• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TERPAAN SINETRON REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERGAULAN BEBAS REMAJA DI SURABAYA (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Sinetron Remaja Dengan Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja di Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TERPAAN SINETRON REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERGAULAN BEBAS REMAJA DI SURABAYA (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Sinetron Remaja Dengan Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja di Surabaya)."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

MARIA ULFAH HANAFI 0743010291

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “ HUBUNGAN

TERPAAN SINETRON REMAJ A DENGAN SIKAP REMAJ A

TERHADAP PERGAULAN BEBAS REMAJ A DI SURABAYA” (Studi Kor elasi Kuantitatif Hubungan Ter paan Sinetr on Remaja dengan Sikap Per gaulan Bebas Remaja di Surabaya) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terimah kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.sos, Msi, selaku Ketua Program Ilmu Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si selaku Sekretaris Program Ilmu Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(3)

ini dengan lancar dan sukses.

2. Orang tua tersayang H. Imam Hanafi dan Hj. Shochibah terima kasih karena selalu memberi dukungan doa, moril, dan materiil, I LOVE YOU…!!!

3. Adik penulis M. Fikri Hanifuddin yang terkadang membantu begadang dalam menulis skripsi. Fajar, Dicky, Akbar dan Roy yang selalu meramaikan dan mengganggu penulis.

4. Para sahabat penulis Tjong Eva dan Rizka Rahmawati yang selalu mendukung dan memberikan semangat tiada henti. Teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2007 terima kasih atas sarannya. Serta Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis khususnya.

Surabaya, Juni 2011

(4)

HALAMAN JUDUL………..i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI….……ii

KATA PENGANTAR …..………....iii

DAFTAR ISI………...v

DAFTAR TABEL………..ix

DAFTAR LAMPIRAN……….xii

ABSTRAKS………..xii

BAB I PENDAHULUAN ………1

1.1 Latar Belakang Masalah ………1

1.2 Perumusan Masalah ……….10

1.3 Tujuan Penelitian ……….10

1.4 Manfaat Penelitian ………...10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA …...………...11

2.1 Landasan Teori ……….11

(5)

2.1.4 Konsep Sikap………15

2.1.5 Sinetron Remaja ……….19

2.1.6 Terpaan Media ………21

2.1.7 Efek Media Massa ………..23

2.1.8 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa ………..25

2.2 Kerangka Berfikir ………....27

2.3 Skema Kerangka Berfikir ……….28

BAB III METODE PENELITIAN ………29

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….29

3.1.1 Variabel Bebas atau Variabel X……….29

3.1.2 Variabel Terikat atau Variabel Y ………..30

3.1.3 Pengukuran Variabel……….32

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………..35

3.2.1 Populasi ……….35

(6)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………....44

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ………...44

4.2 Penyajian Data ………45

4.2.1 Identitas Responden………45

4.2.2 Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuisioner ……….48

4.2.2.1 Variabel Terpaan Sinetron Remaja di Televisi (X)…...48

4.2.2.2 Variabel Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja (Y)……….51

A. Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja Kategori Kognitif (Y) ………...51

B. Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja Kategori Afektif (Y) ……….56

C. Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja Kategori Konatif (Y) ……….59

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ………...63

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...68

5.1 Kesimpulan……….68

5.2 Saran………69

DAFTAR PUSTAKA………70

(8)

Dengan Sikap Remaja Ter hadap Pergaulan Bebas Remaja Di Surabaya) Penelitian ini didasarkan pada fenomena maraknya sinetron-sinetron remaja maupun program acara televisi lainnya menampilkan cerita-cerita ataupun adegan-adegan yang kurang mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma budaya ketimuran seperti perempuan merokok, pergi ke klab malam, narkoba, kehamilan yang terjadi di luar nikah dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap remaja terhadap pergaulan bebas remaja di Surabaya sesuai dengan pendekatan Cultivation Theory atau Teori Kultivasi.

Metode yang digunakan adalah analisis koefisien korelasi Rank Spearman yang termasuk dalam penelitian kuantitatif. Disini metode kuantitatif menggunakan teori Kultivasi atau Cultivation Theory.

Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang memiliki kesimpulan bahwa tidak ada hubungan dari terpaan sinetron dengan sikap pergaulan bebas remaja. Dalam penelitian ini merasa bahwa sikap pergaulan bebas tidak hanya timbul dari kegemaran mereka menonton sinetron remaja yang ditayangkan di televisi, akan tetapi juga dapat timbul dari lingkungan sekitar, keluarga, serta pengaruh dari teman.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehadiran media massa saat ini sangat berperan dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya sebagai kontrol sosial. Dimana setiap isu yang berkembang di masyarakat sangat erat dengan cara media mengkonstruksi dan menyampaikan informasi tersebut kepada khalayak. Disisi lain media merupakan sarana informasi yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui realitas yang terjadi disekitarnya.

Masyarakat dalam kehidupannya membutuhkan informasi untuk memenuhi segala kebutuhan yang semakin beragam. Informasi selalu berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Dapat dikatakan masyarakat tidak hanya butuh melainkan masyarakat sangat dituntut untuk mengetahui informasi-informasi yang selalu berkembang. Dalam penyampaian informasi-informasi tidak lepas dari proses komunikasi dimana dalam proses komunikasi selalu membutuhkan sarana atau media dalam menyampaikan informasinya, baik melalui media massa atau melalui media komunikasi interpersonal.

(10)

menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan pelapisan sosial dalam suatu masyarakat. Media massa juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan respon dan kepercayaan. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokok media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan respon seseorang.

Kehadiran media massa merupakan gejala awal yang menandai kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Hal ini dapat dilihat melalui meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media masssa dan bermunculan media baru yang menawarkan banyak pilihan pada khalayaknya, yang pada akhirnya akan menimbulkan ketergantungan pada media elektronik tersebut. Pesan yang disampaikan oleh media massa melalui majalah, koran, tabloid, buku, televisi, radio, internet, dan film dapat diterima secara serempak oleh khalayak yang jumlahnya ribuan bahkan hingga puluhan juta. Berdasarkan pengamatan beberapa ahli bidang pertelevisian menyebutkan bahwa informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama dibandingkan dengan perolehan informasi melalui membaca, karena televisi menyajikan gambar yang merupakan pemindahan bentuk, warna, ornament dan karakter yang sesungguhnya dari obyek yang divisualkan (Muda, 2004 : 21)

(11)

adalah salah satu diantara sekian banyak media massa yang tengah berkembang. Meskipun demikian, perkembangannya terus-menerus dan cepat. Hal ini terbukti dari makin banyaknya stasiun televisi swasta bermunculan, ini dikarenakan media televisi memiliki banyak keunggulan tersendiri dibandingkan media lain yang lahir saat itu (Kuswandi, 2000 : 8). Televisi merupakan gabungan dari media gambar dan dengar. Kekuatan gambar menjadi andalan media televisi, karena gambar yang disajikan bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan pada penonton. Hal ini jelas menguntungkan televisi untuk digunakan penonton karena sifatnya yang audio visual.

Selain itu televisi memiliki segi positif yaitu suatu pesan yang disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit (Effendi, 1993 : 178). Dengan demikian, sasarannya adalah untuk menjangkau massa yang cukup besar. Penonton dapat melihat sendiri rangkaian kejadian dari awal hingga akhir. Nilai aktualisasi terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangatlah cepat.

Penonton atau pemirsa adalah sasaran komunikasi melalui televisi siaran yang karena heterogen masing-masing, mempunyai kerangka acuan (frame of reference) yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda bukan saja dalam usia

(12)

memiliki kemampuan lebih dalam menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik dalam bidang informasi, pendidikan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah dalam bidang hiburan.

Televisi mempunyai pengaruh, serta dapat memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas sosial. Televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Gambar (visual) dan suara (audio) yang ada pada televisi mampu mempersuasi khalayak untuk menirukan apa yang ditampilkan di layar televisi.

Berdasarkan penelitian sederhana tentang sinetron Indonesia, terungkap bahwa proporsi penayangan sinetron setiap stasiun televisi umumnya berbeda-beda. Dari hasil observasi dan analilis, diketahui bahwa Indosiar merupakan stasiun televisi yang menyediakan waktu untuk sinetron yaitu 2100 menit perminggu, disusul RCTI dan SCTV masing-masing 1890 dan 1680 menit perminggu. Penelitian ini mengungkapkan stasiun televisi Indosiar, RCTI dan SCTV merupakan tiga stasiun dengan waktu penayangan sinetron terbanyak, baik secara kuantitas jam tayang maupun kualitas judul sinetron yang diputar.

(13)

sering disaksikan oleh remaja tiap kali menonton televisi. Di sisi lain, pergaulan remaja saat ini pun juga tidak jauh berbeda dengan apa yang ditampilkan di televisi.

Pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang, Pergaulan bebas identik dengan yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. “Bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering didengar, baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan atau agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas & penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit, seperti HIV & AIDS, yang lebih parah dapat menyebabkan kematian.

(14)

beberapa kota besar di Indonesia. Hasilnya sungguh mencengangkan. 63% remaja di kota-kota besar Indonesia telah berhubungan seks sebelum menikah. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti

Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin.

(http://karyaabdulrauf.blogspot.com/2008/09/dampak-pergaulan-bebas-bagi-remaja.html)

(15)

Gambar 1.1. Cuplikan adegan pada sinetron remaja yang kurang mencerminkan nilai budaya ketimuran

(16)

Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu objek atau kelompok objek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten. Jika dianalogikan dengan sikap khalayak terhadap program acara televisi berarti bahwa sikap terhadap program acara televisi yaitu mempelajari kecenderungan khalayak untuk mengevaluasi program acara baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten. Dengan demikian, khalayak mengevalusi program acara tertentu secara keseluruhan dari yang paling buruk sampai yang paling baik.

Tiga komponen sikap yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Komponen kognitif menunjukkan kepercayaan khalayak terhadap sinetron remaja yaitu melalui tingkat pengetahuan remaja terhadap gaya bahasa, alur cerita, adegan, aktor dan aktris, background atau setting cerita, dan soundeffect atau soundtrack, komponen afektif atau perasaan menunjukkan evaluasi remaja terhadap sinetron remaja yaitu apakah mereka menyukai atau tidak menyukai sinetron remaja tersebut serta komponen konatif atau tindakan menunjukkan kecenderungan sikap pergaulan bebas remaja.

(17)

semakin lama dia hidup dalam dunia yang dibuat televisi), maka seseorang menganggap bahwa realitas sosial sama dengan yang digambarkan televisi. ( Rohim, 2009 : 192 )

Pada penelitian ini, terpaan sinetron remaja akan diukur dengan indikator frekuensi dan durasi sedangkan sikap pergaulan bebas remaja pada penelitian ini akandiukur dengan menggunakan indikator kognitif, afektif dan konatif. Pada penelitian ini yang akan digunakan sebagai sampel adalah remaja yang berumur 12-21 tahun, karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna, ditunjang oleh sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungannya (Mappiare, 1982 : 39). Asumsi bahwa khalayak pada dasarnya aktif dalam menggunakan media massa maupun sumber-sumber lain (non media), karena memiliki tujuan tertentu yaitu untuk memenuhi kebutuhan. Disini khalayak juga terlihat selektif, maksudnya khalayak memiliki kebebasan memilih terhadap jumlah dan jenis isi media yang dirasa berguna bagi dirinya.

(18)

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan terpaan sinetron remaja dengan sikap remaja terhadap pergaulan bebas remaja di Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan sinetron remaja dengan sikap remaja terhadap pergaulan bebas remaja di Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

Untuk mengaplikasikan Cultivation Theory (Teori Kultivasi) terhadap pengaruh intensitas menonton televisi dengan pergaulan bebas remaja di Surabaya sebagai dampak dari anggapan bahwa realitas sosial sama dengan yang digambarkan di televisi.

2. Secara Praktis

(19)

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Teor i Kultivasi (Cultivation Theor y)

Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan oleh George Gerbner ketika menjadi Dekan Annenberg School of Communication di Universitas Pennylvania Amerika Serikat (AS). Tulisan pertama yang memperkenalkan teori ini adalah Living with Television : The Violence Profile, Journal of Communication. Awalnya ia melakukan penelitian tentang “Indikator Budaya” dipertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Penelitian kultivasi yang dilakukannya itu lebih menekankan pada “dampak”.

“Cultivation” berarti penguatan, pengembang, perkembangan, penanaman atau pereratan. Maksudnya bahwa terpaan media (khususnya TV) mampu memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas sosial. Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu.

Secara ringkas Gerbner memberikan proposisi tentang teori kultivasi sebagai berikut :

(20)

- Pesan-pesan televisi membentuk sebuah sistem yang koheren, mainstream dari budaya kita.

- Sistem-sistem isi pesan tersebut memberikan tanda-tanda untuk kultivasi. - Analisis kultivasi memfokuskan pada sumbangan televisi terhadap waktu untuk

berfikir dan bertindak dari golongan-golongan sosial yang besar dan heterogen. - Analisis kultivasi memfokuskan pada penstabilan yang meluas dan penyamaan

akibat-akibat.

Hawkins dan Pingree (1982) menemukan proses kultivasi, yaitu bahwa proses kultivasi dalam pikiran kita terbagi dua, yaitu Learning dan Constructing. (J. Bryant and D. Zillman (End), 2002). Apa yang dilihat oleh audiens kemudian akan melalui tahap belajar dan diikuti tahap mengkonstruksikan dalam pikiran audiens tersebut.

Teori kultivasi ini diawal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Akan tetapi dalam perkembangannya, teori tersebut bisa digunakan untukkajian diluar kekerasan.

2.1.2 Televisi

(21)

bioskop, tetapi juga berita, musik, ceramah agama, pendidikan dan lain sebagainya.

Menurut Effendi (2000 : 176-177), televisi memiliki sifat sebagai berikut : 1. Langsung

Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan akan disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses berbelit-belit. Suatu berita dapat disampaikan kepada publik dengan cepat, bahkan saat peristiwa tersebut sedang terjadi. 2. Tidak mengenal jarak

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota dapat ditonton dengan baik di Negara lainnya, tanpa mengenal rintangan berupa laut, ataupun jurang. Kehadiran televisi dapat menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

3. Memiliki daya tarik yang kuat

Televisi memiliki daya tarik yang kuat karena adanya unsur-unsur kata-kata, musik, sound effect. Tetapi selain ketiga unsur tersebut, televisi juga memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan kesan mendalam pada penonton. Daya tarik ini melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman.

(22)

munculnya televisi sebagai salah satu media komunikasi manusia yang memberikan satu fenomena sosial dalam kehidupan manusia.

2.1.3 Remaja Sebagai Khalayak Media

Remaja yang dalam bahasa latin disebut adoloscene memiliki arti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Dalam perkembangan lebih lanjut, istilah adoloscene memiliki arti yang lebih luas, dimana mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu mulai terintegrasi kedalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja, perkembangan intelektual juga mengalami perkembangan yang pesat dalam berbagai aspek. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tetapi juga karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.

Seperti yang dikatakan Monks et.al (2002) dalam bukunya psikologi perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi 2 fase yaitu : masa remaja awal(11-15 tahun) dan masa remaja akhir (16-19 tahun). Kemudian menurut (Gunarsa, 2001) dalam bukunya psikologi praktis : anak, remaja, dan keluarga bahwa :

(23)

Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, dan fisik. Perkembangan yang terus-menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berpikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya. Kemampuan intelektual ini yang membedakan fase remaja dari fase-fase sebelumnya. Karena itulah pada fase ini dimana remaja sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus akan informasi dan mereka bisa mendapatkan informasi dari berbagai sumber yang termasuk diantaranya adalah dari media massa.

Penonton atau pemirsa adalah sasaran komunikasi melalui televisi siaran yang karena heterogen masing-masing, mempunyai kerangka acuan (frame of reference) yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda bukan saja dalam usia

dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar belakang sosial dan kebudayan, sehingga pada gilirannya berbeda dalam pekerjaan, pandangan hidup, agama dan kepercayaan, pendidikan dan cita-cita, keinginan, kesenangan,dan lain sebagainya. Kegiatan pemirsa dalam menonton acara televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan mereka, baik kebutuhan berupa informasi, maupun hiburan (Effendi, 1993:8).

2.1.4 Konsep Sikap

(24)

seseorang dan juga pada saat itu istilah tersebut lebih ditunjukkan pada postur fisik atau posisi tubuh manusia, sedangkan pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respons untuk menggambarkan kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba – tiba (Azwar, 2002 : 4). Sikap memang mempunyai beberapa defenisi yang berbeda – beda dari beberapa pengamat. Ada 3 kerangka pemikiran dari beberapa ahli mengenai definisi dari sikap yang dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu :

1) Kerangka pemikiran menurut para ahli psikologi yaitu adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

2) Kerangka pemikiran menurut para ahli psikologi social dan psikologi kepribadian yang dimana konsep sikap lebih kompleks. Menurut kelompok ini sikap mempunyai makna kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara – cara tertentu. Kesiapan di sini terkait dengan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

3) Kerangka pemikiran yang ketiga berfikir bahwa sikap merupakan konstelasi komponen – komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. (Azwar, 2002 : 4).

(25)

mempengaruhinya. Menurut Azwar (2002:30-37) ada enam faktor yang dapat mempengaruhi pembentukkan sikap yaitu :

a) Pengalaman pribadi : apa yang telah kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus social. Tanggapan dapat menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk menjadi dasar pembentukkan sikap pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.

b) Orang lain yang dianggap penting : orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen social yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi pembentukkan sikap kita.

c) Kebudayaan : kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukkan sikap kita.

d) Media massa : adanya informasi baru dari media massa mengenai seseuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan – pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap.

(26)

pembentukkan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f) Faktor emosional dalam diri individu : sikap kadang – kadang terbentuk karena didasari oleh emosi yang berfungsi semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang paling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Di bawah ini akan diuraikan lebih lanjut ketiga komponen sikap tersebut.

a) Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan terbentuk oleh apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Bila kepercayaan sudah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tersebut. b) Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini terbentuk oleh aspek perasaan terhadap objek. Komponen ini berkaitan dengan aspek emosional terhadap objek tersebut. Beban emosional inilah yang memberikan watak tertentu terhadap sikap yaitu watak mantap, tergerak, dan termotivasi.

(27)

Komponen berperilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi berperilaku.

Fungsi sikap menurut Severi dan Tankard (2005:197) adalah : 1) Fungsi Instrumental, penyelarasan atau kebermanfaatan

Sejumlah sikap dipegang kuat karena manusia berjuang keras untuk memaksimalkan penghargaan dalam lingkungan eksternal dan meminimalkan sanksi.

2) Fungsi Pertahanan Diri

Sejumlah sikap dipegang kuat karena manusia melindungi ego mereka dari hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau dari pengetahuan tentang kekuatan –kekuatan yang mengancam dari luar.

3) Fungsi Ekspresi Diri

Sejumlah sikap dipegang kuat karena memungkinkan seseorang memberikan ekspresi positif pada nilai – nilai sentral dan pada jati diri. 4) Fungsi Pengetahuan

Sejumlah sikap dipegang kuat karena memuaskan kebutuhan atau member struktur dan makna pada sesuatu yang jika tanpanya dunia akan kacau. 2.1.5 Sinetron Remaja

(28)

atau akronim dari dua istilah sinema dan elektronik, berarti film cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung bioskop yang disiarkan melalui media elektronik yaitu video. (Effendy, 1990 : 50).

Menurut Kuswandi (1996 : 130 ) ada beberapa faktor yang membuat sinetron disukai, yaitu :

a. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa.

b. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya masyarakat (pemirsa).

c. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan dan persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Menjamurnya paket sinetron di televisi, bukan hal yang luar biasa, kehadiran sinetron merupakan satu bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita, untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari – hari. Paket sinetron remaja yang tampil di televisi merupakan salah satu bentuk untuk membentuk masyarakat khususnya remaja dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan tatanan norma dan nilai budaya setempat.

Bagian dari sinetron antara lain (Effendy, 2003 : 127-151) : a. Gaya Bahasa

Adalah cara bertutur atau cara berbicara para pemain ketika beradegan. b. Alur cerita

(29)

c. Adegan

Adalah keseluruhan atau perilaku aktor atau pelaku yang terlibat dalam sebuah film atau sinetron.

d. Aktor dan Aktris

Adalah orang yang diperkerjakan untuk memunculkan karakter sesuai dengan naskah yang telah dibuat.

e. Background atau Setting

Adalah latar belakang dalam sebuah alur cerita. f. Sound Effect atau Soundtrack

Adalah semua suara, dialur suara manusia dan musik, yang dibutuhkan dalam pembuatan film atau sinetron.

2.1.6 Ter paan Media

Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan media ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan-pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok. Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity. Penggunaan jenis media audio, audiovisual, media cetak, kombinasi media audio, dan media audiovisual, media audio dan media cetak, media audiovisual dan media cetak (Ardianto dan Erdinaya, 2005).

(30)

program harian). Sedangkan pengukuran variabel durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari), atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program (audience’s share on program) (Ardianto dan Erdinaya. 2005 : 164).

Dalam (Rakhmat, 2005) pengaruh antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E.Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Adapun sifat yang menonjol dari apa yang kita perhatikan, diantaranya :

1. Gerakan : seperti pada organism lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.

2. Intensitas Stimuli : manusia akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol daripada stimuli yang lain.

3. Kebaruan : hal yang baru, luar biasa, yang unik, berbeda dan menarik perhatian. Dalam suatu eksperimen menunjukkan bahwa stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat.

4. Perulangan : hal yang disajikan berulang-ulang, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Pengaruh juga mengandung unsur sugesti (mempengaruhi alam bawah sadar kita).

(31)

seseorang menonton sinetron remaja dan lama mengikuti sinetron remaja. Sedangkan atensi dilihat dari perhatian yang diberikan ketika menonton sinetron remaja.

2.1.7 Efek Media Massa

Di era modern seperti sekarang ini, media massa memiliki peran dalam mempengaruhi pemikiran masyarakat. Dalam penyebaran pesannya pun media massa tanpa disadari mampu memberikan efek untuk merubah perilaku masyarakat.

Dennis McQuail menjelaskan bahwa efek media massa memiliki typology yang terdiri dari empat bagian besar :

1. Efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah efek yang diharapkan terjadi baik oleh media massa ataupun orang yang menggunakan media massa untuk kepentingan penyebaran informasi. 2. Efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat

diperkirakan, sebagai efek yang benar-benar di luar control media, di luar kemampuan media ataupun orang lain yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui media untuk mengontrol terjadinya efek media massa.

3. Efek media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan, dan keras mempengaruhi seseorang atau masyarakat.

(32)

dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan-persoalan perubahan budaya (McQuail, 2002 : 425-426).

Secara teoritis, media massa memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan, dan saluran hiburan, namun kenyataanya media massa memberikan efek lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak hanya mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.

Hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam waktu pendek sehingga dengan cepat dapat mempengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan dalam waktu yang lama pula.

McQuail menjelaskan bahwa :

“Efek media massa memiliki andil dalam pembentukan sikap, perilaku, dan keadaan masyarakat. Antara lain terjadinya perubahan global yang menyebabkan masyarakat berubah dari tradisional ke modern. Selain itu, media massa juga mampu mengubah masyarakat dari kota sampai ke desa, sehingga menjadi masyarakat konsumerisme.” (Bungin, 2006 : 320).

Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah prilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). DeFleur dan Ball – Rokeach dalam rahmat melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis : perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan perspektif hubungan sosial (Rahmat, 2003 : 203).

(33)

stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksi stimulinya cenderung sama. Perspektif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa.

Media massa merupakan sarana yang paling cepat untuk mempengaruhi khalayaknya. Media massa melalui penyajiannya yang selektif dan menekankan pada tema-tema tertentu mampu menciptakan kesan yang mendalam bagi khalayaknya. Peran media massa dapat menumbuhkan kesan yang dapat mempengaruhi dan membentuk khalayak terutama menyangkut materialism dan konsumerisme (Suprapto, 2006 : 52). Sehingga, media massa khususnya televisi merupakan media yang efektif untuk mempengaruhi khalayaknya dan begitu berperan dalam penyebaran-penyebaran hal apapun, seperti berpakaian, berbicara, atau berperilaku tertentu lainnya.

2.1.8 Teor i Kebutuhan Terhadap Media Massa

Kebutuhan terhadap media massa dipenuhi melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Baik dalam isi maupun melalui daya terpaannya (exposure) secara konteks sosial tempat dimana terpaan berlangsung.

(34)

1. Kebutuhan kognitif

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada keinginan untuk mengerti dan menguasai lingkungan. Kebutuhan kognitif juga dapat dipenuhi oleh adanya dorongan-dorongan seperti keingintahuan (curiosity) dan penjelajahan (exploratory) pada diri kita.

2. Kebutuhan afektif

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan, dan emisioanal. Mencari kesenangan dan hiburan merupakan motivasi yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh media.

3. Kebutuhan intregatif personal

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi. Kebutuhan seperti ini dapat diperoleh dari adanya keinginan sikap individu untuk meningkatkan harga diri.

4. Kebutuhan intregratif sosial

(35)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan, dan kebutuhan akan hiburan.

2.2 Ker angka Ber fik ir

Televisi adalah salah satu diantara sekian banyak media massa yang tengah berkembang. Meskipun demikian, perkembangannya terus-menerus dan cepat. Hal ini terbukti dari banyaknya stasiun televisi swasta bermunculan. Dikarenakan televisi memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan media lain yang lahir pada saat itu (Kuswandi, 1998 : 8). Banyaknya stasiun televisi yang hadir di Indonesia menjadikan persaingan dalam menyuguhkan program acara kepada pemirsa televisi menjadi sangat ketat.

Televisi merupakan sarana atau media yang disukai masyarakat. TV memperkenalkan kepada masyarakat mengenai seluruh aktivitas dunia yang begitu luas dan transparan. Dari berbagai program acara yang ada, program acara sinetron akhir-akhir ini begitu popular dikalangan masyarakat Indonesia. Dari tayangan sinetron remaja diharapkan masyarakat dapat menyeleksi setiap adegan-adegan yang ditayangkan. Karena sinetron remaja dalam setiap judul dan episodenya berisi drama atau adegan yang kurang pantas dengan adat ketimuran.

Proses komunikasi dengan menggunakan media televisi dapat dijelaskan dengan model komunikasi SMCR yang terdiri dari source, message, channel, dan receiver. Menurut Azwar (2002 : 34) dalam proses pembentukan dan perubahan

(36)

tayang di televisi. Seperti yang dikemukakan oleh Cangara (2003 : 151) khalayak adalah salah satu faktor dari proses komunikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan. Khalayak dalam penelitian ini adalah pemirsa televisi khususnya remaja Surabaya.

2.3 Skema Ker angka Ber fikir

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian tentang Hubungan Terpaan Sinetron Remaja dengan Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja di Surabaya

Televisi Sebagai Media

Komunikasi

X = Variabel Bebas Terpaan Menonton 1. Frekuensi 2. Durasi

Y = Variabel Terikat Sikap Pergaulan Bebas 1. Afektif

[image:36.612.129.521.267.403.2]
(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Oper asional dan Pengukuran Var iabel

Masalah adalah sesuatu hal yang terjadi dimana tidak sesuai dengan harapan. Bila sesuatu terjadi pastilah ada penyebabnya. Kejadian yang tidak diharapkan tersebut bisa diartikan sebagai perubahan nilai suatu variabel dan variabel ini disebut variabel tak bebas atau variabel tergantung (dependent variable) atau variabel Y. Sementara itu, bila suatu kejadian dapat terjadi pasti ada

penyebabnya dan faktor penyebab ini disebut dengan variabel bebas (independent variable) atau variabel X. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa variabel X

adalah terpaan Sinetron Remaja, variabel Y adalah sikap pergaulan bebas remaja di Surabaya.

3.1.1 Var iabel Bebas atau var iabel X

(38)

Terpaan sinetron remaja ini dijabarkan dalam indikator frekuensi dan durasi.

1. Frekuensi diterangkan sebagai seberapa sering remaja menonton sinetron bertema remaja selama periode pengamatan yaitu selama 1 hari.

2. Durasi diterangkan sebagai seberapa lama remaja menonton sinetron remaja setiap kali penayangan.

3.1.2 Var iabel ter ikat atau var iabel Y

Variabel terikat adalah sikap pergaulan bebas remaja di Surabaya. Pergaulan bebas dioperasionalkan sebagai hasil pengaruh (efek) komunikasi setelah melihat Sineron Remaja.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi obyek atau ide, situasi atau nilai. Sikap ini dapat dibedakan dalam 3 hal yakni aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.

(39)

Perilaku pergaulan bebas meliputi mengkonsumsi narkoba, mengedarkan narkoba, melakukan hubungan seksual pra nikah, melakukan aborsi, mengkonsumsi minuman yang memabukkan. Perilaku pergaulan bebas ini lebih mengacu terhadap remaja yang berlawanan jenis tanpa batasan norma.

Adapun indikator dari masing-masing aspek sikap yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Aspek kognitif menunjukkan pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki remaja terhadap pergaulan bebas, yakni berciuman dengan lawan jenis merupakan hal yang tidak wajar, pesta dengan meminum minuman keras dianggap keren dan modern, sebagian remaja laki – laki beranggapan bahwa apabila tidak mengkonsumsi narkoba dan rokok disebut sebagai laki – laki pengecut, serta mengunjungi diskotik untuk pergi dugem (dunia gemerlap)

dianggap sebagai anak gaul. 2. Aspek afektif yang menunjukkan perasaan yang menyangkut masalah

emosional subjektif terhadap pergaulan bebas, yakni tidak suka terhadap pergaulan remaja yang cenderung lebih bebas, serta penggunaan narkoba dan perilaku aborsi.

3. Aspek konatif yang menunjukkan kecenderungan remaja mencontoh atau meniru terhadap pergaulan bebas, yakni meniru adegan-adegan pada sinetron bertema remaja, khususnya hal-hal yang negatif. Seperti berselingkuh, kebebasan hidup, melakukan hubungan seks diluar nikah, dan pergi dugem di klub malam.

(40)

J udul Sinetr on Yang Dijadikan Objek Penelitian

No Sinetron Televisi Penayangan

1 Arti Sahabat Indosiar Senin-Minggu, pukul 17.00 – 18.00 2 Dia Anakku Indosiar Senin-Minggu, pukul 18.00 – 19.00 3 Nada Cinta Indosiar Senin-Minggu, pukul 19.00 – 20.00 4 Putri yang Ditukar RCTI Senin-Minggu, pukul 18.00 – 20.00

3.1.3 Pengukuran Var iabel

Untuk mengukur variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini menggunakan skala likert yaitu sebuah skala yang umumnya digunakan untuk mengukur sikap, persepsi dan pendapat seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan menggunakan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkanmenjadi sub bab variabel, kemudian sub bab variabel dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat diukur. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative. Data yang diperoleh dengan skala likert adalah berupa data ordinal.

(41)

Jarak Pengukuran (R) I = Jarak Interval (K) 4

I = = 1 4

Jadi pengkategori jawaban untuk indikator frekuensi adalah sebagai berikut : Sangat sering (skor 4) : jika menonton selama 4 kali/hari

Sering (skor 3) : jika menonton selama 3 kali/hari Tidak Sering (skor 2) : jika menonton selama 2 kali/hari Sangat tidak sering (skor 1) : jika menonton selama 1 kali/hari b. Durasi

Jarak pengukuran (R) I = Jarak interval (K) 180

I = = 45 4 Ket :

180 → 45 menit x 4 acara

(42)

Pengukuran untuk variabel terikat yaitu sikap pergaulan bebas remaja (Y) untuk semua komponen sikap yang diamati adalah sebagai berikut :

Sangat setuju (skor 4) : jika sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan. Setuju (skor 3) : jika setuju dengan pernyataan yang diajukan. Tidak setuju (skor 2) : jika tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan . Sangat tidak setuju (skor 1): jika sangat tidak setuju dengan pernyataan yang

diajukan.

Variabel terpaan sinetron remaja dan sikap pergaulan bebas remaja dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu negatif, netral, dan positif yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat negatif, netral, dan positif menggunakan rumus :

Range (R) : Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan :

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pertanyaan

Dari rumus di atas, maka batasan interval untuk variabel terpaan sinetron remaja (X) adalah sebagai berikut :

(43)

Rendah = 3 – 5 Sedang = 6 – 7 Tinggi = 8 – 9

Sedangkan batasan interval untuk variabel sikap pergaulan bebas remaja (Y) adalah sebagai berikut :

(4 x 10) – (1 x 10) 30 Range = = = 10 3 3 Positif = 10 – 19

Netral = 20 – 29 Negatif = 30 – 40

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel 3.2.1 Populasi

(44)

Secara khusus penelitian menjelaskan pula bahwa usia responden dibatasi dari usia 12 – 21 tahun, alasannya adalah pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna, ditunjang oleh sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungannya (Mappiare, 1982 : 39).

3.2.2 Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu menetapkan jumlah sampel yang sebanding dengan besar setiap strata (Rakhmat, 2001 : 79). Mengingat responden dalam penelitian ini sangat banyak dan tersebar dalam wilayah kota Surabaya, dimana populasinya dipilih secara acak (random).

Dalam penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling dengan melakukan 2 tahap, yaitu :

a. Tahap pertama, dilaksanakan pemilihan terhadap wilayah kota Surabaya dimana berdasarkan Badan Pusat Statistik dalam buku Surabaya Dalam Angka 2009/2010, terdiri dari 5 (lima) wilayah bagian di Surabaya yang jumlah remajanya mencapai 867.367 orang.

(45)

Sari berjumlah 54.903, dan Tenggilis Mejoyo berjumlah 24.622 orang. Jadi jumlah populasinya 233.949 orang.

Adapun rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel digunakan rumus Yamane (Bungin, 2005 : 105) adalah :

Keterangan :

n = Jumlah Sampel yang diperlukan N = Jumlah Populasi

d = Nilai Presisi (ditentukan sebesar 90% atau 0,1)

233.949 n =

233.949 (0,1)² + 1 233.949

=

2340,49

= 99,9 dibulatkan menjadi 100 orang

Guna lebih proporsional dalam menentukan sampel yang digunakan maka dari jumlah populasi tersebut dapat diperoleh untuk masing-masing Kecamatan dengan rumus :

N n = N (d)² + 1

N1

(46)

Keterangan :

n1 = Jumlah remaja di suatu Kecamatan (sampel secara proporsional)

N1 = Ukuran stratum ke-1

n = Jumlah populasi

N = Jumlah sampel minimal yang telah ditetapkan

15.768

Gunung Anyar = x 100 233.949

157.800 = x 100 233.949

= 6,78 dibulatkan 7 orang 35.334

Rungkut = x 100 233.949

3.533.400 = x 100 233.949

= 15,1 dibulatkan 15 orang

28.031

Mulyorejo = x 100 233.949

(47)

39.311

Gubeng = x 100 233.949

3.931.100 =

233.949

= 16,8 dibulatkan 17 orang 35.980

Sukolilo = x 100 233.949 3.598.000 =

233.949

= 15,3 dibulatkan 15 orang 54.903

Tambak Sari = x 100 233.949 5.490.300 = 233.949

= 23,4 dibulatkan 23 orang 24.622

Tenggilis Mejoyo = x 100 233.949 2.462.200 =

233.949

(48)

3.3 Tek nik Pengumpulan Data

Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yang memberikan jawaban dari kuisioner, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku penunjang penelitian.

Jenis kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup yang berupa angket. Yang dimaksud kuisioner tertutup adalah kemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain (Singarimbun, 1989 : 45).

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode statistic. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antara 2 variabel, yaitu variable bebas (independent variable) dan variabel terikat atau variabel terpengaruh (dependent variable).

(49)

Keterangan :

ρ = Koefisien korelasi Rank Spearman

n = Jumlah sampel

∑ di = Jumlah total hitungan Rank X dan Rank Y

Adapun untuk mempermudah menghitung data variabel X dan Y ke dalam rumus Rank Spearman, maka diperoleh tabel penolong sebagai berikut :

Responden X Y Rank X Rank Y di di²

1 2 3 Dst…

J umlah ∑ di²

Ada ataupun tidak adanya korelasi, dinyatakan dalam angka indeks. Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0,0000 dapat diartikan bahwa kedua variabel yang dikorelasikan terdapat adanya korelasi.

(50)
[image:50.612.128.510.127.223.2]

Tabel 3.2

Inter val Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,50 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah

Sedang Kuat Sangat kuat

Sumber : Statistical Tables for Research, Fisher dan Yates (Kurniawan, 2001 :23)

Untuk memperjelas pembuktian hipotesis, maka akan digunakan analisis ttest dengan taraf signifikasi 5% yang menggunakan rumus sebagai berikut (Sugiono, 2003 : 215) :

Keterangan :

ttest = Koefisien signifikasi

ρ = Koefisien korelasi Rank Spearman

n = Jumlah sampel

Dengan hipotesis statistiknya dapat dikemukakan sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Sinetron Remaja dengan pergaulan bebas remaja di Surabaya.

√n – 2

ttest = ρ

(51)

H1 : Terdapat hubungan antara Sinetron Remaja dengan pergaulan bebas

remaja di Surabaya.

Dengan ketentuan sebagai berikut :

Bila ttest < ttabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak.

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang antara lawan jenis tanpa adanya batasan, “Bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Norma ketimuran yang dimaksud yaitu kaidah, ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat di dalam berbuat, dan bertingkah laku. Pergaulan bebas identik dengan yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. Masalah pergaulan bebas ini sering didengar, seperti di lingkungan sekitar rumah, sekolah, tempat umum maupun dari media massa.

(53)

Ironisnya, kian hari fenomena pergaulan bebas ini bukannya semakin berkurang namun malah kian menjadi-jadi. Terbukti pada tahun 2008, BKKBN melakukan penelitan mengenai pergaulan bebas di beberapa kota besar di Indonesia. Hasilnya sungguh mencengangkan. 63% remaja di kota-kota besar Indonesia telah berhubungan seks sebelum menikah. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. (http://karyaabdulrauf.blogspot.com/2008/09/dampak-pergaulan-bebas-bagi-remaja.html)

4.2 Penyajian Data

Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuisioner yang telah dibagikan kepada 100 responden dimana responden tersebut adalah remaja yang tersebar di Surabaya diperoleh karakteristik responden dengan perincian sebagai berikut :

4.2.1 Identitas Responden

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan tentang identitas responden dari obyek penelitian yaitu remaja yang ada di wilayah Surabaya.

(54)
[image:54.612.195.515.150.238.2]

Tabel 4.1

Identitas Responden Ber dasar kan Usia

No Usia J umlah Pr osentase (% )

1 12 – 14 13 13

2 15 – 17 27 27

3 18 – 20 39 39

4 21 21 21

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil Penyebaran Kuisioner (Data diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagianbesar responden dalam penelitian ini berusia antara 18 – 20 tahun dengan jumlah sebanyak 39 orang atau sebesar 39 %, responden yang berusia 15 – 17 tahun dengan jumlah sebanyak 27 atau sebesar 27 %, responden yang berusia 12 – 14 tahun dengan jumlah sebanyak 13 orang atau sebesar 13 % dan sisanya adalah responden yang berusia 21 tahun dengan jumlah 21 orang atau sebesar 21 %.

Tabel 4.2

Identitas Responden Ber dasar kan Pendidikan ter akhir

No Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase (%)

1 SD 19 19

2 SMP 24 24

3 SMA 51 51

4 S1 6 6

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil Penyebaran Kuisioner (Data diolah)

[image:54.612.193.512.474.557.2]
(55)
[image:55.612.210.429.206.294.2]

sebesar 19 %, dan sisanya responden yang memiliki pendidikan terakhir STRATA dengan jumlah sebanyak 6 orang atau sebesar 6 %.

Tabel 4.3

Apakah anda per nah melihat tayangan sinetr on r emaja di televisi No Kategor i J awaban J umlah

1 Ya 100

2 Tidak 0

Sumber : Hasil Penyebaran Kuisioner (Data diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 100 responden atau sebesar 100 % ini menyatakan pernah melihat tayangan sinetron remaja di televisi secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dikarenakan menurut responden mereka dapat melihat tayangan sinetron remaja di televisi dengan mudah karena hampir setiap hari diputar di televisi.

Tabel 4.4

Acar a Sinetr on Remaja di Televisi Yang Ser ing Dilihat No Kategor i J awaban J umlah

[image:55.612.192.410.530.661.2]
(56)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini melihat sinetron remaja di televisi melalui sinetron Arti Sahabat (Indosiar) yaitu sebanyak 41 orang atau sebesar 41 %, responden yang sering melihat sinetron Nada Cinta (Indosiar) dengan jumlah sebanyak 26 orang atau sebesar 26 %, responden yang sering melihat sinetron remaja Dia Anakku (Indosiar) dengan jumlah sebanyak 17 orang atau sebesar 17 %, serta sisanya responden yang sering melihat sinetron remaja Putri yang Ditukar dengan jumlah sebanyak 16 orang atau sebesar 16 %.

4.2.2 Rekapitulasi Hasil Penyebar an Kuisioner

Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, berikut ini akan disajikan rekapitulasi jawaban responden sebagaimana terlihat dalam uraian berikut ini :

4.2.2.1 Var iabel Ter paan Sinetr on Remaja di Televisi (X)

[image:56.612.149.515.610.696.2]

Dari hasil penyebaran kuisioner mengenai variabel terpaan sinetron remaja di televisi yang diindikatori oleh frekuensi melihat tayangan sinetron remaja di televisi dalam seminggu, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.5

Rekapitulasi J awaban Responden Ber dasar kan Kategor i Untuk Indikator Fr ekuensi Var iabel

Ter paan Sinetr on Remaja Di Televisi

No Kategori Jawaban Jumlah Prosentase (%)

1 Sangat Sering (4 kali/hari) 29 29

2 Sering (3 kali/hari) 56 56

3 Tidak sering (2 kali/hari) 15 15

(57)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yang menjawab sering. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya responden yang memilih jawaban 3 kali/hari.

Diantara 100 orang responden, diketahui bahwa sebanyak 56 orang (56 %) menyatakan melihat sinetron remaja di televisi sebanyak 3 kali/hari sehingga masuk dalam kategori sering, sedangkan sebanyak 29 orang (29 %) menyatakan melihat sinetron remaja di televisi sebanyak 4 kali/hari sehingga masuk dalam kategori sangat sering, serta sisanya adalah responden yang hanya melihat sinetron remaja di televisi 2 kali/hari sebanyak 15 orang (15%).

[image:57.612.130.507.486.604.2]

Dari hasil penyebaran kuisioner mengenai variabel terpaan sinetron remaja di televisi yang diindikatori oleh durasi yang dihabiskan dalam setiap kali melihat tayangan sinetron remaja di televisi tersebut, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.6

Rekapitulasi J awaban Responden Ber dasar kan Kategor i Untuk Indikator Durasi Var iabel

Ter paan Sinetr on Remaja Di Televisi

No Kategor i J awaban J umlah Pr osentase (% )

1 Sangat lama (136 – 180 menit/hari) 16 16

2 Lama (91 – 135 menit/hari) 28 28

3 Tidak lama (46 – 90 menit/hari) 49 49

4 Sangat tidak lama (0 – 45 menit/hari) 7 7

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner No.8

(58)

sinetron remaja di televisi antara 46 – 90 menit/hari. Sebanyak 28 orang (28 %) termasuk kategori lama karena mereka melihat sinetron remaja di televisi antara 91 – 135 menit/hari. Sedangkan sebanyak 16 orang (16 %) termasuk kategori sangat lama karena mereka melihat sinetron remaja di televisi antara 136 – 180 menit/minggu dan sisanya sebanyak 7 orang (7 %) termasuk kategori sangat tidak lama karena mereka melihat sinetron remaja di televisi antara 0 – 45 menit/minggu.

[image:58.612.163.487.439.519.2]

Berdasarkan tabel 4.5 dan tabel 4.6 di atas maka rekapitulasi jawaban responden untuk variabel terpaan sinetron remaja di televisi (frekuensi dan durasi) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7

Rekapitulasi J awaban Responden Ber dasar kan Kategor i Untuk Var iabel Ter paan Sinetr on Remaja Di Televisi (X) Secar a Keselur uhan

No Kategor i J awaban J umlah Pr osentase (% )

1 Tinggi 22 22

2 Sedang 65 65

3 Rendah 13 13

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil Kuisioner (Diolah Peneliti)

(59)

4.2.2.2 Var iabel Sikap Remaja Ter hadap Per gaulan Bebas Remaja (Y)

Berikut ini akan disajikan penjabaran dari frekuensi jawaban yang diberikan oleh responden terhadap beberapa pernyataan yang diajukan dan digolongkan menjadi tiga kategori yakni Kognitif, Afektif dan Konatif dapat dijabarkan sebagai berikut :

A. Sikap Remaja Ter hadap Pergaulan Bebas Remaja Kategor i Kognitif (Y) Pada kategori kognitif dalam variabel sikap remaja terhadap pergaulan bebas remaja di Surabaya akan dibedakan menjadi empat (4) pernyataan yang akan dijabarkan berdasarkan frekuensi yang diperoleh seperti yang dijabarkan dibawah ini :

1. Untuk Per nyataan Ber ciuman Dengan Lawan J enis Mer upakan Hal Yang Wajar .

[image:59.612.191.454.574.658.2]

Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang disebarkan kepada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pernyataan “Berciuman dengan lawan jenis merupakan hal yang wajar” dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.8

Per nyataan Responden Ber ciuman Dengan Lawan J enis Merupakan Hal Yang Wajar

No Kategori Jawaban F %

1 Sangat Setuju 49 49

2 Setuju 43 43

3 Tidak Setuju 9 9

4 Sangat Tidak setuju 0 0

Jumlah 100 100

(60)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 49 jawaban atau sebesar 49 % yang menjawab sangat setuju dan menunjukkan bahwa menurut responden berciuman dengan lawan jenis termasuk hal yang wajar dilakukan. Hal tersebut dikarenakan rasa penasaran mereka untuk melakukan ciuman dengan lawan jenis. Sebanyak 43 jawaban atau sebesar 43 % yang menjawab setuju. Karena mereka beranggapan bahwa berciuman dengan lawan jenis merupakan hal yang biasa dilakukan di zaman sekarang. Sedangkan sisanya sebanyak 9 orang atau 9 % yang menjawab tidak setuju, dikarenakan mereka menganggap bahwa berciuman dengan lawan jenis merupakan hal yang tidak sesuai dengan norma kesopanan.

2. Untuk Per nyataan Pesta Dengan Meminum Minuman Ker as Dianggap Ker en Da n Moder n.

[image:60.612.174.443.570.656.2]

Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang disebarkan kepada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pernyataan ” Pesta dengan meminum minuman keras dianggap keren dan modern” dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.9

Per nyataan Responden Pesta Dengan Meminum Minuman Ker as Dianggap Ker en Dan Moder n

No Kategor i J awaban F %

1 Sangat Setuju 47 47

2 Setuju 44 44

3 Tidak Setuju 9 9

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100

(61)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 47 jawaban atau sebesar 47 % menunjukkan bahwa responden menjawab sangat setuju. Karena mereka menganggap bahwa meminum minuman keras di acara pesta dianggap keren seperti acara pesta-pesta di luar negeri. Sebanyak 44 jawaban atau sebesar 44 % yang menjawab setuju dan menunjukkan bahwa menurut responden meminum minuman keras merupakan sesuatu yang modern. Serta sisanya yakni 9 orang atau sebesar 9 % dengan jawaban tidak setuju. Hal tersebut dikarenakan meminum minuman keras dapat mengakibatkan mabuk.

3. Untuk Per nyataan Sebagian Remaja Laki–Laki Ber anggapan Bahwa Apabila Tidak Mengkonsumsi Narkoba Dan Rokok Disebut Sebagai Laki-Laki Pengecut.

[image:61.612.182.459.601.688.2]

Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang disebarkan kepada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pernyataan “Sebagian remaja laki–laki beranggapan bahwa apabila tidak mengkonsumsi narkoba dan rokok disebut sebagai laki-laki pengecut” dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.10

Per n yataan Responden Sebagian Remaja Laki-Laki Ber anggapan Bahwa Apabila Tidak Mengkonsumsi Nar koba Dan Rokok Disebut Sebagai

Laki-Laki Pengecut

No Ka tegor i J awaban F %

1 Sangat Setuju 41 41

2 Setuju 51 51

3 Tidak Setuju 8 8

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100

(62)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 51 jawaban atau sebesar 51 % yang menjawab setuju dan menunjukkan bahwa responden menganggap tidak mengkonsumsi narkoba dan rokok adalah laki-laki pengecut, hal ini dikarenakan narkoba dan rokok dapat membuat seseorang lebih percaya diri. Sebanyak 41 responden atau sebesar 41 % yang menunjukkan bahwa responden sangat setuju, sedangkan sisanya 8 responden atau sebesar 8 % jawaban tidak setuju menunjukkan bahwa responden tersebut sama sekali tidak setuju dengan laki-laki yang mengkonsumsi narkoba dan rokok. Hal tersebut dapat dikarenakan para responden bahwa mengkonsumsi narkoba dan rokok dapat merusak kesehatan tubuh.

4. Untuk Per nyataan Mengunjungi Diskotik Untuk Per gi Dugem (Dunia

Gemer lap) Dianggap Sebagai Anak Gaul.

Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang disebarkan kepada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pernyataan “Mengunjungi

[image:62.612.171.473.611.697.2]

diskotik untuk pergi dugem (dunia gemerlap) dianggap sebagai anak gaul ” dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.11

Per nyataan Responden Mengunjungi Diskotik Untuk Per gi Dugem (Dunia Gemer lap) Dianggap Sebagai Anak Gaul

No Kategor i J awaban F %

1 Sangat Setuju 38 38

2 Setuju 56 56

3 Tidak Setuju 6 6

(63)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 56 responden atau sebesar 56 % yang menjawab setuju dan menunjukkan bahwa responden menganggap bahwa mengunjungi diskotik untuk pergi dugem dianggap sebagai anak gaul. Sebanyak 38 jawaban atau sebesar 38 % yang menunjukkan bahwa responden sangat setuju meskipun jumlah responden yang menjawab dengan jawaban sangat setuju lebih sedikit dengan jumlah responden dengan jawaban setuju.Akan tetapi mereka juga mempunyai keingintahuan yang besar dengan hal tersebut, sehingga mereka mencoba mengunjungi diskotik untuk pergi dugem dan sisanya yakni sebanyak 6 responden atau sebesar 6 % jawaban tidak setuju menunjukkan bahwa responden tidak menyukai pergi dugem ke diskotik.

[image:63.612.163.485.543.616.2]

Berdasarkan tabel – tabel di atas maka rekapitulasi jawaban responden untuk variabel sikap remaja terhadap pergaulan bebas remaja kategori kognitif adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12

Rekapitulasi J awaban Responden Ber dasarkan Kategor i Untuk Var iabel Sikap Remaja Ter hadap Pergaulan Bebas

Remaja Kategor i Kognitif (Y) Secar a Keselur uhan No Kategor i J awaban J umlah Pr osentase (% )

1 Tinggi 91 91

2 Sedang 9 9

3 Rendah 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Lampiran 2

(64)

terhadap pergaulan bebas remaja kategori kognitif pada sinetron remaja di televisi (X) adalah sebanyak 91 responden (91 %), dan sisanya sebanyak 9 responden (9 %) dalam kategori sedang yang tergolong memiliki sikap remaja terhadap pergaulan bebas remaja kategori kognitif pada sinetron remaja di televisi.

B. Sikap Remaja Ter hadap Pergaulan Bebas Remaja Kategor i Afek tif (Y) Pada kategori afektif dalam variabel sikap remaja terhadap pergaulan bebas remaja di Surabaya akan dibedakan menjadi dua (2) pernyataan yang akan dijabarkan berdasarkan frekuensi yang diperoleh seperti yang dijabarkan dibawah ini :

1. Untuk Per nyataan Anda Tidak Menyukai Per gaulan Remaja Yang Cender ung Lebih Bebas.

[image:64.612.173.472.592.675.2]

Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang disebarkan kepada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pernyataan “Anda tidak menyukai pergaulan remaja yang cenderung lebih bebas” dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.13

Per nyataan Responden Anda Tidak Menyukai Per gaulan Remaja Yang Cender ung Lebih Bebas

No Kategor i J awaban F %

1 Sangat Setuju 54 54

2 Setuju 46 46

3 Tidak Setuju 6 6

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

(65)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 54 jawaban atau sebesar 54 % yang menunjukkan bahwa responden sangat setuju dengan tidak menyukai pergaulan remaja yang cenderung lebih bebas, hal ini dikarenakan menurut mereka pergaulan remaja zaman sekarang memang cenderung lebih bebas dan sisanya sebanyak 46 jawaban atau sebesar 46 % yang menunjukkan bahwa responden setuju mengenai pergaulan remaja yang mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat dikarenakan selain pergaulan remaja yang cenderung lebih bebas dan mengkhawatirkan, pergaulan remaja juga akan menjerumuskan hidup mereka.

2. Untuk Per nyataan Anda Tidak Menyukai Per selingkuhan, Penggunaan Narkoba, Dan Per ilaku Abor si.

[image:65.612.174.471.560.652.2]

Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang disebarkan kepada 100 responden maka dapat diperoleh frekuensi mengenai pernyataan “Anda tidak menyukai perselingkuhan, penggunaan narkoba, dan perilaku aborsi” dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.14

Per nyataan Responden Anda Tidak Menyukai Per selingkuhan, Penggunaan Nar koba, dan Per ilaku Abor si

No Kategor i J awaban F %

1 Sangat Setuju 35 35

2 Setuju 49 49

3 Tidak Setuju 16 16

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner No. 13

(66)

perselingkuhan, penggunaan narkoba, dan perilaku aborsi, hal tersebut dikarenakan menurut mereka selain dapat merugikan diri sendiri juga dapat merugikan orang lain. Sebanyak 35 jawaban atau sebesar 35 % yang menunjukkan bahwa responden sangat setuju dengan dan sisanya yakni sebanyak 16 orang atau sebesar 16 % jawaban menunjukkan bahwa responden tersebut tidak setuju dengan tidak menyukai penggunaan narkoba, dan perilaku aborsi. Hal tersebut dapat dikarenakan mereka merasa pasti ada alasan tertentu melakukan perbuatan tersebut.

[image:66.612.166.486.465.540.2]

Berdasarkan tabel – tabel di atas maka rekapitulasi jawaban responden untuk variabel sikap remaja terhadap pergaulan bebas remaja kategori afektif adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15

Rekapitulasi J awaban Responden Ber dasar kan Kategor i Untuk Var iabel Sikap Remaja Terhadap Per gaulan Bebas

Remaja Kategor i Afektif (Y) Secar a Keselur uhan

No Kategor i J awaban J umlah Pr osentase (% )

1 Tinggi 90 90

2 Sedang 10 10

3 Rendah 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Lampiran 2

Gambar

Gambar 1.1. Cuplikan adegan pada sinetron remaja yang kurang mencerminkan
Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran Penelitian tentang Hubungan Terpaan
Tabel 3.2 Interval Koefisien
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi Yang Mandiri Dan Profesional. Jurnal Pendidikan Agama Islām - Ta'lim Vol. Filsafat Pendidikan Islām. Jakarta: Rineka Cipta. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Pada penegakan Syariat Islam di Aceh sebenarnya tidak ada satu pun peraturan/Qanun yang mengatur secara khusus tentang tindak pidana asusila terkait prostitusi,

PENGARUH PEND EKATAN MULTISENSORI MELALUI PENGGUNAAN SNARE D RUM TERHAD AP KEMAMPUAN MENGUCAPKAN KONSONAN B PAD A ANAK TUNARUNGU.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Program Pembelajaran Membaca Permulaan Untuk Mengakomodasi Siswa Kelas II dengan Kesulitan Membaca di Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia

Dalam setiap transaksinya pedagang emas diperkenankan untuk menggunakan faktur pajak sederhana, mengingat bahwa konsumennya tidak memiliki NPWP.Pengenaan Tarif atas Emas Perhiasan

telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan analisis. rasio keuangan dengan pendekatan Piotroski’s

Nyamuk Anopheles spp yang tertangkap istirahat di luar rumah dan di dalam rumah pada malam hari dan pagi hari, dilakukan pembedahan ovarium untuk menentukan angka paritas

Aplikasi ini memuat tentang pembelian dan penjualan onderdil motor tiap kali transaksi terjadi sehingga transaksi pembelian dan penjualan dapat dipermudah serta memudahkan