. masa remaja dan negeri jauh.

jatuh dan patah. foto-foto hitam putih yang penyajiannya mengalami perloncatan dari baris satu ke baris yang lain (enjabemen).

Bentuk Deviasi Semantis

Munculnya bentuk deviasi semantis ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain adanya penyimpangan makna denotatif dan menyaran pada makna inntensional, makna konotatif. Pada puisi berjudul 15 terdapat deviasi semantis. Bentuk deviasi semantis tersebut berupa kata-kata Tuhanku kapan sukmaku bisa sekukuh kegelapan- Mu, hingga segala kekagumanku, segala kebanggaan, segala belenggu dan rumusan, tak mengotorinya. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi semantis karena mengalami penyimpangan dari makna konvensional sebagaimana yang terdapat di dalam kamus atau makna aktual, makna denotatif atau adanya penyimpangan makna denotatif dan menyaran pada makna intensional. Makna yang dimaksud penulis dalam puisi tersebut adalah hamba yang bertanya kepada sang pencipta, kapan hati ini bisa suci tanpa penyakit hati sedikitpun. Sehingga diksi Tuhanku kapan sukmaku bisa sekukuh kegelapan-Mu, hingga segala kekagumanku, segala kebanggaan, segala belenggu dan rumusan, tak mengotorinya merupakan bentuk deviasi semantis dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi semantis pada puisi tersebut berfungsi untuk memberikan efek puitis serta memberikan keindahan pada puisi, dengan adanya penyim- pangan Semantis penuturan menjadi lebih konkret dan mudah untuk diimajinasikan. Penyajian bentuk deviasi

(9)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 9

semantis dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi Tuhanku kapan sukmaku bisa sekukuh kegelapan-Mu, hingga segala kekagu- manku, segala kebanggaan, segala belenggu dan rumusan, tak mengotori- nya penulis menyajikan deviasi semantis melalui kata-kata tersebut dalam rangka efek puitis serta memberikan keindahan pada puisi.

Bentuk Deviasi Grafologis

Munculnya bentuk deviasi grafologi ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain bentuk penyimpangan bahasa yang terdapat pada unsur ejaan dan tanda baca atau pungtuasi yang tidak tepat, grafologi. Suatu bentuk penulisan dipandang sebagai bentuk deviasi grafologi jika penulisan itu mengalami penyimpangan dari cara-cara penulisan konvensional dan baku.

Pada puisi Tidak Ada New York Hari Ini terdapat deviasi grafologi. Bentuk deviasi grafologi tersebut berupa kata di kenang. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi grafologi karena penulisan itu mengalami penyimpangan dari cara-cara penulisan konvensional dan baku. kata yang seharusnya adalah dikenang. Sehingga di kenang meru- pakan bentuk deviasi grafologi dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi grafologi pada puisi tersebut berfungsi untuk memberikan/

memunculkan dampak psikologis, agar tulisan mendapat perhatian yang berbeda dan berfungsi untuk mencapai efek

keindahan. Selain itu deviasi grafologi berfungsi dalam menunjang efek estetis puisi. Penyajian bentuk deviasi grafologi dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi di kenang penulis menyajikan deviasi grafologi melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada larik puisi tersebut yaitu kau yang panas di kening, kau yang dingin di kenang.

Bentuk Deviasi Dialek

Munculnya bentuk deviasi dialek ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain penyimpangan unsur dialek berwujud penggunaan kata-kata kolo- kial, slang, kata-kata bahasa daerah, dan lain-lain yang tidak baku. Pada puisi yang berjudul 26 tersebut terdapat deviasi dialek. Bentuk deviasi dialek tersebut berupa kata ngungun. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi dialek karena penulisan dari penyair yang ingin mengungkapkan isi hatinya dengan tuntas tapi merasa bahwa bahasa standar yang ada tidak bisa mewakili apa yang dirasakannya; yang bisa mewakilinya adalah dialek suatu daerah (sunda) kata yang seharusnya adalah sedih. Sehingga kata ngungun merupakan bentuk deviasi dialek dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi dialek pada puisi tersebut berfungsi untuk mewakili sesuatu yang ingin diungkapkan penulis dalam puisi tersebut. Selain itu deviasi dialek berfungsi dalam menunjang efek estetis puisi. Penyajian bentuk deviasi

(10)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 10

dialek dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi ngungun penulis menyajikan deviasi dialek melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada puisi yang mempunyai arti sedih atau nelangsa.

Bentuk Deviasi Register

Sebuah puisi dipandang memiliki penyimpangan register jika puisi terse- but mengandung unsur register atau ragam bahasa lain di dalamnya. Ragam bahasa itu dapat berwujud ragam ilmiah, ragam pers, ragam surat, termasuk ragam bahasa sastra. Jadi, dalam pengertian ini dipergunakannya sebagai ragam bahasa lain selain ragam bahasa sastra ke dalam teks-teks sastra khususnya puisi. Penggunaan unsur register antara lain berupa pemakaian istilah-istilah teknis dari bidang keilmuan tertentu, misalnya ekonomi, kedokteran, fisika, kimia, dan lain-lain yang merupakan register bahasa ilmiah.

Pada kutipan puisi tersebut terdapat jenis deviasi dalam karya sastra yaitu deviasi register. Bentuk deviasi register tersebut berupa kata asmaulhusna. Kata tersebut merupakan bentuk dari jenis deviasi register karena sebagai ragam bahasa lain selain ragam bahasa sastra yang digunakan penulis ke dalam teks- teks sastra puisi tersebut. bahasa puisi tersebut termasuk register sastra, tetapi di dalamnya dimasukkan register dakwah dari kutipan bahasa arab yaitu kata asmaulhusna. Sehingga asmaul-

husna merupakan bentuk deviasi register dalam puisi tersebut.

Bentuk deviasi register pada puisi tersebut berfungsi untuk merekam secara alamiah kata-kata serta untuk mengkon- kretkan situasi yang berlangsung dan berfungsi untuk memperkuat terjemahan bahasa Indonesia karena deviasi register tersebut menggunakan bahasa asing (arab). Penyajian bentuk deviasi register dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi asmaul- husna penulis menyajikan deviasi register melalui kata-kata tersebut sebagai pendukung pada larik-larik sebelumnya yaitu Tuhanku bimbinglah aku memahami ilmu-Mu, bumi dan angkasa, ruang dan waktu, logam tanah air apiilmu kapak Ibrahim dan tongkat Musa, badai dan samudra.

Bentuk Deviasi Historis

Deviasi historis merupakan bentuk penyimpangan bahasa yang berwujud penggunaan kata-kata arkais. Sebuah puisi atau teks kesastraan pada umum- nya memakai kata-kata yang umum dipakai pada masanya, masa ketika puisi itu ditulis. Jika puisi itu memakai kata- kata “masa lalu”, memasukkan kata-kata arkais di dalamnya, puisi itu dipandang mengalami deviasi historis. Dengan kata lain sebuah puisi dikatakan mengalami penyimpangan historis jika puisi tersebut mengandung unsur kata arkais di dalam- nya (Nurgiyantoro, 2014:337). Muncul- nya bentuk deviasi historis ditandai dengan beberapa karakteristik antara lain

(11)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 11

penggunaan kata-kata yang sudah usah, kata-kata kuno, arkais.

Bentuk deviasi historis tidak dite- mukan dalam kumpulan Puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Kedua kumpulan puisi tersebut termasuk puisi modern, sehing- ga dalam pilihan kata yang digunakan pengarang tidak menggunakan kata-kata arkais atau kata-kata yang sudah usang/kuno.

Foregrounding

Foregrounding dimaknai sebagai pengedepanan, pengaktualan, pemen- tingan, atau penekanan. Dalam peneliti- an ini pendayaan bahasa sastra melalui foregrounding terwujud dalam penggu- naan bentuk-bentuk repetisi sebagai upaya penulis dalam menekankan, pe- mentingan, pengedepanan pada sesuatu yang ingin ditonjolkan.

Pada kutipan puisi berjudul 4 tersebut terdapat foregrounding. Bentuk foregrounding tersebut berupa kata Tuhanku dan sembahyang. Kata-kata tersebut termasuk dalam bentuk fore- grounding karena mengandung unsur pengulangan (repetisi) yang menekankan atau menonjolkan kata-kata yang diu- lang tersebut. karena kata sembahyang diulang sebanyak 17 kali.

Bentuk foregrounding pada puisi tersebut berfungsi untuk memberikan dampak psikologis kepada para pembaca puisi, yaitu pembaca lebih fokus dan memberi perhatian yang lebih. Penyajian

bentuk foregrounding dalam karya sastra berupa puisi tersebut disajikan penulis dengan diksi Tuhanku dan sembahyang.

Penulis menyajikan bentuk foreground- ing melalui kata-kata tersebut untuk memberikan dampak psikologis kepada para pembaca puisi, yaitu pembaca lebih fokus dan memberi perhatian yang lebih pada diksi yang diulang tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi dalam hal penyajian deviasi leksikal. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini tidak mengha- dirkan bentuk deviasi leksikal, sedang- kan Emha Ainun Nadjib dalam kumpul- an puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku menghadirkan bentuk deviasi leksikal yang terdapat pada tiga puisi yang berjudul 10, 2 , dan 39. Karakte- ristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam hal penyajian deviasi morfologis. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini mengha- dirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk deviasi morfologis terdapat pada puisi yang berjudul Sarapan Sebelum Tidur dengan diksi pohonan yang seharusnya pepohonan, sedangkan Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku meng- hadirkan bentuk deviasi morfologis yang terdapat dalam dua puisinya yang berjudul 7 dan 21.

(12)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 12

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam hal penyajian deviasi sintaksis. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini menghadirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk deviasi sintaksis terdapat pada puisi yang berjudul Pukul 4 Pagi, Pagi Di Central Park, Aku Tidak Pernah Betul-Betul Pulang, Batas, Sarapan Sebelum Tidur, Sepasang Matamu, Di Bandara Hari Itu, Di Depan Lemari Pendingin, dan Ciuman Perpisahan. Secara keseluruhan deviasi sintaksis yang terdapat dalam puisi-puisi karya Aan Mansyur merupakan bentuk enjabemen. Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku menghadirkan bentuk deviasi sintaksis yang terdapat dalam puisinya yang berjudul 3, 7, 17, 26, dan 43.

Karakteristik dari dua penulis kum- pulan puisi tersebut berbeda dalam hal penyajian deviasi semantis. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini menghadirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk deviasi semantis terdapat pada puisi yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini, Pukul 4 Pagi, Pagi Di Central Park, Aku Tidak Pernah Betul-Betul Pulang, Batas, Sarapan Sebelum Tidur, Sepasang Matamu, Di Bandara Hari Itu, Di Depan Lemari Pendingin, dan Ciuman Perpisahan.

Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk

Tuhanku dengan tema religius mengha- dirkan bentuk deviasi semantis yang terdapat dalam puisinya yang berjudul 3, 4,7, 15, 17, 26, 39, 43, dan 76.

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam penyajian deviasi grafologis. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini menghadirkan puisi dengan tema percin- taan dan bentuk deviasi grafologis terdapat pada puisi yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini dan Ciuman Perpisahan. Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku dengan tema religius menghadirkan bentuk deviasi grafologis yang terdapat dalam puisinya yang berjudul 43.

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam hal penyajian deviasi dialek. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini menghadirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk deviasi dialek terdapat pada puisi yang berjudul Pagi Di Central Park. Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku menghadirkan bentuk deviasi dialek yang terdapat dalam tiga puisinya yang berjudul 21, 26 dan 39.

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda dalam penyajian bentuk deviasi register. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New Yorkdeviasi register, sedangkan Emha Ainun Nadjib dalam

(13)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 13

kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku menghadirkan bentuk deviasi register yang terdapat pada puisinya yang berjudul 3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk deviasi historis tidak ditemukan dalam kumpulan Puisi Tidak Ada New York Hari Ini karya Aan Mansyur dan 99 untuk Tuhanku karya Emha Ainun Nadjib. Kedua kumpulan puisi tersebut termasuk puisi modern, sehingga dalam pilihan kata yang digunakan pengarang tidak menggunakan kata-kata arkais atau kata-kata yang sudah usang/kuno.

Karakteristik dari dua penulis kumpulan puisi tersebut berbeda satu sama lain dalam hal penyajian foregrounding dalam karyanya. M. Aan Mansyur dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini menghadirkan puisi dengan tema percintaan dan bentuk foregrounding terdapat pada puisi yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini, Aku Tidak Pernah Betul-Betul Pulang, dan Ciuman Perpisahan. Emha Ainun Nadjib dalam kumpulan puisinya yang berjudul 99 Untuk Tuhanku dengan tema religius menghadirkan bentuk foregrounding yang terdapat dalam puisinya yang berjudul 3, 4,7, 15, 17, 21, 39, 43, dan 76.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, Imam. 2016. Metode Peneliti- an Kualitatif: teori dan praktik.

Jakarta: PT. Bumi aksara.

Mansyur, Aan. 2016. Tidak Ada New York Hari Ini. Jakarta. PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nadjib, Emha Ainun. 2015. 99 untuk Tuhanku. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Teeuw. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra.

Bandung: PT. Dunia pustaka jaya.

(14)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII A MTS ALMAARIF 01 SINGOSARI

MELALUI TEKNIK GROUP INVESTIGATION Ahmad Asykar Yudha Kusuma

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma Asykar_ahmad@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan proses dan peningkatan hasil keterampilan menulis teks diskusi siswa kelas VIII A MTs Almaarif 01 Singosari melalui teknik group investigation. Penilitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu pratindakan, tindakan I, dan tindakan II. Pada pratindakan peneliti mengumpulkan data dari hasil pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis teks diskusi tanpa menggunakan teknik group investigation. Pada tindakan I dan tindakan II peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan teknik group investigation. Masing-masing tindakan meliputi perencanaan, pelaksa- naan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII A MTs Almaarif 01 Singosari sebanyak 45 siswa. Pada tindakan I proses keterampilan menulis teks diskusi mencapai 73.3% dan pada tindakan II 71.0% . Sedangkan pada tindakan I hasil keterampilan menulis teks diskusi 55.5% dan pada tindakan II 57.7%. Menurunnya proses dan sedikitnya peningkatan dikarenakan 20% siswa tidak mengikuti kegiatan pembelajaran karena beberapa alasan. Akan tetapi dilihat dari proses dan hasil secara perorangan keterampilan menulis siswa dapat meningkat menggunakan teknik group investigation.

Kata-kata Kunci: keterampilan menulis, teks diskusi, group investigation

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 berbasis pada teks. Pembelajaran ini memiliki prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kum- pulan kata-kata atau kaidah-kaidah keba- hasaan, (2) penggunaan bahasa merupa- kan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan mak- na, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena

dalam bentuk bahasa yang digunakan itu cermin ide, sikap, nilai, dan idiologi penggunaannya, dan (4) bahasa merupa- kan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia (Zabadi dkk, 2014:vii).

Prinsip tersebut yang memperkuat peme- rolehan empat kete-rampilan berbahasa salah satunya dengan mencipta teks dengan kete-rampilan menulis.

Menulis merupakan aktivitas aktif yang dilakukan oleh seseorang dalam memaparkan produk atau hasil karya. Menulis selalu memberikan

(15)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 15

warna dalam kepribadian seseorang dan memupuk potensi diri yang pasif menja- di produktif. Sehingga dengan menulis seseorang dapat menata keinginan pribadi atau kelompok menjadi konsep luar biasa.

Seperti halnya pada teks diskusi.

Teks diskusi difungsikan sebagai acuan dalam memaparkan beberapa argument yang dianggap penting sebagai dasar terbentuknya sebuah simpulan akhir penyelesaian masalah tertentu. Tentu- nya penulisan teks diskusi perlu ditata sesuai dengan kaidah kebahasaan, sehingga penulisan teks diskusi dapat tertata dan memunculkan uraian yang terstuktur.

Aktivitas menulis teks diskusi ini terda-pat dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah pada semester dua Kuriku- lum 2013 Revisi 2014. Materi ini terle- tak pada kompetensi dasar 3.1 (menyu- sun teks diskusi sesuai dengan karakte- ristik teks baik secara lisan atau tulisan).

Pembelajaran ini diharapkan melatih siswa untuk belajar, menata, dan membiasakan diri untuk menulis teks diskusi. Tentunya dengan cara yang tepat dan dapat mengantarkan pemaham- an siswa dalam menetukan batasan- batasan kegiatan berdikusi. Orientasi aktivitas menulis teks diskusi sangat penting. Siswa harus dibiasakan membaca terlebih dahulu dan menilai keberada-an lingkungan sebagai data atau penge-tahuan yang dijadikan topik pembicara-an (isu). Cara ini dianggap

paling penting sebagai modal awal dalam menulis teks diskusi dengan baik.

Setelah mampu menemukan topik, siswa diharapkan memahami konsep menulis teks diskusi dengan mudah. Kegiatan memahami konsep ini dapat dibimbing oleh guru dengan teknik tertentu yang diharapkan mem- permudah pemahaman siswa, baik secara tertulis ataupun lisan. Sehingga dalam penulisan mampu mengarahkan pada tata penulisan yang tepat. Akan tetapi, permasalah pasti tetap ada dalam penulisan teks diskusi, terutama terletak pada penentuan topic dan bagaiman menjalankan topik sesuai dengaan struk- tur dan unsure kebahasaan sehingga dapat menjadi teks yang baik dan mudah dikembangkan dalam penyampaian bahasa lisan.

Pada siswa kelas VIII A MTs Almaarif 01 Singosari, siswa masih merasa kesulitan dalam memperoleh informasi dalam pengembangan isu tertentu. Hal ini terjadi karena budaya membaca dan mengamati lingkungan masih kurang dari beberapa faktor diantaranya kurang kesadaran, tidak tertarik, dan merasa tidak butuh pada linkungan tertentu. Sehingga mereka pun sulit dalam mengembangkan isu sesuai dengan kemauan konteks penulisan teks diskusi. selain itu, akibat hal tersebut siswa merasa bingung dalam menulis teks diskusi.

Adanya beberapa peristiwa terse- but peneliti mencoba mencoba, menela- ah teknik group investigation untuk meningkatkan keterampilan menulis

(16)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 16

siswa kelas VIII A MTs Almaarif 01 Singosari. Group investigation merupa- kan bagian dari metode pembelajaran kooperatif. Huda (2013:111), salah satu asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bahwa sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar dari pada melalui lingkungan kompetitif individual. Selain itu, mendo- rong kemauan siswa untuk mengenal dan tertarik pada lingkungannya, sehing- ga lebih mudah dalam menyusun konsep dan mengembangkan teks.

Teknik pembelajaran Group Investigation merupakan teknik pembel- ajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Shlomo dan dan Sharan pada tahun 1976. Teknik ini menitikberatkan pada aktivitas siswa yang mengharuskan untuk beraktivitas dan berpikir tingkat tinggi. Beraktivitas dan berpikir tingkat tinggi yang dimaksudkan adalah siswa mengidentivikasi permasalahan dengan beberapa dasar atau pembuktian yang dipikirkan matang dan mampu menemu- kan titik terang atas penemuan masalah yang ada.

Group Investigation atau dapat kita sebut investigasi kelompok dapat mengarahkan pola pikir siswa pada pemenuhan dasar-dasar pemikiran seca- ra akurat dan terarahkan pada konsep utama. Contohnya dalam menentukan topik, seorang siswa mencari, mengana- lisis, dan menyimpukan suatu hal yang diambil dari hasil membaca dan menga- mati dengan menemukan poin-poin

tertentu. Dari poin-poin tersebut yang akan dikembangkan dengan pola yang tepat dengan teks yang dimaksud akan tetapi memiliki acuan sebagai bahan dasar pengembangan teks itu sendiri.

Dari uraian tentang teknik group Investigation, teknik ini dianggap cocok untuk dipergunakan dalam peningkatan keterampilan menulis teks diskusi de- ngan asumsi siswa membutuhkan do- rongan untuk menemukan stimulus da- lam merespon segala hal-hal yang ada disekelilingnya sebagai bahan dalam penulisan teks diskusi tersebut. Respon yang tepat akan mempengaruhi proses kerja dan hasil penulisan teks diskusi.

METODE

Metode penelitian memberikan batasan dalam melaksanakan penelitian secara tertata dan terarah sesuai dengan konteks penelitian. Dalam metode pene- litian akan teruraikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadir-an peneliti, lokasi penelitian, sumber data, instrument dan prosedur pengum-pulan data, analisis data, pengecekan keabsah- an data, dan tahap-tahap penelitian.

Pada penelitian yang berjudul Peningkatan Keterampilam Menulis Teks Diskusi Siswa Kelas VIII A MTs Almaarif 01 Singosari melalui Teknik Group Investigation menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (PTK).

Riset tindakan kelas merupakan kegiatan studi percobaan yang sistematis untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas atas masalah-masalah yang terjadi

(17)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 17

(Widyartono, 2012:50). Masalah yang terjadi pada penelitian ini tentang akti- vitas menulis teks diskusi yang belum terarah dan terlaksana dengan baik karena beberapa faktor yang mengharus- kan adanya pemilihan teknik pembelal- aran yang sesuai dengan kebutuhan teks.

Kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diper- lukan (Saukah dkk, 2007:24). Kehadiran peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai partisipan penuh. Hal ini ditunjukkan fungsi peneliti dibutuhkan menyeluruh. Selain sebagai tutor atau guru, juga menjadi intrumen sekaligus pengumpul data.

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas melapokan sumber data, jenis data, dan teknik penjaringannya.

Data pada penelitian ini bersumber dari siswa kelas VIII A MTs Almaarif 01 Singosari dengan jumlah 45 siswa.

Sebanyak 45 siswa tersebut akan diperlakukan sama dari data awal pratindakan sampai dengan tindakan 1 ataupun tindakan 2 sampai menemukan hasil yang ditargetkan. Data yang diharapkan yaitu dengan menitikberat- kan pada proses dan hasil pembelajaran menggunakan teknik Group Investiga- tion dalam pembelajaran menulis teks diskusi. Kenaikan proses penulisan dan hasil menulis teks diskusi menjadi titik keberhasilan penilitian tindakan kelas ini.

Prosedur pengumpulan data disesuaikan dengan proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dalam pelak- sanaan pengumpulan data, selain objek

aktivitas dan keakuratan data yang akan diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu mendapat- kan perhatian (Sukmadinata, 2010:11).

Jadi sangat perlu data-data pendukung selain data-data utama. Data pratindakan sangat dibutuhkan terlebih dahulu seba- gai data pemula bahwa siswa dikelas VIII A layak untuk dijadikan objek penelitian tindakan kelas dengan bantu- an intrumen aktivitas siswa dan rekap data nilai. Selanjutnya masuk dalam proses tindakan pertama dengan mene- rapkan penggunaan teknik Group Inves- tigation dalam pembelajaran teks disku- si. Setelah pembelajaran ini dilaksana- kan (tindakan 1) guru mendapatkan nilai dari hasil penulisan serta dari data observasi kolaborator atas kegiatan yang telah dilaksanakan. Dari hasil yang didapatkan akan diolah menjadi satu simpulan. Kegiatan ini akan dilakukan lagi jika masih membutuhkan tindakan kedua.

Teknik analisis data yang diper- gunakan adalah reduksi data yaitu kegi- atan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Selanjutnya data tersebut ditringulasi dan menjadi data yang siap untuk dipertanggung- jawabkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dipaparkan ber- dasarkan kegiatan pratindakan, tindakan I, dan tindakan II.

(18)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 18

Pratindakan

Perencanaan pratindakan disu- sun sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran awal yang dibuat pada tahun pembelajaran baru 2016/2017 tanggal 25 juli 2017. Pada perencanan pembelajaran yang disusun ini mempergunakan teknik pembelajaran bertukar pasangan. Hal ini dilakukan dengan harapan siswa mampu menye- suaikan dengan siswa lain yang tidak dalam satu kelompok menjadi kelom- pok lain. Mulanya pada pembagian kelompok pada teknik ini siswa tam-pak antusias. Akan tetapi setelah uji coba kerja kelom-pok siswa merasa bosan karena aktivi-tasnya yang dila-kukan tidak efektif bagi dirinya. Men-cari pokok permasalahannya mereka merasa kebingungan. Pada aktvitas pembelajaran ini guru (peneliti) memperoleh deskripsi pengamatan berikut ini.

Tabel 1 Observasi Aktivitas Pembelajaran Menulis Teks Diskusi Praktindakan

Berdasarkan dari observasi di atas penyusunan teks diskusi belum berhasil dengan menerapkan teknik bertukar pasangan. Selain itu, dari hasil pratindakan siswa belum bisa memper- gunakan struktur, unsur kebahasaan, dan penerapan pro kontra yang sesuai de- ngan konsep teks diskusi. Pelaksana-an pratindakan ini menghasilkan peni-laian sebagai berikut dengan ketuntasan minimal 75. Berdasarkan dari observasi di atas penyusunan teks diskusi belum berhasil dengan menerapkan teknik bertukar pasangan. Selain itu, dari hasil pratindakan siswa belum bisa memper- gunakan struktur, unsur kebahasaan, dan penerapan pro kontra yang sesuai dengan konsep teks diskusi. Pelaksanaan pra tindakan ini mengha-silkan penilaian dengan ketuntasan minimal 75. Pada pembelajaran menulis teks diskusi menggunakan teknik bertukar pasangan adalah 35.5% jauh dari angka keberha- silan pembelajaran. dari hasil ini perlu adanya inisiasi perbaikan dengan menggunakan teknik group investigation.

Tindakan I

Pada tindakan I peneliti meren- canakan pembelajaran keterampilan menulis teks diskusi mengacu pada penggunaan teknik group investigation.

Tindakan I ini direncanakan siswa bersama kelompoknya menginvestigasi isu yang ditentukan oleh guru yaitu tentang masalah kebersihan madrasah.

Produk dalam tindakan I ini ada dua yaitu hasil kerja kelompok dan hasil kerja individu. Dalam pengerjaan teks

4.1 Tabel Observasi Aktivitas Pembelajaran Menulis Teks Diskusi Pratindakan

No Fokus Pengamatan Deskripsi

1 Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas siswa tampak kebingungan dalam menyatukan informasi dari hasil bertukar pasangan.

2 Antusiasme siswa dalam pembelajaran

Siswa kurang antusias karena mereka tampak kebingngunan dengan aktivitas belajar yang dilaksanakan dengan teknik bertukar pasangan.

3 Respon siswa atas masalah- masalah di lingkungannya

Respon siswa tampak, akan tetapi karena teknik tidak ada penekanan khusus maka siswa sedikit menyepelekan lingkungannya sebagai media penulisan teks diskusi.

4 Interaksi antar siswa dalam pemecahan masalah

Interaksi siswa tidak tertata (amburadul) dalam pengolahan infomasi sebagai bahan penulisan teks diskusi.

5 Motivasi siswa dalam menghadapai tugas

Siswa cukup semangat untuk mendapatkan reward berupa nilai angka di atas standar kompetensi minimal akan tetapi terhambat dengan penggunaan teknik yang tidak tepat.

6 Minat siswa daam menuntaskan pembelajaran (berkenaan dengan proses dan hasil)

Minat siswa sangat semamngat akan tetapi dalam prosesnya mereka merasa kebingungan dan kesulitan.

(19)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 19

terdapat penilaan proses yang memiliki persentase ketuntasan 73.3%. Sedang- kan dari hasil kerja itu sendiri berbentuk teks diskusi. hasil kerja kelompok dan individu akan digabungkangkan dengan persentase 20% nilai kelompok dan 80%

nilai individu. Pada tindakan I ketuntas- an mencapai 55,5%.

Tindakan II

Jika pada tindakan I topiknya ditentukan pada tindakan II topiknya bebas ditentukan oleh siswa dalam kelompok tersebut. Pada tindakan II penilaian proses 71% mengalami penu- runan dari tindakan I. Pada tindakan II persentase hasil 57,7% naik 2,2%.

Penurunan pada proses dan tipisnya kenaikan hasil disebabkan 20%siswa tidak mengikuti pembelajaran dengan beberapa alasan.

Peningkatan proses merupakan peningkatan yang deperoleh dari pelaksanaan proses pembelajaran.

peningkatan proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan indikator penilaian yang disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar penilaian dalam pening- katan proses pembelajaran sesuai dengan target atau tujuan pembelajaran dan siswa mampu memiliki kompetensi yang mumpuni pada materi ajar.

Banyak hal yang dinilai dalam proses pembelajaran, diantaranya keaktivan siswa, kreativitas siswa, dan cara penyelesaian tugas. Ketiga hal tersebut merupakan pendukung untuk tercapainya pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan. Ketika siswa aktif

maka semakin cepat memahami maksud dan tujuan materi ajar. Begitu juga dengan kreativitas dan cara penyelesaian tugas, mereka akan mudah dalam mengolah hasil pemahaman pada sebuah produk teks yang ditugaskan.

Misalnya pada penilaian proses teks diskusi sebagai data peningkatan proses. Dalam penilaian proses tersebut teks diskusi ditentukan oleh guru menilai tentang tahapan penulisan dari pemahaman konsep, penulisan/penyu- sunan teks, dan perbaikan penulisan teks. Tentunya penilaian tersebut diikuti dengan adanya indikator pendukung di masing-masing tahapan penilaian.

Penilaian pemahaman konsep memiliki indikator dari tiga aspek, diantaranya pengenalan konteks, struktur teks, dan unsure kebahasaan teks. Pada penilaian penulisan terdapat dua aspek yaitu pemahaman konsep teks dan implemen- tasi pemahaman teks. Sedangkan pada penilaian perbaikan teks dilihat dari dua aspek yaitu identifikasi hasil dan perbaikan hasil teks.

Beberapa penilaian tersebut dihubungkan dengan pengantar indika- tor. Pengantar indikator disesuaikan dengan skor penilaian yang diperguna- kan dari skor tertinggi 4 dan skor terendah 1 serta siswa yang tidak hadir tidak mendapatkan skor (0). Skor 4 memiliki deskripsi melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan semua aspek penilaian dan penuh kesungguhan (fokus). Skor 3 memiliki deskripsi melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan semua

(20)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 20

aspek penilaian dengan fokus yang terbagi. Melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan semua aspek penilaian dengan fokus yang terbagi. Skor 2 memiliki deskripsi melaksanakan aktivitas pembelajaran kurang sesuai dengan aspek penilaian (kurang 1 aspek penilaian). Skor 1 memiliki deskripsi idak melaksanakan aspek semua aspek penilaian. 4 skor tersebut akan dihubungkan dengan 3 penilaian proses yang dilakukan oleh siswa, dalam kelompok ataupun individu.

Penilaian proses diambil berda- sarkan aktivitas kegiatan dari awal sam- pai akhir dalam satu tindakan. Pengam- bilan nilai pada kegiatan ini berdasar- kan pengamatan pola kerja siswa dalam menyelesaikan tugas. Pola siswa dalam menyelesaikan tugas sangat beragam.

Keberagaman ini ditinjau dari kefokus- an aktivitas siswa menjalankan tugas sesuai dengan aspek penilaian proses yang direncanakan.

Pola siswa yang beragam bukan dari faktor siswa itu sendiri. Akan tetapi siswa merupakan manusia biasa yang terlahir ke dunia dalam keadaan berbeda diantaranya perbedaan genetik.

Perbedaan genetik itu juga ditambah dengan pengaruh lingkungan yang melingkupi pengalaman hidup manusia, baik linkungan keluarga, masyarakat, teman sepermainan, sekolah maupun lingkungan lainnya (Chatib, 2014:12).

Hal ini yang menjadikan penilaian proses tersebut sangat penting dalam kegiatan pembelajar. Hal luar mampu

mempengaruhi pola belajar siswa dari gaya pemahaman ataupun gaya praktik, ada siswa yang malas dan ada siswa yang rajin. Hal tersebut merupakan bentukan dari lingkungan yang dialami oleh siswa. hal tersebut yang mendasari bahwa proses akan terlaksana dengan baik dengan adanya motivasi belajar dan langkah pembelajaran dengan teknik yang tepat sesuai kondisi siswa.

Begitu juga pada peningkatan hasil Peningkatan hasil merupakan peningkatan yang didasarkan pada penilaian yang dihasilkan dari produk yang disusun atau ditulis oleh siswa.

Penilaian dalam kegiatan ini diperguna- kan untuk mengukur pengetahuan dan praktik siswa dalam sebuah pembelajar- an. Dalam kurikulum 2013 setiap pembelajaran teks harus memiliki produk sebagai implementasi pema- haman siswa atas pembelajaran yang dilaksanakan. Tentunya hal tersebut dapat terlaksana dengan perencanaan yang tersusun berdasarkan system, sehingga pencapaian hasil dapat maksimal. Akan tetapi, sangat perlu juga kehadiran siswa sebagai subjek penelitian. Perencanaan yang baik didukung dengan dengan kehadiran siswa menjadi pencapaian peningkatan penulisan teks diskusi.

SIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan proses pada pratindakan menggunakan observasi deskriptif kegiatan pembelajaran tanpa menggunakan teknik group investiga-

(21)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 21

tion dan memiliki deskripsi yang kurang memuaskan dalam sebuah pembelajaran.

Peningkatan proses pada tindakan I mencapai ketuntasan 73.3%

yang dambil dari proses pemahaman, penulisan dan perbaikan. Peningkatan proses tindakan II menghasilkan mencapai 71% mengalami penurunan yang disebabkan 20% siswa tidak hadir dalam pembelajaran. Namun demikian jika semua siswa hadir proses pembelajaran akan meningkat. Karena beberapa siswa tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam pembelajaran sebelumnya.

Peningkatan hasil siswa dalam pratindakan pembelajaran keterampilan menulis teks diskusi mencapai 35.5%

tanpa menggunakan teknik group inves- tigation. Sedangkan peningkatan hasil siswa tindakan I pembelajaran keteram- pilan menulis teks diskusi mengguna- kan teknik group investigation menca- pai 55.5%. Mengalami peningkatan 20%

dari pratindakan.

Peningkatan hasil siswa tindak- an II pembelajaran keterampian menulis teks diskusi menggunakan teknik group investigation (modivikasi langkah pem- belajaran tindakan I) mencapai 57.7%.

Meningkat tipis dari tindakan I yaitu 2.2%.

DAFTAR RUJUKAN

Chatib, Munif. 2014. Sekolahnya Manusia Menjadi Guru Kreatif.

Bandung:Kaifa

Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Irham, Muhammad dan Wiyani, Novan Ardi. 2015. Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Sleman:Ar-Ruzz Media.

Saukah, Ali, dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang.

Universitas Negeri Malang.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik.

Bandung:Nusa Media.

Widyartono, Didin. 2012. Bahasa Indonesia Riset. Malang:UB Press.

Zabadi. Fairul dan Sutejo. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan.

Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

(22)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 22

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII DI MTS NURUL JADID KABUPATEN PROBOLINGGO

MELALUI TEKNIK STAD Andriyanto

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma andriyanto_aan88@yahoo.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi objektif tentang pengikatan proses dan hasil keterampilan menulis teks cerita pendek siswa kelas VII MTs Nurul Jadid Kabupaten Probolinggo melalui teknik STAD. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data penelitian yang pertama berupa hasil pengamatan, kedua hasil wawancara dengan guru bidang studi, dan ketiga hasil tes belajar siswa kelas VII MTS Nurul Jadid secara individu. Berdasaarkan data hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa siswa yang tadinya terlihat lelah dan bosan, mulai tertarik dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil keterampilan menulis teks cerita pendek MTS Nurul Jadid mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik STAD. Hasil rata-rata nilai menulis teks cerita pendek pratindakan yaitu 51 dan persentase ketuntasan mencapai 30,43%. Pada siklus I rata-rata kelas mencapai 69,31 dengan persentase ketuntasan 63,1%. Sedangkan pada siklus II rata-rata kelas mencapai 76,3 dengan persentase ketuntasan 72,2%. Perolehan hasil rata- rata nilai tes menulis teks cerita pendek menunjukkan bahwa pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan teknik STAD pada siswa kelas VII MTS Nurul Jadid mengalami peningkatan.

Kata-kata Kunci: peningkatan, kemampuan menulis, cerpen, STAD

PENDAHULUAN

Pembelajaran menulis teks cerita pendek penting bagi siswa sekolah menengah tingkat pertama karena cerita pendek dapat dijadikan sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran.

Menurut Widya-marta (dalam Widyas- tuti: 2012:2) menulis cerita pendek ialah menulis tentang sebuah peristiwa atau kejadian pokok dan merupakan dunia alternatif pengarang. Sedangkan Sumar- djo (dalam Widyastuti 2012:2) berpen- dapat bahwa menulis cerita pendek

adalah seni, keterampilan menyajikan cerita. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis teks cerita pendek merupakan seni/keteram- pilan menyaji-kan cerita tentang sebuah peristiwa atau kejadian pokok yang dapat dijadikan sebagai dunia alternatif pengarang.

Keterampilan menulis teks cerita pendek yang dimiliki siswa tidaklah sama. Sebagian siswa mampu menulis teks cerita pendek dengan baik dan sebagian siswa lain masih belum mampu

(23)

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 23

menulis teks cerita pendek dengan baik.

Kondisi tersebut diperparah dengan rendahnya minat siswa terhadap materi tentang cerpen. Padahal, sebelum menulis cerpen, siswa terlebih dahulu harus memahami apa itu cerpen, serta unsur-unsur yang ada didalamnya.

Setelah itu, baru siswa bisa menulis cerpen dengan baik. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Badudu (dalam Widyastuti 2012:2) bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah ditandai dengan (1) frekuensi kegiatan menulis yang dilakukan oleh siswa sangat rendah, (2) kualias karya siswa sangat buruk, (3) rendahnya antusiasme dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dan pembelajaran menulis pada khususnya, dan (4) rendahnya kreatifitas belajar siswa pada saat kegiatan belajar mengajar menulis.

Berdasarkan hasil observasi di MTS Nurul Jadid yang dilakukan di kelas VII diketahui bahwa sebagian besar siswa di sana kurang tertarik jika mendapatkan materi tentang cerpen. Hal itu terlihat dari sikap siswa yang tidak bersemangat ketika guru menerangkan materi tentang cerpen. Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi tentang cerpen. Jika hal itu terjadi terus menerus maka akan berdampak terhadap hasil keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Sebab, dalam menulis cerpen hal yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu mengerti apa itu cerpen dan unsur-unsur di dalamnya setelah itu baru siswa bisa menuangkan pikiran dan

perasaannya dalam bentuk cerpen. Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan keterampilan menulis cerpen. Hambatan-hambatan tersebut yaitu menentukan tema, menyusun kalimat demi kalimat serta menghubungkan paragraf dengan paragraf di dalam cerpen.

Pembelajaran menulis cerpen harus mendapat porsi yang cukup karena banyak unsur-unsur yang perlu diketahui dan diajarkan secara terperinci agar siswa lebih mudah memahami. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan kreatif untuk menarik minat siswa, menghargai hasil karya siswa dengan memberikan peni- laian dan pujian seperlunya atau memberikan suatu penghargaan.

Melihat kenyataan yang ada seperti yang terungkap di atas, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran metode kooperatif teknik STAD (Student Teams Achievement Division) dalam upaya meningkatkan keterampil-an menulis teks cerita pendek. Pembel- ajaran metode kooperatif teknik STAD dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, berinteraksi dengan kelompok (Sakdiyah, 2010: 4).

Dengan teknik STAD, sebelum menulis cerpen, siswa terlebih dahulu akan memahami apa itu cerpen serta unsur- unsurnya secara bersama-sama. Dengan teknik STAD, setiap anggota kelompok dituntut untuk saling bekerja sama.

Setiap anggota kelompok akan saling mengajari teman yang dinilai kurang mampu agar ketika dilakukan tes secara

Gambar

Tabel  1  Observasi  Aktivitas  Pembelajaran  Menulis Teks Diskusi Praktindakan
Diagram komparatif kemampuan  menulis rangkuman siswa pada siklus I  dengan siklus II
Gambar 4.4 Daftar Pustaka
Gambar  1  Nilai  Rata-rata  Pretest  pada  Kelas Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, prestasi belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran dengan model kovensional lebih baik daripada siswa

Variabel yang diamati, sebagai indikator dari penggunaan pupuk kandang dan limbah media tanam jamur tiram dengan berbagai takaran/dosis pada budidaya bawang merah,

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah menguji senyawa fitokimia, menganalisis kandungan total fenol dan flavonoidnya, serta menguji aktivitas antioksidan

Penelitian ini berhasil mengungkapkan beberapa faktor pendukung dan faktor – faktor penghambat penyuluh kehutanan dalam upaya memberdayakan masyarakat Desa

Adapun target yang akan didapatkan ialah untuk mengetahui pembelajaran ekonomi dalam Islam Pada proses ini diawali dengan kegiatan pendahuluan yang kemudian dilanjutkan

Ketiga , terdapat pengaruh positif dan signifikan antara penerapan kode etik guru terhadap kedisiplinan mengajar di SMKN 2 Rejang Lebong berdasarkan hasil perhitungan statistik

Guru memberi penilaian siswa terhadap peserta didik melalui kelas Online E-learning, kemudian memberikan pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai kompetensi

Biobriket merupakan bahan bakar briket yang dibuat dari arang biomassa hasil pertanian (bagian tumbuhan), baik berupa bagian yang memang sengaja dijadikan bahan