10/S1/KTP/FEBRUARI 2014 NOPERBEDAAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
BERKIRIM SALAM DAN SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
Oleh:
M.Adnan Fahmy
0906353
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERBEDAAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM
DAN SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF
SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri
26 Bandung)
Oleh M.Adnan Fahmy
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© M.Adnan Fahmy 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
M. ADNAN FAHMY 0906353
Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal Terhadap Hasil Belajar
Ranah Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing I
Dr. Rusman, M.Pd NIP. 19720505 199802 1 001
Pembimbing II
Dr. Deni Darmawan, M.Si NIP. 19711228 199802 1 001
Ketua Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd NIP. 19591121 198503 1 001
Ketua Prodi Teknologi Pendidikan
ABSTRAK
M.Adnan Fahmy (0906353). Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal Terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Bandung).
Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2014.
Penelitian ini menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two
stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung”. Secara lebih rinci rumusan
masalah ini: (1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?; (2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?; (3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek menerapkan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen control grup pretest posttest design. Instrumen tes objektif. Teknik pengambilan sampel dengan sampling purposive. Uji normalitas data menggunakan one sample Kolmogorov smirnov. Uji hipotesis menggunakan Uji T independent t-test. Kesimpulan umum terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung
ABSTRACT
M. Adnan Fahmy (0906353). Differences in the use of Cooperative Learning
Model of type Two Stay-Two Stray with Cooperative Learning Model Of Type Send Greetings and questions to the Cognitive domain of Learning Outcomes Students on subjects of Information and Communication Technology (quasi Experiment In Grade VIII junior high school the country 26 Bandung).
Thesis Department of curriculum and educational technology, Faculty of education, Indonesia University of Education, 2014.
This study answers the problems of research that has been formulated, namely "Whether there is a difference in student learning outcomes in the cognitive domain, significant between students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung". In a more detailed formulation of the problem: (1) whether there is a difference in student learning outcomes in the cognitive domain is a significant aspect considering, among students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung?; (2) whether there are differences in student learning outcomes in the cognitive domain is a significant aspect of understanding between students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung?; (3) whether there is a difference in student learning outcomes in the cognitive domain is a significant aspect of applying between students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung?. This research uses quasi experiment method of control group pretest posttest design. Objective test instruments. The technique of sampling with sampling purposive. Test the normality of data using one-sample Kolmogorov smirnov. Hypothesis test using independent T Test the t-test. General conclusions there are differences in student learning outcomes in the cognitive domain, significant between students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung.
Keywords: Cooperative Learning Model of type Two Stay-Two Stray, Student
DAFTAR ISI
PERNYATAAN……… i
ABSTRAK……… ii
KATA PENGANTAR ………. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iv
DAFTAR ISI ……….. viii
DAFTAR TABEL ……….. xiv
DAFTAR GRAFIK ……… xvi
DAFTAR BAGAN ………. xvii
DAFTAR GAMBAR ………. xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……….. 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ……… 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ……….. 8
C. Tujuan Penelitian ………... 9
D. Manfaat Penelitian ……… 10
E. Struktur Organisasi Skripsi……… 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran………. 13
1. Pengertian Belajar ………... 13
2. Pengertian Pembelajaran ………. 15
1. Pengertian Model Pembelajaran.………. 17
2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran………. 18
C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)……….... 19
1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)………. 19
2. Teori Yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)………... 23
3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)………... 23
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray……….. 24
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim dan Soal…………. 28
F. Hasil Belajar ……….. 29
1. Pengertian Hasil Belajar……….. 29
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar………. 30
3. Pembagian Hasil Belajar………. 31
G. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ……… 34
1. Hakikat/Konsep Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi… 34 2. Tujuan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi… 35 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi……….. 35
H. Kerangka Pemikiran ………... 37
I. Hipotesis Penelitian ………. 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ………. 40
1. Lokasi Penelitian ……… 40
2. Populasi Penelitian ………. 40
3. Sampel Penelitian ………... 41
B. Metode, Variabel dan Rancangan Penelitian ………... 42
1. Metode Penelitian……… 42
2. Variabel Penelitian……….. 43
3. Desain Penelitian………. 45
C. Definisi Operasional ……….. 46
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray... 46
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal. 46 3. Hasil Belajar Ranah Kognitif………... 46
4. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi……….... 47
D. Prosedur Penelitian………. 47
1. Pembuatan Rancangan Penelitian……… 47
2. Pelaksanaan Penelitian………. 49
3. Pembuatan Laporan Penelitian……… 49
E. Instrumen Penelitian ……….. 49
F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ………... 51
2. Uji Reliabilitas ……… 53
3. Tingkat Kesukaran Soal ……….. 54
4. Daya Pembeda ………. 55
G. Analisis Data ………. 55
1. Uji Normalitas ………. 55
2. Uji Homogenitas ………. 56
3. Uji Hipotesis ……… 56
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 60
1. Uji Validitas ………... 60
a. Validitas Alat Ukur……… 60
b. Validitas Butir Soal……… 61
2. Uji Reliabilitas ……… 63
3. Tingkat Kesukaran ……….. 63
4. Daya Pembeda ……… 65
5. Deskripsi Hasil Penelitian……… 65
a. Data Hasil Penelitian………. 67
6. Analisis Data Hasil Penelitian ……….. 73
a. Uji Normalitas……… 73
b. Uji Homogenitas……… 75
c. Uji Hipotesis……….. 77
2) Pengujian Hipotesis Pertama……….. 80
3) Pengujian Hipotesis Kedua……….. 82
4) Pengujian Hipotesis Ketiga………. 84
B. Pembahasan……… 86
1. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Signifikan Pada Ranah Kognitif Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung………... 86
2. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Signifikan Pada Ranah Kognitif Aspek Mengingat Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung………. 91
3. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Signifikan Pada
Ranah Kognitif Aspek Memahami Antara Siswa Yang
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay-Two Stray Dengan Siswa Yang Menggunakan Model
Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Kelas
VIII di SMP Negeri 26 Bandung………. 94
4. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Signifikan Pada
Ranah Kognitif Aspek Menerapkan Antara Siswa yang
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay-Two Stray Dengan Siswa yang Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal Pada
Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas
VIII di SMP Negeri 26 Bandung………. 97
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan …...……… 101
B. Rekomendasi………. 102
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay-Two Stray………... 26
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ...………..……… 42
Tabel 3.2 Hubungan Antar Variabel ….……… 44
Tabel 3.3 Desain Penelitian Control Grup Pretest Posttest Design ………… 45
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas …….………..…... 53
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Alat Pengumpul Data ……...………. 61
Tabel 4.2 Validitas Butir Soal ………..………..…….. 61
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen …….……….. 63
Tabel 4.4 Taraf Kesukaran Soal ……….……….. 63
Tabel 4.5 Persentase Tingkat Kesukaran Instrumen ….….………. 64
Tabel 4.6 Objek Penelitian ….……….………. 65
Tabel 4.7 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Secara Keseluruhan ………. 66
Tabel 4.8 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Secara Mengingat ………. 68
Tabel 4.9 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Secara Memahami ………. 70
Tabel 4.10 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Secara Menerapkan ……… 71
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas ………. 73
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Gain Total Aspek Mengingat ………. 76
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Gain Total Aspek Memahami ……… 76
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Gain Total Aspek Menerapkan……… 76
Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis Umum ………..………. 79
Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis Aspek Mengingat………... 81
Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis Aspek Memahami ……….. 83
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Keseluruhan ………... 66
Grafik 4.2 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Aspek Mengingat ………... 68
Grafik 4.3 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Aspek Memahami ……….. 70
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
4.1 Wilayah Penolakan Ho Keseluruhan………. 80
4.2 Wilayah Penolakan Ho Aspek Mengingat………. 82
4.3 Wilayah Penolakan Ho Aspek Memahami……… 84
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung, banyak sekali memunculkan
masalah bagi manusia. Manusia dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya agar
dapat memaksimalkan perubahan yang terjadi saat ini. Perbaikan kualitas ini erat
kaitannya dengan pendidikan, karena pendidikan memiliki kaitan yang sangat erat
bagi proses perubahan manusia ke arah yang lebih baik.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan.
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam menjadikan manusia berilmu,
berbudaya, bertakwa serta mampu menghadapi tantangan masa yang akan datang.
Pendidikan tersebut juga akan melahirkan peserta didik yang cerdas serta
mempunyai kompetensi untuk dikembangkan ditengah-tengah masyarakat.
Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan. Pengajaran
sebagai aktivitas operasional pendidikan dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam
hal ini guru. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan
kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah
satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
perbaharuan sistem pendidikan.
Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa :
2
Namun pada kenyataannya, pendidikan tidak berjalan dengan baik dan tidak
jarang jauh dari apa yang diharapkan. Pendidikan yang terjadi masih kurang
berjalan dengan baik dan jauh dari standar pengharapan yang kita inginkan.
Standar pengharapan yang diinginkan pastinya pendidikan berjalan dengan baik
dan mencapai tujuan dari sistem pendidikan nasional itu sendiri serta
menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Setelah diamati, nampak jelas bahwa
masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan
formal maupun informal. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai
keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai
bidang.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan. Upaya
tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para
pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Namun
tidak terkecuali pada tingkat satuan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.
Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu
melakukan proses edukasi, sosialisasi dan wadah transformasi. Sekolah yang
termasuk sekolah bermutu juga didalamnya pasti terdapat seorang pendidik yaitu
guru yang memiliki keterampilan mengajar yang baik. Keterampilan mengajar
bagi seorang guru adalah sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam
proses belajar mengajar. Keterampilan didalam mengajar salah satunya
keterampilan dalam mengadakan variasi di dalam pembelajaran.
Pendidikan di Indonesia mengenal 3 jenjang pendidikan, yaitu pendidikan
dasar, pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 26 Bandung didalamnya menyelenggarakan mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mata pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi adalah mata pelajaran yang memiliki peran dalam melancarkan
proses pembelajaran dan peningkatan mutu sumber daya manusia di Indonesia.
3
merawat peralatan Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi, serta
menggunakan segala potensi yang ada untuk pengembangan kemampuan diri.
Pengembangan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terbentur oleh
beberapa kendala dan temuan di lapangan, salah satunya adalah rendahnya
kualitas proses pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru tidak mendemonstrasikan
materi dengan baik dan kurangnya inovasi dalam proses pembelajaran sehingga
kurang menarik perhatian siswa. Kebiasaan penyampaian materi dengan guru
sebagai sumber pembelajaran membuat pembelajaran tersebut berjalan monoton
dan membosankan. Pembelajaran diberikan secara klasikal melalui metode
ceramah dan praktikum langsung tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan
metode lain yang sesuai dengan jenis materi. Akibatnya siswa kurang berminat
untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut dan membuat siswa
cenderung bosan dan kurang memperhatikan terhadap apa yang disampaikan oleh
guru, yang akan mempengaruhi hasil belajarnya. Hal yang sangat menonjol adalah
siswa kurang kreatif, kurang terlihat dalam proses pembelajaran, kurang memiliki
inisiatif dan konstribusi baik secara intelektual maupun emosional. Pertanyaan,
gagasan dan pendapat dari siswa jarang muncul, kalaupun ada pertanyaan yang
muncul jarang diikuti oleh pendapat lain sebagai respon.
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut adalah dengan
mengganti metode pembelajaran yang kurang relevan, dengan metode yang tepat
diterapkan dalam pembelajaran. Harus ada interaksi sosial baik antara siswa yang
satu dengan yang lain maupun antara siswa dengan guru untuk meningkatkan
pengetahuan dalam menguasai materi pada mata pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi. Tindakan tersebut akan membantu siswa dalam meningkatkan
dan memperbaiki pengetahuan yang telah terbina sebelumnya. Penggalian
kemampuan yang terpendam yang dimiliki siswa harus dilakukan secara
maksimal. Sebenarnya, setiap siswa mempunyai potensi untuk berkembang,
namun terkadang potensi itu tidak tergali atau bahkan terabaikan. Hal ini
4
Guru menjadi pusat pembelajaran, kegiatan tersebut berdampak pada
perkembangan potensi murid tidak berjalan dengan baik dan murid menghasilkan
hasil belajar yang kurang maksimal.
Kondisi dilapangan yang dirasakan peneliti saat beberapa waktu lalu
melakukan pendidikan pelatihan langsung di SMP Negeri 26 Bandung
menunjukkan bahwa guru yang melakukan pembelajaran mata pelajaran TIK
selalu menjadi pusat dari suatu kegiatan pembelajaran dan murid cukup dengan
menerima. Hal itu berdampak pada kondisi kelas yang berjalan monoton. Murid
tidak ikut berperan aktif didalam pembelajaran, yang kadang berdampak pada
kondisi kelas yang berubah tidak kondusif. Hal ini jelas suatu masalah ditengah
tuntutan kreatifitas dan peran aktif murid berpartisipasi di dalam kelas.
Hasil belajar mata pelajaran TIK pun mendapatkan dampaknya dari hal
tersebut. Pemahaman siswa mengenai pelajaran TIK tidak berjalan secara lancar
dan mengakibatkan hasil belajar yang kurang maksimal. Murid menampakkan
hasil belajar yang kurang maksimal malah cenderung mengecewakan. Hal ini
dapat dilihat pada nilai siswa SMP Negeri 26 Bandung kelas VIII semester 2
tahun pelajaran 2012/2013 bahwa kurang lebih sekitar 70% siswa yang ada
menghasilkan nilai yang tidak melampaui nilai kriteria ketuntasan minimal atau
dengan kata lain belum tuntas dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Hal tersebut jelas mengkhawatirkan ditengah tuntutan peningkatan
mutu sumber daya manusia dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
Menurut Surakhmad (1982 : 14) memaparkan tentang peran guru bahwa:
Disinilah guru dibutuhkan. Ia dibutuhkan untuk memberikan bekal hidup yang berguna. Ia harus dapat memberikannya dalam situasi yang tertentu. Ia harus memberikan secara edukatif. Tegasnya ia harus menciptakan situasi dan interaksi edukatif. Ia tidak memakai pendekatan otoriter yang hanya memerintah dan memaksa. Ia tidak sekedar menyuap anak didik dengan fakta dan informasi.
Penyataan tersebut memaparkan bahwa peran guru itu bukan hanya sebagai
pemberi didalam pembelajaran, namun pernyataan tersebut mengharapkan adanya
5
ialah dengan cara mendesain pembelajaran TIK dengan baik salah satunya dengan
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan berinovasi. Guru
diharapkan mampu berinovasi dalam proses pembelajaran, agar terciptanya
sumber daya manusia yang berkualitas serta mutu pendidikan di Indonesia
menjadi lebih baik. Diharapkan pula dapat berdampak pada hasil belajar mata
pelajaran TIK yang memuaskan. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mencoba
menerapkan model pembelajaran kooperatif agar dapat mempengaruhi hasil
belajar dari mata pelajaran TIK siswa menjadi lebih baik dan memuaskan.
Model pembelajaran kooperatif bisa dijadikan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran TIK, khususnya pada penyampaian materi
yang bersifat teori karena model pembelajaran kooperatif dikatakan sebagai
strategi pembelajaran yang dapat menambahkan unsur-unsur interaksi sosial pada
pembelajaran. Didalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.
Isjoni (2010 : 14) menjelaskan bahwa :
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Didalam pembelajaran kooperatif pula diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan
atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Kegiatan tersebut yang nantinya
dapat membantu agar siswa memiliki tingkat pemikiran yang jauh lebih baik dan
akan berdampak pada hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif memiliki
beberapa tipe atau teknik, seperti Jigsaw, Make a match, Snowball Throwing,
Teams Games Tournament, Number Head Together, Berkirim Salam dan Soal
6
dapat digunakan dalam pembelajaran adalah tipe Two Stay-Two Stray. Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dapat membuat
siswa aktif dalam pembelajaran, selain itu model ini memberi kesempatan untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari model
ini adalah optimalisasi partisipasi siswa sehingga siswa dapat berdiskusi dengan
temannya, tentu saja hal ini dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Model
pembelajaran kooperatif tipe ini tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif yang
membedakan dengan pembagian kelompok secara konvensional. Ciri khas dari
model pembelajaran ini adalah adanya pembagian tugas dalam kelompok yaitu
dua siswa bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan
dua siswa lainnya tetap berada dalam kelompok untuk memberikan informasi
kepada kelompok lain. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka
kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik
siswa yang bertugas bertemu maupun mereka yang bertugas menerima tamu
mendiskusikan dan membahas kembali hasil kerja mereka. Sehingga setiap siswa
dilatih untuk mengungkapkan idenya dalam menyelesaikan persoalan yang
diberikan oleh guru. Pelaksanaan prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay-Two Stray dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas
dengan lebih efektif.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ini sebelumnya sudah dikaji oleh Digitaliawati (2005) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay-Two Stray Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA”, ia menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran
7
menunjukkan bahwa antusias siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Tipe
Two Stay-Two Stray semakin baik.
Selain itu hasil kajian yang dilakukan oleh Ersah (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay-Two
Stray Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMA”,
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa pada kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan penggunaan
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang lebih membelajarkan siswa
sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.
Suatu model pembelajaran dapat dikatakan berhasil dengan baik apabila dapat
meningkatkan hasil belajar berupa motivasi, minat, keaktifan dan nilai akademik
siswa dalam pembelajaran dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi
dan pengetahuan yang dimilikinya. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay-Two Stray diharapkan dapat membantu dalam mengatasi permasalahan yang
terjadi pada diri siswa seperti perasaaan takut terhadap pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi, tidak menyukai pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi, sikap menghindari pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik, karena seseorang
dikatakan telah belajar apabila dia telah memperoleh hasil belajar yang telah
dicapai yakni perubahan tingkah laku.
Perkembangan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini
berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia,
sehingga siswa dituntut mengikuti perkembangan teknologi tersebut agar dapat
meningkatkan mutu sumber daya manusia. Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dirasa peneliti dapat secara efektif
membantu proses pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi agar menjadi hidup, menarik dan memperkecil kemungkinan
munculnya aktivitas negatif yang tidak dikehendaki. Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray pada mata pelajaran Teknologi
8
materi belajar dengan rekan sebaya dan kelompok-kelompok kecilnya, juga untuk
meningkatkan rasa sosialisasi siswa dengan siswa lainnya, sehingga dapat
berdampak pada hasil belajar pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi siswa sesuai dengan kompetensi hasil belajar yang sudah ditetapkan,
sehingga menjadikan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas yang
dapat berguna bagi bangsa dan masyarakat.
Berdasarkan pembahasan latar belakang tersebut, peneliti tertarik mengambil
judul : “Perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan
soal terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi”
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti
mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Guru ketika memberikan materi mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi kurang menarik perhatian peserta didik.
2. Metode pembelajaran yang dilakukan bersifat teacher center.
3. Keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran masih kurang.
C. Rumusan Masalah Penelitian 1. Rumusan Masalah Umum
Dilihat dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah umum yang diangkat yaitu “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?”
2. Rumusan Masalah Khusus
9
a) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah
kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal
pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP
Negeri 26 Bandung?;
b) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah
kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal
pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP
Negeri 26 Bandung?;
c) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah
kognitif aspek menerapkan antara siswa yang menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal
pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP
Negeri 26 Bandung?;
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada
mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26
Bandung.
2. Tujuan Khusus
10
a. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah
kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan
Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di
SMP Negeri 26 Bandung.
b. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah
kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan
Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di
SMP Negeri 26 Bandung.
c. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah
kognitif aspek menerapkan antara siswa yang menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan
Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di
SMP Negeri 26 Bandung.
E. Manfaat Penelitian 1. Untuk Sekolah
Bisa dijadikan suatu saran atau masukan dalam usaha meningkatkan kualitas
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran berhasil sesuai dengan target yang
telah ditetapkan. Bagi kepala sekolah yang sebagai pembina dari sekolah tersebut
agar dapat mempertimbangkan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay-Two Stray bersama guru-guru dan staf sekolah dan juga mampu
mengembangkannya kembali.
2. Untuk Guru
Dapat sebagai masukan untuk menentukan model pembelajaran yang tepat
11
aspek memahami dan aspek menerapkan siswa pada mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Dan juga dapat memberikan motivasi dan inovasi bagi
guru agar tetap semangat dalam melaksanakan proses pembelajaran.
3. Untuk Siswa
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini siswa akan memperoleh hasil
belajar yang lebih maksimal lagi dari sebelumnya. Dan juga diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa agar siswa dapat menjadi lebih aktif,
partisipatif dan semangat dalam menghadapi pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
4. Untuk Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan hasil secara jelas sejauh mana pengaruh
penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray kepada
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Secara lebih, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan pribadi dari
dalam diri peneliti yang akan sebagai calon pendidik agar dapat menerapkan dan
mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ini
pada peserta didik dalam proses pembelajaran nanti.
5. Untuk Peneliti Berikutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal bahan
masukan dan bahan inspirasi bagi peneliti berikutnya yang tertarik mempelajari
ataupun menggunakan strategi pembelajaran yang secara khususnya Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Berikut ini adalah rincian tentang urutan rincian dari setiap bab dan bagian
bab yang terdapat dalam skripsi ini.
BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi
masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
12
BAB II Kajian pustaka yang berisi penjabaran teori-teori atau dalil-dalil
yang melandasi peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan
penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis. Kajian teori yang
mendukung dalam penyusunan skripsi ini adalah hakikat belajar
dan pembelajaran, model pembelajaran, model pembelajaran
kooperatif, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two
Stray, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan
Soal, hasil belajar ranah kognitif dan mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi
BAB III Metode Penelitian ini berisi penjabaran terkait hal-hal penelitian
termasuk lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, variabel
penelitian, desain penelitian, definisi operasional, prosedur
penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data dan tahapan
analisis data
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi penjabaran hasil analisis
data dan pembahasan atau analisis temuan
BAB V Kesimpulan berisi penjabaran terkait penafsiran atau pemaknaan
peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Sedangkan saran
ditujukan untuk pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian, dan
peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Bandung yang
terletak di Jalan Sarimanah Blok 23 Sarijadi, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat
sebagai lokasi penelitian. Sekolah ini terdiri dari kelas VII dengan 8 kelompok
belajar, kelas VIII dengan 9 kelompok belajar dan kelas IX dengan 9 kelompok
belajar.
2. Populasi Penelitian
Populasi adalah sejumlah individu atau subjek yang terdapat dalam kelompok
tertentu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dijadikan sumber data, dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Hal tersebut
dikuatkan dengan pendapat Martono (2011 : 74) yang menyatakan, populasi merupakan “keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti.” Sedangkan menurut Arifin (2012 : 215) “populasi adalah keseluruhan objek yang
diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi“.
Mengingat luasnya populasi maka peneliti membatasi populasi dalam
penelitian ini untuk membantu mempermudah menarik sampel. Menurut Sudjana
dan Ibrahim (2001 : 71) “…..pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan
populasi sasaran (target population) dan populasi terjangkau (accessible
population)”.
Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah
41
jumlah siswa 321 sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII yang
berjumlah 9 kelas.
3. Sampel Penelitian
Margono (2005 : 121) menyatakan bahwa ”sampel adalah sebagian dari
populasi, sebagai contoh yang sedang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Sedangkan menurut Narbuko dan Achmadi (2004 : 107) memaparkan bahwa ”Sampel yang baik yaitu sampel yang memilki populasi atau yang representatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mewakili
populasi, mencerminkan populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.”
Berdasarkan metode kuasi eksperimen yaitu ciri utamanya adalah tanpa
penugasan random dan menggunakan kelompok yang sudah ada (intact group),
maka peneliti menggunakan kelompok-kelompok yang sudah ada sebagai sampel,
jadi peneliti tidak mengambil sampel dari anggota populasi secara individu tetapi
dalam bentuk kelas. Alasannya karena apabila pengambilan sampel secara
individu dikhawatirkan situasi kelompok sampel menjadi tidak alami.
Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik sampling (teknik pengambilan sampel) jenis nonprobability
sampling. Sugiyono (2013 : 122) mengemukakan “nonprobability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel “.
Nonprobabilty sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling
purposive. Sugiyono (2013 : 124) mengemukakan “sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas yang dijadikan sampel penelitian
dianggap dapat mewakili populasi. Teknik sampling purposive yang bersifat
subyektif, dimana pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan peneliti dan
guru yang bersangkutan. Peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini yaitu
kelas VIII-E dan kelas VIII-B. Kedua kelas tersebut dianggap memiliki sifat dan
42
yang ada di sekolah sebagai bahan pertimbangan penentuan sampel penelitian
tersebut.
Dari populasi tersebut diambil dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas
VIII-E dan VIII-B. Salah satu dari kelas tersebut dijadikan sebagai kelas
eksperimen yang akan diberikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay-Two Stray yaitu kelas VIII-E, sedangkan satu kelas lainnya dijadikan sebagai
kelas kontrol yang akan diberikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim
Salam Dan Soal yaitu kelas VIII-B. Dapat dilihat rinciannya pada tabel 3.1
sebagai berikut.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa Rata-Rata kelas
1 Kelas Eksperimen
VIII-E
34 66,5
2 Kelas Kontrol
VIII-B
34 65,5
B. Metode, Variabel dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu teknik atau cara ilmiah yang dilakukan
dalam kegiatan penelitian. Jenis penelitian berdasarkan pendekatan menurut
Arifin (2012 : 29) yaitu “penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif dan penelitian perkembangan”. Berdasarkan jenis penelitian tersebut pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena penelitian yang digunakan untuk
menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap
variabel-variabel tertentu, sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat
digeneralisasikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
43
tidak dilakukannya penugasan random, melainkan melakukan pengelompokkan
subjek penelitian berdasarkan kelompok yang telah terbentuk sebelumnya atau
bisa dikatakan kelompok yang sudah ada yang dalam hal ini adalah kelas biasa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban tentang pengaruh suatu
perlakuan maka terdapat variabel yang mempengaruhi (sebab) dan variabel yang
dipengaruhi (akibat). Seperti yang diungkapkan oleh Arifin (2012 : 74) tujuan kuasi eksperimen adalah “untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan”. Metode kuasi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu kondisi yang sengaja diadakan terhadap gejala
sosial yang berupa kegiatan dan tingkah laku individu atau kelompok yang
diamati secermat mungkin.
2. Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi objek penelitian.Variabel dalam
penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Menurut
Prasetyo dan Jannah (2010 : 67) yaitu “variabel bebas menjelaskan terjadinya
fokus atau topik penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas.”
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray yang digunakan
didalam kelas eksperimen serta Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim
Salam Dan Soal yang digunakan didalam kelas kontrol merupakan variabel bebas.
Variabel bebas ini disimbolkan dengan X. Variabel terikat dalam penelitian adalah
hasil belajar ranah kognitif yang disimbolkan dengan Y.
Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di
44
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray
X1Y2 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek memahami dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray
X1Y3 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek menerapkan dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray
X2Y1 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek mengingat dengan
45
X2Y2 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek memahami dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal
X2Y3 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek menerapkan dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal
3. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Control Grup Pretest Posttest Design,
menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan penugasan
random, yang merupakan bentuk desain penelitian dalam metode kuasi
eksperimen. Desain penelitian tersebut dapat digambarkan pada tabel 3.3 sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Desain Penelitian Control Grup Pretest Posttest Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen T1 X1 T2
Kontrol T1 X2 T2
Keterangan :
T1 : pretest sebelum perlakuan diberikan terhadap kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol
X1 : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
X2 : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal
T2 : posttest setelah perlakuan diberikan terhadap kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol
Kelompok eksperimen pada desain penelitian ini akan diberikan perlakuan
dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray.
Sedangkan pada kelompok kontrol akan menggunakan Model Pembelajaran
46
Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kelompok yang akan
dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sesuai dengan
penentuan sampel diatas. Sebelum perlakuan (X), kedua kelompok diberikan
pretest (T1) kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pada kelompok
eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay-Two Stray. Dan kelompok control yang menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal. Setelah perlakuan (X), kedua
kelompok diberikan posttest (T2). Hasilnya kemudian dibandingkan antara skor
pretest dan posttest pada kelompok ekperimen dan membandingkan selisih skor
pretest dan posttest kelompok kontrol.
C. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
Model Pembelajaran Tipe Two Stay-Two Stray adalah salah satu teknik dalam
pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Caranya dengan
bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah empat siswa dimana dua siswa
bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan dua siswa
lainnya tetap berada dalam kelompok untuk memberikan informasi kepada
kelompok lain.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal memberi siswa
kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat
pertanyaan sendiri , sehingga akan merasa terdorong untuk belajar dan menjawab
pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Sebelum memberikan
pertanyaan yang telah dibuat sendiri, tiap kelompok harus memberikan salam
berupa yel-yel kelompok.
47
Hasil belajar disini merupakan suatu hasil belajar dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Interaksi-interaksi tersebut akan menghasilkan
kemampuan yang akan dimiliki siswa untuk kedepannya. Dengan kata lain, hasil
belajar di dalam penelitian ini merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah
proses pembelajaran, yang diakhiri dengan proses evaluasi belajar yang
ditunjukkan dalam bentuk angka-angka (nilai). Tepatnya setelah diberi perlakuan
antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
berkirim salam dan soal, hasilnya dibandingkan dan dianalisis kelompok siswa
mana yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap penggunaan model
pembelajaran kooperatif tersebut dan berdampak pada hasil belajar ranah kognitif.
Hasil belajar ranah kognitif ini didapatkan dari hasil tes objektif bentuk pilihan
ganda (multiple-choice) pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi materi perangkat lunak pengolah kata. Dalam penelitian ini, fokus
hasil belajar yang ingin dicapai adalah ranah kognitif dengan cakupan aspek
mengingat, aspek memahami, aspek menerapkan siswa, karena ketiga aspek
tersebut memungkinkan untuk diteliti pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama.
4. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah bidang
studi yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi
perubahan era masyarakat yang digital yang selalu berkembang dan memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam memanfaatkan TIK.
Mengingat luasnya pokok bahasan dalam mata pelajaran TIK, pokok bahasan
seputar aplikasi pengolah kata. Sub pokok materi perangkat lunak pengolah kata
untuk menyajikan informasi semester 1 kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung.
D. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dilakukan melalui tiga tahap yang dapat
48
1. Pembuatan Rancangan Penelitian
a. Memilih masalah, peneliti memilih masalah penelitian dengan melakukan
studi pustaka yang berasal dari beberapa literatur seperti buku, bacaan
internet, artikel, skripsi dan sebagainya.
b. Studi pendahuluan, dilakukan dengan 3 objek, yaitu paper (skripsi, buku, dan
internet), person (konsultasi dengan dosen pembimbing akademik dan rekan
tutor atau guru pada mata pelajaran TIK), place (berkunjung ke lembaga
terkait, melihat kondisi kelas, fasilitas belajar dan kapasitas laboratorium
komputer).
c. Merumuskan masalah, dengan melakukan perumusan judul, membuat
rancangan penelitian sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan diteliti.
Kegiatan ini disertai dengan konsultasi dengan dosen Pembimbing Akademik.
d. Merumuskan hipotesis, setelah menemukan masalah peneliti kemudian
merumuskan hipotesis.
e. Memilih metode, yaitu dengan memilih metode kuasi eksperimen dengan
pendekatan kuantitatif. Dengan desain control grup pretest posttest design.
f. Menentukan variabel dan sumber data. Terdapat dua variabel penelitian yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray serta model
pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal termasuk variabel bebas.
Hasil belajar domain kognitif termasuk variabel terikat. Sumber data berasal
dari tes bentuk objektif yaitu pilihan ganda.
g. Menentukan dan menyusun instrumen, dilakukan atas kerjasama dengan dosen
pembimbing skripsi dan rekan guru mata pelajaran TIK. Dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Melakukan observasi, wawancara dengan guru mata pelajaran TIK untuk
menentukan materi dan waktu pelaksanaan penelitian yang sesuai.
2) Membuat prosedur pelaksanaan eksperimen berdasarkan kurikulum yang
sesuai
49
4) Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
5) Menyiapkan media dan model pembelajaran yang dibutuhkan (model
pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dan model pembelajaran
kooperatif tipe berkirim salam)
6) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
7) Menyusun instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda dengan lembar
penilaian tes objektif yang menggunakan kunci jawaban.
8) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah
disusun.
9) Melakukan uji validitas isi melalui kegiatan bimbingan dengan dosen
pembimbing dan guru mata pelajaran TIK. Validitas isi dilakukan dengan
menganalisis kesesuaian antara instrumen, kisi-kisi dan RPP.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengumpulkan data, diawali dengan penentuan kelas ekperimen dan kelas
kontrol. Setelah itu diberi pretest. Lalu kelas eksperimen dan kelas kontrol
tersebut diberikan perlakuan sesuai dengan yang sudah ditentukan. Selanjutnya
diberi posttest berupa tes bentuk objektif. Melakukan analisis data dari hasil
penilaian tes bentuk objektif yang telah diberikan. Menarik kesimpulan dengan
melakukan pengolahan data berdasarkan hasil pretest dan posttest dan
menyimpulkan hasilnya sesuai hipotesis.
3. Pembuatan Laporan Penelitian
Menulis laporan penelitian dalam bentuk tertulis berdasarkan kaidah-kaidah
penulisan karya ilmiah. Laporan ini akan dipertanggungjawabkan pada ujian
sidang akhir perkuliahan yang penulis jalani di Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
50
Instrumen penelitian sering dihubungkan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu dengan tes. Menurut Arifin (2009 : 118) mengatakan bahwa :
Tes merupakan teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek prilaku peserta didik
Tes disini yaitu tes hasil belajar berupa tes objektif khususnya tes pilihan
ganda yang mencakupi kemampuan kognitif aspek mengingat, memahami dan
menerapkan. Tes pilihan ganda ini berupa lembar soal yang terdiri atas pembawa
pokok persoalan dan pilihan jawaban. Menurut Arifin (2010 : 138) “tes objektif
bentuk pilihan ganda adalah tes yang dapat digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, evaluasi, dan sintesis”. Instrumen akan diuji agar instrumen tersebut dianggap valid dan praktis. Instrumen berbentuk tes terdiri dari pretest
dan posttest. Pretest dilakukan pada awal pembelajaran sedangkan posttest
dilakukan di akhir pembelajaran. Prestest dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberik perlakuan. Sedangkan posttest untuk
mengetahui hasil belajar ranah kognitif setelah diberi perlakuan. Dengan
demikian, dapat diketahui perbedaan hasil belajar ranah kognitif yang pada
akhirnya dapat memberikan gambaran mengenai tingkat keberhasilan
pembelajaran. Tes yang dibuat dalam penelitian ini berupates objektif berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) yang tersusun berdasarkan indikator-indikator
yang terdapat dalam RPP dengan empat pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d.
Pretest, akan diberikan sebelum diberikannya treatnet untuk melihat hasil belajar
kemampuan awal peserta didik. Dan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah diberikannya treatment kepada peserta didik. Berikut langkah-langkah
yang ditempuh dalam membuat instrumen tes:
1. Menganalisis silabus mata pelajaran dengan menetapkan materi pelajaran pada
51
2. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang
diambil dari kurikulum mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
pada jenjang Sekolah Menengah Pertama kelas VIII.
3. Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan dan sub pokok
bahasan yang ditentukan.
4. Menentukan instrument yang akan digunakan untuk penelitian.
5. Menyusun kisi-kisi instrumen yang mengacu kepada tujuan dan sub pokok
bahasan yang telah ditetapkan.
6. Menyusun indikator sesuai dengan kompetensi dasar yang ada pada RPP.
Jumlah indikator disesuaikan dengan jumlah soal tes yang akan diberikan
kepada siswa.
7. Membuat kunci jawaban instrument
8. Melakukan judgement terhadap ksisi-kisi instrument yang telah disusun
9. Mengadakan uji coba instrumen kepada siswa diluar sampel.
10.Menganalisis hasil uji coba instrument.
11.Memilih instrumen tes yang dianggap sudah valid, yang kemudian diujikan
kepada kelas eksperimen.
F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen yang sudah dibuat, terlebih dahulu di uji coba terlebih dahulu
sebelum instrumen tersebut diberikan kepada kelompk instrumen. Uji coba ini
dilakukan untuk melihat kualitas dari instrumen tes yaitu melihat validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen. Berikut ini adalah
teknik analisis instrumen penilaian berupa tes.
1. Uji Validitas
Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004 : 121) menjelaskan bahwa “sebuah
52
belajar”. Adapun tujuan utama dari jenis validitas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan,
dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada peserta didik setelah
proses pembelajaran terjadi. Validitas dapat kita cari dengan menghubungkan skor
keseluruhan siswa dalam satu item (X) dengan skor yang diperoleh semua siswa
(Y) yaitu dengan melalui tekhnik korelasi product moment pearson dengan
perumusan sebagai berikut :
(Arifin, 2012 : 279)
Keterangan :
r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
N = Jumlah responden
X = Skor item tes
Y = Skor responden
Menurut Arikunto (2006 : 75) “ koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00.” Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi
besarnya koefisien korelasi sebagai berikut :
Antara 0,800 – 1,00 Validitas sangat tinggi.
Antara 0,600 – 0,800 Validitas tinggi.
Antara 0,400 – 0,600 Validitas cukup
Antara 0,200 – 0,400 Validitas rendah
Antara 0,00 – 0,200 Validitas sangat rendah
53
(Arifin, 2012 : 280)
Keterangan :
t : nilai t-hitung
r : koefisien korelasi
n : jumlah banyak subjek
Nilai t-hitung kemudian dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan taraf
signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n-2. Apabila t-hitung lebih
besar daripada t-tabel, maka item dikatakan valid, namun bila t-hitung lebih kecil
daripada t-tabel maka item tersebut tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas soal dimaksudkan untuk melihat keajegan dan kekonsistenan dari
suatu alat ukur. Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki tingkat
keajegan dalam hasil pengukuran. Arifin (2012:248) mengemukakan “reliabilitas
adalah derajat konsisten instrumen yang bersangkutan. Suatu instrumen dapat
dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada
kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.” Instrumen yang
digunakan adalah berbentuk soal pilihan ganda, maka teknik yang digunakan
untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus
Spearman Brown. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas
tes yaitu :
(Arifin, 2012 : 249)
54
n = panjang tes yang selalu sama dengan 2 karena seluruh tes =
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen
yang diperoleh digunakan tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup
0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2006 : 93)
3. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal dilakukan agar peneliti memiliki tes yang tingkat
kesukarannya tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu susah. Apabila tes yang
diberikan kepada siswa terlalu mudah, siswa tidak akan terangsang untuk
mengasah kemampuannya dan sebaliknya apabila tes yang diberikan terlalu sulit,
siswa akan mudah putus asa yang pada akhirnya tes tersebut tidak dikerjakan
secara maksimal. Untuk mencari tingkat kesukaran soal maka rumus yang
digunakan adalah :
(Arifin, 2009:266)
Keterangan :
WL : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
55
nH : jumlah kelompok atas
Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal menurut Arifin (2009 : 270)
yaitu :
a. Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah
b. Jika jumlah persentase 28%-72% termasuk sedang
c. Jika jumlah persentase 73% ke atas termasuk sukar
4. Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2006 : 211) “daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal tersebut untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah”. Daya pembeda bertujuan untuk mengetahui butir
soal mana yang mampu dikuasai oleh peserta didik. Rumus yang digunakan dalam
menghitung daya pembeda adalah :
D =
(Arikunto, 2003 : 213)
Keterangan :
D = Indeks daya pembeda butir soal tertentu
JA = Jumlah kelompok atas
JB = Jumlah kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BA = Banyaknya peserta kelompok bawah yang jawab benar
Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut, maka dapat
digunakan kriteria sebagai berikut :
0,00 – 0,20 : jelek (poor)
0,20 – 0,40 : Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 : baik (good)