• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOPERBEDAAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM DAN SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : Kuasi Ekspe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NOPERBEDAAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM DAN SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : Kuasi Ekspe"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

10/S1/KTP/FEBRUARI 2014 NOPERBEDAAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

BERKIRIM SALAM DAN SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh:

M.Adnan Fahmy

0906353

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERBEDAAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM

DAN SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF

SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI

DAN KOMUNIKASI

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

26 Bandung)

Oleh M.Adnan Fahmy

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© M.Adnan Fahmy 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

M. ADNAN FAHMY 0906353

Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal Terhadap Hasil Belajar

Ranah Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I

Dr. Rusman, M.Pd NIP. 19720505 199802 1 001

Pembimbing II

Dr. Deni Darmawan, M.Si NIP. 19711228 199802 1 001

Ketua Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Dr. Toto Ruhimat, M.Pd NIP. 19591121 198503 1 001

Ketua Prodi Teknologi Pendidikan

(4)

ABSTRAK

M.Adnan Fahmy (0906353). Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal Terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Bandung).

Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2014.

Penelitian ini menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two

stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung”. Secara lebih rinci rumusan

masalah ini: (1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?; (2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?; (3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek menerapkan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen control grup pretest posttest design. Instrumen tes objektif. Teknik pengambilan sampel dengan sampling purposive. Uji normalitas data menggunakan one sample Kolmogorov smirnov. Uji hipotesis menggunakan Uji T independent t-test. Kesimpulan umum terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung

(5)

ABSTRACT

M. Adnan Fahmy (0906353). Differences in the use of Cooperative Learning

Model of type Two Stay-Two Stray with Cooperative Learning Model Of Type Send Greetings and questions to the Cognitive domain of Learning Outcomes Students on subjects of Information and Communication Technology (quasi Experiment In Grade VIII junior high school the country 26 Bandung).

Thesis Department of curriculum and educational technology, Faculty of education, Indonesia University of Education, 2014.

This study answers the problems of research that has been formulated, namely "Whether there is a difference in student learning outcomes in the cognitive domain, significant between students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung". In a more detailed formulation of the problem: (1) whether there is a difference in student learning outcomes in the cognitive domain is a significant aspect considering, among students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung?; (2) whether there are differences in student learning outcomes in the cognitive domain is a significant aspect of understanding between students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung?; (3) whether there is a difference in student learning outcomes in the cognitive domain is a significant aspect of applying between students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung?. This research uses quasi experiment method of control group pretest posttest design. Objective test instruments. The technique of sampling with sampling purposive. Test the normality of data using one-sample Kolmogorov smirnov. Hypothesis test using independent T Test the t-test. General conclusions there are differences in student learning outcomes in the cognitive domain, significant between students who use cooperative learning model of type two stay-two stray with students who use cooperative learning model type send greetings and questions on subjects of Information and Communication Technology class VIII in SMP Negeri 26 Bandung.

Keywords: Cooperative Learning Model of type Two Stay-Two Stray, Student

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……… i

ABSTRAK……… ii

KATA PENGANTAR ………. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iv

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GRAFIK ……… xvi

DAFTAR BAGAN ………. xvii

DAFTAR GAMBAR ………. xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……….. 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ……… 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ……….. 8

C. Tujuan Penelitian ………... 9

D. Manfaat Penelitian ……… 10

E. Struktur Organisasi Skripsi……… 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran………. 13

1. Pengertian Belajar ………... 13

2. Pengertian Pembelajaran ………. 15

(7)

1. Pengertian Model Pembelajaran.………. 17

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran………. 18

C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)……….... 19

1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)………. 19

2. Teori Yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)………... 23

3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)………... 23

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray……….. 24

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim dan Soal…………. 28

F. Hasil Belajar ……….. 29

1. Pengertian Hasil Belajar……….. 29

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar………. 30

3. Pembagian Hasil Belajar………. 31

G. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ……… 34

1. Hakikat/Konsep Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi… 34 2. Tujuan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi… 35 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi……….. 35

(8)

H. Kerangka Pemikiran ………... 37

I. Hipotesis Penelitian ………. 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ………. 40

1. Lokasi Penelitian ……… 40

2. Populasi Penelitian ………. 40

3. Sampel Penelitian ………... 41

B. Metode, Variabel dan Rancangan Penelitian ………... 42

1. Metode Penelitian……… 42

2. Variabel Penelitian……….. 43

3. Desain Penelitian………. 45

C. Definisi Operasional ……….. 46

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray... 46

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal. 46 3. Hasil Belajar Ranah Kognitif………... 46

4. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi……….... 47

D. Prosedur Penelitian………. 47

1. Pembuatan Rancangan Penelitian……… 47

2. Pelaksanaan Penelitian………. 49

3. Pembuatan Laporan Penelitian……… 49

E. Instrumen Penelitian ……….. 49

F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ………... 51

(9)

2. Uji Reliabilitas ……… 53

3. Tingkat Kesukaran Soal ……….. 54

4. Daya Pembeda ………. 55

G. Analisis Data ………. 55

1. Uji Normalitas ………. 55

2. Uji Homogenitas ………. 56

3. Uji Hipotesis ……… 56

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 60

1. Uji Validitas ………... 60

a. Validitas Alat Ukur……… 60

b. Validitas Butir Soal……… 61

2. Uji Reliabilitas ……… 63

3. Tingkat Kesukaran ……….. 63

4. Daya Pembeda ……… 65

5. Deskripsi Hasil Penelitian……… 65

a. Data Hasil Penelitian………. 67

6. Analisis Data Hasil Penelitian ……….. 73

a. Uji Normalitas……… 73

b. Uji Homogenitas……… 75

c. Uji Hipotesis……….. 77

(10)

2) Pengujian Hipotesis Pertama……….. 80

3) Pengujian Hipotesis Kedua……….. 82

4) Pengujian Hipotesis Ketiga………. 84

B. Pembahasan……… 86

1. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Signifikan Pada Ranah Kognitif Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung………... 86

2. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Signifikan Pada Ranah Kognitif Aspek Mengingat Antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung………. 91

3. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Signifikan Pada

Ranah Kognitif Aspek Memahami Antara Siswa Yang

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay-Two Stray Dengan Siswa Yang Menggunakan Model

(11)

Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Kelas

VIII di SMP Negeri 26 Bandung………. 94

4. Terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Signifikan Pada

Ranah Kognitif Aspek Menerapkan Antara Siswa yang

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay-Two Stray Dengan Siswa yang Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal Pada

Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas

VIII di SMP Negeri 26 Bandung………. 97

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan …...……… 101

B. Rekomendasi………. 102

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay-Two Stray………... 26

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ...………..……… 42

Tabel 3.2 Hubungan Antar Variabel ….……… 44

Tabel 3.3 Desain Penelitian Control Grup Pretest Posttest Design ………… 45

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas …….………..…... 53

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Alat Pengumpul Data ……...………. 61

Tabel 4.2 Validitas Butir Soal ………..………..…….. 61

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen …….……….. 63

Tabel 4.4 Taraf Kesukaran Soal ……….……….. 63

Tabel 4.5 Persentase Tingkat Kesukaran Instrumen ….….………. 64

Tabel 4.6 Objek Penelitian ….……….………. 65

Tabel 4.7 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Secara Keseluruhan ………. 66

Tabel 4.8 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Secara Mengingat ………. 68

Tabel 4.9 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Secara Memahami ………. 70

Tabel 4.10 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Secara Menerapkan ……… 71

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas ………. 73

(13)

Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Gain Total Aspek Mengingat ………. 76

Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Gain Total Aspek Memahami ……… 76

Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Gain Total Aspek Menerapkan……… 76

Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis Umum ………..………. 79

Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis Aspek Mengingat………... 81

Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis Aspek Memahami ……….. 83

(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Keseluruhan ………... 66

Grafik 4.2 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Aspek Mengingat ………... 68

Grafik 4.3 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Aspek Memahami ……….. 70

(15)

DAFTAR BAGAN

(16)

DAFTAR GAMBAR

4.1 Wilayah Penolakan Ho Keseluruhan………. 80

4.2 Wilayah Penolakan Ho Aspek Mengingat………. 82

4.3 Wilayah Penolakan Ho Aspek Memahami……… 84

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung, banyak sekali memunculkan

masalah bagi manusia. Manusia dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya agar

dapat memaksimalkan perubahan yang terjadi saat ini. Perbaikan kualitas ini erat

kaitannya dengan pendidikan, karena pendidikan memiliki kaitan yang sangat erat

bagi proses perubahan manusia ke arah yang lebih baik.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan.

Pendidikan memiliki peran yang penting dalam menjadikan manusia berilmu,

berbudaya, bertakwa serta mampu menghadapi tantangan masa yang akan datang.

Pendidikan tersebut juga akan melahirkan peserta didik yang cerdas serta

mempunyai kompetensi untuk dikembangkan ditengah-tengah masyarakat.

Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan. Pengajaran

sebagai aktivitas operasional pendidikan dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam

hal ini guru. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan

kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah

satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan

perbaharuan sistem pendidikan.

Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) yang

menyebutkan bahwa :

(18)

2

Namun pada kenyataannya, pendidikan tidak berjalan dengan baik dan tidak

jarang jauh dari apa yang diharapkan. Pendidikan yang terjadi masih kurang

berjalan dengan baik dan jauh dari standar pengharapan yang kita inginkan.

Standar pengharapan yang diinginkan pastinya pendidikan berjalan dengan baik

dan mencapai tujuan dari sistem pendidikan nasional itu sendiri serta

menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Setelah diamati, nampak jelas bahwa

masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah

rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan

formal maupun informal. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu

pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai

keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai

bidang.

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan. Upaya

tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para

pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Namun

tidak terkecuali pada tingkat satuan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu

melakukan proses edukasi, sosialisasi dan wadah transformasi. Sekolah yang

termasuk sekolah bermutu juga didalamnya pasti terdapat seorang pendidik yaitu

guru yang memiliki keterampilan mengajar yang baik. Keterampilan mengajar

bagi seorang guru adalah sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam

proses belajar mengajar. Keterampilan didalam mengajar salah satunya

keterampilan dalam mengadakan variasi di dalam pembelajaran.

Pendidikan di Indonesia mengenal 3 jenjang pendidikan, yaitu pendidikan

dasar, pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri 26 Bandung didalamnya menyelenggarakan mata pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mata pelajaran Teknologi Informasi

dan Komunikasi adalah mata pelajaran yang memiliki peran dalam melancarkan

proses pembelajaran dan peningkatan mutu sumber daya manusia di Indonesia.

(19)

3

merawat peralatan Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi, serta

menggunakan segala potensi yang ada untuk pengembangan kemampuan diri.

Pengembangan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terbentur oleh

beberapa kendala dan temuan di lapangan, salah satunya adalah rendahnya

kualitas proses pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru tidak mendemonstrasikan

materi dengan baik dan kurangnya inovasi dalam proses pembelajaran sehingga

kurang menarik perhatian siswa. Kebiasaan penyampaian materi dengan guru

sebagai sumber pembelajaran membuat pembelajaran tersebut berjalan monoton

dan membosankan. Pembelajaran diberikan secara klasikal melalui metode

ceramah dan praktikum langsung tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan

metode lain yang sesuai dengan jenis materi. Akibatnya siswa kurang berminat

untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut dan membuat siswa

cenderung bosan dan kurang memperhatikan terhadap apa yang disampaikan oleh

guru, yang akan mempengaruhi hasil belajarnya. Hal yang sangat menonjol adalah

siswa kurang kreatif, kurang terlihat dalam proses pembelajaran, kurang memiliki

inisiatif dan konstribusi baik secara intelektual maupun emosional. Pertanyaan,

gagasan dan pendapat dari siswa jarang muncul, kalaupun ada pertanyaan yang

muncul jarang diikuti oleh pendapat lain sebagai respon.

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut adalah dengan

mengganti metode pembelajaran yang kurang relevan, dengan metode yang tepat

diterapkan dalam pembelajaran. Harus ada interaksi sosial baik antara siswa yang

satu dengan yang lain maupun antara siswa dengan guru untuk meningkatkan

pengetahuan dalam menguasai materi pada mata pelajaran Teknologi Informasi

dan Komunikasi. Tindakan tersebut akan membantu siswa dalam meningkatkan

dan memperbaiki pengetahuan yang telah terbina sebelumnya. Penggalian

kemampuan yang terpendam yang dimiliki siswa harus dilakukan secara

maksimal. Sebenarnya, setiap siswa mempunyai potensi untuk berkembang,

namun terkadang potensi itu tidak tergali atau bahkan terabaikan. Hal ini

(20)

4

Guru menjadi pusat pembelajaran, kegiatan tersebut berdampak pada

perkembangan potensi murid tidak berjalan dengan baik dan murid menghasilkan

hasil belajar yang kurang maksimal.

Kondisi dilapangan yang dirasakan peneliti saat beberapa waktu lalu

melakukan pendidikan pelatihan langsung di SMP Negeri 26 Bandung

menunjukkan bahwa guru yang melakukan pembelajaran mata pelajaran TIK

selalu menjadi pusat dari suatu kegiatan pembelajaran dan murid cukup dengan

menerima. Hal itu berdampak pada kondisi kelas yang berjalan monoton. Murid

tidak ikut berperan aktif didalam pembelajaran, yang kadang berdampak pada

kondisi kelas yang berubah tidak kondusif. Hal ini jelas suatu masalah ditengah

tuntutan kreatifitas dan peran aktif murid berpartisipasi di dalam kelas.

Hasil belajar mata pelajaran TIK pun mendapatkan dampaknya dari hal

tersebut. Pemahaman siswa mengenai pelajaran TIK tidak berjalan secara lancar

dan mengakibatkan hasil belajar yang kurang maksimal. Murid menampakkan

hasil belajar yang kurang maksimal malah cenderung mengecewakan. Hal ini

dapat dilihat pada nilai siswa SMP Negeri 26 Bandung kelas VIII semester 2

tahun pelajaran 2012/2013 bahwa kurang lebih sekitar 70% siswa yang ada

menghasilkan nilai yang tidak melampaui nilai kriteria ketuntasan minimal atau

dengan kata lain belum tuntas dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Hal tersebut jelas mengkhawatirkan ditengah tuntutan peningkatan

mutu sumber daya manusia dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

Menurut Surakhmad (1982 : 14) memaparkan tentang peran guru bahwa:

Disinilah guru dibutuhkan. Ia dibutuhkan untuk memberikan bekal hidup yang berguna. Ia harus dapat memberikannya dalam situasi yang tertentu. Ia harus memberikan secara edukatif. Tegasnya ia harus menciptakan situasi dan interaksi edukatif. Ia tidak memakai pendekatan otoriter yang hanya memerintah dan memaksa. Ia tidak sekedar menyuap anak didik dengan fakta dan informasi.

Penyataan tersebut memaparkan bahwa peran guru itu bukan hanya sebagai

pemberi didalam pembelajaran, namun pernyataan tersebut mengharapkan adanya

(21)

5

ialah dengan cara mendesain pembelajaran TIK dengan baik salah satunya dengan

menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan berinovasi. Guru

diharapkan mampu berinovasi dalam proses pembelajaran, agar terciptanya

sumber daya manusia yang berkualitas serta mutu pendidikan di Indonesia

menjadi lebih baik. Diharapkan pula dapat berdampak pada hasil belajar mata

pelajaran TIK yang memuaskan. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mencoba

menerapkan model pembelajaran kooperatif agar dapat mempengaruhi hasil

belajar dari mata pelajaran TIK siswa menjadi lebih baik dan memuaskan.

Model pembelajaran kooperatif bisa dijadikan salah satu alternatif yang dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran TIK, khususnya pada penyampaian materi

yang bersifat teori karena model pembelajaran kooperatif dikatakan sebagai

strategi pembelajaran yang dapat menambahkan unsur-unsur interaksi sosial pada

pembelajaran. Didalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.

Isjoni (2010 : 14) menjelaskan bahwa :

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Didalam pembelajaran kooperatif pula diajarkan keterampilan-keterampilan

khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti

menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan

atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas

anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Kegiatan tersebut yang nantinya

dapat membantu agar siswa memiliki tingkat pemikiran yang jauh lebih baik dan

akan berdampak pada hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif memiliki

beberapa tipe atau teknik, seperti Jigsaw, Make a match, Snowball Throwing,

Teams Games Tournament, Number Head Together, Berkirim Salam dan Soal

(22)

6

dapat digunakan dalam pembelajaran adalah tipe Two Stay-Two Stray. Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk

membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dapat membuat

siswa aktif dalam pembelajaran, selain itu model ini memberi kesempatan untuk

bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari model

ini adalah optimalisasi partisipasi siswa sehingga siswa dapat berdiskusi dengan

temannya, tentu saja hal ini dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Model

pembelajaran kooperatif tipe ini tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif yang

membedakan dengan pembagian kelompok secara konvensional. Ciri khas dari

model pembelajaran ini adalah adanya pembagian tugas dalam kelompok yaitu

dua siswa bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan

dua siswa lainnya tetap berada dalam kelompok untuk memberikan informasi

kepada kelompok lain. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka

kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik

siswa yang bertugas bertemu maupun mereka yang bertugas menerima tamu

mendiskusikan dan membahas kembali hasil kerja mereka. Sehingga setiap siswa

dilatih untuk mengungkapkan idenya dalam menyelesaikan persoalan yang

diberikan oleh guru. Pelaksanaan prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay-Two Stray dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas

dengan lebih efektif.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ini sebelumnya sudah dikaji oleh Digitaliawati (2005) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay-Two Stray Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA”, ia menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran

(23)

7

menunjukkan bahwa antusias siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Tipe

Two Stay-Two Stray semakin baik.

Selain itu hasil kajian yang dilakukan oleh Ersah (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay-Two

Stray Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMA”,

menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa pada kelas

eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan penggunaan

pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang lebih membelajarkan siswa

sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.

Suatu model pembelajaran dapat dikatakan berhasil dengan baik apabila dapat

meningkatkan hasil belajar berupa motivasi, minat, keaktifan dan nilai akademik

siswa dalam pembelajaran dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi

dan pengetahuan yang dimilikinya. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay-Two Stray diharapkan dapat membantu dalam mengatasi permasalahan yang

terjadi pada diri siswa seperti perasaaan takut terhadap pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi, tidak menyukai pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi, sikap menghindari pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik, karena seseorang

dikatakan telah belajar apabila dia telah memperoleh hasil belajar yang telah

dicapai yakni perubahan tingkah laku.

Perkembangan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini

berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia,

sehingga siswa dituntut mengikuti perkembangan teknologi tersebut agar dapat

meningkatkan mutu sumber daya manusia. Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dirasa peneliti dapat secara efektif

membantu proses pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi agar menjadi hidup, menarik dan memperkecil kemungkinan

munculnya aktivitas negatif yang tidak dikehendaki. Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray pada mata pelajaran Teknologi

(24)

8

materi belajar dengan rekan sebaya dan kelompok-kelompok kecilnya, juga untuk

meningkatkan rasa sosialisasi siswa dengan siswa lainnya, sehingga dapat

berdampak pada hasil belajar pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi siswa sesuai dengan kompetensi hasil belajar yang sudah ditetapkan,

sehingga menjadikan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas yang

dapat berguna bagi bangsa dan masyarakat.

Berdasarkan pembahasan latar belakang tersebut, peneliti tertarik mengambil

judul : “Perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan

soal terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti

mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Guru ketika memberikan materi mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi kurang menarik perhatian peserta didik.

2. Metode pembelajaran yang dilakukan bersifat teacher center.

3. Keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran masih kurang.

C. Rumusan Masalah Penelitian 1. Rumusan Masalah Umum

Dilihat dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah umum yang diangkat yaitu “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?”

2. Rumusan Masalah Khusus

(25)

9

a) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah

kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal

pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP

Negeri 26 Bandung?;

b) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah

kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal

pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP

Negeri 26 Bandung?;

c) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah

kognitif aspek menerapkan antara siswa yang menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal

pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP

Negeri 26 Bandung?;

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada

mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26

Bandung.

2. Tujuan Khusus

(26)

10

a. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah

kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan

Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di

SMP Negeri 26 Bandung.

b. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah

kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan

Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di

SMP Negeri 26 Bandung.

c. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah

kognitif aspek menerapkan antara siswa yang menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan

Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di

SMP Negeri 26 Bandung.

E. Manfaat Penelitian 1. Untuk Sekolah

Bisa dijadikan suatu saran atau masukan dalam usaha meningkatkan kualitas

peserta didik. Sehingga proses pembelajaran berhasil sesuai dengan target yang

telah ditetapkan. Bagi kepala sekolah yang sebagai pembina dari sekolah tersebut

agar dapat mempertimbangkan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay-Two Stray bersama guru-guru dan staf sekolah dan juga mampu

mengembangkannya kembali.

2. Untuk Guru

Dapat sebagai masukan untuk menentukan model pembelajaran yang tepat

(27)

11

aspek memahami dan aspek menerapkan siswa pada mata pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi. Dan juga dapat memberikan motivasi dan inovasi bagi

guru agar tetap semangat dalam melaksanakan proses pembelajaran.

3. Untuk Siswa

Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini siswa akan memperoleh hasil

belajar yang lebih maksimal lagi dari sebelumnya. Dan juga diharapkan dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa agar siswa dapat menjadi lebih aktif,

partisipatif dan semangat dalam menghadapi pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi.

4. Untuk Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan hasil secara jelas sejauh mana pengaruh

penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray kepada

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Secara lebih, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan pribadi dari

dalam diri peneliti yang akan sebagai calon pendidik agar dapat menerapkan dan

mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ini

pada peserta didik dalam proses pembelajaran nanti.

5. Untuk Peneliti Berikutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal bahan

masukan dan bahan inspirasi bagi peneliti berikutnya yang tertarik mempelajari

ataupun menggunakan strategi pembelajaran yang secara khususnya Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut ini adalah rincian tentang urutan rincian dari setiap bab dan bagian

bab yang terdapat dalam skripsi ini.

BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi

masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

(28)

12

BAB II Kajian pustaka yang berisi penjabaran teori-teori atau dalil-dalil

yang melandasi peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan

penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis. Kajian teori yang

mendukung dalam penyusunan skripsi ini adalah hakikat belajar

dan pembelajaran, model pembelajaran, model pembelajaran

kooperatif, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two

Stray, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan

Soal, hasil belajar ranah kognitif dan mata pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi

BAB III Metode Penelitian ini berisi penjabaran terkait hal-hal penelitian

termasuk lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, variabel

penelitian, desain penelitian, definisi operasional, prosedur

penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data dan tahapan

analisis data

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi penjabaran hasil analisis

data dan pembahasan atau analisis temuan

BAB V Kesimpulan berisi penjabaran terkait penafsiran atau pemaknaan

peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Sedangkan saran

ditujukan untuk pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian, dan

peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Bandung yang

terletak di Jalan Sarimanah Blok 23 Sarijadi, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

sebagai lokasi penelitian. Sekolah ini terdiri dari kelas VII dengan 8 kelompok

belajar, kelas VIII dengan 9 kelompok belajar dan kelas IX dengan 9 kelompok

belajar.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah sejumlah individu atau subjek yang terdapat dalam kelompok

tertentu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk

dijadikan sumber data, dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Hal tersebut

dikuatkan dengan pendapat Martono (2011 : 74) yang menyatakan, populasi merupakan “keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti.” Sedangkan menurut Arifin (2012 : 215) “populasi adalah keseluruhan objek yang

diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi“.

Mengingat luasnya populasi maka peneliti membatasi populasi dalam

penelitian ini untuk membantu mempermudah menarik sampel. Menurut Sudjana

dan Ibrahim (2001 : 71) “…..pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan

populasi sasaran (target population) dan populasi terjangkau (accessible

population)”.

Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah

(30)

41

jumlah siswa 321 sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII yang

berjumlah 9 kelas.

3. Sampel Penelitian

Margono (2005 : 121) menyatakan bahwa ”sampel adalah sebagian dari

populasi, sebagai contoh yang sedang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Sedangkan menurut Narbuko dan Achmadi (2004 : 107) memaparkan bahwa ”Sampel yang baik yaitu sampel yang memilki populasi atau yang representatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mewakili

populasi, mencerminkan populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.”

Berdasarkan metode kuasi eksperimen yaitu ciri utamanya adalah tanpa

penugasan random dan menggunakan kelompok yang sudah ada (intact group),

maka peneliti menggunakan kelompok-kelompok yang sudah ada sebagai sampel,

jadi peneliti tidak mengambil sampel dari anggota populasi secara individu tetapi

dalam bentuk kelas. Alasannya karena apabila pengambilan sampel secara

individu dikhawatirkan situasi kelompok sampel menjadi tidak alami.

Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik sampling (teknik pengambilan sampel) jenis nonprobability

sampling. Sugiyono (2013 : 122) mengemukakan “nonprobability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel “.

Nonprobabilty sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling

purposive. Sugiyono (2013 : 124) mengemukakan “sampling purposive adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas yang dijadikan sampel penelitian

dianggap dapat mewakili populasi. Teknik sampling purposive yang bersifat

subyektif, dimana pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan peneliti dan

guru yang bersangkutan. Peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini yaitu

kelas VIII-E dan kelas VIII-B. Kedua kelas tersebut dianggap memiliki sifat dan

(31)

42

yang ada di sekolah sebagai bahan pertimbangan penentuan sampel penelitian

tersebut.

Dari populasi tersebut diambil dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas

VIII-E dan VIII-B. Salah satu dari kelas tersebut dijadikan sebagai kelas

eksperimen yang akan diberikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay-Two Stray yaitu kelas VIII-E, sedangkan satu kelas lainnya dijadikan sebagai

kelas kontrol yang akan diberikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim

Salam Dan Soal yaitu kelas VIII-B. Dapat dilihat rinciannya pada tabel 3.1

sebagai berikut.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa Rata-Rata kelas

1 Kelas Eksperimen

VIII-E

34 66,5

2 Kelas Kontrol

VIII-B

34 65,5

B. Metode, Variabel dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu teknik atau cara ilmiah yang dilakukan

dalam kegiatan penelitian. Jenis penelitian berdasarkan pendekatan menurut

Arifin (2012 : 29) yaitu “penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif dan penelitian perkembangan”. Berdasarkan jenis penelitian tersebut pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena penelitian yang digunakan untuk

menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap

variabel-variabel tertentu, sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat

digeneralisasikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(32)

43

tidak dilakukannya penugasan random, melainkan melakukan pengelompokkan

subjek penelitian berdasarkan kelompok yang telah terbentuk sebelumnya atau

bisa dikatakan kelompok yang sudah ada yang dalam hal ini adalah kelas biasa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban tentang pengaruh suatu

perlakuan maka terdapat variabel yang mempengaruhi (sebab) dan variabel yang

dipengaruhi (akibat). Seperti yang diungkapkan oleh Arifin (2012 : 74) tujuan kuasi eksperimen adalah “untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan”. Metode kuasi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu kondisi yang sengaja diadakan terhadap gejala

sosial yang berupa kegiatan dan tingkah laku individu atau kelompok yang

diamati secermat mungkin.

2. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi objek penelitian.Variabel dalam

penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Menurut

Prasetyo dan Jannah (2010 : 67) yaitu “variabel bebas menjelaskan terjadinya

fokus atau topik penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang

diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas.”

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray yang digunakan

didalam kelas eksperimen serta Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim

Salam Dan Soal yang digunakan didalam kelas kontrol merupakan variabel bebas.

Variabel bebas ini disimbolkan dengan X. Variabel terikat dalam penelitian adalah

hasil belajar ranah kognitif yang disimbolkan dengan Y.

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di

(33)

44

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray

X1Y2 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek memahami dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray

X1Y3 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek menerapkan dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray

X2Y1 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek mengingat dengan

(34)

45

X2Y2 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek memahami dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal

X2Y3 : Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek menerapkan dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal

3. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Control Grup Pretest Posttest Design,

menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan penugasan

random, yang merupakan bentuk desain penelitian dalam metode kuasi

eksperimen. Desain penelitian tersebut dapat digambarkan pada tabel 3.3 sebagai

berikut:

Tabel 3.3 Desain Penelitian Control Grup Pretest Posttest Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

Keterangan :

T1 : pretest sebelum perlakuan diberikan terhadap kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol

X1 : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

X2 : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal

T2 : posttest setelah perlakuan diberikan terhadap kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol

Kelompok eksperimen pada desain penelitian ini akan diberikan perlakuan

dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray.

Sedangkan pada kelompok kontrol akan menggunakan Model Pembelajaran

(35)

46

Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kelompok yang akan

dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sesuai dengan

penentuan sampel diatas. Sebelum perlakuan (X), kedua kelompok diberikan

pretest (T1) kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pada kelompok

eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay-Two Stray. Dan kelompok control yang menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal. Setelah perlakuan (X), kedua

kelompok diberikan posttest (T2). Hasilnya kemudian dibandingkan antara skor

pretest dan posttest pada kelompok ekperimen dan membandingkan selisih skor

pretest dan posttest kelompok kontrol.

C. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

Model Pembelajaran Tipe Two Stay-Two Stray adalah salah satu teknik dalam

pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk

membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Caranya dengan

bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah empat siswa dimana dua siswa

bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan dua siswa

lainnya tetap berada dalam kelompok untuk memberikan informasi kepada

kelompok lain.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal memberi siswa

kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat

pertanyaan sendiri , sehingga akan merasa terdorong untuk belajar dan menjawab

pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Sebelum memberikan

pertanyaan yang telah dibuat sendiri, tiap kelompok harus memberikan salam

berupa yel-yel kelompok.

(36)

47

Hasil belajar disini merupakan suatu hasil belajar dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Interaksi-interaksi tersebut akan menghasilkan

kemampuan yang akan dimiliki siswa untuk kedepannya. Dengan kata lain, hasil

belajar di dalam penelitian ini merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah

proses pembelajaran, yang diakhiri dengan proses evaluasi belajar yang

ditunjukkan dalam bentuk angka-angka (nilai). Tepatnya setelah diberi perlakuan

antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two

Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

berkirim salam dan soal, hasilnya dibandingkan dan dianalisis kelompok siswa

mana yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap penggunaan model

pembelajaran kooperatif tersebut dan berdampak pada hasil belajar ranah kognitif.

Hasil belajar ranah kognitif ini didapatkan dari hasil tes objektif bentuk pilihan

ganda (multiple-choice) pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi materi perangkat lunak pengolah kata. Dalam penelitian ini, fokus

hasil belajar yang ingin dicapai adalah ranah kognitif dengan cakupan aspek

mengingat, aspek memahami, aspek menerapkan siswa, karena ketiga aspek

tersebut memungkinkan untuk diteliti pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah

Pertama.

4. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah bidang

studi yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi

perubahan era masyarakat yang digital yang selalu berkembang dan memiliki

kemampuan dan keterampilan dalam memanfaatkan TIK.

Mengingat luasnya pokok bahasan dalam mata pelajaran TIK, pokok bahasan

seputar aplikasi pengolah kata. Sub pokok materi perangkat lunak pengolah kata

untuk menyajikan informasi semester 1 kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung.

D. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dilakukan melalui tiga tahap yang dapat

(37)

48

1. Pembuatan Rancangan Penelitian

a. Memilih masalah, peneliti memilih masalah penelitian dengan melakukan

studi pustaka yang berasal dari beberapa literatur seperti buku, bacaan

internet, artikel, skripsi dan sebagainya.

b. Studi pendahuluan, dilakukan dengan 3 objek, yaitu paper (skripsi, buku, dan

internet), person (konsultasi dengan dosen pembimbing akademik dan rekan

tutor atau guru pada mata pelajaran TIK), place (berkunjung ke lembaga

terkait, melihat kondisi kelas, fasilitas belajar dan kapasitas laboratorium

komputer).

c. Merumuskan masalah, dengan melakukan perumusan judul, membuat

rancangan penelitian sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan diteliti.

Kegiatan ini disertai dengan konsultasi dengan dosen Pembimbing Akademik.

d. Merumuskan hipotesis, setelah menemukan masalah peneliti kemudian

merumuskan hipotesis.

e. Memilih metode, yaitu dengan memilih metode kuasi eksperimen dengan

pendekatan kuantitatif. Dengan desain control grup pretest posttest design.

f. Menentukan variabel dan sumber data. Terdapat dua variabel penelitian yaitu

model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray serta model

pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal termasuk variabel bebas.

Hasil belajar domain kognitif termasuk variabel terikat. Sumber data berasal

dari tes bentuk objektif yaitu pilihan ganda.

g. Menentukan dan menyusun instrumen, dilakukan atas kerjasama dengan dosen

pembimbing skripsi dan rekan guru mata pelajaran TIK. Dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Melakukan observasi, wawancara dengan guru mata pelajaran TIK untuk

menentukan materi dan waktu pelaksanaan penelitian yang sesuai.

2) Membuat prosedur pelaksanaan eksperimen berdasarkan kurikulum yang

sesuai

(38)

49

4) Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

5) Menyiapkan media dan model pembelajaran yang dibutuhkan (model

pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dan model pembelajaran

kooperatif tipe berkirim salam)

6) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian

7) Menyusun instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda dengan lembar

penilaian tes objektif yang menggunakan kunci jawaban.

8) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah

disusun.

9) Melakukan uji validitas isi melalui kegiatan bimbingan dengan dosen

pembimbing dan guru mata pelajaran TIK. Validitas isi dilakukan dengan

menganalisis kesesuaian antara instrumen, kisi-kisi dan RPP.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengumpulkan data, diawali dengan penentuan kelas ekperimen dan kelas

kontrol. Setelah itu diberi pretest. Lalu kelas eksperimen dan kelas kontrol

tersebut diberikan perlakuan sesuai dengan yang sudah ditentukan. Selanjutnya

diberi posttest berupa tes bentuk objektif. Melakukan analisis data dari hasil

penilaian tes bentuk objektif yang telah diberikan. Menarik kesimpulan dengan

melakukan pengolahan data berdasarkan hasil pretest dan posttest dan

menyimpulkan hasilnya sesuai hipotesis.

3. Pembuatan Laporan Penelitian

Menulis laporan penelitian dalam bentuk tertulis berdasarkan kaidah-kaidah

penulisan karya ilmiah. Laporan ini akan dipertanggungjawabkan pada ujian

sidang akhir perkuliahan yang penulis jalani di Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

(39)

50

Instrumen penelitian sering dihubungkan dengan bagaimana cara

mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

ini yaitu dengan tes. Menurut Arifin (2009 : 118) mengatakan bahwa :

Tes merupakan teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek prilaku peserta didik

Tes disini yaitu tes hasil belajar berupa tes objektif khususnya tes pilihan

ganda yang mencakupi kemampuan kognitif aspek mengingat, memahami dan

menerapkan. Tes pilihan ganda ini berupa lembar soal yang terdiri atas pembawa

pokok persoalan dan pilihan jawaban. Menurut Arifin (2010 : 138) “tes objektif

bentuk pilihan ganda adalah tes yang dapat digunakan untuk mengukur hasil

belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, evaluasi, dan sintesis”. Instrumen akan diuji agar instrumen tersebut dianggap valid dan praktis. Instrumen berbentuk tes terdiri dari pretest

dan posttest. Pretest dilakukan pada awal pembelajaran sedangkan posttest

dilakukan di akhir pembelajaran. Prestest dilakukan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa sebelum diberik perlakuan. Sedangkan posttest untuk

mengetahui hasil belajar ranah kognitif setelah diberi perlakuan. Dengan

demikian, dapat diketahui perbedaan hasil belajar ranah kognitif yang pada

akhirnya dapat memberikan gambaran mengenai tingkat keberhasilan

pembelajaran. Tes yang dibuat dalam penelitian ini berupates objektif berupa soal

pilihan ganda (multiple choice) yang tersusun berdasarkan indikator-indikator

yang terdapat dalam RPP dengan empat pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d.

Pretest, akan diberikan sebelum diberikannya treatnet untuk melihat hasil belajar

kemampuan awal peserta didik. Dan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah diberikannya treatment kepada peserta didik. Berikut langkah-langkah

yang ditempuh dalam membuat instrumen tes:

1. Menganalisis silabus mata pelajaran dengan menetapkan materi pelajaran pada

(40)

51

2. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang

diambil dari kurikulum mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

pada jenjang Sekolah Menengah Pertama kelas VIII.

3. Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan dan sub pokok

bahasan yang ditentukan.

4. Menentukan instrument yang akan digunakan untuk penelitian.

5. Menyusun kisi-kisi instrumen yang mengacu kepada tujuan dan sub pokok

bahasan yang telah ditetapkan.

6. Menyusun indikator sesuai dengan kompetensi dasar yang ada pada RPP.

Jumlah indikator disesuaikan dengan jumlah soal tes yang akan diberikan

kepada siswa.

7. Membuat kunci jawaban instrument

8. Melakukan judgement terhadap ksisi-kisi instrument yang telah disusun

9. Mengadakan uji coba instrumen kepada siswa diluar sampel.

10.Menganalisis hasil uji coba instrument.

11.Memilih instrumen tes yang dianggap sudah valid, yang kemudian diujikan

kepada kelas eksperimen.

F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen yang sudah dibuat, terlebih dahulu di uji coba terlebih dahulu

sebelum instrumen tersebut diberikan kepada kelompk instrumen. Uji coba ini

dilakukan untuk melihat kualitas dari instrumen tes yaitu melihat validitas,

reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen. Berikut ini adalah

teknik analisis instrumen penilaian berupa tes.

1. Uji Validitas

Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004 : 121) menjelaskan bahwa “sebuah

(41)

52

belajar”. Adapun tujuan utama dari jenis validitas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan,

dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada peserta didik setelah

proses pembelajaran terjadi. Validitas dapat kita cari dengan menghubungkan skor

keseluruhan siswa dalam satu item (X) dengan skor yang diperoleh semua siswa

(Y) yaitu dengan melalui tekhnik korelasi product moment pearson dengan

perumusan sebagai berikut :

(Arifin, 2012 : 279)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N = Jumlah responden

X = Skor item tes

Y = Skor responden

Menurut Arikunto (2006 : 75) “ koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00.” Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi

besarnya koefisien korelasi sebagai berikut :

Antara 0,800 – 1,00 Validitas sangat tinggi.

Antara 0,600 – 0,800 Validitas tinggi.

Antara 0,400 – 0,600 Validitas cukup

Antara 0,200 – 0,400 Validitas rendah

Antara 0,00 – 0,200 Validitas sangat rendah

(42)

53

(Arifin, 2012 : 280)

Keterangan :

t : nilai t-hitung

r : koefisien korelasi

n : jumlah banyak subjek

Nilai t-hitung kemudian dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan taraf

signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n-2. Apabila t-hitung lebih

besar daripada t-tabel, maka item dikatakan valid, namun bila t-hitung lebih kecil

daripada t-tabel maka item tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas soal dimaksudkan untuk melihat keajegan dan kekonsistenan dari

suatu alat ukur. Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki tingkat

keajegan dalam hasil pengukuran. Arifin (2012:248) mengemukakan “reliabilitas

adalah derajat konsisten instrumen yang bersangkutan. Suatu instrumen dapat

dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada

kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.” Instrumen yang

digunakan adalah berbentuk soal pilihan ganda, maka teknik yang digunakan

untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus

Spearman Brown. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas

tes yaitu :

(Arifin, 2012 : 249)

(43)

54

n = panjang tes yang selalu sama dengan 2 karena seluruh tes =

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen

yang diperoleh digunakan tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup

0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2006 : 93)

3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal dilakukan agar peneliti memiliki tes yang tingkat

kesukarannya tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu susah. Apabila tes yang

diberikan kepada siswa terlalu mudah, siswa tidak akan terangsang untuk

mengasah kemampuannya dan sebaliknya apabila tes yang diberikan terlalu sulit,

siswa akan mudah putus asa yang pada akhirnya tes tersebut tidak dikerjakan

secara maksimal. Untuk mencari tingkat kesukaran soal maka rumus yang

digunakan adalah :

(Arifin, 2009:266)

Keterangan :

WL : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah

WH : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas

(44)

55

nH : jumlah kelompok atas

Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal menurut Arifin (2009 : 270)

yaitu :

a. Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah

b. Jika jumlah persentase 28%-72% termasuk sedang

c. Jika jumlah persentase 73% ke atas termasuk sukar

4. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2006 : 211) “daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal tersebut untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah”. Daya pembeda bertujuan untuk mengetahui butir

soal mana yang mampu dikuasai oleh peserta didik. Rumus yang digunakan dalam

menghitung daya pembeda adalah :

D =

(Arikunto, 2003 : 213)

Keterangan :

D = Indeks daya pembeda butir soal tertentu

JA = Jumlah kelompok atas

JB = Jumlah kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BA = Banyaknya peserta kelompok bawah yang jawab benar

Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut, maka dapat

digunakan kriteria sebagai berikut :

0,00 – 0,20 : jelek (poor)

0,20 – 0,40 : Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 : baik (good)

Gambar

Tabel 4.13
Grafik 4.1 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Keseluruhan ………………………...
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Hubungan Antar Variabel
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam. ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi

Pada kondisi eksisting hasil rata-rata skor beban kerja mental dari responden yaitu 82.50 termasuk dalam beban kerja agak berat, sedangkan setelah

Tata letak yang kurang efektif akan mengakibatkan masalah sebagai berikut: (1) Bahan-bahan dalam pabrik bergerak lambat sehingga mengakibatkan urutan proses yang berliku,

cara memberikan ceramah-ceramah dalam acara resepsi pernikahan yang diatas umur. Dengan adanya tangguhan surat nikah maka dapat menekan terjadinya pernikahan dini

Jika pemain menjawab dengan benar, maka pemain akan berpindah dari kotak No. Jika pemain menjawab dengan salah, maka pemain akan tetap di

 Untuk mengetahui bahan yang di gunakan dalam analisis fisik dan analisis kimia besi (Fe), Mangan (Mn), Aluminium (Al), dan Kesadahan pada sampel air bersih...  Untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun sebuah e – Business berbasis website yang bertujuan untuk mempermudah proses promosi dan

Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan