• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI TRANSFORMASI DENGAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) BERBANTUAN KARTU DOMINO DI KELAS VII SMP NEGERI 3 TEBING TINGGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI TRANSFORMASI DENGAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) BERBANTUAN KARTU DOMINO DI KELAS VII SMP NEGERI 3 TEBING TINGGI."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI TRANSFORMASI

DENGAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) BERBANTUAN KARTU DOMINO

DI KELAS VII SMP NEGERI 3 TEBING TINGGI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

MASLINA SIMANJUNTAK

(8126171020)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

MASLINA SIMANJUNTAK. Peningkatan Kemampuan Representasi dan Komunikasi Matematis Siswa SMP pada Materi Transformasi dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Berbantuan Kartu Domino di Kelas VII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2014.

Tujuan dari penelitian ini untuk menelaah: (1) Perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran dengan strategi TTW berbantuan kartu domino dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional, (2) Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran dengan strategi TTW berbantuan kartu domino dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional, (3) Interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis, (4) Interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis, (5) Proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah mengenai kemampuan representasi dan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran konvensioal dan pembelajaran dengan strategi TTW berbantuan kartu domino. Penelitian ini penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini seluruh siswa SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, dan sampelnya dipilih secara acak. VII-2 sebagai kelas eksperimen dan VII-3 kontrol yang masing-masing berjumlah 32 orang. Instrumen yang digunakan tes kemampuan representasi dan komunikasi matematis berbentuk uraian. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,923 untuk tes kemampuan representasi dan 0,887 untuk tes komunikasi. Analisis data dengan uji statistik anava 2 jalur. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan (1) Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang diajar dengan strategi TTW berbantuan kartu domino lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan strategi TTW berbantuan kartu domino lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan representasi , (4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi, (5) Proses jawaban siswa yang diajar dengan strategi TTW berbantuan kartu domino lebih baik daripada yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Saran: (1) Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau dalam penelitian ini dan mendesain bahan ajar serta instrumen yang lebih lebih baik lagi. (2) Peneliti lebih lanjut hendaknya benar-benar memperhatikan keterbatasan penelitian ini sehingga dapat mencari alternatif untuk mencari solusi dari keterbatasan penelitian ini.

Kata Kunci: Strategi Think-Talk-Write (TTW) Berbantuan Kartu Domino,

(7)

ABSTRAK

MASLINA SIMANJUNTAK. Improved Representation and Communication Mathematical Ability Junior High School Students on Material Transformation with Strategy Think-Talk-Write (TTW) Assisted Domino Card Class VII at High Cliff State 3. Thesis. Field: Mathematics Education Graduate Studies Program, State University of Medan. In 2014.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Representasi dan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Pada Materi Transformasi dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Berbantuan Kartu Domino di SMP Negeri 3 Tebing Tinggi.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen yang melibatkan perjalanan matematika dengan strategi think-talk-write (TTW). Sejak mulai dari persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesaikannya tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang diberikan.

Terimakasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

(9)

2. Bapak Prof. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr. Kms. Muhammad Amin Fauzi, M.P.d, dan Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberi bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

5. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tebing Tinggi Bapak Drs. H. Syahlan, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan di sekolah, serta guru pelajaran matematika Bapak O. Sinaga, S.Pd yang bersedia membantu dalam proses penelitian ini.

6. Ayah M. Simanjuntak, Ibu N. Nainggolan yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini.

(10)

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berhadap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khazanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, September 2014

(11)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 26

2.1 Kemampuan Representasi Matematis 33

2.2 Kemampuan Komunikasi Tertulis Matematis 35

2.3 Kemampuan Awal 39

2.4 Proses Jawaban 43

2.5 Strategi Pembelajaran 45

2.6 Pembelajaran Kooperatif (PK) 46

2.6.1 Langkah – langkah PK 47

2.6.2 Cara Pembentukan Kelompok 50

2.7 Think- Talk-Write (TTW) 51

2.8 Teori Belajar Think-Talk-Write 60

2.9 Pembelajaran Konvensional 62

2.10 Kartu Domino 65

2.10.1 Pembelajaran Strategi TTW berbantuan Kartu domino 67

2.11. Hasil Penelitian Yang Relevan 75

2.12 Kerangka Konseptual 80

(12)

BAB III METODE PENELITIAN 88

3.1 Jenis Penelitian 88

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 88

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 89

3.4 Desain Penelitian 92

3.5 Variabel Penelitian 94

3.6 Teknik Pengumpulan Data 100

3.7 Tes Kemampuan Representasi 102

3.7.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Representasi 103 3.7.2 Rubrik Pemberian Skor Tes Representasi 104

3.8 Kemampuan Komunikasi Matematis 106

3.8.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi 106 3.8.2 Rubrik Pemberian Skor Tes Komunikasi 107

3.9 Uji Coba Instrumen 108

3.9.1 Validitas Ahli 109

3.9.2 Uji Coba Perangakat Pembelajaran 110

3.10 Teknik Analisis Data 116

3.10.1 Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis,

Alat ukur, dan Uji statistik 116

4.1.3.1Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku 135 4.1.3.2Pengujian Normalitas 136 4.1.3.3Pengujian Homogenitas 138

4.1.3.4Pengujian Perbedaan Rata-rata 139

4.1.3.5Pengelompokkan Siswa 140

4.1.4 Analisis Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematis 141 4.1.4.1Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku 142

4.1.4.2Perhitungan Indeks Gain 144

4.1.4.3Pengujian Normalitas 150

4.1.4.4Pengujian Homogenitas 151

4.1.5 Pengujian Hipotesis Statistik Pertama dan Ketiga 152

4.1.5.1Uji Hipotesis Pertama 154

4.1.5.2Uji Hipotesis Ketiga 154

4.1.6 Analisis Hasil Tes Komunikasi Matematis Siswa 158 4.1.6.1Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku 158

4.1.6.2Perhitungan Indeks Gain 160

4.1.6.3Pengujian Normalitas 166

(13)

4.1.7 Pengujian Hipotesis Statistik Kedua dan Keempat 168

4.1.7.1 Uji Hipotesis Kedua 169

4.1.7.2 Uji Hipotesis Keempat 170

4.1.8 Deskripsi Proses Jawaban 174

4.1.8.1 Deskripsi Proses Jawaban Siswa Tes Representasi

dengan Strategi TTW dan Pembelajaran KONV 174 4.1.8.2 Deskripsi Proses Jawaban Siswa Tes Komunikasi

dengan Strategi TTW dan Pembelajaran KONV 188 4.2Pembahasan 199

4.2.1 Kemampuan Awal Matematik Siswa 199

4.2.2 Kemampuan Representasi Matematis Siswa 202 4.2.3 Interaksi Antara Kemampuan Awal dengan Pembelajaran

Terhadap Kemampuan Representasi Matematis

Siswa 204

4.2.4 Kemampuan komunikasi Matematis 207 4.2.5 Interaksi Antara Kemampuan Awal dengan Pembelajaran

Terhadap Kemampuan Komunikasi

Matematis 209

4.2.6 Proses Jawaban Siswa 211

4.3 Keterbatasan Penelitian 214 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan 216

5.2Implikasi 217

5.3Saran 218

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Bentuk–Bentuk Operasional Representasi Matematis 33 Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran dengan Strategi Think-Talk-Write 56 Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dan

Pembelajaran Konvensional 63

Tabel 2.4 Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar 67

Tabel 2.5 Koordinat Objek dan Koordinat Bayangan 69 Tabel 3.1 Daftar Peringkat Akreditasi SMP Negeri Tebing Tinggi 90

Tabel 3.2 Rincian Kelas Uji Coba 91

Tabel 3.3 Desain Penelitian 92

Tabel 3.4 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel 94 Bebas, Terikat dan Kontrol

Tabel 3.5 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Siswa 101 Berdasarkan KAM

Tabel 3.6 Jumlah Siswa Yang Termasuk KAM Tinggi, Sedang, Rendah 102 Tabel 3.7 Kisi–Kisi Soal Tes Representasi 103 Tabel 3.8 Rubrik Pemberian Skor Tes Representasi. 104 Tabel 3.9 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 106 Tabel 3.10 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis 107

Tabel 3.11 Nama-Nama Validator 108

Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Hasil 109 Tabel 3.13 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas 111 Tabel 3.14 Interpretasi Koefisien Reliabilitas 112

Tabel 3.15 Klasifikasi Daya Pembeda 114

Tabel 3.16 Karakteristik Tes Kemampuan Representasi Matematis Siswa 115 Tabel 3.17 Karakteristik Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 115 Tabel 3.18 Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis, sumber data, 116

Instrumen/Alat Uji dan Uji Statistik

Tebel.3.19 Jadwal Penelitian 129

Tebel 4.1 Rata-rata dan Kategori Hasil Validitas Perangkat

Pembelajaran 131

Tabel 4.2 Hasil Validasi Instrumen Pretes dan Postes Representasi 132 Tabel 4.3 Hasil Validasi Instrumen Pretes dan Postes Komunikasi 132 Tabel 4.4 Reabilitas, Validitas, Daya Pembeda dan Tingkat

Kesukaran Kemampuan Representasi 134

Tabel 4.5 Reabilitas, Validitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran

Kemampuan Komunikasi 134

Tabel 4.6 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes KAM

(15)

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Awal Matematik

(KAM)Kelompok Eksperimen dan Kontrol 138 Tabel 4.10 Pengujian Perbedaan Rata-rata Tes KAM 139 Tabel 4.11 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM 140 Tabel 4.12 Rata-rata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes

Kemampuan Representasi Matematis Siswa pada Kelas

Eksperimen 142

Tabel 4.13 Rata-rata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes Kemampuan Representasi Matematis Siswa pada

Kelas Kontrol 143

Tabel 4.14 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Tes Kemampuan Representasi Matematis Siswa pada Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 145

Tabel 4.15 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Tes Kemampuan Representasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang, Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 146 Tabel 4.16 Uji Normalitas N_Gain Tes Kemampuan Representasi

Matematis Berdasarkan Pembelajaran 151

Tabel 4.17 Uji Homogenitas N_Gain Tes Kemampuan Representasi

Matematis Berdasarkan Pembelajaran 152

Tabel 4.18 Uji Anava Dua Jalur N_Gain Tes Kemampuan Representasi

Matematis Berdasarkan Pembelajaran 153

Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Mengenai Kemampuan Representasi Matematis Siswa pada

Taraf Signifikansi 5% 157

Tabel 4.20 Rata-rata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada

Kelas Eksperimen 158

Tabel 4.21 Rata-rata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada

Kelas Kontrol 160

Tabel 4.22 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 161

Tabel 4.23 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Berkemampuan

Tinggi, Sedang, Rendah pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 162

Tabel 4.24 Uji Normalitas N_Gain Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Berdasarkan Pembelajaran 166

Tabel 4.25 Uji Homogenitas N_Gain Tes Kemampuan Komunikasi

i Matematis Berdasarkan Pembelajaran 168 Tabel 4.26 Uji Anava Dua Jalur N_Gain Tes Kemampuan

Komunikasi Matematis Berdasarkan Pembelajaran 169 Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Mengenai

(16)

Signifikansi 5% 173 Tabel 4.28 Kriteria Proses Penyelesaian Masalah Kemampuan

Representasi Matematis pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 181

Tabel 4.29 Kriteria Proses Penyelesaian Masalah Kemampuan Representasi Matematis pada Kelas Eksperimen

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Jawaban siswa Indonesia yang menunjukkan rendahnya 2 kemampuan representasi matematis

Gambar 1.2 Jawaban siswa Indonesia yang menunjukkan rendahnya 3 kemampuan komunikasi matematis

Gambar 1.3 Jawaban siswa Indonesia yang menunjukkan 4 kemampuan komunikasi matematis rendah

Gambar 1.4 Salah satu jawaban siswa yang menunjukkan 7 rendahnya kemampuan representasi matematis siswa

Gambar 1.5 Salah satu jawaban siswa yang menunjukkan 11 rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa

Gambar 1.6 Kartu domino 22

Gambar 1.7 Pasangan Kartu domino gambar 1.6 22

Gambar 2.1 Kartu Domino 65

Gambar 2.2 Kartu domino translasi 65

Gambar 2.3 Pasangan kartu domino translasi 66

Gambar 2.4 Bayangan titik pada cermin y = x 68

Gambar 2.5 Pencerminan pada y = x 69

Gambar 2.6 Posisi kelereng pada koordinat kartesius 72 Gambar 2.7 Kartu Domino untuk mengenalkan konsep translasi 73

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 128

Gambar 4.1 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes KAM pada Kelas

Eksperimen dan Kontrol 136

Gambar 4.2 Rata-rata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes

Kemampuan Representasi Matematis Kelas Eksperimen 143 Gambar 4.3 Rata-rata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes

Kemampuan Representasi Matematis Kelas Kontrol 144 Gambar 4.4 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Tes

Kemampuan Representasi Matematis pada Kelas

Eksperimen dan Kontrol 145

Gambar 4.5 Rata-rata Indeks Gain Tes Kemampuan Representasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang,

Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol 147

Gambar 4.6 Selisih Rata-rata Indeks Gain Tes Kemampuan Representasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang,

Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol 148 Gambar 4.7 Grafik Interaksi Antara Kemampuan Awal dengan

Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan

Representasi Siswa 156

Gambar 4.8 Rata-rata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes

Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen 159 Gambar 4.9 Rata-rata dan Simpangan Baku Pretes dan Postes

(18)

Gambar 4.10 Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kontrol 161 Gambar 4.11 Rata-rata Indeks Gain Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang,

Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol 163 Gambar 4.12 Selisih Rata-rata Indeks Gain Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang,

Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol 164 Gambar 4.13 Grafik Interaksi Antara Kemampuan Awal dengan

Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Siswa 171

Gambar 4.14 Hasil Jawaban Soal No.1 Tes Kemampuan Representasi

Kelas Eksperimen 175

Gambar 4.15 Hasil Jawaban Soal No.1 Tes Kemampuan Representasi

Kelas Kontrol 176

Gambar 4.16 Hasil Jawaban Soal No.2 Tes Kemampuan Representasi

Kelas Eksperimen 177

Gambar 4.17 Hasil Jawaban Soal No.2 Tes Kemampuan Representasi

Kelas Kontrol 178

Gambar 4.18 Hasil Jawaban Soal No.3 Tes Kemampuan Representasi

Kelas Eksperimen 179

Gambar 4.19 Hasil Jawaban Soal No.3 Tes Kemampuan Representasi

Kelas Kontrol 180

Gambar 4.20 Hasil Jawaban Soal No.1 Tes Kemampuan Komunikasi

Kelas Eksperimen 188

Gambar 4.21 Hasil Jawaban Soal No.1 Tes Kemampuan Komunikasi

Kelas Kontrol 189

Gambar 4.22 Hasil Jawaban Soal No.2 Tes Kemampuan Komunikasi

Kelas Eksperimen 190

Gambar 4.23 Hasil Jawaban Soal No.2 Tes Kemampuan Komunikasi

Kelas Kontrol 190

Gambar 4.24 Hasil Jawaban Soal No.3 Tes Kemampuan Komunikasi

Kelas Eksperimen 191

Gambar 4.25 Hasil Jawaban Soal No.3 Tes Kemampuan Komunikasi

Kelas Kontrol 191

Gambar 4.26 Hasil Jawaban Soal No.4 Tes Kemampuan Komunikasi

Kelas Eksperimen 192

Gambar 4.27 Hasil Jawaban Soal No.4 Tes Kemampuan Komunikasi

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Strategi TTW 223

Lampiran 2: LAS 1 243

Lampiran 3: Tes Pertemuan 1 249

Lampiran 4: Evaluasi Tes Pertemuan 1 251

Lampiran 5: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Strategi TTW 255

Lampiran 6: LAS 2 273

Lampiran 7: Tes Pertemuan 2 279

Lampiran 8: Evaluasi Tes Pertemuan 2 280

Lampiran 9: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 Strategi TTW 284

Lampiran 10: LAS 3 303

Lampiran 11: Tes Pertemuan 3 309

Lampiran 12: Evaluasi Tes Pertemuan 3 311

Lampiran 13: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 Strategi TTW 317

Lampiran 14: LAS 4 338

Lampiran 15: Tes Pertemuan 4 344

Lampiran 16: Evaluasi Tes Pertemuan 4 345

Lampiran 17: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 Strategi TTW 351

Lampiran 18: LAS 5 373

Lampiran 19: Tes Pertemuan 5 379

Lampiran 20: Evaluasi Tes Pertemuan 5 381

Lampiran 21: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6 Strategi TTW 388

Lampiran 22: LAS 6 406

Lampiran 23: Tes Pertemuan 6 412

Lampiran 24: Evaluasi Tes Pertemuan 6 413

Lampiran 25: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 7 Strategi TTW 418

Lampiran 26: LAS 7 441

Lampiran 27: Tes Pertemuan 7 447

Lampiran 28: Evaluasi Tes Pertemuan 7 448

Lampiran 29: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 8 Strategi TTW 456

Lampiran 30: LAS 8 479

Lampiran 31: Tes Pertemuan 8 485

Lampiran 32: Evaluasi Tes Pertemuan 8 486

(20)

Lampiran 44: Tes Pertemuan 6 Pembelajaran Konvensional 509 Lampiran 45: RPP Pembelajaran Konvensional Pertemuan 510 Lampiran 46: Tes Pertemuan 7 Pembelajaran Konvensional 512 Lampiran 47: RPP Pembelajaran Konvensional Pertemuan 8 513 Lampiran 48: Tes Pertemuan 8 Pembelajaran Konvensional 515

Lampiran 49: Tes Kemampuan Awal 516

Lampiran 50: Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 520 Lampiran 51: Kisi-Kisi Tes Kemampuan Representasi Matematis 523 Lampiran 52: Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 524 Lampiran 53: Tes Kemampuan Representasi Matematis 525 Lampiran 54: Evaluasi Tes Kemampuan Representasi Matematis 527 Lampiran 55: Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 532 Lampiran 56: Evaluasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 534 Lampiran 57: Validitasi Ahli dan Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan

Instrumen 540

Lampiran 58: Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Awal Seluruh Siswa 582 Lampiran 59: Deskripsi Hasil KAM Berdasarkan Kelompok 583 Lampiran 60: Data Pretes KRP Kelompok Eksperimen 585 Lampiran 61: Data Postes KRP Kelompok Eksperimen 586 Lampiran 62: Data Pretes KRP Kelompok Kontrol 587 Lampiran 63: Data Postes KRP Kelompok Kontrol 588 Lampiran 64: Data N_Gain Kemampuan Representasi Matematis

Kelompok Eksperimen 589

Lampiran 65: Uji Prasyarat N_Gain KRP Normalitas dan Homogenitas

Berdasarkan Pembelajaran 590

Lampiran 66: Hasil Uji Anava Dua Jalur N_Gain KRP 594 Lampiran 67: Data Pretes Komunikasi Kelompok Eksperimen 598 Lampiran 68: Data Postest Komunikasi Kelompok Eksperimen 599 Lampiran 69: Data Pretes Komunikasi Kelompok Kontrol 600 Lampiran 70: Data Postes Komunikasi Kelompok Kontrol 601 Lampiran 71: Deskripsi Data Pretes, Postes, dan N_Gain

Berdasarkan KAM 602

Lampiran 72: Uji Prasyarat N_Gain KKM Normalitas dan

Homogenitas Berdasarkan Pembelajaran 607 Lampiran 73: Hasil Uji Anava Dua Jalur N_Gain KKM

(21)

BAB I PENDAHULUAN

TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) adalah studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama. Studi ini dikoordinasikan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement) yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. TIMSS merupakan studi yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali, yaitu pada tahun 1995, 1999, 2003, dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 1999. Pada tahun 1999 sebanyak 38 negara berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 46 negara. Pada tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat ke 35 dengan skor rata–rata Indonesia untuk matematika adalah 411, pada tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat ke 36 dengan skor rata–rata Indonesia untuk matematika adalah 397 (Kemdikbud, 2011:1)

Menurunnya dan rendahnya tingkat prestasi Indonesia dalam ajang TIMSS disebabkan karena semakin menurunnya tingkat kemampuan representasi, komunikasi siswa SMP di Indonesia. Hal ini dapat terlihat pada soal dan penyelesaian TIMSS (dalam: TIMSS Math Concepts, 2003:148) untuk materi transformasi. Berikut ini merupakan jawaban siswa Indonesia untuk soal TIMSS yang menunjukkan rendahnya kemampuan representasi matematis siswa Indonesia.

(22)

Gambar 1.1 Jawaban Siswa Indonesia yang Menunjukkan Rendahnya Kemampuan Representasi Matematis

(23)

diberikan. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa dalam menggambarkan pencerminan-pencerminan dari gambar yang diketahui pada soal (siswa tidak mampu menggambarkan hubungan simetri dari gambar–gambar yang diketahui pada soal TIMSS tersebut), sehingga yang digambarkan oleh siswa Indonesia bukan pencerminan dari gambar–gambar yang diketahui pada soal melainkan titik–titik dan huruf pada penyelesaian. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan representasi siswa Indonesia diasumsikan masih rendah dalam merepresentasikan keterangan soal kedalam gambar sehingga siswa Indonesia tidak mampu menyelesaikan soal TIMSS 2003.

Selanjutnya berikut ini merupakan jawaban siswa Indonesia untuk soal TIMSS yang menunjukkan rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia (dalam: TIMSS MathConcepts, 2003:169).

(24)

Berdasarkan jawaban siswa maka terlihat tidak terpenuhinya beberapa indikator kemampuan komunikasi tertulis matematis yaitu tidak mampu memilih konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah, dan tidak mampu menyusun prosedur penyelesaian masalah dengan tepat. Hal ini dapat dilihat dari proses penyelesaian jawaban siswa untuk soal TIMSS siswa belum dapat memahami soal, hal ini terlihat dari jawaban siswa yang tidak tepat siswa justru membagi luas daerah keseluruhan dengan luas satu persegi. Kemudian siswa

mengakarkan luas satu daerah persegi yaitu 49 = 7 cm2 dan menyatakannya

sebagai luas dari satu persegi yaitu 7 cm2, ini karena ketidakmampuan siswa menuliskan prosedur penyelesaian soal dengan benar, tidak mampu memilih dan menuliskan rumus yang akan digunakan untuk mengolah penyelesaian soal tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi tertulis siswa Indonesia masih rendah dalam mengerjakan soal TIMSS 2003.

Gambar 1.3 Jawaban Siswa Indonesia yang Menunjukkan Kemampuan Komunikasi Matematis Rendah

(25)

siswa, siswa menebak langsung jawaban soal tanpa menuliskan prosedur penyelesaian soal karena langsung menuliskan jawaban soal adalah 16 cm, sehingga terbukti bahwa kemampuan komunikasi tertulis siswa Indonesia masih rendah dalam mengerjakan soal TIMSS 2003.

Semakin menurunnya peringkat Indonesia pada ajang TIMSS ini sekaligus menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dimata dunia yang disebabkan oleh rendahnya tingkat prestasi siswa di Indonesia yang disebabkan karena (rendahnya sarana fisik, kualitas guru) sehingga pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.

Berbagai bukti diatas menunjukan ketidaktercapaian tujuan khusus pengajaran matematika di Indonesia khususnya di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Beberapa tujuan khusus pembelajaran matematika di SLTP adalah sebagai berikut : (1) siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah, (2) siswa mempunyai keterampilan matematika sebagi peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari–hari, (3) siswa mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika (Soedjadi, 2000:44).

(26)

Ansari, 2009:3). Senada dengan penjelasan tersebut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) juga menentapkan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika. NCTM (2000) (dalam Adhar, 2012:2) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi dan komunikasi matematis siswa merupakan beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar matematika demi tercapainya tujuan pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

(27)

Kemampuan representasi perlu ditingkatkan karena kemampuan representasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam peningkatan hasil belajar, berikut merupakan alasan kemampuan representasi matematika harus ditingkatkan adalah karena kemampuan representasi dapat membantu siswa menjelaskan konsep atau ide, dan memudahkan siswa mendapatkan strategi pemecahan, serta representasi juga berguna untuk meningkatkan fleksibilitas siswa dalam menjawab soal–soal matematika.

Senada dengan penjelasan di atas berikut ini adalah penelitian yang mendukung bahwa kemampuan representasi merupakan kemampuan yang harus diteliti dan ditingkakan Leo Adhar (dalam Adhar, 2012:2) menyatakan bahwa :

“Pentingnya kemampuan representasi matematis dapat dilihat dari standar representasi yang diterapkan NCTM. NCTM (2000) menetapkan bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanak– kanak sampai kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk (1) menciptakan dan menggunkan representasi untuk mengorganisir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide–ide matematis, (2) memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematis dalam memecahkan masalah, dan (3) menggunkan representasi untuk memodelkan dan menginterprestasikan fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematis. Dengan demikian, kemampuan representasi matematis diperlukan siswa untuk menemukan dan membuat suatu alat atau cara berpikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematis dari yang sifatnya abstrak menuju konkret, sehingga lebih mudah dipahami”.

(28)

dapat dilihat dari hasil observasi peneliti di SMPN 3 Tebing Tinggi. Ketika siswa diberikan soal untuk materi transformasi sebagai berikut:

1. Beberapa anak sedang bermain sebuah permainan di sebuah lapangan. Mereka membentuk kelompok dengan anggota 2 orang. Tini dan Tina adalah teman satu kelompok. Pada permainan tersebut, mata Tina ditutup dengan sapu tangan, kemudian Tini memandu pergerakan Tina untuk mendapatkan bola yang telah ditentukan tempatnya. Kelompok yang paling cepat mendapatkan bola tersebut adalah pemenangnya. Tini memberikan arahan pada Tina, “Maju 3 langkah, kemudian ke kanan 4

langkah, maju 1 langkah, kemudian maju lagi 1 langkah”. Gambarkalah

dalam grafik kartesius langkah yang ditempuh Tina dan tentukanlah posisi Tina mendapatkan bola tersebut.

Gambar 1.4 Salah Satu Jawaban Siswa yang Menunjukkan Rendahnya Kemampuan Representasi Matematis Siswa

(29)

siswa tidak mampu menggambarkannya ke dalam garis kartesius, siswa hanya mampu menggambarkan garis kartesius tanpa mampu memperlihatkan proses tranformasi pada soal, selain itu juga siswa belum mampu menuliskan prosedur dari proses transformasi pada soal kedalam kalimat matematika. Melihat kenyataan ini, kemampuan representasi matematis siswa harus segera dilatih dan ditingkatkan demi tercapainya tujuan pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

(30)

tentang makna istilah dan menjelaskan pemahaman mereka terhadap istilah. (5) Reports, yaitu siswa disuruh, baik sebagai individu maupun sebagai suatu kelompok untuk menuliskan laporan. Kegiatan ini berguna untuk membantu pemahaman siswa, bahwa menulis adalah suatu aspek penting dalam matematika untuk menyelidiki topik–topik dan isu–isu dalam matematika dan kepribadiaan.

Senada dengan penjelasan diatas berikut ini penelitian yang mendukung bahwa kemampuan komunikasi merupakan kemampuan yang harus diteliti: Bistari BsY (dalam BsY, B. 2010:11) menyatakan:

“Kegagalan dalam pembelajaran karena tidak disadari bahwa komunikasi yang terjadi berjalan tak efektif. Kedua, kemampuan komunikasi yang sangat berpengaruh diduga dari pengajar, ternyata terjadi dua arah yakni pengajar dan peserta didik. Ketiga, kemampuan komunikasi ternyata dapat dilatih dan kemampuan komunikasi perlu penyesuaian. Sebagian dari kondisi diatas bermuara pada komunikasi yang kurang terarah dan terlatih sehingga pembelajaran berjalan kurang efektif. Bila komunikasi yang kurang efektif sering terjadi dapat berakibat ketidaktercapaian tujuan pembelajaran. Jurnal ini juga menyatakan bahwa komunikasi matematika yang terjadi sebaiknya tidak hanya sekedar hubungan timbal balik, namun arus menekankan adanya pemahaman yang mendalam terhadap kesepakatan–kesepakatan yang telah dibuat sehingga komunikasi matematika dapat berjalan dengan efektif dan tujuan pembelajaran matematika tercapai”.

(31)

1. Seorang ibu menyimpan gula dalam sebuah tabung dengan luas alas

616 cm2(alas berbentuk lingkaran). Suatu saat, ibu melihat semut masuk ke tempat gula tersebut. Ibu membersihkan gula tersebut dari semut dan segera menutup tabung dengan plastik serta mengikatnya dengan karet gelang yang berbentuk lingkaran dengan diameter 7 cm. Dapatkah kamu mengamati perubahan yang terjadipada karet gelang tersebut? Hitunglah besar faktor skala perkalian pembesaran karet tersebut?

Gambar 1.5 Salah Satu Jawaban Siswa yang Menunjukkan Rendahnya Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Berdasarkan jawaban siswa terlihat bahwa tidak terpenuhinya salah satu indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu mengubah masalah kedalam kalimat matematika, memilih konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah, menyusun prosedur penyelesaian masalah.

(32)

matematika, sehingga siswa tidak mampu menjawab soal dengan tepat. Hal ini terbukti karena siswa tidak paham apa yang ditanyakan oleh soal siswa justru mencari luas diameter lingkaran bukan jari–jari tabung, ini menunjukkan bahwa siswa melakukan kesalahan yang cukup fatal karena siswa benar–benar tidak paham tentang konsep dari diameter dimana diameter = 2 x jari–jari dan tidak ada istilah luas daerah diameter lingkaran dalam matematika, selain itu siswa langsung menuliskan jawaban soal tanpa menuliskan langkah–langkah penyelesaian soal.

Hanya ada 8 orang siswa yang mampu memberikan jawaban yang benar untuk penyelesaian soal diatas, dari 30 siswa, sehinggga dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah, karena terdapat banyak siswa yang tidak mampu memahami apa yang diketahui dari soal sehingga siswa tidak mampu menuliskan apa yang diketahui dari soal dan mengubahnya ke dalam kalimat matematika sehingga siswa mampu memecahkan masalah tersebut, tidak mampu menuliskan konsep–konsep kunci yang membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan matematika menulis siswa.

(33)

Namun pada kenyataannya untuk meningkatkan kemampuan representasi dan komunikasi bukan merupakan hal yang mudah, karena adanya kenyataan bahwa masih rendahnya kualitas mutu pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa ternyata berbagai pendekatan, gagasan atau inovasi dalam dunia pendidikan matematika yang sampai saat ini diterapkan secara luas ternyata belum bisa memberikan perubahan positif yang berarti, baik dalam proses pembelajaran matematika di sekolah maupun dalam meningkatkan mutu pendidikan matematika yang pada umumnya. Dilain pihak, tidak sedikit pula para guru yang masih menganut paradigma transfer of knowlwdge dalam pembelajaran matematika masa kini. Paradigma ini beranggapan bahwa siswa merupakan objek atau sasaran belajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih banyak dilakukan oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan, dan menyampaikan informasi ditujukkan agar peserta didik memperoleh pengetahuan.

(34)

kemudian guru mencoba memecahkan sendiri; (c) Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan.

Brooks & Brooks (1999) (dalam Ansari, 2009:2) menamakan pembelajaran seperti pola di atas sebagai konvensional, karena suasana kelas masih didominasi guru dan titik berat pembelajaran ada pada keterampilan tingkat rendah. Pembelajaran konvensional atau mekanistik ini menekankan pada latihan mengerjakan soal atau drill dengan mengulang prosedur serta lebih banyak menggunakan rumus atau algoritma tertentu. Paling tidak ada dua konsekuwensinya. Pertama, siswa kurang aktif dan pola pembelajaran ini kurang menanamkan konsep sehingga kurang mengundang sikap kritis (Sumarmo,1999) (dalam Ansari, 2009:3). Kedua, jika siswa diberi soal yang beda dengan soal latihan, mereka kebingungan karena tidak tahu harus mulai dari mana mereka bekerja (Mettes, 1979) (dalam Ansari, 2009:3).

(35)

pada contoh soal yang diberikan guru. Pembelajaran matematika yang seperti ini yang hanya menekankan aturan dan prosedur, dapat memberi kesan bahwa matematika adalah untuk dihafal bukan untuk belajar bekerja sendiri atau dapat disebut pembelajaran yang tidak memberikan kebebasan berpikir pada siswa, belajar hanya untuk tujuan singkat.

Senada dengan penjelasan diatas hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru bidang study matematika di SMPN 3 Tebing Tinggi (O. Sinaga) :

“Banyaknya siswa yang memperoleh nilai rendah, hal itu disebabkan karena kurangnya minat siswa dalam mempelajari transformasi matematika mungkin karena materi tersebut mengandung banyak sekali rumus yang harus diingat dan itu sangat sulit di pahami oleh mereka, dan mungkin juga disebabkan strategi pembelajaran yang saya gunakan masih selalu bersifat teacher oriented, hal ini dikarenakan masih sangat rendahnya tingkat pemahaman, penguasaan siswa untuk materi prasyrat yang diperoleh siswa saat mereka di SD, dan kurang mempertimbangkan kemampuan awal siswa dalam merancang pembelajaran. Masalah ini merupakan masalah dari tahun ke tahun di sekolah ini. Selain itu belum ada media yang saya gunakan untuk dapat membantu dalam mengajarkan materi transformasi sehingga lebih menyenangkan”.

(36)

(Ruseffendi, 1991:111), perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya strategi pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan strategi pembelajaran harus dapat mengakomodasi kemampuan matematika siswa yang heterogen sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa.

Alasan lain mengapa kemampuan awal sangat perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran matematika adalah karena salah satu karakteristik dari pembelajaran matematika itu sendiri adalah hirarkis. Artinya ketika mempelajari konsep B yang mendasar kepada konsep A, seseorang perlu memahami terlebih dahulu konsep A. Tanpa memahami konsep A tidak mungkin orang itu mampu memahami konsep B. Ini berarti, mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasar kepada pengalaman belajar yang lalu (Hudojo, 1988:3). Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang diketahuinya, karena itu ketika mempelajari matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang (kemampuan awal) akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut.

(37)

terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah, sehingga kemungkinan akan terbentuknya kelompok yang seluruh anggotanya memiliki kemampuan awal yang rendah dapat terjadi. Hal ini jelas akan semakin mempersulit siswa dalam meningkatkan kemampuan representasi dan komunikasi matematisnya, selain itu siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan merasa semakin tidak tertarik untuk belajar matematika, dan merasa diasingkan dari kelompok siswa yang memiliki kemampuan sedang dan tinggi. Hal ini jelas akan sangat berdampak buruk bagi hasil belajar siswa.

Pembentukan kelompok yang homogen merupakan faktor penyebab siswa semakin hanya mementingkan jawaban akhir tanpa memahami bagaimana proses jawabannya dalam menyelesaikan soal, dikarenakan siswa yang memiliki kemampuan rendah digabungkan dengan siswa yang juga memiliki kemampuan rendah, dan siswa yang memiliki kemampuan sedang digabungkan dengan siswa yang juga memiliki kemampuan sedang, serta siswa yang memiliki kemampuan tinggi digabungkan dengan siswa yang juga memiliki kemampuan tinggi, sehingga guru akan sangat kesulitan untuk mengarahkan siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri, untuk bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya, dan akan sangat sulit terjadinya tutor sebaya diantara siswa.

(38)

siswa belajar (stimulation of learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, representasi, koneksi (doing math). Pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan kemamapuan representasi dan komunikasi matematis, dan diharapkan pembelajaran ini dapat membantu guru dalam membantu siswa untuk mengkonstruk pemikirannya melalui interaksi sosial. Interaksi sosial sangat diperlukan untuk membawa siswa membawa maju ke Zone of Proximal Development mereka menurut Vygotsky (Arends, 2008 :122).

Para ahli pendidikan menganjurkan penggunaan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) atau PK dalam mengatasi masalah tersebut. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Salvin (Sanjaya, 2006:240) mengapa pembelajaran kooperatif layak untuk digunakan:

“Dua alasan tersebut adalah, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran koopertif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan”.

(39)

mampu meningkatkan kemampuan representasi dan komunikasi matematis siswa adalah strategi think-talk-write.

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai sebuah a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976) (dalam Sanjaya, 2006:124). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp (1995) (dalam Sanjaya, 2006:124) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985) (dalam Sanjaya, 2006:124) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur yang digunakan secara bersama–sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi belajar merupakan rancangan prosedur pembelajaran, yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang salah satunya adalah peningkatan hasil belajar. TTW merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa dalam berpikir kritis, berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui diskusi kelompok, presentasi (Aqib, 2008:42).

(40)

1. Langkah 1 – Berpikir (thinking). Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan materi atau menjawab pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh guru berupa lembar kerja dan dilakukan secara individu. 2. Langkah 2 – Berdiskusi (talking). Setelah diorganisasikan dalam

kelompok, siswa diarahkan untuk terlibat secara aktif dalam berdiskusi kelompok mengenai lembar kerja yang telah disediakan, interaksi pada tahap ini diharapkan siswa dapat saling berbagi jawaban dan pendapat dengan anggota kelompok masing-masing.

3. Langkah 3 – Menulis (writing). Pada tahap ini siswa diminta untuk menulis dengan bahasa dan pemikiran sendiri hasil dari belajar dan diskusi kelompok yang diperolehnya.

4. Hasil tulisan siswa dipamerkan untuk ditunjukkan dihadapan kawan– kawan sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.

Keuntungan menerapkan strategi belajar think-talk-write dalam pembelajaran antara lain: (1) Mempercepat kemahiran dalam menggunakan strategi pengerjaan soal, (2) Membantu siswa dalam mempercepat pemahaman soal, (3) Memberi kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan suatu strategi pemecahan masalah (Ansari, 2009:6).

(41)

“Kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran TTW secara signifikan lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitiannya: Dalam hasil penelitiannya dikemukakan deskripsi perbandingan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa secara keseluruhan berdasarkan jenis pendekatan pembelajaran (TTW dan KONV) adalah rerata 0,64 > 0,47; standar deviasi 0,16 > 0,14; Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan TTW lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan cara konvensional. Sehingga berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran TTW secara signifikan lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan cara konvensional pada taraf signifikansi 5%”.

Bukti bahwa strategi TTW dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis dibuktikan dari penelitian Ahmad Yazid (dalam Yasid, 2012:36) menyatakan bahwa:

“Pengembangan perangkat pembelajaran matematika model kooperatif dengan strategi TTW pada materi volume bangun ruang sisi datar adalah valid, efektif, dan praktis untuk meningkatkan kemampuan representasi matematik siswa. Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan keterlaksanaan pembela-jaran berlangsung dengan baik dengan rata-rata 4,4, sedangkan hasil angket respon guru positif dengan rata-rata 4,55 dan hasil angket respon siswa menunjukkan bahwa lebih dari 75% siswa memberikan respon positif. Hasil angket respon siswa secara rinci diperoleh sebagai berikut: 90,75% siswa merespon senang terhadap materi pelajaran dan perangkat pembelajaran yang digunakan, 78% siswa merespon senang terhadap model pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW. Selain itu, sebanyak 75% siswa merasa senang dengan cara guru mengajar, 78% siswa senang dengan suasana pembelajaran di kelas, 84% siswa berminat mengikuti pelajaran matematika dan menyatakan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif dengan strategi TTW mudah dimengerti serta dapat meningkatkan kemampuan representasi matematik siswa”.

(42)

Selain itu untuk meningkatkan kreativitas guru dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan strategi think-talk-write pada pokok bahasan transformasi. Pembelajaran dengan strategi think-talk-write dapat ditambahkan kartu domino.

Gambar 1.6 Kartu Domino

Kartu domino dapat digunakan dalam membantu guru, dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran tidak monoton, dan akan menjadi menyenangkan.

Gambar 1.7 Pasangan Kartu Domino Gambar 1.6

Berikut ini merupakan prosedur penggunaan kartu domino

1. Siswa tos untuk mengundi siapa yang paling awal bermain

2. Sama seperti aturan pada permainan kartu domino asli siswa lain yang

memiliki hasil dari kartu yang dikeluarkan, misalnya kartu yang

(43)

3. Siswa yang memiliki pasangan yang kartu tersebut yaitu kartu

mengeluarkan kartunya.

4. Selanjutnya siswa yang memiliki pasangan kartu tersebut memainkan

permainan dengan mengeluarkan kartu yang dimilikinya sesuka

hatinya.

5. Sama seperti aturan ke 2 siswa yang memiliki hasil dari kartu yang

keluar memainkan permainan, kembali aturan ke 3, demikian

selanjutnya

6. Siswa yang kartunya habis terlebih dahulu dari tangannya adalah

pemenangnya.

Kartu domino ini merupakan modifikasi dari penelitian Yogi (dalam:

Hestuaji,Y 2012:1) dari hasil penelitiannya Yogi menyatakan bahwa kartu domino

pecahan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa,

(44)

pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya seukuran dengan postcard atau 25 x 30 mm. Gambar yang ditampilkan dalam kartu tersebut adalah gambaran tangan atau foto, merupakan rangkaian pesan untuk menanamkan konsep

pecahan kepada siswa. Dalam kartu domino pecahan ada tiga unsur gambar yang

ditampilkan, pertama adalah lambang yang menyatakan sebuah pecahan, kedua adalah garis pemisah dan yang ketiga adalah gambar benda atau bangun yang merupakan perwujudan dari lambang pecahan. Cara menggunakan kartu domino ini

sama layaknya orang bermain kartu domino pada biasanya, yakni dengan mencocokkan gambar yang terdapat pada kartu dengan kartu yang lainnya. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh kartu domino dibandingkan dengan media

lainnya untuk materi pecahan, diantaranya (1) Media ini memancing siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, (2) Media ini bisa diaplikasikan untuk permainan sehingga membuat siswa tidak mudah bosan, (3) Mudah dan praktis dibawa kemana-mana.

Senada dengan penjelasan diatas Karol L Yeatis di dalam bukunya Mega Fun Card Game Match (dalam: Hestuaji, 2012: 2) menyatakan pendapat jika “cards offer a natural link to Match con-cepts, games motivate students to play

again and again”, atau jika diartikan kurang lebih berbunyi “kartu menawarkan

hubungan yang alami dengan konsep matematika, dengan permainan akan meningkatkan motivasi siswa untuk bermain lagi dan lagi”. Dari pernyataan di

(45)

logika. Hal seperti ini akan membuat pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien dan berdampak ke hasil belajar yang memuaskan.

Peneliti tertarik memodivikasi kartu domino pecahan menjadi kartu domino untuk materi transformasi mengingat banyaknya konsep yang harus diingat siswa pada materi transformasi, yang terdiri dari refleksi, translasi, dilatasi, rotasi. Kartu domino yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sebuah media pembelajaran yang berukuran sama seperti kartu domino biasa. Tulisan yang ditampilkan dalam kartu tersebut adalah simbol, yang merupakan rangkaian pesan untuk menanamkan konsep transformasi kepada siswa. Dalam kartu

domino ada tiga unsur yang ditampilkan, pertama adalah titik-titik yang mengalami transformasi translasi, refleksi, rotasi, dilatasi, kedua adalah garis pemisah dan yang ketiga adalah hasil transformasi. Cara menggunakan kartu domino ini sama layaknya orang bermain kartu domino pada biasanya, yakni dengan mencocokkan titik-titik yang mengalami transformasi yang terdapat pada kartu dengan kartu yang lainnya yang merupakan hasil transformasinya atau sebaliknya. Kartu domino ini diharapkan dapat dijadikan media pembelajaran dalam menarik minat siswa untuk mengingat konsep-konsep transformasi, dan membuat siswa lebih interaktif dalam pembelajaran.

(46)

pendekatan ilmiah (scientific appoach) yang meliputi observasi, mengumpulkan data, mengasosiasi, bertanya, mengkomunikasikan (KEMDIKBUD, 2013:3). Materi transformasi harus diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan pendekatan ilmiah, dan media pembelajaran yang tepat yang dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

Berdasarkan seluruh uraian latar belakang masalah tersebut, penulis

tertarik melakukan penelitian yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Representasi dan Komunikasi Matematis Siswa SMP pada Materi Transformasi dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Berbantuan Kartu Domino di Kelas VII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi”.

1.2Identifikasi Masalah :

1. Prestasi belajar matematika siswa rendah.

2. Kemampuan representasi matematis siswa rendah. 3. Kemampuan komunikasi matematis siswa rendah.

4. Strategi Pembelajaran masih bersifat (teacher oriented) dan belum guru belum pernah menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW. 5. Belum adanya media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam

melaksanakan pembelajaran matematika sehingga pembelajaran lebih terasa menyenangkan bagi siswa.

(47)

7. Kemampuan awal siswa rendah.

8. Siswa hanya mementingkan jawaban akhir tanpa memahami bagaimana proses jawabannya dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kemampuan representasi dan komunikasi matematis siswa.

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi masalah maka dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) berbantuan kartu domino.

2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan strategi Think-Talk-Write (TTW)berbantuan kartu domino.

3. Interaksi antara kemampuan awal dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan representasi dan komunikasi matematis siswa. 4. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan

(48)

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran dengan strategi TTW berbantuan kartu domino dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran dengan strategi TTW berbantuan kartu domino dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa?

(49)

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran dengan strategi TTW berbantuan kartu domino dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang diberi pembelajaran dengan strategi TTW berbantuan kartu domino dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis.

4. Untuk mengetahui adanya interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

(50)

1.6 Manfaat Penelitian

1. Untuk guru, diharapkan bermanfaat sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan kualitas, dan kreativitas pembelajaran khususnya dalam pelajaran matematika di SMP khususnya pada pokok bahasan bahasan transformasi.

2. Untuk siswa, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan representasi siswa sehingga kompetensi dalam mata pelajaran matematika dapat tercapai secara optimal khususnya pada pokok bahasan transformasi.

3. Untuk komponen terkait yakni komite sekolah dan dewan pendidikan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan dalam menyusun program peningkatan kualitas sekolah khususnya untuk mata pelajaran matematika.

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang sejenis.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

(51)

atau menyusun cerita yang sesuai dari suatu representasi visual (gambar) yang disajikan.

2. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan mengubah masalah kedalam kalimat matematika, memilih konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah, merumuskan ide matematika ke dalam model matematika, menyusun prosedur penyelesaian masalah.

3. Pembelajaran kooperatif tipe TTW adalah suatu pembelajaran empat langkah–langkah penting itu adalah sebagai berikut:

Langkah 1 – Berpikir (thinking). Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan materi atau menjawab pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh guru berupa lembar kerja dan dilakukan secara individu. Langkah 2 – Berdiskusi (talking). Setelah diorganisasikan dalam kelompok , siswa diarahkan untuk terlibat secara aktif dalam berdiskusi kelompok mengenai lembar kerja yang telah disediakan, interaksi pada tahap ini diharapkan siswa dapat saling berbagi jawaban dan pendapat dengan anggota kelompok masing-masing. Langkah 3 – Menulis (writing). Pada tahap ini siswa diminta untuk menulis dengan bahasa dan pemikiran sendiri hasil dari belajar dan diskusi kelompok yang diperolehnya.

(52)

4. Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang berlangsung dalam kelas yang membuat siswa pasif (product oriented education). Ciri–ciri pelaksanaannya (a) Dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal, (b) Siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematik, kemudian guru mencoba memecahkan sendiri, (c) Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan.

5. Kemampuan awal adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum materi disampaikan. Kemampuan awal merupakan faktor yang paling utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan strategi pembelajaran, dimana kemampuan awal siswa bervariasi tinggi, sedang, dan rendah.

(53)

216 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan denga faktor pembelajaran, kemampuan representasi, dan komunikasi matematis siswa. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:

1. Peningkatkan kemampuan representasi matematis siswa yang diajar dengan strategi TTW berbantuan kartu domino lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengani strategi TTW berbantuan kartu domino lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

3. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal siswa (rendah, sedang, dan tinggi) dengan pembelajaran (TTW dan KONV) terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal siswa (rendah, sedang, dan tinggi) dan pembelajaran (TTW dan KONV) terhadap peningkatan komunikasi matematis siswa.

(54)

5.2. Implikasi

(55)

5.3. Saran

Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian, maka disampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini. Saran tersebut sebagai berikut.

Kepada peneliti Lanjutan

1. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau dalam penelitian ini dan mendesain bahan ajar serta instrumen yang lebih lebih baik lagi.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Adhar, L. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal penelitian pendidikan Vol.13. No.2 Oktober 2012, hal:2

http://jurnal.upi.edu/file/Leo_Adhar.pdf [11september2013]

Afianti. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Berbasis Konstruktivisme Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1. No.1. Semarang: UNES, hal : 6

Arends, R. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 2010. Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asmin. 2012, Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik

dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Aqib, Z. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yratama Widya.

Badan Akreditasi Nasional. 2014. Akreditasi SMP Sumatera Utara: Sumatra utara http://www.ban-sm.or.id/provinsi/sumatera-utara/akreditasi [3 Maret 2014]

BsY, B. 2010. Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1. No.1. Januari 2010:11-23. Universitas Tanjungpura, hal :11

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/PMP/article/download/148/148BBsY.p df [12september 2013]

Elida, N. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Think–Talk–Write (TTW). Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika Vol. 1. No.2. September 2012. STKIP Siliwangi Bandung, hal:184

(57)

Guilford, J.P 1945. Fundamental Statistis in Psychology and Education. New York: McGrow-Hill Book Company, hal :145

http://polaris.gseis.ucla.edu/jrichardson/Courses/statistical.htm, hal:1 [16 Oktober 2013]

Hestuaji, Y. 2012. Pengaruh Media Kartu Domino Terhadap Pemahaman Konsep Pecahan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, hal :1

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/viewFile/602/292 Hestuaji.pdf[11 september 2013]

Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: LPTK Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pusaka Pelajar.

Kemdikbud. 2011. Survei Internasional TIMSS. [online], hal :1 . Tersedia http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss[10 september 2013]

Kemdikbud. 2013. Konsep Pendekatan Scientific : KEMDIKBUD, hal :3

Kerlinger, F.N. 2006. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Math fullpower. 1996. Division of Curriculum and Instruction Secondary Mathematics:Pinnelas county schools, hal :27, 29 http://fcit.usf.edu/fcat8m/.../mathpower/fullpower.pdf[15 oktober 2013] Mezzer, D. 2002. The relationship between mathematics preparation and

conceptual learning gains in physics: a possible .hidden variable. in diagnostic pretest scores. Iowa: Iowa State University, hal:3

http://physicseducation.net/.../Addendum_on_nor.pdf [18 oktober 2013] NCTM. 1987. Standards for School Mathematics. North American: NCTM. Russefendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung :Tarsito.

. 2005. Dasa-Dasar Penelitian Pendidikan Dan Bidang Non Eksakta Lainnya Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung :Tarsito.

. 1993. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembina Tenaga Kependidikan Tinggi

(58)

. 2008.Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interpersonal Offset. Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematik Siswa Sekolah Menegah Pertama melalui Pendekatan Matemaatika Realistik. Disertasi S3 UPI.

Sinaga, B. Sinambela P. J.N.M.S. Sitanggang A.K. Hutapea T.A. Manullang, S. Sinaga, L. Simanjorang, M. Agus A. Utomo, B. Purwanto, S. Lambas, Hadiyan, A. Deniyanti, P. 2013. Buku Guru untuk SMP Kelas VII Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sugandi. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis. Prosiding. Yogyakarta: UNY [ 2 April 2013]

http:// eprints.uny.ac.id/7362/1/p-6[ 2 April 2013]

. . 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Matematis. Prosiding. Yogyakarta: UNY

http://eprints.uny.ac.id/7361/1/p-5.pdf [ 2 April 2013]

TIMSS. 2003. Mathematics Concepts Mathematics Items. USA: TIMSS, hal: 148,169

http://nces.ed.gov/timss/educators.asp [12oktober 2013] Uno, H. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, M. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta :Press Group.

Yazid, A. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model Kooperatif dengan Strategi TTW (Think-Talk-Write) pada materi volume bangun ruang sisi datar. Journal of Elementary Educationl Vol. 1. No.1. Juni 2012. Universitas Negeri Semarang. Hal, 33,36

(59)

Winayawati, L. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Think-Talk-Write terhadap Kemampuan Menulis Rangkuman dan Pemahaman Matematis Materi Integral. Journal of Elementary Educationl Vol. 1. No.1. Juni 2012. Universitas Negeri Semarang. Hal, 33,36

Gambar

Tabel 4.28 Kriteria Proses Penyelesaian Masalah Kemampuan
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Indonesia yang Menunjukkan
Gambar 1.2 Jawaban Siswa Indonesia yang Menunjukkan Rendahnya Kemampuan Komunikasi Matematis
Gambar 1.3 Jawaban Siswa Indonesia yang Menunjukkan Kemampuan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Langkah yang dilakukan organisasi untuk masing-masing alternatif tersebut biasanya adalah; (1) mencari orang-orang berpotensi dari lulusan sekolah atau perguruan tinggi

Sehingga para anggota rapat tidak perlu takut tidak ke bagian jalur transmisi karena dengan penambahan acces point tersebut daya tampung semakin besar, para anggota juga cukup duduk

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Siti Nurbaeti

Tanaman sukun dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1100 meter. di atas permukaan laut

Dengan demikian, Harun berpendapat bahwa, perubahan teologi merupakan salah satu jalan untuk memajukan kembali kejayaan Islam, dan teologi rasional inilah yang tepat untuk

Persespsi/Tanggapan Masyarakat Terhadap Kegiatan Penanaman pada Lahan Kosong dan Restorasi Hutan. No Pertanyaan