• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

40

Mencermati perkara yang diputus dalam Putusan Pengadilan Negeri Sragen Nomor: 6/Pid.Sus/2019/PN.Sgn, yang dikaji penulis dalam pembahasan, adapun mengenai hal-hal penting yang perlu untuk diketahui sebelum membahas rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Uraian Singkat Fakta Peristiwa

Bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu di bulan Mei 2019 atau setidak- tidaknya di tahun 2019 bertempat di Dukuh Tisan RT. 09, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen atau setidak-tidaknya masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Sragen, Anak Pelaku melakukan tindak persetubuhan dengan Anak Korban. Hal tersebut berawal ketika antara Anak Pelaku dengan Anak Korban saling berkirim whatsapp untuk mengajak bertemu, selanjutnya keduanya janjian untuk bertemu pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di rumah Anak Pelaku di Dk.

Tisan RT. 09, Kel. Karanganom, Kec. Sukodono, Kab. Sragen, ketika Anak Korban datang ke rumah Anak Pelaku ternyata dalam keadaan sepi hanya ada Anak Pelaku saja yang berada di dalam rumah, kemudian antara Anak Korban dengan Anak Pelaku mengobrol di depan televisi. Tidak lama kemudian Anak Pelaku merayu Anak Korban namun tidak berhasil. Anak Pelaku terus meyakinkan Anak Korban sehingga Anak Korban yakin dan percaya kepada Anak Pelaku dan akhirnya mau untuk diajak berhubungan suami istri.

Selang satu minggu setelah kejadian yang pertama, yaitu pada hari Minggu tanggal 26 Mei 2019 sekitar pukul 10.30 WIB bertempat di rumah Anak Pelaku, Anak Korban dan Anak Pelaku melakukan hubungan suami istri lagi sampai Anak Pelaku mengeluarkan sperma di dalam vagina Anak

(2)

Korban. Perbuatan melakukan hubungan suami istri antara Anak Pelaku dengan Anak Korban tersebut dilakukan sebanyak delapan kali, perbuatan yang pertama sampai ke tujuh dilakukan di rumah Anak Pelaku dan yang terakhir kali dilakukan di rumah Anak Korban. Pada bulan Juni 2019 Anak Korban mengalami terlambat menstruasi, kemudian Anak Korban menceritakan kepada Anak Pelaku. Kemudian Anak Pelaku membeli test pack dan setelah dilakukan tes ternyata Anak Korban positif hamil. Anak Pelaku meminta untuk Anak Korban menggugurkan kandungannya dan Anak Korban menyetujuinya. Kemudian Anak Pelaku membelikan 3 buah nanas muda untuk dimakan Anak Korban namun kandungan Anak Korban baik- baik saja, kemudian selang satu minggu Anak Pelaku membelikan anggur merah kepada Anak Korban dan diminum sebanyak setengah botol tetapi kandungan Anak Korban tetap baik-baik saja, kemudian selang satu minggu Anak Pelaku memberi Anak Korban satu butir pil holy untuk diminum tetapi kandungan Anak Korban masih tetap baik-baik saja. Selanjutnya Anak Korban membeli obat bernama SITOTEC sejumlah 4 butir seharga Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah) dari internet. Pada hari Minggu tanggal 24 Nopember 2019 kemudian Anak Korban meminum 4 butir kapsul SITOTEC tersebut.

Selasa tanggal 26 Nopember 2019 sekitar pukul 06.30 WIB, bertempat di Kp. Nglembu RT. 23, Ds. Gebang, Kec. Sukodono, Kab. Sragen, Anak Korban merasakan perutnya mulas dan ingin mengejan, dan pada saat mengejan itu keluar bayi perempuan dalam keadaan hidup dan menangis, selanjutnya Anak Korban memotong placenta dengan menggunakan gunting berwarna pink, kemudian Anak Korban membersihkan bayi perempuan tersebut dan membungkus bayi tersebut dengan kaos warna pink dan bayi tersebut diletakkan diatas tempat tidur kemudian Anak Korban mencuci placenta, dan pada saat itu Ibu Anak Korban melihat banyak darah di saluran air, kemudian menanyakan kepada Anak Korban kenapa mengeluarkan banyak darah dan dijawab Anak Korban sedang menstruasi, kemudian Anak Korban dibawa oleh orang tua Anak Korban ke bidan tetapi karena Anak

(3)

Korban mengalami pendarahan kemudian dirujuk ke dokter kandungan. Atas peristiwa tersebut selanjutnya orang tua Korban melaporkan kejadian tersebut ke Polres Sragen.

2. Identitas Pelaku

Nama : ANAK PELAKU (dirahasiakan)

Tempat lahir : Sragen

Umur/ Tanggal lahir : 16 tahun 10 bulan / 17 Januari 2003 Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia Tempat Tinggal : Sragen

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMP

3. Dakwaan Penuntut Umum

Dalam persidangan Penuntut Umum mendakwa Anak melakukan tindak pidana dengan dakwaan sebagai berikut:

Bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu di bulan Mei 2019 atau setidak- tidaknya di tahun 2019 bertempat di Dukuh Tisan RT. 09, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen atau setidak-tidaknya masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Sragen setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk Anak Korban melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain yang di lakukan anak dengan cara-cara sebagai berikut :

- Bahwa antara Anak dengan Anak Saksi sudah saling kenal dan hubungan antara Anak dengan Anak Saksi adalah sebagai pacar serta

(4)

tidak terikat dalam suatu perkawinan sedangkan Anak Saksi masih di bawah umur berdasarkan surat keterangan kelahiran nomor 1823/TP/2008 tertanggal 13 Pebruari 2008 yang menyatakan Anak Saksi lahir pada tanggal 21 April 2002. (sehingga masih berusia 17 tahun 7 bulan dan merupakan anak);

- Bahwa Anak menyetubuhi Anak Saksi awalnya adalah antara Anak dengan Anak Saksi saling berkirim WA untuk mengajak bertemu, selanjutnya keduanya janjian untuk bertemu pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 wib di rumah Anak di Dk. Tisan RT. 09, Kel. Karanganom, Kec. Sukodono, Kab. Sragen, ketika Anak Saksi datang ke rumah Anak ternyata dalam keadaan sepi hanya ada Anak saja yang berada di dalam rumah, kemudian antara Anak Saksi dengan Anak mengobrol di depan telvisi;

- Bahwa tidak lama kemudian Anak merayu Anak Saksi dengan kata- kata “Yo neng kamar ndut gawe dedek” (ayo ke kamar ndut buat adek bayi) kemudian dijawab Anak Saksi “Emoh, tek gawe dedek ki piye nek aku meteng” (gak mau kok buat adek bayi itu maksudnya apa, nanti kalau saya hamil gimana” dan Anak menjawab “ora-ora nek meteng, mengko yen kowe meteng aku tanggung jawab” (tidak-tidak kalau kamu hamil, kalau kamu hamil saya mau bertanggungjawab), kata-kata tersebut oleh Anak diulangi sebanyak dua kali untuk meyakinkan Anak Saksi;

- Bahwa karena kata-kata Anak yang meyakinkan Anak Saksi sehingga Anak Saksi yakin dan percaya kepada Anak akhirnya mau untuk diajak berhubungan suami istri, kemudian keduanya masuk ke dalam kamar dan anak Anak kemudian menciumi pipi Anak Saksi setelah itu Anak Saksi direbahkan diatas tempat tidur dan Anak kemudian membuka kaos lengan panjang warna hijau dan BH warna coklat serta celana jeans dan celana dalam yang dipakai Anak Saksi, dan kemudian Anak melepaskan baju dan celana serta celana dalamnya sendiri, setelah Anak Saksi dan Anak telanjang, Anak memasukkan

(5)

penisnya kedalam vagina Anak Saksi sambil menciumi pipi dan meremas payudara Anak Saksi sambil menekan penisnya kedalam vagina Anak Saksi dengan gerakan naik turun kurang lebih 3 menit dan Anak mencabut penisnya dan mengeluarkan sperma diluar kemudian dilap menggunakan tisu, setelah itu Anak Saksi dan Anak memakai pakaian masing-masing dan Anak Saksi kemudian pulang ke rumahnya;

- Bahwa selang satu minggu setelah kejadian yang pertama, yaitu pada hari Minggu tanggal 26 Mei 2019 sekitar pukul 10.30 WIB bertempat di rumah Anak, Anak dan Anak Saksi melakukan hubungan suami istri lagi sampai Anak mengeluarkan sperma di dalam vagina Anak Saksi;

- Bahwa perbuatan melakukan hubungan suami istri antara Anak dengan Anak Saksi tersebut dilakukan sebanyak delapan kali, perbuatan yang pertama sampai ke tujuh dilakukan di rumah Anak dan yang terakhir kali dilakukan di rumah Anak Saksi;

- Bahwa pada bulan Juni 2019 Anak Saksi mengalami terlambat menstruasi, kemudian Anak Saksi menceritakan kepada Anak kemudian Anak membeli test pack dan setelah dilakukan tes ternyata Anak Saksi positif hamil, kemudian Anak Saksi memperlihatkan hasil tes kepada Anak dan Anak mengatakan “aku gelem tanggung jawab tapi aku tak ngrampungne sekolah sik, kui digugurno sik” (lah kok kamu hamil, saya mau tanggungjawab tapi saya harus selesaikan sekolah saya dulu, itu digugurkan dulu) dan Anak Saksi menyetujuinya;

- Bahwa kemudian Anak membelikan 3 buah nanas muda untuk dimakan Anak Saksi namun kandungan Anak Saksi baik-baik saja, kemudian selang satu minggu Anak membelikan anggur merah kepada Anak Saksi dan diminum sebanyak setengah botol tetapi kandungan Anak Saksi tetap baik-baik saja, kemudian selang satu

(6)

minggu Anak memberi Anak Saksi satu butir pil holy untuk diminum tetapi kandungan Anak Saksi masih tetap baik-baik saja;

- Bahwa Anak Saksi kemudian mencari di internet obat penggugur kandungan dan Anak Saksi mendapat obat bernama SITOTEC, kemudian Anak Saksi membeli obat tersebut sebanyak 4 butir seharga Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah), setelah paket datang pada hari Minggu tanggal 24 Nopember 2019 kemudian Anak Saksi meminum 4 butir kapsul SITOTEC tersebut;

- Bahwa pada hari Selasa tanggal 26 Nopember 2019 sekitar pukul 06.30 WIB, bertempat di Kp. Nglembu RT. 23, Ds. Gebang, Kec.

Sukodono, Kab. Sragen, Anak Saksi merasakan perutnya mulas dan ingin mengejan, dan pada saat mengejan itu keluar bayi perempuan dalam keadaan hidup dan menangis, selanjutnya Anak Saksi memotong placenta dengan menggunakan gunting berwarna pink, kemudian Anak Saksi membersihkan bayi perempuan tersebut dan membungkus bayi tersebut dengan kaos warna pink dan bayi tersebut diletakkan diatas tempat tidur kemudian Anak Saksi mencuci placenta, dan pada saat itu ibu Anak Saksi melihat banyak darah di saluran air, kemudian menanyakan kepada Anak Saksi kenapa mengeluarkan banyak darah dan dijawab Anak Saksi sedang menstruasi, kemudian Anak Saksi dibawa oleh orang tua Anak Saksi ke bidan yaitu Saksi Anik Haryanti, tetapi karena Anak Saksi mengalami pendarahan kemudian dirujuk ke dokter kandungan;

- Atas peristiwa tersebut selanjutnya Saksi Warto sebagai orang tua Anak Saksi melaporkan kejadian tersebut ke Polres Sragen;

- Bahwa akibat perbuatan terdakwa, maka Anak Saksi berdasarkan Surat Visum Et Revertum No. 370/17/XII/2019 tanggal 11 Desember 2019 yang di buat dan di tanda tangani oleh dr. Dian Ika Putri.S, Sp.OG selaku dokter ahli penyakit kandungan dan kebidanan pada RSUD dr.SOEHADI PRIJONEGORO dengan kesimpulan:

(7)

Seorang anak umur tujuh belas tahun habis bersalin tiga hari yang lalu;

Tinggi rahim pertengahan antara tulang kemaluan dan pusar;

Dinding rahim menebal,ukuran rahim 8,75 cm;

Selaput dara robek sampai dengan pukul 5 dan 9 sebesar 2 cm disertai bengkak kebiruan pada pukul 5-9;

Bibir luar vagina bengkak kebiruan pada pukul 1-4, vagina bagian atas, samping dan bawah kemerahan;

Mulut rahim terbuka 2 cm longgar terdapat robekan pukul 3,6,7,9,12;

Air susu Ibu (ASI) keluar;

Keluar darah warna merah kesan perdarahan nifas tidak dapat disingkirkan. Kesan akibat trauma benda tumpul dari dalam maupun arah luar berupa luka lama dan sebagian luka baru, pasca persalinan beberapa hari tidak dapat disingkirkan.

Perbuatan anak sebagaiamana diatur dan diancam pidana dalam pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

4. Pembuktian Oleh Penuntut Umum a. Keterangan Saksi

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah mengajukan Saksi-Saksi sebagai berikut :

1) Saksi 1 (Bapak Kandung Anak Korban), dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a) Bahwa Saksi pernah diperiksa dan memberikan keterangan kepada Penyidik Polres Sragen, sebagaimana dalam Berita Acara Pemeriksaan serta keterangan tersebut adalah benar;

b) Bahwa Saksi kenal dengan Anak Pelaku;

c) Bahwa pada hari Selasa tanggal 26 November 2019 sekitar pukul 07.00 WIB, Saksi melihat aliran air selokan kamar mandi terlihat ada merah – merah darah dalam jumlah banyak sekali,

(8)

kemudian Saksi menanyakan hal itu kepada istri Saksi dan dijawab itu adalah darah menstruasi Anak Korban;

d) Bahwa oleh karena istri Saksi merasa khawatir darah mentruasi banyak sekali dan tidak wajar maka Anak Korban diperiksakan ke Bidan terdekat (ANI);

e) Bahwa kemudian istri Saksi memberitahu bahwa Bidan tidak bisa mengatasi dan menyarankan untuk dibawa diperiksakan ke Dokter;

f) Bahwa oleh karena saat itu Saksi melihat Anak Korban dalam kondisi lemah dan pucat, Saksi segera membawa anak Saksi ke Klinik Permata hati;

g) Bahwa di Klinik Permata Hati tersebut Anak Korban diperiksa dan kemudian istri Saksi memberitahu bahwa Anak Korban habis keguguran, mendengar kabar tersebut Saksi terkejut dan menurut pemikiran Saksi kalau habis keguguran berarti ada bayi dirumah makanya Saksi langsung telpon orang rumah untuk mengecek keberadaan bayi dirumah atau disekitarnya, tetapi tidak ada yang mengangkat telepon dari Saksi;

h) Bahwa tidak berapa lama Saksi mendapatkan telpon dari tetangga menanyakan kenapa dirumah Saksi tersebut ada banyak orang ada apa, kemudian Saksi beritahu bahwa Anak Korban habis melahirkan dan kalau ada bayi dirumah tersebut adalah cucu Saksi, dan Saksi menyuruh sopir untuk segera membawa bayi tersebut ke puskesmas untuk pertolongan;

i) Bahwa selanjutnya Saksi berangkat menuju ke puskesmas, dari pihak puskesmas menyatakan tidak mampu menolong karena keterbatasan alat, kemudian cucu Saksi tersebut Saksi bawa ke Rumah sakit umum Sragen, tetapi saat dirumah sakit umum juga tidak bisa menangani karena keterbatasan alat juga, kemudian dirujuk lagi ke Rumah sakit Sarila Husada Sragen, setelah dilakukan tindakan berusaha untuk menolongnya sekitar 30 (tiga

(9)

puluh menit) dokter menyatakan tidak mampu menolong karena organ tubuh bayi belum sempurna dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia, atas peristiwa tersebut Saksi melaporkan ke Polres Sragen;

j) Bahwa Saksi membenarkan terhadap barang bukti yang diperlihatkan dipersidangan;

k) Bahwa Usia Anak Korban adalah 17 (tujuh belas) tahun dan masih duduk di bangku kelas 3 (tiga) SMA, sedangkan usia Anak Pelaku kurang lebih 16 (enam belas) tahun.

2) Saksi 2 (Anak Korban), dibawah sumpah pada pokoknya merenangkan sebagai berikut:

a) Bahwa Saksi Anak Korban kenal dengan Anak Pelaku sejak tiga tahun yang lalu lewat chattingan BBM dan janjian ketemu di depan SMP Anak Pelaku;

b) Bahwa Saksi Anak Korban melakukan persetubuhan dengan Anak Pelaku sebanyak 8 (delapan) kali;

c) Bahwa awal terjadi persetubuhan antara Saksi Anak Korban dengan Anak Pelaku adalah Saksi Anak Korban mendapat WA (Whatsapp) dari Anak Pelaku untuk mengajak bertemu, kemudian pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di alamat rumah Anak Pelaku yaitu Dukuh Tisan RT 09 Kelurahan Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Saksi Anak Korban datang dan keadaan rumah kosong, hanya Saksi Anak Korban dan Anak Pelaku;

d) Bahwa setelah beberapa saat mengobrol kemudian Anak Pelaku mengatakan pada Saksi Anak Korban: “Yo ning kamar Ndut gawe dedek “(ayo ke kamar Ndut buat adek bayi), kemudian Saksi Anak Korban menjawab “Emoh, tek gawe dedek ki piye nek aku meteng“ (Gak mau, kok buat adek bayi itu maksudnya apa, nanti kalau saya hamil gimana?) kemudian oleh Anak

(10)

Pelaku dijawab kembali “Ora – ora nek meteng, mengko yen kowe meteng aku tanggung jawab “ (tidak-tidak kalau kamu hamil , kalau kamu hamil saya mau bertanggung jawab) kata- kata tersebut oleh Anak Pelaku diulang sebanyak 2 kali;

e) Bahwa karena bujuk rayu Anak Pelaku sehingga membuat Saksi Anak Korban mau untuk diajak melakukan hubungan suami istri;

f) Bahwa selanjutnya Saksi Anak Korban berjalan masuk kamar mengikuti Anak Pelaku dari belakang, sesampai di dalam kamar Saksi Anak Korban duduk di atas tempat tidur dan Anak Pelaku duduk di sebelah Saksi Anak Korban, kemudian Anak Pelaku mencium pipi kanan dan pipi kiri Saksi Anak Korban, setelah itu Saksi Anak Korban di rebahkan di atas tempat tidur dan Anak Pelaku membuka atasan kaos lengan panjang warna Hijau dan membuka BH berwarna coklat dan celana panjang jins warna biru dan celana dalam warna putih yang dipakai Saksi Anak Korban, kemudian Saksi Anak Korban melihat Anak Pelaku melepaskan baju dan celana yang Anak Pelaku pakai, setalah Saksi Anak Korban dan Anak Pelaku dalam keadaan telanjang atau bugil, Anak Pelaku langsung memasukan kemaluan/penis nya ke dalam vagina Saksi Anak Korban sambil menciumi pipi Saksi Anak Korban dan meremas remas payudara Saksi Anak Korban, setelah itu sekitar 3 menit berlangsung dengan menekan penisnya ke vagina Saksi Anak Korban serta dengan gerakan naik turun akhirnya Anak Pelaku mencabut penisnya dan mengeluarkan sperma di luar dan di lap dengan menggunakan iisu, kemudian Saksi Anak Korban dan Anak Pelaku memakai bajunya sendiri-sendiri dan Saksi Anak Korban selanjutnya pulang ke rumah;

g) Bahwa persetubuhan kedua selang 1 minggu dari persetubuhan yang pertama yaitu pada tanggal 26 Mei 2019 sekitar pukul

(11)

10.30 WIB dan persetubuhan sampai dengan yang ketujuh kalinya Saksi Anak Korban lakukan di depan teve di rumah baru Anak Pelaku dengan alamat sama Dk.Tisan RT 09 Kel. Karang anom Kec. Sukodono Kab. Sragen dengan tempat kejadian pertama rumahnya hanya bersebelahan. Sedangkan yang terakhir Saksi Anak Korban lakukan di rumah Saksi Anak Korban sendiri alamat Kp. Nglembu RT. 23/- Desa Gebang Kec. Sukodono Kab. Sragen yaitu di dalam kamar Saksi Anak Korban, dari kejadian yang ke dua sampai dengan yang ke delapan sperma Anak Pelaku dimasukan semua ke dalam vagina Saksi Anak Korban;

h) Bahwa akibat dari perbuatan yang Saksi Anak Korban lakukan, Saksi Anak Korban hamil dan menceritkan perihal kehamilan Saksi Anak Korban kepada Anak Pelaku, dan Anak Pelaku mengatakan pada Saksi Anak Korban “lah kok hamil piye , aku gelem tanggung jawab tapi aku tak ngrampungne sekolah sik , kui di gugurno sik“ (lah kok kamu hamil, saya mau betanggung jawab tapi saya harus selesaikan sekolah saya dulu, itu di gugurkan saja dulu) dan Saksi Anak Korban menyetujuinya;

i) Bahwa setelah Anak Pelaku tahu Saksi Anak Korban dalam keadaan hamil Anak Pelaku menyarankan kepada Saksi Anak Korban untuk memakan buah nanas, Anak Pelaku membelikan Saksi Anak Korban 3 buah nanas muda dan langsung Saksi Anak Korban makan namun kehamilan Saksi Anak Korban baik-baik saja, kemudian selang 1 minggu Anak Pelaku membelikan Saksi Anak Korban anggur merah cap orang tua dan Saksi Anak Korban meminum anggur merah cap orang tua sebanyak setengah botol namun kandungan Saksi Anak Korban masih baik-baik saja, kemudian selang 1 minggu Saksi Anak Korban di beri satu kapsul bernama Holy, namun juga kandungan Saksi Anak Korban masih dalam keadaan baik, Saksi

(12)

Anak Korban kemudian berinisiatif mencari tau obat penggugur kandungan di google atau internet dan dalam pencarian tersebut Saksi Anak Korban mendapatkan 1 nama obat SITOTEC, dan Saksi Anak Korban kemudian membeli obat tersebut sebanyak 4 butir di aplikasi online seharga Rp. 400.000,00;

j) Bahwa setelah obat tersebut datang yaitu pada hari Minggu tanggal 24 november 2019 sekitar pukul 14.00 WIB Saksi Anak Korban meminum 4 butir/kapsul obat SITOTEC secara langsung, Anak Korban meminum obat tersebut di rumah Anak Pelaku;

k) Bahwa pada hari Selasa tanggal 26 November 2019 sekitar pukul 06.30 WIB di rumah nenek Saksi Anak Korban alamat Kp. Nglembu RT 23/- Desa Gebang Kec. Sukodono Kab.

Sragen Saksi Anak Korban merasakan perut Saksi Anak Korban sangat mulas dan sangat nyeri seperti diremas – remas, rasanya seperti akan buang air besar / BAB, hal tersebut Saksi Anak Korban rasakan makin sering terasa dan tiba – tiba Saksi Anak Korban ingin mengejan, dan pada saat Saksi Anak Korban mengejan sebanyak 2 kali, bayi perempuanyang ada di dalam kandungan / perut Saksi Anak Korban keluar, pada saat keluar Saksi Anak Korban mendengar bayi perempuan tersebut menangis namun lirih atau pelan, setelah bayi perempuan keluar sesaat setelahnya keluar placenta (tali pusar/ari-ari), kemudian Saksi Anak Korban memotong placenta dengan menggunakan sebuah gunting warna pink, setelah tali pusar terpotong kemudian bayi perempuan tersebut Saksi Anak Korban bawa ke kamar mandi rumah nenek Saksi Anak Korban untuk Saksi Anak Korban bersihkan, setelah bersih bayi perempuan tersebut Saksi Anak Korban bungkus dengan menggunakan kaos lengan pendek warna pink dengan motif kartun dan Saksi Anak Korban letakkan di atas tempat tidur rumah nenek Saksi Anak Korban,

(13)

setelah itu Saksi Anak Korban melanjutkan mencuci placenta/tali pusar atau ari-ari dan setelah bersih Saksi Anak Korban masukan ke dalam kantong plastik dan Saksi Anak Korban taruh di kamar mandi;

l) Bahwa setelah kejadian tersebut Saksi Anak Korban lemas dan mengeluarkan banyak darah saat itu ibu Saksi Anak Korban melihat banyak darah di saluran air/got , kemudian ibu Saksi Anak Korban menanyakan kenapa Saksi Anak Korban banyak mengeluarkan darah, dan Saksi Anak Korban jawab bahwa Saksi Anak Korban sedang menstruasi;

m) Bahwa namun sepertinya ibu Saksi Anak Korban kurang percaya dan Saksi Anak Korban langsung diajak ke Bidan ANI di Sukodono, saat di tempat Bidan ANI karena pendarahan Saksi Anak Korban banyak Bidan ANI mengatakan kemungkinan Saksi Anak Korban keguguran dan Saksi di rujuk ke dr. Rahman RS Permata Hati Sragen, di tempat dr. Rahman setelah diperiksa mengatakan bahwa Saksi Anak Korban habis melahirkan, atas kejadian tersebut Saksi Anak Korban kemudian di rawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan;

n) Bahwa Saksi Anak Korban membenarkan terhadap barang bukti yang diperlihatkan dipersidangan.

3) Saksi 3 (Tetangga Saksi Anak Korban), dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a) Bahwa pada hari selasa tanggal 26 november 2019, sekitar pukul 07.30 WIB, pada saat Saksi baru bangun tidur, Saksi dapat telp dari Saksi 1 yaitu orang tua Anak Korban, Saksi Ditelp: “Nangdi”, (“Dimana”), Kemudian Saksi jawab “Nang omah, gene dhe?” (“Di rumah, ada apa Dhe”), dan dijawab Saksi 1, “Ngalor disik penting“ (“Kerumah utara dulu penting”), Kemudian Saksi datang ke rumah Saksi 1, saat Saksi sampai dirumah Saksi 1 tersebut disitu sudah ada kurang lebih 5 orang

(14)

diantaranya kakek dan nenek Anak Korban dan seorang ibu-ibu Saksi lupa orang nya sedang menggendong bayi yang saat itu baru dilahirkan, kemudian Saksi disitu di ajak oleh orang – orang tersebut untuk segera menyopiri mobil Saksi 1 yang ada di rumah untuk membawa ibu-ibu tersebut bersama dengan bayi yang di gendongnya ke tempat Bidan Majenang, setelah sampai di tempat ibu bidan, bayi tersebut dibawa masuk keruang periksa, Saksi menunggu di luar, kemudian selang kurang lebih 2 menit, Bu Bidan di suruh untuk segera diantar ke Puskesmas Sokudono, sampai di Puskesmas Sukodono kemudian bayi tersebut bersama ibu-ibu yang menggendong dan bidan masuk ke ruang UGD Puskesmas;

b) Bahwa pada sore harinya sekitar pukul 17.00 WIB, Saksi kembali kerumah Saksi 1 untuk menanyakan bagaimana kabar bayi yang tadi pagi Saksi antar ke Puskesmas Sukodono, disana Saksi diberi tahu oleh Saksi 1 bahwa bayi yang tadi pagi saya antar ke Puskesmas Sukodono telah meninggal dunia dan baru saja dimakamkan di pemakaman umum Dukuh Nglembu, Desa Gebang, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen. Selang beberapa saat Saksi di suruh oleh Saksi 1 untuk menjemput Anak Korban ke rumah sakit PERMATA HATI. Di situ baru Saksi mengetahui bahwa bayi yang tadi pagi Saksi antar ke Puskesmas Sukodono ternyata adalah anak dari Anak Korban;

c) Bahwa sebelumnya Saksi tidak tahu bahwa Anak Korban hamil, karena sebelum kejadian ini Saksi juga sering datang kerumah Anak Korban tetapi Saksi tidak mengetahui kalau Anak Korban hamil, sebab badannya tidak menampakkan ciri- ciri orang hamil, seperti perutnya besar;

d) Bahwa Saksi mengetahui kalau Anak Korban hamil saat Saksi datang lagi kerumah Anak Korban untuk menanyakan kabar anak siapa bayi tadi pagi yang Saksi antar ke puskesmas;

(15)

e) Bahwa Saksi membenarkan terhadap barang bukti yang diperlihatkan dipersidangan;

4) Saksi 4 (Ketua RT), dibawah sumpah pada pokoknya merenangkan sebagai berikut:

a) Bahwa pada hari Selasa tanggal 26 November 2019 sekitar pukul 13.00 WIB, sewaktu Saksi pulang dari ladang, Saksi di beritahu oleh istri Saksi kalau Anak Korban baru saja melahirkan anak di rumah simbahnya, dan saat itu Anak Korban dan bayinya di bawa ke Rumah Sakit di Sragen;

b) Bahwa pada sore harinya Saksi dapat kabar dari warga Saksi bahwa bayi Anak Korban telah meninggal dunia, dan Saksi menyempatkan datang ke rumah Anak Korban untuk mengecek informasi tersebut;

c) Bahwa sampai di rumah Anak Korban sudah banyak warga yang berkumpul untuk takziah, tetapi alm. anak dari Anak Korban belum datang dan jenazah baru datang di rumah duka sekitar pukul 17.00 WIB dan jenazah langsung dikebumikan di pemakaman umum Dukuh Karaan, Desa Gebang, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen;

d) Bahwa Saksi tidak tahu laki – laki yang telah melakukan perbuatan menyetubuhi Anak Korban;

e) Bahwa Saksi tidak tahu kejadian persetubuhan dan atau percabulan yang dialami Anak Korban, hanya setelah sampai di kepolisian Saksi baru tahu bahwa kejadian persetubuhan dan/atau percabulan yang dialami oleh Anak Korban terjadi pada Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di Dukuh Tisan RT 09 Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen;

f) Bahwa Saksi membenarkan terhadap barang bukti yang diperlihatkan dipersidangan;

(16)

5) Saksi 5 (Tetangga Anak Korban), dibawah sumpah pada pokoknya merenangkan sebagai berikut:

a) Bahwa Saksi telah memposting status penemuan bayi di desa Saksi;

b) Bahwa awalnya Saksi di beri tahu oleh teman Saksi yang bernama bahwa bayi tersebut adalah anak dari Anak Korban, yang masih berumur 17 tahun dan merupakan pelajar kelas 3;

c) Bahwa setelah mengetahui bahwa ada penemuan bayi tersebut, Saksi langsung mengambil HP kemudian Saksi menulis di status Facebook, Isi dari postingan Saksi adalah “Info lur, telah di temukan bayi baru lahir jenis kelamin perempuan telah di buang di belakang rumah beralaskan kardus, di Desa Nglembu, Gebang, Sukodono, Sragen. Sekarang bayi telah di bawa ke rumah sakit sragen untuk mendapatkan perawatan, tulung sing ngerti ortune segera lapor ke polisi terdekat, maaf nggak sempet ambil foto, soale telat leh ku teko, tlung di share”;

d) Bahwa selang 1 (satu) jam kemudian teman Saksi yang bernama ke rumah Saksi memberitahu Saksi agar status Saksi di hapus dan Saksi menjawab “LHA PIE KEBENERANE” (LHA GIMANA KEBENARANNYA), teman Saksi menjawab

“ALAH SING PENTING KUWI ANAK E PUTRI” (ALAH YANG PENTING ITU ANAKNYA PUTRI). Setelah itu teman Saksi pulang;

e) Bahwa pada hari Rabu tanggal 27 November 2019 sekitar pukul 12.00 WIB Saksi di jemput di rumah oleh pihak kepolisian untuk di bawa ke Polsek Sukodono, setelah sampai Polsek Sukodono Saksi di ajak ke Polres Sragen guna dimintai keterangan sebagai Saksi atas kejadian tersebut;

f) Bahwa Saksi membenarkan terhadap barang bukti yang diperlihatkan dipersidangan;

b. Keterangan Surat

(17)

Bahwa di persidangan telah dibacakan Surat Visum Et Repertum Visum Et Revertum No. 370/17/XII/2019 tanggal 11 Desember 2019 yang di buat dan di tanda tangani oleh dr. Dian Ika Putri.S, Sp.OG selaku dokter ahli penyakit kandungan dan kebidanan pada RSUD dr.SOEHADI PRIJONEGORO dengan kesimpulan:

Seorang anak umur tujuh belas tahun habis bersalin tiga hari yang lalu;

Tinggi rahim pertengahan antara tulang kemaluan dan pusar;

Dinding rahim menebal,ukuran rahim 8,75 cm;

Selaput dara robek sampai dengan pukul 5 dan 9 sebesar 2 cm disertai bengkak kebiruan pada pukul 5-9;

Bibir luar vagina bengkak kebiruan pada pukul 1-4, vagina bagian atas, samping dan bawah kemerahan;

Mulut rahim terbuka 2 cm longgar terdapat robekan pukul 3,6,7,9,12;

Air susu Ibu (ASI) keluar;

Keluar darah warna merah kesan perdarahan nifas tidak dapat disingkirkan. Kesan akibat trauma benda tumpul dari dalam maupun arah luar berupa luka lama dan sebagian luka baru, pasca persalinan beberapa hari tidak dapat disingkirkan.

c. Keterangan Terdakwa

Anak Pelaku dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a) Bahwa perbuatan Anak Pelaku dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali, perbuatan yang pertama, dilakukan pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di Dukuh Tisan RT 09, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen;

b) Bahwa awalnya Anak Pelaku chatingan via Whatsapp janjian ketemuan dirumah Anak Pelaku, setelah itu malamnya sekitar jam 18.30 WIB Anak Korban datang kerumah Anak Pelaku seperti yang ditentukan dalam chat sebelumnya. Sesampainya dirumah Anak Pelaku, Anak Korban langsung masuk kedalam rumah duduk di kursi tamu selanjutnya Anak Pelaku mengobrol dulu dengan Anak

(18)

Korban didepan Tv. Setelah itu Anak Pelaku ajak Anak Korban masuk ke kamar dengan perkataan “Ayo ndut nang kamar/Ayo ndut masuk kamar“ dijawab “iyo/iya” selanjutnya Anak Pelaku bersama dengan Anak Korban masuk ke Kamar Anak Pelaku, selanjutnya di dalam kamar Anak Pelaku bilang kepada Anak Korban “Ndut ayo gawe dedek/ndut ayo buat adek bayi“ dijawab Anak Korban “Emoh lha engko nak aku meteng pie/gak mau nanti kalau aku hamil gimana”, selanjutnya Anak Pelaku yakinkan Anak Korban dengan perkataan “ora, engko lek enek opo-opo aku bakal tanggung jawab/tidak, nanti kalau terjadi apa-apa saya akan bertanggung jawab”;

c) Perkataan itu Anak Pelaku ulang dua kali sampai Anak Korban yakin dengan Anak Pelaku dan supaya mau Anak Pelaku ajak melakukan hubungan layaknya suami istri dengan Anak Pelaku, kemudian dijawab Anak Korban “iyo, yowes/ya, ya sudah“ setelah itu Anak Korban mau melakukan hubungan layaknya suami istri dengan Anak Pelaku;

d) Bahwa perbuatan itu dilakukan dengan cara, pertama-tama mengobrol biasa kemudian oleh Anak Pelaku, Anak Korban direbahkan di kasur, selanjutnya Anak Pelaku lepas pakainnya, mulai dari baju, celana dan celana dalam, setelah itu Anak Pelaku lepas celana dan celana dalam Anak Pelaku, selanjutnya Anak Pelaku cium pipinya, pegang payudaranya, selanjutnya langsung Anak Pelaku masukkan penisnya yang sudah dalam keadaan tegang kedalam Vagina Anak Korban, awalnya susah masuknya tetapi Anak Pelaku dorong terus akhirnya bisa masuk, setelah masuk didorong naik turun sampai sekitar 3 (tiga) menit sampai spermanya mau keluar dan sebelum keluar penis Anak Pelaku ditarik keluar dan spermanya keluarkan diluar mengenai perut Anak Korban kemudian dilap pakai Tisu. Setelah itu selesai Anak Pelaku dan Anak Korban pakai pakaian masing-masing dan lanjut mengobrol di Teras rumah,

(19)

selanjutnya tidak lama mengobrol, Anak Korban pamit pulang karena sudah malam;

e) Bahwa perbuatan yang kedua selang 1 (satu) minggu dari persetubuhan yang pertama yaitu pada tanggal 26 Mei 2019 sekitar pukul 10.30 WIB dan sampai dengan yang ketujuh kalinya Anak Pelaku lakukan di depan TV di rumah baru yang beralamat sama Dk.Tisan RT 09 Kel. Karanganom, Kec.Sukodono, Kab. Sragen dengan tempat kejadian pertama lakukan karena rumahnya hanya bersebelahan;

f) Bahwa perbuatan yang terakhir Anak Pelaku lakukan di rumah Anak Korban dengan alamat Dk. Nglembu RT 23 / - Desa Gebang Kec.

Sukodono Kab. Sragen yaitu di dalam kamar Anak Korban;

g) Bahwa Anak Korban bersedia disetubuhi oleh Anak Pelaku karena Anak Pelaku berjanji akan bertanggung jawab terhadap Anak Korban;

h) Bahwa akibat perbuatan Anak Pelaku, mengakibatkan Anak Korban hamil dan akhirnya melahirkan anak Perempuan;

5. Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa Anak telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal yaitu didakwa melakukan perbuatan yang melanggar dan diancam pidana dalam Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan untuk dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam pasal tersebut perbuatan Anak harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1) Unsur setiap orang;

2) Unsur dengan sengaja;

3) Unsur melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain;

(20)

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan unsur-unsur tersebut diatas, satu persatu sebagai berikut :

1) Unsur setiap orang

Menimbang, bahwa ilustrasi terhadap unsur setiap orang, sebagaimana diterjemahkan dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995 sebagai kata yang sama dengan terminologi kata “barangsiapa”. Kata setiap orang disini merupakan setiap orang atau pribadi yang merupakan subyek hukum yang melakukan suatu perbuatan pidana atau subyek pelaku dari pada suatu perbuatan pidana yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas segala tindakannya;

Menimbang, bahwa pada hakekatnya pembuktian unsur setiap orang ini menjadi sesuatu yang sangat urgen sebagai langkah antisipatif untuk menghindari “salah orang” atau error in persona;

Menimbang, bahwa dipersidangan telah dihadapkan oleh Jaksa Penuntut Umum, seorang Anak dan atas pertanyaan Majelis Hakim, Anak tersebut memberikan keterangan identitas jati dirinya sama dan sesuai dengan identitas orang yang disebut sebagai Anak dalam surat dakwaan yaitu Anak (Identitas dirahasiakan). Identitas jati diri Anak tersebut didukung dan dikuatkan pula dengan keterangan Saksi – Saksi mengenai Anak, oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak terdapat kesalahan orang atau subyek hukum dalam perkara ini ;

Menimbang, bahwa selama persidangan berlangsung, ternyata Anak dapat menjawab pertanyaan dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya bahwa Anak dapat memberikan tanggapan terhadap setiap Saksi-Saksi yang telah memberikan keterangan di persidangan. Oleh karena itu pula Anak adalah orang yang sehat jasmani dan rohani serta dapat dituntut pertanggungjawaban atas perbuatannya;

Menimbang, bahwa akan tetapi untuk menetapkan apakah benar Anak tersebut merupakan subyek atau pelaku dari suatu perbuatan pidana dalam perkara ini masih perlu dibuktikan, apakah Anak benar-benar telah

(21)

melakukan suatu rangkaian perbuatan atau tingkah laku sebagaimana yang didakwakan. Jika benar Anak melakukan suatu rangkaian perbuatan atau tingkah laku yang memenuhi semua unsur-unsur dari pasal yang didakwakan, maka dengan sendirinya unsur “setiap orang” tersebut telah terpenuhi, sehingga Anak tersebut merupakan pelaku dari perbuatan pidana dalam perkara a quo;

2) Unsur dengan sengaja

Menimbang, bahwa sebelum memaparkan lebih lanjut tentang unsur kedua tersebut diatas, akan diurai terlebih dahulu pengertian unsur dengan sengaja. Dalam ranah keilmuan / literatur hukum pidana dikenal 3 (tiga) tingkatan kesengajaan, yaitu :

1. Sengaja sebagai tujuan (opzet als oogmerk) yaitu seseorang berbuat dengan maksud untuk menimbulkan akibat yang tertentu atau suatu keadaan tertentu ;

2. Sengaja dengan kesadaran pasti berhasil (opzet bij zakerheids bewustzijin) yaitu seseorang berbuat karena mengetahui bahwa perbuatannya itu akan mengakibatkan sesuatu akibat atau keadaan tertentu ;

3. Sengaja dengan kesadaran kemungkinan berhasil (Dolus eventualis) yaitu seseorang berbuat dengan kesadaran bahwa akibat atau keadaan tertentu mungkin terjadi ;

Menimbang, bahwa sedangkan dalam perspektif ilmu pengetahuan hukum pidana (doktrin), teori kesengajaan ini terbagi menjadi :

1. Teori Kehendak (Wilstheori) dari VON HIPPEL ; 2. Teori pengetahuan (Voostellingstheori) dari FRANK ;

Menimbang, bahwa pengertian dengan sengaja adalah bila Terdakwa mengetahui perbuatannya dilarang dan dikehendaki artinya walaupun perbuatan tersebut dilarang tetapi Terdakwa tetap melakukan perbuatan yang dilarang itu;

Menimbang, bahwa dengan sengaja ini terwujud dalam bentuk pelaku menghendaki dan mengetahui perbuatan melakukan serangkaian

(22)

kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya adalah perbuatan terlarang akan tetapi Terdakwa tetap melakukan perbuatan yang dilarang tersebut;

Menimbang, bahwa sebagaimana pertimbangan Hakim dalam unsur ketiga maka nyata Anak telah terbukti melakukan serangkaian kebohongan dan membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya terhadap Anak Korban yang baru berumur 17 (tujuh belas) tahun untuk melakukan persetubuhan;

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan rangkaian fakta dan kejadian pada sebelum, pada saat dan setelah terjadinya persetubuhan antara Anak dengan Anak Korban yang masih berusia 17 (tujuh belas) tahun dan dihubungkan dengan sifat tindak pidananya maka nyata perbuatan persetubuhan tersebut dilakukan atas kehendak dan pengetahuan Anak itu sendiri, artinya hal tersebut dilakukan dengan sengaja oleh Anak, dengan demikian unsur kedua ini juga telah terpenuhi;

3) Unsur melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain

Menimbang, bahwa dalam unsur ini terdapat dua bentuk pokok tindak pidana yakni adanya persetubuhan pelaku dengan anak dan adanya persetubuhan antara anak dengan orang lain yang difasilitasi oleh pelaku, dimana persetubuhan tersebut lahir karena adanya tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau bujukan dari pelaku kepada anak tersebut;

Menimbang, bahwa dengan demikian sarana untuk terjadinya persetubuhan dengan anak tersebut dirumuskan secara alternatif yakni dengan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau dengan bujukan, dimana konsekuensi yuridis dari rumusan unsur tindak pidana yang dibuat alternatif adalah apabila salah satu kualifikasi perbuatan alternatif tersebut terpenuhi maka terbuktilah unsur ini meskipun ternyata kualifikasi perbuatan alternatif lainnya tidak terpenuhi;

(23)

Menimbang, bahwa yang dinamakan anak itu sendiri menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan;

Menimbang, bahwa dengan demikian hal pertama yang harus dibuktikan dalam perkara a quo adalah apakah ada persetubuhan yang dilakukan oleh Terdakwa atau orang lain dengan seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun c.q anak.

Menimbang, bahwa dalam Undang-Undang Perlindungan Anak tidak dijelaskan pengertian atau konstruksi dari persetubuhan, oleh karenanya Hakim berpegang Yurisprudensi selama ini untuk mengartikan persetubuhan yakni harus adanya peraduan antara anggota kemaluan laki-laki dan perempuan yang biasa dijalankan untuk mendapatkan anak, jadi anggota kemaluan laki-laki harus masuk ke dalam anggota kemaluan perempuan, sehingga mengeluarkan air mani (sperma), sesuai dengan Arrest HR 5 Februari 1912 (R. Soesilo, 1976 : 181).

Menimbang, bahwa selanjutnya yang harus dibuktikan adalah bagaimanakah lahirnya persetubuhan yang dilakukan oleh Anak Pelaku dengan Anak Korban tersebut lahir karena tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau dengan bujukan dari Anak Pelaku.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersidangan dimana perbuatan Terdakwa dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali, yang pertama perbuatan yang pertama, dilakukan pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di Dukuh Tisan RT 09, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen. Awal terjadi persetubuhan antara Anak Korban dengan Anak Pelaku adalah Anak Korban mendapat WA (Whatsapp) dari Anak Pelaku untuk mengajak bertemu, kemudian pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di alamat rumah Anak Pelaku yaitu Dukuh Tisan RT 09 Kelurahan Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Anak

(24)

Korban datang dan keadaan rumah kosong, hanya Anak Korban dan Anak Pelaku. Setelah beberapa saat mengobrol kemudian Anak Pelaku mengatakan pada Anak Korban: “Yo ning kamar Ndut gawe dedek “(ayo ke kamar Ndut buat adek bayi), kemudian Saksi menjawab “ Emoh , tek gawe dedek ki piye nek aku meteng “ (Gak mau, kok buat adek bayi itu maksudnya apa, nanti kalau saya hamil gimana ?) kemudian oleh Anak Pelaku dijawab kembali “Ora-ora nek meteng, mengko yen kowe meteng aku tanggung jawab“ (tidak-tidak kalau kamu hamil , kalau kamu hamil saya mau bertanggung jawab) kata-kata tersebut oleh Anak Pelaku diulang sebanyak 2 kali. Karena bujuk rayu Anak Pelaku tersebut, sehingga membuat Anak Korban mau untuk diajak melakukan hubungan suami istri;

Menimbang, bahwa uraian bersesuaian dengan Surat Visum Et Repertum No. 370/17/XII/2019 tanggal 11 Desember 2019 yang di buat dan di tanda tangani oleh dr.Dian Ika Putri.S, Sp.OG selaku dokter ahli penyakit kandungan dan kebidanan pada RSUD dr.SOEHADI PRIJONEGORO dengan kesimpulan:

Seorang anak umur tujuh belas tahun habis bersalin tiga hari yang lalu;

Tinggi rahim pertengahan antara tulang kemaluan dan pusar;

Dinding rahim menebal,ukuran rahim 8,75 cm;

Selaput dara robek sampai dengan pukul 5 dan 9 sebesar 2 cm disertai bengkak kebiruan pada pukul 5-9;

Bibir luar vagina bengkak kebiruan pada pukul 1-4, vagina bagian atas, samping dan bawah kemerahan;

Mulut rahim terbuka 2 cm longgar terdapat robekan pukul 3,6,7,9,12;

Air susu Ibu (ASI) keluar;

Keluar darah warna merah kesan perdarahan nifas tidak dapat disingkirkan. Kesan akibat trauma benda tumpul dari dalam maupun arah luar berupa luka lama dan sebagian luka baru, pasca persalinan beberapa hari tidak dapat disingkirkan.

(25)

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan fakta bahwa pada saat kejadian Anak Korban masih berumur 17 (tujuh belas) tahun sehingga terkualifikasi sebagai anak-anak maka Majelis Hakim dapat mengkontruksikan Anak Pelaku menyetubuhi Anak Korban karena adanya serangkaian kebohongan dan juga bujukan dari Terdakwa;

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis Hakim Anak Korban ketika disetubuhi Anak Pelaku karena adanya serangkaian kebohongan dan juga bujukan dari Anak Pelaku Keadaan ini didukung dengan kondisi Anak Korban masih anak-anak yang tidak memiliki kehendak dan pemikiran utuh atas perbuatan serta akibat perbuatannya tersebut;

Menimbang, bahwa dengan demikian nyata perbuatan Anak Pelaku tersebut telah memenuhi rumusan alternatif unsur ini dalam bentuk Terdakwa melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya, oleh karena itu unsur ini telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dalam Dakwaan Tunggal telah terpenuhi maka Anak PELAKU telah terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana melanggar ketentuan Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan Anak Pelaku telah memenuhi kualifikasi perbuatan pidana dalam dakwaan Penuntut Umum sehingga Majelis Hakim menarik kesimpulan bahwa Anak telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah menurut hukum telah melakukan tindak pidana

“Dengan sengaja melakukan serangkaian kebohongan dan membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya”sebagaimana dalam surat dakwaan Penuntut Umum diatas;

(26)

Menimbang, bahwa Anak dalam melakukan perbuatannya dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari pihak lain dan Anak juga telah mengetahui perbuatannya tersebut adalah suatu perbuatan yang dilarang;

Menimbang bahwa dalam persidangan Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan/atau pemaaf maka Anak harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan usia Anak dan perbuatan yang telah dilakukannya serta bersesuaian dengan ketentuan Pasal 70 dan Pasal 71 Ayat (1) huruf e Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, maka kepada Anak dianggap mampu bertanggungjawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana yang ditentukan dalam undang-undang tersebut, sesuai dengan rasa keadilan baik bagi masyarakat maupun Anak sendiri;

Menimbang, berdasarkan hasil laporan Penelitian Kemasyarakatan Nomor Register Litmas : 80/I.B/XII/2019 tanggal 5 Desember 2019 yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan BAPAS SURAKARTA atas nama Samiyati dimana dalam laporannya merekomendasikan agar klien dijatuhi pidana dengan syarat dalam bentuk pengawasan;

Menimbang, bahwa dengan mengingat ketentuan pasal 81 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang mengatur bahwa pidana penjara terhadap anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir, maka dengan pertimbangan bahwa perbuatan Anak PELAKU dan akibat yang ditimbulkan yaitu Anak Korban PUTRI KARTINI PERMATA SARItelah hamil dan melahirkan seorang anak, lebih dari itu dengan adanya perbuatan Anak PELAKU yang telah berusaha menggugurkan kandungan Anak Korban PUTRI KARTINI PERMATA SARI, maka Hakim tidak sependapat dengan rekomendasi Litmas BAPAS SURAKARTA, namun harus dijatuhi pidana penjara dan pelatihan kerja, mengingat Anak masih

(27)

sekolah dan berusia produktif, yang lamanya seperti terurai dalam amar putusan;

Menimbang, bahwa oleh karena Anak akan dijatuhi pidana penjara maka lamanya Anak ditahan akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Majelis Hakim tidak menemukan alasan yang sah menurut hukum untuk melepaskan Anak dari dalam tahanan maka Anak tersebut haruslah tetap berada dalam tahanan;

Menimbang, bahwa oleh karena Anak akan dijatuhi pidana maka Anak dibebani pula untuk membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti berupa :

a. 1 (satu) buah HP merk Xiaomi Redmi 5A warna gold;

b. 1 (satu) buah kaos lengan panjang warna merah hitam;

c. 1 (satu) buah celana pendek warna hitam putih;

d. 1 (satu) buah celana dalam warna hiaju;

Dikembalikan kepada Anak Pelaku;

e. 1 (satu) buah HP merk OPPO A3S warna ungu;

f. 1 (satu) buah kaos lengan panjang warna hijau;

g. 1 (satu) celana panjang jeans warna biru;

h. 1 (satu) buah celana dalam warna putih;

i. 1 (satu) buah BH warna coklat;

Dikembalikan kepada Anak Korban;

j. 1 (satu) buah HP merk OPPO A11 W warna putih;

Dikembalikan kepada Saksi SURYADI;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Anak maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Anak ;

(28)

Keadaan yang memberatkan :

- Perbuatan Anak telah menimbulkan trauma psikis yang mendalam pada diri Anak Korban;

- Perbuatan Anak dilakukan berulang kali hingga Anak Korban melahirkan anak;

- Perbuatan Anak sangat tercela dimasyarakat;

Keadaan yang meringankan :

- Anak bersikap sopan, mengakui terus terang dan menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi;

- Anak masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri dan perbuatannya demi masa depan yang lebih baik;

Mengingat dan memperhatikan, ketentuan Pasal 81 ayat (2) Undang- Undang Nomor : 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor : 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak serta peraturan-peraturan lain yang bersangkutan dengan perkara ini 6. Amar Putusan Pengadilan Negeri Sragen

Amar Putusan Pengadilan Negeri Sragen Nomor: 6/Pid.Sus/2019/PN.Sgn bulan Januari 2020, yang pada pokoknya Majelis Hakim menjatuhkan Putusan sebagai berikut :

1. Menyatakan Anak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan sengaja melakukan serangkaian kebohongan dan membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya”;

2. Menjatuhkan pidana kepada Anak oleh karena itu dengan pidana penjara selama : 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dan pelatihan kerja selama 3 (tiga) bulan di Balai Pelatihan Kerja Kabupaten Sragen;

3. Menetapkan masa penangkapan dan masa penahanan yang telah dijalani oleh Anak dikurangkan sepenuhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Anak tetap berada dalam tahanan;

(29)

5. Memerintahkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) buah HP merk Xiaomi Redmi 5A warna gold;

- 1 (satu) buah kaos lengan panjang warna merah hitam;

- 1 (satu) buah celana pendek warna hitam putih;

- 1 (satu) buah celana dalam warna hiaju;

Dikembalikan kepada Anak Pelaku;

- 1 (satu) buah HP merk OPPO A3S warna ungu;

- 1 (satu) buah kaos lengan panjang warna hijau;

- 1 (satu) celana panjang jeans warna biru;

- 1 (satu) buah celana dalam warna putih;

- 1 (satu) buah BH warna coklat;

Dikembalikan kepada Anak Korban;

- 1 (satu) buah HP merk OPPO A11 W warna putih;

Dikembalikan kepada Saksi SURYADI;

6. Membebani Anak untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,00 (dua ribu rupiah);

(30)

B. Pembahasan

1. Kesesuaian pertimbangan Hakim yang menjatuhkan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dan pelatihan kerja selama 3 (tiga) bulan terhadap Anak Pelaku dalam Putusan Hakim Nomor:

6/Pid.Sus/2019/PN.Sgn dengan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Sebagaimana diketahui dalam perkara pidana anak ini, Majelis Hakim sebelum menjatuhkan putusan terhadap Anak Pelaku tindak pidana persetubuhan yang mengakibatkan kehamilan seorang Anak telah menetapkan pertimbangannya sebagai berikut:

Bahwa Anak telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal yaitu didakwa melakukan perbuatan yang melanggar dan diancam pidana dalam Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan untuk dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam pasal tersebut perbuatan Anak harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1) Unsur setiap orang;

2) Unsur dengan sengaja;

3) Unsur melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain;

Bahwa selanjutnya terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim menetapkan pertimbangannya sebagai berikut :

1) Unsur setiap orang

Bahwa ilustrasi terhadap unsur setiap orang, sebagaimana diterjemahkan dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995 sebagai kata yang sama dengan terminologi kata “barangsiapa”. Kata “setiap orang” disini merupakan setiap orang atau pribadi yang merupakan subyek hukum yang melakukan suatu perbuatan pidana atau subyek pelaku daripada suatu

(31)

perbuatan pidana yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas segala tindakannya;

Bahwa pada hakekatnya pembuktian unsur setiap orang ini menjadi sesuatu yang sangat urgent sebagai langkah antisipatif untuk menghindari “salah orang” atau error in persona;

Bahwa dipersidangan telah dihadapkan oleh Jaksa Penuntut Umum seorang Anak dan atas pertanyaan Majelis Hakim, Anak tersebut memberikan keterangan identitas jati dirinya sama dan sesuai dengan identitas orang yang disebut sebagai Anak dalam surat dakwaan yaitu Anak (Identitas dirahasiakan). Identitas jati diri Anak tersebut didukung dan dikuatkan pula dengan keterangan saksi-saksi mengenai Anak, oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak terdapat kesalahan orang atau subyek hukum dalam perkara ini;

Bahwa selama persidangan berlangsung, ternyata Anak dapat menjawab pertanyaan dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya. Bahwa Anak dapat memberikan tanggapan terhadap setiap saksi-saksi yang telah memberikan keterangan di persidangan. Oleh karena itu pula Anak adalah orang yang sehat jasmani dan rohani serta dapat dituntut pertanggungjawaban atas perbuatannya;

Bahwa akan tetapi untuk menetapkan apakah benar Anak tersebut merupakan subyek atau pelaku dari suatu perbuatan pidana dalam perkara ini masih perlu dibuktikan, apakah Anak benar-benar telah melakukan suatu rangkaian perbuatan atau tingkah laku sebagaimana yang didakwakan. Jika benar Anak melakukan suatu rangkaian perbuatan atau tingkah laku yang memenuhi semua unsur-unsur dari pasal yang didakwakan, maka dengan sendirinya unsur “setiap orang” tersebut telah terpenuhi, sehingga Anak tersebut merupakan pelaku dari perbuatan pidana dalam perkara a quo;

2) Unsur dengan sengaja

(32)

Bahwa sebelum memaparkan lebih lanjut tentang unsur kedua tersebut diatas, akan diurai terlebih dahulu pengertian unsur dengan sengaja.

Dalam ranah keilmuan/literatur hukum pidana dikenal 3 (tiga) tingkatan kesengajaan, yaitu :

4. Sengaja sebagai tujuan (opzet als oogmerk) yaitu seseorang berbuat dengan maksud untuk menimbulkan akibat yang tertentu atau suatu keadaan tertentu ;

5. Sengaja dengan kesadaran pasti berhasil (opzet bij zakerheids bewustzijin) yaitu seseorang berbuat karena mengetahui bahwa perbuatannya itu akan mengakibatkan sesuatu akibat atau keadaan tertentu ;

6. Sengaja dengan kesadaran kemungkinan berhasil (Dolus eventualis) yaitu seseorang berbuat dengan kesadaran bahwa akibat atau keadaan tertentu mungkin terjadi ;

Bahwa sedangkan dalam perspektif ilmu pengetahuan hukum pidana (doktrin), teori kesengajaan ini terbagi menjadi :

3. Teori kehendak (Wilstheori) dari Von Hippel ; 4. Teori pengetahuan (Voostellingstheori) dari Frank ;

Bahwa pengertian dengan sengaja adalah bila Terdakwa mengetahui perbuatannya dilarang dan dikehendaki artinya walaupun perbuatan tersebut dilarang tetapi Terdakwa tetap melakukan perbuatan yang dilarang itu;

Bahwa dengan sengaja ini terwujud dalam bentuk pelaku menghendaki dan mengetahui perbuatan melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya adalah perbuatan terlarang akan tetapi Terdakwa tetap melakukan perbuatan yang dilarang tersebut;

Bahwa sebagaimana pertimbangan Hakim dalam unsur ketiga maka nyata Anak telah terbukti melakukan serangkaian kebohongan dan membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya terhadap Anak

(33)

Korban yang baru berumur 17 (tujuh belas) tahun untuk melakukan persetubuhan;

Bahwa dengan memperhatikan rangkaian fakta dan kejadian pada sebelum, pada saat dan setelah terjadinya persetubuhan antara Anak dengan Anak Korban yang masih berusia 17 (tujuh belas) tahun dan dihubungkan dengan sifat tindak pidananya maka nyata perbuatan persetubuhan tersebut dilakukan atas kehendak dan pengetahuan Anak itu sendiri, artinya hal tersebut dilakukan dengan sengaja oleh Anak, dengan demikian unsur kedua ini juga telah terpenuhi;

3) Unsur melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain

Bahwa dalam unsur ini terdapat dua bentuk pokok tindak pidana yakni adanya persetubuhan pelaku dengan anak dan adanya persetubuhan antara anak dengan orang lain yang difasilitasi oleh pelaku, dimana persetubuhan tersebut lahir karena adanya tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau bujukan dari pelaku kepada anak tersebut;

Bahwa dengan demikian sarana untuk terjadinya persetubuhan dengan anak tersebut dirumuskan secara alternatif yakni dengan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau dengan bujukan, dimana konsekuensi yuridis dari rumusan unsur tindak pidana yang dibuat alternatif adalah apabila salah satu kualifikasi perbuatan alternatif tersebut terpenuhi maka terbuktilah unsur ini meskipun ternyata kualifikasi perbuatan alternatif lainnya tidak terpenuhi;

Bahwa yang dinamakan anak itu sendiri menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan;

Bahwa dengan demikian hal pertama yang harus dibuktikan dalam perkara a quo adalah apakah ada persetubuhan yang dilakukan oleh

(34)

Terdakwa atau orang lain dengan seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun c.q anak.

Bahwa dalam Undang-Undang Perlindungan Anak tidak dijelaskan pengertian atau konstruksi dari persetubuhan, oleh karenanya Hakim berpegang Yurisprudensi selama ini untuk mengartikan persetubuhan yakni harus adanya peraduan antara anggota kemaluan laki-laki dan perempuan yang biasa dijalankan untuk mendapatkan anak, jadi anggota kemaluan laki-laki harus masuk ke dalam anggota kemaluan perempuan, sehingga mengeluarkan air mani (sperma), sesuai dengan Arrest HR 5 Februari 1912 (R. Soesilo, 1976: 181).

Bahwa selanjutnya yang harus dibuktikan adalah bagaimanakah lahirnya persetubuhan yang dilakukan oleh Anak Pelaku dengan Anak Korban tersebut lahir karena tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau dengan bujukan dari Anak Pelaku.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersidangan dimana perbuatan Terdakwa dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali, perbuatan yang pertama dilakukan pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di Dukuh Tisan RT. 09, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen. Awal terjadi persetubuhan antara Anak Korban dengan Anak Pelaku adalah Anak Korban mendapat WA (Whatsapp) dari Anak Pelaku untuk mengajak bertemu, kemudian pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di alamat rumah Anak Pelaku yaitu Dukuh Tisan RT. 09 Kelurahan Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Anak Korban datang dan keadaan rumah kosong, hanya Anak Korban dan Anak Pelaku. Setelah beberapa saat mengobrol kemudian Anak Pelaku mengatakan pada Anak Korban: “ Yo ning kamar Ndut gawe dedek “(ayo ke kamar Ndut buat adek bayi), kemudian Saksi menjawab “ Emoh, tek gawe dedek ki piye nek aku meteng “ (Gak mau, kok buat adek bayi itu maksudnya apa, nanti kalau saya hamil gimana?) kemudian oleh Anak Pelaku dijawab kembali “ Ora- ora nek meteng, mengko yen kowe meteng aku tanggung jawab “ (tidak-

(35)

tidak kalau kamu hamil, kalau kamu hamil saya mau bertanggung jawab) kata-kata tersebut oleh Anak Pelaku diulang sebanyak 2 kali.

Karena bujuk rayu Anak Pelaku tersebut, sehingga membuat Anak Korban mau untuk diajak melakukan hubungan suami istri;

Bahwa uraian bersesuaian dengan Surat Visum Et Revertum No.

370/17/XII/2019 tanggal 11 Desember 2019 yang di buat dan di tanda tangani oleh dr.Dian Ika Putri.S, Sp.OG selaku dokter ahli penyakit kandungan dan kebidanan pada RSUD dr.SOEHADI PRIJONEGORO dengan kesimpulan:

Seorang anak umur tujuh belas tahun habis bersalin tiga hari yang lalu;

Tinggi rahim pertengahan antara tulang kemaluan dan pusar;

Dinding rahim menebal,ukuran rahim 8,75 cm;

Selaput dara robek sampai dengan pukul 5 dan 9 sebesar 2 cm disertai bengkak kebiruan pada pukul 5-9;

Bibir luar vagina bengkak kebiruan pada pukul 1-4, vagina bagian atas, samping dan bawah kemerahan;

Mulut rahim terbuka 2 cm longgar terdapat robekan pukul 3,6,7,9,12;

Air susu Ibu (ASI) keluar;

Keluar darah warna merah kesan perdarahan nifas tidak dapat disingkirkan. Kesan akibat trauma benda tumpul dari dalam maupun arah luar berupa luka lama dan sebagian luka baru, pasca persalinan beberapa hari tidak dapat disingkirkan.

Bahwa dengan memperhatikan fakta bahwa pada saat kejadian Anak Korban masih berumur 17 (tujuh belas) tahun sehingga terkualifikasi sebagai anak-anak maka Majelis Hakim dapat mengkontruksikan Anak Pelaku menyetubuhi Anak Korban karena adanya serangkaian kebohongan dan juga bujukan dari Terdakwa;

Bahwa dengan demikian Majelis Hakim Anak Korban ketika disetubuhi Anak Pelaku karena adanya serangkaian kebohongan dan juga

(36)

bujukan dari Anak Pelaku Keadaan ini didukung dengan kondisi Anak Korban masih anak-anak yang tidak memiliki kehendak dan pemikiran utuh atas perbuatan serta akibat perbuatannya tersebut;

Bahwa dengan demikian nyata perbuatan Anak Pelaku tersebut telah memenuhi rumusan alternatif unsur ini dalam bentuk Terdakwa melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya, oleh karena itu unsur ini telah terpenuhi;

Berdasarkan uraian pertimbangan hakim diatas maka menurut pendapat penulis, Terdakwa secara sah dan meyakinkan telah memenuhi unsur-unsur perbuatan tindak pidana. Selain itu, Terdakwa mengakui melakukan perbuatannya secara sadar tanpa ada paksaan dari pihak lain dan Terdakwa juga mengetahui bahwa perbuatan persetubuhan yang dilakukannya adalah suatu perbuatan yang dilarang. Dikarenakan Terdakwa adalah seorang anak, maka Penuntut Umum dan Majelis Hakim harus menggunakan undang- undang khusus yang mengatur mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Indonesia sudah memiliki Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang mengatur hukum formil perkara pidana anak dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengatur hukum materiil dari perkara pidana anak.

Hakim dalam putusannya menjatuhkan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dan pelatihan kerja selama 3 (tiga) bulan di Balai Pelatihan Kerja Kabupaten Sragen. Adapun rumusan Pasal 79 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan:

(1) Pidana pembatasan kebebasan diberlakukan dalam hal Anak melakukan tindak pidana berat atau tindak pidana yang disertai dengan kekerasan.

(2) Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhkan terhadap Anak paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa.

(37)

(3) Minimum khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap Anak.

(4) Ketentuan mengenai pidana penjara dalam KUHP berlaku juga terhadap Anak sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

Ketentuan dalam Pasal 79 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tersebut bertujuan supaya Hakim tidak serta- merta menjatuhkan pidana pembatasan kebebasan kepada seorang Anak.

Hakim harus mengkaji terlebih dahulu jenis tindak pidana apakah yang dilakukan Anak kemudian mempertimbangkan sanksi pidana dengan pertimbangan yuridis maupun non-yuridis dan mempertimbangkan berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam proses persidangan.

Sebagaimana diketahui dalam Putusan Pengadilan Negeri Sragen Nomor:

6/Pid.Sus/2019/PN.Sgn dengan Terdakwa seorang Anak, Majelis Hakim menyatakan bahwa Terdakwa secara sah dan menyakinkan telah melakukan tindak pidana “Dengan sengaja melakukan serangkaian kebohongan dan membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya”. Vonis yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan yang terbagi atas 2 (dua) macam pertimbangan, yaitu:

A. Pertimbangan Yuridis

1) Berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap dalam persidangan:

a. Bahwa benar yang melakukan perbuatan tersebut adalah Terdakwa;

b. Bahwa Terdakwa dalam melakukan perbuatannya dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dan Terdakwa juga mengetahui perbuatannya adalah suatu perbuatan yang dilarang;

c. Bahwa telah terjadi tindak pidana persetubuhan yang dilakukan oleh Terdakwa terhadap Anak yang mengakibatkan kehamilan Anak. Sesuai dengan Surat Visum Et Repertum No.

370/17/XII/2019 tanggal 11 Desember 2012. Perbuatan persetubuhan yang pertama dilakukan pada hari Minggu tanggal

(38)

19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di Dukuh Tisan RT 09, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen;

2) Dapat disimpulkan bahwa Terdakwa melakukan tindak pidana

“Dengan sengaja melakukan serangkaian kebohongan dan membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya” melanggar ketentuan Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perbuahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

3) Bahwa unsur yang ada dalam Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah terpenuhi, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Terdakwa secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah atas perbuatannya melakukan tindak pidana persetubuhan terhadap Anak dan mengakibatkan kehamilan seorang Anak sebagaimana termuat di dalam dakwaan tunggal Penuntut Umum yang memuat unsur-unsur sebagai berikut:

a) Unsur Setiap Orang

Bahwa kata “setiap orang” disini merupakan setiap orang atau pribadi yang merupakan subyek hukum yang melakukan suatu perbuatan pidana atau subyek pelaku daripada suatu perbuatan pidana yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas segala tindakannya.

Dalam persidangan telah dihadapkan oleh Jaksa Penuntut Umum seorang Anak dan atas pertanyaan Majelis Hakim, Anak tersebut memberikan keterangan identitas jati dirinya sama dan sesuai dengan identitas orang yang disebut sebagai Anak dalam surat dakwaan yaitu Anak (Identitas dirahasiakan). Identitas jati diri Anak tersebut didukung dan dikuatkan pula dengan keterangan Saksi – Saksi mengenai Anak, oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak terdapat kesalahan orang atau

(39)

subyek hukum dalam perkara ini. Sehingga unsur setiap orang telah terpenuhi.

b) Dengan Sengaja

Bahwa dengan sengaja ini terwujud dalam bentuk pelaku menghendaki dan mengetahui perbuatan melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya adalah perbuatan terlarang akan tetapi Terdakwa tetap melakukan perbuatan yang dilarang tersebut;

Dengan memperhatikan rangkaian fakta dan kejadian pada sebelum, pada saat dan setelah terjadinya persetubuhan antara Anak dengan Anak Korban yang masih berusia 17 (tujuh belas) tahun dan dihubungkan dengan sifat tindak pidananya maka nyata perbuatan persetubuhan tersebut dilakukan atas kehendak dan pengetahuan Anak itu sendiri, artinya hal tersebut dilakukan dengan sengaja oleh Anak. Berdasaran uraian tersebut maka unsur kedua ini juga telah terpenuhi.

c) Unsur melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersidangan dimana perbuatan Terdakwa dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali, perbuatan yang pertama dilakukan pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2019 sekitar pukul 19.00 WIB di Dukuh Tisan RT. 09, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen. Pada awal kejadian Anak Pelaku melontarkan kata-kata bujuk rayu kepada Anak Korban yang diulang sebanyak 2 (dua) kali. Karena bujuk rayu Anak Pelaku tersebut, sehingga membuat Anak Korban mau untuk diajak melakukan hubungan suami istri.

Berdasaran keterangan tersebut, maka unsur melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak

Referensi

Dokumen terkait

Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak-2013 Dibawah ini beberapa uraian kejadian penganiayaan terhadap anak yang didapatkan dari

terhadap korban cyber crime dan dalam UU Pornografi hanya mengatur tentang perlindungan hukum terhadap masyarakat yang melaporkan pelanggaran UU Pornografi

Korban dari perilaku pelecehan seksual secara verbal atau catcalling pada sosial media dapat melaporkan kepada LPSK dengan tata cara yang seperti termuat di

1) Pasal 55 ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa putusan Pengadilan harus dilaksanakan dengan memperhatikan nilai

Berdasarkan fakta diatas dapat diketahui bahwa penegakan hukum dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jawa Timur) sudah melaksanakan tugasnya

pemeriksaan di anggap serius apabila tata cara.. pemeriksaan tersebut menyampingkan atau tidak memedulikan hak dan kepentingan para pihak, serta tidak memperhatikan tata

Jika dilihat dari fakta bahwa perumahan ini sudah mulai dipasarkan dalam jangka waktu yang sudah lebih dari 3 (tiga) tahun bahkan hampir mencapai 4 (empat) tahun yaitu mulai

Wawancara pribadi dengan ibu Dwi Yulianti, korban kecelakaan, Rabu 14 Juli 2010.. dengan alasan keberadaan dari penumpang sudah terlanjur jauh dari tempat penyimpanan barang.