• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPIK ROHMANSA . I8609033

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TOPIK ROHMANSA . I8609033"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENJADI

SISTEM KEMUDI POWER STEERING PADA KIJANG 5K

(STEERING GEAR)

PROYEK AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya/Amd

Oleh :

TOPIK ROHMANSAH

NIM. I8609033

PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Proyek Akhir dengan Judul ”Modifikasi sistem Kemudi Manual menjadi Sistem

Kemudi Power SteeringPadaToyota Kijang 5 K” ini telah disetujui untuk

dipertahankan dihadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi DIII Teknik Mesin Otomotif Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :

Tanggal :

Pembimbing I

Wahyu Purwo Raharjo, ST., MT.,

NIP. 197202292000121001

Pembimbing II

JakaSulistya Budi, ST.,

(3)

commit to user

iii

Proyek Akhir Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik

Univesitas Sebelas Maret

Dengan judul :

MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENAJADI SISTEM

KEMUDI POWER STEERING PADA KIJANG 5 K

(STEERING GEAR)

Disusun oleh :

TOPIK ROHMANSAH

NIM. I 8609033

Telah dapat disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli

Madya.

Ketua Program Studi Diploma III Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Heru Sukanto, S.T., M.T.

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan Proyek Akhir ini dengan judul ”Modifikasi Sistem

Kemudi Manual menjadi Sistem Kemudi Power Steering’’. Laporan Proyek Akhir

ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Ahli Madya (A.Md) dan

menyelesaikan Program Studi DIII Teknik Mesin Otomotif Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mengalami masalah dan

kesulitan, tetapi berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak maka penulis

dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan yang bahagia

ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Wahyu Purwo Raharjo, ST., MT., selaku pembimbing I Proyek

Akhir.

2. Bapak Jaka Sulistya Budi, ST., selaku pembimbing II Proyek Akhir dan

sebagai koordinator Proyek Akhir.

3. Bapak Heru Sukanto, ST., MT., selaku Ketua Program D III Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Mas Solikhin, mas Rohmad, dan mas Sariyanto selaku laboran Motor Bakar

terima kasih atas bimbingan dan bantuannya

5. Teman- teman Proyek Akhir Damar dan Whonica yang selalu membantu

dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini.

6. Teman – teman, D3 Teknik Mesin Otomotif 2009 terima kasih atas

persaudaraan, kekompakan dan canda tawanya.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu – persatu yang telah membantu

(6)

commit to user

vi

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam

penyusunan laporan ini, maka segala kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca baik dari kalangan akademis maupun lainnya.

Surakarta, Juli 2012

(7)

commit to user

vii

ABSTRAKSI

TOPIK, 2012, “MODIFIKASI SISTEM KEMUDI MANUAL MENJADI POWER STEERING PADA TOYOTA KIJANG 5K” (STEERING GEAR),Proyek Akhir, Program Studi Diploma III Mesin Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Proyek Akhir ini bertujuan untuk memodifikasi sistem kemudi manual tipe

recirculating ball menjadi sistem kemudi dengan power steering tipe rack and pinion pada Toyota kijang 5k.

Power steering adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk memperingan tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkan kemudi terutama pada kecepatan rendah. Sistem power steering ini mempunyai beberapa komponen utama yang yang terdiri dari tangki reservoir, vane pump, power cylinder dan steering gear.

Steering gear berfungsi untuk mengarahkan roda depan, dan dalam waktu

bersamaan juga berfungsi sebagai gigi reduksi untuk meningkatkan momen agar kemudi menjadi lebih ringan. Gerakan putar pinion diubah langsung oleh rack

dan control valve assembly dikarenakan rusak atau sobek. Cara mengatasi

gangguan pada steering gear rack and pinion adalah dengan mengganti seal - seal

(8)

commit to user

4.2.2 Penyebab penyebab kebocoran 37

4.2.3 Pembongkaran Steering Gear 39

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sistem kemudi 3

Gambar 2.2. Sistem kemudi recirculating ball 4 Gambar 2.3. Sistem kemudi rack and pinion 6

Gambar 2.4. Power steering tipe rack and pinion 8

Gambar 2.5. Gear housing dan power cylnder 9 Gambar 2.6. Kontruksi control valve 10

Gambar 2.7. Control valve dalam posisi netral 11

Gambar 2.8. Control valve dalam posisi belok kanan 11

Gambar 2.9. Control valve dalam posisi belok kiri 12 Gambar 2.10. Cara kerja control valve dalam putaran rendah 14 Gambar 3.11. Cara kerja control spool dalam putaran rendah 14

Gambar 2.12. Cara kerja control valve dalam putaran sedang 15 Gambar 2.13. Cara kerja control spool dalam putaran sedang 15

Gambar 2.14. Cara kerja control valve dalam putaran tinggi 15 Gambar 2.15. Cara kerja control spool dalam putaran tinggi 16

Gambar 2.16. Cara kerja power steering posisi lurus 17 Gambar 2.17 Cara kerja power steering posisi belok 17

Gambar 3.1. Sistem kemudi rack and pinion 18 Gambar 3.2. Dudukan power cylinder 19 Gambar 3.3. Braket power cylinder 19

Gambar 4.12. Mencepit steering gear dengan ragum 39 Gambar 4.13. Melepas rack boot 39

(10)

commit to user

x

Gambar 4.15. Pelepasan rack end 40

Gambar 4.16. Pelepasan Control valve assembly 40

Gambar 4.17. Pelepasan steering rack 41

Gambar 4.18. Pemasangan rack end 42

(11)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem kemudi pada mobil berfungsi untuk mengendalikan atau mengatur

arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Dalam sistem kemudi

manual, gaya yang diperlukan untuk memutar roda depan sepenuhnya berasal dari

putaran roda kemudi yang diputar oleh pengemudi. Hal ini akan berpengaruh pada kenyamanan pengemudi dan penumpangnya.

Untuk mengurangi gaya yang diperlukan dalam memutar roda depan,

diperlukan suatu sistem bantuan kemudi yang disebut power steering. Power

steering adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk memperingan tenaga yang

dibutuhkan untuk memutarkan kemudi terutama pada kecepatan rendah. Power

steering biasanya digunakan pada kendaraan besar, tetapi sekarang juga

digunakan pada mobil-mobil penumpang yang berukuran kecil. Sistem Power

steering membuat roda kemudi lebih ringan pada saat belok ketika mobil berjalan dengan kecepatan rendah dan memberikan kenyaman pada saat kecepatan tinggi

Menyadari akan pentingnya peranan sistem kemudi dengan power steering

maka diambil rumusan masalah “Memodifikasi Sistem Kemudi Manual menjadi

Sistem Kemudi dengan Power Steering tipe Rack and Pinion pada Toyota Kijang.

Batasan masalah Proyek Akhir ini adalah membahas tentang sistem

(12)

commit to user 1.2. Tujuan Proyek Akhir

Tujuan dari Proyek Akhir ini adalah :

1. Memodifikasi sistem kemudi manual menjadi power steering tipe rack and pinion.

2. Untuk mengetahui cara kerja dari steeringgear rack and pinion dan komponen

komponennya.

3. Untuk mengetahui gangguan – gangguan dan cara mengatasi gangguan yang terjadi pada steering gear rack and pinion.

1.3. Manfaat Proyek Akhir

Manfaat yang diperoleh dari Proyek Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat merubah sistem kemudi manual menjadi sistem kemudi dengan power steering rackand pinion.

2. Dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang sistem kemudi dengan

(13)

commit to user

3 BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem kemudi

Sistem kemudi suatu kendaraan berfungsi untuk mengendalikan arah gerak

kendaraan sesuai dengan keinginan pengemudi. Pengendalian arah gerak ini

dilakukan oleh pengemudi, dengan jalan memutarkan atau mengubah roda kemudi

sesuai dengan arah yang dikehendaki. Prinsip kerjanya, apabila steering wheel

(roda kemudi) diputar, steering colomn (batang kemudi) akan meneruskan tenaga

putarnya ke steering gear (roda gigi kemudi). Steering gear memperbesar tenaga

putar ini sehingga dihasilkan momen puntir yang lebih besar untuk diteruskan ke

steering lingkage. Steering lingkage akan meneruskan gerakan steering gear ke

roda-roda depan.

Gambar 2.1 Sistem Kemudi

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

Sistem kemudi yang dipakai pada kendaraaan jika ditinjau dari tenaga

yang dipakai untuk membelokkan roda kemudi, dapat dibedakan menjadi dua

(14)

commit to user 2.1.1. Sistem kemudi manual

Pada sistem kemudi manual, gaya yang diperlukan untuk memutar roda

depan sepenuhnya berasal dari putaran roda kemudi yang diputar oleh pengemudi.

Pada umumnya tipe sistem kemudi dapat dibedakan menjadi :

1. Sistem kemudi recirculating ball

a. Keuntungan

1) Komponen gigi kemudi yang relatif lebih besar, bisa digunakan pada

mobil yang berukuran sedang dan mobil penumpang besar.

2) Rangkaian antar gigi menggunakan bantalan peluru yang bergulung,

menyebabkan keausan relatif kecil dan pemutaran roda kemudi relatif

ringan.

b. Kerugian

1) Hubungan antar gigi sektor dan gigi cacing tidak langsung, melainkan

dengan bantuan mur dan peluru, menyebabkan konstruksi menjadi rumit.

2) Konstruksi yang rumit menyebabkan servis pada kemudi memerlukan

perhatian khusus.

Gambar 2.2. Sistem kemudi recirculating ball

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

Komponen komponen sistem kemudi recirculating ball meliputi:

1. Roda kemudi berfungsi untuk mengendalikan arah roda depan melalui lengan

penghubung.

2. Poros utama kemudi berfungsi untuk mengirim gaya putar roda kemudi ke bak

(15)

commit to user

3. Batang kemudi, merupakan tempat poros utama

4. Bak roda gigi kemudi, merubah gerak putar dari roda kemudi menjadi gerak

maju mundurnya lengan penghubung, dengan memberikan tambahan gaya.

5. Lengan pitman, meneruskan gerakan gigi kemudi ke batang penghubung.

6. Batang penghubung menghubungkan tie rod sebalah kanan dan kiri

7. Tie rod berfungsi menghubungkan lengan nakel kemudi dengan batang

penghubung.

8. Lengan idler menunjang batang penghubung dan tie rod dalam gerakan maju

mundur.

9. Lengan nakel berfungsi untuk mengendalikan roda – roda depan sesuai dengan

gerakan lengan penghubung.

Prinsip kerja sistem kemudi tipe recirculating ball adalah ketika roda

kemudi diputar maka gerakan ini akan di teruskan ke worm gear. Hal ini

menyebabkan nut atau mur kemudi bergerak bergeser pada worm gear.

Sementara nut bergerak, sector shaft juga ikut berputar menggerakkan pitman arm yang diteruskan ke roda depan melalui steering linkage.

2 Sistem kemudi Rack and Pinion

Kemudi jenis ini mempunyai konstruksi sederhana dimana gerakan putar

pinion diubah langsung oleh rack menjadi gerakan mendatar .

a. Keuntungan

1) Konstruksi sederhana dan lebih ringan

tipe ini relatif efisien tempat karena gear box yang diperlukan tidak

terlalu besar. Rack yang digunakan juga digunakan sebagai sambungan

langsung terhadap kemudi sehingga relay rod tidak dibutuhkan.

2) Kontak gigi terjadi secara langsung

Sifat diatas menjadikan tipe rak and pinion lebih responsif.

(16)

commit to user

b. Kerugian

1) Bentuk roda gigi relatif kecil, sehingga kemudi jenis ini hanya dapat

digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil sampai sedang.

2) Persinggungan antara gigi-gigi terjadi secara langsung sehingga keausan

relatif lebih cepat terjadi.

3) Bentuk gigi rak adalah lurus (spur gear), sehingga dapat menyebabakan cepatnya keausan pada rak.

Gambar 2.3. Sistem kemudi rack and pinion

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

Komponen komponen sistem kemudi rack and pinion:

1. Roda kemudi berfungsi untuk mengendalikan arah roda depan melalui lengan penghubung.

2. Poros utama kemudi berfungsi untuk mengirim gaya putar roda kemudi ke

steering gear.

3. Batang kemudi, merupakan tempat poros utama.

4. Poros intermediate berfungsi menghubungkan poros utama dan poros pinion.

5. Steering gear berfungsi menambah gaya yang dikirim dari roda kemudi dan

merubah gerakan putar menjadi gerakan translasi. Pada jenis Rack and Pinion

komponen utama yang sangat berperan adalah Rack dan Pinion. Gerakan putar

pinion diubah langsung oleh rack menjadi gerakan mendatar. Model rack and

(17)

commit to user

tetapi goncangan yang diterima dari permukaan jalan mudah diteruskan keroda

depan sehinnga kurang bagus dalam menahann getaran.

6. Tie rod berfungsi menghubungkan lengan nakel kemudi dengan rack.

7. Rack boot berfungsi mencegah masuknya kotoran atau debu ke dalam

mekanisme rack.

8. Steering knuckle berfungsi untuk mengendalikan roda – roda depan sesuai

dengan gerakan lengan penghubung.

Prinsip kerja sistem kemudi rack and pinion adalah pinion yang

dihubungkan dengan poros utama kemudi melalui poros penghantar, berkaitan

dengan rack. Pada waktu roda kemudi diputar pinion juga ikut berputar. Gerakan

ini akan menggerakkan rack dari samping ke samping, lalu gerakan ini

dilanjutkan melalui tie rod ke steering knuckle pada roda - roda depan. Ini

menyebabkan satu roda terdorong dan satu roda tertarik. perubahan gerak putar

menjadi gerak translasi terjadi di rumah gigi kemudi.

2.1.2 Power Steering

Power steering adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk memperingan

tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkan kemudi terutama pada kecepatan rendah dan menyesuaikannya pada kecepatan menengah serta tinggi. Power

steering menggunakan putaran mesin untuk menggerakkan pompa sehingga

membangkitkan tekanan fluida. Tekanan fluida ini bekerja menekan torak yang

berada didalam power cylinder dan memberikan tambahan atau bantuan pada

pinion dan rack.

Besarnya bantuan ini tergantung pada besarnya tekanan hidrolis yang

bekerja pada torak. Oleh karena itu bila diperlukan tenaga pengemudi yang besar,

maka tekanan harus ditingkatkan. Variasi tekan fluida diatur oleh control valve

yang dihubungkan dengan steering main shaft.

Sistem power steering konstruksinya tidak jauh beda dengan sistem

kemudi manual dengan komponen steering wheel (roda kemudi), Steering column

(batang kemudi) dan steering linkage, hanya ditambah mekanis hidrolis yang

(18)

commit to user

pinion ini mempunyai komponen-komponen yang penting yaitu gear housing,

power cylinder, control valve dan vane pump.

Gambar 2.4 . Power Steering tipe Rack and Pinion.

bersinggungan dengan steering rack, sehingga pada saat steering wheel diputar

dan diikuti shaft pinion akan menggerakkan steering rack ke kiri atau ke kanan.

Gerakan steering rack diteruskan rack end dan tie rod ke roda depan kiri dan

kanan. Roda gigi rack and pinion mempunyai keuntungan sebagai berikut :

a. Konstruksinya sederhana, ringan karena gear box kecil, rack end sebagai

steering linkage.

b. Gigi reduksinya lebih besar maka momen untuk menggerakkan roda lebih

ringan.

c. Persinggungan giginya langsung sehingga respon cepat.

d. Rakitan steering tertutup sehingga tidak memerlukan perawatan.

2. Power cylinder

Power cylinder adalah tempat piston bekerja dan ditempatkan pada rack,

(19)

commit to user

ring pada piston dan juga oil seal pada kedua sisi silinder untuk mencegah minyak

bocor ke bagian luar. Steering wheel dihubungkan dengan steering main shaft

untuk menggerakkan control valve.

Pada saat steering wheel dalam posisi lurus control valve pada posisi

netral sehingga minyak dari vane pump tidak bekerja dikedua ruangan tetapi

dialirkan ke reservoir tank. Jika steering wheel diputar kesalah satu arah, maka

control valve merubah saluran fluida sehingga minyak pada ruangan lainnya

dikeluarkan dan mengalir ke reservoir tank.

Tipe rack and pinion yang mengatur perubahan saluran ada dua macam

alat, yaitu spool valve dan rotary valve. Pada masing-masing jenis terdapat torsion

bar yang terletak diantara control valve dan pinion.

Bekerjanya control valve tergantung besarnya puntiran yang diterima

torsion bar. Pada saat tidak ada tekanan minyak, torsion bar berputar sampai titik

tertentu sehingga control shaft stopper langsung memutar pinion dan

menggerakan rack, seperti pada sistem kemudi manual.

Gambar 2.5. Gear Housing dan Powe cylinder

dan berputar bersama. Bila tidak ada tekanan minyak dari vane pump, torsion bar

akan terpuntir sepenuhnya. Control valve shaft dengan pinion gear berhubungan

pada stopper. Sehingga momen dari control valve diteruskan langsung ke pinion

(20)

commit to user

Gambar 2.6. Konstruksi Control Valve

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

Cara Kerja Pengaturan Minyak

Pembatasan dalam sirkuit hidrolis dilakukan oleh gerakan putar dari

control valve shaft dalam kaitan dengan rotary valve. Pada saat membelok ke

kanan tekanan ditutup pada orifice X dan Y dan pada saat berbelok ke kiri

pembatasan dilakukan pada orifice X’ danY’.

Pada saat roda kemudi diputar, maka control valve berputar memutarkan

pinion gear melalui torsion bar, Pada saat control valve terpuntir berlawanan

dengan pinion gear sesuai dengan gaya pada permukaan jalan, control valve shaft

hanya berputar sebatas puntiran dan gerakan ke kiri dan ke kanan mengikuti rotari

valve. Akibatnya orifice X ,Y (X’ dan Y’) terbentuk dan perbedaan tekanan

hidraulis pada ruangan silinder sisi kanan dan kiri.

Dengan cara inilah putaran control valve langsung melakukan perubahan

saluran untuk mengatur tekanan minyak. Minyak dari vane pump masuk dari

lingkaran luar rotary valve dan minyak kembali ke tangki reservoir melalui celah antara torsion bar dan control valve shaft.

a. Posisi Netral

Selama control valve shaft dan katup rotary (rotary valve) tidak

berputar, maka dalam posisi netral. Posisi ini terjadi saat berjalan lurus tanpa

memutar roda kemudi. Minyak yang dialirkan dari pompa kembali ke tangki

(21)

commit to user

dalam silinder mulai bertekanan, tetapi keduanya tidak ada perbedaan maka

tidak terjadi bantuan power steering.

Gambar 2.7. Control Valve dalam posisi netral (http://training.hmc.co.kr. daniyusuf)

b. Posisi Belok Kanan

Pada saat membelok ke kanan, Torsian bar terpuntir dan control valve

berputar ke kanan. Minyak dari pompa ditahan oleh orifice X danY dari edge

untuk menghentikan aliran ke lubang C dan D. Akibatnya minyak mengalir ke

lubang B ke sleeve B dan kemudian ke silinder kanan, menyebabkan rack pinion bergerak ke kiri dengan bantuan power steering. Pada saat bersamaan

minyak dari ruang silinder kiri kembali ke reservoir tank melalui sleeve C-

lubang C- lubang D ruang D.

(22)

commit to user

c. Posisi Belok Kiri

Sama halnya dengan membelok ke kanan, kendaraan membelok ke kiri

torsian bar terpuntir dan control shaft berputar ke kiri. Minyak yang dialirkan

dari pompa ditahan oleh orifice X’ dan Y’ dan menutup aliran ke lubang B

dan D. Akibatnya minyak mengalir dari lubang C ke Sleeve C dan kemudian

ke ruang silinder kiri memberikan bantuan power steering. Pada waktu yang

sama, minyak pada silinder kanan mengalir kembali ke reservoir tank melalui

sleeve C- lubang B- lubang D- ruang D.

Gambar 2.9. Control Valve posisi belok kiri (http://training.hmc.co.kr. daniyusuf)

4. Vane Pump

Vane pump adalah bagian utama dari sistem power steering berfungsi

menghasilkan tekanan tinggi dan debit yang besar. Vane pump juga berfungsi

untuk mengatur jumlah aliran fluida yang diperlukan sesuai dengan putaran

mesin, dilengkapi dengan idle up untuk mencegah kondisi mesin tidak mati pada

saat steering wheel di putar maksimal. Vane pump termasuk jenis pompa rotary.

Pompa rotary ini digunakan vane yang berbentuk sliding blide, karena didalam

rotornya berbentuk blide yang bekerja karena gaya sentrifugal dan tipe ini banyak

digunakan pada power steering. Adapun komponen yang ada dalam vane pump

adalah :

a. Reservoir Tank

Reservoir tank berfungsi untuk menampung fluida power steering.

Penempatan reservoir dapat disatukan dengan pump body dan dapat terpisah.

(23)

commit to user

fluida pada tangki, apabila ketinggian minyak kurang dari tanda yang

ditentukan maka ada udara yang masuk pada sistem tersebut, akan mengurangi

kerja dari pompa atau kerja pompa menjadi tidak normal.

b. Pump Body

Pump body adalah rumah dari rotor blade dan pompa digerakan oleh

puli poros engkol mesin dengan drive belt, dan mengalirkan tekanan fluida ke

gear housing. Volume fluida dari pompa adalah sebanding dengan putaran

mesin, banyaknya minyak yang dialirkan ke gear housing akan diatur oleh flow

control valve sehingga bila kelebihan fluida akan dialirkan ke sisi hisap

(suction side).

c. Flow Control Valve

Katup pengaturan aliran (Flow Control Valve) mengatur volume aliran

minyak dari pompa ke gear housing dan menjaga agar volumenya tetap pada

rpm pompa yang berubah-ubah. Sekarang banyak pompa power steering yang

menggunakan control spool bersama dengan flow control valve untuk

menurunkan volume aliran minyak pada saat pompa mencapai kecepatan

tertentu. Dengan tujuan memperoleh gaya kemudi yang sesuai meskipun mobil

dikemudikan dengan kecepatan tinggi. Pompa power steering juga mempunyai

relief valve yang dipasang didalam flow control valve untuk mengatur tekanan

minyak maksimum. Tekanan maksimum tercapai pada saat roda kemudi

diputar sepenuhnya ke kiri atau ke kanan, kemudian control valve menutup

rapat saluran balik.

Cara kerja control valve

1. Selama Kecepatan Rendah

Tekanan pompa P1 dialirkan ke sebelah kanan flow control valve dan P2

dialirkan ke sebelah kiri setelah melewati orifice 1 dan 2. Perbedaan tekanan

antara P2 dan P1 akan semakin besar bila kecepatan rpm mesin bertambah.

Bila perbedaan tekanan P1 dan P2 mampu mengalahkan tegangan pegas (A)

pada flow control valve, maka flow control valve akan bergerak ke kiri. Ini

membuka saluran pada sisi hisap pompa (pump suction side), sehingga minyak

akan kembali ke sisi hisap pompa. Dengan cara ini, volume aliran minyak ke

(24)

commit to user

Gambar 2.10. Cara kerja control valve pada putaran rendah (Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

Gambar 2.11. Cara kerja control spool pada putaran rendah (Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

2. Selama Kecepatan Sedang

Tekanan pengeluaran P1 dialirkan ke sebelah control spool. Bila pompa

berputar di atas 1250 rpm, maka tekanan P1 mengalahkan tegangan pegas (B)

dan mendorong control spool ke kanan sehingga volume minyak yang melalui

orifice 2 akan berkurang dan menyebabkan penurunan tekanan P2. Akibatnya,

perbedaan tekanan antara P1 dan P2 bertambah. Sebagai akibatnya, flow

control valve bergerak ke kiri sehingga minyak kembali kesisi hisap pompa

dan menurunkan tekanan volume aliran minyak yang ke gear housing. Dengan

kata lain, bila control spool bergerak ke kanan, ujung spool bergerak ke arah

(25)

commit to user

Gambar 2.12. Cara kerja control valve pada putaran sedang (Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

Gambar 2.13. Cara kerja control spool pada putaran sedang. (Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

3. Selama Kecepatan Tinggi

Bila kecepatan pompa melebihi 2500 rpm maka control spool terdorong

sepenuhnya ke kanan menutup rapat orifice no.2 pada saat in tekanan P2

ditentukan oleh banyaknya minyak yang dialirkan melaui orifice no.1. Volume

aliran minyak ke gear housing dikontrol dengan cara ini.

(26)

commit to user

Gambar 2.15. Cara kerja control spool pada putaran tinggi. (Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

2.1.3. Prinsip Kerja Power Steering

Prinsip kerja Power Steering dari sistem kemudi yang menggunakan

peralatan hidrolis adalah bekerja untuk meringankan pengemudian, adapun

sumber tenaganya dari pompayang menggunakan putaran mesin.

Pompa pada power steering yang digerakkan mesin bertujuan

membangkitkan tekanan fluida. Fluida yang bertekanan, menekan torak dalam

power cylinder yang membantu tenaga gerak pada pinion dan batang rack.

Besarnya tenaga bantu yang dihasilkan, tergantung pada tekanan hidrolis yang

bekerja pada torak. Oleh karena itu diperlukan tenaga pengemudian yang besar,

maka tekanan harus ditingkatkan. Tekanan fluida ini diatur oleh katup pengontrol

(control valve) yang dihubungkan dengan steering main shaft. Katup pengontrol

(control valve) menurut cara kerjanya dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Posisi Netral (Lurus)

Minyak dari pompa dialirkan ke katup pengontrol (control valave). Bila katup pengontrol berada pada posisi netral, semua minyak akan mengalir melalui

katup pengontrol ke seluruh relief port dan kembali ke pompa. Pada saat ini tidak

terbentuk tekanan dan tekanan pada kedua sisi torak sama, torak tidak akan

(27)

commit to user

Gambar 2.16. Posisi lurus

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

b. Pada Saat Membelok

Pada saat poros utama kemudi (steering main shaft) diputar ke salah satu

arah, maka katup pengontrol juga akan bergerak menutup ke salah satu saluran

minyak. Saluran yang lain akan terbuka dan terjadi perubahan volume aliran

minyak dan akhirnya terbentuk tekanan. Pada kedua sisi torak akan bergerak ke

sisi yang bertekanan lebih rendah sehingga minyak yang berada dalam ruangan tersebut dialirkan ke pompa melalui katup pengontrol.

(28)

commit to user

18 BAB III

PERENCANAAN DAN GAMBAR

3.1 Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan dalam memodifikasi sistem kemudi manual

menjadi sistem kemudi power steering adalah sebagai berikut :

1. Memilih sistem kemudi power steering tipe rack and pinion. Dalam hal ini

power steering menggunakan milik Toyota Grand Extra.

2. Merekondisi power steering tipe rack and pinion yang dipilih untuk

mengetahui komponen komponen yang aus atau rusak sebelum power steering

dipasang.

3. Melihat mobil kijang yang menggunakan sistem kemudi power steering tipe

rack and pinion, untuk mengetahui konstruksi power steering dan

mengetahui bagian – bagian dari power steering serta mengetahui tata letak

dari bagian - bagiannya.

4. Setelah dilakukan pengamatan pada mobil kijang yang menggunakan power steering tipe rack and pinion maka meniru tata letak komponen power

steering dimana power cylinder dipasang pada crossmember sedangkan vane

pump dipasang di atas dudukan kompresor ac.

Gambar 3.1. Sistem kemudi model rack and pinion

(29)

commit to user

5. Membuat dudukan power cylinder pada crossmember, dengan membuat dua

buah dudukan kiri dan kanan kemudian membautnya dengan baut 14 mm.

Serta membuat dua buah braket untuk menopang power cylinder agar

terpasang dengan kencang.

Gambar 3.2 Dudukan power steering pada crossmember

6. Membuat braket power cylinder dimana braket dibaut dengan baut 14 mm

dengan duduan power cylinder.

(30)

commit to user

7. Membuat dudukan pompa power steering, dimana dudukannya dibaut menggunakan baut 14 mm dan dijadikan satu dengan dudukan kompresor ac.

Gambar 3.4 Dudukan vane pump

8. Pemasangan V-belt dijadikan satu dengan pully kipas dan kompresor ac

Gambar 3.5 Rangkaian V- belt

Pully kipas

Vane pump

Tensioner

(31)

commit to user

9. Pemasangan serta tata letak dari selang selang power steering

Adapun alur fluida power stering adalah sebagai berikut , dari reservoir

mengalir ke vane pump, dari vane pump kemudian menuju control valve , dalam control valve di atur kemana arah fluida selanjutnya.

Gambar 3.6 Alur fluida power steering

(32)

commit to user 3.2 Gambar Komponen

Gambar 3.7 power steering tipe rack and pinion

(33)

commit to user

Gambar 3.9 Steering Gear Housing

(34)

commit to user

Gambar 3.11. Rack End

(35)

commit to user

Gambar 3.13. Control Valve Housing

(36)

commit to user

26

BAB IV

PENGERJAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengerjaan

Proses pengerjaandalam memodifikasi sistem kemudi manual menjadi

power steering dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :

Tahap 1 : Pelepasan Kemudi Manual

Tahap 2 : Rekondisi Power Steering

Pelepasan kemudi manual dimaksudkan untuk mengganti sistem kemudi

yang dulunya menggunakan model recirculating ball menjadi sistem kemudi

dengan power steering tipe rack and pinion. Adapun langkah - langkah

pelepasan sebagai berikut :

a. Mendongkrak kendaraan menggunakan dongkrak untuk mempermudah dalam pelepasan sistem kemudi.

b. Memasang stand penyangga pada mobil sebagai pengaman.

c. Melepas roda depan kiri dan kanan.

d. Melepas sistem kemudi tipe recirculating ball dengan melepas komponen

-komponennya, seperti :

- Melepas intermediate shaft dari steering gear hausing.

- Melepas pitman arm dari sector shaft.

- Melepas pitman arm dari relay rod.

- Melepas tie rod dari relay rod.

(37)

commit to user

Gambar 4.1 Sistem kemudi model recirculating ball

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

e. Melepas mesin untuk mempermudah pengeboran pada crossmember dan

mempermudah pemasangan dudukan yang akan di buat.

4.1.2 Rekondisi power steering

Rekondisi power steering dimaksudkan untuk mengetahui komponen

komponen power steering yang sudah aus atau rusak. Sehingga sistem power steering dapat bekerja dengan maksimal dan tidak terjadi kebocoran pada

sistem. Adapun langkah rekondisi power steering adalah sebagai berikut :

a. Memeriksa bearing pada control valve housing, setelah diperiksa bearing

masih baik

b. Memeriksa O-ring dan seal, setelah diperiksa seal masih baik.

c. Memeriksa steering rack , setelah diperiksa steering rack masih bagus.

d. Memeriksa kondisi rack end , setelah diperiksa ternyata rack end sudah aus

pada bagian ball joinnya maka perlu penggantian.

e. Memeriksa kondisi tie rod, setelah diperiksa tie rod sudah rusak maka perlu

penggantian.

f. Memeriksa kondisi rack boot, setelah diperiksa rack boot masih bagus dan

tidak sobek.

g. Memeriksa kondisi grommet ( karet braket ), setelah diperiksa keret sudah

(38)

commit to user

h. Memeriksa kondisi pipa presssur, setelah diperiksa pipa tidak bocor dan

tidak tersumbat.

j. Memeriksa kondisi vane pump , setelah diperiksa vane pump masih bagus.

4.1.3. Pembuatan Dudukan

Dalam pembuatan dudukan disini terdiri dari 2 macam, yang pertama

dudukan untuk power cylinder dan yang kedua dudukan untuk pompa power

steering.

a. Dudukan power cylinder

Dudukan power cylinder ditempatkan dan dibaut pada crossmember

menggunakan baut 14 mm. Dudukan power cylinder yang akan dibuat

berjumlah 2 buah di pasang kiri dan kanan.

Adapun proses pembuatan dudukan sebagai berikut :

1. Memotong bahan atau plat yang akan digunakan dalam pembuatan

dudukan sesuai dengan ukuran. Dimana panjang plat 150 x 30 mm dan

50 x 30 mm. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mesin

pemotong maupun dengan alat pemotong manual.

2. Mengebor crossmember untuk tempat dudukan power cylinder, dan

mengebor juga plat yang telah dipotong sehingga ukuran lubang

crossmember dan dudukan dapat tepat dan presisi.

3. Mengelas plat yang telah dipotong dan yang telah dibor menggunakan

las listrik.

(39)

commit to user

4. Menggerinda plat dudukan yang telah dilas menggunakan gerinda

tangan supaya kerak - kerak bekas pengelasan dapat hilang, sehingga

dudukan terlihat bersih dan rapi.

5. Membuat klem atau braket power cylinder dengan cara

membengkokkan plat dengan menggunakan las asetelin dengan ukuran

diameter 60 mm. Kemudian memotong plat dengan alat potong dan

yang terakir mengebornya dengan mata bor 12 mm.

Gambar 4.3 Braket power cylinder dudukan sesuai dengan ukuran. Dimana panjang plat 160 x 70 mm dan

110 x 70 mm. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mesin

pemotong maupun dengan alat pemotong manual.

2. Mengebor plat dengan menggunakan mesin bor dengan mata bor 12

mm, sebelum penegeburan plat terlebih dahulu disesuaikan dengan

vane pump sagar ukuran lubang dapat presisi dan tepat.

3. Mengelas plat yang telah dipotong dan yang telah dibor menggunakan

(40)

commit to user

Gambar 4.4 Pengelasan dudukan

4. Menggerinda plat dudukan yang telah dilas menggunakan gerinda

tangan supaya kerak - kerak bekas pengelasan dapat hilang, sehingga

dudukan terlihat bersih dan rapi.

Gambar 4.5. Menggerinda dudukan

4.1.4 Proses Pemotongan

Proses pemotongan dilakukan karena bagian dari sistem kemudi terlalu

panjang seperti poros intermediate dan rack end. Oleh karena itu perlu

dilakukan pemotongan baik menggunakan mesin pemotong maupun dengan

cara manual.

a. Pemotongan Poros Intermediate

Poros intermediate merupakan poros penghubung antara steering gear

dengan steering column, apabila poros terlalu panjang maka poros tidak dapat

masuk dalam steering gear. Adapun langkah pemotongan sebagai berikut :

1. Melepas poros intermediate dari poros utama dengan melepas ke 2

(41)

commit to user

2. Mengukur seberapa panjang poros yang akan dipotong. Kurang lebih

25 mm.

3. Memotong poros intermediate yang telah diukur menggunakan gergaji

besi atau alat potong lainnya

Gambar 4.6. Pemotongan poros intermediate

4. Mengebor sambungan poros intermediate bagian atas dengan mata bor

16 mm, kemudian mengikir lubang bekas pengeboran dengan kikir

bulat.

5. Memasukkan poros intermediate ke dalam sambungan atas dan

mengelasnya menggunakan las listrik.

6. Menggerinda poros setelah dilakukan pengelasan untuk

menghilangkan kerak – kerak bekas pengelasan.

b. Pemotongan Rack End

Rack end merupakan penghubung antara rack dengan steering knuckle,

pada ujung reck end terdapat ulir yang dihungkan dengan tie rod. Adapun

proses pemotongan adalah sebagai berikut :

1. Mengukur berapa panjang rack end yang akan dipotong kiri dan kanan,

kurang lebih 30 mm

2. Memotong ulir rack end yang telah diukur menggunakan gergaji besi

ataupun alat potong lainnya dengan mencepit rack end pada tanggem

(42)

commit to user

Gambar 4.7. Pemotongan ulir rack end

3. Memperpanjang ulir yang telah dipotong dengan menggunakan mesin

bubut , karena ulir terlalu pendek apabila dipasang pada tie rod.

4. Membuat penyetel untuk penyetelan toe in dan toe out pada rack end

dengan mengikir permukaan kiri dan kanan ataupun atas dan bawah

pada permukaan rack end.

4.1.5. Proses Pengecatan

Proses pengecatan ini dilakukan untuk melindungi dudukan dari karat

dan dari kotoran, juga untuk memperindah dudukan sehingga terlihat bersih

dan mengkilat. Adapun bahan atau alat yang akan dicat adalah : dudukan

power cylinder, braket power cylinder, lubang bekas pengeboran pada

crossmember, poros intermediate, dan dudukan vane pump.

Adapun proses pengecatan sebagai berikut :

1. Mengamplas dudukan power cylinder, dudukan vane pump, braket

power cylinder dan poros intermediate menggunakan amplas kasar

terlebih dahulu agar kotoran dan karat dapat hilang dari permukaan

dudukan.

2. Mengamplas dudukan, braket dan poros intermediate menggunakan

amplas halus agar permukaan dudukan dapat bersih dan rata

3. Mencampur cat hitam dengan tiner pada suatu wadah, kemudian

mengaduknya sampai rata. Untuk hasil yang bagus pencampuran tiner

dengan cat harus benar tidak kurang dan tidak lebih, kalu kurang maka

(43)

commit to user

4. Mengecat dudukan, braket dan poros intermediate dengan

menggunakan kuas, pengecetan dilakukan dengan bertahap agar hasil

yang di dapat bisa bagus dan merata.

5. Menjemur dudukan, braket dan poros intermediate agar cepat kering

kemudian mengecat kembali dudukan, braket dan poros intermediate

yang telah kering supaya di dapat hasil yang bagus dan rapi.

4.1.6. Proses Pemasangan

Proses pemasangan adalah proses penggabungan komponen - komponen menjadi sebuah sistem atau alat yang dapat difungsikan sesuai dengan fungsi

yang diharapkan. Langkah-langkah perakitan atau pemasangan sistem kemudi

dengan power steering pada mobil kijang adalah sebagai berikut :

1. Memasang dudukan power cylinder pada crossmember dan

membautnya menggunakan baut 14 mm. Dudukan harus terpasang

dengan kencang agar power cylinder tidak bergerak.

Gambar 4.8.Pemasangan dudukan power cylinder

2. Memasang power cylinder pada dudukannya yaitu pada crossmember

kemudian memasang braket power cylinder dan membautnya

menggunakan baut 14 mm. Pemasangan braket harus kencang agar

(44)

commit to user

Gambar 4.9. Pemasangan power cylinder pada crossmember

3. Memasang tie rod pada steering knuckle kiri dan kanan. Dan

memasang pula mur beserta penguncinya, kemudian

mengencangkannya dengan kunci ring 17 agar tie rod terpasang

dengan kencang .

4. Memasang poros intermediate pada poros utama dengan memasang ke

2 buah mur dan bautnya serta memasang pula fleksible joint poros

intermediate ke dalam steering gear dan memasang baut penguncinya.

5. Memasang dudukan vane pump pada dudukan kompresor ac dan

memasang baut- bautnya. Baut harus terpasang dengan kencang agar

dudukan kompresor tidak bergerak saat vane pump di pasang pada

dudukannya.

6. Memasang vane pump pada dudukannya dan membautnya dengan

kencang menggunakan baut 12 mm.

7. Memasang V-belt (sabuk penggerak) pada vane pump yang

pemasangannya diambil dari pully kipas dan kompresor ac.

8. Memasang selang - selang fleksible. Dalam pemasangan selang

terdapat 4 saluran. Adapun saluran salurannya adalah sebagai berikut:

a.Selang tekanan tinggi dari vane pump ke control valve.

b. Selang pengembali dari control valve ke tanki reservoir .

c. Selang pembagi dari control valve ke silinder sebalah kiri.

(45)

commit to user 4.1.7. Proses pengujian

Proses pengujian merupakan suatu uji coba dari keberhasilan suatu alat

yang dirancang berdasarkan tujuan dan fungsi dari pembuatan alat tersebut.

Proses pengujian dilakukan untuk mengetahui secara langsung apakah sistem

kemudi dengan power steering yang telah di buat dapat berfungsi dengan baik

sesuai dengan yang direncanakan. Adapun proses pengujian dalah sebagai

berikut:

1. Pengujian usaha kemudi pada sistem kemudi manual.

Pengujian ini dilakukan dengan tidak menghidupkan mesin sehingga

tidak ada bantuan dari power steering. Kemudian memutar roda

kemudi ke kiri dan ke kanan

2. Pengujian usaha kemudi dengan power steering

Pengujian ini dilakukan dengan menghidupkan mesin sehingga sistem

power steering bekerja. Kemudian memutar roda kemudi ke kiri dan

ke kanan kalau terasa ringan berarti sistem power steering dapat

bekerja sebagaimana fungsinya.

3. Mengecek apakah terjadi kebocoran pada sistem dengan melihat

selang- selang power steering dan nepelnya, kalau oli power steering

menetes dari nepel ataupun selang baik itu pada steering gear maupun

pada vane pump berarti sistem power steering terjaadi kebocoran. Dan

melihat pula pada reservoirnya apakah oli berkurang atau tidak. Kalau

tidak ada tetesan oli dan pada tangki reservoir oli tidak berkurang

berarti sistem tidak bocor.

4. Pengujian dengan menjalankan mobil

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sistem kemudi dapat

berfungsi dengan baik dan nyaman ataupun enak dalam

pemakaiannya. Kalau belum nyaman perlu dilakukan penyetelan

(46)

commit to user

4.2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai steering gear rack and

pinion. Steering gear tidak hanya berfungsi untuk mengarahkan roda depan,

tetapi dalam waktu bersamaan juga berfungsi sebagai gigi reduksi untuk

meningkatkan momen agar kemudi menjadi lebih ringan.

Gerakan putar pinion diubah langsung oleh rack menjadi gerakan

mendatar. Model rack and pinion mempunyai konstruksi sederhana, sudut belok

yang tajam dan ringan, tetapi goncangan yang diterima dari permukaan jalan

mudah diteruskan ke roda depan.

Gambar 4.10. Steering gear rack and pinion

4.2.1 Gangguan yang terjadi pada steering gear

Gangguan yang sering terjadi pada steering gear tipe rack and pinion

adalah sebagai berikut :

1. kebocoran pada control valve assembly dikarenakan oil seal dan O-ring

sudah rusak atau sobek sehinnga fluida atau minyak power steering tidak

dapat dicegah. Cara mengatasinya mengganti oil seal dan O-ring dengan

yang baru

2. kebocoran pada control valve housing dikarenakan oil seal dan O-ring sudah

(47)

commit to user

dicegah. Cara mengatasinya mengganti oil seal dan O-ring dengan yang

baru

3. kebocoran pada pipa pressure baik pada power cylinder maupun pada

control valve. Dikarenakan ulir yang sudah aus, nepel yang sudah aus dan

selang yang sudah aus akibatnya terjadi rambasan oli atau fluida. Cara

mengatasinya mengganti pipa pressure dengan yang baru.

4. kebocoran pada power cylinder dikarenakan oil seal dan O-ring sudah rusak

atau sobek sehinnga fluida atau minyak power steering tidak dapat dicegah.

Cara mengatasinya mengganti oil seal dan O-ring dengan yang baru.

Gambar 4.11. Letak kebocoran pada steering gear

4.2.2. Penyebab penyebab kebocoran

1. Posisi roda yang salah saat parkir.

Kesalahan yang kerap dilakukan oleh pengemudi mobil adalah tidak

meluruskan posisi roda di saat parkir. Misalnya roda depan sedikit membelok

atau melenceng. Mobil yang menggunakan power steering jenis rack and pinion, posisi ban depan seperti itu dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran.

Pasalnya, saat ban menekuk atau dalam posisi berbelok komponen rack boot

rawan robek. Hasilnya berbagai kotoran masuk ke sistem power steering.

(48)

commit to user

2. Memutar roda kemudi hingga mentok terlalu lama.

Kebiasaan salah yang lain dan tidak disadari oleh pengemudi adalah

memutar roda kemudi hingga mentok saat mereka akan memutar arah mobil.

Mereka memutar kemudi dengan maksimal hingga kadang berbunyi klak.

Apabila hal itu dilakukan dalam waktu tiga hingga lima menit dan

berulang-ulang akan mnyebabkan berkurangnya daya tahan seal power steering bahkan

sampai jebol seal power steering tersebut. Hal ini disebabkan salah satu sisi

rack pinion steer mendapat dorongan yang kuat dan suhu di power cylinder

menjadi tinggi.

3. Tekanan angin ban yang kurang dan komponen kaki-kaki aus.

Ban dengan tekanan angin kurang dari standar yang direkomendasikan

oleh pabrikan menjadikan laju mobil semakin berat. Hal itu terjadi karena

gesekan antara ban dengan permukaan jalan semakin kuat. Beratnya gesekan

itu akan menjadikan kerja power steering semakin berat. Akibatnya, komponen

yang ada pada peranti itu juga harus bekerja ekstra keras. Oleh karena itu, jika

tekanan angin itu sering berulang dan dalam waktu lama akan menjadikan

power steering rusak.

Begitu pula dengan komponen di kaki-kaki mobil yang sudah aus, baik

bushing arm, ball joint, tierod, bearing, shockbreaker, dan lainnya, Sebab

ketidakoptimalan kerja komponen itu menjadikan pengendalian roda mobil

semakin sulit. Akibatnya, power steering pun harus bekerja ekstra keras untuk

mengendalikannya. Jadi, jika hal itu terjadi dalam waktu lama dan terus menerus, power steeringakan cepat rusak.

4. Keterlambatan dalam penggantian oli

Mobil yang menggunakan power steering hidrolik, pelumas, atau oli

power steering adalah vital. Cairan itulah yang berfungsi memberikan tekanan

hidrolis pada sistem power steering saat pengemudi menggunakannya. Oleh

karena itu, jika oli yang telah basi dan jumlahnya berkurang tidak segera

diganti atau ditambah maka power steering akan cepat rusak. Oli juga bisa basi atau unsur kimianya rusak. Terlebih bila di tabung jumlahnya telah berkurang

(49)

commit to user

kimiawi dengan udara. Cara paling mudah untuk melihat masalah di oli dengan

cara mengamati warna oli, bila warnanya telah kehitaman maka segera diganti

meski jumlahnya masih cukup banyak. Oli juga cepat rusak karena adanya

perubahan suhu yang tinggi akibat tekanan tinggi dari pompa oli.

4.2.3. Pembongkaran Steering Gear

a. Pembongkaran

1. Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pembongkaran steering gear

tipe rack and pinion.

2. Menjepit steering gear dengan menggunakan ragum untuk mempermudah dalam pelepasan komponen komponennya.

Gambar 4.12. Menjepit steering gear dengan ragum (Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1997)

3. Melepas pipa pressure dengan menggunakan kunci pas pada control valve

dan power cylinder.

4. Melepas klem pengunci rack boot dengan menggunakan tang jepit yang

terpasang pada rack end dan mengendorkan klem rack boot yang terpasang

pada rack housing dengan menggunakan obeng. Kemudian melepas rack boot.

Gambar 4.13. Pelepasan rack boot

(50)

commit to user

5. Melepas lock nut dengan mengguankan kunci ring

Gambar 4.14. Pelepasan lock nut

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1997)

6. Melepas rack end menggunakan wrench

Gambar 4.15. Pelepasan rack end

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1997)

7. Melepas control valve assembly dengan melepas kedua buah bautnya,

kemudian dengan hati hati menarik control valve assembly keluar.

Gambar 4.16. Pelepasan control valve assembly

(51)

commit to user

8. Memutar rack stopper hingga penguncinya terlepas kemudian menarik atau

mengeluarkan rack dari dalam cylinder.

Gambar 4.17. Pelepasan steering rack

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1997)

b. Pemeriksaan

1. Memeriksa kebengkokan rack, kausan gigi-gigi atau kerusakan yang terjadi

seperti retak atau patah pada permukaan gigi rack. Kebengkokan maksimum :

0,3 mm.

2. Memeriksa oil seal dan O-ring steering rack dari keausan apabila sudah aus

atau robek harus diganti. Dan apabila dilakukan pembongkaran hendaknya

dilakukan pergantian oil seal yang baru agar tidak terjadi kebocoran.

3. Memeriksa kondisi gigi pinion, bila aus atau patah harus diganti agar sistem

kemudi dapat berfungsi sempurna.

4. Memeriksa kondisi bantalan bawah dan atas pada control valve assembly bila

aus atau macet harus diganti.

5. Memeriksa oil seal dan O-ring pada control valve assembly dari keausan

apabila sudah aus atau robek harus diganti. Dan apabila dilakukan

pembongkaran hendaknya dilakukan pergantian oil seal yang baru agar tidak

terjadi kebocoran.

6. Memeriksa kondisi karet penutup atau rack boot bila rusak atau sobek harus

diganti agar kotoran atau debu tidak masuk ke dalam steering rack

7. Memeriksa kondisi ball joint sambungan rak and dan tie-rod, apabila sudah

(52)

commit to user

8. Memeriksa kondisi ulir-ulir pada control valve dan power cylinder, apabila

aus atau rusak perbaiki dengan tap atau sney agar tidak terjadi kebocoran

pada nepel.

c. pemasangan.

Langkah pemasangan adalah kebalikan dari langkah pembongkaran.

Adapun langkah langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Mengoleskan fluida power steering atau gemuk pada komponen yang

bergesekan

2. Memasang oil seal yang baru pada silinder

3. Memasang rack pada rack housing dan Memasang stopper pada ujung

silinder

4. Memasangconrol valve (katup pengatur) pada housingnya.

5. Memasang rack guide dan pegas rack guide dan Memasang mur pengunci

tutup pegas rack guide.

6. Memasang claw washer dan rack end pada steering rack

Gambar 4.18. Pemasangan rack end

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)

(53)

commit to user

Gambar 4. 19. Pemasangan rack boot

(Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1997)

8. Memasang tie rod pada rack and dan steering knucle

(54)

commit to user Perhitungan dudukan

Reaksi penumpu

∑ Fx = 0

∑ FY = 0 RAx + Rby- 107 = 0

RAx + Rby = 107 kg

∑ MA = 0 107 . 26 – (Rb . 52 )

= 2782 – 52 Rb

Rb = 2782 / 52 = 53.5 kg

Ra + Rb = 107

Ra + 53.5 = 107

Ra = 107 – 53.5

= 53.5 kg

Gaya yang terjadi pada dudukan power cylinder sebesar = 53.5 kg 107 kg

52 mm

26

(55)

commit to user ∑ Fx = 0

∑ FY = 0 RAx + Rby- 53.5 = 0

RAx + Rby = 53.5 kg

∑ MA = 0 53.5 . 45 – (Rb . 90 )

= 2407 – 90 Rb

Rb = 2407 / 90 = 26.75 kg

Ra + Rb = 53.5

Ra + 26.75 = 53.5

Ra = 53.5 – 26.75

= 26.75 kg

Momen maksimum

MA = 267.5 . 45 mm

= 12037.5 N mm

53.5 kg

90 mm

45 mm

A

B

(56)

commit to user

tarik pada baja st 37 adalah 240 N/mm2 sehingga dudukan aman untuk digunakan.

(57)

commit to user

47

BAB V

KESIMPULAN

1. Sistem kemudi manual pada Toyota Kijang dapat diubah menjadi sistem

kemudi dengan power steering tipe rack and pinion.

2. Gangguan yang sering terjadi pada steering gear rack and pinion adalah

kerusakan pada oil seal dan O-ring pada power cylinder dan control valve

assembly dikarenakan rusak atau sobek.

Gambar

Gambar Komponen
Gambar 4.19. Pemasangan rack boot
Gambar 2.1 Sistem Kemudi
Gambar 2.2. Sistem kemudi recirculating ball (Sumber. Tim Toyota Astra Motor, 1995)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi, maka dengan ini ditetapkan pemenang untuk paket-paket pekerjaan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karo Tahun Anggaran

His company runs public seminars around the country on a weekly basis, dealing with thousands of delegates every year; here is his advice to you if you are planning a similar

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membagi peserta didik dalam 6 kelompok,setiap kelompok terdiri dari 5 orang peserta didik. Selanjutnya memberikan tugas

MT Teknik Sipil LIMBAH BATUBARA SEBAGAI BAHAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN LEKATAN TULANGAN DALAM ELEMEN STRUKTUR NON-SEMEN PORTLAND DI WILAYAH RAWAN GEMPA SEBAGAI

Produk obat” copy” berupa larutan unt uk penggunaan oral(termasuk sirup), eliksir, tingtur atau bentuk larutan lain tetapi bukan suspensi), yang mengandung zat aktif

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet- planet. Bintang

Jika semua ahli waris laki-laki dan perempuan masih hidup semuanya, maka yang berhak mendapatkan harta waris lima saja, yaitu : Bapak, anak, suami, atau isteri,