Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL
UNTUK MENILAI KEWAJARAN ASET
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Oleh:
ADITYO AL BARWA 1005426
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
Adityo AlBarwa, 2014
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL
UNTUK MENILAI KEWAJARAN ASET
Oleh
Adityo Al Barwa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Adityo Al Barwa 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENILAI KEWAJARAN ASET
Oleh: Adityo Al Barwa
Pembimbing:
R. Nelly Nur Apandi, SE., M.Si., Ak
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset. Selain itu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapat antara auditor dan akademisi mengenai proses pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu pjmerusahaan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksplorasi melalui deskriptif kualitatif dengan cara wawancara tidak terstruktur kepada para auditor dan akademisi di bidang auditing serta melakukan observasi secara aktif di Kantor Akuntan Publik. Teknik pengujian kredibilitas data yang digunakan adalah triangulasi dengan triangulasi sumber dan triangulasi cara teknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu perusahaan adalah pertama melihat struktur organisasi perusahaan, apakah struktur organisasi tersebut memiliki pemisahan fungsi yang memadai. Kedua, melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen perusahaan sebagai bukti transaksi perusahaan yang lengkap dan terdokumentasi dengan baik. Ketiga, melakukan penilaian terhadap otorisasi atas transaksi dalam perusahaan. Keempat, melakukan pengujian pengendalian fisik atas aktiva. Kelima, mengirimkan konfirmasi kepada pihak ketiga. Keenam, melakukan pengujian terhadap pemeriksaan independen yang dilakukan oleh auditor internal atas kinerja perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, tidak terdapat perbedaan pendapat antara auditor dengan akademisi mengenai prosedur pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu perusahaan. Namun akademisi mensyaratkan bahwa seorang auditor harus melaksanakan proses identifikasi kerawanan atau resiko terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang disajikan. Hal ini lah yang belum dilakukan oleh auditor dengan alasan perbedaan ruang lingkup dalam melaksanakan audit, ketidakterbukaan klien, dan kepraktisan dalam pelaksanaan audit.
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ANALYTICAL TESTING OF INTERNAL CONTROL TO ASSESS THE FAIRNESS OF THE ASSET
This study aims to find out how an auditors perform tests of internal controls to assess the fairness of the asset. In addition, to determine whether there is a difference opinion between the auditor and lecturers regarding internal control testing process to assess the fairness of a company’s asset.
This study used descriptive qualitative exploration with unstructured interviews to the auditors and lecturers in auditing, as well as active observation in Public Accounting Firms. Technique of testing the credibility of data used is source triangulation and technique triangulation.
The result of this study showed that the way an auditor perform tests of internal controls to assess the fairness of the company assets. First, look at the organization structure of the company, whether the structure of the organization has an adequate separation of functions. Second, conduct a test of company documents as proof of the company’s transaction are complete and well-document. Third, conduct an assessment of the authorization of transaction within the company. Fourth, testing physical control over assets. Fifth, sending confirmation to third parties. Sixth, perform test on independent investigation conducted by the internal auditor for the performance of the company. In addition, the results of this study showed that generally, there is no difference of opinion between the auditors and lecturers about control testing procedures to assess the fairness of a company’s assets. However, experts said that an auditor should carry out the identification of vulnerability or risk of misstatement in the financial statements. This is what has not been done by the auditor with the reason of the difference in performing the audit scope, lack of openness client, and practicality in the audit.
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 11
2.1.1 Pengertian Audit... 11
2.1.2 Jenis-jenis Audit ... 12
2.1.3 Jenis-jenis Auditor... 13
2.1.4 Proses Audit ... 15
2.1.5 Bukti Audit. ... 16
2.1.6 Pengendalian Internal. ... 20
2.1.7 Uji Pengendalian Internal. ... 26
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2.2 Penelitian Terdahulu. ... 41
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.2.4 Instrumen Penelitian... 52
3.2.5 Teknik Analisis Data. ... 55
3.2.6 Pengujian Kredibilitas Data. ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 60
4.1.1 Sejarah Kantor Akuntan Publik ... 60
4.1.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ... 65
4.1.3 Kegiatan Kantor Akuntan Publik ... 66
4.1.4 Deskripsi Narasumber ... 71
4.2 Pembahasan ... 71
4.2.1 Pengujian Pengendalian Internal ... 71
4.2.1.1 Pengujian Atas Proses Pemisahan Fungsi Yang Memadai ... 71
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
4.2.1.3 Pengujian Atas Pelaksanaan Otorisasi Transaksi Yang
Dilakukan Dengan Tepat... 85 4.2.1.4 Pengujian Pengendalian Fisik Atas Aktiva ... 91 4.2.1.5 Pengiriman Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga ... 98 4.2.1.6 Pengujian Terhadap Pemeriksaan Independen Yang Dilakukan
Auditor Internal Atas Kinerja Perusahaan ... 104 4.2.2 Perbedaan Pendapat Antara Auditor dan Ahli Mengenai Cara Penilaian
Pengendalian Internal Atas Aset ... 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 109 5.2 Saran ... 112
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ... 5
Tabel 2.1 ... 13
Tabel 2.2 ... 27
Tabel 2.3 ... 41
Tabel 3.1. ... 51
Tabel 4.1 ... 71
Tabel 4.2 ... 76
Tabel 4.3 ... 83
Tabel 4.4 ... 89
Tabel 4.5 ... 96
Tabel 4.6 ... 102
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Adityo AlBarwa, 2014
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis yang semakin maju membuat persaingan dalam
dunia bisnis menjadi semakin ketat, sehingga menuntut perusahaan untuk dapat
lebih efisien dalam beroperasi agar dapat terus bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lainnya. Agar aktivitas bisnis perusahaan-perusahaan dapat efisien, maka bagian
keuangan harus mencatat setiap aktivitas bisnis perusahaan dengan baik, apalagi
untuk perusahaan yang berukuran besar. Perusahaan yang berukuran besar pasti
memiliki aktivitas bisnis yang sangat banyak sehingga apabila tidak dicatat
dengan baik, maka bisa menyebabkan kerugian pada perusahaan tersebut.
Aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan ini akan dituangkan kedalam sebuah
laporan pada setiap akhir periode oleh manajemen yang dikenal dengan istilah
laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan suatu kewajiban sekaligus kebutuhan bagi
perusahaan. Kewajiban karena sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
kepada pemilik dan pemegang saham. Kebutuhan karena laporan keuangan akan
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen untuk
menentukan kebijakan yang akan diambil dan sebagai dasar pertimbangan bagi
investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu,
2
dengan standar yang berlaku dan terbebas dari salah saji yang material. Untuk
memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan standar yang
berlaku dan terbebas dari salah saji yang material, maka diperlukan penilaian dari
pihak lain atas laporan keuangan tersebut. Pihak lain dalam hal ini adalah orang
yang memiliki kompetensi dalam memeriksa laporan keuangan dan tidak
memiliki hubungan apapun dengan perusahaan, atau lebih dikenal dengan istilah
Audit.
Audit adalah proses penilaian apakah suatu laporan keuangan telah disajikan
secara wajar dan sesuai dengan standar yang berlaku, serta dilakukan oleh orang
yang independen dan berkompeten. Laporan keuangan yang disajikan manajemen
bisa saja telah sesuai dengan standar yang berlaku dan dibuat oleh orang yang
berkompeten, tapi tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan yang disajikan
manajemen mengandung unsur kepentingan karena tidak adanya independensi.
Independensi inilah yang akan menjadikan laporan keuangan yang telah diaudit
akan terbebas dari unsur kepentingan.
Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus melakukan tahap-tahap
audit atau lebih dikenal dengan istilah proses audit. Ada beberapa fase yang harus
dilewati dalam melaksanakan proses audit yaitu merencanakan dan merancang
pendekatan audit, melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi, melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo, serta
menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit (Arens, 2008: 543).
Pelaksanaan audit menjadi penting guna mengurangi resiko informasi.
3
keputusan resiko bisnis ternyata tidak akurat. Penyebab yang mungkin bagi resiko
informasi ini adalah kemungkinan tidak akuratnya laporan keuangan. Resiko
informasi terjadi karena beberapa hal yaitu jauhnya informasi, keberpihakan dan
motif si penyedia, data yang sangat banyak, serta adanya transaksi pertukaran
yang kompleks (Arens, 2008: 7).
Dalam perekonomian global, hampir mustahil bagi seorang pengambil
keputusan untuk mengetahui secara langsung organisasi yang menjadi rekan
usahanya. Hal itu bisa saja disebabkan oleh karena jauhnya jarak antara keduanya.
Informasi yang disediakan oleh pihak lain mau tidak mau akan menjadi andalan.
Terjadinya resiko informasi dalam hal ini akan memiliki peluang yang sangat
besar dikarenakan informasi tersebut bisa saja disalah sajikan secara sengaja.
Resiko informasi juga dapat terjadi jika informasi disediakan oleh orang yang
tujuannya tidak sejalan dengan tujuan si pengambil keputusan dengan kata lain,
informasi tersebut mungkin saja dibiaskan demi menguntungkan si penyedia.
Selain itu, resiko informasi juga dapat terjadi karena jumlah data yang sangat
banyak yang disebabkan oleh transaksi pertukaran yang kompleks. Semakin besar
organisasi, semakin besar pula volume transaksi pertukaran yang dilakukan
sehingga memperbesar kemungkinan dimasukkannya informasi yang dicatat
secara tidak tepat kedalam catatan (Arens, 2008: 8).
Semua proses audit diatas harus dilakukan oleh seorang auditor dalam
melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu organisasi. Namun dikarenakan
saat ini pelaksanaan audit telah berbasis resiko, maka pengendalian internal
4
peranan untuk melindungi aset perusahaan, meningkatkan akurasi laporan
keuangan dan dipatuhinya kebijakan manajemen. Oleh karena itu, pengujian
pengendalian internal harus dilakukan oleh auditor untuk mengetahui apakah
perusahaan yang akan diaudit telah menjalankan pengendalian internal dengan
baik atau belum yang akan berdampak pada beresiko atau tidaknya perusahaan
yang akan diaudit tersebut. Jika pengendalian internal perusahaan itu baik, maka
aset perusahaan pun dapat dilindungi dengan baik serta tingkat salah saji dalam
laporan keuangan yang disajikan bisa diminimalkan. Namun, jika pengendalian
internal perusahaan tersebut tidak baik, maka mungkin saja aset perusahaan tidak
dapat dilindungi dengan baik dan terdapat salah saji baik yang material maupun
yang tidak material dalam laporan keuangan yang disajikan tersebut. Oleh karena
itu, auditor harus melakukan pengujian pengendalian internal sebelum memulai
melakukan prosedur analitis.
Dewasa ini, banyak sekali terjadi kasus dimana auditor mengabaikan
prosedur audit terutama auditor tidak menilai dengan tegas resiko dalam audit
terkait dengan pengendalian internal dalam perusahaan. Hal ini menyebabkan
kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan yang disajikan
menjadi tidak terdeteksi oleh auditor. Seperti yang terjadi pada kasus perusahaan
Satyam yang dipimpin oleh Ramalinga Raju pada tahun 2009 silam. Berdasarkan
DetikFinance, pada kasus ini dimana tanggal 7 Januari 2009, pimpinan Satyam,
Ramalinga Raju secara tiba-tiba mengumumkan bahwa sekitar 1,04 milyar dolar
saldo kas dan bank Satyam adalah palsu. Di dalam suratnya yang dikirimkan pada
5
bunga diterima dimuka, mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya
dan menggelembungkan nilai piutang. Setelah itu pada 14 januari 2009, auditor
Satyam yang sudah 8 tahun terakhir mengaudit Satyam, yaitu
PricewaterhouseCoopers India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi
tidak akurat dan tidak reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang
diperoleh dari manajemen Satyam.
Dari contoh kasus tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa auditor KAP
PricewaterhouseCoopers India telah mengabaikan beberapa proses audit sehingga
menyebabkan kegagalan dalam menemukan kecurangan dan salah saji yang
material dalam laporan keuangan Satyam. Auditor tidak melakukan pengujian
pengendalian internal dengan baik sehingga kecurangan yang dilakukan oleh
Satyam tidak terdeteksi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan menerima
informasi yang tidak fair. Selain itu, kasus tersebut diatas juga menegaskan bahwa
pengendalian internal Satyam kurang baik terbukti dari adanya penggelembungan
nilai saldo kas dan saldo piutang. Hal ini lah yang gagal untuk dinilai dengan baik
oleh auditor KAP PricewaterhouseCoopers India.
Kasus satyam ini bukanlah kasus pertama yang disebabkan oleh kegagalan
auditor dalam menilai pengendalian internal klien seperti yang dapat kita lihat
pada table berikut ini:
Tabel 1.1
Kasus Kegagalan Penilaian Pengendalian Internal Oleh Auditor
6
Dari kasus-kasus tersebut diatas, dapat dilihat bagaimana pentingnya
penilaian pengendalian internal klien dalam menjalankan audit. Jika auditor tidak
melaksanakan pengujian pengendalian internal, maka kecurangan-kecurangan
yang dilakukan oleh perusahaan tidak akan dapat diungkap dengan baik.
Agar kecurangan serta salah saji yang terdapat dalam laporan keuangan
klien dapat diungkap, maka auditor harus menjalankan penilaian pengendalian
7
internal seperti yang telah dijelaskan diatas adalah untuk melindungi aset
perusahaan. Aset memiliki jumlah yang paling besar dalam laporan keuangan
apabila dibandingkan dengan liabilitas dan ekuitas. Aset suatu perusahaan terdiri
dari aset lancar, aset tetap, aset tidak berwujud, investasi jangka panjang, dan aset
lain-lain. Akun yang memiliki porsi yang besar dalam kategori aset biasanya
adalah kas, persediaan, serta aset tetap. Perusahaan-perusahaan besar terutama
perusahaan manufaktur dalam menjalankan proses bisnisnya pasti memiliki kas,
persediaan, serta aktiva tetap yang tidak sedikit nilainya. Akun-akun yang
memiliki porsi terbesar dalam aset tersebut harus memiliki pengendalian internal
yang baik. Bila pengendalian internal terhadap akun-akun tersebut lemah, maka
kecurangan serta salah saji yang material sangat mungkin terjadi seperti pada
akun kas. Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan
mudah diselewengkan. Hampir semua transaksi perusahaan berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas. Selain akun kas, akun persediaan juga
merupakan salah satu akun yang memiliki porsi terbesar dalam kelompok aset.
Persediaan biasanya juga memiliki jenis yang bervariasi. Jenisnya yang bervariasi
ini akan menyulitkan untuk diobservasi dan dinilai. Selain itu, aset perusahaan ini
rawan dari pencurian dan sulitnya penilaian persediaan dapat meningkatkan resiko
kesalahan dalam penyajian akun persediaan pada laporan keuangan. Oleh karena
itu, pengendalian dan penilaian terkait persediaan dan kas harus dilakukan sebaik
mungkin untuk mengurangi resiko tersebut. Hal penting lainnya yang perlu
8
persediaan dapat mengakibatkan salah saji yang cukup material pada laporan
keuangan.
Selain kas dan persediaan, akun yang juga memiliki nilai paling besar dalam
kelompok aset adalah aset tetap. Saat ini, dalam melakukan penilaian atas aktiva
tetap, perusahaan boleh memilih cost model ataupun revaluation model dimana
kedua metode ini mensyaratkan perusahaan untuk melakukan penilaian apakah
aset tetap yang dimiliki perusahaan mengalami penurunan nilai atau tidak.
Dengan demikian, prosedur penilaian aktiva tetap akan menjadi semakin panjang.
Pengendalian internal diperlukan untuk mengawasi proses penilaian aktiva tetap
ini agar nilai aktiva tetap tersebut dapat disajikan secara wajar.
Jika pengendalian internal perusahaan itu baik, maka dapat dipastikan nilai
aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan tersebut telah disajikan dengan
baik. Namun, jika pengendalian internal perusahaan itu tidak baik, maka
kemungkinan besar nilai aset tetap yang disajikan dalam laporan keuangan
perusahaan tersebut tidak wajar. Auditor perlu melakukan pengujian atas
pengendalian internal perusahaan agar auditor mendapat keyakinan bahwa
akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan tersebut telah disajikan dengan wajar,
khususnya akun aktiva tetap.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai pengujian
pengendalian internal ini seperti yang dilakukan oleh Mochamad Rizal
Ridwansyah (2009) Pengaruh Persepsi Auditor Mengenai Kondisi Pengendalian
Intern Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit dengan hasil terdapat
9
mengumpulkan bukti audit. Sementara itu, Dinna Rohmatunnisa (2006) melalui
penelitiannya menyimpulkan bahwa diketahui bahwa hasil pelaksanaan pengujian
pengendalian menjadi dasar dalam penyusunan audit program substantive test.
Lemah kuatnya pengendalian internal sistem informasi akuntansi suatu
perusahaan berpengaruh besar terhadap proses audit laporan keuangan perusahaan
tersebut. Mardina Yanuarti Widyaningrum (2004) melalui penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa resiko pengendalian internal berpengaruh secara signifikan
terhadap lingkup pengujian substantif atas saldo persediaan. Namun,
penelitian-penelitian terdahulu tersebut kebanyakan menggunakan metode penelitian
kuantitatif dimana hasil penelitiannya tidak dapat memberikan gambaran yang
komprehensif.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari tahu tentang
penilaian pengendalian internal oleh auditor dengan judul: “Analisis Pengujian Pengendalian Internal Untuk Menilai Kewajaran Aset”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal
untuk menilai kewajaran aset suatu organisasi?
2. Apakah terdapat perbedaan prosedur pengujian pengendalian internal
10
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana seorang auditor melakukan pengujian
pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu organisasi.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prosedur pengujian
pengendalian internal terhadap aset menurut auditor dan ahli.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana cara seorang
auditor melakukan pengujian pengendalian internal suatu
organisasi
b. Membandingkan teori yang didapat selama dibangku perkuliahan
dengan kenyataan di lapangan.
2. Bagi Akademisi
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pemahaman
mengenai cara seorang auditor melakukan pengujian
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Sugiyono (2010: 38) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Penelitian
kualitatif dilakukan pada objek yang alamiah. Menurut Sugiyono (2012:14) objek
yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh
peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek
tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek
penelitian merupakan sasaran ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan suatu data
sehingga dapat diolah dan ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini yang menjadi
objek penelitian adalah pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran
aset. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan auditor eksternal
serta para ahli mengenai bagaimana proses pengujian pengendalian internal untuk
48
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Menurut Moleong (2012: 6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
berikut:
“Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksplorasi yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui lebih dalam
mengenai objek penelitian yang akan diteliti. Peneitian ini kemudian diinterpretasikan
dalam bentuk deskriptif kualitatif. Format deskriptif kualitatif studi kasus tidak
memiliki ciri seperti air (menyebar di permukaan) tetapi, memusatkan diri pada suatu
unit tertentu dari berbagai fenomena. Dari ciri yang demikian, memungkinkan studi
ini dapat amat mendalam dan demikian bahwa data yang menjadi pertimbangan
dalam penelitian model ini (Burhan Bungin, 2010: 68). Dengan desain penelitian
menggunakan deskriptif kualitatif, penulis mengharapkan dapat menggali lebih dalam
bagaimana proses pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset.
3.2.2. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (1984: 47) dalam Moleong (2012: 157) sumber
49
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan
didapatkan dari narasumber yang bersangkutan dengan pengujian pengendalian
internal untuk menilai kewajaran aset.
Sumber data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu penelitian,
karena sumber data berpengaruh langsung terhadap kualitas penelitian. Sumber data
yang digunakan adalah sumber data primer. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau
informasi langsung dengan instrument-instrumen yang telah ditetapkan (Wahyu
Purhantara, 2010: 79). Data primer pada penelitian ini didapatkan dari hasil
wawancara mendalam dengan para auditor dan para ahli dalam bidang auditing serta
dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan narasumber yang
bersangkutan.
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam (In-depth interview), observasi, dan dokumen. Sugiyono
(2012: 402) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data dibagi menjadi empat yaitu
wawancara, observasi, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.
1. Wawancara
Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
50
kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara
mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Burhan
Bungin, 2010: 108).
Dalam proses wawancara, para informan mengetahui bahwa mereka
sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan
wawancara itu, atau biasa disebut dengan wawancara terbuka (Moleong,
2012:189). Sebelum melaksanakan wawancara mendalam, peneliti terlebih
dahulu mebuat kesepakatan dengan narasumber mengenai tempat dan
waktu untuk melaksanakan wawancara.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis wawancara
semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur dipilih karena jenis wawancara
ini sudah termasuk dalam kategori In-depth Interview, dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur (Sugiyono, 2012: 413). Wawancara semiterstruktur dikatakan
lebih bebas karena dalam pelaksanaan wawancara, peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis besar yang akan ditanyakan.
Individu yang akan menjadi informan pada penelitian ini adalah auditor
yang terjun langsung dalam melakukan pengujian pengendalian internal
klien serta orang-orang yang ahli dalam auditing. Adapun
51
Tabel 3.1.
Daftar Informan Wawancara Dalam Penelitian
No Informan Jumlah Alasan Pemilihan
1. Akuntan Publik 5 a. Akuntan Publik terlibat
kurangnya selama 1 tahun c. Memiliki klien yang lebih dalam bidang auditing dan sangat menguasai teori tentang pelaksanaan pengujian pengendalian internal serta auditing
Peneliti pun telah mempersiapkan pertanyaan dalam mencari data yang
berhubungan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Peneliti akan
meminta kesediaan dari informan untuk dapat melakukan wawancara.
2. Observasi
Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012: 403) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dengan melakukan
observasi, peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai masalah yang
sedang diamati. Observasi yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian
52
Dalam observasi active participation ini peneliti datang ke tempat kegiatan
orang diamati, dan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Observasi
dilakukan di Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mengetahui proses
penilaian pengendalian internal atas aset, proses cash opname, proses stock
opname, serta proses pengerjaan kertas kerja audit selama 2 bulan.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 422). Oleh
karena itu dokumen sangat diperlukan dalam menunjang penelitian.
Dokumen-dokumen tersebut diantaranya adalah rekaman hasil wawancara
peneliti dengan pihak-pihak terkait yang diwawancarai dan dokumen
secara tertulis yang berisi pertanyaan dari peneliti terhadap pihak-pihak
terkait. Hal ini dilakukan pula sebagai penunjang dan bukti konkrit hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dokumen yang peneliti
kumpulkan dapat berupa blanko Internal Control Questionnaire, dan kertas
kerja audit.
3.2.4. Instrumen Penelitian
Ciri khas dari penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan serta, namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhannya. Sehingga,
53
menjalankan penelitian tersebut, peneliti diharapakan memahami metode penelitian
kualitatif, menguasai wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti
dalam memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Nasution (1998) dalam Sugiyono (2012: 399) menyatakan bahwa:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapakan, itu semua tidak dapat dilakukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian
kualtitatif pada awalanya belum jelas dan pasti. Peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Supaya hasil wawancara
dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara
kepada informan atau sumber data, maka peneliti memerlukan alat-alat seperti buku
catatan, tape recorder, dan kamera.
3.2.5. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2012: 428) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
54
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data menggunakan model Miles and
Huberman. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012: 430) mengemukakan
bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.
Analisis data yang digunakan yaitu menggunakan model interaksi menurut Miles and
55
Sumber: Miles and Huberman (1992) dalam Luqman Hakim (2007) Gambar 3.1
Model Interaksi Analisis Data
1. Reduksi Data
Setelah memperoleh data dari penelitian di lapangan, peneliti harus
memilih data yang benar-benar akan digunakan, hal ini disebabkan data
yang diperoleh di lapangan tentu sangat banyak dan tidak semua data yang
diperoleh merupakan data yang dibutuhkan. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang Pengumpul
Melakukan Verifikasi Penyajian Reduksi
Penarikan Kesimpulan: Temuan Sementara
Penarikan Kesimpulan Akhir
56
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data,
peneliti akan memfokuskan pada hasil wawancara yang masuk pada kode
yang telah ditetapkan seperti pengendalian internal, pemisahan fungsi,
otorisasi, dan kewajaran aset.
2. Penyajian Data
Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012: 434) menyatakan “the
most frequent form of display data for qualitative research data in the past
has been narrative text”. Artinya yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat
naratif. Selain itu, penyajian data berupa bagan, flowchart, tabel ataupun
grafik akan peneliti sajikan apabila diperlukan dalam proses penyajian data.
Jika ternyata data yang disajikan telah teruji kebenarannya dan telah sesuai,
maka dapat dilanjutkan pada tahap penarikan kesimpulan. Namun, jika
ternyata data yang disajikan belum sesuai dan belum dapat ditarik
kesimpulan, maka dilakukan reduksi kembali bahkan tidak menutup
kemungkinan untuk menjaring data baru. Dalam penelitian ini, data akan
disajikan sesuai dengan rumusan masalah dengan tujuan memudahkan
57
3. Penarikan Kesimpulan Sementara
Sejak awal proses pengumpulan data di lapangan peneliti dimungkinkan
untuk menarik kesimpulan. Pada saat peneliti member arti atau memaknai
data-data yang diperoleh baik melalui observasi ataupun hasil wawancara
berarti peneliti telah menarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
4. Melakukan Verifikasi
Setelah dilakukam reduksi data secara berulang dan diperoleh kesesuai
dengan penyajian data, kemudian kesimpulan-kesimpulan sementara
disempurnakan melalui verifikasi, maka dapat ditarik kesimpulan akhir
yang merupakan temuan-temuan penelitian. Verifikasi data ini dilakukan
dengan pengujian kredibilitas data yang akan dijelaskan lebih lanjut pada
subbab berikutnya.
5. Penarikan Kesimpulan Akhir Sebagai Temuan Penelitian
Setelah temuan-temuan sementara dilakukan verifikasi melalui
teknik-teknik pengecekan keabsahan temuan penelitian, selanjutnya dirumuskan
simpulan temuan-temuan yang merupakan hasil-hasil penelitian, kemudian
diabstraksikan ke dalam proposisi-proposisi. Apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
58
(Sugiyono, 2011: 345). Namun apabila temuan penelitian ini dirasa belum
cukup kredibilitas, dapat dilakukan perpanjangan pengamatan, wawancara
lagi dengan sumber yang pernah ditemui maupun sumber yang baru.
3.2.6. Pengujian Kredibilitas Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012: 458)
meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektifitas).
Ada bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2012: 460).
Dengan pengujian kredibilitas data dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan
pengujian credibility (validitas internal) dengan menggunakan teknik triangulasi.
Wiliam Wiersma (1986) dalam Sugiyono (2011: 372) menjelaskan “triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data
according to the convergence of multiple data source or multiple data collection
procedures”. Dimana triangulasi dalam pengujian kredibilitas data dilakukan dengan
pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam
pengujian kredibilitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
59
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, dalam Moleong (2007:
330)). Dengan teknik ini peneliti menguji kredibilitas data melalui
pengecekan data yang telah diperoleh di lapangan dari beberapa sumber.
Setelah data dianalisis oleh peneliti, maka akan dihasilkan suatu
kesimpulan dengan adanya kesamaan pendapat beberapa sumber.
Sumber: Sugiyono (2011: 372) dengan pengolahan data Gambar 3.2
Triangulasi dengan Sumber 2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan
dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan atau yang lain. Akuntan
Publik 1
Akuntan Publik 3
60
Sumber: Sugiyono (2011: 372) dengan pengolahan data Gambar 3.3
Triangulasi dengan Teknik Wawancara
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap “Pengujian
Pengendalian Internal Untuk Menilai Kewajaran Aset” maka peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 6 cara yang dilakukan oleh seorang auditor dalam melakukan
pengujian pengendalian internal atas aset perusahaan yaitu sebagai berikut:
a. Cara pertama yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai
pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik
adalah dengan melihat struktur organisasi perusahaan tersebut, apakah
struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut telah
memiliki pemisahan fungsi yang memadai.
b. Cara kedua yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai
pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik
adalah auditor harus melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen perusahaan sebagai bukti transaksi perusahaan.
Dokumen-dokumen tersebut harus lengkap dan terDokumen-dokumentasi dengan baik.
c. Cara ketiga yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai
111
adalah auditor melakukan penilaian terhadap proses otorisasi atas
transaksi dalam perusahaan. Penilaian proses otorisasi atas transaksi
dalam perusahaan dilakukan oleh auditor dengan melihat siapa orang
yang berhak menandatangani atau menyetujui transaksi perusahaan.
d. Cara keempat yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai
pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik
adalah auditor melakukan pengujian pengendalian fisik atas aktiva. Nilai
aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan
dibandingkan dengan nilai aktiva yang sebenarnya ada di lapangan.
e. Cara kelima yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai
pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik
adalah auditor mengirimkan konfirmasi kepada pihak ketiga.
Pengiriman konfirmasi ini ditujukan agar auditor mendapat keyakinan
yang memadai bahwa saldo kas di bank dan piutang yang disajikan
perusahaan dalam laporan keuangan telah sesuai dan disetujui oleh
pihak ketiga yang terkait dengan masing- masing akun tersebut.
f. Cara keenam yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai
pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik
adalah auditor eksternal melakukan pengujian terhadap pemeriksaan
independen yang dilakukan oleh auditor internal atas kinerja perusahaan.
Auditor eksternal dapat melakukan penilaian tersebut dengan cara
112
laporannya, apakah rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh
auditor internal telah dijalankan oleh manajemen perusahaan dengan
baik.
2. Secara umum, tidak terdapat perbedaan pendapat antara auditor dan ahli
mengenai prosedur pengujian pengendalian internal terhadap aset. Namun,
informan ahli menyatakan bahwa seorang auditor eksternal juga harus
melakukan proses identifikasi kerawanan atau resiko terjadinya salah saji
dalam laporan keuangan perusahaan. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh
auditor dalam proses audit dilapangan. Auditor sering mengabaikan proses
ini dengan alasan keterbatasan waktu dalam penugasan audit lapangan,
ketidak terbukaan klien, serta kepraktisan auditor dalam melakukan audit.
5.2. Saran
Adapun saran yang peneliti ajukan kepada auditor dan peneliti selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagi auditor, hendaknya dalam penugasan audit, seorang auditor diberikan
waktu yang lebih panjang dalam menjalankan audit lapangan agar semua
prosedur audit yang harus dijalankan oleh auditor dapat terlaksana dengan
baik.
2. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap agar peneliti selanjutnya dapat
113
komponen utang dan modal, agar penelitian yang dihasilkan bersifat lebih
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Jakarta: Salemba Empat Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing. Jakarta: Salemba Empat
Arens, Alvin A. et al. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga
Aryo Adi Prabowo dan Ahmad Haris. 2006. Kasus Perselisihan PT KAI Dibawa ke BPK. (Online). Tersedia: http://m.liputan6.com/home/read/127216/kasus-perselisihan-pt-kai-dibawa-ke-bpk (3 Mei 2014)
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=26162 (23 Agustus 2014)
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat
________________. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Luqman Hakim. 2007. Analisis Pemantauan Outcome Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Tsanawiyah Gresik . Tesis. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Martani, Dwi dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat
Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Natan, Carla. 2013. Pengujian Substantif Untuk Menilai Kewajaran Aset Tetap. Skripsi. Bandung. Universitas Katolik Parahyangan
Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu
Qomariyah, Nurul. 2009. Bursa India Diguncang Skandal Keuangan Satyam. (Online). Tersedia: http://m.detik.com/finance/read/2009/01/07/150554/ 1064537/6/ (3 Mei 2014)
Rohmatunnisa, Dinna. 2006. Analisis Pelaksanaan Test of Control Audit Sistem Informasi Komputer Transaksi Pembelian Barang dan Jasa PT. AB dan Penyusunan Audit Program Substantive Test of Transaction. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
________. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Syahrul, Yura. 2002. Bapepam: Kasus Kimia Farma Merupakan Tindak Pidana.
(Online). Tersedia:
http://m.tempo.co/read/news/2002/11/04/05633339/Bapepam-Kasus-Kimia-Farma-Merupakan-Tindak-Pidana (3 Mei 2014)
Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Audit Berbasis ISA. Jakarta: Salemba Empat
Adityo AlBarwa, 2014
ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI)
DRAFT USULAN PENELITIAN MAHASISWA
PROGRAM SARJANA (S-1)
Tanggal
Seminar/Sidang : 4 Juni 2014
Nama : Adityo Al Barwa
NIM : 1005426
Konsentrasi : Bisnis
Judul : ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK
MENILAI KEWAJARAN ASET
TELAH DIREVISI, DISETUJUI OLEH TIM PENGUJI / PENELAAH UNTUK ... ... ... ... ... ... . ... ... ... .
NO. PENGUJI / PENELAAH Tandatangan
1 Indah Fitriani SE., M.Ak., Ak., CA
2 Hj. Alfira Sofia ST., MM.
Bandung, Juni 2014
Mengetahui / Menyetujui; Pembimbing
R. Nelly Nur Apandi SE., M.Si., Ak
Adityo AlBarwa, 2014