• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Unlocked

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 Unlocked"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL BELAJAR

MODUL BELAJAR

obat

obat

ukai.com

ukai.com

Pharmacist Learning Partner!

Pharmacist Learning Partner!

MODUL

MODUL

FORMATIF

FORMATIF

3

3

www.obatukai.com

www.obatukai.com

Dispensing

Dispensing

Sediaan Farmasi

Sediaan Farmasi

Optimalisasi &

(2)
(3)

DISPENSING SEDIAAN FARMASI

DISPENSING SEDIAAN FARMASI

(20-25%)

(20-25%)

Outline:

Outline:

 

Signa

Signa

Salinan resep

Salinan resep

Perhitungan dosis dan

Perhitungan dosis dan adjustment dose 

adjustment dose 

Perhitungan kebutuhan sediaan dalam compounding

Perhitungan kebutuhan sediaan dalam compounding

 

DRP

DRP

 

BUD

BUD

SIGNA

SIGNA

Aturan penggunaan:

Aturan penggunaan:

Kelompok

Kelompok Signa Signa Kepanjangan Kepanjangan ArtiArti Cara minum obat

Cara minum obat a.c a.c Ante Ante coenam coenam Sebelum Sebelum makanmakan d.c

d.c Durante coenam Durante coenam Pada Pada saat saat makanmakan p.c

p.c Post coenam Post coenam Setelah Setelah makanmakan a.p

a.p Ante prandium Ante prandium Setelah sarapan Setelah sarapan pagipagi Waktu minum Waktu minum obat obat h.v/n Hora h.v/n Hora vespertina/nocte vespertina/nocte Malam hari Malam hari h.s.

h.s. Hora Hora somni somni Waktu Waktu tidurtidur h.m.

h.m. Hora Hora matutina matutina Pagi Pagi harihari Interval minum

Interval minum obat

obat

S.

S. dd dd Semel Semel de de die die Sekali Sekali seharisehari b.dd

b.dd Bis Bis de de die die Dua kali Dua kali seharisehari t.dd

t.dd Ter de Ter de die die Tiga Tiga kali kali seharisehari q.dd

q.dd Quarter Quarter de de die die Empat kali Empat kali seharisehari Keterangan

Keterangan s.o.s/s.n.s/s.prn s.o.s/s.n.s/s.prn Si Si necesse necesse sit/ sit/ si si opusopus sit/ signa pro re nata sit/ signa pro re nata

Bila perlu Bila perlu u.p

u.p Usus Usus propius propius Untuk Untuk dipakai dipakai sendirisendiri (biasanya oleh dokter) (biasanya oleh dokter) u.c

u.c Usus cognitus Usus cognitus Pemakaian Pemakaian telahtelah diketahui

diketahui i.m.m

i.m.m In In manus manus medici medici Serahkan Serahkan kepada kepada dokterdokter (untuk aplikasi khusus (untuk aplikasi khusus oleh dokter)

oleh dokter) Gtt

Gtt guttae guttae TetesTetes Takaran

Takaran C C cochlear cochlear Sendok Sendok makan makan (15 (15 ml)ml) c.p

c.p Cochlear parvum Cochlear parvum Sendok Sendok bubur bubur (8 (8 ml)ml) cth

cth Cochlear Cochlear theae theae Sendok Sendok the the (5 (5 ml)ml) Sumber: Informasi Seputar Obat, Volume 50, tahun 2016 

(4)

Aturan peracikan:

Aturan peracikan:

Kelompok

Kelompok Signa Signa Kepanjangan Kepanjangan ArtiArti Instruksi

Instruksi m.f m.f Misce Misce fac fac Campur Campur dan dan buatlahbuatlah Aa

Aa p.aeq p.aeq Ana Ana partes partes aequales aequales Masing-masingMasing-masing a.d

a.d ad ad SampaiSampai q.s

q.s Quantum Quantum satis satis secukupnyasecukupnya ad.libit

ad.libit Ad Ad libitum libitum sesukanyasesukanya d.t.d

d.t.d Dos Dos tales tales doses doses Berikan Berikan dalam dalam dosisdosis demikian

demikian d.i.d

d.i.d Da in Da in dimidio dimidio Berikan Berikan setengahnya setengahnya (jumlah(jumlah sediaan, bukan dosis)

sediaan, bukan dosis) Keterangan

Keterangan darurat darurat

Cito

Cito cito cito SegeraSegera p.i.m

p.i.m Periculum Periculum in in mora mora Berbahaya Berbahaya jika jika ditundaditunda Sumber: Informasi Seputar Obat, Volume 50, tahun 2016

Sumber: Informasi Seputar Obat, Volume 50, tahun 2016

Aturan lokasi penggunaan:

Aturan lokasi penggunaan:

Kelompok

Kelompok Signa Signa Kepanjangan Kepanjangan ArtiArti Telinga

Telinga a.d a.d Auris Auris dextrae dextrae Telinga Telinga kanankanan a.l

a.l Auris Auris laevae laevae Telinga kiriTelinga kiri Mata

Mata i.o.d/ i.o.d/ o.d o.d In In oculo oculo dextro dextro Mata Mata kanankanan i.o.s/

i.o.s/ o.s o.s In In oculo oculo sinistro sinistro Mata Mata kirikiri Keterangan

Keterangan Us. Us. Ext./ Ext./ u.e u.e Usus Usus externum externum Pemakaian Pemakaian luarluar Loc.dol

Loc.dol Locus Locus dolens dolens Untuk Untuk bagian bagian yang yang nyerinyeri Rute

Rute i.v i.v Intravena Intravena Pembuluh darahPembuluh darah i.m

i.m Intra Intra muscular muscular Jaringan ototJaringan otot p.o

p.o Peroral Peroral Melalui Melalui mulutmulut s.c

s.c subkutan subkutan Dibawah Dibawah kulitkulit Sumber:Informasi Seputar Obat, Volume 50, tahun 2016

Sumber:Informasi Seputar Obat, Volume 50, tahun 2016

Bentuk Sediaan:

Bentuk Sediaan:

Signa

Signa Kepanjangan Kepanjangan ArtiArti Ampl

Ampl ampula ampula AmpulAmpul Aurist

Aurist auristillae auristillae Obat Obat tetes tetes telingatelinga Bol

Bol boli boli Pil Pil besarbesar Caps.

Caps. capsule capsule KapsulKapsul Collut

Collut collutio collutio Obat Obat cuci cuci mulutmulut Garg

Garg Gargarisma Gargarisma Obat Obat kumurkumur Fl

Fl flesh flesh botolbotol Sumber: Informasi Seputar Obat, Volume 50, tahun 2016

(5)

SALINAN RESEP

SALINAN RESEP

Menurut Kepmenkes No. 280 tahun 1981, salinan resep adalah salinan yang

Menurut Kepmenkes No. 280 tahun 1981, salinan resep adalah salinan yang

dibuat apoteker, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep

dibuat apoteker, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep

asli harus memuat pula:

asli harus memuat pula:

1.

1. Nama dan alamat apotek

Nama dan alamat apotek

2.

2. Nama dan SIA

Nama dan SIA

3.

3. Nama dan umur pasien

Nama dan umur pasien

4.

4. Nama dokter penulis resep

Nama dokter penulis resep

5.

5. Tanggal penulisan resep

Tanggal penulisan resep

6.

6. Tanda tangan atau paraf Apoteker Penanggung Jawab Apotek

Tanda tangan atau paraf Apoteker Penanggung Jawab Apotek

7.

7. Tanda

Tanda Det (deteur) 

Det (deteur)  untuk obat yang sudah diserahkan atau

 untuk obat yang sudah diserahkan atau ne deteur

ne deteur untuk

untuk

obat yang belum diserahkan

obat yang belum diserahkan

8.

8. No. salinan resep dan tanggal pembuatan

No. salinan resep dan tanggal pembuatan

9.

9. Tanda

Tanda p.c.c (pro copy conform)

p.c.c (pro copy conform) yang menandakan bahwa salinan resep telah

yang menandakan bahwa salinan resep telah

ditulis sesuai dengan aslinya

ditulis sesuai dengan aslinya

Contoh Salinan Resep:

Contoh Salinan Resep:

Iter

Iter berarti resep boleh diulang. Contoh:

berarti resep boleh diulang. Contoh: Iter

Iter yang tertulis 2x berarti obat dalam

yang tertulis 2x berarti obat dalam

resep dapat diberikan sebanyak 3 kali,

resep dapat diberikan sebanyak 3 kali, dimana:

dimana:

1.

1. pengambilan pertama menggunakan resep asli

pengambilan pertama menggunakan resep asli

2.

2. pengambilan kedua menggunakan salinan resep pertama

pengambilan kedua menggunakan salinan resep pertama

3.

(6)
(7)

PERHITUNGAN & ADJUSTMENT DOSE 

Perhitungan dosis:

*digunakan jika tidak terdapat informasi dosis spesifik

KETERANGAN RUMUS

Clarck, berdasarkan berat badan anak Dosis anak = berat badan x dosis dewasa 150

Berdasarkan BSA (body Surface Area ), Crawford-Terry-Rourke

BSA =

 (  × )

3600

Dosis anak = BSA (m2) x dosis dewasa

1,73 m2

Young, anak 1-8 tahun Dosis anak = umur (tahun) x dosis dewasa Umur (th) + 12

Cowling, anak usia 8-12 tahun Dosis anak = umur (tahun) + 1 x dosis dewasa 24

Dilling, anak usia lebih besar dari 8 tahun Dosis anak = umur (tahun) x dosis dewasa 20

Fried, untuk bayi Dosis bayi = umur (bulan) x dosis dewasa 150

Perhitungan sediaan injeksi

Faktor tetes; (1ml=20 tetes/menit)

 jml tetesan/menit =

 jumlah kebutuhan cairan x faktor tetes waktu (jam) x 60 menit

Sumber: Math for the pharmacy technician, McGraw-Hill, 2010

Kondisi pasien khusus:

Kondisi Deskripsi

Neonates (newborn) - Sistem belum berkembang

- pH lambung lebih rendah

- kulit lebih tipis

- liver masih berkembang

- sirkulasi ke otot rendah

Geriatric - sistem mulai menurun kemampuannya

- vaskuler dan kulit menjadi rapuh

- penurunan fungsi liver dan ginjal

- sirkulasi buruk Sumber: Math for the pharmacy technician, McGraw-Hill, 2010

Perhitungan klirens Metode Cockcroft-Gault

Pria

:

140 - umur (tahun) x BB (kg)

72 x SrCr (mg/dL)

Wanita

:

0,85 x CrCl (pria)

(8)

PERHITUNGAN & ADJUSTMENT DOSE 

Informasi kebutuhan sediaan dalam compounding:

a. d.t.d = informasi yang menunjukkan bahwa dosis untuk masing-masing

sediaan sesuai dengan jumlah yang tercantum di resep

b. tanpa d.t.d = dosis yang tercantum dalam resep, digunakan untuk total jumlah

sediaan (dosis dibagi jumlah sediaan)

c. rumus perhitungan kebutuhan sediaan:

 jumlah dosis per sediaan x jumlah total sediaan yang dibutuhkan

potensi dosis sediaan yang tersedia

CONTOH ADJUSMENT  DOSIS DAN COMPOUNDING :

Dosis parasetamol anak usia 2 tahun, BB 12 kg 3 bln – 1 thn : 60 – 120 mg

– 1 – 5 thn : 120 – 250 mg – 6 – 12 thn : 250 – 500 mg (maksimum 4 dosis / 24 jam) Kebutuhan tablet parasetamol

- Sediaan parasetamol yang tersedia 500 mg tablet

- Parasetamol yang dibutuhkan = 120 x 10 (total pulveres)

- Sediaan parasetamol = 500 mg

- Kebutuhan parasetamol = 2,4 tablet ~ 3 tablet.

(9)

DRUG RELATED PROBLEM (DRP)

OBAT RASIONAL POIN DRP Keterangan dan tatalaksana

Tepat pasien Salah pasien Memastikan informasi pasien dengan tepat; nama, usia, jenis kelamin, tanggal lahir

Tepat indikasi Obat tanpa indikasi Menilai kebutuhan obat pasien dari gejala dan diagnosa yang telah di tegakkan oleh dokter

Indikasi tanpa obat

Tepat obat Salah pemilihan obat Analisis farmakoterapi terhadap kondisi pasien dan diagnosa

Duplikasi Satu indikasi, dua obat atau lebih. Analisa dengan komprehensif, apakah duplikasi, atau kebutuhan kombinasi sinergis.

Tepat dosis Dosis terlalu tinggi Mengacu pada literasi dan kondisi pasien Dosis terlalu rendah

Tepat rute penggunaan Salah pemilihan rute sediaan Memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien, darurat, tingkat kesadaran, kondisi organ vital

Informasi efek samping Adanya efek samping mayor Monitoring efek samping obat

Informasi interaksi obat Ada interaksi mayor obat Analisa komprehensif mengenai keputusan pemilihan obat dengan interaksi, pengaturan jadwal minum obat (interaksi farmakokonetik), monitoring efek interaksi, atau penggantian obat (interaksi farmakodinamik)

Prinsip interaksi obat:

Interaksi Mekanisme Efek interaksi Contoh Farmakokinetik Interaksi yang memengaruhi proses ADME (Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, Eksresi)

absorbsi Efek perubahan pH pada saluran cerna

disebabkan oleh obat reduksi produksi HCl (h2 bloker, PPI) Adsorpsi, kelasi,

pembentukan kompleks

Arang aktif, pectin, kaolin – senyawa yang bersifat adsorben Perubahan motilitas

saluran cerna

Obat yang memengaruhi

kecepatan pengosongan lambung Distribusi Pendesakan obat (ikatan

protein)

Adanya kompetisi antara obat terhadap protein, salah satu akan meningkat jumlah fraksi

bebasnya. Contoh; terhadap warfarin

Metabolisme Penginduksi enzim Salah satu obat akan mengalami penurunan kadar karena tingkat metabolisme yang lebih cepat; barbiturate, karbamazepin, fenitoin, rifampisin

Penginhibisi enzim Salah satu obat akan mengalami peningkatan kadar; fluoksetin, ketokonazol, metronidazole, siprofloksasin.

(10)

Eksresi Perubahan pH urin Pada pH tinggi, obat asam lemah terionisasi, tidak tereabsorpsi dalam tubulus, ter-eksresi Perubahan eksresi

tubulus ginjal aktif

Obat yang menggunakan sistem transport aktif yang sama dalam tubulus ginjal dapat bersaing satu sama lain untuk eksresi

Farmakodinamik Interaksi kompetisi terhadap reseptor Aditif Sinergis

Obat dengan target aksi yang sama, memberikan efek yang sama.

Menyebabkan hasil efek yang lebih besar, hingga efek toksik. Contoh; antihistamin,

benzodiazepin, klonidin, fenotiazin

Antagonis Obat satu dan lainnya mengurangi efek obat selainnya.

Menyebabkan hasil efek yang lebih kecil-hilang, contoh; beta agonis, salbutamol, dengan beta bloker propranolol. Efek reseptor tidak langsung Saling memengaruhi efek reseptor, meliputi sirkulasi fisiologis dan biokimia

Contoh; betabloker dapat

memperpanjang lamanya kondisi hipoglikemia karena

menghambat mekanisme

kompensasi pemecahan glikogen Gangguan cairan dan elektrolit Interaksi akibat gangguan keseimbangan elektrolit

Hipokalemia yang terjadi memengaruhi peningkatan kardiotoksik dari digoksin

BEYOND USE DATE (BUD)

BUD

  batas waktu penggunaan produk obat setelah diracik/disiapkan atau

setelah kemasan primernya dibuka/dirusak.

Sediaan BUD

Non aqueous dan solid formation Dibuat dari sediaan obat jadi Tidak lebih dari 25% dari waktu kadaluarsa masing-masing bahan atau 6 bulan dari waktu peracikan, manapun yang lebih dahulu tercapai.*Dibuat dari zat aktif

Tidak lebih dari dari waktu kadaluarsa masing-masing bahan atau 6 bulan dari waktu peracikan, manapun yang lebih dahulu tercapai.

Oral mengandung air Tidak lebih dari 14 hari saat disimpan dalam suhu dingin 2-8 C

Topikal/dermal mengandung air, semisolid

Tidak lebih dari 30 hari

Tetes mata/ telinga tube 28 hari setelah pertama kali dibuka Tetes mata minidose 3x24 jam setelah pertama kali dibuka Sirup kering 7 -14 hari setelah diencerkan

injeksi insulin multidose 28 hari setelah digunakan pertama kali di simp an di suhu ruangan. Dan 60 hari jika dalam suhu kulkas (2-8 C)

(11)

FORMULASI – PEMBUATAN SEDIAAN FARMASI

(10-15%)

Outline:

Eksipien dan Fungsinya

Sediaan Farmasi

Sediaan Steril dan Sitostatika

Tonisitas

BCS

Analisis Senyawa

Produksi

Industri

Eksipien dan Fungsinya

Eksipien Jenis Keterangan

Diluent (pengisi)

Turunan selulosa; avicel PH- MCC, amilum, sukrosa, dekstrosa, mannitol, kalium sulfat/karbonat

Menambah bobot, agar dapat dikempa menjadi tablet

Binder (pengikat)

Turunan selulosa; avicel, polimer selulosa; NaCMC, HPC, HPMC, gelatin, gom alam, tragakan, pektin, amilum, PEG, Na Alginat, Magnesium, Alumunium Silikat, povidone, kopovolidon.

Memberi daya adhesi pada massa serbuk saat granulasi dan kempa, menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi

Desintegran (penghancur)

Croscarmellose, Crospovidon, Amprotab, Primogel, Ac-disol, asam alginat.

Meningkatkan daya disolusi tablet

 Anti-frictional agent

Magnesium stearate, amilum, talcum, silikon dioksida

Lubrikan; mengurangi friksi antara permukaan dinding/tepi dengan dye selama kompresi. Glidan; meningkatkan fluiditas massa, menambah daya alir. Anti adheren; mencegah sticking permukaan tablet dengan punch atas/bawah. Wetting agent Gliserin, propilen glikol, PEG Sebagai zat pendispersi Basis

Supposutoria

Minyak sintetik Tidak mudah tengik, absorbsi air dan emulsifikasi lebih baik, tidak perlu lubrikan

PEG; macrogol, carbowax Tidak perlu disimpan dikulkas. Glisero, gelatin Dapat menyebabkan iritasi,

higroskopis, dapat tumbuh mikroba

Surfaktan; tween, span, turunan selulosa Untuk obat obatan yang larut dalam lemak dan air.

Basis Semisolid Hidrokarbon; parafin, vaseline kuning, vaseline putih.

Sifat inert, turunan minyak bumi, sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit

(12)

Basis serap; lanolin, lanolin anhidrat Sifat hidrofil, menyerap kelebihan air pada kulit.

Basis larut air; PEG Larut dalam air, dapat dicuci, tidak mengiritasi

Preservatif/ pengawet

Amonium kuartener, formaldehid (untuk topikal), asam sorbit, asam benzoat, paraben, alkohol.

Ditambahakan untuk mencegah kerusakan akibat bakteri/fungi. Softener Parafin cair Membuat sediaan lebih lembut Antioksidan Butylated Hydroxynisole (BHA), Butylated

Hydroxytoluene (BHT), propil galat, tokoferol

Mencegah oksidasi

Surfaktan Nonionik; ester polietilen, kationik; benzalkonium klorida, anionik; natrium dodesil sulfat.

Menurunkan tegangan permukaan

Emulgator Lanolin, Span (sorbitan ester) ; W/O emulsifying agent

Tween (polisorbat), metil selulosa, akasia, tragakan; O/W emulsifying agent

Memiliki komponen lipofilik dan hidrofilik

Gelling agent Tragakan, turunan selulosa, alginat, pektin, gelatin, povidone,

Hidrokoloid yang memberikan konsistensi tiksotropik pada gel

Sediaan Farmasi

Padat/Solid

 Sediaan padat contohnya adalah serbuk, granul, tablet, dan kapsul.

Sediaan Keterangan

Serbuk Terdapat dua jenis, pulvis (tidak terbagi), dan pulveres (terbagi). Syarat sediaan serbuk; kering, homogen, halus dan mudah mengalir (free flowing). Ukuran: 10 mm – 1 micron

Granul/pil/boli Pil berbentuk bulat dengan berat sekitar 100-500 mg, mengandung satu atau lebih zat aktif. Sediaan padat bulat dengan masaa < 100 mg dikenal dengan istilah granul, sedangkan yang lebih dari 500 mg dikenal dengan istilah boli (untuk hewan ternak).

Tablet Sediaan padat yang kompak, mengandung satu atau lebih zat aktif, mempunyai bentuk tertentu, biasanya pipih bundar, yang dibuat melalui proses pengempaan atau pencetakan.

Kapsul Adanya cangkang yang terbuat dari gelatin atau selulosa, yang digunakan untuk mewadahi sejumlah serbuk zat aktif atau cairan obat

Metode Pembuatan Tablet:

 Jenis sediaan Metode pembuatan Keterangan

Tablet Granulasi Basah Senyawa aktif tahan air dan panas, sifat alir jelek, dilakukan pembuatan massa dengan pengikat, dikeringkan lalu diayak.

(13)

Granulasi Kering Senyawa aktif tidak tahan panas dan air, sifat alir  jelek, dilakukan kempa dengan bahan pengisi lalu

dihancurkan dan diayak

Kempa Langsung Senyawa aktif tidak tahan panas dan air, sifat alir baik.

Masalah dan Solusi terkait Pembuatan Sediaan Padat:

Masalah

Kondisi

Solusi

Lengket pada cetakan

Melekat pada die dan sulit

dikeluarkan, bunyi keras

pada mesin, sisi tablet

menjadi kasar

Meningkatakan

antiadheren dan lubrikan,

penggantian lubrikan

Sticking dan Picking

Permukaan tablet terlihat

ada goresan, bentuk tablet

berlekuk-lekuk

Menurunkan

ukuran

granul,

Mengganti

lubrikan,

bersihkan,

Salut permukaan punch

dengan minyak mineral

Capping

Bagian atas tablet terpisah

dari bagian utamanya

Tambahkan

pengikat

kering,

Regranulasi,

Menurunkan

jumlah

lubrikan.

Chipping/Cracking

Tablet rusak di bagian tepi

Poles permukaan punch

dan die,

Perkecil ukuran granul,

Tambahkan

pengikat

kering,

Kurangi jumlah fines 

Semipadat/Semisolid

 Sediaan semipadat contohnya adalah salep, krim, pasta dan gel.

Sediaan Ciri Khas

Salep Fase minyak lebih besar, basis anhidrat, memungkinkan penetrasi optimal. Krim Krim o/w, w/o, sediaan opaque (tidak tembus cahaya). Kadar padatan lebih

rendah dibanding pasta

Pasta Kandungan zat padat > 70%, basis yang digunakan anhidrat atau larut air. Memiliki sifat adsorben yang tinggi, biasa digunakan sebagai lapisan kulit yang rusak. Lebih tahan air.

Gel Komposisi air >70%, transparan, basis hidrofilik/hidrofobik. Gel memiliki penetrasi yang tinggi.

Supposutoria Sediaan padat yang dapat meleleh pada suhu tubuh, basis yang digunakan yang memiliki titik lebur di suhu tubuh, dan tidak meleleh di suhu ruang. Sumber: RPS 18th, Loyd, Scoville, FI V.

(14)

Metode Pembuatan:

 Jenis sediaan Metode pembuatan Keterangan

Salep Metode pelelehan Zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogen Metode triturasi Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis

yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis.

Metode peleburan Dibuat dalam cawan porselen, salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan, diambil bagian lemaknya, kemudian air ditambahkan terakhir.

Metode pelarutan air Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air

Krim Metode peleburan Semua atau beberapa komponen dari sediaan krim yang harus dicarikan dicampurkan menjadi satu sehingga komponen –  komponen tersebut akan melebur, kemudian didinginkan dan diaduk konstan hingga mengental

Metode emulsifikasi Untuk tipe krim minyak dalam air (W/O). digunakan surfaktan untuk mengurangi tegangan permukaan. Pasta Metode

pencampuran

Komponen dicampur bersama, hingga homogen

Metode peleburan Beberapa komponen dicampur, dan dileburkan, kemudian didinginkan sambil diaduk hingga homogen, komponen yang belum dileburkan di campur ketika campuran pasta sudah dingin

Gel Metode tanpa pemanasan

Campur bahan pada keadaan dingin, sehingga terdispersi dan homogen.

Metode dengan pemanasan

Mencampur beberapa bagian ke dalam air panas (mengembangkan), kemudian di aduk homogen, ditambahkan komponen lain, perlahan tidak boleh terbentuk gelembung udara.

Supposutoria Manual Untuk preparasi dalam jumlah sedikit

Kompresi Menggunakan alat kompresi, untuk preparasi jumlah lebih banyak

Penuangan Menggunakan cetakan krom/nikel Mesin otomatis Preparasi sediaan 3500-6000

(15)

Masalah dan Solusi terkait Pembuatan Sediaan :

Sediaan Masalah Keterangan/ Solusi

Supposutoria Mengandung air Mempercepat oksidasi lemak. Ditambahkan preservatif

Higroskopisitas Gunakan basis yang kompatibel

Viskositas Saat meleleh, viskositas perlu diperhatikan. Gunakan alumunium monostearat 2%.

Kerapuhan Penambahan castor oil, tween/ gliserin.

Volume kontraksi Adanya lubang, diatasi dengan penuangan berlebih

Ketengikan Ditambahkan antioksidan dari golongan fenol (hidrokinon)

Salep Ketengikan; perubahan bau dan konsistensi

Antioksidan

Terbentuk kristal Pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan sediaan menjadi keras karena terbentuk banyak kristal yang berukuran kecil, sedangkan pendinginan yang terlalu lambat akan menghasilkan sedikit kristal sehingga produk menjadi lembek

Krim Pemisahan kedua fase Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair.

Gel Syneresis/bleeding Gel mengerut secara alamiah, cairan pembawa keluar dari matriks. Disebabkan oleh adanya struktur gel (persentase formulasi gelling agent) kurang.

Swelling Gel menyerap cairan, sehingga volume gel bertambah.

Sedimentasi Gael terpisah terhadap fase padatnya

Cair/Liqud

Sediaan cair contohnya adalah larutan, suspensi dan emulsi.

Sediaan Ciri Khas

Larutan Mengandung satu atau lebih jenis obat dalam pelarut (dengan zat pelarut yang sesuai) dan digunakan sebagai obat dalam atau obat luar.

Suspensi Mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan

Emulsi Mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butiran-butiran kecil dalam cairan yang lain.

(16)

Perhitungan HLB untuk Sediaan Emulsi

RUMUS

(B

1

 x HLB

1

 ) + (B

2

 x HLB

2

) = (B

campuran

 x HLB

campuran

)

B

: Berat emulgator

B

campuran

: hasil penjumlahan kedua emulgator

HLB

campuran

: HLB total yang dibutuhkan

Contoh soal:

R/ Tween 80 60%

HLB = 15

Span 80 40

HLB = 4,5

Ditanya: HLB campuran

 Jawab:

Tween 80

= 60% x 15 = 9

Span 80

= 40% x 4,5 = 1,8

HLB Campuran= 10.8

Metode pembuatan sediaan liquid:

 Jenis sediaan Metode pembuatan Keterangan

Emulsi Gom basah Membuat mucilago yang kental dengan sedikit air dan fase minyak demi sedikit.

*digunakan terutama jika emulgator merupakan cairan/ yang harus dilarutkan terlebih dahulu Gom kering 4:2:1 (minyak, air, gom), dicampur, kemudian

ditambahkan sisa air dan bahan lainnya.

*jika terdapat komponen alkohol, maka diberikan terakhir (karena alkohol merusak emulsi)

HLB Berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal sifat relatif dari keseimbangan HLB ( Hydrophiel-Lyphopiel Balance ).

Suspensi Dispersi Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian diencerkan

(17)

Presipitasi Zat terdispersi dilarutkan dalam pelarut organik, dilarutkan dengan larutan pensuspensi dalam air, terbentuk endapan halus.

Larutan Suhu Pencampuran zat terlarut dengan bantuan suhu Mekanik Pencampuran zat terlarut dengan bantuan

mekanik (pengadukan, atau penggerusan menjadi metode lebih kecil)

Masalah dan solusi terkait pembuatan sediaan:

Masalah Keterangan Solusi Creaming Terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan,

bersifat reversibel

Dikocok kembali perlahan

Koalesen dan cracking

Pecahnya emulsi, sifatnya irreversibel Penambahan

emulgator/surfaktan yang cocok. Inversi fase Berubahnya tipe emulsi W/O menjadi

O/W, sifatnya irreversibel

Flokulasi Berkumpulnya beberapa tetesan minyak tetapi tidak membentuk tetesan minyak baru yang lebih besar seperti pada peristiwa coalescence hingga mengakibatkan distribusinya dalam emulsi tidak merata

Masalah Sediaan Liquid

(18)

Uji Disolusi  Lazimnya menggunakan 2 tipe apparatus untuk uji sediaan padat, yaitu apparatus tipe I (basket/keranjang) dan apparatus tipe II (paddle/dayung), dasar pemilihan apparatus umumnya merujuk pada kompendial.

Kriteria Penerimaan Untuk Uji Disolusi

Tahap Sampel Uji Kriteria Penerimaan S1 6 Tiap unit tidak kurang dari Q+5%

S2 Ditambah 6

Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan

atau lebih dari Q dan tidak boleh ada satupun unit yang kurang dari Q-15%

S3 Ditambah 12

Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan

atau lebih dari Q dan tidak lebih dari 2 unit yang kurang dari Q-15% serta tidak boleh ada satupun unit yang kurang dari Q-25%

Kondisi Penyimpanan Selama Uji Stabilitas Menurut ICH

Kondisi

Penyimpanan  Jenis Kondisi Lama Waktu Uji Suhu Kamar

Long term 25ºC/60% RH 12 bulan Intermediate* 30ºC/65% RH 6 bulan

Accelerated 40ºC/70% RH 6 bulan Lemari

Pendingin

Long term 5ºC/Ambient 12 bulan Accelerated 25ºC/60% RH 6 bulan Freezer Long term -20ºC/Ambient 12 bulan Keterangan:

 Suhu Chamber  diatur terkontrol ±2ºC, dan kelembaban relatif diatur terkontrol ±5%  (*) Pengujian dilakukan jika terdapat perubahan signifikan pada suhu 40ºC/70% RH

Zona Stabilitas Menurut ICH

Zona

Tipe Iklim

I

Temperate (sedang)

II

Subtropis dan Mediteranian

III

Panas dan kering

IV

Panas dan lembap (tropis)

IVb

Panas dan sangat lembap (kondisi pengujian ASEAN, termasuk

(19)

Suatu data hasil pengujian stabilitas dipercepat dikatakan berubah secara signifikan

 jika memenuhi beberapa kriteria dibawah ini.

Zat Aktif

Perubahan signifikan ditetapkan atas dasar jika tidak terpenuhinya spesifikasi yang seharusnya

Sediaan Obat

1.Terjadi perubahan potensi sebesar 5% dari nilai awal

2.Produk degradasi ditemukan dalam jumlah yang melebihi batasan penerimaan

3.Tidak memenuhi kriteria penerimaan dalam uji penampilan dan fisik sediaan (seperti warna, pemisahan fase, caking, dan lain-lain) 4.pH melebihi kriteria penerimaan

5.Disolusi melebihi kriteria penerimaan untuk 12 sampel uji

EVALUASI SEDIAAN

Evaluasi Sediaan Parameter

Laju Alir Tablet Aliran serbuk/granul baik   10 g serbuk/granul dalam 1 detik.

Homogenitas Tablet Kadar zat aktif pada berbagai titik relatif sama (simpangan baku relatif <2%).

Krim, Pasta, Gel Oleskan gel pada kaca objek   menunjukkan homogenitas

Kadar Zat Aktif Tablet, Pasta Melakukan sampling pada beberapa titik 

tergantung zat aktif

Organoleptik Tablet Warna homogen, tidak ada binitk-bintik atau noda, bau sesuai spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa sesuai spesifikasi

Suppositoria, Krim, Salep, Pasta, Gel

Bentuk dan ukuran Tablet Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet

Kekerasan Tablet Bobot tablet sampai 300 mg: 4 – 7 kg/cm2. Bobot tablet 400 – 700 mg: 7 – 12 kg/cm2.

Suppositoria Dihitung berdasarkan beban yang dibutuhkan untuk menghancurkan suppositoria.

Suppo hancur dalam 20 detik   beban tidak ditambahkan

Suppo hancur 20-40 detik ½ beban ditambahkan Suppo hancur >40 detik   beban diperhitungkan seluruhnya

Friabilitas Tablet Mengukur daya tahan permukaan tablet terhadap gesekan alat yang berputar (friability tester) < 1% Disintegrasi Tablet Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet uji harus hancur

sempurna.

Melting range test Suppositoria tidak lebih 2 suppo berbeda dengan berat rata-rata > 5%, dan tidak ada satu suppo yang berbeda dengan

(20)

rata-rata > 10%

Liquefaction time Suppositoria Waktu Pelunakan tidak lebih dari 30 menit Dialisis Suppositoria Menggunakan tube dialisis.

Seperti tercantum dalam uji dialisis umumnya, Evaluasi pH Krim, Pasta Sesuai dengan spesifikasi

Viskositas Salep, Pasta, Gel. Viscometer   Angka pembacaan x faktor koreksi = sesuai spesfikasi.

Daya pelepasan obat Salep Bahan aktif dinyatakan mudah lepas dari sediaan apabila waktu tunggu semakin kecil   tergantung eksipian dan jenis cairac penerima

Kebocoran Salep, Pasta Kebocoran 1 tube ulangi pada 20 tube lain.

Memenuhi syarat jika kebocoran tidak lebih 1 dari 30 tube.

(21)

Sediaan steril dan sitostatika

Kelengkapan Personil dan Penanganan Kegawat Daruratan

Sediaan Prosedur personil Penanganan kegawat-daruratan Injeksi steril non sitostatika - Menggunakan APD - Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi - Menghidupkan LAF - Menyiapkan kantong buangan sampah - Melakukan desinfeksi sarung tangan Injeksi steril sitostatika - Gunakan APD - Menyalakan BSC 5 menit sebelum digunakan - Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BCS - Menyiapkan kantong sampah khusus - Melakukan desinfeksi sarung tangan

-  Jika ada tumpahan gunakan spill kit kemoterapi dan lakukan tindak sesuai prosedur

KULIT

- Bilas dengan air hangat

- Cuci dengan sabun

- Seka area dengan klorin 5% (jika kulit tidak sobek)

- Seka dengan h202 3% (jika kulit sobek) - Catat jenis obat dan siapkan antidotum

MATA

- Bilas di air mengalir, rendam dengan air hangat selama 5 menit

- Cuci mata terbuka dengan NaCl 0,9% TERTUSUK JARUM

- Tarik kembali plunger

- Jika perlu gunakan spuit barum jarum bersih untuk menarik obat yang kemungkinan terinjeksi

- Bilas bagian tertusuk dengan air hangat, cuci bersih dengan sabun.

- Catat jenis obat, dan berapa banyak terinjeksi

Persyaratan Ruang:

Ruang Keterangan Syarat ruang

Ruang persiapan Administrasi, penyiapan alat, dan bahan obat

Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian

memakai APD

Ruang antara Ruang batas antara non steril dan steril

Ruang steril - Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel

- Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter2

- Suhu 18

 –

 22°C

- Kelembaban 35

 –

 50%

- Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter

(22)

- Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara di luar ruangan (non sitostatika)

- Tekanan udara di dalam ruang lebih negatif dari pada tekanan udara di luar ruangan (sitostatika).

Pass box tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran.

- terletak di antara ruang persiapan dan ruang steril.

(23)

TONISITAS

Metode Penentuan :

Metode Keterangan Rumus

Metode Ekuivalensi NaCl

Didefinisikan sebagai suatu faktor yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat terlarut terhadap jumlah NaCl yang memberikan efek osmotik yang sama

Metode Wells: L =



 dan E =





Keterangan:

L = turunnya titik beku molal

I = turunnya titik beku akibat zat terlarut

C= konsentrasi molal zat terlarut E= ekuivalensi NaCl

M= berat molekul zat

Dapat digunakan untuk menentukan nilai E dan ∆Tf  Metode Liso E =





 dan ∆Tf =

×

×

Keterangan: E = ekuvalensi NaCl

Liso= harga tetapan (non elektrolit

1.86, elektrolit lemah 2.0, univalen 3.4

M = berat molekul zat ∆Tf = penurunan titik beku

m = berat zat terlarut (g) V = volume larutan (mL) Metode

Penurunan Titik Beku

 Jika konsentrasi tidak dinyatakan, maka a = 0

Metode penghitungan tonisitas dengan mengetahui data titik beku suatu senyawa

Metode I

W =

,−

Keterangan:

W = jumlah (g) bahan pembantu isotonis dalam 100 mL larutan a = turunanya titik beku air akibat zat

terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai untuk larutan 1% b/v

(24)

b = turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonis

Metode II

Tb =

×××

×

Keterangan:

Tb  = turunnya titik beku larutan

teradap pelarut murninya

K= turunnya titik beku pelarut dalam molar (konstanta krioskopik air 1,86 yang menunjukkan turunnya titik beku 1 mol zat terlarut dalam 1000 g cairan)

m = zat yang ditimbang n = jumlah ion

M = berat molekul zat terlarut L = massa pelarut (g)

Contoh Perhitungan Tonisitas:

R/Ranitidin HCl

27,9 mg

Na

2

HPO

4

anhidrat 0,98

mg

KH

2

PO

4

1,5

mg

Aqua Pro Inj ad

1

mL

Metode Ekuivalensi NaCl

A. Penentuan nilai E

x%

Ranitidin HCl 27,9 mg/mL = 2,79 g/100 mL

= 2,79%

 3%, maka E

3%

 = 0,16

Na

2

HPO

4

 anhidrat 0,98 mg/mL =

 ℎ

 ℎ

×0,98

=

4,

5,

×0,98

= 1,1 mg/mL

= 0,11 g/100 mL

= 0,11%

 0,5%, maka E

0,5%

= 0,44

(25)

KH

2

PO

4

= 1,5 mg/mL = 0,15 g/100 mL = 0,15%

 0,5%, maka E

0,5%

= 0,48

Zat

E

Kesetaraan NaCl

Ranitidin HCl

0,16

0,4464

Na

2

HPO

4

0,44

0,0484

KH

2

PO

4

0,48

0,0720

B. Perhitungan jumlah NaCl yang ditambahkan

NaCl yang ditambahkan agar isotonis adalah:

∑NaCl = 0,9 –

 (0,4464 + 0,0484 + 00720)

= 0,3332 g/100 mL

= 3,3 mg/mL

Metode Penurunan Titik Beku (∆T

)

Zat

∆

 %

C (%)

C

×∆

 %

Ranitidin HCl

0,1

2,79

0,279

Na

2

HPO

4

0,24

0,11

0,0264

KH

2

PO

4

0,25

0,15

0,0375

 Jumlah

0,3429

 0,34

T

 isotonis = 0,52

Agar isotonis, maka ∆T

 menjadi = 0,52

 0,34 = 0,18

Setara dengan NaCl =

,

,52

×0,9%

= 0,31 g/100 mL

= 3,1 mg/mL

(26)

BCS (Biopharmaceutical Classification System)

Kelas BCS Rate Limiting Step Solusi

I (kelarutan besar, permeabilitas tinggi) Kecepatan disolusi

Menambahkan bahan untuk mempercepat

disolusi

II (kelarutan kecil, pemeabilitas tinggi) Kelarutan senyawa

Menambahkan bahan yang dapat meningkatkan

kelarutan senyawa

III (kelarutan tinggi, permeabilitas rendah) Permeabilitas senyawa

Menambahkan permeability enhancer

pada formulasi

IV (kelarutan rendah, permeabilitas rendah)

Tidak diketahui (tidak ada hubungan antara in vitro dan in vivo)

-Analisis Senyawa

Metode analisis sederhana

Metode Prinsip Keterangan

Gravimetri

Perbedaan bobot tetap saat ditimbang

Umumnya pada analisis kadar abu dan susut pengeringan

Titrasi Bebas Air Reaksi asam basa yang dapat

diganggu oleh adanya air Analisis asam dan basa lemah Nitrimetri Reaksi diazotasi menimbulkan

perubahan warna

Analisis nitrit dan senyawa turunan sulfanilamid

Kompleksometri Reaksi kompleks antara EDTA sehingga menimbulkan warna

Analisis logam valensi 2 dan 3

Titrasi Redoks Reaksi redoks dalam larutan Analisis serimetri (Ce),

permanganometri, iodo-iodimetri Titrasi

Pengendapan

Kelarutan senyawa hasil reaksi yang

mudah mengendap Analisis argentometri untuk kadar NaCl Asidi-alkalimetri

Reaksi asam basa yang tidak

(27)

Metode Analisis Instrumen

Metode Prinsip Keterangan

Spektrofotometri UV/Vis

Penyerapan spektrum gelombang cahaya

elektromagnetik oleh senyawa dalam larutan

Digunakan untuk analisis senyawa kuantitatif. Panjang gelombang UV

190-380 nm, larutan yang dianalisis harus  jernih.

Spektrofotometri IR

Vibrasi, rotasi, dan translasi. Untuk senyawa yang memiliki

gugus fungsi dan kovalen tunggal

Digunakan untuk analisis kualitatif, identifikasi gugus fungsi, dan kuantitatif

pada Spektro- FTIR

Spektrofotometri SAA

Berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian

logam yang terkandung didalamnya diubah menjadi

atom bebas. Atom mengabsorpsi radiasi cahaya

Digunakan untuk menganalisis logam berat golongan IA dan II A.

Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan berdasarkan polaritas senyawa dan ikatan

pada fase gerak

Dapat digunakan fase normal (fase gerak nonpolar dan fase diam polar) atau fase

terbalik (fase gerak polar dan fase diam nonpolar)

Kromatografi Gas

Pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih dan

volatilitas senyawa

Apabila senyawa yang akan dianalisis susah menguap dilakukan derivatisasi

menggunakan senyawa tertentu agar mudah menguap

KCKT (HPLC)

Pemisahan berdasarkan polaritas senyawa dan ikatan

pada fase gerak

Dapat digunakan fase normal (fase gerak nonpolar dan fase diam polar) atau fase

terbalik (fase gerak polar dan fase diam nonpolar)

Elektroforesis

Pemisahan berdasarkan muatan listrik senyawa dan

ukuran molekul

Biasanya digunakan pada analisis asam amino dan protein

(28)

Metode Kalibrasi Instrumen

1. Kurva Kalibrasi / Eksternal Standar

Dibuat berbagai macam konsentrasi dari standar. Di buat plot regresi linier.

2. Standar Adisi

Dibuat konsentrasi dari standar, ditambahkan ke dalam sampel yang tidak diketahui konsentrasinya. Volume sampel sama, volume standar berbeda - beda.

3. Internal Standar

Volume sama dr standar ditambahkan ke dalam sampel. Metode ini biasa digunakan pada LC atau GC.

(29)

Perhitungan dalam Analisis Instrumental

Contoh 1

Lima larutan baku obat X (Mr = 288,4 g/mol) diukur absorbansinya pada

spektrofotometer-UV dengan panjang gelombang maksimum 285 nm terhadap

blanko etanol. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

2,5

0,140

5

0,281

7,5

0,421

10

0,562

12,5

0,697

Tentukan nilai

 

 

%

 dan absorptivitas molar (

) dari obat X pada panjang gelombang

285 nm !

 Jawab:

Penentuan nilai

 

 

%

Misalnya digunakan larutan baku dengan konsentrasi 10 ppm

10 ppm = 0,001 g/100 mL

= 0,001% b/v

Karena a =

 

 

%

××

 (dengan a = absorbansi; b = tebal kuvet; c = konsentrasi)

Maka,

0,562 =

 

 

%

 ×1×0,001

 

%

 

 = 562

(30)

Dengan merujuk pada persamaan yang sama, yakni a =

 

%

 

××

, nilai

  dapat

ditentukan, namun konsentrasi harus dibuat dalam satuan molar bukan %b/v,

sehingga:

10 ppm = 10 mg/L = 0,01 g/L

Karena M = n

×

 V dan n =



, maka M =

2,4 /

, /

 Molar

Dengan persamaan a =

××

, maka 0,562 =

×

2,4

,

×1

, sehingga

 = 16208,08

 16208

Contoh 2

Sebanyak 100 mg sampel yang mengandung parasetamol dilarutkan dalam etanol

hingga 100 mL. Setelah itu diambil 10 mL dan diencerkan hingga 100 mL pada labu

takar. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada spektrofotometer dan

diperoleh A = 0,465. Berapakah kadar parasetamol tersebut jika diketahui

persamaan kurva bakunya adalah y = 0,013x + 0,096?

 Jawab:

y = 0,013x + 0,096

0,465 = 0,013x + 0,096

x = 28,38 ppm = 28,38 mg/L

% Kadar =

 ×   ×  

 

×100%

% Kadar =

2, / ×  × , 

 

×100%

% Kadar = 28,38%

Contoh 3

Sebanyak 500 mg sampel yang mengandung vitamin C dilarutkan dalam 250 mL

pelarut yang sesuai sehingga diperoleh larutan stok 2000 ppm. Setelah itu dilakukan

pengenceran bertingkat dengan pengenceran pertama dilakukan dengan

mengambil 2 mL dan diencerkan hingga 100 mL, setelah itu 25 mL dari hasil

(31)

pengenceran pertama diencerkan kembali hingga 100 mL pada labu takar. Larutan

tersebut kemudian diukur serapannya pada spektrofotometer dan diperoleh A =

0,506. Berapakah kadar vitamin C tersebut jika diketahui persamaan kurva bakunya

adalah y = 0,0379x

 0,0312?

 Jawab:

y = 0,0379x

 0,0312

0,506 = 0,0379x

 0,0312

x = 14,17 ppm

% Kadar =

 ×   ×  

 

×100%

% Kadar =

4,7 / × 2 × , 

5 

×100%

% Kadar = 56,68%

(32)

PRODUKSI

Uji klinis - Pra klinis

Perbedaan Uji Pra Klinis Klinis Definisi Pengujian yang dilakukan pada hewan

uji untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik, farmasetik dan efek toksik suatu senyawa baru.

Pengujian khasiat pada manusia untuk memastikan efektivitas, keamanan dan efek samping yang muncul akibat suatu senyawa.

Lingkup Pengujian 1. Uji Farmakodinamik:

Mengetahui kesesuaian efek farmakologi. Dilakukan secara in vivo dan in vitro

2. Uji Farmakokinetik: Mengetahui ADME

Merancang dosis dan aturan pakai 3. Uji Farmasetika

Uji kesesuaian farmasetika dari segi formulasi, standarisasi, stabilitas hingga pemilihan bentuk sediaan dan cara penggunaan.

4. Uji Toksikologi

Mengetahui keamanan dan toksisitas zat.

1. Uji Klinik Fase I

Meneliti Toksisitas Keamanan –Tolerabilitas obat.

Dilakukan pada sukarelawan sehat   menentukan besarnya dosis tunggal yang dapat diterima (MTD).

2. Uji Klinik Fase II

Pada sekelompok kecil sukarelawan sakit   melihat efek farmakologik/efek terapi obat.

Diteliti juga eliminasi dan metabolisme obat.

3. Uji Klinik Fase III

Memastikan khasiat, aman dan efektif   sekelompok besar sukarelawan sakit. 4. Uji Klinik Fase IV

Paska Pemasaran (Post Marketing Drug Surveillance)

(33)

Bioavalibilitas/Bioekivalensi (BA/BE)

Diferensiasi

Bioavailibilitas

Bioekivalensi

Definisi

Persentase dan kecepatan

zat aktif

 mencapai/

tersedia dalam sirkulasi

sistemik dalam bentuk

utuh/aktif setelah pemberian

produk obat tersebut.

Diukur dari kadarnya dalam

darah terhadap waktu atau

dari ekskresinya dalam urin.

Dua produk obat disebut bioekivalen

 jika keduanya mempunyai ekivalensi

farmaseutik atau merupakan

alternatif farmaseutik dan pada

pemberian dengan dosis moral yang

sama akan menghasilkan

biovailabilitas yang sebanding

sehingga efeknya akan sama, dalam

hal efikasi maupun keamanan.

Parameter

Bioavailabilitas absolut:

bila dibandingkan dengan

sediaan intravena yang

bioavailabilitasnya 100%.

Bioavailabilitas relatif:  bila

dibandingkan

dengan

sediaan bukan intravena.

Faktor kemiripan (F2) : 50-100 ->

menunjukkan

kesamaan

atau

ekivalensi ke 2 kurva, yang berarti

kemiripan profil disolusi ke 2 produk.

*

 Jika produk “ Copy” dan produk

pembanding memiliki disolusi yang

sangat cepat (> 85 % melarut dalam

waktu < 15 menit dalam ke-3 media

dengan metode uji yang dianjurkan),

perbandingan profil disolusi tidak

diperlukan.

Produk obat yang memerlukan uji ekivalensi in vivo:

1. Produk obat oral lepas cepatyang bekerja sistemik, jika memenuhi satu atau

lebih kriteria berikut ini :

A. Obat-obat untuk kondisi yang serius yang memerlukan respon terapi yang pasti

(critical use drugs), misal: antituberkulosis, antiretroviral, antibakteri,

antihipertensi, antiangina, obat gagal jantung, antiepilepsi, antiasma.

B. Batas keamanan/ indeks terapi yang sempit; kurva doses-respons yang curam,

misal: digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat-obat sitostatik, litium, feniton,

siklosporin, sulfonilurea, teofilin.

C. Terbukti ada masalah bioavailabilitas atau bioinekivalensi dengan obat yang

bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia atau formulasi yang mirip

(tidak berhubungan dengan masalah disolusi,) misal:

- absorpsi bervariasi atau tidak lengkap;

- eliminasi presistemik yang tinggi;

- farmakokinetik nonlinear;

- sifat-sifat fisiokimia yang tidak menguntungkan (misal: kelarutan rendah,

permeabilitas rendah, tidak stabil, dsb.)

D. Eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi bioekivalensi

2. Produk obat non-oral dan non

parenteral yang didesain untuk bekerja

(34)

testosteron dan kontraseptif bawah kulit,

3. Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja sistemik.

4. Produk kombinasi tetapuntuk bekerja sistemik, yang paling sedikit salah satu zat

aktifnya memerlukan studi in vivo.

5. Produk obat bukan larutan bukan untuk penggunaan non sistemik (oral nasal,

okular, dermal, rektal, vaginal, dsb), dan dimaksudkan untuk bekerja lokal (tidak

untuk diabsorpsi sistemik). Untuk produk demikian, bioekivalensi harus

ditunjukkan dengan studi klinik atau farmakodinamik, dermatofarmakokinetik

komparatif dan / atau studi in vitro. Pada kasuskasus tertentu, pengukuran kadar

obat dalam darah masih diperlukan dengan alasan keamanan untuk melihat

adanya absorpsi yang tidak diinginkan.

Semua tablet oral wajib melakukan uji ekivalensi in vitro.

Produk obat yang tidak memerlukan uji ekivalensi:

1.

Produk obat “ copy” untuk penggunaan intravena sebagai larutan dalam air

yang mengandung zat aktif yang sama dalam kadar molar yang sama dengan

produk pembanding.

2.

Produk obat “copy” untuk penggunaan parenteral yang lain (misal:

intramuskular, subkutan) sebagai larutan dalam air dan mengandung zat aktif

yang sama dalam kadar molar yang sama dan eksipien yang sama atau mirip

(similar) dalam kadar yang sebanding seperti dalam produk pembanding.

3.

Produk obat” copy” berupa larutan unt

uk penggunaan oral(termasuk sirup),

eliksir, tingtur atau bentuk larutan lain tetapi bukan suspensi), yang

mengandung zat aktif dalam kadar molar yang sama dengan produk

pembanding, dan hanya mengandung eksipien yang diketahui tidak

mempunyai efek terhadap transit atau permeabilitas dalam saluran cerna dan

dengan demikian terhadap absorpsi atau stabilitas zat aktif dalam saluran

cerna.

4.

Produk obat “copy” berupa bubuk untuk dilarutkan

5.

Produk obat “ copy” berupa gas

6.

Produk obat “copy” berupa sediaan obat ma

ta atau telinga sebagai larutan

dalam air dan mengandung zat (-zat) aktif yang samadalam kadar molar yang

sama dan eksipien yang praktis sama dalam kadar yang sebanding.

7.

Produk obat “copy” berupa sediaan obat topikal sebagai larutan dalam air

8.

Produk obat “copy” berupa larutan untuk aerosal atau produk inhalasi nebulizer

atau semprot hidung, yang digunakan dengan atau tanpa alat.

(Sumber: PEDOMAN UJI BIOEKIVALENSI, BPOM).

(35)

Pola Pengambilan Sampel Bahan Baku

POLA

KONDISI

RUMUS

Pola n

- Sampel diperkirakan homogen

- Berasal dari Supplier yang telah terkualifikasi

n = 1 +

√

n = jumlah wadah yang dibuka / diambil sampel

N = jumlah wadah yang diterima *Apabila N ≤4, maka sampel diambil dari tiap wadah

Pola p

- Sampel homogen

- Berasal dari Supplier yang telah terkualifikasi

- Untuk pengujian identitas

p = 0,4 N

N = jumlah wadah yang diterima p = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan pembulatan keatas

Pola R

- Sampel diperkirakan belum homogen

- Berasal dari Supplier yang belum terkualifikasi

- Dapat digunakan untuk bahan yang berasal

dari herbal / ekstrak

r = 1,5 N

N = jumlah wadah yang diterima / diambil sampel

r = jumlah sampel yang diambil berdasarkan pembulatan keatas

In Process Control

pengawasan yang dilakukan selama proses produksi sebelum proses produksi

selesai dilakukan.

Tujuan

 mencegah produksi obat yang tidak memenuhi spesifikasi

Fungsi

  monitoring dan bila perlu untuk menyesuaikan proses produksi agar

memenuhi spesifikasi pemeriksaan produk jadi.

Pengawasan

 mengambil sample

  mengadakan pemeriksaan dan pengujian

terhadap produk yang dihasilkan pada tahap-tahap tertentu dari proses

pengolahan.

Pengawasan dilaksanakan oleh 2 pihak, yaitu :

1. Bagian produksi

menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi serta proses

yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang

ditetapkan.

2. Bagian pengawasan mutu

 meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan pada

tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum dilanjutkan

proses berikutnya. Bagian pengawasan mutu menentukan apakah tahap lanjutan

(36)

dari proses pengolahan dapat dilaksanakan berdasarkan hasil pengujian yang

dilakukan.

(37)
(38)
(39)

Pemastian kualitas produksi:

Kebersihan Ruang Pembuatan Obat

Kelas

Nonoperasional

Operasional

 Jumlah maksimum partikel/m

3

 yang diperbolehkan

≥ 0,5 µm

≥ 5 µm

≥ 0,5 µm

≥ 5 µm

A

3.520

20

3.520

20

B

3.520

29

3.520

20

C

352.000

2.900

3.520.000

29.000

D

3.520.000

29.000

-

-E

3.520.000

29.000

-

-Rekomendasi dalam Pembuatan Sediaan

Kelas Sebutan Suhu (ºC) Humiditas (%) Keterangan

A Under LAF 16-25 45-55

- Pengelolaan dan pengisian aseptis

- Pengisian salep mata, bubuk dan suspensi steril

B Steril 16-25 45-55

- Lingkungan latar belakang kelas A dan untuk pengolahan dan pengisian aseptis

C Steril 16-25 45-55

- Pembuatan larutan bila ada resiko

- Pengisian produk non-aseptis

D Bersih 20-27 40-60 - Pembuatan obat steril dengan sterilisasi akhir

E Umum 20-27 Maks 70

- Ruang pengolahan dan pengemasan primer obat non-steril, pembuatan salep kecuali salep mata

E Khusus 20-27 Maks 40 - Pengolahan bahan higroskopis (e.g Effervescent )

(40)
(41)

INDUSTRI

Validasi

Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap

bahan, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang

digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang

diharapkan. Validasi yang dikenal adalah validasi metode analisis, validasi proses,

dan validasi pembersihan. Kualifikasi dilakukan sebelum validasi.

A. Validasi Proses

Tindakan pembuktian yang di dokumentasikan bahwa proses yang

dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif

dan memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang

memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya. Validasi

proses dapat dibedakan atas validasi prospektif, konkuren dan retrospektif.

1) Validasi Prospektif

Validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari produk yang

akan dipasarkan.

2) Validasi Konkuren

Validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual

3) Validasi Retrospektif

Validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan

berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian, dan pengendalian bets.

B. Validasi Metode Analisis

Tindakan pembuktian bahwa semua metode tetap yang digunakan sesuai

dengan tujuan penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang dapat

dipercaya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap empat jenis,

yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas, dan

uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen

tertentu dalam obat.

(42)

Parameter

Validasi

Identifikasi

Pengujian

Impuritas

Penetapan

Kadar

-

Disolusi

-

Kandungan

Kuantitaitf Batas

Akurasi

-

+

-

+

Presisi

Ripitabilitas

-

+

-

+

Presisi Int

-

+

-

+

3

Spesifisitas

1

+

+

+

+

LOD

-

-

2

+

-LOQ

-

+

-

-Linearitas

-

+

-

+

Rentang

-

+

-

+

(-) Tidak dipersyaratkan

(+) Dipersyaratkan

(

1

) Kekurangan spesifisitas dari salah satu prosedur analisis dapat

dikompensasikan dengan prosedur analisis yang lain yang dapat

menunjang

(

2

) Hanya dilakukan pada kasus tertentu

(

3

) Dalam hal telah dilakukan tes reprodusibilitas, maka presisi

intermediet tidak dipersyaratkan

C. Validasi Pembersihan

Tindakan pembuktian bahwa prosedur yang telah ditetapkan untuk

membersihkan suatu peralatan pengolahan, hingga pengemasan primer

mampu membersihkan sisa bahan aktif obat dan zat pembersih yang digunakan

untuk proses pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba pada

tingkat yang dapat diterima. Metode pembersihan meliputi metode apus (swab ),

metode pembilasan terakhir (rinse ), dan metode dengan plasebo.

(43)

Kualifikasi

Kualifikasi merupakan proses pembuktian secara tertulis berdasarkan data

yang menunjukkan kelayakan suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjuang sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Tahapan kualifikasi ada empat, yaitu :

DQ

IQ

OQ

PQ

a. Kualifikasi Desain (DQ)

  Kualifikasi yang dilakukan pertama kali dalam

melakukan validasi fasilitas, peralatan atau sistem yang baru.

b. Kualifikasi Instalasi (IQ)

  Kualifikasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan

peralatan baru atau yang dimodifikasi, mencakup :

Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang hendaklah sesuai dengan

spesifikasi dan gambar teknik yang didesain.

Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan

peralatan dari pemasok.

Ketentuan dan persyaratan kalibrasi.

Verifikasi bahan konstruksi.

c. Kualifikasi Operasional (OQ)

 Kualifikasi operasional dilakukan setelah

kualifikasi instalasi selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi

operasional hendaklah mencakup:

Kalibrasi

Prosedur pengoperasian dan pembersihan

Pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif.

d. Kualifikasi Kinerja (PQ)

  Menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem

atau peralatan yang telah diinstalasi beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang

diinginkan.

(44)

Fungsi bagian (struktural) industri farmasi

Struktur Tipe B

Struktur Tipe C

Struktur Tipe D

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian, Industri Farmasi minimal harus memiliki 3 orang Apoteker yang

masing-masing menempati posisi sebagai kepala bagian Produksi, manager

(45)

berdasarkan Permenkes RI Nomor 6 tahun 2012 tentang Industri Usaha Obat

Tradisional, Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA)

minimal memiliki 1 orang apoteker sebagai penanggung jawab.

Kepala Bagian Produksi

Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam

produksi obat, termasuk:

1. memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar

memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;

2. memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan

memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat;

3. memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani

oleh kepala bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);

4. memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian

produksi;

5. memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

6. memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil

di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Kepala QC

Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung

 jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk:

1. menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,

produk ruahan dan produk jadi;

2. memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;

3. memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan

sampel, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;

4. memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;

5. memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian

pengawasan mutu;

6. memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

7. memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil

di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Kepala QA

Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi

kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang

berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu, termasuk:

1. memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;

2. ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu

(46)

3. memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala;

4. melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;

5. memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal

(audit terhadap pemasok);

6. memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;

7. memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan

Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan

mutu produk jadi;

8. mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan

9. meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan

mempertimbangkan semua faktor terkait.

(Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, 2012).

Alur penanganan keluhan:

Tiap keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh dan

mendalam serta mencakup:

1. pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan;

2. inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima serta,

bila perlu, pengujian sampel pertinggal dari bets yang sama; dan

3. pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets,

catatan distribusi dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan atau

dilaporkan.

Tindak lanjut hasil evaluasi dan penelitian dapat berupa tindakan perbaikan

antara lain:

1. perubahan formula (eksipien, komposisi, bentuk sediaan);

2. perubahan prosedur pembuatan;

3. perubahan bahan pengemas; dan

4. perubahan kondisi penyimpanan.

(POPP CPOB 2012, Jilid I).

Referensi

Dokumen terkait

pH larutan lakrimal dan menjaga obat / zat aktif tetap stabil (setiap zat aktif stabil pada pH yang berbeda). Contohnya dapar borat dan dapar fosfat. e) Pengkhelat, merupakan

Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh

Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna

Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat terdispersi dalam pembawa, distabilkan dengan zat pengemudi atau surfaktan yang cocok... Sediaan

pH larutan lakrimal dan menjaga obat / zat aktif tetap stabil (setiap zat aktif stabil pada pH yang berbeda). Contohnya dapar borat dan dapar fosfat. e) Pengkhelat, merupakan

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.. Emulsi