• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

(Studi Pada Usaha Pertanian Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara)

DISERTASI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah

Promovendus

Ragnar Octavianus Sitorus 0908866

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi (Studi Pada Usaha Pertanian Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara)”, adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak menjiplak atau melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya bersedia menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan oleh pihak terkait kepada saya. Apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2013 Yang membuat pernyataan,

(3)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

DISETUJUI DAN DI SAHKAN OLEH PANITIA UJIAN TAHAP I

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M. Ed

Prof. Dr. Endang Sumantri, M. Ed

Dr. H Uyu Wahyudin, M.Pd

Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd

(4)

DISETUJUI DAN DI SAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M. Ed

Ko-Promotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. Endang Sumantri, M. Ed

Anggota

Dr. H Uyu Wahyudin, M.Pd

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

(5)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

(6)

ABSTRAK

Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi (Studi Pada Usaha Pertanian Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penyelenggaraan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan yang masih memiliki kelemahan dari berbagai sudut pandang, yaitu penerapan strategi pelatihan oleh instruktur masih tradisional, pengelola belum optimal melaksanakan tahapan-tahapan dalam mengidentifikasi kebutuhan program pelatihan kecakapan hidup, pengambilan keputusan dalam pelatihan lebih banyak dilakukan oleh instruktur, hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi dan komunikasi antara instruktur dengan pengelola serta peserta dalam menyusun kebutuhan pelatihan. Pada program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha di Kabupaten Humbang Hasundutan materi kewirausahaan masih sebatas pengetahuan, bukan hasil pengalaman belajar.Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang kondisi empiris, mengembangkan rancangan model konseptual, mendeskripsikan implementasi model pelatihan serta melihat efektivitas model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan dalam meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Teori yang melandasi dalam penelitian ini adalah konsep pelatihan kecakapan hidup (life skills), konsep wirausaha, konsep kemandirian ekonomi dan konsep pendidikan luar sekolah. Secara metodologis penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan (research and development), menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Model pengujian menggunakan desain ekperimen pre-test dan post-test yang diujicobakan pada kelompok tunggal (One-Group Pretest-Posttest Design), dan tidak menggunakan kelompok kontrol.

Implementasi model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan secara konseptual dipadukan dengan kondisi empiris di lapangan. Studi awal yang dilaksanakan oleh penyelenggara dalam melaksanakan program pelatihan tersebut diawali dengan menganalisis dan mengetahui informasi pasar atau aktivitas ekonomi diwilayah objek penelitian. Setelah hasil studi awal diperoleh maka disusun rancangan program pelatihan. Hasil temuan dari pengembangan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan yaitu :1) Penyelenggaraan program pelatihan kecakapan hidup tidak saja menekankan kepada kompetensi muatan life skill tetapi juga harus mengetahui dan menganalisis informasi pasar agar sesuai dengan kebutuhan peserta program pelatihan. 2). Pada implementasinya model yang dikembangkan harus sesuai dengan karakteristik wilayah dan didukung oleh pihak terkait. 3) Karakter wirausaha bahwa seorang wirausaha harus mempunyai karakter percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, mengambil resiko, kepemimpinan, keorsinilan dan berorientasi pada masa depan. 4). Kemandirian wirausaha bahwa seorang wirausaha harus mempunyai inisiatif dan berusaha mengejar prestasi, jarang mencari pertolongan orang lain, menunjukan rasa percaya diri dan mempunyai rasa ingin menonjol.

(7)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

DAFTAR ISI

A.Latar Belakang Masalah ………... B. Identifikasi Masalah ………..

C.Rumusan Masalah ………..

D.Tujuan Penelitian ………..

E. Manfaat Penelitian ……….

F. Struktur Organisasi ………

BAB II KAJIAN TEORETIS ……….

(8)

4. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ……….. a. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ……… b. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah ………. c. Pelatihan Sebagai Satuan Pendidikan Luar Sekolah ………... B. Kerangka Pikir Penelitian ……….

BAB III METODE PENELITIAN………

A.Pendekatan Penelitian ………

B. Prosedur Penelitian ………

C.Subjek dan Lokasi Penelitian ……….... D.Teknik pengumpulan dan analisis data ………. E. Pengembangan Instrumen Penelitian ……….... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...

A. Hasil Penelitian ………...

1. Kondisi Empirik Penyelenggaraan Program Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Wirausaha untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi Pada Usaha Pertanian Kopi Di Kabupaten

Humbang Hasundutan ………...

a. Deskripsi umum sasaran lokasi ... b. Kebijakan Program Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Wirausaha.. c. Deskripsi Penyelenggaraan Program Pelatihan Kecakapan Hidup

Berbasis Wirausaha ………...

2. Model konseptual Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian

(9)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

Ekonomi Pada Usaha Pertanian Kopi Di Kabupaten Humbang

Hasundutan ………

a. Deskripsi Model Konseptual ………. b. Deskripsi Model Konseptual yang dikembangkan ... 3. Implementasi model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi Pada Usaha Pertanian Kopi Di Kabupaten

Humbang Hasundutan ………...

a. Perencanaan ... b. Pelaksanaan ... c. Evaluasi ... 4. Efektivitas model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi Pada Usaha Pertanian Kopi Di Kabupaten Humbang

Hasundutan ………

B. Pembahasan ………

1. Kondisi Empirik Penyelenggaraan Program Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi Pada Usaha Pertanian Kopi Di Kabupaten Humbang Hasundutan ………. 2. Model Konseptual Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan

(10)

Hasundutan ……… 3. Implementasi Model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis

Kewirausahaan untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi Pada Usaha Pertanian Kopi Di Kabupaten

Humbang Hasundutan ………

4. Efektivitas Model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi Pada Usaha Pertanian Kopi Di Kabupaten Humbang

Hasundutan ………

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...

A. Kesimpulan... B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ……….

DAFTAR LAMPIRAN

131

132

(11)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Ciri/ Karakteristik Program Pendidikan Luar Sekolah ………. 39

3.1 Jumlah Penyebaran Subjek Penelitian ……….. 51

3.2 One-Group Pretest-Posttest Design ………. 54

3.3 4.1 Kisi-kisi Penelitian Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kamandirian Ekonomi ... Jumlah Penduduk Menurut Usia Produktif dan Non Produktif Di Kabupaten Humbang Hasundutan ………... 58 54 4.2 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang tiap Kecamatan Di Kabupaten Humbang Hasundutan ……… 71

4.3 Luas Panen dan Produksi Tanaman Palawija Tiap Kecamatan Di Kabupaten Humbang Hasundutan ………... 72

4.4 Luas Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Jenis Tanaman Di Kabupaten Humbang Hasundutan ……… 73

4.5 Luas Lahan Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Komoditi Di Kabupaten Humbang Hasundutan ……… 74

4.6 Data Kelompok Tani ………. 75

4.7 Matrik Wawancara ………... 78

4.8 Distribusi Kelompok Belajar ………... 83 4.9

4.10 4.11 4.12

Pelaksanaan Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan .... Descriptive Statistics ………

Correlations ………..

Paired Test ………

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Skema Terinci Kecakapan Hidup ………. 17 2.2 Hubungan Antara Kehidupan Nyata Di Masyarakat, Pendidikan

Kecakapan Hidup Dan Mata Pelajaran ... 19 2.3 Kerangka Fikir Penelitian ………. 43 3.1 Langkah-Langkah dan Alur Penelitian ………. 51 4.1 Model Konseptual Pelatihan Kecakaan Hidup Berbasis

Kewirausahaan ……….. 94

4.2 Model Pengembangan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan ... 115 4.3 Langkah Implementasi Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis

(13)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

DAFTAR GRAFIK

No Judul Halaman

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bisnis dan persaingan antar organisasi dewasa ini bergerak dengan cepat dan dinamis. Program pelatihan dan pengembangan (training and development) sebagai bagian integral dari proses pengembangan sumber daya

manusia menjadi penting dan strategis dalam mendukung visi dan misi organisasi. Oleh karena itu pendidikan sangat diperlukan karena pendidikan berlangsung pada setiap saat dan di setiap tempat tanpa mengenal ruang dan waktu. Setiap orang mengalami proses pendidikan yang dijumpai dan dikerjakan. Pendidikan berlangsung secara alamiah walau tanpa kesengajaan dari mulai anak-anak sampai orang dewasa berinteraksi dengan lingkungan seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan alam, memberinya pendidikan. Di Minangkabau yang lebih dikenal dengan ungkapan “alam takambang jadi guru” (alam terkembang menjadi guru).

Pendidikan merupakan suatu sistem, yaitu sistematisasi dari proses perolehan pengalaman sehingga menjadi pengetahuan. Oleh karena itu, filosofi pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik dalam hidup dan kehidupannya. Dengan pengalaman belajar itu, diharapkan pembelajar mampu mengembangkan potensi dirinya, sehingga siap digunakan untuk memecahkan problema hidupnya. Pengalaman belajar itu diharapkan juga mengilhami pembelajar menghadapi problema hidup sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.

(15)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

Pendidikan kecakapan hidup itu kemudian dikenal dengan “Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (PBKH)”.

Pada saat ini Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup sudah menjadi suatu metode baru baik dalam pendidikan resmi maupun dalam pendidikan yang sifatnya khusus. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup sudah merambah dalam kurikulum pendidikan resmi terutama perguruan tinggi maupun pendidikan pada tingkatan menengah. Bahkan ada yang sengaja membuatnya dalam suatu lembaga yang memang dikhususkan buat menyelenggarakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup untuk beberapa bidang misalnya pertanian. Hal tersebut dilakukan semata-mata bahwa pendidikan resmi belum dapat djamin sebagai sebuah lembaga yang dapat menghasilkan tenaga terampil, bahkan saat ini seorang sarjana pun perlu melengkapi dirinya dengan suatu Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup untuk dapat mengembangkan kemampuan diri dalam melihat persaingan hidup terutama dalam pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat.

Pembangunan pertanian di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan pertanian secara umum dan selama ini berjalan dengan segala ketentuan yang berlaku yang selalu berkembang namun belum dapat menimbulkan kontinuitas program dalam meningkatkan kemandirian sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang saling berhubungan dengan sedemikian cepatnya berubah berdasarkan perkembanagn teknologi yang ada di dunia ini. Perkembangan pertanian merupakan salah satu bagian utama dalam meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia, sehingga metoda kecakapan hidup (life skill) yang berbasis kewirausahaan diharapkan mendapatkan perhatian khusus, dengan kata lain bahwa, perkembangan pertanian tersebut sangat ditentukan oleh keberadaan sarana dan prasarana serta kecakapan dari pelaku pembangunan bidang pertanian.

(16)

masyarakat pelaku secara langsung. Namun dalam penelitian ini yang akan dilihat bagaimana pengaruh dari pelaksanaan suatu metode dalam mencapai kemandirian ekonomi khususnya bidang pertanian. Pembangunan bidang pertanian ini sudah tentu mempunyai kaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi maupun dari segi sosial budaya. Apabila dilihat dari segi ekonomi bahwa bidang pertanian sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bahkan khususnya pada Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan sektor utama peningkatan pendapat daerah. Belakangan ini pertanian banyak sekali ditonjolkan oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian Sektor Pertanian ditinjau dari aspek ekonomi merupakan potensi yang sangat prospektif dan sangat menjanjikan. Akan tetapi metode pelaksanaan pengembangan sektor pertanian harus dikembangkan berdasarkan skala prioritas. Dengan adanya perubahan, peningkatan metode-metode pelatihan di bidang pertanian diharapkan mampu sebagai sumbangsih terhadap peningkatan ekonomi daerah. Namun sehebat apapun perkembangan sektor pertanian tidaklah ada artinya bagi masyarakat kalau masyarakat tidak ikut menikmati hasil sektor pertanian tersebut.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat, terkadang tanpa disadari terjadi sektor-sektor yang terlupakan, oleh para pelaku ekonomi maupun para pengambil kebijakan. Biasanya yang terlupakan adalah mereka yang bergerak di usaha kecil, mikro, menengah, dan beberapa jenis badan usaha yang kurang mendapat perhatian, seperti koperasi. Padahal, usaha kecil tidak pernah mempersoalkan kenapa mereka menjadi kecil. Mereka memahami adanya perbedaan kemakmuran, besar-kecil, sebagai bagian yang tidak terhindarkan dalam sistem perekonomian saat ini. Namun persoalannya bukanlah pada lebih atau kurang, tapi lebih kepada sebuah hasil dari etos kerja, yang lebih mengutamakan kemampuan dan kemandirian.

(17)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

bagian apa pun dalam sumber daya ekonomi yang terbatas. Saat ini pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat sudah saatnya diberikan kepada kekuatan kemandirian wirausaha rakyat dan diharapkan menjadi suatu ruh pembangunan ekonomi dan diharapkan mendapatkan nyawanya kembali pada pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat tersebut.

Dapat kita lihat bersama bahwa penyuluhan jelas tidak dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk memecahkan sebagian dari masalah yang telah dikemukakan. Inipun jika agen penyuluhan sendiri memiliki pengetahuan serta wawasan yang dibutuhkan atau bersama-sama dengan petani mengupayakannya.

Fungsi sosial lain, seperti penelitian ilmiah dapat membantu memecahkan persoalan sosial, misalnya dengan mengembangkan metode untuk meningkatkan hasil panen. Agen penyuluhan juga harus dapat menganalisis situasi yang sedang berkembang agar mereka selalu siap untuk memberikan peringatan kepada petani secara “tepat waktu” mengenai hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi. Ketidakpuasan petani juga dapat diubah menjadi masalah konkret untuk bisa dipecahkan. Sebagai contoh, dengan menganalisis struktur ekonomi suatu usaha tani, agen penyuluhan dapat menunjukkan bahwa ketergantungan pada suatu tanaman tertentu dapat mengakibatkan kemerosotan hasil. Analisis demikian memungkinkan untuk mencari tanaman pengganti yang sudah diuji dan ternyata memiliki potensi hasil yang tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani. Tujuan petani merupakan isu yang perlu diangkat. Melalui penelitian ini, diharapkan mampu mengembangkan suatu model pelatihan kecakapan hidup (life skills) berbasis wirausaha usaha untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dapat

membantu petani menentukan tujuannya yang diharapkan. Selain itu harus mampu mengembangkan usaha pertanian untuk meningkatkan kemandiriannya dalam mendukung perkembangan ekonomi. Dari sini terlihat bahwa tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara pelatihan dan pendidikan bagi orang dewasa.

(18)

membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut, meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya, sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan dalam memutuskan pilihan yang tepat menurut pendapat mereka sendiri.

Pelatihan kecakapan hidup (life skills) berbasis kewirausahaan tidak mencakup semua aspek yang akan dipecahkan dan dicari solusinya tetapi sesuai dengan hasil identifikasi dan kebutuhan permasalahan petani atau peserta pelatihan. Dengan menyepakati satu aspek permasalahan, petani atau peserta pelatihan bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada penyelenggaraan program pelatihan pada umumnya hanya memberi tambahan informasi dan sebatas penyelenggaraan program tetapi program pelatihan yang dilaksanakan seharusnya menganalisis terlebih dahulu keadaan petani atau peserta palatihan sebelum memutuskan untuk membantunya. Namun perlu diperhatikan bahwa pelatihan kecakapan hidup tidak dapat disamakan dengan proses „penyuluhan‟, bila tidak dijelaskan dapat menimbulkan masalah. Banyak agen penyuluhan yang tidak sekadar memberi saran, tetapi juga melakukan pengawasan terhadap jalannya peraturan pertanian atau pembasmian hama dan penyakit, sementara agen yang lain menyediakan sarana seperti pupuk. Oleh karena itu, tidaklah realistis bila mengatakan bahwa hanya mereka yang memberikan saran sajalah yang disebut sebagai penyuluh. Penyuluhan dapat pula disampaikan oleh mereka yang bergerak di bidang lain, seperti manajer bank desa yang dapat memberikan sarannya mengenai sumber-sumber kredit.

(19)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

Kabupaten Humbang Hasundutan berpola konvensional/modern dan tidak berkelanjutan. Artinya bahwa mayoritas petani kopi dalam melaksanakan sistem pertanian konvensional/modern bertumpu pada pasokan eksternal berupa bahan-bahan kimia buatan (pupuk dan pestisida), dengan harapan hal ini dapat meningkatkan produksi pertanian dan meningkatkan angka keuntungan petani khususnya dalam segi ekonomi.

Pada pelaksanaan pertanian konvensional/modern, keberhasilan diukur dengan melihat jumlah hasil panen yang dihasilkan. Jadi, pada sistem pertanian konvensional/modern pola pertanian lebih dititikberatkan pada jumlah produksi. Sedangkan untuk kualitas produk dan kualitas lahan serta ekosistem yang dilibatkan tidak diperhitungkan. Dengan melaksanakan sistem pertanian konvensional/modern, petani justru tidak mandiri. Hal ini dikarenakan semua kebutuhan petani telah dipenuhi dan ditentukan oleh pemerintah. Bahkan sampai harga dan penjualan kopi pun ditentukan. Bahkan petani dipaksa untuk menanam satu jenis varietas di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pada pertanian konvensional/modern, semua kegiatan bercocok tanam dilakukan secara serempak, sehingga nantinya akan menghasilkan panen dengan serempak pula. Selain itu, seluruh program dan tahapan pertanian ditentukan oleh pemerintah, bahkan modal bercocok tanam pun dipinjamkan oleh pemerintah. Hasilnya, semua lahan pertanian digunakan untuk menanam satu jenis tanaman. Petani tidak memiliki hak untuk menanam varietas yang berbeda dari yang diharuskan oleh pemerintah.

(20)

kewirausahaan. Para petani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki intensi yang relatif cukup tinggi untuk menjadi wirausaha. Namun hal ini ternyata tidak diikuti oleh perilaku wirausaha dalam bentuk mendirikan, mengelola, dan mengembangkan usaha. Artinya ada faktor lain yang menyebabkan mengapa mereka hanya sekedar menginginkan tetapi tidak berani ‟memulai‟ atau ‟mewujudkan‟.

Dengan melihat kondisi lapangan di Kabupaten Humbang Hasundutan peneliti tertarik untuk meneliti model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan seperti apa yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka hasil identifikasi lapangan mengenai program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, terdapat beberapa kendala secara empirik dapat diidentifikasi dari beberapa indikasi: Pertama, peserta kurang memahami secara jelas tujuan pelatihan serta kecenderungan pemanfaatan hasil pelatihan pada kehidupan di masa yang akan datang, karena model pelatihan dan bahan ajar pelatihan yang digunakan dalam program pelatihan selama ini lebih menekankan pada aspek kemampuan pengetahuan dan wawasan peserta tetapi tidak dihubungkan secara langsung dengan mata pencaharian dan kemampuan berwirausaha dan kemandirian peserta. Kedua, pengelolaan program pelatihan kecakapan hidup saat ini hanya sebatas penyelenggaraan program tidak kepada tujuan dan harapan peserta pelatihan. Ketiga, masih kurangnya motivasi berwirausaha peserta program pelatihan yang dilaksanakan selama ini.

(21)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

C. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah proses pemecahannya, pokok permasalahan penelitian ini dapat dirinci menjadi empat pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi empiris pelatihan kecakapan hidup pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan?

2. Bagaimana model konseptual dalam mengembangkan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan?

3. Bagaimana implementasi model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan? 4. Bagaimana efektivitas model pelatihan kecakapan hidup berbasis

kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan? D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang kondisi empiris pengembangan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan dalam meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Mengembangkan rancangan model konseptual pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

(22)

4. Menganalisis efektivitas model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

Hasil dan temuan penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan dan kajian pendidikan luar sekolah, khususnya berkaitan dengan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian akan memperkuat dan memperkaya khasanah keilmuan pendidikan luar sekolah dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan andragogi dan metodologi pembelajarannya. Temuan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat tentang model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan pada satuan-satuan pendidikan luar sekolah terutama sistem penyelenggaraan pelatihan untuk meningkatkan peserta dalam kemandirian ekonomi.

2. Secara Praktis

(23)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

F. Struktur Organisasi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini struktur organisasi yang digunakan pada penulisan disertasi ini yaitu sebagai berikut :

BAB I berisi : Pendahuluan yaitu meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan.

BAB II berisi : Landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul dan permasalahan, kerangak fikir.

BAB III berisi : Metodologi penelitian yaitu membahas mengenai pendekatan penelitian, prosedur penelitian, subjek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, pengembangan instrumen penelitian serta definisi operasional.

BAB IV berisi : Hasil penelitian dan pembahasan yaitu menjabarkan mengenai

kondisi empiris penyelenggara pelatihan kecakapan hidup pada usaha pertanian kopi, serta deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai model konseptual, model implementasi dan efektivitas model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan

(24)

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Karena itu penelitian ini menggunakan metode yang menggambarkan prosedur pengumpulan data kualitatif, dan prosedur pengumpulan data kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah pengembangan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development), dengan menggunakan analisis data secara gabungan yakni analisis

kualitatif dan analisis kuantitatif.

Menurut Borg dan Gall (2003: 569) research and development merupakan penelitian yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang mesti dilakukan pengujian lapangan secara sistematis, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria keefektifan tertentu. Produk dan prosedur baru dalam pendidikan, menurut Borg dan Gall tidak semata-mata berupa wujud material tetapi juga mencakup keseluruhan termasuk proses atau prosedur seperti metode, pendekatan dan strategi dan pengorganisasian pelatihan. Penelitian dengan menggunakan pendekatan R&D bertujuan untuk mengembangkan dan memvadilasi hasil-hasil pendidikandan untuk menemukan pengetahuan-pengatahuan baru melalui basic research. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pernyataan khusus tentang masalah-masalah bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.

Dalam pendekatan penelitian dan pengembangan, menurut Borg dan Gall (2003: 570) ada sepuluh langkah kegiatan yang perlu ditempuh yaitu:

1. survey terbatas dan pengumpulan informasi (research and information collection),

(25)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

3. mengembangkan rancangan model produk awal (develop preliminary form of product),

4. melakukan ujicoba produk awal (preliminary field testing), 5. menyempurnakan (main product revision),

6. melakukan uji lapangan produk utama (main field testing),

7. memperbaiki kembali hasil uji lapangan (operational product revision), 8. melakukan ujicoba kembali (operational field testing),

9. menyempurnakan model untuk mengembangkan model akhir (final product revision), dan

10.diseminasi dan sosialisasi model (dissemination and distribution).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi, secara umum ditempuh melalui dua tahap utama, yaitu tahap studi eksplorasi (studi pendahuluan) dan tahap pengembangan model. Tahap pertama studi pendahuluan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan dan daya dukung serta sumber-sumber yang berkenaan dengan kegiatan pengelolaan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menujukemandirian ekonomi yang terjadi di lapangan.

Tahap yang kedua kegiatan pengembangan model, yaitu penyusunan model konseptual pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi. Model konseptual disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan dan studi kepustakaan serta studi dokumentasi yang diujicobakan dalam kancah lapangan dengan kuasi eksperimen. Melalui kegiatan uji coba di lapangan dengan kuasi eksperimen, diberikan perlakuan, dilakukan pengamatan intensip akan ditemukan dan diperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi.

(26)

kemandirian ekonomi ini meliputi, perencanaan pelatihan,pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan, dan pendampingan pasca pelatihan, agar peserta mempunyai kemampuan dalamkemandirian ekonomi.

Penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi ini mengacu pada penggunaan desain kuasi eksperimen melalui pendekatan pre test dan post test. Desain kuasi eksperimen dilaksanakan pada tahapan uji lapangan dari model pelatihan yang dikembangkan. Uji lapangan model pelatihan dikenakan hanya pada kelompok peserta pelatihan perlakuan yang ditentukan, serta pengumpulan dan analisis data hasil uji lapangan didesain dengan teknik-teknik analisis kuantitatif agar terlihat pengaruh implementasi model. Sedangkan untuk memvalidasi dan menyempurnakan model yang dikembangkan dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisis data digunakan teknik-teknik analisis kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan suatu model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi. Dalam implementasinya penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan ujicoba untuk menghasilkan model akhir sebagai model yang direkomendasikan. Oleh karena itu dalam implementasi atauuji lapangan model, metode yang relevan digunakan adalah metode kuasi eksperimen melalui desain pretest dan posttest terhadap kelompok ujicoba yang dikenai perlakuan (treatment).

B. Prosedur Penelitian

(27)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

studi pendahuluan (exploration study), dan tahap kegiatan studi eksperimen (Experimental study).

Kegiatan tahap pertama studi pendahuluan dilaksanakan secara kualitatif dengan prosedur sebagai berikut :

1. Studi eksplorasi (exploration study), yaitu kegiatan awal berupa studi

penjajagan antara lain melalui kajian pustaka tentang konsep dan model pelatihan, konsep kecakapan hidup, konsep kekewirausahaanan, dan konsep kemandirian ekonomi. Selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap hasil penelitian dan laporan-laporan serta data sekunder yang relevan dan mendukung program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan, pengumpulan dan pengkajian data sekunder, laporan dan dokumen-dokumen tentang penyelenggaraan pengelolaan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaandan melakukan pengamatan terhadap pengelolaan dan kegiatan pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan. Melalui kegiatan studi eksplorasi ini akan digali berbagai data dan informasi serta gejala yang berada di lapangan sehingga dapat dilakukan refleksi tentang situasi yang terjadi dalam pengelolaan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan. Gambaran data dan informasi yang digali melalui studi eksplorasi antara lain berkaitan dengan :

a. program dan permasalahan pengelolaan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan di Kabupaten Humbang Hasundutan khususnya di lokasi penelitian, yaitu di Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbang Hasundutan,

b. model pengelolaan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan; c. kegiatan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan yang

diselenggarakan kelompok-kelompok tani di lokasi penelitian.

(28)

mendapat masukan dan saran dari para pembimbing, desain awal tersebut diperbaiki seperlunya.

Selanjutnya berdasarkan permasalahan yang akan diteliti serta data yang diperlukan dalam penelitian dikembangkan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang dikembangkan terdiri atas tes dan non tes. Instrumen tes meliputi tes kemampuan awal pelatihan yang diperuntukan bagi peserta pelatihan. Instrumen dalam bentuk non tes terdiri atas pedoman wawancara untuk pengelola, pedoman wawancara untuk instruktur pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan, pedoman wawancara untuk peserta, dan pedoman wawancara untuk tokoh masyarakat terkait dengan program pelatihan. Instrumen penelitian dalam bentuk pedoman observasi dikembangkan untuk pengamatan terhadap kegiatan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan yang sedang diselenggarakan kelompok tani di lokasi penelitian.

2. Penyusunan model konseptual; pada tahap ini kegiatan yang ditempuh

antara lain meliputi penyusunan draft model, yang terdiri atas kegiatan merancang model konseptual pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi. Kegiatan tersebut berdasarkan hasil kajian teoretik, kondisi obyektif lapangan, hasil-hasil kajian penelitian terdahulu yang relevan, dan kebijakan tentang pelaksanaan pelatihan. Selanjutnya mendeskripsikan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi berdasarkan masukan dari para praktisi dan pakar / pembimbing dalam menguji kelayakan model yang dikembangkan.

3. Verifikasi model konseptual, pada tahap ini kegiatan yang ditempuh yaitu

melalui validasi model, dengan maksud untuk menyempurnakan model konseptual yang telah disusun. Validasi model konseptual tersebut dilakukan melalui tukar pendapat, diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dengan para ahli pendididikan non formal khususnya ahli

(29)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

lapangan, pengelola, peserta dan masyarakat sekitar, dan lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan. Di samping itu untuk penyempurnaan model pada tahap ini dilakukan pula pemeriksaan silang (cross cek) terhadap fakta-fakta temuan studi lain (fact finding) yang terkait dan relevan dengan penelitian yang sedang dikembangkan. Berdasarkan validasi tersebut dilakukan revisi model konseptual seperlunya untuk kemudian siap dilakukan uji coba secara terbatas.

4. Uji coba model secara terbatas, terdiri atas kegiatan uji coba model

pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi kepada peserta pada tiga kelompok tani yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan, yaitu : a. Kelompok Tani Makmur yang berdomisili di Kecamatan Lintong

Nihuta.

b. Kelompok Tani Senja, yang Kecamatan Dolok Sanggul, dan c. Kelompok Tani Mawar berdomisili di Kecamatan Parlilitan.

Setelah dilakukan uji coba model secara terbatas, kemudian dilakukan diskusi, refleksi dan deskripsi tentang hasil uji coba, sehingga dari hasilnya dan berdasarkan pertimbangan dari pakar dan praktisi di lapangan diketahui kekurangan dari model tersebut. Kemudian dirumuskan tentang upaya untuk memperbaikinya sehingga dapat dilakukan revisi penyempurnaan model yang dikembangkan, agar siap diimplementasikan dalam uji lapangan secara empirik melalui implementasi model dan studi eksperimen.

5. Implementasi Model (uji lapangan), Dilaksanakan terhadap peserta

(30)

kelompok kontrol. Selanjutnya melaksanakan proses pembelajaran pelatihan pada kelompok treatment dengan menerapkan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan yang dikembangkan.

6. Evaluasi Implementasi Model, pada tahap ini kegiatan akhir yaitu menilai

keterlaksanaan model melalui pengamatan dan menilai hasil pembelajaran pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan yang dikuasai setelah dilaksanakan proses pembelajaran pelatihan dengan menerapkan model yang dikembangkan. Evaluasi dilaksanakan melalui test (posttest) untuk menguji kemampuan peserta pelatihan.

Kegiatan tahap kedua pada penelitian ini adalah pelaksanaan eksperimen. Pada tahap ini dilakukan kegiatan implementasi model yang telah direvisi dengan menggunakan desain kuasi eksperimen pre-test dan post-test yang dicobakan pada kelompok tunggal (One-Group Pretest-Posttest Design). Desain eksperimen ini dilakukan dengan tahapan kegiatan memberikan perlakuan (treatment) tertentu dengan pengamatan yang intensif. Kemudian dilakukan analisis data hasil pretest dan hasil pengamatan terhadap kemampuan peserta sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang dikembangkan atau sebelum implementasi model. Selanjutnya analisis data hasil posttest dan hasil pengamatan terhadap kemampuan pesertasetelah dilaksanakan pelatihan dengan menerapkan model pelatihan yang dikembangkan. Langkah berikutnya adalah membandingkan hasil pre-test dengan hasil post-test (gain) pada kelompok yang diujicobakan, tanpamenggunakan kelompok kontrol. Melalui kegiatan eksperimen seperti ini akan ditemukan peningkatan kemampuan pesertamenuju kemandirian ekonomi. Dengan demikian akan diperoleh gambaran tentang efektivitas model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi.

(31)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

Secara skematik langkah-langkah dan alur penelitian dan pengembangan model yang ditempuh dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3.1

Langkah-langkah dan Alur Penelitian

Sumber : Peneliti, 2012

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan yang berada di Kabupaten Humbang Hasundutan dengan populasi berjumlah 160 orang dan sebagai subyek penelitiannya adalah peserta dengan jumlah 40 orang, instruktur 4 orang dan pengelola 6 orang yang berada pada kelompok tani yang telah berhasil melaksanakan pelatihan keakapan hidup berbasis kewirausahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan alasan-alasan tertentu (purposive sampling). Alasan yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan sampel penelitian adalah pertama, kelompok tani tersebut telah berhasil menyelesaikan program pelatihan

kecakapan hidup berbasis kewirausahaan. Kedua, meskipun kelompok tani tersebut telah melaksanakan program pelatihan kecakapan hidup berbasis

(32)

kewirausahaan dan sudah mendapatkan surat keterangan/sertifikat namun kemampuannya belum secara langsung fungsional dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya terutama dalam mencari nafkah dalam bentuk berusaha secara mandiri berekonomi. Ketiga kelompok tani tersebut sudah melaksanakan program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan, namun belum berhasil menguasai kemampuanhasil pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan secara memadai yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan kesehariannya terutama untuk memenuhi kebutuhan nafkah diri dan keluarganya.

Berdasarkan alasan pertimbangan tersebut maka lokasi penelitian di tetapkan pada tiga kelompok tani yaitu 1) Kelompok Tani Pakkat dengan jumlah dua orang pengelola, dan 14 orang peserta didik, 2) Kelompok Tani Polung

dengan jumlah dua orang pengelola dan 13 orang peserta didik, dan 3) Kelompok

Tani Bati Raja dengan jumlah dua orang pengelola dan peserta didik 13 orang.

Dari tiga kelompok yang menjadi subjek penelitian jumlah seluruh instruktur

berjumlah empat orang dan peserta didik 40 orang yang berdomisili di Kecamatan

Pakkat Kabupaten Humbang Hasundutan. Dalam penelitian dan pengembangan ini yang menjadi subyek penelitian terdiri atas para pengelola kelompok tani, para instruktur pelatihan dan para peserta pelatihan yang tersebar pada tiga kelompok tani tersebut. Adapun penyebaran subyek penelitiannya secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Nama Kelompok Tani Pengelola Instruktur Peserta

PAKKAT 2

4

14

POLUNG 2 13

BAKTI RAJA 2 13

JUMLAH 6 4 40

Sumber: Data Pengelola, 2012

Tabel 3.1

(33)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitin ini menggunakan beberapa teknik yaitu: observasi (pengamatan), studi dokumentasi; wawancara, angket dan tes. Kegiatan penilaian dilakukan dengan memberikan tes awal (pretest) sebelum dilaksanakan proses pelatihan dan tes akhir (posttest) atau setelah kegiatan pelatihan selesai, dilanjutkan dengan membandingkan catatan atau record hasil pelatihan peserta didik pada program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha.

Secara terperinci, pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan teknik-teknik ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Observasi

Dalam kegiatan ini dilakukan dan diupayakan agar peserta sebagai sasaran penelitian tidak merasa kalau dirinya sedang diobservasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mencermati beragam fenomena dari mulai tahap studi orientasi suasana lingkungan penelitian, implementasi, sampai evaluasi hasil. Data observasi diperoleh melalui penyelenggara, instruktur, warga belajar serta dari anggota masyarakat. Materi yang akan dicobakan meliputi ;

a. memahami tentang konsep wirausaha, manajemen wirausaha, manajemen produksi, pemasaran, keuangan, pengembangan wirausaha dan memotivasi calon warga belajar sebelum proses pelatihan,

b. orientasi instruktur pelatihan,

c. pengawasan penyelenggaraan program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha,

d. kegiatan instruktur dan warga belajar dalam menciptakan suasana kelompok,

e. aktifitas warga belajar selama mengikuti pelaksanaan pelatihan, dan f. kegiatan implementasi komponen-komponenprogram pelatihan kecakapan

(34)

Kegiatan ini bertujuan untuk mewawancarai sejumlah tokoh yang dianggap sebagai kunci dalam penelitian, seperti; kepala desa atau tokoh masyarakat dan warga belajar. Sedang kepada pengelola dan instruktur berkisar tentang pengalaman, cara pengimplementasian dan metode yang digunakan dalam melaksanakan program pelatihan kecakapan berbasis wirausaha. Teknik ini dilakukan peneliti untuk mengamati warga belajar/peserta didik, melalui pengamatan yang intensif dalam bentuk komunikasi horizontal sebagai proses interaksi peneliti dengan sumber data sebagai responden.

3. Studi dokumentasi

Kegiatan ini bertujuan untuk menjaring data atau dokumen tertulis yang ada kaitannya dengan penyelenggaraaan program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha yang akan dilaksanakan. Data ini digunakan untuk melengkapi dalam upaya menemukan data yang benar. Data yang diperoleh melalui hasil penelaahan serta interpretasi terhadap dokumen, dapat dijadikan sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, bahkan untuk meramalkan data yang didapat dari pengelola program dan pemerintah setempat

4. Angket

Angket diberikan kepada peserta berbentuk tanggapan berskala tentang komponen pengelolaan program pelatihan kecakaan hidup berbasis kewirausahaan.

Teknis yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan teknis kecukupan data dan triangulasi. Teknis ini disamping bertujuan untuk menguji apakah model yang diajukan sudah layak untuk diimplementasikan, juga untuk merefleksikan data melakukan interpretasi atas dasar acuan teori serta memberikan penguatan terhadap proses penyelenggaraan program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan. Untuk menjaga validitas, reliabilitas dan objektifitas temuan dilakukan melalui pengujian yang disebut dengan validilitas internal (credibility), validitas eksternal (transferability), reliabilitas (dependability) dan objektifitas (confirmability).

Credibility (kepercayaan), dilakukan agar hasil-hasil temuan dapat dicapai

(35)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

penafsiran berbeda. Penarikan keabsahan data dan informasi melalui upaya a) activies increasing the probality that credible finding will be pruduced, b)

persistent observation, c) triangulation, d) peer debiefing, e) referential

adequacy, f) negative case analysis dan g) member checks.

Transferability (validitas eksternal), dilakukan untuk mengkaji sejauhmana hasil penelitian dapat diaplikasi atau digunakan dalam situasi berbeda. Transferability ditempuh peneliti dengan mencari dan mengumpulkan kajian-kajian empiris, yaitu model-model faktual dalam penyelenggaraan program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan, baik yang dilakukan oleh lembaga pendidikan nonformal, instansi terkait maupun kelompok-kelompok penyelenggara serta lembaga swadaya masyarakat.

Dependability (ketergantungan), yaitu upaya untuk melihat sejauh mana

hasil penelitian atau model pelatihan yang dikembangkan dan diujicobakan pada kondisi tertentu, sehingga model tersebut dinyatakan memiliki dependability.

Comfirmability (derajat keyakinan), ditempuh untuk melihat kebenaran

data yang diperoleh melalui audit trail. Audit trail dilakukan dengan 1) pemeriksaan terhadap semua catatan lapangan, laporan dan dokumen, 2) hasil analisis data, tabel, gambar dan konsep-konsep dan 3) catatan mengenai proses penelitian.

Pengujian efektifitas model dilakukan terhadap model konseptual yang dikembangkan sehingga dapat menjadi model empirik. Rumusan disain yang digunakan untuk menguji efektifitas model adalah dengan mengunakan disain ekperimen pre-test dan post-test yang diujicobakan pada kelompok tunggal (One-Group Pretest-Posttest Design) dari Borg dan Gall (1979:536).Dalam disain ini

(36)

Subyek Pre-test Post-test

K 01 X 02

Tabel 3.2

One-Group Pretest-Posttest Design

Cara ini mensyaratkan bahwa individu-individu yang sama digunakan dalam percobaan pada semua tahap dalam penelitian. Sedang analisis data yang digunakan adalah data kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif, maka pengukuran hasil pretest dan posttest juga dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam, diskusi dan refleksi pengalaman belajar.

Pengukuran antara data pre-test dan post-test dilakukan dengan uji beda dan kolerasi. Uji beda dilakukan untuk menguji signifikasi dari dua data yang berpasangan dan teknik yang dianggap cocok adalah dengan teknik Wilcoxon Match Pairs Test atau uji Wilcoxon (Siegel,1997:250, Sugiyono,1999:240, Borg and Gall, 1989:565). Uji beda dilakukan melalui penyusunan statistik untuk melihat sejauh mana perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok ujicoba.

(37)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

(+) dan (-), juga jenjang dari masing-masing responden ikut diperhatikan, sedangkan pada alat uji non parametrik yang lain hanya melihat tandanya saja.

Berdasarkan seluruh uraian di atas, melalui rumusan hipotesis yang digunakan, diduga akan terdapat dampak positif yang signifikan penyelenggaraan program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan terhadap peningkatan kemampuan peserta. Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis pengujian efektifitas penyelenggaraan program dilakukan dengan melihat pada aspek yang diuji terhadap peserta, seperti : (Ho) dimaksudkan tidak terdapat perbedaan kemampuan peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan. Sedangkan (Ha) berarti terdapat perbedaan kemampuanpeserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan. Kegiatan pengujian dilakukan untuk melihat apakah Ho diterima atau ditolak. Ho akan diterima apabila jumlah jenjang yang terkecil T hitung lebih besar dari harga T tabel.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data tentang kondisi empiris pengelolaan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan; serta data tentang tingkat penguasaan kemampuan peserta pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan. Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder.

Data primer diperoleh dari responden, informan, dan pengamatan langsung selama penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan menggunakan kuesioner kepada informan, dan responden. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah berbagai data yang berfungsi melengkapi data primer, yang telah diolah dengan cara tertentu dan tersedia pada lembaga-lembaga formal dan nonformal. Data tersebut berwujud dokumen laporan data statistik yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian.

(38)

58

Alat pengumpul data dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kisi – Kisi Penelitian Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi

(Studi Kasus Pada Usaha Pertanian Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara)

Aspek yang Diteliti

Indikator Sub Indikator Teknik Pengumpulan Data Sumber Data

Gambaran umum lokasi

Identitas Lembaga penyelenggara

1. Kondisi Objektif masyarakat 2. Batas wilayah

3. Letak geografis 4. Pemetaan RT/RW

5. Jumlah kelompok usaha tani kopi di humbang hasundutan

1. Lokasi lembaga 2. Sejarah lembaga 3. Visi misi lembaga 4. Struktur organisasi 5. Program kerja 6. Aset yang dimiliki 7. Tujuan didalam program

pelatihan

Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi Cat. Lapangan

Tokoh

masyarakat/kepala desa

(39)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

Aspek yang Diteliti

Indikator Sub Indikator Teknik Pengumpulan Data Sumber Data

Perencanaan Program Pelatihan

1. Persiapan yang dilakukan sebelum pelatihan

2. Pendekatan yang digunakan agar peserta pelatihan tertarik 3. Mekanisme pengalokasian

materi waktu dan tempat 4. Sasaran program

5. Cara identifikasi

Wawancara Cat. Lapangan

Pengelola

Pelaksanaan Program pelatihan

1. Penetapan strategi pelatihan 2. Media yang digunakan 3. Peran Instruktur

4. Peran peserta pelatihan 5. Jenis metode yang digunakan 6. Langkah-langkah metode yang

digunakan

7. Contoh penggunaannya

Observasi Wawancara Cat. Lapangan

(40)

58

Penilaian Program pelatihan

1. Bentuk evaluasi

2. Pihak yang mengevaluasi 3. Komponen yang dievaluasi 4. Frekuensi penilaian

(41)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

Koordinasi Penelitian bersama pengelola

4. Pelatihan Instruktur Pelatihan 5. Persiapan program Pelatihan 6. Identifikasi Kebutuhan

7. Penyusunan silabus dan RPP Pelatihan

8. Penyusunan RPP

9. Persiapan dan penyusunan bahan ajar

10.Persiapan bahan dan alat praktik keterampilan usaha

1. Komponen pendukung kurikulum Pelatihan

(42)

h.

(43)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

Meningkatnya kemandirian peserta program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan secara fisik (dapat bekerja sendiri dengan baik), mandiri secara mental (dapat berpikir secara kreatif dan analitis dalam menyusun dan mengekspresikan gagasan) dan mandiri secara emosional (nilai yang ada dalam diri sendiri.)

3.6.Pengembangan Fisik (dapat bekerja sendiri dengan baik 4.6.Mandiri secara mental

(dapat berpikir secara kreatif dan analitis dalam menyusun dan

mengekspresikan gagasan)

4.7.Mandiri secara emosional (nilai yang ada dalam diri sendiri.)

(44)

58

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas instrumen untuk mengetahui “ketepatan” data yang diperoleh dengan instrumen tersebut. Sebelum uji coba dan pertimbangan para ahli (promotor) item disusun berjumlah 39 item, namun setelah ujicoba dan pengujian para ahli (promotor) ada 17 item yang tidak valid dan tidak reliabel, sehingga yang digunakan berjumlah 22 item. Sedangkan uji reliabilitas instrumen untuk mengetahui “keajegan” instrumen (Anastasi dan Urbina, 1997 dalam Kamil 2002). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk instrumen yang berbentuk skala, dengan sistem pengujian melalui tes statistika dengan bantuan program SPSS for windows. Uji validitas dalam hal ini menggunakan teknik korelasi item-total dengan rumus korelasi Spearman, sedangkan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach.

F. Definisi Operasional

Pada penelitian ini definisi operasional adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan merupakan keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek daripada teori. Atau pelatihan adalah prosespengalamanbelajaryang terstrukturuntukmeningkatkanpengetahuan, sikapdanketerampilan(terstruktur: jadwal, materi, metode,evaluasi, dll.) Menurut Broling (1989) “life skills” adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.

Pada penelitian ini, pelatihan kecakapan hidup yang dimaksud bagi peserta petani kopi adalah serangkaian atau keseluruhan kegiatan yang dilakukan secara terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan serta lebih mengutamakan praktek daripada teori dalam penyelenggaraannya. 2. Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang

(45)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.

3. Ekonomi adalah aktivitas atau proses tindakan yang selalu dilakukan oleh masyarakat manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Jadi kemandirian ekonomi dalam penelitian ini yang dimaksud adalah kemampuan diri sendiri dalam mengatasi masalah-masalah dalam pertanian khususnya masalah yang dihadapi oleh petani kopi yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan pokok hidupnya untuk mencapai tujuan hidup yang sejahtera

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian mengenai model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan ini telah mencapai tujuan, yakni menghasilkan pengembangan model pelatihan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi, secara garis besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Kondisi empirik penyelenggaraan program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, secara umum memiliki beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pada kelompok tani di Kabupaten Humbang Hasundutan penerapan strategi pelatihan oleh instruktur masih tradisional, hal ini dalam penerapan strategi oleh instruktur tidak didasarkan kondisi dan situasi pelatihan peserta program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha sehingga instruktur dalam penerapannya tidak menggunakan kaidah-kaidah atau prosedur dalam program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha.

b Pengelola belum optimal dalam melaksanakan tahapan-tahapan mengidentifikasi kebutuhan program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha, pengambilan keputusan dalam pelatihan lebih banyak dilakukan oleh instruktur, hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi dan komunikasi antara instruktur dengan pengelola dan peserta dalam menyusun kebutuhan pelatihan.

(47)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha sebagai tindak lanjut dari program yang dilaksanakan. Maka dari itu proses pelatihan hanya tuntutan penyelesaian program bukan atas dasar keberlanjutan program yang sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan.

2. Model konseptual pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan yang digunakan melalui beberapa tahapan. Pertama, melakukan penjajagan dan analisis kebutuhan pelatihan. Kedua, menetapkan siapa atau calon peserta yang potensial untuk mengikuti program pelatihan. Ketiga, dari rangkaian kegiatan tersebut, secara garis besar sudah dapat teridentifikasi isi atau materi pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi persyaratan berdasarkan uraian tugas dan tujuan lembaga. Kemudian langkah terperinci dan spesifik dapat disusun dalam tahapan-tahapan perencanaan pelatihan. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam merencanakan program pelatihan, antara lain: a) latar belakang kegiatan, b) tujuan pelatihan; c) peserta pelatihan; d) biaya/sumber dana; e) waktu dan tempat pelatihan, f) jadwal pelatihan (waktu, materi, dan pemateri); g) susunan panitia pelaksana; h) tata tertib; dan i) narasumber.

3. Implementasi model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan secara konseptual dipadukan dengan kondisi empiris di lapangan. Studi awal yang dilaksanakan oleh penyelenggara dalam melaksanakan program pelatihan tersebut diawali dengan menganalisis dan mengetahui informasi pasar atau aktivitas ekonomi diwilayah objek penelitian. Setelah hasil studi awal dperoleh maka disusun rancangan program pelatihan. Hasil dari implementasi model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan terdiri dari dua aspek yaitu :

(48)

b. Kemandirian wirausaha bahwa seorang wirausaha harus mempunyai inisiatif dan berusaha mengejar prestasi, jarang mencari pertolongan orang lain, menunjukan rasa percaya diri dan mempunyai rasa ingin menonjol. 4. Efektivitas pelaksanaan program pelatihan kecakapan hidup berbasis

kewirausahaan di Kabupaten Humbang Hasundutan terbukti efektif signifikan dalam meningkatkan kemampuan peserta didik, diasumsikan dapat menjadi landasan menuju kemandirian peserta didik.

B. Rekomendasi

Beberapa hasil yang dipandang penting untuk dicermati dan menjadi rekomendasi berdasarkan temuan penelitian ini, adalah hal-hal sebagai berikut: 1. Rekomendasi untuk Penerapan Model Temuan Studi

Berdasarkan hasil penelitian dibuktikan bahwa model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan yang dikembangkan terbukti efektif untuk mengembangkan kemampuan dan kemandirian ekonomi peserta. Untuk itu perlu adanya upaya penyebarluasan model tersebut pada program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan lainnya, namun dalam upaya memberikan hasil yang lebih baik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan akan sangat tepat dilaksanakan bagi penyelenggara program yang melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan dalam penyelenggara program pelatihan, kriteria atau karakteristik peserta program yang telah ditetapkan dan kondisi sumber daya alam serta infomasi pasar.

b. Model pelatihan kecakapan hidup sangat efektif dilaksanakan pada program subsidi dengan mempertimbangkan fungsionalisasi hasil pelatihan dengan perkembangan informasi pasar, dimana peserta pelatihan dapat melakukan kegiatan usaha mandiri bersama kelompok kerjanya.

2. Rekomendasi bagi Pemerintah (Pengambil Kebijakan)

(49)

Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI

perlu ada kebijakan untuk sosialisasi dan desiminasi model ini secara luas, khususnya pada penyelenggara pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan dalam meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi.

b. Model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan, cukup efektif mampu meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi. Sehubungan itu, perlu diupayakan dukungan kebijakan dalam menyebarluaskan penerapan model ini lebih luas di kelompok tani yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan

3. Rekomendasi bagi Penyelenggaraan Pelatihan

a. Penyelenggara pelatihan harus mempertimbangkan dan mengutamakan profil peserta mengenai kemampuan kecakapan hidup dan berwirausaha peserta pelatihan secara menyeluruh, karena dalam pelaksanaannya dibutuhkan karakter dan kemandirian.

b. Pada pelaksanaan penyelenggaraan pelatihanan kecakapan hidup berbasis wirausaha memerlukan komitmen manajerial dari semua pihak terutama pengelola program pelatihan. Bagaimanapun baiknya model, jika tidak disertai pengelolaan yang tepat, hasilnya sulit diharapkan. Pengelola dan instruktur/narasumber perlu terlibat secara utuh mulai dari: (1) perencanaan, yakni menentukan tujuan pelatihan, mengidentifikasi tugas-tugas, menetapkan standar kemampuan, dan mengidentifikasi unsur-unsur lingkungan kehidupan peserta pelatihan; (2) pengorganisasian, yakni memilih pendekatan yang tepat, memilih alat bantu atau media latih yang sesuai, dan memilih tempat untuk terjadinya pelatihan; dan (3) pengawasan dan evaluasi, dimana hal ini dilakukan secara berkesinambungan, diarahkan pada perbaikan mutu, memiliki instrumen khusus evaluasi, adanya pengambilan keputusan hasil dari evaluasi.

4. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut

Gambar

Gambar 3.1 Langkah-langkah dan Alur Penelitian
Tabel  3.1 Jumlah Penyebaran Subyek Penelitian
Tabel 3.2  One-Group Pretest-Posttest Design
Kisi Tabel 3.3 – Kisi Penelitian Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Hidup Berbasis Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta Menuju Kemandirian Ekonomi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal

Berangkat dari analisis campur kode yang dibuat dalam bentuk tabel, pada bagian ini dikemukakan data yang telah dianalisis. Hasil analisis tersebut dibagi menjadi

kerusakan minyak selama proses penyulingan karena suhu yang terlalu tinggi, maka asam lemak bebas yang tertinggal dalam minyak dengan kadar lebih rendah dari 1% harus

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah kerugian yang masih terjadi akibat variabilitas iklim ekstrim karena tindakan adaptasi tertentu (residu) pada berbagai skenario tindakan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR

Penelitian ini menyajikan analisis SWOT pada sebuah perusahaan agroindustri kopi yaitu Kadatuan Koffie yang melakukan proses bisnis agroindustri kopi dari hulu hingga

Susu kedelai mempunyai manfaat sangat banyak dibandingkan susu sapi, terutama karena kandungan protein nabatinya sehingga cocok untuk vegetarian, tanpa laktosa