• Tidak ada hasil yang ditemukan

FASILITATOR KUMPULAN MODUL PELATIHAN DASAR FASILITATOR PROGRAM NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FASILITATOR KUMPULAN MODUL PELATIHAN DASAR FASILITATOR PROGRAM NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN"

Copied!
376
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

PELATIHAN DASAR FASILITATOR

KUMPULAN MODUL

(2)
(3)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 1

Modul 1

Topik: Mitra Belajar

1. Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan 2. Peserta mampu menciptakan keakraban

Kegiatan 1: Permainan perkenalan Kegiatan 2: Mengisi Biodata

1 Jpl ( 45 ’)

Bahan Bacaan:

1. Jenis – Jenis Permainan perkenalan 2. Biodata peserta

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart • Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

(4)

2 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Permainan Perkenalan

Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai pelatihan ini dengan perkenalan peserta. Sebelum kegiatan ini dimulai, pemandu kelas harus sudah memilih cara perkenalan yang akan digunakan. Cara perkenalan yang dipilih sebaiknya menjadi proses awal membangun dinamika kelas. Jika menggunakan permainan sebagai cara untuk melakukan perkenalan, siapkan peralatan yang akan digunakan untuk kegiatan tersebut. Seluruh peserta (pemandu kelas, wakil pemandu, panitia, dll) di dalam kelas ikut serta dalam permainan perkenalan ini. Contoh jenis-jenis perkenalan dapat dilihat pada Bahan Bacaan : Metoda Permainan.

Mengisi Bio data

1) Bagikan formulir bio data dan name tag kepada seluruh peserta. Data yang di minta dapat disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggara pelatihan.

2) Minta peserta untuk mengisi formulir tersebut dan tanda pengenal (name tag) yang telah dibagi dgn nama panggilan dgn tulisan yg cukup besar dan jelas dibaca.

3) Kumpulkan formulir setelah selesai diisi oleh seluruh peserta.

4) Minta peserta untuk menggunakan identitas / tanda pengenal (name tag). 5) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.

(5)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 3

Perkenalan

Siapa Dia ?

Petunjuk :

• Minta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran

• Minta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ), missal :Nama saya Retno, fasilitator PNPM .Nama saya Rachman, Relawan

• Mintalah peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri, misal : teman saya Retno, fasilitator, saya Mika, guru sekolah

• Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya.

• Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : ‘siapa nama anda?’ atau ‘siapa nama anda dan apa yang anda katakan tadi ?’

(6)

4 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Perkenalan

Kisah Angka Angka

Permainan ini dipakai agar peserta mengenal satu sama lain dengan cara santai dan menghapuskan kekakuan.

Langkah langkah :

• Mintalah seluruh peserta berhitung dari nomor 1 dan seterusnya sampai selesai ( habis) • Minta setiap peserta mengingat nomor urutnya masing-masing dengan baik, jika perlu

lakukan pengujian dengan menyebut secara acak beberapa angka dan minta peserta yang disebut nomornya utntuk menyahut ‘ya’!, atau tunjuk beberapa orang peserta secara acak dan tanyakan nomor urut berapa dia .

• Tegaskan sekali lagi apakah mereka benar – benar mengingat nomor urutnya masing – masing.

• Setelah yakin, jelaskan bahwa anda akan menyampaikan suatu berita atau suatu cerita tertentu di mana dalam sepanjang cerita itu akan disebut sejumlah angka – angka. Peserta yang disebut angka atau nomor urutnya diminta segera berdiri dan langsung meneriakkan namanya keras – keras kepada seluruh peserta lain. Jika terlambat 3 detik, peserta dikenakan hukuman ramai – ramai oleh peserta lain. Hukuman berupa hal – hal yang menghibur dan membuat akrab peserta.

• Tanyakan kepada peserta apakah mereka paham peraturan tersebut ?, jika perlu ulangi sekali lagi dan berikan contoh.

• Mulai bercerita, misalnya : saudara – saudara, latihan ini sebenarnya sudah direncanakan sejak 5 bulan yang lalu, tapi karena beberapa hal, barulah 3 bulan yang lalu ada kejelasan dan kemudian dipersiapkan oleh 8 orang panitia ……….. dst. Atau cerita lain yang anda karang sendiri pada saat itu ( yang penting, dalam cerita itu ada disebutkan angka – angka nomor urut peserta setiap satu kalimat atau setiap selang satu menit ).

• Lakukan sampai separuh peserta tersebut nomornya atau seluruhnya (bergantung kepada kecepatan anda dan peserta dan sesuai dengan waktu yang tersedia)

• Lakukan diskusi dengan peserta tentang apa makna permainan ini dan dapat digunakan untuk apa saja dalam kegiatan latihan, termasuk perasaan – persaan peserta sendiri.

(7)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 5

Perkenalan

Mencari Jodoh

Petunjuk :

• Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diberikan , misal : Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus disediakan 10 kalimat.

• Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas , misal untuk kalimat tadi satu kertas berisi kalimat Bersama Membangun dan satu kertas berisi kata Kepedulian.

• Gulunglah kedua kertas yang berisi tulisan tadi.

• Bagikan kertas – kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah peserta (apabila peserta ganjil, satu orang berpasangan dengan pemandu sendiri )

• Minta peserta untuk membuka gulungan kertas masing – masing dan membaca isinya yaitu sepotong kalimat yang belum lengkap.

• Minta peserta untuk mencari pasangannya masing – masing agar kalimat itu menjadi lengkap.

• Minta setiap pasangan berkenalan dan mendiskusikan arti kalimat tersebut.

• Minta peserta berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan memperkenalkan pasangannya dan menyampaikan arti kalimat kepada peserta yang lain.

(8)

6 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Perkenalan

Berdirilah Jika …………

Petunjuk :

• Minta semua peserta untuk duduk membentuk lingkaran, lalu pemandu berdiri di tengah. • Jalaskan kepada peserta bentuk permainannya, yaitu setiap pemandu mengucapkan kalimat ,

peserta mengucapkan kalimat, peserta diminta berdiri apabila kalimat itu sesuai dengan dirinya; misal : “ Keluarga saya adalah keluarga pedagang….. “; “ Saya seorang perempuan yang berani bicara di depan publik……. “ dsb.

• Ucapkan kalimat – kalimat yang relevan dengan keadaan peserta ( jangan sampai ada peserta yang tidak pernah berdiri), contoh – contoh kalimat misalnya :

ü Saya adalah petugas lapangan ü Saya lahir di pedesaan

ü Saya lahir di kota besar

ü Saya memiliki hobby membaca, dsb

• Setelah selesai, minta seluruh peserta untuk memperkenalkan nama, asal, dan hal lain yang berkenaan dengan dirinya secara singkat.

(9)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 7

Modul 2

Topik: Orientasi Belajar

Peserta memahami 1. Tujuan Pelatihan

2. Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan

Kegiatan 1: Penjelasan harapan dan rangkaian pelatihan Kegiatan 2: Penjelasan Garis Besar Program Pembelajaran

1 Jpl ( 45 ’)

Bahan Bacaan:

1. Harapan dan Rangkaian Pelatihan 2. Kurikulum Pelatihan

• Kertas Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD

(10)

8 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Penjelasan Harapan dan Rangkaian Pelatihan

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul Orientasi Belajar yang terdiri dari dua kegiatan belajar. Jelaskan tujuan dari modul ini.

2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan 1 yaitu Penjelasan mengenai Harapan dan Rangkaian Pelatihan dan gunakan Bahan Bacaan - Harapan dan Rangkaian Pelatihan yg telah disediakan panitia.

3) Setelah selesai lanjutkan ke kegiatan 2.

Penjelasan Garis Besar Program Pembelajaran

1) Jelaskan bahwa kita melanjutkan modul ini dengan kegiatan kedua yaitu Penjelasan Kurikulum Pelatihan Dasar Fasilitator

2) Buka kesempatan tanya jawab untuk kedua kegiatan ini. 3) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.

(11)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 9

Harapan Dan Rangkaian Pelatihan Fasilitator

Latar Belakang

Masalah kemiskinan telah menjadi masalah serius di Indonesia, terutama setelah krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997. Jumlah penduduk miskin tahun 1976 sebesar 54,2 juta jiwa (40,1%) yang berhasil diturunkan menjadi 22,5 juta jiwa (11,3%) pada tahun 1996, meningkat tajam menjadi 49,5 juta jiwa (24,23%) pada tahun 1997. Ini artinya, krisis ekonomi menyebabkan 27 juta jiwa penduduk Indonesia jatuh miskin.

Dalam upaya menanggulangi kemiskinan tersebut Pemerintah Indonesia meluncurkan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 dan kemudian diadopsi menjadi pendekatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri , dan P2KP menjalankan pendampingan di lokasi perkotaan sehingga nama P2KP berganti menjadi PNPM Mandiri Perkotaan.. Program ini merupakan program yang menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui penyadaran kritis para pelaku pembangunan agar mampu menjadi pelaku nilai. Pendekatan pemberdayaan ini juga dilakukan melalui pengorganisasian masyarakat dan pembangunan lembaga kepemimpinan kolektif yang benar-benar mampu menjadi ujung tombak perjuangan rakyat miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka. Dalam upaya ini, titik berat upaya pemberdayaan tersebut diletakkan di pundak para fasilitator yang diharapkan mampu berperan sebagai pelopor perubahan di masyarakat (change agent) dalam rangka menciptakan fasilitator pembangunan tersebut maka berbagai pelatihan dilakukan.

Secara keseluruhan jenis-jenis pelatihan bagi fasilitator dalam rangka pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut :

a) Pelatihan Dasar , untuk fasilitator yang bertugas di kelurahan baru

b) Pelatihan Madya, untuk fasilitator yang bertugas pada lokasi pendampingan tahap kedua c) Pelatihan Utama, untuk fasilitator yang bertugas pada lokasi pendampingan tahap ketiga. Masing – masing terdiri dari beberapa paket – paket pelatihan

Tujuan Umum

a) Tercapai kesamaan pandang dan keyakinan antar fasilitator terhadap paradigma, pendekatan, konsep dan mekanisme PNPM Mandiir Perkotaan

b) Tersedianya Fasilitator yang memahami, meyakini dan mampu melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan secara kritis.

(12)

10 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Uraian Pelatihan Dasar

Pelatihan Dasar

Pelatihan yang diselenggarakan sebelum Fasilitator dimobilisasi di kelurahan/desa sasaran, pelatihan ini sekaligus merupakan salah satu rangkaian kegiatan rekrutmen Fasilitator. Titik berat pelatihan ini menekankan pada penyadaran kritis ( Awareness Training ) mengenai kemiskinan dan konsep PNPM Mandiri Perkotaan sebagai upaya pemecahan persoalan serta peran Fasilitator sebagai pelopor perubahan (change agent) di masyarakat. Waktu penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan selama 14 hari efektif.

Tujuan

a) Tercapai kesamaan pandang fasilitator terhadap paradigma, pendekatan, konsep dan mekanisme PNPM Mandiri Perkotaan

b) Terciptanya fasilitator yang memahami dan meyakini paradigma, pendekatan, konsep dan mekanisme PNPM Mandiri Perkotaan sebagai alternatif jawaban terhadap persoalan kemiskinan

c) Fasilitator memahami tugas, fungsi dan perannya dalam penanggulangan kemiskinan d) Fasilitator siap melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan

Keluaran yang diharapkan :

§ Tersedianya fasilitator yang mempunyai kesadaran kritis terhadap kemiskinan.

§ Tersedianya Fasilitator yang memahami, meyakini dan mempunyai kesadaran kritis terhadap Konsep PNPM Mandiri Perkotaan

(13)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 11

Hubungan antara Pokok Bahasan dan Tujuan Pembelajaran

PELATIHAN DASAR/PRA TUGAS Pokok Bahasan

Ranah Belajar

Pengetahuan Penyadaran

kritis (Sikap ) Keterampilan

Tantangan Penanggulangan

Kemiskinan • •

Kebijakan Nangkis , IPM,MDG’s •

Konsep PNPM Mandiri Perkotaan • •

Pemberdayaan Masyarakat • •

Pembangunan Partisipatif • •

Mengenal Fasilitator Perubahan • • Siklus PNPM Mandiri Perkotaan • •

Teknik Fasilitasi • • •

Komunikasi dan Sosialisasi • • •

Strategi Pengembangan Kapasitas • •

Pemetaan Sosial • • •

Sosialisasi awal • • •

RKM • • •

Refleksi kemiskinan • • •

Mengelola Pelatihan Partisipatif • • •

Pemetaan swadaya • • •

Pembangunan BKM • • •

Pengembangan KSM • • •

PJM Pronangkis • • •

BLM • •

Transparansi dan Akutabilitas • • •

Monev Partisipatif • • •

(14)

12 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR A. PELATIHAN DASAR FASILITATOR

Kapasitas yang harus dimiliki :

• Mensosialisasikan Program PNPM

• Mengkomunikasikan & mentrasform nilai-nilai universal & sosial kemasyarakatan –pemberdayaan • Menjalankan peran, tugas pokok dan fungsi faskel

• Melakukan proses pengorganisasian masyarakat dengan prinsip partisipatif • Memfasilitasi setiap tahapan kegiatan siklus

• Mengelola program-program pelatihan, pengembangan kapasitas & komunikasi di masyarakat & komponen pelaku lainnya di kelurahan

• Memfasilitasi proses pencairan & pemanfaatan BLM

Tujuan Umum Pelatihan :

• Memperkenalkan Konsep dasar PNPM dan siklus PNPM Mandiri Perkotaan

• Perkenalan konsep dan penerapan kelembagaan komunitas, CDD dan pemberdayaan masyarakat • Merubah paradigma dan sikap perilaku dalam pembangunan, penanggulangan kemiskinan dan

agen pembangunan

• Memperkenalkan fungsi dan peran pelaku dalam program dan pembangunan

Tema

Topik

Tujuan

JPL

Belajar

Bersama

Mitra Belajar

• Saling mengenal, saling

memahami dan menghargai

perbedaan

• Peserta mampu menciptakan

keakraban

1 JPL

Orientasi Belajar

• Peserta memahami tujuan

Pelatihan

• Peserta memahami Apa yang

akan diperoleh dan bagaimana

pelatihan akan dilakukan

1 JPL

(15)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 13

Tema

Topik

Tujuan

JPL

kesepakatan bersama

Tantangan

Paradigma

Pembangunan

• Perubahan pola pikir peserta

terhadap paradigma

pembangunan yang tadinya

hanya berbasis ekonomi kepada

pembangunan manusia

• Pemahamam terhadap penyebab

kemiskinan yang berakar pada

sikap dan perilaku

3 JPL

Anatomi

Kemiskinan

Pemahamam terhadap penyebab

kemiskinan yang berakar pada sikap

dan perilaku

3 JPL

Konsep Dasar

Gender

• Peserta memahami konsepsi dasar mengenai gender

Peserta memahami implikasi yang dapat terjadi sebagai akibat perbedaan Gender di masyarakat

3 JPL

Gender dalam

penanggulangan

kemiskinan

• Peserta memahami bentuk-bentuk ketidak adilan gender/isu gender

• Peserta memahami akar penyebab kemiskinan yang berbasis gender

• Meningkatkan kesadaran terhadap kaitan gender dengan kemiskinan

2 JPL

Konsep PNPM

Mandiri

Perkotaan

PNPM Mandiri

Perkotaan dan

Kemiskinan

• Pemahaman bahwa PNPMP

dikembangkan untuk menjawab

tantangan masalah kemiskinan .

• Penyadaran bahwa

penanggulangan kemiskinan

harus dimulai dari perubahan

sikap dan perilaku.

2 JPL

Strategi

Intervensi PNPM

Mandiri

Perktoaan

Pemahaman dan kesadaran

terhadap transformasi sosial dari

masyarakat tidak berdaya menjadi

masyarakat mandiri serta strategi

intervensi untuk mencapai

transformasi yang diharapkan.

(16)

14 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Tema

Topik

Tujuan

JPL

PNPM Mandiri

Perkotaansebag

ai proses

pembelajaran

kritis

Pemahaman dan kesadaran bahwa

PNPMM Perkotaan merupakan

sarana pembelajaran masyarakat

untuk mengawali penanggulangan

kemiskinan berbasis nilai – nilai

kemanusiaan

3 JPL

Pemberdayaa

n

Pemberdayaan

Sejati

• Pemahaman dan kesadaran

terhadap makna pemberdayaan

dan pembangunan manusia

• Menumbuhkan motivasi untuk

bersikap dan berperilaku sebagai

manusia yang sejati.

3 JPL

Kepemimpinan

Masyarakat

Manusia

Pemahaman dan kesadaran

terhadap ciri khas pemimpin

masyarakat manusia yang

berbasiskan nilai – nilai

(seorang manusia sejati sesuai

dengan martabatnya sebagai mahluk

ciptaan yang paling luhur)

3 JPL

Pengorganisasia

n Masyarakat

Pemahaman terhadap proses dan

prinsip pengorganisasian

masyarakat.

sebagai proses penyadaran kritis

masyarakat yang dilakukan dalam

proses tahapan siklus PNPMMP

3 JPL

Pembanguna

n Partisipatif

Partisipasi,

Pemberdayaan

dan Demokrasi

• Pemahaman terhadap

ppartsisipasi, pemberdayaan dan

demokrasi serta keterkaitannya.

• Motivasi untuk menerapkan ketiga

unsur tersebut dalam pelaksanaan

PNPMMP

2 JPL

Metodologi

Pembangunan

Partisipatif

Pemahaman mengenai metodologi

dan teknik yang digunakan dalam

proses pembangunan partisipatif

2 JPL

Mengenal

Fasilitator

Pembanguna

n

Citra diri

Fasilitator

Pemahaman dan penyadaran bahwa

memberdayakan masyarakat adalah

kewajiban seorang manusia bukan

semata – mata karena pekerjaan.

3 JPL

Tugas & fungsi

Fasilitator

Pemahaman dan penyadaran akan

tugas, fungsi dan kemampuan yang

harus dimiliki oleh fasilitator .

(17)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 15

Tema

Topik

Tujuan

JPL

Etika Fasilitator

Pemahaman dan kesadaran

mengenai pa yang boleh dan tidak

boleh dilakukan oleh fasilitator

2 JPL

Pedoman

PNPM MP

Pembahasan

Pedoman

Pelaksanaan

PNPM MP

Pemahaman mengenai substansi

dan mekanisme pelaksanaan PNPM

Mandiri Perkotaan

Mampu menerapkan di wilayah

dampingan

3 JPL

Teknik

Fasilitasi

Pendidikan

Orang Dewasa

Memahami dan meyakini metode

pendidikan yang dipakai untuk

pemberdayaan

2 JPL

Dasar – dasar

Komunikasi

Memahami konsep dan mempunyai

kemampuan berkomunikasi dengan

kelompok sasaran

2 JPL

Pelaksanan

siklus PNPM

MP

RPK (Repleksi

Perkara Kritis)

Mempunyai kemampuan dalam

memfasilitasi proses RPK

3 JPL

Pemetaan

Swadaya

Mempunyai kemampuan dalam

memfasilitasi proses Pemetaan Swadaya

4 JPL

Pembangunan

BKM

Mempunyai kemampuan dalam

memfasilitasi proses Pembangunan BKM

3 JPL

PJM Pronangkis

Mempunyai kemampuan dalam

memfasilitasi proses PJM Pronangkis

3 JPL

BLM

Pencairan dan

pemanfaatan

BLM

• peserta memahami substansi BLM

• peserta memahami mekanisme

pencairan dan pemanfaatan BLM

3 JPL

PPM

Pengelolaan

Pengaduan

Masyarakat

• Memahami prinsip dan mekanisme

penanganan pengaduan

masyarakat

• Mampu memotivasi masyarakat

agar menjalankan fungsi PPM

3 JPL

(18)

16 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Modul 3

Topik: Kontrak Belajar

Peserta mampu :

1. Merumuskan harapan bersama terhadap pelatihan 2. Memahami hubungan antara harapan dan silabus 3. Membangun kesepakatan untuk mencapai harapan 4. Membangun kesepakatan tata tertib pelatihan

Kegiatan 1: Curah pendapat dan diskusi harapan bersama Kegiatan 2: Penyepakatan mekanisme belajar

1 Jpl ( 45 ’)

Bahan Bacaan:

1. Ancangan Tata Ruang Kelas 2. Membangun Suasana Belajar 3. Pengelaman Memfasilitasi 4. Identifikasi Kebutuhan Peserta

(19)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 17

5. Evaluasi

• Kerta Plano • Metaplan

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Curah Pendapat dan Diskusi: Harapan Bersama

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul Kontrak Belajar yang terdiri dari dua kegiatan. Jelaskan tujuan dari modul ini. 2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan pertama yaitu Diskusi mengenai

Harapan Peserta. Bagikan LK-Kontrak Belajar kepada seluruh peserta. Minta peserta untuk menuliskan harapan mengenai pelatihan yang akan mereka ikuti selama 4 hari pada Formulir Kontrak Belajar tersebut. Sebelum peserta menulis, berikan informasi bahwa peserta harus menulis di formulir yg telah dibagi hal-hal sebagai berikut:

o Alasan mengapa mengikuti pelatihan. Alasan ini dapat saja datang dari luar berupa perintah/penugasan, atau ingin tahu, dsb.

o Motivasi yang mendorong peserta mengikuti pelatihan. Motivasi ini merupakan dorongan dari dalam, misalnya; meskipun karena diperintah dapat saja motivasinya mengikuti sekedar menjalankan perintah/sekedar bebas dari tugas rutin/ingin meningkatkan pengetahuan. o Harapan peserta mengikuti pelatihan ini. Harapan ini tentu saja terkait dengan motivasi

peserta kalau yang motivasinya hanya sekedar menjalankan perintah harapannya tentu saja dapat melapor dgn menunjukan semua bahan maka yg dikumpulkan lebih fisik, yang ingin bebas dari tugas rutin tentu tdk punya harapan, yang meningkatkan pengetahuan tentu harapannya materi yang diberikan benar-benar bermanfaat dan cukup jelas untuk dicerna, dsb.

3) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok dan minta tiap kelompok menyimpulkan harapan kelompok bukan lagi harapan individu.

4) Ajak 1 kelompok menyajikan hasil kelompok dan kemudian minta kelompok lain melengkapi sehingga terjadi harapan kelas.

(20)

18 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

5) Diskusikan hasil harapan kelas tersebut dan kaitkan dengan garis besar program pembelajaran. 6) Bangun kesepakatan dengan seluruh peserta untuk bertekad bersama-sama mengikuti pelatihan

guna mencapai harapan-harapan yang sudah didiskusikan sebelumnya. 7) Minta peserta untuk memberikan kesimpulan untuk kegiatan modul ini. 8) Setelah selesai lanjutkan ke kegiatan 2.

Penyepakatan Mekanisme Belajar

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita punya harapan bersama yang dirumuskan di Kegiatan 1. Diperlukan kesepakatan bersama untuk mencapai harapan tersebut selama pelatihan ini. Kesepakatan bersama tersebut merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan merupakan aturan main bersama termasuk tata tertib agar dapat tercapai harapan bersama, yang harus ditaati oleh seluruh peserta dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan.

2) Diskusikan dengan peserta hal-hal apa saja yang harus disepakati untuk diatur bersama untuk menjaga proses pelatihan tersebut.

3) Tuliskan semua hal yang disepakati dan tata tertib yang telah disepakati tersebut pada kertas plano dan tempelkan di dinding di tempat semua peserta dapat melihat. Bangun kesepakatan bahwa aturan main dan tata tertib tersebut bersifat mengikat semua pihak di kelas tersebut selama pelatihan.

4) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.

(21)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 19

Ancangan Tata Ruang Kelas

Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tak satupun susunan ideal, namun terdapat beberapa pilihan yang dapat dipilih. Dekorasi interior dari belajar aktif adalah menyenangkan dan menantang (khususnya jika meubeler kurang ideal). Dalam beberapa hal, meubeler dapat dengan mudah diatur untuk membentuk susunan yang berbeda-beda meskipun meja kursi tradisional dapat dikelompokkan bersama-sama untuk membentuk susunan bujursangkar atau yang lainnya. Jika anda memilih untuk melakukan begitu, suruhlah peserta didik membantu memindahkan meja dan kursi. Itu menjadikan mereka “aktif” juga.

Kebanyakan layout yang dideskripsikan disini tidak dimaksudkan menjadi susunan yang permanen. Jika meubeler anda dapat dengan mudah dipindah-pindah, sangat mungkin, menggunakan beberapa lay out ini sesuai yang anda inginkan. Anda juga akan mendapatkan saran-saran tentang bagaimana menggunakan sekalipun lingkungan ruang kelas yang paling tradisional untuk belajar aktif.

1. Huruf U :

Ini merupakan susunan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik memiliki permukaan untuk menulis dan membaca, para peserta didik dapat melihat anda dan atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Ini juga mudah untuk memasangkan mereka, terutama ketika terdapat dua tempat duduk yang setiap meja. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena anda dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.

Anda dapat menyusun meja dan kursi dalam huruf U :

§ Sediakan ruangan yang cukup antara satu tempat duduk dengan yang lain sehingga kelompok kecil yang terdiri tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah.

§ Anda dapat juga menyusun meja dan kursi seperti meja oblong dalam huruf U yang kelihatan seperti setengah lingkaran.

2. Corak Tim L:

Mengelompokkan meja-meja setengan lingkaran atau oblong di ruang kelas agar memungkinkan anda untuk melakukan interaksi tim. Anda dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika anda melakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat anda, papan tulis atau layar. Atau anda dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada siswa yang membelakangi papan tulis.

(22)

20 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 3. Meja Konferensi

§ Ini terbaik jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi pentingnya pengajar dan menambahkan pentingnya peserta didik. Susunan ini dapat membentuk perasaan formal jika pengajar ada pada ujung meja.

§ Jika pengajar duduk ditengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa tertutup.

§ Anda dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan beberapa meja kecil (ditengahnya biasanya kosong).

4. Lingkaran

§ Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil.

§ Jika anda menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, gunakan susunan peripheral. Suruhlah mereka memutar kursi-kursinya melingkar ketika anda menginginkan diskusi kelompok.

5. Kelompok untuk kelompok :

§ Susunan ini memungkinkan anda melakukan diskusi fishbowl (mangkok ikan) atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi aktifitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri dari dua konsentrasi lingkaran kursi. Atau anda dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.

6. Workstation :

§ Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemontrasikan. Tempat berhadapan mendorong partner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama.

7. Breakout groupings :

§ Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga.

8. Susunan Chevron :

§ Sebuah susunan ruang kelas tradisonal tidak melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong, barangkali perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan

V

mengurangi jarak antara para

(23)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 21

peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain daripada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah.

9. Kelas Tradisional :

§ Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, cobalah mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan penggunaan teman belajar. Cobalah membuat nomor genap dari baris-baris dan ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya.

10. Auditorium

§ Meskipun auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun masih ada harapan. Jika tempat duduk – tempat duduk itu dapat dengan mudah dipindah-pindah, tempatkan mereka dalam sebuah arc (bagian lingkaran) untuk membentuk hubungan lebih erat dan visibilitas peserta didik.

(24)

22 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Membangun Suasana Belajar

Satu hal penting tetapi justru sering dilupakan, terlalu sering disepelekan, dianggap bukan materi pokok pelatihan, adalah pentingnya persiapan awal sebelum pelatihan dilaksanakan. Padahal sebenarnya, bagian ini merupakan bagian yang sangat menentukan kelancaran suatu proses pelatihan yang dirancang berdasarkan asas- asas pendidikan kritis seperti yang memungkinkan terjadinya interaksi terbuka, spontan, jujur antar para peserta dengan fasilitator serta panitia teknis penyelenggaraan pelatihan. Tanpa interaksi semacam itu sulit mengharapkan terjadinya komunikasi dialogis dan kritis yang justru menjadi asas pelatihan ini.

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kepribadiaan – lah memang yang merupakan hambatan terbesar bagi penciptaan suasana yang hangat, spontan, terbuka, jujur. Kecenderungan kuat untuk menonjolkan diri atau selalu merujuk diri sendiri (self-centerd, selfish) adalah bentuk sikap dan perilaku yang paling jelas-jelas merupakan faktor penghambat yang serius. Tetapi sebaliknya kecenderungan yang terlalu menutup diri, malu, sungkan, dan kebiasaan sejenisnya juga merupakan penghambat yang tak kalah seriusnya. Dua bentuk sikap atau perilaku yang bertentangan itu sebenarnya sama – sama tidak mendukung penciptaan suasana yang diinginkan. Tidak ada jalan lain kecuali harus mencairkan kecenderungan yang mengarah kepada kebekuan suasana itu, yakni dengan cara yang dikenal dalam pelatihan sebagai ice breaker.

Ada seribu atau bahkan sejuta cara ‘ice breaker’ yang pernah dikenal selama ini yang bentuknya bisa sangat beragam, mulai dari teka teki, cerita – cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh, sampai permainan – permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan pikiran. Namun apapun bentuknya suatu ‘ice breaker’ yang baik adalah :

• Sedapat mungkin melibatkan semua peserta tanpa kecuali, jangan sampai ada yang hanya menjadi penonton saja, lebih baik lagi kalau gagasan-gagasannya justru berasal dari peserta sendiri.

• Sedapat mungkin melibatkan semua panca indera setiap orang, karena itu yang mengandung unsur adanya gerakan – gerakan tubuh dan suara lebih disarankan.

• Sedapat mungkin menciptakan keharusan berinteraksi antar semua orang, karena itu disarankan bentuk – bentuk permainan yang mengandung unsur – unsure perlomabaan atau persaingan.

• Sedapat mungkin mengandung unsur – unsur kejutan (surprise), misalnya sesuatu yang baru dikenal atau tidak disangka – sangka sebelumnya, bukan sesuatu yang sudah terlalu umum dan biasa atau sudah dikenal baik selama ini, tetapi jangan yang terlalu banyak mengandung idiom – idiom asing sehingga malah tidak dipahami oleh sebagian besar peserta.

(25)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 23

• Sedapat mungkin mengandung unsur – unsur kegembiraan (enjoyable) atau kelucuan yang menghilangkan rasa tegang atau bosan.

• Sedapat mungkin ringkas dan padat, menurut pengalaman, yang baik adalah sekitar 5 – 10 menit saja atau paling lama 15 menit – dan tidak berbelit-belit cara melakukannya. Kalau waktu yang tersedia cukup lama, maka harus dilakukan dengan tempo tinggi (cepat) dan dengan bentuk kegiatan beragam (tidak hanya satu jenis saja sampai membosankan).

• Sedapat mungkin memang ada kaitannya dengan pokok bahasan ata materi/topik yang sedang dibicarakan/dibahas pada waktu itu. Misalnya saja jika materi sessi saat itu adalah membahas masalah kepemimpinan yang demokratis, maka ‘ice breaker’ yang perlu dikembangkan adalah membahas masalah kepemimpinan juga. Oleh karena itu setiap ‘ice breaker’ juga harus diproses dalam daur belajar sehingga dapat diambil pelajaran bersama.

Acara perkenalan di awal pelatihan adalah salah satu waktu terbaik dan merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan ‘ice breaker’ dalam rangka menciptakan suasana pelatihan yang terbuka, hangat, spontan dan jujur, tetap serius tapi santai. Acara ini penting, karena suasana yang diciptakan akan banyak mempengaruhi suasana pada kegiatan dan hari – hari berikutnya. Karena itu, usahakan acara perkenalan dilakukan dalam bentuk kegiatan yang mencairkan kebekuan yang kreatif dengan kaidah-kaidah asas di atas tadi. Hindari acara-acara berkenalan yang sudah lazim selama ini (misalnya, tiap orang berdiri dan memperkenalkan dirinya masing-masing). Juga lebih baik hindari memperkenalkan hal-hal yang sudah biasa dan tidak terlalu menarik lagi (misal : asal daerah, hobi, status marital, dll). Mengapa tidak memperkenalkan pandangan – pandangan pribadi tentang suat hal yang berkaitan dengan tema pelatihan (hanya usahakan setiap orang tidak mengemukakan pandangannya dalam retorika berkepanjangan).

Agar tidak terlalu berkepanjangandan semakin membuat bingung saja, sebaiknya kita berikan satu contoh cara perkenalan sekaligus suatu bentuk ‘ice breaker’ untuk membentuk suasana awal pelatihan yang nisbi lebih terbuka dan spontan.

(26)

24 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Evaluasi

Segera lakukan evaluasi dan refleksi sebagai kritik, karena proses ini juga merupakan bagian belajar dari pengalaman. Jika anda menunda, anda akan melupakan dan banyak yang bisa dipetik manfaatnya jadi hilang. Anda dapat belajar melalui refleksi diri sendiri atau bertanya pada peserta dengan kritik.

Adaptasi kebiasaan yang utama untuk membuat catatan pada pekerjaan anda serta kemungkinan anda dapat belajar dari diri anda sendiri dan memperbaiki untuk waktu yang akan datang. Menganalisa suatu hal dan poin yang dianggap masih kurang atau lemah dengan memeriksa tiap-tiap tahap latihan. Agar ada perbaikan di waktu yang akan datang. Bagaimana ketepatan waktu dapat dijaga? Apakah anda dapat mengakomodir kepentingan peserta ?

Fokus utama kelemahan pilihan anda dari pekerjaan anda. Hal ini merupakan kesalahan yang paling banyak kita pelajari. Mengapa beberapa bagian tidak dapat bekerja dengan baik? Apakah pilihan ukuran atau substansi telah dibantu ? Apakah anda merespon keperluan peserta? Apakah ada kondisi yang ganjil atau faktor lain yang dilibatkan ? Berpikir dengan hati-hati secara detail, anda mendengar dari peserta dan mendengarkan umpan balik, sekarang anda dapat belajar dari mereka bagaimana mengerjakan suatu pekerjaan dengan lebih baik di waktu yang akan datang ?

Buatlah garis tentang sesuatu yang anda ketahui, tetapi anda tidak dapat mengerjakan dengan baik. Hal ini tidak mudah. Untuk banyak orang, lebih mudah untuk dibujuk dengan memfokuskan hanya pada yang ditinggalkan. Seperti anda, contoh :

• Meyakinkan bahwa anda tidak marah pada diri sendiri • Berbicara terlalu banyak

• Memberikan cukup waktu untuk pertanyaan

• Menunjukkan lebih banyak materi pada transparansi overhead

• Mengandung banyak game/contoh/waktu latihan yang praktis pada refleksi biaya dan diskusi. • Kehilangan ketenangan karena sedikit salah paham dengan orang yang mengorganisir

sebelum waktu latihan dimulai karena ruangan jelek, kekurangan kapur tulis, slide proyektor konslet, dll.

• Menunjukkkan banyak slide • Berbicara terlalu lama dan cepat • Waktu istirahat yang pendek.

Jalan yang baik untuk belajar dari pesertalah, andalah yang bertanya pada peserta untuk mengevaluasi. Hal ini dapat dikerjakan secara formal dengan evaluasi tulisan dari pengalaman latihan mereka. Tidak menanyakan lebih dari satu atau dua halaman dari pertanyaan. Anda dapat

(27)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 25

menanyakan pertanyaan spesifik tentang substansi dan penyelenggaraan pelatihan. Coba lakukan dengan pendekatan yang berbeda : “Apakah anda menemukan sesuatu yang paling berguna dalam latihan ini?”., “Apakah ada hal yang tidak disukai?”. Jika anda mengorganisir suatu latihan yang jenisnya sama seperti ini, kemudian apakah anda akan mengerjakan dengan cara yang berbeda ataukah anda akan mengerjakan dengan jalan dan model yang sama ?.

Usahakan cukup waktu untuk melakukan evaluasi, agar peserta dapat mempertimbangkan dan merespon pertanyaan. Hal ini umum untuk mendistribusikan bentuk selama satu atau dua hari sebelum latihan berakhir. Jika anda menunggu latihan berakhir, respon yang berupa tulisan akan terburu – buru dan kurang sempurna dibandingkan jika dikerjakan satu atau dua hari untuk merefleksikannya. Menanyakan pada peserta untuk menyempurnakan peserta lain (tipe orang yang mengorganisir) akan mempunyai kesempatan untuk membaca evaluasi tulisan satu kali setelah mereka melengkapi. Karena itu, dalam tambahan pertanyaan peserta untuk melengkapi evaluasi formal, anda mungkin menginginkan untuk menyampingkan waktu agar suatu diskusi lengkap yang tidak formal dapat menerima kritik tentang sedikit aspek dari latihan. Hal ini memberi kesempatan tiap personel untuk mengekspresikan pandangannya, apakah positif atau negatif, maka peserta lain dapat mendengarkan mereka.

Jalan lain untuk membuat publikasi, yang sesungguhnya di dalamnya mengandung unsur evaluasi, dengan kata lain semacam evaluasi yang disamarkan melalui presentasi. Anda dapat mempersiapkan pertanyaan, bentuk penulisan atau tabel yang diletakkan pada dinding. Tiap-tiap peserta kemudian memberikan kritik disamping memberi pertanyaan. Pertanyaan yang berguna untuk umpan balik secara cepat :

• Apakah anda berharap atau sebaliknya merasa takut setelah pertemuan ? • Apakah anda menemukan sesuatu yang paling berguna?

• Apakah anda menemukan sesuatu yang sesungguhnya tidak berguna ? • Bagaimana agar dapat mengerjakan yang lebih baik di lain waktu ?

(28)

26 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Modul 4

Topik: Paradigma Pembangunan

Peserta memahami dan menyadari: 1. Tujuan Pembangunan

2. Pengertian paradigam dan implilkasinya terhadap kebijakan pembangunan 3. Terjadinya pergeseran paradigma pembangunan di Indonesia dan implikasinya

terhadap kemiskinan

Kegiatan 1: Diskusi kelas tujuan pembangunan

Kegiatan 2: Curah pendapat pengeritan paradigma dan implikasinya terhadap kebijakan dan kemiskinan 3 Jpl ( 135 ’) Bahan Bacaan: 1. Pardigma Pembangunan 2. Pembangunan Manusia • Kerta Plano • Metaplan

(29)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 27

• Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Diskusi Tujuan dan Hasil Pembangunan

1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Modul Paradigma Pembangunan dan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu :

Peserta memahami dan yakin tentang: • Tujuan pembangunan

• Pengertian paradigma dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan.

• terjadinya pergeseran paradigma pembangunan di Indonesia dan implikasinya terhadap kemiskinan.

2) Uraikan kemudian bahwa kita akan memulai kegiatan 1, yaitu diskusi mengenai tujuan pembangunan. Kemudian tanyakan kepada peserta : apa yang dimaksud dengan pembangunan ? dan apa tujuan pembangunan ?

Untuk mempermudah pemahaman peserta, ajak untuk mendiskusikan contoh dalam membangun rumah : mengapa kita membangun rumah?

Pembangunan pada dasarnya adalah upaya untuk mencapai kesejahteraan (kondisi yang ideal), karena kondisi saat ini dirasakan belum mencapai kondisi yang ideal seperti yang diharapkan. Artinya ada proses perubahan yang harus dilakukan dalam upaya pembangunan yaitu merubah dari kondisi sekarang kepada kondisi yang diharapkan (masyarakat yang sejahtera).

3) Tanyakan kepada peserta, apa saja upaya pembangunan yang sudah dilakukan di kelurahan/desa ini? Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano.

4) Jelaskan kepada peserta, untuk membahas pembangunan di kelurahan/desa kita, maka akan didiskusikan dalam kelompok kecil supaya diskusi lebih mendalam. Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok ( 1 kelompok terdiri dari 7 – 8 orang). Kemudian beri tugas setiap kelompok untuk mendiskusikan :

• Jenis pembangunan yang dilaksanakan di kelurahan/.desa setempat • Siapa yang membangun ?

(30)

28 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

• Siapa yang menerima manfaat? Apakah kelompok miskin menerima manfaat? • Bagaimana prosesnya ?

• Bagaimana hasilnya? (apakah kemiskinan berkurang?)

• (gunakan acuan diskusi seperti yang termuat dalam Lembar Kerja )

5) Bahas hasil diskusi kelompok dalam pleno kelas. Mintalah setiap kelompok untuk mempresentasikan hasilnya.

6) Setelah semua kelompok mempresentasikan hasilnya bahas bersama :

• Apakah masyarakat sudah menjadi lebih baik ? • Mengapa capaian hasil pembangunan demikian?

• Apa yang dibangun selama ini, ekonomi masyarakat?, sarana dan prasarana?

7) Refleksikan bersama dan beri penegasan kepada peserta, berdasarkan hasil diskusi tadi bahwa selama ini yang dibangun lebih banyak kepada hal – hal yang sifatnya fisik seperti membangun SD Inpres, membangun puskesmas, yang memunculkan proyek – proyek yang hanya bisa diakses oleh pihak – pihak tertentu (misal : kontraktor). Di bidang ekonomi peluang – peluang lebih banyak diakses oleh para pemilik modal, sehingga yang tidak mempunyai modal semakin ketinggalan dan akhirnya semakin miskin.

Curah Pendapat Paradigma dan Implikasinya Terhadap

Pembangunan dan Kemiskinan.

1) Jelaskan kepada peserta, bahwa kita akan memulai dengan kegiatan 2 dalam modul ini, yaitu membahas paradigma dan implikasinya terhadap pembangunan.

2) Ingatkan kepada peserta pada hasil diskusi dalam kegiatan 1 mengenai pelaksanaan pembangunan, kemudian diskusikan bersama :

• Apakah masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan

• Apabila ya masyarakat yang mana? Apakah masyarakat miskin terlibat? • Apakah perempuan terlibat ?

(31)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 29

selama ini masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam proses pembangunan dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi. Kalaupun terlibat seringkali hanya dalam proses pelaksanaannya saja, itupun terbatas hanya pada kelompok masyarakat tertentu (tokoh, kaum laki – laki dan sebagainya). Pembangunan lebih banyak dilakukan oleh pihak luar (pemerintah dan lembaga lain). Sehingga masyarakat hanya menjadi objek (sasaran) pembangunan, tetapi tidak diberi kesempatan untuk membangun. Artinya yang dibangun adalah sarana – prasarana, ekonomi dan yang sifatnya fisik tetapi tidak pernah membangun manusianya. Oleh karena masyarakat tidak terbiasa membangun sendiri, maka tumbuh mental ketergantungan kepada pihak luar, termasuk kepada pemerintah. Beri contoh – contoh nyata mengenai kondisi ini, misalnya siapa yang menentukan kelompok sasaran pada saat ada bantuan raskin?. Pada saat krisi ekonomi, masyarakat tidak bisa berbuat apa – apa karena tidak tahu caranya, selama ini masyarakat tidak pernah ikut memecahkan masalah, padahal dulu ada yang namanya lumbung padi sehingga ketika paceklik masyarakat punya tabungan padi.

4) Tanyakan lebih jauh kepada peserta, mengapa selama ini masyarakat tidak diberi kesempatan untuk membangun?. Gali pendapat peserta sampai ketemu kata kunci : pihak luar tidak percaya pada kemampuan masyarakat.

Pihak luar mempunyai pandangan bahwa masyarakat tidak mampu memecahkan masalah sendiri, apabila diberi bantuan untuk mengelola sendiri selalu habis sia – sia dan sebagainya. Masyarakat miskin itu bodoh, malas dan sebagainya. Perempuan tidak perlu terlibat dalam pembangunan karena persoalan pembangunan persoalan kaum laki – laki. Pandangan – pandangan itu yang membuat kaum miskin dan perempuan tidak pernah dilibatkan dalam proses pembangunan. Pandangan – pandangan tadi disebut dengan paradigma, dalam hal pembangunan disebut paradigma pembangunan.

Paradigma seseorang akan mempengaruhi keputusan dan pada akhirnya mempengaruhi tindakan seseorang. Dalam contoh tadi jelas apabila kita tidak percaya pada kemampuan masyarakat, maka kita akan memutuskan aturan – aturan yang tidak memungkinkan masyarakat untuk terlibat, dan tindakan kitapun akan mengarah kepada hal tersebut. Keputusan seseorang (si A atau Si B), hanya akan berdampak pada orang tersebut paling jauh berdampak pada keluraganya. Akan tetapi kalau keputusan sekelompok orang sebagi pengambil kebijakan akan berdampak pada masyarakat. Contohnya keputusan DPRD, akan mempunyai dampak pada kehidupan masyarakat satu Kota/Kabupaten. Oleh karena itu cara pandang (pola pikir) para pengambil kebijakan terhadap pembangunan menjadi penting.

5) Ajak peserta untuk berdiskusi bahwa pembangunan harus sudah mengarah pada pembangunan manusia yaitu pembangunan yang melibatkan setiap pelaku pembangunan (masyarakat, pemerintah dan kelompok lain) sebagai subjek bukan sebagai objek. Pembangunan yang memberdayakan manusia agar mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya sendiri.

(32)

30 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Sebenarnya sejak reformasi arah pembangunan sudah mulai kepada pembangunan manusia dengan pendekatan pembangunan partisipatif dan pemberdayaan.

6) Tanyakan lebih lanjut kepada peserta, mengapa pembangunan yang sudah mengarah pada pemberdayaan manusia hasilnya masih saja belum mensejahterakan masyarakat secara luas, belum mengurangi angka kemiskinan secara menyeluruh ?, akan tetapi masih menguntungkan kepada kelompok masyarakat tertentu? Gali terus pendapat peserta sampai ketemu kata kunci : sikap mental para pelaku pembangunan yang lebih mementingkan diri sendiri yang menyebabkan proses pembangunan manusia tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Apabila para pengambil kebijakan masih mementingkan diri sendiri dan golongannya, maka keputusan (kebijakan) yang dibuat hanya akan menguntungkan kelompok tertentu. Kepentingan – kepentingan golongan tersebut akan menimbulkan perpecahan . Dalam kondisi ini, maka pembangunan seringkali tidak berpihak kepada orang miskin. Di lain pihak kelompok masyarakat yang selalu menggantungkan diri pada uluran tangan pihak luar (tidak mencoba ke luar dari permasalahan secara mandiri) juga akan semakin memperparah proses keluar dari lingkaran kemiskinan. Hal ini akan menjadi sebuah lingkaran setan, kalau tidak diputus rantainya maka akan berlangsung terus menerus.

(33)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 31

Paradigma Pembangunan

Oleh: Parwoto

Pengertian

Kata paradigma berasal dari Yunani, semula lebih merupakan istilah ilmiah dan sekarang lebih lazim digunakan dengan arti model, teori dasar, persepsi, asumsi atau kerangka acuan. Dalam bahasa sehari-hari paradigma juga disebut sebagai “cara kita memandang dunia”, bukan dalam arti visual tetapi lebih dalam arti mempersepsi, mengerti atau menafsirkan (Stephen R Covey. 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)

Lebih lanjut “paradigma” adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangan seseorang. Konsekwensinya paradigma ini juga akan membentuk citra subyektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita.

Pengantar

Paradigma adalah sumber dari sikap dan perilaku seseorang, berkenaan dengan tindakan mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu hal. Dengan kata lain manakala seseorang menguraikan sesuatu yang dilihat atau dialami, sebenarnya orang tersebut sedang menguraikan pandangannya/anggapannya mengenai hal tersebut atau sebenarnya dia sedang menjabarkan dirinya sendiri, citra subyektifnya, persepsinya, pandangannya yang dilandasi oleh paradigmanya. Penafsiran masing-masing orang tentang sesuatu hal menggambarkan pengalaman orang tersebut sebelumnya.

Semakin sadar seseorang akan paradigmanya yang dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya, maka semakin orang tersebut bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi akibat paradigma yang dianutnya. Dia akan makin terbuka dan terus menguji paradigmanya berdasarkan realita baru yang ditemuinya, mendengarkan orang lain dan bersikap terbuka terhadap persepsi orang lain, sehingga mendapatkan gambaran yang lebih besar dan pandangan yang lebih obyektif sehingga yang terjadi kemudian adalah penguatan atau justeru perubahan paradigma.

Perubahan paradigma menggerakkan seseorang untuk beralih dari satu cara pandang ke cara pandang yang lain. Perubahan paradigma bersifat kuat. Paradigma seseorang, terlepas dari benar atau salah, adalah sumber dari sikap dan perilakunya, yang akhirnya akan menjadi sumber dari hubungan orang tersebut dengan orang lain.

Hampir setiap terobosan penting di dalam berbagai bidang kehidupan, pada mulanya merupakan pemutusan dengan tradisi, cara berpikir dan paradigma yang lama. Perlu juga selalu diingat bahwa tidak semua perubahan paradigma memiliki arah positif dan tidak semua perubahan paradigma terjadi seketika.

Pergeseran Paradigma Pembangunan

Secara singkat dan sederhana terjadinya pergeseran paradigma global didunia ini dapat diuraikan sebagai berikut di bawah ini:

(34)

32 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

1. Paradigma Ekonomi

Paradigma ekonomi merupakan yang paling tua dan paling dominan dalam menentukan pembangunan. Hal ini disebabkan oleh pengertian ekonomi itu sendiri sebagai “mengatur rumah tangga sendiri” yang dapat dipahami sebagai upaya mengatur kesejahteraan keluarga, komunitas dan bangsa dalam skala yang lebih luas. Pada awalnya ( ekonomi klasik) paradigma ini menekankan pertumbuhan dan melihat pembangunan sebagai pembangunan ekonomi (development=economic development) sehingga ukuran keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan produksi barang dan jasa secara nasional (Produksi Nasional Bruto/Gross National Product). Makin tinggi pertumbuhannya makin berhasil pembangunan suatu bangsa/negara. Paradigma ini juga menekankan perlunya kebebasan, pemupukan modal dan pembagian kerja (spesialisasi). Kelompok yang tidak puas dengan paradigma ini kemudian melaku pembaruan yang kemudian dikenal dgn Neo Ekonomi yang lebih menekankan pada pemerataan dgn mengukur berapa % dari PNB/GNP diraih oleh penduduk miskin.

Meskipun paradigma neo-ekonomi ini masih sangat jelas dipengaruhi nilai-nilai ekonomi klasik, tetapi ada beberapa perbedaan yang fundamental dalam indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur pembangunan dan makna pertumbuhan itu sendiri. Paradigma neo-ekonomi menggunakan indikator dalam mengukur pembangunan sebagai berkurangnya kemiskinan, pengangguran dan berkurangnya kesenjangan.

Masih dalam paradigma ekonomi ini muncul juga pandangan (ekonomi politik neo klasik) yang melihat hubungan antara masyarakat maju (kapitalis) dengan masyarakat yang belum maju (pra kapitalis) yang melahirkan eksploatasi dari masyarakat maju kepada masyarakat belum maju sehingga yang terjadi adalah keterbelakangan (underdevelopment) dari masyarakat yg blm maju Meskipun sudah banyak perubahan dalam paradigma ekonomi tetapi perkara utamanya tetap pertumbuhan dan pemerataan dipercayakan melalui mekanisme penetesan (trickle down effect)

2. Paradigma Kesejahteraan Sosial

Pada awalnya paradigma kesejahteraan social ini melihat pembangunan sebagai pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Indikator pembangunan diukur dari pemenuhan kebutuhan dasar, seperti antara lain MASOL (Minimum Acceptable Standard of Living) yang dikembangkan oleh Doh Joon Chien atau PQLI (Physical Quality Life Index) yang sedikit lebih maju dengan mengukur harapan hidup, kematian bayi dan melek huruf sampai dengan yang lebih canggih yang melihat pembangunan sebagai upaya terencana untuk memenuhi kebutuhan sosial yang lebih tinggi, bukan berapa banyak, tetapi berapa baik, bukan kualitas barang tetapi kualitas hidup seperti antara lain keadilan, pemerataan, peningkatan budaya, kedamaian, dsb. (Bauer, 1966; Conyers, 1986)

Meskipun telah terjadi banyak perkembangan tetapi perkara utama paradigma ini masih tetap pemenuhan kebutuhan hidup sehingga sering dikritik “mendudukkan masyarakat sebagai obyek bantuan” (Freire, 1984)

3. Paradigma Pembangunan Manusia

Melihat pembangunan sebagai pembangunan manusia untuk mampu berbuat dan menciptakan sejarahnya sendiri. Manusia sebagai fokus utama dan sumber utama pembangunan (Korten). Penghormatan terhadap martabat manusia, pembebasan manusia dari dominasi teknologi (Illich), pembebasan manusia dari dominasi pasar (Ramos), pembangunan manusia; kelangsungan hidup, kehormatan dan kebebasan (Goulet), pembebasan manusia dari dominasi manusia lain melalui proses penyadaran diri (Freire).

Fokus pembangunan bukan lagi pada ekonomi, social atau teknologi melainkan pada manusia itu sendiri.

(35)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 33 ……….a sense of self worth and a personal capacity for actively participating in life’s important decision ………….……….social development become the liberation of human being and community from passive recipients towards a developed, active citizenry, capable of participating in in choice about community issues (Thomas, 1984)

Penganut-penganut teori ini adalah Ivan Illich, Denis Goulet, Mahbub ul Haq, Freire, Guerreiro Ramos, David Korten, dsb.

Pergeseran paradigma seperti tersebut di atas bergerak dari paradigma ekonomi ke paradigma kesejahteraan sosial akhirnya ke paradigma pemanusiaan. Pembangunan menurut kedua paradigma terdahulu (ekonomi dan kesejahteraan sosial) adalah pembangunan yang berkiblat ke manusia, sedangkan pembangunan menurut paradigma pemanusiaan adalah pembangunan manusia itu sendiri untuk menjadi manusia yang utuh dan merdeka atau secara ekonomi produktif dan secara sosial efektif (Soedjatmoko).

Pergeseran Paradigma Pembangunan di Indonesia

Pergeseran paradigma global tersebut juga terjadi di Indonesia, dari Repelita ke Repelita sampai ke Propenas

Repelita 1 (1979-1974)

Kita baru saja lepas dari musibah nasional G 30 S sehingga nuansa yang dominan mempengaruhi paradigma pembangunan adalah keamanan dimana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan stabilitas, sehingga Trilogi Pembangunan dimulai dari Stabilitas, Pertumbuhan dan baru Pemerataan.

Peran utama pemerintah adalah menciptakan suasana aman dan stabil.

Repelita 2 (1974-1979)

Pada waktu itu suasana sudah cukup tenang dan stabil sehingga mulai berkembanglah paradigma ekonomi untuk memperbesar kue pembangunan dengan meningkatkan pertumbuhan. Trilogi Pembangunan dengan serta merta diubah urutannya dari Stabilitas, Pertumbuhan dan Pemerataan menjadi Pertumbuhan, Stabilitas dan Pemerataan. Dengan menerapkan pendekatan pertumbuhan ini berarti prioritas pembangunan diberikan kepada kegiatan-kegiatan yang dianggap dapat menjamin terjadinya pertumbuhan, termasuk prioritas pilihan model dan pelaku pembangunan yang akhirnya jatuh ke sector formal yang dianggap paling mampu menjadi mitra pemerintah dalam menciptakan pertumbuhan. Pada masa inilah merupakan masa kebangkitan sector formal dengan konsekwensi logic terpinggirkannya sector informal baik kegiatannya maupun pelakunya dengan akibat turutannya dari proses marjinalisasi ini adalah kesenjangan dan keterbelakangan. Pintu terjadinya kemiskinan structural terbuka lebar.

Repelita 3 (1979-1984) s/d Repelita 5 (1989-1994)

Berangkat dari situasi menganganya jurang kesenjangan, keterbelakangan dan munculnya banyak OKB (orang kaya baru) dan diwarnai dengan banyak protes maka Repelita 3 dirumuskan dengan landasan paradigma yang jauh berbeda yaitu “kesejahteraan sosial” dalam rangka menutup jurang kesenjangan dan keterbelakangan sebagai upaya koreksi terhadap kesalahan pembangunan di masa sebelumnya. Pendekatan yang digunakan adalah “pemerataan”, sehingga dengan serta merta Trilogi Pembangunan urutannya juga diubah dari Pertumbuhan, Stabilitas dan Pemerataan menjadi Pemerataan, Pertumbuhan dan Stabilitas. Muncullah waktu itu “8 Jalur Pemerataan” yang harus dianut oleh semua instansi dalam mengajukan anggaran biaya pembangunan. Dalam prakteknya pemerataan ini lebih diartikan sebagai pemerataan

(36)

34 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

pembangunan dan pemerataan hasil pembangunan dalam bentuk pelayanan kebutuhan dasar, air bersih, SD Inpres, dsb, dimana masyarakat didudukan sebagai penerima manfaat yang pasif (obyek bantuan, Freire, 1984). Untuk mengurangi ketimpangan ini kemudian dimunculkan upaya untuk menggalakkan lagi partisipasi masyarakat melalui instruksi Menteri Dalam Negeri dan diterapkannya mekanisme perencanaan dari bawah yang dikenal sebagai P5D. Dalam prakteknya semua gagasan yang indah ini tidak diterapkan sepenuh hati. Malah pergeseran paradigma ini tidak pernah secara sistematik dibahas apa pengaruhnya terhadap pembangunan daerah, posisi masyarakat dan perubahan peran para pelaku pembangunan. Akibatnya alih-alih mengurangi kesenjangan yang terjadi justeru; (i) pemerataan terbatas pada apa yang disebut pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan, (ii) merebaknya semangat “project oriented” yang melanda semua pelaku pembangunan, sehingga tupoksi tidak jalan karena tidak ada proyek dan tumbuhnya para konsultan maupun kontraktor yang bermental ABS (asal babak senang), (iii) merebaknya semangat apatisme dari masyarakat sebagai penerima manfaat proyek, masyarakat menjadi pasif tinggal menunggu saja, (iv) yang sangat menyedihkan adalah justeru kesenjangan makin melebar karena justeru yang menikmati pembangunan adalah pelaku pembangunan (kaum elit) dan bukan pemanfaat (rakyat jelata). Situasi tersebut menunjukkan bahwa yang sangat parah terpengaruh dengan model pembangunan repelita demi repelita dalam masa PJP I adalah mentalitas manusianya, terjadi proses pembodohan, dehumanisasi dan lunturnya nilai-nilai luhur universal (demoralisasi). Marjinalisasi makin keras dan keterbelakangan makin nyata.

Awal PJP II dan Masa Reformasi dgn Propenas (1999-2004)

Hal tersebut di atas yang terjadi selama masa PJP I juga disadari dan dilakukan koreksi pada masa pembangunan jangka panjang kedua.

Pada waktu Repelita 6 (1994-1999). Kesadaran akan akibat-akibat negatif dari model pembangunan sebelumnya telah membawa model pembangunan yang sangat lain yang dilandasi “paradigma pembangunan manusia” melalui pendekatan pemberdayaan. Dimana urutan prioritas Trilogi Pembangunan tetap Pemerataan, Pertumbuhan dan Stabilitas hanya maknanya berubah dari pemerataan hasil pembangunan menjadi pemerataan kesempatan membangun. Sayangnya penerapan paradigma ini dalam model-model pembangunan kurang dihayati dan kurang tulus dilaksanakan.

Setelah pergantian pemerintahan maka Repilita tidak diberlakukan lagi dan disusunlah Propenas (Program Pembangunan Nasional) 1999-2004 dengan tujuan jangka panjangnya adalah :

“Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, barakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hokum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin”.

Prioritas Pembangunan ditetapkan sebagai berikut:

1) Membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan 2) Mewujudkan supremasi hokum dan pemerintahan yang baik

3) Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan system ekonomi kerakyatan

4) Membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya

(37)

Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator 35

Dari judul prioritas pembangunan yang dicanangkan melalui Propenas jelas prioritas pembangunan manusia menjadi kabur atau melemah padahal persoalan utama yang kita hadapi sebenarnya adalah adanya krisis moral dan kepemimpinan yang mampu menjadi teladan pelaku moral.

Disisi lain secara umum terlihat pengaruh paradigma ekonomi dan kesejahteraan social sangat kuat, mungkin ini adalah dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, tetapi jelas tanpa pembangunan manusia dari aspek kritis manusia tidak mungkin dicapai prioritas pembangunan di atas sebab semuanya itu memerlukan pelaku yang memiliki komitmen moral yang tinggi yang mampu menjadi teladan bagi sesama.

Sumber :

1. Parwoto, ISS 1981, Housing Paradigm

2. Prof. DR. Paulo Freire, Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan, 1984. 3. Prof. DR. Moeljarto. T. MPA, Politik Pembangunan, 1993

4. Stephen R. Covey, The Sevent Habits of Highly Effective People, 1990. 5. A. Suryana Sudrajat, ed, Demokrasi dan Budaya MEP, 1995.

6. Sumitro Djojohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi.

7. Undang-undang Republik Indonesia No 25 tentang Program Pembangunan Nasional, Tahun 2000-2004

(38)

36 Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator

Pembangunan Manusia

Marnia Nes

Manusia Sejati

Apa dan siapa yang disebut dengan manusia?. Apa perbedaan yang paling hakiki antara manusia dengan hewan?. Tidak seperti hewan manusia mempunyai akal sehat, hati nurani dan pilihan bebas. Manusia bukan semata – mata makhluk intelektual yang hanya menggunakan akalnya saja, bukan juga hanya sekedar jasmaniah semata, bukan hanya memiliki hati nurani atau jiwa saja. Manusia merupakan perpaduan yang harmonis antara akal sehat, hati nurani, jasmani dan jiwa sehingga dalam menjalankan dan menemukan kemanusiaannya bisa bersikap, berbuat, berperilaku berdasarkan pilihannya yang berpangkal pada hati nurani dan akal sehat. Berbeda dengan binatang yang tidak punya pilihan bebas dan hati nurani , sehingga apa yang dia lakukan digerakan hanya oleh insting. Manusia bukan hanya sebagai makhluk biologis, tetapi juga makhluk yang bisa berfikir, merasa dan mengerti akan makna hidup.

Nurani pada dasarnya adalah seperangkat nilai yang merupakan hukum moral di dalam diri manusia mengenai benar dan salah, mengenai apa yang baik dan buruk, apa yang mendukung dan mengganggu, yang bermanfaat dan merusak, kejujuran dan keadilan dimana perangkat nilai ini merupakan nilai – nilai yang universal bagi semua manusia di seluruh penjuru dunia. Kebenaran itu melekat dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan.

Orang yang menggunakan nuraninya, adalah orang – orang yang mengerti maknanya berkorban, keikhlasan, persahabatan, kesetiaan, kepedulian, kejujuran, keadilan, tidak sewenang – wenang terhadap orang lain dan nilai – nilai positif lainnya. Golongan manusia seperti ini sanggup menantang maut demi kepentingan manusia lain dan memelihara lingkungan sehingga hidupnya bermanfaat bagi keberlangsungan umat manusia. Nilai – nilai kebenaranlah yang menjadi kontrol perilaku mereka bukan pendapat lingkungan yang kadang – kadang memanipulasi kebenaran yang sesungguhnya. Manusia seperti inilah yang sudah bisa menemukan ”makna hidup” (the meaning of life) sebagai manusia sejati.

Jika manusia mengunakan nurani – nilai nilai kebenaran - sebagai kontrol perilakunya, maka akan memberi ruang – ruang kepada manusia lainnya untuk mempunyai akses yang setara terhadap berbagai sumberdaya bagi kehidupan yang lebih sejahtera; memberi ruang kepada pihak lain untuk ikut mengambil keputusan bagi kehidupannya; membantu pihak lain untuk keluar dari kesulitan hidup; bertindak adil apabila dia menjadi pemimpin, tidak melakukan manipulasi dan korupsi dan sebagainya.Apabila ini terjadi dalam proses – proses pembangunan iklim yang kondusif untuk partisipasi, demokrasi, transparansi akan terjadi dan tidak akan ada kelompok minoritas yang menindas dan kelompok mayoritas yang tertindas, sehingga tidak akan terjadi dehumanisasi.

Dehumanisasi; Sistem dan Struktur Sosial

Pada kenyataannya sekarang, proses – proses dehumanisasi (pengingkaran terhadap jati diri manusia) masih terus berlangsung baik pada komunitas yang paling kecil sampai kepada komunitas yang lebih besar seperti dominasi dari negara – negara adikuasa terhadap negara – negara dunia ketiga. Hal ini terjadi karena manusia berada dalam sistem dan struktur sosial yang saat ini masih

Gambar

Diagram 2: Jenjang Partisipasi (Ladder of Participation) oleh Sherry Arntein  Kontrol sosial  Kadar   Kedaulatan Rakyat Pendelegasian  Kerjasama  Penentraman (placation)  Kadar  Hadiah Konsultasi  Informasi  Terapi  Non   Partisipasi  Manipulasi/rekayasa s

Referensi

Dokumen terkait

1) Pada dasarnya seluruh sumber daya manusia di dalam organisasi pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan kota Manado dapat melaksanakan seluruh program-program yang telah

ƒ Bahwa bis hanya bisa digerakkan bila kekuatan pendorong lebih besar dari beban yang ada. Perubahan hanya akan bisa mencapai tujuannya jika bisa mengatasi kekuatan anti

Jelaskan bahwa kita mulai dengan Kegiatan 1 yaitu memahami prinsip – prinsip anggota BKM/LKM. Tanyakan kepada peserta apa kriteria yang harus dipunyai oleh anggota BKM/LKM, tuliskan

Pertemuan (rapat) dengan dalih partisipasi (minta masukan dari warga masyarakat) yang dilaksanakan tidak lebih sebagai ajang formalitas untuk menjalankan sebuah

Dalam penelitian ini, aspek organisasi adalah bagaimana sumber daya (manusia dan keuangan) di dalam struktur organsasi PNPM Mandiri Perkotaan di Manado, dikelola (diatur)

Peserta Musrenbang Kecamatan adalah individu atau kelompok yang merupakan wakil dari desa/kelurahan dan wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang beroperasi dalam skala

o Alasan mengapa mengikuti pelatihan. Alasan ini dapat saja datang dari luar berupa perintah/penugasan, atau ingin tahu, dsb. o Motivasi yang mendorong peserta mengikuti

proses ‘ mengajar – belajar’ yang bersifat satu arah, tetapi proses ‘komunikasi’ dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media (peraga,