PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS
( Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Tentang Pemberitaan Peraturan Daerah Kota Surabaya no. 5 Tahun 2008 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos )
SKRIPSI
Oleh :
DEVI APRILIA NPM : 0543010365
YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA
ii
SURABAYA NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA
ROKOK (KTR) DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM)
PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS
(Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Tentang Pemberitaan Peraturan Daerah Kota Surabaya no. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawsan Terbatas Merokok (KTM) Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos )
iii Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul :
SIKAP PEGAWAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA
TENTANG PEMBERITAAN PERATURAN DAERAH KOTA
SURABAYA NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA
ROKOK (KTR) DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM)
PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS
(Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Tentang Pemberitaan Peraturan Daerah Kota Surabaya no. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawsan Terbatas Merokok (KTM) Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos )
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih yang setinggi‐tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
iv
3. Bapak Zaenal Abidin Ahcmad M.Si.M.Ed Dosen Pembimbing penulis
selama menyelesaikan proposal ini.
4. Mama papa tercinta terima kasih atas doa dan dukungannya selama
ini baik moral maupun materiil.
5. Untuk Keluarga Besarku terima kasih buat doanya.
6. Untuk Bayu praharsa dan keluarga terima kasih atas dukungan dan
doanya.
7. Untuk Ibu Istiana dan Abi terima kasih doa dan dorongan yang telah
diberikan.
8. Untuk temen‐temen “BFF‐Best Friends Forever” Binyok, meme Mega,
Choky Rock, Ndrengess, Davin, Anton, Dangdut, Eyent, Uki, Putri,
Andika, Juwita, Andra, Penny, Tatoo boy, Eko‐Bulu, Mahmud, Able,
Marolla, Reno, Juve, Iphan, dan semuanya maaf gak bisa sebutin satu‐
satu terima kasih atas dukungannya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kebaikan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surabaya, Februari 2010
vi
HALAMAN JUDUL SKRIPSI... i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAKSI ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR... xx
DAFTAR LAMPIRAN... xxi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Surat Kabar dan Karakteristiknya ... 12
vii
2.1.3 Pegawai Pemerintah Kota Surabaya ... 22
2.1.4 Berita ... 24
2.1.5 Pemberitaan Diberlakukannya Peraturan
Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008
Mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM)... 28
2.1.6 Teori S‐O‐R... 29
2.1.7 Kerangka Berpikir... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
3.1.1 Sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya
Tentang Pemberitaan Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada
Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 36
3.1.2 Berita Diberlakukannya Peraturan Daerah
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) di Surabaya ... 41
viii
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 44
3.3 Skala Pengukuran ... 45
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.5 Metode Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian... 49
4.1.1 Gambaran Umum Jawa Pos ... 49
4.1.2 Pemberitaan Berlakunya Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM)... 57
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 59
4.2.1 Identitas Responden ... 60
4.2.1.1 Jenis Kelamin Responden ... 60
4.2.1.2 Usia Responden ... 61
4.2.1.3 Pendidikan Terakhir Responden... 63
4.2.1.4 Pekerjaan Responden ... 64
ix
4.3 Deskripsi Subyek ... 64
4.3.1 Aspek Kognitif... 64
4.3.1.1 Pemberitaan Peraturan Daerah no. 5
tahun 2008 Mengenai Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM) dapat Membuat
Pegawai Pemerintah Kota Surabaya
Mengetahui Akan Peraturan Ini ...
4.3.1.2 Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5
Tahun 2008 Mengenai Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM) Membuat Masyarakat
Mengetahui Adanya Peraturan Ini ... 68
4.3.1.3 Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5
Tahun 2008 Diberlakukan Pada
Masyarakat Surabaya yang
Mempunyai Kebiasaan Merokok ... 70
4.3.1.4 Pemberitaan Tentang Penempatan
Kawasan Merokok dan Kawasan
Bebas Rokok di Tempat‐tempat
x
Memberikan Inovasi Bagi Instansi
Lain di Surabaya ... 73
4.3.1.6 Aspek Kognitif Sikap Pegawai
Pemerintah Kota Surabaya Terhadap
Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5
Tahun 2008 Mengenai Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) ... 74
4.3.2 Aspek Afektif... 78
4.3.2.1 Sikap Responden Merasa Senang
Pihak Pemerintah Kota Surabaya
Memberlakukan Peraturan Daerah
No. 5 Tahun 2008 Mengenai Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) dan
Bekerjasama dengan Surat Kabar
Jawa Pos ... 77
xi
4.3.2.2 Responden Merasa Senang Dengan
Diberlakukannya Peraturan Daerah
No. 5 Tahun 2008 di Surabaya ... 78
4.3.2.3 Sikap Responden Merasa Nyaman
dengan Diberlakukannya Peraturan
Daerah No. 5 Tahun 2008 dapat
Mengurangi Polusi Udara yang
Disebabkan oleh Aspek Rokok ... 79
4.3.2.4 Sikap Responden Merasa Kota
Surabaya Lebih Bersih dan
Lingkungannya Lebih Sehat Setelah
Diberlakukannya Peraturan Daerah
No. 5 Tahun 2008 Mengenai Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan Karyawan
Terbatas Merokok (KTM) ... 81
4.3.2.5 Sikap Responden Merasa Lingkungan
Kerja di Pemerintah Kota Surabaya
Semakin Bersih Tanpa Adanya Asap
Rokok... 83
xii
Masyarakat Surabaya Atas
Diberlakukannya Peraturan Daerah
No. 5 Tahun 2008 di Kota Surabaya... 84
4.3.2.7 Sikap Responden Merasa Diuntungkan
dengan Adanya Peraturan Daerah No. 5
Tahun 2008... 85
4.3.2.8 Sikap Responden Merasa Puas dengan
Diberlakukannya Peraturan Daerah
No. 5 Tahun 2008 di Instansi
Pemerintah Kota Surabaya ... 87
4.3.2.9 Aspek Afektif Sikap Pegawai
Pemerintah Kota Surabaya Terhadap
Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5
Tahun 2008 Mengenai Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM) ... 88
xiii
4.3.3 Aspek Konatif ... 89
4.3.3.1 Sikap Responden dengan Adanya
Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5
Tahun 2008 Akan Mematuhi dan
Menjalankan Peraturan Ini Dengan
Sebaik‐baiknya ... 91
4.3.3.2 Sikap Responden Adanya Pemberitaan
di Jawa Pos Akan Menggunakan
Fasilitas Area Merokok Yang Telah
Disediakan Pemerintah Kota
Surabaya... 92
4.3.3.3 Sikap Responden Dengan Pemberitaan
di Jawa Pos Lebih Mengerti Mengenai
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
di Surabaya ... 93
4.3.3.4 Sikap Responden dengan Adanya
Pemberitaan di Jawa Pos Akan
Mendukung Peraturan Daerah No. 5
Tahun 2008 di Surabaya ... 95
xiv
Memanfaatkan Peraturan Daerah
No. 5 Tahun 2008 di Surabaya ... 96
4.3.3.6 Aspek Konatif Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Terhadap Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) ... 97
4.4 Sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Mengenai Pemberitaan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 103
5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
xv
DAFTAR
TABEL
Tabel 1 Jenis Kelamin Responden (n = 100) ... 60
Tabel 2 Usia Responden (n = 100) ... 62
Tabel 3 Pendidikan Terakhir Responden (n = 100) ... 63
Tabel 4 Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
Mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) Dapat Membuat Pegawai
Pemerintah Kota Surabaya Mengetahui Akan Peraturan
Daerah Ini (n = 10) ... 67
Tabel 5 Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
Mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) Membuat Masyarakat
Mengetahui Adanya Peraturan Ini ... 69
Tabel 6 Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
Diberlakukan Pada Masyarakat Surabaya Yang
Mempunyai Kebiasaan Merokok (n = 100)... 71
Tabel 7 Pemberitaan Tentang Penempatan Kawasan Merokok Dan
xvi
(n = 100)... 73
Tabel 9 Aspek Kognitif Sikap Pegawai Pemeirntah Kota Surabaya
Terhadap Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
Mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM (n = 100) ... 74
Tabel 10 Sikap Responden Merasa Senang Pihak PEMKOT Surabaya
Memberlakukan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
Mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) dan Bekerjasama Dengan Surat
Kabar Jawa Pos (n = 100) ... 77
Tabel 11 Sikap Responden Merasa Senang Dengan Diberlakukannya
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 di Surabaya (n = 100) .... 78
Tabel 12 Sikap Responden Merasa Nyaman Dengan
Diberlakukannya Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
Karena Dapat Mengurangi Polusi Udara Yang Disebabkan
xvii
Tabel 13 Sikap Responden Merasa Kota Surabaya Lebih Bersih dan
Lingkungannya Lebih Sehat Setelah Diberlakukannya
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 Mengenai Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM)
(n = 100)... 82
Tabel 14 Sikap Responden Merasa Lingkungan Kerja di Pemerintah
Kota Surabaya Semakin Bersih Tanpa Adanya Asap Rokok
(n = 100)... 83
Tabel 15 Sikap Responden Merasa Nyaman Akan Ketertiban dan
Kepatuhan Masyarakat Surabaya Atas Diberlakukannya
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 di Kota Surabaya
(n = 100)... 85
Tabel 16 Sikap Responden Merasa Diuntungkan Dengan Adanya
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 (n = 100) ... 86
Tabel 17 Sikap Responden Merasa Puas Dengan Diberlakukannya
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 di Instansi Pemerintah
Kota Surabaya (n = 100)... 87
Tabel 18 Aspek Afektif Sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya
Terhadap Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
Menganai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan
xviii
Peraturan Ini dengan Sebaik‐baiknya ... 91
Tabel 20 Sikap Responden Dengan Adanya Pemberitaan di Jawa Pos
Akan Menggunakan Fasilitas Area Merokok Yang Telah
Disediakan Pemerintah Kota Surabaya (n = 100) ... 92
Tabel 21 Sikap Responden Dengan Pemberitaan di Jawa Pos Lebih
Mengerti Mengenai Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 di
Surabaya (n = 100) ... 94
Tabel 22 Sikap Responden Dengan Adanya Pemberitaan di Jawa Pos
Akan Mendukung Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 di
Surabaya (n = 100) ... 95
Tabel 23 Sikap Responden Dengan Adanya Pemberitaan di Jawa Pos
Akan Memanfaatkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008
di Surabaya (n = 100)... 96
Tabel 24 Aspek Konitif Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Terhadap
Pemberitaan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 Mengenai
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas
xix
Tabel 25 Sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Mengenai
Pemberitaan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5
Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
Kawasan Terbatas Merokok (KTM) Pada Harian Surat
Kabar Jawa Pos ... 101
xx
Gambar 2.1 Model Teori S‐O‐R (Effendy, 2003 : 255) ... 31
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Sikap Pegawai Pemerintah
Surabaya Tentang Diberlakukannya Peraturan
Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) pada Harian Surat Kabar
Jawa Pos ... 34
xxi
DAFTAR
LAMPIRAN
Kuesioner ... 108
Lampiran 1 Aspek Kognitif Sikap Pegawai Pemerintah Kota
Surabaya Mengenai Pemberitaan Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM) Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 114
Lampiran 2 Aspek Afektif Sikap Pegawai Pemerintah Kota
Surabaya Mengenai Pemberitaan Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM) Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos ... 118
Lampiran 3 Aspek Konatif Sikap Pegawai Pemerintah Kota
Surabaya Mengenai Pemberitaan Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok
xxii
Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) Pada Harian
Surat Kabar Jawa Pos ... 126
Lampiran 5 Pemberitaan Tanggal 23 Oktober 2009 ... 130
Lampiran 6 ... 131
v
ABSTRAKSI
SIKAP PEGAWAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA
TENTANG PEMBERITAAN PERATURAN DAERAH KOTA
SURABAYA NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA
ROKOK (KTR) DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM)
PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS
(Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Tentang Pemberitaan Peraturan Daerah Kota Surabaya no. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawsan Terbatas Merokok (KTM) Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos )
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap pegawai pemerintah kota Surabaya terhadap Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada Harian Surat Kabar Jawa Pos. yang mengulas bagaimana sikap pegawai Pemerintah Kota Surabaya setelah membaca pemberitaan tersebut.
Landasan teori yang dipakai, diantaranya adalah pengertian sikap, pegawai Pemerintah Kota Surabaya sebagai khalayak media masa, surat kabar sebagai media komunikasi masa, surat kabar sebagai kontrol sosial, dan teori S‐O‐R (stimulus, organisme, dan respon).
Metode penelitian yang dipakai adalah menggunakan metode deskriptif, dengan dua variabel.
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Pemerintah Kota Surabaya yang berusia 25 tahun – 55 tahun.
Teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode accidental sampling dengan kriteria responden yang telah berusia 25 tahun – 55 tahun, yang bekerja sebagai pegawai Pemerintah Kota Surabaya. Penelitian ini melibatkan 100 responden.
Dari penelitian ini di peroleh hasil bahwa sikap pegawai Pemerintah Kota Surabaya tentang pemberitaan peraturan daerah kota Surabaya no. 5 tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada harian surat kabar Jawa Pos adalah positif. Hal ini disebabkan karena banyak dari pegawai Pemerintah Kota Surabaya yang telah menyadari bahwa pentingnya kesehatan dan dengan adanya peraturan daerah yang baru ini membawa dampak positif pada pegawai Pemerintah Kota Surabaya.
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat dalam kehidupanya membutuhkan informasi yang
cukup untuk memenuhi segala kebutuhan yang semakin beragam, serta
informasi yang selalu berkembang cepat. Dalam proses penyampaian
pesan informasi tidak terlepas dari proses komunikasi itu sendiri, dimana
dalam proses komunikasi membutuhkan sarana atau media yang
dibutuhkan untuk menyampaikan informasi. ketika memilih media yang
tepat, dipastikan informasi yang disampaikan pada masyarakat dapat
diterima dengan baik sertaa mendapat efek yang baik pula. Komunikasi
bersifat persuasif yakni untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku
seseorang dengan sukarela. Komunikasi bersifat persuasif ini bertujuan
menimbulkan adanya kesadaran, kerelaan disertai dengan perasaan segan
seseorang untuk mengubah. Selain itu sifat komunikasi adalah informatif
yakni agar orang lain mengerti dan tahu. Salah satu alat komunikasi yang
bersifat informatif ini adalah media massa.
Media massa memiliki peran sangat penting dan peran yang cukup
2
karena media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan informasi. Informasi itu sendiri disajikan secara
benar yang terjadi didalam hidup manusia. Antara manusia dan media
massa keudanya saling membutuhkan satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan. Manusia membuthkan media massa untuk memenuhi
kebutuhanya akan informasi dengan mengkonsumsi berita‐berita yang
disajikan oleh media massa tersebut.
Dalam perkembangannya media massa dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu sebagai Pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers
dalam arti sempit meliputi media cetak. Sementara Pers dalam arti luas
meliputi semua media komunikasi baik baik cetak maupun elektronik.
Media cetak seperti surat kabar saat ini menjadi bagian yang tak
terpisahkan dan merupan media massa yang digunakan oleh masyarakat
perkotaan selain media elektronik. Oleh karena itu media massa sering
digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi kearah masyarakat
atau mentransformasikan informasi diantara masyarakat itu sendiri
(Djuroto, 2002:8).
Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang
pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut
dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah,
Pers sebagai lembaga kemasyrakatan dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan informasi bagi masyarakatnya (Djuroto, 2002:8).
Banyak orang yang menggunakan media massa untuk mencari
berita yang sedang hangat dibacarakan di masyarakat atau juga bisa
digunakan untuk mempromosikan suatu produk, digunakan untuk iklan
dan juga digunakan untuk mensosialisasikan suatu kebijakan. Media
massa banyak digunakn oleh semua lapisan masyarakat, bisa dari
kalangan swasta, individu maupun pemerintah. Pemerintah sering
menggunakan media massa untuk mensosialisasikan suatu kebijakan
maupun peraturan perundangan.
Beberapa waktu yang lalu pemerintah Indonesia mengeluarkan
Peraturan mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM) yang dikeluarkan pada tahun 2008 yang peraturan ini
bisa diberlakukan di semua daerah di Indonesia dengan kebijakan kepala
daerah atau yang biasa disebut Walikota. Tetapi dengan adanya peraturan
perundangan itu Pemerintah Kota Surabaya tertarik untuk
memberlakukan peraturan tersebut di Surabaya. Peraturan tersebut
berlaku dan disahkan di Surabaya pada tanggal 22 oktober 2009. Dengan
4
massa sebagai media pensosialisasian Peraturan Daerah yang baru
tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM).
Banyak media yang digunakan Pemerintah Kota Surabaya untuk
pensosialisasian Peraturan Daerah no. 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM), mulai dari media
elektronik dan media cetak. Media elektronik bisa dengan media televisi
dan radio, media cetak yang digunakan bisa dengan surat kabar. Bentuk
media cetak itu sendiri bermacam‐macam, diantaranya adalah surat
kabar. Surat kabar didefinisikan sebagi penerbitan yang berisi lembaran
dan berisi berita‐berita, karangan‐karangan, iklan yang dicetak, serta
terbit secara tetap atu periodik dan dijual untuk umum (Assegaf, 1991 :
141).
Saat ini surat kabar dan majalah telah berkembang menjadi media
dengan kemampuan yang terbatas oleh wilayah bangsa dan mancanegara.
Kemajuan teknologi cetak yang canggih, menyebabakan hasil cetakan
berwarna menyerupai asli bahkan melebihi. Sebagai media transmisi,
surat kabar relatif dapat mentransmisikan informasi dari sumber berita
khalayak dalam waktu yang cepat. Istilah real time pada surst kabar,
itu surat kabar bisa terbit harian, mingguan, dua mingguan, satu bulanan
dan sebagainya (Bungin, 2006 : 130).
Banyak sekali informasi‐informasi yang didapat oleh masyarakat
setelah menggunakan media surat kabar. Masyarakat dapat mengetahui
berita‐berita politik, kriminal, serta pemberitaan yang lainnya yang
menyangkut segala aspek kehidupan sosila di masyarakat. Pemberitaan
yang menjadi sorotan masyarakat saat ini terjadi akhir‐akhir ini di
Surabaya tentang pemberitaan pemberlakuan Peraturan Daerah Kota
Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan
Kawasan Terbatas Merokok (KTM), yang telah disahkan dan
diberlakukan di Surabaya pada tanggal 22 oktober 2009.
Sebenarnya, peraturan ini telah dikeluarkan pada tahun 2008 silam
akan tetapi baru diberlakukan di Surabaya pada tahun 2009. Karena pada
tahun 2008 hingga tahun 2009 belum disahkanya dan diberlakukan di
Surabaya. Yang pertama kali mengusulkan untuk Peraturan itu
digunakan di Surabaya adalah PEMKOT (Pemerintah Kota) Surabaya,
sebelum disahkan dan diberlakukan Peraturan itu pertama kali
disosialisakan terdahulu kepada masyarakat sebelum di sahkannya dan
diberlakukannya di Surabaya. Saat pensosialisasian banyak masyarakat
6
tersebut karena menurut mereka itu hak mereka untuk merokok tetapi
ada juga yang menyambut Peraturan Daerah tersebut dengan baik.
Sebagian yang tidak setuju itu dari kalangan masyarakat yang perokok
aktif sedangkan yang menyambut baik Peraturan Daerah tersebut adalah
dari kalangan perokok pasif.
Berita mengenai pemberlakuan Peraturan Daerah tersebut
mendapat halaman khusus di harian surat kabar Jawa Pos. Jawa Pos
mengemas berita tentang sesuatu peristiwa atau kejadian yang sedang
menjadi perhatian masyarakat kota Surabaya dan daerah lain di Jawa
Timur.
Surat kabar Jawa Pos adalah salah satu surat kabar yang
peredarannya cukup luas dan dikonsumsi oleh banyak pembaca. Surat
kabar Jawa Pos itu sendiri merupakan media atau sarana penyampaian
informasi yang menyajikan berita‐berita umum. Berita‐berita umum
meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa‐peristiwa
ekonomi, politik, hukum sosial dan budaya, olah raga disamping
pemberitaan peristiwa yang terjadi diadarah Jawa Timur dan indonesia
timur. Selain itu, jawa pos juga mempunyai jumlah halaman yang lebih
Dipilihnya Jawa Pos sebagai surat kabar yang akan diteliti
pemberitaannya, karena Jawa Pos merupakan salah satu surat kabar yang
bertaraf nasional yang terbit setiap hari di Jawa Timur. Dengan berbagai
rubrik berita yang menyajikan tetang politik, ekonomi, bisnis, hukum,
pendidikan, olahraga, masalah intenasional, opini, gaya hidup, dll. Serta
salah satu media yang sudah menggunakan bahasa yang ilmiah, data‐data
yang akurat, dan melakukan investigative report dalam setiap
pemberitaannya. Sehingga Jawa Pos sering menjadi referensi dalam
penyajian fakta yang terjadi, selain itu pembaca Jawa Pos dikenal
pembaca loyal (sumber : www.jawapos.co.id).
Pembaca yang akan dipilih sebagai subyek penelitian adalah
penduduk Surabaya, pembaca Jawa Pos, pegawai pemerintah kota
surabaya dan berumur 25 tahun – 55 tahun. Menurut Gunarsa (2007:62)
pada usia 25 tahun terjadi penambahan kemampuan seseorang dan pada
umur 36 tahun penambahan akan bertambah. Kemampuan yang
memerlukan kecepatan reaksi akan mulai menurun pada akhir masa
remaja. Prestasi intelegen yang memerlukan fleksibilitas akan mencapai
puncaknya pada masa sudah remaja (Gunarsa, 2007:62).
Berita mengenai disahkannya dan diberlakukannya Peraturan
8
(KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) ini ditulis oleh Jawa Pos
pada tanggal 23 oktober 2009. Semuanya ditulis secara lengkap oleh surat
kabar harian Jawa Pos sehingga masyarakat bisa mengetahui tentang
pemberlakuan Peraturan Daerah no. 5 tersebut, melalui tulisan dan juga
gambar atau foto yang disajikan oleh surat kabar harian Jawa Pos.
Dari sinilah peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui bagaimana sikap pegawai pemerintah kota Surabaya tentang
diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM) pada harian surat kabar Jawa Pos. Peneliti tertarik memilih para
pegawai pemerintah kota Surabaya karena banyak isu yang beredar
bahwa pegawai pemerintah kota Surabaya belum maksimal dalam
penerapan Peraturan Daerah ini, sehingga menimbulkan efek kognitif
yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan atau
informasi, efek afektif yang berkaitan dengan emosional atau perasaan
seseorang yang berhubungan dengan rasa senang, serta efek konatif yang
berkaitan dengan kecenderungan seseorang bertindak terhadap
lingkungannya.
Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir berpersepsi
disini bukan perilaku, tapi lebih merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Dapat dipahami,
bahwa manusia dilingkupi dengan masalah yang mengharuskan untuk
memiliki sikap.
Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu
dihadapkan pada satu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi
individu. Respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk
respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi
dalam diri individu yang memberi kesempatan nilai terhadap stimulus
dalam baik buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, suka atau tidak suka,yang kemudian mengkristal sebagai
potensi reaksi terhadap objek sikap (Rakhmat, 2001 : 40).
Pada penelitian ini yang ingin dillihat adalah bagaimana sikap
pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada harian surat kabar Jawa Pos
terhadap informasi‐informasi yang disampaikan dalam berita tersebut
yang dikemas sedemikian rupa dan dimuat di surat kabar harian Jawa
Pos. Peniliti mengambil pegawai pemerintahan Surabaya karena ingin
10
pemberlakukan Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) ini yang pertama kali digagas oleh PEMKOT
(Pemerintah Kota Surabaya).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah sikap pegawai pemerintah Surabaya tentang
diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM) pada pemberitaan diharian surat kabar Jawa Pos?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah pada
penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui sikap pegawai pemerintah Surabaya tentang
diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok
1.4 Kegunaan Penelitian
Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan atau landasan pemikiran pada ilmu komunikasi terutama
topik bahasan yang berhubungan dengan sikap pegawai pemerintah
Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya
No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) pada harian surat kabar Jawa Pos dan
sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penilitian
selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan bisa menambah pengetahuan masyarakat pada
umumnya dan pegawai pemerintah pada khususnya bahwa media
massa yang perlu perhatian, pengertian dan pemikiran yang luas
didalam menikmatinya, terutama berita‐berita yang berisikan tentang
diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas
12
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Surat Kabar dan Karakteristiknya
Berdasarkan pendapat (Effendy, 1993 : 93) komunikasi massa (mass
comunication) adalah komunikasi melalui media massa modern, yang
meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio
dan televisi yang ditujukan untuk umum, dan film yang dipertunjukan di
bioskop‐bioskop. Untuk itu fungsi komunikasi massa adalah untuk
menyampaikan suatu informasi dalam jangkuan yang luas dimana
komunikasi tidak diketahui secara pasti jumlahnya dan tersebar
diberbagai daerah atau penjuru.
Berdasarkan pengertian tersebut menunjukan bahwa komunikasi
massa dapat berlangsung dan diperlukan saluran yang memungkinkan
disampaikannya pesan pada khalayak yang dituju. Saluran tersebut
adalah media massa yang menurut bentuknya dikelompokan menjadi
dua, yaitu :
1. Media cetak (printed media), yang meliputi : surat kabar, majalah, buku,
2. Media elektronik seperti radio, televisi dan film.
Batasan surat kabar menurut (Asegraff, 1991 : 140) adalah penerbitan
yang berupa lembaran yang berisi berita‐berita, karangan‐karangan
dan iklan, yang dicetak dan terbit secara tetap atau periodikda dijual
untuk umum.
Menurut (Effendy, 2003:81‐83) dalam komunikasi massa
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Komunikasi Massa bersifat umum
2. Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk
semua orang, tidak ditujukan untuk perorangan atau golongan
tertentu sehingga kemasan pesan tersebut untuk umum
3. Komunikator Melembaga
Komunikator disini tidak bertindak atas nama pribadi atau perorangan
saja melainkan organisasi yang merupakan suatu kerja tim.
4. Komunikator Bersifat Heterogen
Media massa dalam komunikasi massa merupakan kumpulan orang‐
orang yang heterogen, tinggal dalam komunikasi yang berbeda, baik
itu jenis kelamin, tingkat status sosial ekonomi, usia dan sebagainya.
14
paling sering dihadapi karena setiap individu dari khalayak selalu
berkeinginan agar kebutuhan terpenuhi.
5. Menimbulkan Keserempakan
Keserempakan merupakan kontak atau hubungan dengan sejumlah
komunikasi pada saat yang sama untuk memperhatikan pesan yang
disampaikan pada mereka.
6. Prosesnya Berlangsung Satu Arah
Prosesnya tidak menimbulkan umpan balik, kalaupun ada jelasnya
secara tertunda.
Menurut Mc. Quail memberi pengertian surat kabar dalam arti
sempit adalah suatu lembaga atau organisasi yang termasuk dalam media
massa cetak, yang menyebarkan berita sebagai kata juralistik berupa
lembaran, karangan dan iklan yang disebarluaskan secara umum
(Mc. Quail, 1994 : 153).
Saat ini surat kabar telah berkembang hingga terdapat beberapa
jenis, yang dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, misalnya menurut
frekuensi terbit (harian, mingguan, bulanan), bentuk (standart atau
tabloid), kelas ekonomipembacanya, peredarannya (lokal atau nasional),
penekanan isinya (ekonomi, kriminal, agama, atau politik dan umum) dan
Disamping itu pada dasarnya surat kabar tersebut mempunyai ciri‐
ciri dan keunggulan. Adapun ciri‐ciri dari surat kabar itu yaitu sebagai
berikut :
1. Publisitas
Yang dimaksud dengan publisitas (publicity)adalah penyebaran pada
publik atau khalayak. Karena diperuntukan, maka sifat surat kabar
adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari segi lembaranya jika surat
kabar mempunyai halaman yang binyak, isinya juga dengan
sendirinya pula akan memenuhi kepentingan khalayak yang lebih
banyak.
2. Periodesitas (periodicity)
Adalah ciri surat kabar yang kedua. Keteraturan terbitnya surat kabar
bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua
kali seminggu. Penerbitan lainnya seperti buku umpamanya, tidak
disebar secara periodik, tidak teratur, karena terbitnya satu kali.
Kalupun ada yang diterbitkan lebih dari satu kali, terbitnya itu tidak
teratur. Jadi terbitan seperti buku mempunyai khas periodesitas,
meskipun disebarkan kepada khalayak dan isinya menyangkut
kepentingan umum.
16
3. Heterogenitas
Yang dimaksud heterogenitas sebagai ciri ketiga surat kabar yaitu
bahwa surat kabar mempunyai segmentasi atau menjangkau /
menerpa semua khalayak dengan berbagai macam tingkat sosial,
ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
4. Universalitas
Yang dimaksud dengan universalitas (universality) sebagai ciri ketiga
surat kabar adalah kemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh
dunia. Sebuah penerbitan berkala yang isinya mengkhususkan dari
pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran,
arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk pada surat kabar.
Adalah benar bahwa berkala tersebut diperuntukkan khalayak terbit
secara periodik, tetapi ciri khas universalitas tidak ada, sebab lainnya
mengenai suatu aspek kehidupan saja.
5. Aktualitas
Aktualitas (actuality) sebagai ciri dari surat kabar adalah mengenai
berita yang disiarkannya. Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti
“kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua‐duanya sangat erat sekali
sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita
melaporkan harus benar. Tetapi yang dimaksudkan dengan aktualitas
sebagai ciri khas surat kabr adalah pertama, yakni kecepatan laporan,
tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita. Hal‐hal yang
disiarkan media cetak lainnya bisa saja mengandung kebenaran, tetapi
belum mengenai sesuatu yang baru terjadi. Pada kenyataannya,
memang isi surat kabar beraneka ragam, selain berita juga terdapat
artikel, cerita bersambung, cerita bergambar, teka‐teki dan lainnya
yang bukan merupakan laporan cepat. Kesemuannya itu sekedar
untuk menunjang upaya pembangkitan minat agar surat kabar
bersangkutan dibeli orang.
6. Terdokumentasi
Yang dimaksud terdokumentasi sebagai ciri surat kabar yang kelima
yaitu bahwa surat kabar dapat didokumentasikan atau disimpan. Dari
berbagai fakta yang disajikan di surat kabar dalam bentuk berita atau
artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak‐
pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping
(Effendy, 2003 : 91).
Keunggulan dari surat kabar, yaitu sebagai berikut :
1. Jangkauan distribusi ( surat kabar ) yang tidak terbatasi.
18
Secara mikro (surat kabar) dapat hadir diseluruh kota besar di
Indonesia dan memenuhi sasaran informasi secara general, yakni
khalayak yang memiliki.
Karena beragamnya media massa, media cetak (surat kabar)
sebagai media massa yang statis dan mengutamakan pesan‐pesan visual,
memiliki beberapa kelebihan yang dapat dipilih oleh khalayak sebagai
tempat pemenuhan kebutuhan. Media cetak surat kabar adalah suatu
dokumen atas segala hal yang dikatakan oleh orang lain dan rekaman
peristiwa yang dianggap oleh para jurnalis diubah dalam bentuk kata‐
kata, gambar, foto dan sebagainya, dengan kata lain pesan‐pesan dalam
media cetak adalah terdokumenter.
Fungsi surat kabar sebagai media massa menyebutkan pers sebagai
penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, melakukan kontrol sosial
yang konstruktif menyalurkan aspirasi mayarakat, meluaskan komunikasi
dan peran serta positif bagi masyarakat (Rachmat, 1993 : 217).
Sementara (Rachmadi. 1990 : 78) dalam perbandingan sistem pers
menunjukan empat fungsi pers, yaitu :
1. Fungsi Informasi
Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang aoa yang
2. Fungsi Mendidik
Bahwa fungsi surat kabar adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui informasi yang disampaikan dalam menunjang
pendidikan masyarakat. Akan ditemukan pada artikel ilmuwan, tajuk
rencana atau editorial dan rubrik opini.
3. Fungsi Hiburan
Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian komik, kartun
dan cerita‐cerita khusus.
4. Kekuatan umum media massa sebagai alat kontrol sosial terletak pada
fungsinya sebagai pengawas lingkungan disekitar masyarakat.
2.1.2 Pengertian Sikap
Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini
bukan perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap biasanya berupa
orang, situasi informasi, maupun kelompok (Sobur, 2003 : 361).
Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses
belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak
20
berbagai upaya (pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya) untuk
mengubah sikap seseorang ( Sobur, 2003 : 362 ).
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai
aspek‐aspek tertentu dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap
adalah evaluatif terhadap objek atau subjek yang memiliki konsekuensi
yakni bagaimana seseorang berhadap‐hadapan dengan objek sikap.
Tujuan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap seseorang, tetapi juga
oleh harapan lingkungan sosialnya terhadap perilakutersebut, norma‐
norma subjektif, serta kemampuannya untuk melakukan perilaku itu,
yakni penilaian perilaku sendiri (Van Den Ban dan Hawkins, 1999 : 106‐
107).
Pada hakikatnya, sikap adalah merupakan suatu interelasi dari
berbagi komponen, dimana komponen‐komponen tersebut ada tiga, yaitu
(Gito Sudarmo, 2000 : 24‐25) :
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau
informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang
objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang
evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau
tidak baik terhadap lingkunganya.
2. Komponen Afektif
Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang
berhubungan erat dengan nilai‐nilai kebudayaan dan sistem nilai yang
dimiliki.
3. Komponen Konatif
Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak
terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan,
menentang, melaksanakan dengan baik dan sebagainya.
Apabila dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting
adalah bagaimana suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh
komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan
tertentu pada komunikan. Dampak tersebut antara lain
(Rachmat, 2005 : 219) :
a. Dampak Kognitif
Adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan
seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan
22
ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan
atau informasi.
b. Dampak Afektif
Timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi
atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikatorbukan hanya sekedar
supaya komunikan tahu, tapi juga tergerak hatinya.
c. Dampak Konatif
Merujuk pada behavioralatau perilaku nyata yang dapat diamati, yang
meliputi pola‐pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.
Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang
dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam
tiga jenis, yaitu :
a. Respon positif jika seseorang menyatakan setuju
b. Respon negatif jika seseorang menyatakan tidak setuju
c. Respon netral jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang
sesuatu objek (Effendy, 1993 : 6‐7).
2.1.3 Pegawai Pemerintah Kota Surabaya
Surat kabar sebagai salah satu alat komunikasi memeliki ciri khas,
(simulation) dan serentak (instantaneous) (Effendy, 1993 : 313). Maka dalam
hal ini khalyak yang dimaksud adalah pembaca surat kabar. Pembaca
sebagai khalayak media massa merupakan komponen yang paling banyak
meminta perhatian, karena jumlahnya yang banyak serta sifatnya yang
heterogen dan banyak sekali jumlahnya, berasal dari semua lapisan sosial
dan kelompok demografis (Mc Quail, 1987 : 33).
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak
tertentusebagai penerima pesan yang disampaikan seraya menerima
setiap secara inderawi dan secara rohani. Yang dimaksudkan inderawi
disini adalah diterimanya suatu pesan yang jelas bagi indera mata,
sedangkan yang dimaksud dengan rohani ialah sebagaiterjemahan dari
bahasa asing. “Accepted”, yaitu diterimanya suatu pesan yang sesuai
dengan kerangka referensinya (Frame of reference), paduan dari usia,
agama, pendidikan, kebudayaan, dan nilai‐nilai kehidupan lainnya.
Kerangka referensi tertentu menimbulkan kepentingan dan minat
(Interest) tertentu (Effendy, 2003 : 315).
Dalam penelitian ini yang menjadi target adalah pegawai
pemerintah. Pegawai pemerintah merupakan dari bagian masyarakat
yang bekerja dibidang pemerintah atau yang biasa disebut dengan
24
mata pencahariannya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, baik laki‐laki
maupun perempuan, mulai dari umur dewasa hingga usia yang matang.
Masa kerja Pegawai Negeri Sipil hingga usia 56 tahun. Banyak masyarakat
yang memilih bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dikarenakan adanya
tunjangan hari tua, sehingga banyak dari masyarakat yang tergiur untuk
mendapatkan tunjangan hari tua.
2.1.4 Berita
Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrist yang dalam
bahasa inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau tidak terjadi.
Sebagian ada yang menyebutkan dengan Vrita yang dalam bahas
Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. Menurut bahasa Indonesia
karya W.J.S Poerwadarminto, “berita” berarti kabar atau warta,
sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,
arti berita diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian atau peristiwa
yang hangat”. Jadi berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa
yang terjadi (Djuroto, 2002 : 46).
Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya “reporting” memberikan
“News is the timely report of facts or opinion either interst or importance,
or both, to a considerable number of people” (1965 : 24). (berita adalah laporan
tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik
minat atau penting, atau kedua‐duanya, bagi sejumlah besar penduduk)
(Effendy, 1982 : 24).
Djafar H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini,
mendefinisikan berita dalam arti jurnalistik, sebagai berikut :
“Berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan
dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian
dapat menarik pembaca. Entah karena luar biasa karena penting atau
akibatnya karena mencakup segi‐segi human interest seperti humor, emosi,
dan ketegangan” (Assegaff, 1982 : 24 ).
Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat,
yaitu faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran
tinggal sedikit saja, yang kedua bahwa berita itu bisa menceritakan segala
aspek secara lengkap. Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa
besar atau penting terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengan
jadwalproduksi normal, serta menyukai pula peristiwa yang paling
mudah diliput dan dilaporkan serta mudah dikenal dan dipandang
26
Faktor yang berkaitan dengan aliran lain, adalah kedekatan media
terhadap peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak,
keinginan utnuk melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang
dipandang layak diberitakan keinginan adanya kesinambungan diantara
berbagai jenis berita (Mc. Quail, 1991 : 193).
Ditegaskan bahwa News Must Be Factual, maka ditarik kesimpulan
bahwa berita atau sesuatu dikatakan berita bila ada fakta, interest, dan
komunikan atau khalayak (Mc. Quail, 1991 : 120).
Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan
unsur‐unsur penting dalam berita antara lain :
1. Faktual
Isi berita harus merupakan suatu yang berdasrkan fakta, bukan fakta
yang dibuat‐buat. Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang
sebenarnya, jujur, tanpa parasangka, dan tidak mendramatisir.
2. Objektifitas
Apa yang dilihat dan didengar itulah yang akan ditulis seorang
wartawan menjadi sebuah tulisan yang berisi pemaparan dan
penguraian peristiwa atau pendapat. Suatu berita yang objektif tidak
dicampuri dengan sifat subjektifitas atau opini pribadi dan peliput
3. Nilai Berita
Suatu berita akan dianggap penting jika menyangkut kepentingan
orang banyak. Berita yang bernilai harus terdapat keterikatan dengan
kepentingan umum. Sebuah berita dianggap bernilai jika berita itu
merupakan kejadian atau peristiwa yang akan berpengaruh pada
kehidupan masyarakat yang luas, atau dinilai perlu diketahui dan
diinformasikan kepada khalayak seperti kebijakan baru pemerintah,
kenaikan harga, dan sebagainya.
4. Aktual
Jarak antara terjadinya peristiwa ataupun suatu pendapat saat
diucapkan dengan saat diturunkannya berita itu, hendaknya
secepatnya sebab jika terlewati beberapa hari saja terutama berita
peristiwa, maka nilai aktualitasnya sudah basi.
5. Menarik
Berita yang disajikan harus berisi peristiwa atau pendapat yang
memang menarik perhatian sebagianbesar pembaca. Biasanya berita
yang menarik adalah tentang sesuatu yang belum pernah terjadi.
Suatu berita dikatakan menarik apabila informasi yang disajikan
membangkitkan kekaguman, rasa lucu, atau humor atau informasi
28
2.1.5 Pemberitaan Diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Surabaya
No. 5 Tahun 2008 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan
Kawasan Terbatas Merokok (KTM)
Dalam hal ini pemberitaan tentang diberlakukanya Peraturan
Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) di harian Jawa Pos telah
diatur dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2003 tentang
pengamanan rokok bagi kesehatan, peraturan daerah kota Surabaya
nomor 4 tahun 2004 tentang penyidik pegawai negeri sipil daerah dan
undang‐undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Juga guna
meningkatkan kesehatan masyarakat Kota Surabaya, diperlukan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk senantiasa
membiasakan hidup sehat. Bahwa merokok dapat menyebabkan
terganggunya atau menurunnya kesehatan masyarakat bagi perokok
maupun yang bukan perokok. Bahwa dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, maka Pemerintah Daerah wajib
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Bahwa dalam rangka menghormati
hak‐hak perokok, maka perlu diatur pula ketentuan‐ketentuan mengenai
2.1.6 Teori S‐O‐R
Teori S‐O‐R awalnya berasal dari psikologi, karena adanya
kesamaan objek material dari psikologis sama maka teori ini menjadi
kajian teori ilmu komunikasi. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen‐komponen opini, sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.
Teori S‐0‐R sebagai singkatan dari Stimulus‐Organism‐Response ini
semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori
komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi
dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen‐komponen : sikap, opini perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi
(Effendy, 2003 : 254‐255).
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah
reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikasi jadi unsure‐unsur dalam model ini ( Effendy, 2003 : 254‐255 )
adalah :
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O)
30
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap
adalah Aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to
communicate, dalam hal ini how to change the attitude bagaimana mengubah
sikap komunikan.
Dalam proses perubahan sikap perubahan sikap tampak bahwa
sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar‐benar
melebihi semula.
Menurut Mar’at dalam Effendy ( 2003 : 254‐255 ), yang menyatakan
bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting,
(Effendy, 2003 : 254‐255 ) yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Teori S.O.R dapat digambarkan sebagai berikut :
Menurut gambar kerangka model di atas menunjukkan bahwa
stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan berupa isi pesan yang berisi himbauan pada para remaja
mengenai pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam
tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang
disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan
tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir
adalah kesediaan diri dari komunikan untuk mengubah sikap yang
menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003 : 256).
Pada penelitian ini, masyarakat yang menjadi objek dalam
penelitian ini berfungsi sebagai organisme yaitu pihak yang menerima
rangsangan atau stimulus dari surat kabar berupa pemberitaan tentang
32
Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM). Selanjutnya masyarakat akan memproses stimulus yang
diterimanya dan pada akhirnya akan memberikan respon atau tanggapan
atas pemberitaan tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota
Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan
Kawasan Terbatas Merokok (KTM).
2.1.7 Kerangka Berpikir
Penelitian yang dilakukan saat ini adalah meniliti mengenai sikap
pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada harian surat kabar Jawa
Pos. Adapun kerangka berpikirnya sebagai berikut :
Dengan tingkat penduduk yang semakin besar, semakin sulit
berkomunikasi secara interpersonal, dan secara tidak langsung peran
komunikasi massa sebagai sarana penyampaian informasi mengenai
diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok
Dan dalam penelitian ini, peneliti ingin meniliti tentang sikap
pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada harian surat kabar Jawa
Pos, karena stimuli yang ada dalam hal ini pesan akan diterima bila ada
perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi objek
dalam hal ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus
berikutnya akan terjadinya perubahan sikap oleh khalayak tersebut yang
dalam penelitian ini adalah pegawai pemerintah di Surabaya.
Teori S‐O‐R singkatan dari Stimulus‐Organism‐Response. Stimulus
sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator
dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang,
dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai
penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan
memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan
merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang
disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek sebagai akhir dalam
proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah
menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri
34
tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999 : 71), dan definisi dari
efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.
Untuk lebih jelasnya dapat diterapkan dalam bagan sebagai
berikut :
35
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan
indikator dari variabel penelitian. Pada penelitian sikap Pegawai
Pemerintah kota Surabaya terhadap pemberitaan Peraturan Daerah Kota
Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan
Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada harian surat kabar Jawa Pos
metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode
deskriptif yang bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi,
berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul dimasyarakat yang
menjadi objek penelitian itu, kemudian menarik kepermukaan sebagai
suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable
tertentu(Bungin, 2001;48).
36
3.1.1 Sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Tentang Pemberitaan
Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM) pada Harian Surat Kabar Jawa Pos
Sikap pegawai pemerintah kota Surabaya tentang diberlakukannya
peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan
Terbatas Merokok (KTM) pada harian surat kabar Jawa Pos dilihat dari
seluruh aspek sikap meliputi kognitif yaitu pengetahuan pegawai
pemerintah kota Surabaya tentang pemberitaan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada harian surat kabar
Jawa Pos sejauh mana para pegawai pemerintah kota Surabaya mengerti
informasi tentang pemberitaan tersebut. Pada aspek afektif yaitu
mengetahui bagaimana perasaan pegawai pemerintah kota Surabaya
tentang pemberitaan diberlakukannya peraturan daerah tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) pada harian
surat kabar Jawa Pos apakah senang atau tidak senang. Sedangkan aspek
konatif adalah sejauh mana pegawai pemerintah kota Surabaya mau
mentaati dan mematuhi peraturan tersebut. Sehingga pada akhir
penelitian didapatkan hasil akhir berupa penelitian dari keseluruhan
Adapun sikap masyarakat Surabaya dapat dibedakan dalam tiga
hal, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan
masyarakat menganai pemberitaan diberlakukannya peraturan daerah
tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok
(KTM) pada harian surat kabar Jawa Pos. Pengetahuan seseorang
didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat pendidikan
seseorang tinggi maka seseorang akan mudah untuk memahami suatu
informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan
tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini
tentang pemberitaan adanya peraturan daerah yang baru yang
disahkan oleh Walikota dan DPRD Kota Surabaya yaitu peraturan
daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas
Merokok (KTM) Komponen afektif dibentuk oleh perasaan terhadap
objek. Komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari
masyarakat Surabaya tentang pemberitaan peraturan daerah tentang
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM).
Misalnya, seperti perasaan suka atau tidak suka terhadap pemberitaan