• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SIKAP KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENAM IRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT-BASED LEARNING DI SMP NEGERI 6 CIMAHI: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas VIII E SMP Negeri 6 Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN SIKAP KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENAM IRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT-BASED LEARNING DI SMP NEGERI 6 CIMAHI: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas VIII E SMP Negeri 6 Cimahi."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas VIII E SMP Negeri 6 Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh:

NENA KHARISMA OKTAPIYANI 1103582

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Pengembangan Sikap Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran

Senam Irama Melalui Penerapan Model Project-Based

Learning Di SMP Negeri 6 Cimahi

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas VIII E SMP Negeri 6 Cimahi)

Oleh:

Nena Kharisma Oktapiyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Nena Kharisma Oktapiyani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

NENA KHARISMA OKTAPIYANI 1103582

PENGEMBANGAN SIKAP KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENAM IRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT-BASED

LEARNING DI SMP NEGERI 6 CIMAHI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Agus Mahendra, M.A. NIP.196308241989031002

Pembimbing II

Yusuf Hidayat, M.Si NIP. 196808201999031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN SIKAP KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENAM IRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT-BASED

LEARNING DI SMP NEGERI 6 CIMAHI

Pembimbing I : Drs. Agus Mahendra, M.A. Pembimbing II : Yusuf Hidayat, M.Si

Nena Kharisma Oktapiyani 1103582

Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan sikap kreatif siswa dengan menerapkan model project-based learning, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran senam irama. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research dengan prosedur penelitian dilaksanakan dalam serangkaian langkah-langkah dimulai dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan diakhiri langkah refleksi. Subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri 6 Cimahi kelas VIII E dengan jumlah 40 siswa. Instrumen pengumpulan data berupa observasi dan dokumentasi. Kriteria keberhasilan tindakan ini adalah apabila rata-rata hasil pembelajaran melebihi kriteria yang ditetapkan, yaitu > 80%. Hasil penelitian ini menunjukkan pembelajaran senam irama dengan menerapkan model project-based learning yang dilihat dari proses pembelajaran menunjukkan bahwa sikap kreatif siswa meningkat dari observasi awal sebesar 19.3% masuk kriteria sangat kurang, pada siklus I meningkat menjadi 41.3% masuk kriteria cukup, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 83.2% masuk kriteria baik sekali. Kemudian dilihat dari aspek afektif pada observasi awal sebesar 19.6% masuk kriteria sangat kurang, pada siklus I meningkat menjadi 45.2% kriteria cukup, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 82.7% masuk kriteria sangat baik.

(5)

ABSTRACT

The purpose of this research is to develop the student's creative attitude by applying a model of project-based learning, as well as improve understanding of students towards gymnastics learning rhythm. The research is the classroom action research with a research procedure is carried out in a series of steps starting with step of planning, implementation, observation, and end step reflection. The subject is a SMP Negeri 6 Cimahi class VIII E with a total of 40 students. Data collection instruments in the form of observation and documentation. Success criteria of this action is in the average of the results of learning exceeds the criteria established, i.e. > 80%. The results of this research show the gymnastics learning rhythm by implementing a model project-based learning is seen from the learning process shows that the creative attitude of students increased from an initial observation of 19.3% entered criteria very less, cycle I increased to 41.3% of entry criteria enough, and in cycle II increased 51.7% longer the entry criteria. Later seen from the aspect of the initial observation on affective of 19.6% entered criteria very less, cycle I increased to 28.8% criteria enough, and in cycle II increased 51.4% longer the entry criteria very well.

(6)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ii iii ABSTRAK………... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi Masalah... 1 9 C. Rumusan Masalah... 10

D. Tujuan Penelitian... 10

E. Manfaat Penelitian... 10

F. Batasaan Penelitian…………... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS... 12

A. Kajian Pustaka………... 12

1. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Jasmani………... 12

2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)…….……….… 16

3. Model Project-Based Learning……….. 21

4. Senam Irama……….. 25

5. Kreativitas... 28

B. Hasil Penelitian Terdahulu... 34

(7)

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... B. Waktu dan Tempat Penelitian... 37 38 C. Subjek Penelitian... 39

D. Prosedur Penelitian... 39

E. Teknik Pengumpulan Data... 43

F. Instrumen Penelitian... G. Teknik Analisis Data... 43 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN... 48

A. Hasil Penelitian... 1. Deskripsi Latar Penelitian... 2. Hasil Observasi Awal... 48 48 48 B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan... 1. Siklus I... 2. Siklus II... 50 50 68 C. Deskripsi Penemuan... 85

D. Diskusi penemuan... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 91

A. Kesimpulan... 91

B. Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA... 92

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, UU RI No. 20 Tahun 2003 hlm. 1). Dalam pengertian yang sedikit berbeda Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, menyatakan “Pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrat pada anak-anak itu, supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”. (http://9wiki.net/pengertian-pendidikan/)

Berdasarkan kedua pertanyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan proses pembelajaran dan mengembangkan setiap potensi yang ada dari peserta didik, supaya mereka dapat mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya di masa yang akan datang. Artinya, melalui pendidikan seseorang dapat menjadi pribadi yang berkualitas, memiliki karakter dan memotivasi diri supaya menjadi lebih baik dan berguna bagi masyarakat.

Lebih jauh lagi menurut Sisdiknas, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003).

(9)

Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimum tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari:

1. Standar Kompetensi Lulusan. 2. Standar Isi.

3. Standar Proses.

4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. 5. Standar Sarana dan Prasarana.

6. Standar Pengelolaan.

7. Standar Pembiayaan Pendidikan. 8. Standar Penilaian Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. ( http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=61)

(10)

3

untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. (http://wikipedia.org/wiki/Standar_Nasional_Pendidikan).

Berbicara tentang proses pembelajaran sebagai ruang lingkup mikro proses pendidikan, dewasa ini dikenal apa yang disebut struktur kurikulum, yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang dipandang penting untuk dipelajari oleh anak didik. Mata pelajaran tersebut adalah PAI, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya, termasuk Pendidikan Jasmani. Kedudukan semua mata pelajaran ini dipandang sama, sebagai materi yang mampu membekali anak didik tentang berbagai kompetensi yang dibutuhkan.

Pendidikan jasmani oleh para ahli dipandang sebagai bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional.

Pendidikan Jasmani dipandang sangat penting, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat.

Mahendra (2012, hlm. 39) memaparkan bahwa “Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Meminjam istilah Robert Gensemer (Freeman, 2001), Mahendra menyatakan bahwa, pendidikan jasmani diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik diharapkan pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikataka bahwa pendidikan jasmani adalah suatu aktivitas fisik yang mengembangkan seluruh aspek tubuh melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga. (Mahendra, 2012, hlm. 5)

(11)

Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Artinya, pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh tetapi juga sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Pada tahun 1965, AAHPER dalam Wuest & Bucher (2009, hlm. 53), telah menetapkan lima tujuan utama dari pendidikan jasmani, sebagai berikut:

1. Membantu anak-anak bergerak secara terampil dan efektif dalam semua kegiatan yang terpilih di mana mereka terlibat dalam program pendidikan jasmani, dan juga dalam situasi dimana mereka akan mengalami sepanjang hidup.

2. Mengembangkan pemahaman dan apresiasi tentang gerakan pada anak-anak dan remaja sehingga kehidupan mereka akan menjadi lebih bermakna, bertujuan, dan produktif.

3. Mengembangkan pemahaman dan apresiasi tentang prinsip-prinsip ilmiah terkait gerakan yang berhubungan dengan faktor-faktor seperti waktu, ruang, daya, dan hubungan massa dan energi.

4. Mengembangkan melalui media permainan dan olahraga hubungan interpersonal yang baik.

5. Mengembangkan berbagai sistem organik tubuh sehingga mereka akan merespon dengan cara-cara yang sehat pada tuntutan kemampuan yang semakin meningkat.

Pengertian tujuan-tujuan di atas menekankan peran pendidikan jasmani dalam mempersiapkan siswa untuk terlibat dalam aktivitas fisik seumur hidup. Selain itu, tujuan itu pun terkait dengan pengembangan kebugaran dan gerakan keterampilan, intelektual, sosial, dan pengembangan emosional yang ditekankan. Dengan kata lain, tujuan dan sasaran pendidikan jasmani menurut AAHPER di atas harus mencakup empat bidang utama: pengembangan kebugaran, keterampilan, pengetahuan, dan sosial-emosional.

Secara lebih rinci, tujuan pendidikan jasmani yang dijelaskan oleh Mahendra (2012, hlm. 10) memaparkan bahwa:

(12)

5

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui pertisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Sebagai mana dapat kita pahami, penjelasan mengenai tujuan di atas terkait langsung dengan tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Tidak seperti mata pelajaran lainnya yang lebih mengutamakan domain kognitifnya saja, tujuan penjas sangat lengkap karena mencakup doamin afektif, kognitif dan psikomotor. Dipertegas oleh Mahendra (2012, hlm. 11) bahwa “Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotor, domain kognitif dan domain afektif”.

Menurut Wuest & Bucher (2009, hlm. 58) dalam bukunya Foundations of Physical Education, Exercise Science, and Sport, memaparkan bahwa “Domain kognitif berkaitan dengan perolehan pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual”. Pengembangan pengetahuan dan pemahaman merupakan tujuan penting bagi pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani berkontribusi pada pengetahuan tentang tubuh manusia, olahraga, penyakit, dan kesehatan. Melalui program pendidikan jasmani, individu dapat memperoleh pemahaman yang lebih besar dari berbagai sistem organ tubuh (misalnya, sistem pernapasan cardio), bagaimana mereka berfungsi, dan bagaimana mereka terbaik dapat dipertahankan. Pendidikan jasmani adalah salah satu daerah dari kurikulum di mana siswa dapat memperoleh pengetahuan tentang gerakan manusia, kebugaran, dan olahraga.

(13)

Domain afektif mencerminkan perkembangan nilai-nilai, apresiasi, sikap, dan karakter. Sebagai individu maju melalui tingkat dalam domain ini, mereka bergerak dari kepedulian terhadap orang lain. di tingkat tertinggi, nilai-nilai mereka diinternalisasi langsung mempengaruhi pilihan dan tindakan mereka. Pengembangan afektif juga mencakup pengembangan sosial dan emosional.

Semua orang memiliki kebutuhan sosial dasar tertentu. Ini termasuk perasaan memiliki, pengakuan, harga diri, dan cinta. Pemenuhan kebutuhan ini memberikan kontribusi untuk pembangunan sosial. Pendidikan jasmani dapat membantu peserta memenuhi beberapa dari kebutuhan sosial. Misalnya, peserta lansia yang bergabung dengan program latihan biasanya mendapatkan keuntungan tidak hanya secara fisik tetapi secara sosial, berasal kesenangan dari pertemuan dengan kelompok mereka secara teratur dan membentuk persahabatan baru. Interaksi tersebut membantu untuk mengurangi perasaan terisolasi yang dialami oleh banyak orang tua yang hidup sendiri.

Pembangunan sosial selanjutnya didorong oleh kesempatan untuk berinteraksi dengan peserta program. Misalnya, dalam program pendidikan jasmani sekolah, siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain dan bekerja sama daripada di daerah lain dari kurikulum pendidikan. Program olahraga antarsekolah telah lama dipuji nilai mereka dalam mempromosikan pembelajaran yang mengajarkan atlet bagaimana bekerja sama sebagai bagian dari tim, bersaing secara sehat, menerima tanggung jawab, dan menghargai hak orang lain.

Adapun terkait dengan domain psikomotor, Wuest & Bucher dikembangkan oleh Harrow, (2009, hlm. 63) tentang domain psikomotor seperti berikut:

Domain psikomotorik menunjukkan perkembangan pembangunan yang memberikan landasan bagi program kegiatan fisik. Tujuan yang lebih rendah fokus pada akuisisi gerakan dasar dan kemampuan perseptual. Tujuan yang lebih tinggi menekankan pengembangan kebugaran dan gerakan yang sangat terampil, serta peningkatan kreativitas dalam menggunakan gerakan-gerakan ini.

(14)

7

perkembangan dari berolahraga untuk mencapai kebugaran dan kemudian untuk membangun kebiasaan olahraga pribadi.” Tujuan yang lebih tinggi fokus pada belajar bagaimana untuk mengevaluasi tingkat kebugaran sendiri dan menyelesaikan masalah kebugaran.

Domain psikomotor adalah fokus utama. Pengembangan psikomotor individu adalah kontribusi utama kami untuk kurikulum pendidikan. Meskipun pendidikan jasmani dapat berkontribusi dalam banyak cara yang bermakna untuk pembangunan di domain lainnya, pengembangan psikomotorik dalam sekolah adalah tanggung jawab unik pendidik fisik.

Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani yang lengkap dan menyeluruh di atas diperlukan sebuah kurikulum yang baik, kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada saat ini pemerintah telah mengeluarkan kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 diimplementasikan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014, komponen terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang diselenggarakan di dalam dan/atau luar kelas untuk membatu peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Di antara metode yang dianjurkan dalam Standar Proses tersebut adalah pendekatan saintifik/ilmiah (Scientific Approach), inkuiri, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis projek pada semua mata pelajaran. Pendekatan/metode lainnya yang dapat diimplementasikan antara lain pembelajaran kontekstual dan pembelajaran kooperatif.

(15)

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning). Hal ini tentunya bukan tanpa asalan, karena mengingat karakteristik-karakteristik unggul dari model pembelajaran ini yang mampu mengakomodasi alasan tersebut. Selain itu pembelajaran tentunya harus diubah dari kecenderungan lama (satu arah) agar menjadi lebih interaktif (multi arah). Melalui model pembelajaran ini (Project-Based Learning), siswa juga akan dapat diharapkan menjadi aktif menyelidiki (belajar) dengan menyajikan dunia nyata (bukan abstrak) kepada mereka. Di dalam model pembelajaran ini, siswa akan bekerja secara tim (kelompok) dan mengubah pemikiran faktual semata menjadi pemikiran yang lebih kritis dan analisis.

Pada saat penulis melakukan pembelajaran di SMP Negeri 6 Cimahi yaitu ketika melakukan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan), penulis memberikan pembelajaran penjas yaitu materi senam irama dengan menggunakan pendekatan pembelajaran langsung. Setelah diamati ketika proses pembelajaran, bahwa partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran masih rendah. Siswa kurang aktif dalam bergerak, siswa kurang antusias, dan tidak ada kesempatan untuk berkreasi dalam melakukan gerakan baik itu ketika mengingat materi maupun membuat gerakan, dan terkadang siswa menjadi tegang dan merasa kesulitan dalam melakukan gerakan yang diajarkan guru, siswa menjadi terpaku dengan pembelajaran yang hanya terfokus oleh apa yang diperintahkan oleh guru, dan kemampuan kreatif siswa dalam pembelajarannya kurang berkembang.

(16)

9

irama itu gerakannya seperti menari dan berdansa, sedangkan siswa putri malu melakukan senam irama karena dilihat siswa putra, 4) pembelajaran senam irama kurang bervariasi/kurang menarik. Penyajian pembelajaran senam irama dihabiskan untuk mempelajari dan mempraktekkan contoh gerakan dari guru. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu model dalam pembelajaran senam irama, sehingga mampu membuat anak aktif bergerak, tidak merasa kesulitan, dan mampu mengembangkan kemampuan kreatif siswa.

Sehubungan dengan hal di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang penerapan metode dan strategi pengajaran yaitu model pembelajaran khususnya dalam pembelajaran senam irama. Sesuai dengan penjelasan di atas pun penulis akan mencoba memecahkan masalah untuk pengembangan sikap kreatif siswa dengan mencoba menerapkan model Project-Based Learning.

Berdasarkan uraian di atas, model project-based learning memungkinkan bisa dipakai dalam mengembangan sikap kreatif siswa, karena model project-based learning ini memberikan kesempatan pada aktivitas siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan khususnya dalam pembelajaran senam irama. Melihat ciri-ciri dari model Project-Based Learning, timbul harapan pada diri penulis untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di sekolah, khususnya dalam pembelajaran senam irama, dengan menerapkan model tersebut dalam pembelajaran. Dan atas dasar itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Sikap Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Senam Irama Melalui Penerapan Model Project-Based Learning di SMP Negeri 6 Cimahi.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah yang terkait dengan penerapan model belajar Project-Based Learning terhadap sikap kreatif siswa pada pembelajaran senam irama, sebagai berikut:

1. Kurang variatifnya model pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran senam irama.

2. Kurangnya sikap kreatif siswa dalam pembelajaran senam irama.

3. Kurangnya kesempatan untuk berkreasi dalam melakukan gerakan, baik itu ketika mengingat materi maupun membuat gerakan.

(17)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah peneraparan model project-based learning dapat mengembangkan sikap kreatif siswa dalam pembelajaran senam irama?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah:

Untuk mengembangkan/meningkatkan sikap kreatif siswa dalam pembelajaran senam irama dengan menerapkan model project-based learning.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Secara Teoritis

a. Senam irama dapat digunakan sebagai masukan materi ajar dalam pembelajaran aktivitas ritmik.

b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani dalam mengembangkan senam terutama pada pembelajaran senam irama di sekolah.

c. Dapat mengembangkan potensi siswa yang mereka miliki.

2. Secara Praktis a. Bagi guru

1) Dapat membantu guru dalam mengembangkan metode dan strategi pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan pada proses pembelajaran pendidikan jasmani.

2) Dapat memperbaiki proses belajar mengajar di sekolah.

3) Sebagai gambaran dan rujukan bagi guru pendidikan jasmani tentang pembelajaran aktivitas ritmik yaitu senam irama.

(18)

11

1) Dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dan kreatif hingga bisa berprestasi lebih tinggi.

2) Dapat meningkatkan daya berpikir siswa agar bermanfaat di masa depan.

c. Bagi sekolah

1) Sebagai bahan masukan kepada lembaga-lembaga pendidikan terhadap kualitas pembelajaran penjas, khususnya pembelajaran aktivitas ritmik.

2) Dapat memotivasi guru untuk meningkatkan profesionalnya.

F. Batasan Penelitian

Berdasarkan pada penjelasan di atas, batasan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan sikap kreatif siswa dalam pembelajaran senam irama melalui penerapan model project-based learning. 2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model project-based learning. 3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap kreatif siswa.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), pertama kali dikembangkan oleh Kurt Lewin seorang ahli psikologi sosial Amerika. Menurut Susilo Chotimah & Dwita Sari, 2009 (dalam Hidayat, 2011, hlm. 6): PTK dilaksanakan secara siklis (berdaur) oleh guru atau calon guru di dalam kelas yang ditujukan untuk menemukan pemecahan masalah pembelajaran yang aktual. Sedangkan dalam konteks Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan menurut Hidayat (2011, hlm. 6):

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah penelitian reflektif yang dilaksanakan secara siklis atau berdaur oleh guru atau calon guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di lapangan atau ruangan olahraga dengan tujuan pokok untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh para guru ketika sedang melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah penelitian yang dilaksanakan seacar siklis (berdaur) oleh guru atau calon guru dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran.

Adapun Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan model Kurt Lewin, rancangan model yang sederhana dan lebih mudah dipahami. Rancangan model menurut Kurt Lewin (dalam Hidayat, 2011, hlm. 34) terdiri atas 4 (empat) komponen, yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (acting), 3) pengamatan (Observing), dan 4) Refleksi (Reflecting). Lebih jelasnya disajikan pada gambar di bawah ini:

Merencanakan (planning)

Refleksi Melakukan Tindakan

(reflecting) (acting)

(20)

38

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun bekerja sama dengan guru, yaitu guru mata pelajaran pendidikan jasmani SMPN 6 Cimahi dan juga mendiskusikan untuk menyamakan persepsi atau penelitian yang dilakukan, membuat program pembelajaran dan membuat jadwal perencanaan tindakan (pertemuan).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Menurut Hidayat (2011, hlm. 35) “Waktu dan tempat penelitian berisi

karakteristik waktu dan lokasi penelitian yang dijadikan tempat pengambilan data.”

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII E SMPN 6 cimahi, tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015.

Adapun Jadwal Pelaksanaan Tindakan dilakukan dijadwal jam pelajaran pendidikan jasmani kelas VIII E dan diluar jam pelajaran pendidikan jasmani, 2 Tahap II: Pelaksanaan Penelitian

a. Penyusunan Instrumen penelitian b. Pelaksanaan penelitian

1). Siklus I 2). Siklus II

c. Analisis dan pengolahan data d. Penulisan laporan

(21)

C. Subjek Penelitian

Menurut Hidayat (2011, hlm. 35) “Subjek penelitian adalah para siswa

yang diajar oleh guru dalam satu jenjang kelas tertentu.” Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII E SMPN 6 Cimahi, dengan jumlah peserta didik 40 siswa terdiri dari 22 laki-laki dan 18 perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin sesuai dengan rancangan penelitian, maka prosedur penelitian merujuk pada rancangan penelitian tersebut yang dirancang secara bertahap, yaitu tahap menentukan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap-tahapan ini bersifat daur ulang atau siklis. (Hidayat, 2011, hlm. 37). Berikut gambar pentahapannya.

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan --- Tindakan 1

Pelaksanaan Refleksi

Tindakan 2 --- Perencanaan ulang Pengamatan

Refleksi

Gambar 3.2

Prosedur atau Tahapan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Satu siklus meliputi 4 tahapan, adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

SIKLUS

(22)

40

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu untuk meningkatkan sikap kreatif/kreativitas siswa pada pembelajaran senam irama.

2. Tahap Tindakan (Action)

Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh peneliti.. Observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai upaya untuk mengetahui jalannya pembelajaran.

3. Pengamatan (Observation)

Pada saat guru melaksanakan tindakan, peneliti mengamati aktivitas kelas dengan dibantu oleh observer lain.

4. Reflection (Refleksi)

Refleksi dilakukan dalam upaya memahami proses, masalah, dan kendala selama proses tindakan.

Berikut merupakan rincian prosedur penelitian tindakan yang dilakukan sesuai dengan rancangan penelitian yang dirancang secara bertahap.

1) Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus ini meliputi:

1. Menyiapkan materi yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan disampaikan.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.

4. Menyiapkan alat pengumpul data penelitian berupa lembar observasi dan kamera untuk mendokumentasikan pelaksanaan dan hasil dalam

pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan rencana

(23)

Tindakan yang dilakukan, yaitu terlebih dahulu memperlihatkan contoh video senam irama agar siswa mendapat gambaran tentang gerakan senam irama, kemudian siswa diberikan tugas membuat rangkaian gerakan senam irama dengan rangkaian gerak dasar, seperti rangkaian ayunan lengan, langkah kaki, gerakan ayunan lengan diikuti langkah kaki, dan anggota tubuh lainnya dengan tanpa alat dan tanpa musik. Dalam tugas membuat rangkaian gerakan senam irama siswa yang menentukan sendiri gerakan seperti apa yang akan mereka buat, siswa sendiri yang memecahkan masalah dalam penyelesaian tugas, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat/idenya dan mengembangkan kreativitasnya.

c. Pengamatan

Pada tahap pengamatan dilakukan oleh peneliti dan observer lain untuk mengamati siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, kemudian dievaluasi bersama tentang kegiatan yang telah dilakukan.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai pada pelaksanaan siklus I, dengan cara menganalisis pada lembar observasi dan mengingat kembali pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan demikian, peneliti mengetahui permasalahan yang timbul pada siklus I, kemudian hasil refleksi dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan selanjutnya.

2) Rancangan Siklus II

Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus berikutnya

dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya yang belum mencapai

kriteria yang ditentukan. Adapun langkah-langkah dalam siklus berikutnya

(24)

42

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus ini meliputi:

1. Menyiapkan materi yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan

disampaikan.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.

4. Menyiapkan alat pengumpul data penelitian berupa lembar observasi

dan kamera untuk mendokumentasikan pelaksanaan dan hasil dalam

pembelajaran menggunakan metode project-based learning pada

mata pelajaran senam irama di SMPN 6 Cimahi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan ialah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah kegiatan yang tersusun

dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Tindakan yang dilakukan, yaitu siswa diberikan tugas membuat rangkaian gerakan senam irama dengan rangkaian gerak dasar, seperti rangkaian ayunan lengan, langkah kaki, gerakan ayunan lengan diikuti langkah kaki, dan anggota tubuh lainnya dengan menggunakan alat dan musik. Dalam tugas membuat rangkaian gerakan senam irama siswa yang menentukan sendiri gerakan seperti apa yang akan mereka buat, siswa sendiri yang memecahkan masalah dalam penyelesaian tugas, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat/idenya dan mengembangkan kreativitasnya.

c. Pengamatan

Dalam kegiatan pengamatan yaitu mengamati terhadap setiap

langkah sesuai dengan rencana dan mencatat/menilai perubahan yang

terjadi pada setiap langkah di lembar observasi yang telah disiapkan.

d. Refleksi

(25)

1. Melaksanakan diskusi dengan guru.

2. Merangkum dan merefleksi hasil akhir penelitian dengan guru.

3. Menarik kesimpulan apakah siklus masih harus dilanjutkan atau

dihentikan. Siklus akan dihentikan jika telah mencapai indikator

keberhasilan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi.

1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi, 1986 (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 203)

“observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan.” Pengamatan yang dilakukan langsung ke subjek yang diteliti digunakan untuk mengetahui secara langsung subjek yang diteliti, observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengamati kreativitas/sikap kreatif siswa pada mata pelajaran senam irama kelas VIII E SMPN 6 Cimahi.

2. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 329) “dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang.” Dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran visualisasi mengenai aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsng. Pada penelitian ini yang didokumentasikan merupakan foto yang memberikan gambaran secara nyata aktivitas pembelajaran beserta hasil karya siswa.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 148) “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara

(26)

44

dalam penelitian ini adalah pengembangan sikap kreatif siswa, maka dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dan dokumentasi.

Lembar observasi dikembangkan oleh peneliti sendiri, namun berpedoman pada teori Guilford (1959) yang membedakan antara ciri-ciri aptitude dan non uptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioperalisasikan dalam tes berpikir divergen. Namun produktivitas kreatif tidak sama dengan produktivitas divergen. Sejauh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif ikut ditentukan oleh ciri-ciri non aptitude (afektif). Ciri-ciri non aptitude atau afektif ini seperti kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian.

Berikut kisi-kisi lembar observasi sikap kreatif siswa: Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Sikap Kreatif Siswa No Aspek yang

Diamati Indikator Deskripsi Tingkah Laku Ciri-ciri Kognitif

1 Berpikir lancar Siswa lancar dalam mengerjakan/membuat 2 Beripikir luwes Siswa memberikan

(27)

yang tersusun dalam pikirannya.

- Siswa mampu berpikir spontan

3 Berpikir orisinal Siswa menemukan gerakan hasil pemikiran 4. Berpikir merinci Siswa menuangkan ide

secara lebih rinci.

5 Berpikir menilai Siswa mampu

meyimpulkan jawaban.

(28)

46

5 Sifat menghargai Siswa mau

(29)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2013, hlm. 335).

Menurut Arikunto, 2005 (dalam Dimas Sopan Sahid Satrio Utomo, 2015, hlm. 39):

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode deskripsi kualitatif adalah sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan dan ukuran kualitas, sedangkan metode deskriptif kuantitatif adalah metode yang menggunakan pengukuran dengan prosentase angka.

Untuk menyajikan data yang bersifat kuantitatif dalam rangka menghitung hasil rata-rata dan prosentase yang didapatkan digunakan rumus:

Persentase = ∑ skor yang diperoleh∑ skor maksimal x

Setelah data dianalisis kemudian akan diinterpretasikan dalam lima kategori. Kategori tersebut, yaitu:

Prosentase aktivitas belajar Kategori 0 % - 19 %

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setelah dilaksanakan penelitian dari kegiatan observasi awal (pratindakan) hingga siklus II dengan menggunakan model project-based learning pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 6 Cimahi, sikap kreatif siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek kognitif pada observasi awal sebesar 19.3% masuk kriteria sangat kurang, pada siklus I meningkat menjadi 41.3% masuk kriteria cukup, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 83.2% masuk kriteria baik sekali. Kemudian dilihat dari aspek afektif pada observasi awal sebesar 19.6% masuk kriteria sangat kurang, pada siklus I meningkat menjadi 45.2% kriteria cukup, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 82.7% masuk kriteria sangat baik.

B. Saran

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Basuki, Heru. (2012). Pengembangan Kreativitas. Jakarta.

Hidayat, Yusuf. (2011). Buku Pedoman Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Bandung: FPOK UPI.

Hidayat, Yusuf. (2010). Psikologi Olahraga. CV. Bintang WarliArtika. Bandung. Juliantine, T., Subroto, T., Yudiana, Y. (2012). Belajar & Pembelajaran Penjas.

Bandung: FPOK UPI.

Juliantine, Tite. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Jasmani Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi. Bandung.

Juliantine, T., Subroto, T., Yudiana, Y. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. (2013) Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.

Mahendra, Agus. (2012). Asas dan falsafah pendidikan jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Mahendra, Agus. (2015). Pembelajaran Musik dan Gerak. Bandung: FPOK UPI. Mahendra, Agus. (2012). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI. Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta.

(32)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suherman, A., Mahendra, A. (2001). Menuju Perkembangan Menyeluruh Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani SMU. Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas.

Uhamisastra., Wahyudi, A., Firmansyah, H. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Senam. Bandung: FPOK UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wuest, D.A. & Charles, A.B. (2009). Foundations of physical education, exercise science, and sport. 16th ed.

Di akses dari Internet:

http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=61

http://wikipedia.org/wiki/Standar_Nasional_Pendidikan

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas VIII-4 yang berjumlah sebanyak 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa putra dan 20 siswa putri yang akan diberikan

Kondisi belajar yang masih di dominasi oleh siswa tertentu, siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (karena metode kurang bervariasi) dan sebagian

juga dapat merasakan pembelajaran tersebut menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya materi senam lantai, siswa kurang menguasai

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Analisis Tingkat Kecemasan dalam Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang (Back Roll) Siswa Kelas VIII SMP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Servis bawah siswa putra putri Kelas VIII SMP Negeri 1 Puring yang tertinggi berada pada kategori “cukup” dengan persentase sebesar

Hasil Ketuntasan Guling Belakang Berdasarkan gambar di atas dapat di dijelaskan bahwa, hasil unjuk kerja senam lantai guling belakang menunjukan bahwa siswa yang

Hasil tanya jawab juga dengan siswa kelas IX menyatakan bahwa sebagian besar siswa putra kelas IX adalah perokok sedangkan untuk siswa putra kelas VIII hanya sebagian

juga dapat merasakan pembelajaran tersebut menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya materi senam lantai, siswa kurang menguasai